SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  38
Télécharger pour lire hors ligne
Kapita Selekta HPI:
Kontrak Dagang Internasional


Depok, 30 Maret 2009
Yu Un Oppusunggu
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Pengertian (1)
• Kontrak adalah suatu kesepakatan tertulis
  mengenai tindakan hukum yang dilakukan oleh
  2 pihak atau lebih di mana masing-masing pihak
  dituntut untuk melakukan atau tidak melakukan
  satu atau lebih prestasi.
• Kontrak Dagang merupakan suatu kesepakatan
  tertulis antara para pihak di mana prestasi atau
  substansi yang yang disepakati bersifat
  dan/atau bernilai komersial.
• Kontrak Dagang Internasional adalah kontrak
  yang bersifat komersil yang mengandung
  unsur-unsur asing.
                   © Yu Un Oppusunggu            2
Pengertian (2)
•   Dalam praktek dikenal beberapa peristilahan
    untuk menggambarkan substansi yang sama:
      1. Kontrak Dagang Internasional
      2. Kontrak Bisnis Internasional
•   Tetapi tidak untuk dipersamakan dengan
    Perjanjian Internasional, yang mengatur
    tentang perihal Hukum Internasional (Publik).



                   © Yu Un Oppusunggu               3
Asas Kebebasan Berkontrak
• Para pihak memiliki kebebasan untuk
  menetapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku
  dalam kontrak yang akan dibuat/ ditandatangani,
  yang kemudian berlaku bagi para pihak sebagai
  undang-undang.
• Kebebasan ini termasuk untuk menentukan
  hukum yang berlaku (applicable law/governing
  law) terhadap kontrak.
• Kebebasan menentukan hukum yang berlaku ini
  dalam HPI ada batasan-batasan khususnya.

                   © Yu Un Oppusunggu           4
Dimensi Publik Kontrak Dagang
Internasional
• Kontrak Dagang Internasional memiliki dimensi publik
  bilamana salah satu pihak dari kontrak tersebut adalah
  Pemerintah suatu Negara.
• Pemerintah dalam kasus ini adalah subyek hukum
  administrasi negara, dan bukan subyek hukum
  perdata.
• Oleh karena itu, badan hukum (perdata) yang dimiliki
  oleh Pemerintah, BUMN/BUMD/PT Persero, tidak dapat
  diklasifikasikan sebagai Pemerintah.
• Contoh Kontrak Dagang Internasional dengan dimensi
  publik: kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan
  CIG, IMF, dst. yang mengatur prestasi atau substansi
  yang bersifat dan/atau bernilai komersial.

                      © Yu Un Oppusunggu                   5
Aspek-aspek Hukum Penting
• Beberapa aspek hukum yg perlu diperhatikan dalam
  suatu kontrak dagang:
  1. kapasitas & kewenangan pihak-pihak yg akan
  membuat kontrak;
  2. aspek-aspek hukum yg relevan bagi transaksi ybs;
  3. pembatasan serta syarat-syarat yg ditetapkan dlm
  peraturan perundangan yang berlaku dan instansi
  pemerintah yg berwenang;
  4. masalah pengakhiran kontrak;
  5. penentuan hukum yg berlaku bagi kontrak; dan
  6. pemilihan forum dalam kaitan dgn penyelesaian
  sengketa yg timbul.
                      © Yu Un Oppusunggu                6
Teori-teori HPI yang Relevan
antara lain:
1.   Titik-titik Pertalian;
2.   Status Personal, untuk kapasitas dan kewenangan pihak-
     pihak yang membuat kontrak;
3.   Ketertiban Umum, yang membatasi kebebasan para pihak
     untuk merumuskan kontrak dan pelaksanaan kontrak
     tersebut;
4.   Pilihan Hukum, yang akan menentukan hukum yang
     berlaku;
5.   Pilihan Forum, yang akan menentukan forum yang
     berwenang;
6.   Kualifikasi, yang memberikan batasan pengertian atas
     terminologi hukum berdasarkan hukum yang berlaku atas
     kontrak;
7.   Penyelundupan Hukum, yang membatasi kesepakatan para
     pihak berdasarkan asas Un Oppusunggu berkontrak;
                            © Yu
                                 kebebasan                  7
Titik-titik Pertalian
•   Suatu Kontrak Dagang Internasional masuk ke dalam ranah HPI
    karena adanya unsur asing (Titik Pertalian Primer/TPP).

•   TPP tersebut dapat berupa antara lain:
      1.   perbedaan kewarganegaraan dari pihak-pihak dalam kontrak;
      2.   perbedaan tempat tinggal/tempat kedudukan/domisili/locus dari
           manajemen efektif dari badan hukum ybs/kontrol/penguasaan pihak asing
           dalam badan hukum ybs;
      3.   letak benda-benda yang menjadi obyek transaksi; dan/atau
      4.   adanya pilihan terhadap suatu hukum asing sebagai hukum yang berlaku
           bagi kontrak.

•   Setelah mendapatkan TPP, maka Titik Pertalian Sekunder (TPS)
    diperlukan untuk mengetahui hukum apakah yang berlaku atas
    kontrak? Atau berdasarkan hukum manakah hak-hak dan
    kewajiban-kewajiban kontraktual para pihak harus
    diintrepretasikan?

                             © Yu Un Oppusunggu                                8
Hukum yang Berlaku (1)
(Applicable Law/Governing Law)
• Prinsip Utama: hukum yang berlaku adalah hukum yang
  telah dipilih dan disepakati oleh para pihak dalam
  kontrak.
• Hukum yang berlaku dapat ditentukan secara sukarela
  oleh para pihak (baik secara tegas ataupun secara diam-
  diam) atau dapat telah ditentukan oleh peraturan
  perundangan suatu negara.
• Menurut prinsip HPI yang berlaku, pemilihan terhadap
  suatu hukum asing sebagai hukum yang berlaku bagi
  suatu kontrak antara pihak WNA dengan pihak WNI
  adalah suatu pilihan yang sah dan karenanya mengikat
  para pihak.

                      © Yu Un Oppusunggu                9
Hukum yang Berlaku (2)
(Applicable Law/Governing Law)
•   Pembatasan terhadap kebebasan melakukan
    Pilihan Hukum;
     1. tidak boleh bertentangan dengan Ketertiban Umum;
     2. tidak boleh menjadi Penyelundupan Hukum;
     3. tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah super-
        memaksa, yakni peraturan-peraturan yang sifatnya
        demikian erat dengan pengaturan dari seluruh kehidupan
        sosial ekonomis dari suatu negara;
     4. bilamana dalam peraturan perundangan suatu negara
        telah ditentukan hukum yang harus diperlakukan.
        e.g. Perjanjian Waralaba (franchise) sebagaimana diatur
        dalam PP No. 42 Tahun 2007 jo. Permendag No. 12 Tahun
        2006, yang menentukan hukum Indonesia sebagai hukum
        yang berlaku untuk perjanjian waralaba.
                       © Yu Un Oppusunggu                    10
Hukum yang Berlaku (3)
(Applicable Law/Governing Law)
•   Konsekuensi dari Pilihan Hukum dari
    suatu kontrak
     1. Hukum yang dipilih berlaku terhadap syarat-
        syarat materil atau substansi dari kontrak;
     2. Hal-hal yang berkaitan dengan keabsahan
        kontrak (syarat subyektif dan obyektif)
        diinterpretasikan menurut hukum yang telah
        dipilih dan disepakati.




                     © Yu Un Oppusunggu               11
Hukum yang Berlaku (4)
(Applicable Law/Governing Law)
•   Jika para pihak tidak menentukan hukum yang
    akan berlaku, maka hukum yang berlaku
    diperoleh berdasarkan pendekatan sbb:
     1. Lex Loci Contractus, hukum dari negara di mana kontrak
        dibuat/ditandatangani (dalam perkembangannya terdapat
        Kualifikasi atas locus contractus berdasarkan Mailbox
        Theory & Acceptance Theory);
     2. Lex Loci Solutionis, hukum dari negara di mana kontrak
        dilaksanakan;
     3. The Proper Law of the Contract, hukum dari negara yang
        memiliki titik taut terbanyak dengan kontrak; dan
     4. The Most Characteristic Connections, hukum dari negara
        pihak yang menurut isi perjanjian mempunyai prestasi atau
        peran yang paling karakteristik. (Lebih lanjut dikaitkan
        dengan Teori Status Personal untuk mengetahui kepada
        hukum apa pihak tersebut tunduk.)
                       © Yu Un Oppusunggu                      12
Hukum yang Berlaku (5)
(Applicable Law/Governing Law)
•   Dalam RUU HPI Indonesia (Tahun 1998)
    untuk Pilihan Hukum dirumuskan sebagai
    berikut dalam Pasal 18:
     1. Perjanjian-perjanjian yang mengandung unsur asing
        tunduk pada hukum yang dipilih oleh para pihak.
     2. Pilihan Hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
        dapat dilakukan secara tegas atau secara diam-diam tetapi
        nyata.
     3. Apabila Pilihan Hukum tidak dilakukan, hukum yang
        berlaku adalah hukum dari tempat tinggal atau kedudukan
        pihak yang melakukan prestasi yang paling karakteristik.
     4. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
        (2) berlaku sepanjang peraturan perundangan tidak
        mengatur lain.
                       © Yu Un Oppusunggu                      13
Status Personal
1.   Bilamana pihak dalam kontrak adalah individu (natuurlijke
     persoon), maka kecakapan ybs untuk mengikatkan diri
     dalam suatu kontrak ditentukan pada hukum mana ia
     tunduk atau menundukkan diri.
2.   Bilamana pihak dalam kontrak adalah pribadi hukum
     (rechtspersoon), maka perlu diketahui pada hukum apa ybs
     tunduk.
        (i) Incorporation Theory;
        (ii) Effective Management Theory; dan
        (iii) Remote Control Theory.
3.   Bilamana individu mengikatkan suatu PT/LLC dalam suatu
     kontrak, maka diperlukan kewenangan berdasarkan:
        (i) ketentuan dalam AD PT atau Articles of Association
     LLC; atau
        (ii) surat kuasa/proxy.
                        © Yu Un Oppusunggu                  14
Ketertiban Umum
• Pada prinsipnya para pihak memiliki kebebasan
  untuk bersepakat mengenai apa saja yang halal
  dan melakukan Pilihan Hukum.
• Tetapi Ketertiban Umum dari masyarakat hukum
  di mana kesepakatan dari kontrak dan
  konsekuensi hukumnya hendak dilaksanakan,
  setiap saat dapat dipergunakan oleh hakim
  negara tersebut untuk mengesampingkan
  kesepakatan tersebut.

                  © Yu Un Oppusunggu          15
Kualifikasi
• Kualifikasi adalah penyalinan fakta-fakta
  sehari-hari dalam istilah-istilah hukum.
• Definisi-definisi yang disepakati dalam
  kontrak adalah penyalinan fakta-fakta oleh
  para pihak berdasarkan kesepakatan, dan
  akan diinterpretasikan berdasarkan hukum
  yang berlaku atas kontrak, dengan tetap
  dibatasi kebebasan berkontrak menurut
  hukum yang berlaku.

                 © Yu Un Oppusunggu        16
Pilihan Forum (1):
Choice of Forum
• Penentuan Forum yang berwenang bagi
  penyelesaian sengketa yang mungkin timbul
  dalam rangka pelaksanaan suatu kontrak.
• Pemilihan Forum oleh para pihak sebagai
  instansi yang berwenang memeriksa/mengadili
  sengketa yang mungkin timbul adalah
  berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
• Pilihan Hukum ke arah suatu sistem hukum X
  tidak serta-merta merupakan juga Pilihan Forum
  ke forum X.

                  © Yu Un Oppusunggu           17
Pilihan Forum (2):
Macam Forum
•   Penyelesaian sengketa bisa dilakukan
    melalui:
     1. Forum Pengadilan
        1.1. Pengadilan Dalam Negeri; atau
        1.2. Pengadilan Luar Negeri/Asing.
     2. Forum Non-Pengadilan
        2.1. Negosiasi (Dalam atau Luar Negeri);
        2.2. Mediasi (Dalam atau Luar Negeri);
        2.3. Konsiliasi (Dalam atau Luar Negeri); dan
        2.4. Arbitrase (Dalam atau Luar Negeri).

                     © Yu Un Oppusunggu                 18
Pilihan Forum (3):
Kompetensi (1)
• Kompetensi Pengadilan/Hakim Indonesia
  untuk mengadili sengketa
  (perdata/dagang), jika pihak tergugat
  bertempat tinggal atau berdomisili secara
  hukum dalam wilayah hukum dari PN ybs
  (the basis of presence), atau dalam
  wilayah hukum PN lain di Indonesia yang
  secara khusus dan tegas telah disepakati
  oleh para pihak dalam kontrak.
  – Pasal 118 RIB.
                     © Yu Un Oppusunggu       19
Pasal 118 RIB/HIR
1. Tuntutan (gugatan) perdata yang pada tingkat pertama termasuk lingkup wewenang
   pengadilan negeri, harus diajukan dengan surat permintaan (surat gugatan) yang
   ditandatangan oleh penggugat, atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua
   pengadilan negeri di tempat diam si tergugat, atau jika tempat diamnya tidak
   diketahui, kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggalnya yang sebenarnya.
   (KUHPerd. 15; IR. 101.)
2. Jika yang digugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di daerah hukum
   pengadilan negeri yang sama, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan
   negeri ditempat salah seorang tergugat yang dipilih oleh penggugat. Jika yang
   digugat itu adalah seorang debitur utama dan seorang penanggungnya, maka tanpa
   mengurangi ketentuan pasal 6 ayat (2) "Reglemen susunan kehakiman dan
   kebijaksanaan mengadili di Indonesia", tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan
   negeri di tempat tinggal debitur utama atau salah seorang debitur utama.
3. Jika tidak diketahui tempat diam si tergugat dan tempat tinggalnya yang sebenarnya,
   atau jika tidak dikenal orangnya, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan
   negeri di tempat tinggal penggugat atau salah seorang penggugat, atau kalau
   tuntutan itu tentang barang tetap, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua
   pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya terletak barang itu. (4) Jika ada
   suatu tempat tinggal yang dipilih dengan surat akta, maka penggugat, kalau mau,
   boleh mengajukan tuntutannya kepada ketua pengadilan negeri yang dalam daerah
   hukumnya terletak tempat tinggal yang dipilih itu. (RO. 95-10, 40, 50; KUHPerd. 24;
   Rv. 1, 99; IR. 133, 238.)

                                  © Yu Un Oppusunggu                                20
Pilihan Forum (3):
Kompetensi (2)
• Kemungkinan memperluas kompetensi
  forum peradilan untuk kepentingan
  warganegara sendiri.
• Pasal 100 RV:
  – “Seorang asing bukan penduduk, bahkan
    tidak berdiam di Indonesia, dapat digugat di
    hadapan hakim Indonesia untuk perikatan-
    perikatan yang dilakukan di Indonesia atau di
    mana saja dengan warga negara Indonesia.”
                   © Yu Un Oppusunggu           21
Pilihan Forum (3):
Kompetensi (3)
•   Hakim wajib menyatakan dirinya tidak berwenang
    mengadili perkara dalam hal para pihak dalam kontrak
    telah melakukan Pilihan Forum yang bukan pengadilan.
•   Pasal 3 UU Arbitrase:
    – “Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa
      para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase.”
•   Pasal 11 UU Arbitrase
    1. “Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para
       pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda
       pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan
       Negeri.”
    2. “Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur
       tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah
       ditetapkan melalui arbitase, kecuali dalam hal-hal tertentu yang
       ditetapkan dalam Undang-undang ini”.

                           © Yu Un Oppusunggu                        22
Pilihan Forum (3):
Kompetensi (4)
• Pasal 100 RV:
  “Seorang asing, yang bukan merupakan
  penduduk dan bahkan bila ia tidak
  bertempat tinggal di Indonesia, dapat
  digugat di hadapan hakim Indonesia
  mengenai perikatan-perikatan yang
  dilakukan olehnya di Indonesia atau di
  tempat lain dengan seorang warganegara
  Indonesia.”

                © Yu Un Oppusunggu     23
Pilihan Forum (5):
Asas Persamarataan
• Pada prinsipnya, di bidang hukum perdata
  dan hukum dagang, tidak diadakan
  pembedaan antara orang asing dan
  warganegara Indonesia, kecuali untuk hal-
  hal yang telah diatur secara khusus oleh
  peraturan perundangan (Pasal 3 AB).



                 © Yu Un Oppusunggu       24
Pilihan Forum (6):
Pelaksanaan Keputusan Pengadilan Asing
• Putusan-putusan PN Asing tidak dapat
  dilaksanakan di Indonesia (non
  enforceable).
• Hal ini berkaitan dengan asas kedaulatan
  teritorial suatu negara:
  – Pasal 22a AB:
    • “Kekuasaan hukum dari hakim, pelaksanaan dari
      keputusannya dan akte-akte otentik, dibatasi
      dengan pengecualian-pengecualian yang diakui
      sebagai hukum kemasyarakatan.”
  – Pasal 436 RV
                    © Yu Un Oppusunggu                25
Pasal 436 RV
•   Behalve in de gevallen bij art. 724 van het [WvK] en bij de
    andere wettelijke bepalingen vermeld, kunnen geene
    vonnissen door vreemde regters of regtbanken gewezen
    binnen Indonesië worden ten nitvoer gelegd.
•   De gedingen kunnen opnieuw bij den regter in Indonesië
    worden behandeld en afgedaan.
•   In de hierboven gemelde uitgezonderde gevallen wordt het
    vonnis van vreemde regters of regtbanken niet ten uitvoer
    gelegd, dan na een op verzoekschrift verkregen verlof van
    executie in den vorm bij het voorgaand artikel gemeld, van
    den raad van justitie binnen welks regtsgebied zoodanig
    vonnis moet worden ten uitvoer gelegd.
•   Bij het verzoeken en verleenen van dit verlof, wordt de zaak
    zelve niet aan een nieuw onderzoek onderworpen.

                        © Yu Un Oppusunggu                    26
Pasal 436 RV
• Kecuali dalam hal-hal yang ditentukan oleh pasal 724 KUHD
  dan lain-lain perundang-undangan, tidak dapat dilaksanakan
  keputusan-keputusan yang diucapkan oleh hakim-hakim atau
  pengadilan-pengadilan asing di dalam wilayah Republik
  Indonesia.
• Perkara-perkara bersangkutan dapat diajukan kembali di
  hadapan dan diselesaikan oleh hakim di Indonesia.
• Dalam hal-hal pengecualian di atas, keputusan hakim atau
  pengadilan asing bersangkutan tidak dilaksanakan, kecuali
  setelah diajukan permohonan, diperoleh izin eksekusi
  menurut bentuk yang ditentuk dari Raad van Justitie di
  wilayah mana keputusan bersangkutan harus dilaksanakan.
• Pada permohonan dan pemberian izin itu, perkara
  bersangkutan tidak diperiksa kembali.


                       © Yu Un Oppusunggu                  27
Pasal 724 KUHD
• Perhitungan dan pembagian avarij umum dilakukan atas
  permintaan nahkoda dan oleh para ahli.
• Para ahli diangkat oleh para pihak atau oleh raad van
  justitie yang di dalam daerah hukumnya perhitungan dan
  pembagian itu harus dilakukan.
• Para ahli harus disumpah sebelum mereka memulai
  pekerjaan mereka.
• Pembagiannya harus disahkan oleh raad van justitie.
• Di luar Indonesia avarij umum itu dibuat oleh pejabat
  yang berwenang untuk itu.



                      © Yu Un Oppusunggu              28
Pilihan Forum (7):
Pelaksanaan Keputusan Pengadilan Asing
• Pembatasan Pasal 436 RV hanya berlaku untuk
  keputusan pengadilan yang bersifat condemnatoir.
• Pihak yang hendak meminta pelaksanaan, harus
  mengajukan suatu perkara baru ke PN di Indonesia yang
  kompeten.
• Keputusan Pengadilan Asing yang telah diperoleh dapat
  dipakai untuk mendukung dalil-dalil gugatan yang
  diajukan ulang di hadapan PN di Indonesia.
• Keputusan pengadilan asing yang bersifat declaratoir
  dan constitutif dapat diakui oleh PN di Indonesia.
• Ketentuan Pasal 436 RV juga biasa diterapkan dengan
  interpretasi secara analogis untuk Putusan Arbitrase
  Asing. Infra.

                     © Yu Un Oppusunggu              29
UU Kekuasaan Kehakiman
(No 4 Tahun 2004)
•   Pasal 36
     1. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara
        pidana dilakukan oleh jaksa.
     2. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan
        sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
        oleh ketua pengadilan yang bersangkutan
        berdasarkan undang-undang.
     3. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam
        perkara perdata dilakukan oleh panitera dan
        juru sita dipimpin oleh ketua pengadilan.
     4. Putusan pengadilan dilaksanakan dengan
        memperhatikan nilai kemanusiaan dan keadilan.
                    © Yu Un Oppusunggu              30
Pilihan Forum (8):
Konvensi terkait Proses Beracara
1.   Convention on the taking of evidence abroad in civil or
     commercial matters 1968.
2.   Convention on the service abroad of judicial and extra-
     judicial documents in civil or commercial matter 1965.
3.   Convention abolishing the requirement and execution
     of legalization for foreign public documents 1961.
4.   Convention on the recognition and execution of foreign
     judgment in civil and commercial matters and
     supplementary protocol.

PS. Indonesia belum meratifikasi konvensi-konvensi ini.

                       © Yu Un Oppusunggu                 31
Pilihan Forum (9): Arbitrase
• Pasal 1 angka 1 UU Arbitrase:
   – Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di
     luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase
     yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
• Para pihak dalam kontrak dapat menentukan apakah
  arbitrase akan dilaksanakan atas dasar
   – ad hoc atau dengan bantuan dari suatu lembaga arbitrase
     (institutional arbitration); atau
   – ad hoc dengan mempergunakan rules dari suatu lembaga
     arbitrase.
• Jika para pihak telah sepakat memilih forum arbitrase,
  maka forum pengadilan tidak lagi kompeten untuk
  menerima dan memeriksa sengketa.

                         © Yu Un Oppusunggu                      32
Pilihan Forum (10):
Dasar Hukum Arbitrase
1.   UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
     Pokok Kekuasaan Kehakiman.
2.   UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
     Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase & APS).
3.   Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1981 tentang
     Ratifikasi terhadap Convention of the Recognition and
     Enforcement of Foreign Arbitral Award, New York
     1958 (Konvensi NY).
4.   [Pasal 436 RV]
5.   [Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
     1 Tahun 1990 tentang tata Cara Pelaksanaan Putusan
     Arbitrase Asing]

                       © Yu Un Oppusunggu               33
Pilihan Forum (11):
Pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing
Periode sebelum 1981
• Keputusan arbitrase asing tidak dapat
  dilaksanakan di Indonesia berdasarkan
  interpretasi analogis dari Pasal 436 RV.
• cf. Yurisprudensi MARI Navigation Bulgare
  v. PT Nizwar, No. 2944/BDT/1983,
  29/11/84.


                © Yu Un Oppusunggu       34
Pilihan Forum (12):
Pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing
Periode setelah 1981
• Dengan diratifikasinya Konvensi NY 58,
    putusan arbitrase asing dapat dilaksanakan.
• Permasalahan yang timbul adalah bagaimana
    melaksanakannya, mengingat Keppres tidak
    memberikan juklak.
• Perma No. 1 Tahun 1990 mengatur sbb:
     1. Permohonan eksekusi diajukan ke PN Jakarta Pusat.
     2. Ketua PN Jakarta Pusat mengirimkan berkas permohonan
        ke Panitera/Sekjen MA untuk mendapatkan eksekuatur.
     3. Setelah eksekuatur diperoleh, pelaksanaan diserahkan
        kepada Ketua PN Jakarta Pusat.


                      © Yu Un Oppusunggu                   35
Pilihan Forum (13):
Pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing
•   UU Arbitrase
     1. Memberikan definisi “Putusan Arbitrase Internasional”,
        putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau
        arbiter perorangan di luar wilayah hukum RI, atau putusan
        suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang
        menurut ketentuan hukum Indonesia dianggap sebagai
        suatu putusan arbitrase internasional.
     2. Yang berwenang menangani masalah pengakuan dan
        pelaksanaan putusan arbitrase adalah PN Jakarta Pusat.
     3. Untuk pelaksanaan, harus diperoleh eksekuatur terlebih
        dahulu dari PN Jakarta Pusat.
     4. Putusan Arbitrase Internasional yang melibatkan Negara
        RI sebagai salah satu pihak dalam sengketa hanya dapat
        dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur dari MA,
        yang selanjutnya melimpahkan kepada PN Jakarta Pusat.


                       © Yu Un Oppusunggu                      36
Bahan Bacaan
1. Sudargo Gautama, Hukum Perdata
   Internasional, Jilid III Bagian 2, Buku
   Kedelapan, Bandung: Alumni, 1987, hal.
   115 dst.




                © Yu Un Oppusunggu       37
End of Slides




   © Yu Un Oppusunggu   38

Contenu connexe

Tendances

Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataMakmurZakaria
 
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Fenti Anita Sari
 
EMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Indonesia
 
surat gugatan
surat gugatansurat gugatan
surat gugatanNakano
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaRizqy Putra
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Rizki Gumilar
 
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxAmandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxNaomiPoppyMoore
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaDaniel_Alfaruqi
 
Pengertian dan ruang lingkup hukum perikatan copy
Pengertian dan ruang lingkup hukum perikatan   copyPengertian dan ruang lingkup hukum perikatan   copy
Pengertian dan ruang lingkup hukum perikatan copyIAIN Ponorogo
 
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalIca Diennissa
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Idik Saeful Bahri
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarEvi Rohmatul Aini
 

Tendances (20)

Hukum perikatan
Hukum perikatanHukum perikatan
Hukum perikatan
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
 
Hukum Waris Perdata BW
Hukum Waris Perdata BWHukum Waris Perdata BW
Hukum Waris Perdata BW
 
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
EMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum Jaminan
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
Pih dan phi (soal)
Pih dan phi (soal)Pih dan phi (soal)
Pih dan phi (soal)
 
surat gugatan
surat gugatansurat gugatan
surat gugatan
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-Menyewa
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1
 
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptxAmandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
Amandemen dan Modifikasi Perjanjian Internasional.pptx
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
Pengertian dan ruang lingkup hukum perikatan copy
Pengertian dan ruang lingkup hukum perikatan   copyPengertian dan ruang lingkup hukum perikatan   copy
Pengertian dan ruang lingkup hukum perikatan copy
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata InternasionalResume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata Internasional
 
Hukum humaniter
Hukum humaniterHukum humaniter
Hukum humaniter
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang p...
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
 
Asas-asas Dalam Hukum Perikatan
Asas-asas Dalam Hukum PerikatanAsas-asas Dalam Hukum Perikatan
Asas-asas Dalam Hukum Perikatan
 

En vedette

KERJASAMA INDONESIA - JEPANG
KERJASAMA INDONESIA - JEPANG KERJASAMA INDONESIA - JEPANG
KERJASAMA INDONESIA - JEPANG Lalu Rangers
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlayuayawh
 
Contoh perjanjian kontrak kerja
Contoh perjanjian kontrak kerjaContoh perjanjian kontrak kerja
Contoh perjanjian kontrak kerjaAmelia Fitri
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahLegal Akses
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaLegal Akses
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanLegal Akses
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaLegal Akses
 

En vedette (9)

KERJASAMA INDONESIA - JEPANG
KERJASAMA INDONESIA - JEPANG KERJASAMA INDONESIA - JEPANG
KERJASAMA INDONESIA - JEPANG
 
Contoh Perjanjian Kerja Kontrak Bilingual (2 Bahasa)
Contoh Perjanjian Kerja Kontrak Bilingual (2 Bahasa)Contoh Perjanjian Kerja Kontrak Bilingual (2 Bahasa)
Contoh Perjanjian Kerja Kontrak Bilingual (2 Bahasa)
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intl
 
Contoh perjanjian kontrak kerja
Contoh perjanjian kontrak kerjaContoh perjanjian kontrak kerja
Contoh perjanjian kontrak kerja
 
surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
 

Similaire à Kontrak daganginternasional 30maret2009

1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,20191,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019An Nisa Rizki Yulianti
 
Materi Seminar Himapa Unpad.pptx
Materi Seminar Himapa Unpad.pptxMateri Seminar Himapa Unpad.pptx
Materi Seminar Himapa Unpad.pptxMrFirmansyah1
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptSiumKarang
 
VI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptxVI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptxdonihasmanto
 
MOU_AGREEMENT.pptx
MOU_AGREEMENT.pptxMOU_AGREEMENT.pptx
MOU_AGREEMENT.pptxKukuhDt
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahAlalan Tanala
 
HKI dan Hukum Perjanjian
HKI dan Hukum PerjanjianHKI dan Hukum Perjanjian
HKI dan Hukum Perjanjianpsetiadharma
 
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANGHukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANGnandianagustina
 
Hubungan internasional dan organisasi internasional
Hubungan internasional dan organisasi internasionalHubungan internasional dan organisasi internasional
Hubungan internasional dan organisasi internasionalDarin Dindi
 
Hukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanHukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanDin Haidiati
 
Makalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisMakalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisNikky Ningsih
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalMeita Purnamasari
 
1, hbl, digna adya, hapzi ali, hukum civil dan objek hukum, universitas mercu...
1, hbl, digna adya, hapzi ali, hukum civil dan objek hukum, universitas mercu...1, hbl, digna adya, hapzi ali, hukum civil dan objek hukum, universitas mercu...
1, hbl, digna adya, hapzi ali, hukum civil dan objek hukum, universitas mercu...DignaAdyaPratiwi
 
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptxSistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptxlalalaksana
 

Similaire à Kontrak daganginternasional 30maret2009 (20)

1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,20191,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
1,hbl,an nisa rizki,hapzi ali,hukum civil,universitas mercu buana,2019
 
Materi Seminar Himapa Unpad.pptx
Materi Seminar Himapa Unpad.pptxMateri Seminar Himapa Unpad.pptx
Materi Seminar Himapa Unpad.pptx
 
Pertemuan Kedua.ppt
Pertemuan Kedua.pptPertemuan Kedua.ppt
Pertemuan Kedua.ppt
 
Sumber hi
Sumber hiSumber hi
Sumber hi
 
Sumber hi
Sumber hiSumber hi
Sumber hi
 
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).pptMateri Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
Materi Kuliah OL H.Prkt (1- SH Kontrak) (1).ppt
 
VI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptxVI. Pembagian Hukum.pptx
VI. Pembagian Hukum.pptx
 
MOU_AGREEMENT.pptx
MOU_AGREEMENT.pptxMOU_AGREEMENT.pptx
MOU_AGREEMENT.pptx
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
 
Ppt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrakPpt sekilas hukum kontrak
Ppt sekilas hukum kontrak
 
HKI dan Hukum Perjanjian
HKI dan Hukum PerjanjianHKI dan Hukum Perjanjian
HKI dan Hukum Perjanjian
 
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANGHukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
Hukum_Kontrak PPT MAHASISWA KELOMPOK ENAM ORANG
 
Hubungan internasional dan organisasi internasional
Hubungan internasional dan organisasi internasionalHubungan internasional dan organisasi internasional
Hubungan internasional dan organisasi internasional
 
Hukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatanHukum perdata perjanjian-perikatan
Hukum perdata perjanjian-perikatan
 
Makalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnisMakalah hukum bisnis
Makalah hukum bisnis
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
1, hbl, digna adya, hapzi ali, hukum civil dan objek hukum, universitas mercu...
1, hbl, digna adya, hapzi ali, hukum civil dan objek hukum, universitas mercu...1, hbl, digna adya, hapzi ali, hukum civil dan objek hukum, universitas mercu...
1, hbl, digna adya, hapzi ali, hukum civil dan objek hukum, universitas mercu...
 
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptxSistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptx
Sistem_Hukum_dan_Peradilan_Internasional.pptx
 
HUKUM PERJANJIAN.docx
HUKUM PERJANJIAN.docxHUKUM PERJANJIAN.docx
HUKUM PERJANJIAN.docx
 
Penggolongan hukum
Penggolongan hukumPenggolongan hukum
Penggolongan hukum
 

Kontrak daganginternasional 30maret2009

  • 1. Kapita Selekta HPI: Kontrak Dagang Internasional Depok, 30 Maret 2009 Yu Un Oppusunggu Fakultas Hukum Universitas Indonesia
  • 2. Pengertian (1) • Kontrak adalah suatu kesepakatan tertulis mengenai tindakan hukum yang dilakukan oleh 2 pihak atau lebih di mana masing-masing pihak dituntut untuk melakukan atau tidak melakukan satu atau lebih prestasi. • Kontrak Dagang merupakan suatu kesepakatan tertulis antara para pihak di mana prestasi atau substansi yang yang disepakati bersifat dan/atau bernilai komersial. • Kontrak Dagang Internasional adalah kontrak yang bersifat komersil yang mengandung unsur-unsur asing. © Yu Un Oppusunggu 2
  • 3. Pengertian (2) • Dalam praktek dikenal beberapa peristilahan untuk menggambarkan substansi yang sama: 1. Kontrak Dagang Internasional 2. Kontrak Bisnis Internasional • Tetapi tidak untuk dipersamakan dengan Perjanjian Internasional, yang mengatur tentang perihal Hukum Internasional (Publik). © Yu Un Oppusunggu 3
  • 4. Asas Kebebasan Berkontrak • Para pihak memiliki kebebasan untuk menetapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam kontrak yang akan dibuat/ ditandatangani, yang kemudian berlaku bagi para pihak sebagai undang-undang. • Kebebasan ini termasuk untuk menentukan hukum yang berlaku (applicable law/governing law) terhadap kontrak. • Kebebasan menentukan hukum yang berlaku ini dalam HPI ada batasan-batasan khususnya. © Yu Un Oppusunggu 4
  • 5. Dimensi Publik Kontrak Dagang Internasional • Kontrak Dagang Internasional memiliki dimensi publik bilamana salah satu pihak dari kontrak tersebut adalah Pemerintah suatu Negara. • Pemerintah dalam kasus ini adalah subyek hukum administrasi negara, dan bukan subyek hukum perdata. • Oleh karena itu, badan hukum (perdata) yang dimiliki oleh Pemerintah, BUMN/BUMD/PT Persero, tidak dapat diklasifikasikan sebagai Pemerintah. • Contoh Kontrak Dagang Internasional dengan dimensi publik: kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan CIG, IMF, dst. yang mengatur prestasi atau substansi yang bersifat dan/atau bernilai komersial. © Yu Un Oppusunggu 5
  • 6. Aspek-aspek Hukum Penting • Beberapa aspek hukum yg perlu diperhatikan dalam suatu kontrak dagang: 1. kapasitas & kewenangan pihak-pihak yg akan membuat kontrak; 2. aspek-aspek hukum yg relevan bagi transaksi ybs; 3. pembatasan serta syarat-syarat yg ditetapkan dlm peraturan perundangan yang berlaku dan instansi pemerintah yg berwenang; 4. masalah pengakhiran kontrak; 5. penentuan hukum yg berlaku bagi kontrak; dan 6. pemilihan forum dalam kaitan dgn penyelesaian sengketa yg timbul. © Yu Un Oppusunggu 6
  • 7. Teori-teori HPI yang Relevan antara lain: 1. Titik-titik Pertalian; 2. Status Personal, untuk kapasitas dan kewenangan pihak- pihak yang membuat kontrak; 3. Ketertiban Umum, yang membatasi kebebasan para pihak untuk merumuskan kontrak dan pelaksanaan kontrak tersebut; 4. Pilihan Hukum, yang akan menentukan hukum yang berlaku; 5. Pilihan Forum, yang akan menentukan forum yang berwenang; 6. Kualifikasi, yang memberikan batasan pengertian atas terminologi hukum berdasarkan hukum yang berlaku atas kontrak; 7. Penyelundupan Hukum, yang membatasi kesepakatan para pihak berdasarkan asas Un Oppusunggu berkontrak; © Yu kebebasan 7
  • 8. Titik-titik Pertalian • Suatu Kontrak Dagang Internasional masuk ke dalam ranah HPI karena adanya unsur asing (Titik Pertalian Primer/TPP). • TPP tersebut dapat berupa antara lain: 1. perbedaan kewarganegaraan dari pihak-pihak dalam kontrak; 2. perbedaan tempat tinggal/tempat kedudukan/domisili/locus dari manajemen efektif dari badan hukum ybs/kontrol/penguasaan pihak asing dalam badan hukum ybs; 3. letak benda-benda yang menjadi obyek transaksi; dan/atau 4. adanya pilihan terhadap suatu hukum asing sebagai hukum yang berlaku bagi kontrak. • Setelah mendapatkan TPP, maka Titik Pertalian Sekunder (TPS) diperlukan untuk mengetahui hukum apakah yang berlaku atas kontrak? Atau berdasarkan hukum manakah hak-hak dan kewajiban-kewajiban kontraktual para pihak harus diintrepretasikan? © Yu Un Oppusunggu 8
  • 9. Hukum yang Berlaku (1) (Applicable Law/Governing Law) • Prinsip Utama: hukum yang berlaku adalah hukum yang telah dipilih dan disepakati oleh para pihak dalam kontrak. • Hukum yang berlaku dapat ditentukan secara sukarela oleh para pihak (baik secara tegas ataupun secara diam- diam) atau dapat telah ditentukan oleh peraturan perundangan suatu negara. • Menurut prinsip HPI yang berlaku, pemilihan terhadap suatu hukum asing sebagai hukum yang berlaku bagi suatu kontrak antara pihak WNA dengan pihak WNI adalah suatu pilihan yang sah dan karenanya mengikat para pihak. © Yu Un Oppusunggu 9
  • 10. Hukum yang Berlaku (2) (Applicable Law/Governing Law) • Pembatasan terhadap kebebasan melakukan Pilihan Hukum; 1. tidak boleh bertentangan dengan Ketertiban Umum; 2. tidak boleh menjadi Penyelundupan Hukum; 3. tidak boleh bertentangan dengan kaidah-kaidah super- memaksa, yakni peraturan-peraturan yang sifatnya demikian erat dengan pengaturan dari seluruh kehidupan sosial ekonomis dari suatu negara; 4. bilamana dalam peraturan perundangan suatu negara telah ditentukan hukum yang harus diperlakukan. e.g. Perjanjian Waralaba (franchise) sebagaimana diatur dalam PP No. 42 Tahun 2007 jo. Permendag No. 12 Tahun 2006, yang menentukan hukum Indonesia sebagai hukum yang berlaku untuk perjanjian waralaba. © Yu Un Oppusunggu 10
  • 11. Hukum yang Berlaku (3) (Applicable Law/Governing Law) • Konsekuensi dari Pilihan Hukum dari suatu kontrak 1. Hukum yang dipilih berlaku terhadap syarat- syarat materil atau substansi dari kontrak; 2. Hal-hal yang berkaitan dengan keabsahan kontrak (syarat subyektif dan obyektif) diinterpretasikan menurut hukum yang telah dipilih dan disepakati. © Yu Un Oppusunggu 11
  • 12. Hukum yang Berlaku (4) (Applicable Law/Governing Law) • Jika para pihak tidak menentukan hukum yang akan berlaku, maka hukum yang berlaku diperoleh berdasarkan pendekatan sbb: 1. Lex Loci Contractus, hukum dari negara di mana kontrak dibuat/ditandatangani (dalam perkembangannya terdapat Kualifikasi atas locus contractus berdasarkan Mailbox Theory & Acceptance Theory); 2. Lex Loci Solutionis, hukum dari negara di mana kontrak dilaksanakan; 3. The Proper Law of the Contract, hukum dari negara yang memiliki titik taut terbanyak dengan kontrak; dan 4. The Most Characteristic Connections, hukum dari negara pihak yang menurut isi perjanjian mempunyai prestasi atau peran yang paling karakteristik. (Lebih lanjut dikaitkan dengan Teori Status Personal untuk mengetahui kepada hukum apa pihak tersebut tunduk.) © Yu Un Oppusunggu 12
  • 13. Hukum yang Berlaku (5) (Applicable Law/Governing Law) • Dalam RUU HPI Indonesia (Tahun 1998) untuk Pilihan Hukum dirumuskan sebagai berikut dalam Pasal 18: 1. Perjanjian-perjanjian yang mengandung unsur asing tunduk pada hukum yang dipilih oleh para pihak. 2. Pilihan Hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan secara tegas atau secara diam-diam tetapi nyata. 3. Apabila Pilihan Hukum tidak dilakukan, hukum yang berlaku adalah hukum dari tempat tinggal atau kedudukan pihak yang melakukan prestasi yang paling karakteristik. 4. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) berlaku sepanjang peraturan perundangan tidak mengatur lain. © Yu Un Oppusunggu 13
  • 14. Status Personal 1. Bilamana pihak dalam kontrak adalah individu (natuurlijke persoon), maka kecakapan ybs untuk mengikatkan diri dalam suatu kontrak ditentukan pada hukum mana ia tunduk atau menundukkan diri. 2. Bilamana pihak dalam kontrak adalah pribadi hukum (rechtspersoon), maka perlu diketahui pada hukum apa ybs tunduk. (i) Incorporation Theory; (ii) Effective Management Theory; dan (iii) Remote Control Theory. 3. Bilamana individu mengikatkan suatu PT/LLC dalam suatu kontrak, maka diperlukan kewenangan berdasarkan: (i) ketentuan dalam AD PT atau Articles of Association LLC; atau (ii) surat kuasa/proxy. © Yu Un Oppusunggu 14
  • 15. Ketertiban Umum • Pada prinsipnya para pihak memiliki kebebasan untuk bersepakat mengenai apa saja yang halal dan melakukan Pilihan Hukum. • Tetapi Ketertiban Umum dari masyarakat hukum di mana kesepakatan dari kontrak dan konsekuensi hukumnya hendak dilaksanakan, setiap saat dapat dipergunakan oleh hakim negara tersebut untuk mengesampingkan kesepakatan tersebut. © Yu Un Oppusunggu 15
  • 16. Kualifikasi • Kualifikasi adalah penyalinan fakta-fakta sehari-hari dalam istilah-istilah hukum. • Definisi-definisi yang disepakati dalam kontrak adalah penyalinan fakta-fakta oleh para pihak berdasarkan kesepakatan, dan akan diinterpretasikan berdasarkan hukum yang berlaku atas kontrak, dengan tetap dibatasi kebebasan berkontrak menurut hukum yang berlaku. © Yu Un Oppusunggu 16
  • 17. Pilihan Forum (1): Choice of Forum • Penentuan Forum yang berwenang bagi penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dalam rangka pelaksanaan suatu kontrak. • Pemilihan Forum oleh para pihak sebagai instansi yang berwenang memeriksa/mengadili sengketa yang mungkin timbul adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak. • Pilihan Hukum ke arah suatu sistem hukum X tidak serta-merta merupakan juga Pilihan Forum ke forum X. © Yu Un Oppusunggu 17
  • 18. Pilihan Forum (2): Macam Forum • Penyelesaian sengketa bisa dilakukan melalui: 1. Forum Pengadilan 1.1. Pengadilan Dalam Negeri; atau 1.2. Pengadilan Luar Negeri/Asing. 2. Forum Non-Pengadilan 2.1. Negosiasi (Dalam atau Luar Negeri); 2.2. Mediasi (Dalam atau Luar Negeri); 2.3. Konsiliasi (Dalam atau Luar Negeri); dan 2.4. Arbitrase (Dalam atau Luar Negeri). © Yu Un Oppusunggu 18
  • 19. Pilihan Forum (3): Kompetensi (1) • Kompetensi Pengadilan/Hakim Indonesia untuk mengadili sengketa (perdata/dagang), jika pihak tergugat bertempat tinggal atau berdomisili secara hukum dalam wilayah hukum dari PN ybs (the basis of presence), atau dalam wilayah hukum PN lain di Indonesia yang secara khusus dan tegas telah disepakati oleh para pihak dalam kontrak. – Pasal 118 RIB. © Yu Un Oppusunggu 19
  • 20. Pasal 118 RIB/HIR 1. Tuntutan (gugatan) perdata yang pada tingkat pertama termasuk lingkup wewenang pengadilan negeri, harus diajukan dengan surat permintaan (surat gugatan) yang ditandatangan oleh penggugat, atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan negeri di tempat diam si tergugat, atau jika tempat diamnya tidak diketahui, kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggalnya yang sebenarnya. (KUHPerd. 15; IR. 101.) 2. Jika yang digugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di daerah hukum pengadilan negeri yang sama, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri ditempat salah seorang tergugat yang dipilih oleh penggugat. Jika yang digugat itu adalah seorang debitur utama dan seorang penanggungnya, maka tanpa mengurangi ketentuan pasal 6 ayat (2) "Reglemen susunan kehakiman dan kebijaksanaan mengadili di Indonesia", tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal debitur utama atau salah seorang debitur utama. 3. Jika tidak diketahui tempat diam si tergugat dan tempat tinggalnya yang sebenarnya, atau jika tidak dikenal orangnya, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal penggugat atau salah seorang penggugat, atau kalau tuntutan itu tentang barang tetap, maka tuntutan itu diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya terletak barang itu. (4) Jika ada suatu tempat tinggal yang dipilih dengan surat akta, maka penggugat, kalau mau, boleh mengajukan tuntutannya kepada ketua pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya terletak tempat tinggal yang dipilih itu. (RO. 95-10, 40, 50; KUHPerd. 24; Rv. 1, 99; IR. 133, 238.) © Yu Un Oppusunggu 20
  • 21. Pilihan Forum (3): Kompetensi (2) • Kemungkinan memperluas kompetensi forum peradilan untuk kepentingan warganegara sendiri. • Pasal 100 RV: – “Seorang asing bukan penduduk, bahkan tidak berdiam di Indonesia, dapat digugat di hadapan hakim Indonesia untuk perikatan- perikatan yang dilakukan di Indonesia atau di mana saja dengan warga negara Indonesia.” © Yu Un Oppusunggu 21
  • 22. Pilihan Forum (3): Kompetensi (3) • Hakim wajib menyatakan dirinya tidak berwenang mengadili perkara dalam hal para pihak dalam kontrak telah melakukan Pilihan Forum yang bukan pengadilan. • Pasal 3 UU Arbitrase: – “Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase.” • Pasal 11 UU Arbitrase 1. “Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri.” 2. “Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitase, kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan dalam Undang-undang ini”. © Yu Un Oppusunggu 22
  • 23. Pilihan Forum (3): Kompetensi (4) • Pasal 100 RV: “Seorang asing, yang bukan merupakan penduduk dan bahkan bila ia tidak bertempat tinggal di Indonesia, dapat digugat di hadapan hakim Indonesia mengenai perikatan-perikatan yang dilakukan olehnya di Indonesia atau di tempat lain dengan seorang warganegara Indonesia.” © Yu Un Oppusunggu 23
  • 24. Pilihan Forum (5): Asas Persamarataan • Pada prinsipnya, di bidang hukum perdata dan hukum dagang, tidak diadakan pembedaan antara orang asing dan warganegara Indonesia, kecuali untuk hal- hal yang telah diatur secara khusus oleh peraturan perundangan (Pasal 3 AB). © Yu Un Oppusunggu 24
  • 25. Pilihan Forum (6): Pelaksanaan Keputusan Pengadilan Asing • Putusan-putusan PN Asing tidak dapat dilaksanakan di Indonesia (non enforceable). • Hal ini berkaitan dengan asas kedaulatan teritorial suatu negara: – Pasal 22a AB: • “Kekuasaan hukum dari hakim, pelaksanaan dari keputusannya dan akte-akte otentik, dibatasi dengan pengecualian-pengecualian yang diakui sebagai hukum kemasyarakatan.” – Pasal 436 RV © Yu Un Oppusunggu 25
  • 26. Pasal 436 RV • Behalve in de gevallen bij art. 724 van het [WvK] en bij de andere wettelijke bepalingen vermeld, kunnen geene vonnissen door vreemde regters of regtbanken gewezen binnen Indonesië worden ten nitvoer gelegd. • De gedingen kunnen opnieuw bij den regter in Indonesië worden behandeld en afgedaan. • In de hierboven gemelde uitgezonderde gevallen wordt het vonnis van vreemde regters of regtbanken niet ten uitvoer gelegd, dan na een op verzoekschrift verkregen verlof van executie in den vorm bij het voorgaand artikel gemeld, van den raad van justitie binnen welks regtsgebied zoodanig vonnis moet worden ten uitvoer gelegd. • Bij het verzoeken en verleenen van dit verlof, wordt de zaak zelve niet aan een nieuw onderzoek onderworpen. © Yu Un Oppusunggu 26
  • 27. Pasal 436 RV • Kecuali dalam hal-hal yang ditentukan oleh pasal 724 KUHD dan lain-lain perundang-undangan, tidak dapat dilaksanakan keputusan-keputusan yang diucapkan oleh hakim-hakim atau pengadilan-pengadilan asing di dalam wilayah Republik Indonesia. • Perkara-perkara bersangkutan dapat diajukan kembali di hadapan dan diselesaikan oleh hakim di Indonesia. • Dalam hal-hal pengecualian di atas, keputusan hakim atau pengadilan asing bersangkutan tidak dilaksanakan, kecuali setelah diajukan permohonan, diperoleh izin eksekusi menurut bentuk yang ditentuk dari Raad van Justitie di wilayah mana keputusan bersangkutan harus dilaksanakan. • Pada permohonan dan pemberian izin itu, perkara bersangkutan tidak diperiksa kembali. © Yu Un Oppusunggu 27
  • 28. Pasal 724 KUHD • Perhitungan dan pembagian avarij umum dilakukan atas permintaan nahkoda dan oleh para ahli. • Para ahli diangkat oleh para pihak atau oleh raad van justitie yang di dalam daerah hukumnya perhitungan dan pembagian itu harus dilakukan. • Para ahli harus disumpah sebelum mereka memulai pekerjaan mereka. • Pembagiannya harus disahkan oleh raad van justitie. • Di luar Indonesia avarij umum itu dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk itu. © Yu Un Oppusunggu 28
  • 29. Pilihan Forum (7): Pelaksanaan Keputusan Pengadilan Asing • Pembatasan Pasal 436 RV hanya berlaku untuk keputusan pengadilan yang bersifat condemnatoir. • Pihak yang hendak meminta pelaksanaan, harus mengajukan suatu perkara baru ke PN di Indonesia yang kompeten. • Keputusan Pengadilan Asing yang telah diperoleh dapat dipakai untuk mendukung dalil-dalil gugatan yang diajukan ulang di hadapan PN di Indonesia. • Keputusan pengadilan asing yang bersifat declaratoir dan constitutif dapat diakui oleh PN di Indonesia. • Ketentuan Pasal 436 RV juga biasa diterapkan dengan interpretasi secara analogis untuk Putusan Arbitrase Asing. Infra. © Yu Un Oppusunggu 29
  • 30. UU Kekuasaan Kehakiman (No 4 Tahun 2004) • Pasal 36 1. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh jaksa. 2. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh ketua pengadilan yang bersangkutan berdasarkan undang-undang. 3. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh panitera dan juru sita dipimpin oleh ketua pengadilan. 4. Putusan pengadilan dilaksanakan dengan memperhatikan nilai kemanusiaan dan keadilan. © Yu Un Oppusunggu 30
  • 31. Pilihan Forum (8): Konvensi terkait Proses Beracara 1. Convention on the taking of evidence abroad in civil or commercial matters 1968. 2. Convention on the service abroad of judicial and extra- judicial documents in civil or commercial matter 1965. 3. Convention abolishing the requirement and execution of legalization for foreign public documents 1961. 4. Convention on the recognition and execution of foreign judgment in civil and commercial matters and supplementary protocol. PS. Indonesia belum meratifikasi konvensi-konvensi ini. © Yu Un Oppusunggu 31
  • 32. Pilihan Forum (9): Arbitrase • Pasal 1 angka 1 UU Arbitrase: – Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. • Para pihak dalam kontrak dapat menentukan apakah arbitrase akan dilaksanakan atas dasar – ad hoc atau dengan bantuan dari suatu lembaga arbitrase (institutional arbitration); atau – ad hoc dengan mempergunakan rules dari suatu lembaga arbitrase. • Jika para pihak telah sepakat memilih forum arbitrase, maka forum pengadilan tidak lagi kompeten untuk menerima dan memeriksa sengketa. © Yu Un Oppusunggu 32
  • 33. Pilihan Forum (10): Dasar Hukum Arbitrase 1. UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. 2. UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase & APS). 3. Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1981 tentang Ratifikasi terhadap Convention of the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award, New York 1958 (Konvensi NY). 4. [Pasal 436 RV] 5. [Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 1990 tentang tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing] © Yu Un Oppusunggu 33
  • 34. Pilihan Forum (11): Pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing Periode sebelum 1981 • Keputusan arbitrase asing tidak dapat dilaksanakan di Indonesia berdasarkan interpretasi analogis dari Pasal 436 RV. • cf. Yurisprudensi MARI Navigation Bulgare v. PT Nizwar, No. 2944/BDT/1983, 29/11/84. © Yu Un Oppusunggu 34
  • 35. Pilihan Forum (12): Pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing Periode setelah 1981 • Dengan diratifikasinya Konvensi NY 58, putusan arbitrase asing dapat dilaksanakan. • Permasalahan yang timbul adalah bagaimana melaksanakannya, mengingat Keppres tidak memberikan juklak. • Perma No. 1 Tahun 1990 mengatur sbb: 1. Permohonan eksekusi diajukan ke PN Jakarta Pusat. 2. Ketua PN Jakarta Pusat mengirimkan berkas permohonan ke Panitera/Sekjen MA untuk mendapatkan eksekuatur. 3. Setelah eksekuatur diperoleh, pelaksanaan diserahkan kepada Ketua PN Jakarta Pusat. © Yu Un Oppusunggu 35
  • 36. Pilihan Forum (13): Pelaksanaan Keputusan Arbitrase Asing • UU Arbitrase 1. Memberikan definisi “Putusan Arbitrase Internasional”, putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum RI, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Indonesia dianggap sebagai suatu putusan arbitrase internasional. 2. Yang berwenang menangani masalah pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase adalah PN Jakarta Pusat. 3. Untuk pelaksanaan, harus diperoleh eksekuatur terlebih dahulu dari PN Jakarta Pusat. 4. Putusan Arbitrase Internasional yang melibatkan Negara RI sebagai salah satu pihak dalam sengketa hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur dari MA, yang selanjutnya melimpahkan kepada PN Jakarta Pusat. © Yu Un Oppusunggu 36
  • 37. Bahan Bacaan 1. Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional, Jilid III Bagian 2, Buku Kedelapan, Bandung: Alumni, 1987, hal. 115 dst. © Yu Un Oppusunggu 37
  • 38. End of Slides © Yu Un Oppusunggu 38