SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
Télécharger pour lire hors ligne
OPTIMASI KONDISI OPERASI PIROLISIS
  SEKAM PADI UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR BRIKET
      BIOARANG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

         FERI PUJI HARTANTO ( L2C 309 045 ), FATHUL ALIM ( L2C 309 046 )
                   Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
                Jl. Prof. Sudharto, SH, Tembalang, Semarang telp/fax.(024)7460058



                                              Abstrak
      Kebutuhan energi yang terus meningkat dan ketersediaan bahan bakar yang menipis memaksa
manusia untuk mencari sumber alternatif bahan bakar. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu
penelitian untuk memperoleh bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui seperti sekam padi,
sehingga dapat dihasilkan briket bioarang yang mempunyai nilai kalor yang tinggi, memenuhi
standar bahan bakar briket di pasaran, dan ramah terhadap lingkungan.Di Indonesia tanaman padi
banyak tumbuh di Pulau Jawa. Sekam padi merupakan limbah dari hasil penyelepan padi, dan belum
dapat dimanfaatkan secara efisien oleh masyarakat. Nilai kalor hasil pembakaran kulit biji
nyamplung masih terbilang rendah (3300,45 kal/gram). Oleh karenanya diperlukan usaha untuk
meningkatkan nilai kalornya melalui proses pirolisis. Proses pirolisis yang dilanjutkan dengan
pengepresan akan menghasilkan briket.Pelaksanaan penelitian menggunakan metode pirolisis dengan
memvariasikan suhu (210, 250, 300, 350, 390 0C) dan waktu operasi (30, 60, 90 menit). Sekam padi
dipirolisis sesuai variabel yang ditentukan. Setelah itu, masing-masing sampel dicampur dengan
larutan kanji dengan perbandingan berat kanji kering : sampel adalah 1:7. Selanjutnya sampel
dicetak dan dijemur hingga kering Nilai kalor optimal diperoleh pada variabel suhu 3900C, selama
90 menit sebesar 5609,453 cal /gr. Briket Sekam Padi telah memenuhi nilai kalor standar briket (min.
5000 kal/gr) berdasarkan SNI.

Kata kunci : briket sekam padi, kalori



Pendahuluan
        Dengan semakin berkurangnya cadangan minyak dunia, penghematan energi mulai
diluncurkan hampir di semua negara.          Indonesia kini telah menjadi salah satu negara
pengimpor minyak mentah sehingga perlu suatu usaha untuk mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar migas.
        Indonesia memiliki banyak sumberdaya alam, Diantaranya ada yang belum
termanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi alternatif. Salah satu energi altenatif
adalah briket. Briket yang banyak tersedia saat ini adalah briket batubara. Bahan lain yang
potensial menjadi briket adalah briket sekam padi.
Sekam padi yang merupakan salah satu produk sampingan dari proses penggilingan
padi, selama ini hanya menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sekam padi
lebih sering hanya digunakan sebagai bahan pembakar bata merah atau dibuang begitu saja
sehingga energinya tidak termanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu pemanfaatan sekam
padi pada pembuatan briket dapat meningkatkan nilai ekonomisnya. Pada dasarnya,
pembuatan briket dari sekam padi tidak jauh berbeda dengan pembuatan briket dari bahan lain
misalnya batu bara, tempurung kelapa dan serbuk gergaji.

                                   Tabel 1 Kandungan Sekam Padi

                Kandungan                                   Persentase

       Kadar Air                                                 9.02%

       Protein Kasar                                             3.03%

       Lemak                                                     1.18%

       Serat Kasar                                           35.68%

       Abu                                                   17.17%

       Karbohidrat Dasar                                     33.37%

                                                                     (Suharno, 1979)



       Briket      bioarang    memiliki   beberapa   kelebihan     dibandingkan   arang   biasa
(konvensional), antara lain:

       Panas yang dihasilkan oleh briket bioarang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kayu biasa dan nilai kalor dapat mencapai 5000 kalori. Beberapa nilai kalor dari
beberapa jenis bahan bakar ditunjukkan oleh tabel 2.
Tabel 2. Nilai Kalor Rata-Rata dari beberapa Jenis Bahan Bakar

                                   Bahan Bakar       Nilai Kalor (kal/g)

                           Kayu (kering mutlak)             4491,2

                           Batubara muda (lignit)           1887,3

                           Batubara                         6999,5

                           Minyak bumi (mentah)            10081,2

                           Bahan bakar minyak              10224,6

                           Gas alam                         9722,9

                                                       (Akhehurst,1981)

       Sedangkan nilai kalor yang dihasilkan oleh berbagai macam biomassa dari penelitian
yang telah dilakukan ditampilkan pada tabel berikut.

               Tabel 3. Nilai Kalor Optimal Briket dari Berbagai Macam Biomassa

                       Bahan Briket                   Nilai Kalor Optimal (kal/g)

              Sekam Padi                                        3300,45

              Serbuk gergaji kayu                               5786.37

              Kulit biji mete                                   4268.48

              Kulit Biji nyamplung                             4261.975

              Bungkil biji jarak                                6343,49

                                                 (Sumber: Berbagai jurnal penelitian)

       Briket bioarang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau, sehingga bagi
masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di perkotaan dimana ventilasi perumahannya kurang
mencukupi, sangat praktis menggunakan briket bioarang. Setelah briket bioarang terbakar
(menjadi bara) tidak perlu dilakukan pengipasan.          Teknologi pembuatan briket bioarang
sederhana dan tidak memerlukan bahan kimia lain kecuali yang terdapat dalam bahan briket
itu sendiri. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat yang ada dibentuk
sesuai kebutuhan dan tidak perlu mencari di tempat lain. (Soeyanto,1982)
BAHAN DAN ALAT
     Bahan
             a. Sekam padi
             b. Tepung kanji
             c. Air
     Gambar Rangkaian Alat

                                                 3    4
                                   2
                         1




14
                                                                                           5

13
                                                                                           6

12
                                                                                           7

                                                                                           8




                                                            9
                              11           10




                             Gambar 3.1 Alat Pirolisis (bentuk horizontal)

               Keterangan :

               1.        Pipa penyalur asap                     9. Alat pirolisis
               2.        Kran asap (valve)                      10. Besi penyangga
               3.        Manometer                              11. Cooling waterinlet
               4.        Termometer                             12. Kondensor
               5.        Tutup alat pirolisis                   13. Cooling water outlet
               6.        Belt penggerak                         14. Asap Inlet
               7.        Motor listrik (kecepatan 50 rpm)
               8.        Pengatur suhu
                    9.
HASIL DAN PEMBAHASAN

        Penelitian ini dilakukan untuk mengolah kulit padi (Sekam), yang merupakan limbah
Pertanian di Indonesia,menjadi briket bioarang. Penelitian ini dilakukan dengan variabel tetap,
yaitu kulit padi sebagai jenis bahan, ukuran partikel bahan (22,22 mesh), berat bahan tiap
pirolisis (100 gr). Sedangkan variabel berubahnya adalah suhu : 210 0C, 250 0C, 300 0C, 350
0
    C, dan 3900C serta waktu operasi : 30, 60, dan 90 menit. Dari penelitian ini dapat diketahui
pengaruh suhu dan waktu pirolisis terhadap nilai kalor briket, briket yang dihasilkan
memenuhi standar atau tidak.


Pengaruh Variabel Suhu dan Waktu terhadap Nilai Kalor
          Grafik 4.1 menggambarkan nilai kalor pada berbagai waktu pirolisis. Pada waktu
pirolisis 30 menit, nilai kalor mengalami Kenaikan dengan suhu 3900C,nilai kalor akan terus
naik sebanding dengan suhu dan mencapai titik optimal pada suhu 3900C. Tidak jauh berbeda
dengan waktu 30 menit, variabel pirolisis 60 menit mengalami Kenaikan nilai kalor pada suhu
3900C,nilai kalor akan terus naik dan mencapai optimal pada suhu 3900C. Setelah itu terjadi
penurunan nilai kalor sampai variabel suhu terakhir. Sedangkan pada waktu 90 menit, nilai
kalor terus naik dan mencapai suhu optimal 390°C.




             Gambar 4.1 Grafik Hubungan Nilai Kalor vs Suhupada berbagai Variabel Waktu


      Dari Gambar 4.1 tampak bahwa nilai kalor terbesar diperoleh dari proses pirolisis pada
suhu operasi 3900C dan waktu pembakaran 90 menit yaitu 5609,453 kal/gr. Jadi pada suhu
3900C dan waktu pembakaran 90 menit inilah kondisi operasi proses pirolisis yang optimal.
a. Variabel Suhu
      Pengaruh suhu pada proses pirolisis dalam pembuatan briket bioarang menunjukkan
  bahwa semakin tinggi suhu,maka proses pembentukan arang semakin cepat, karena proses
  penguraian bahan menjadi arang semakin cepat.

       Dari gambar 4.1 tampak bahwa semakin tinggi suhu operasi, maka nilai kalor briket
  yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan pembentukan arang dalam proses
  pirolisis dapat berlangsung lebih sempurna, sehingga proses penguraian biomassa menjadi
  arang lebih sempurna. seperti yang disimpulkan Barney (2007) sebagai berikut :

         I    : C + ½ O2    CO

         II   : C + O2     CO2

         III : C + CO2     2CO

b. Variabel Waktu
       Semakin lama waktu pembakaran maka nilai rata rata kalor yang dihasilkan semakin
  besar. Hal ini disebabkan pembentukan arang dalam proses pirolisis dapat berlangsung
  lebih lama dan merata, sehingga proses penguraian biomassa menjadi arang lebih
  sempurna.

       Namun kecenderungan untuk peningkatan nilai kalor berbanding lurus dengan waktu
  tidak terjadi pada waktu 90 menit. Ini karena pada suhu 3900C telah tercapai nilai kalor
  optimal untuk waktu 90 menit. Sehingga, tidak sama dengan waktu 30 dan 60 menit yang
  masih mengalami kenaikan nilai kalor, untuk variabel suhu selanjutnya akan terjadi
  penurunan nilai kalor pada waktu operasi 90 menit.


Pengaruh Variabel Suhu dan Waktu terhadap Rendemen Hasil Pirolisis
       Rendemen merupakan banyaknya arang yang terbentuk setelah pirolisis yang
dibandingkan tehadap berat kulit padisebelum dilakukan pirolisis dan dinyatakan dalam
persen berat. Berikut ini grafik rendemen hasil penelitian.
Gambar 4.2 Grafik Suhu vs Rendemen pada Berbagai Variabel Waktu

        Proses pirolisis menghasilkan 3 macam bentuk zat, yaitu padatan berupa residu
karbon, cair berupa distilat asap cair dan tar, dan gas yang biasanya terdiri dari CO2, CO, dan
gas-gas lain yang mudah terbakar seperti CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain (Tahir,
1992). Semakin tinggi suhu dan waktu operasi, semakin banyak karbon terkonversi menjadi
gas dan cair, sehingga semakin sedikit rendemennya. Ini dibuktikan dengan grafik hasil
penelitian di atas. Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa rendemen semakin berkurang
dengan bertambahnya suhu pirolisis.

Perbandingan Hasil Pembakaran antara Briket Batubara, Arang, dan Briket Kulit Padi
        Setelah analisa kalor, juga dilakukan analisa bakar untuk membandingkan waktu
penyalaan, waktu bakar, nyala api, warna asap, bau, dan abu antara briket batubara, arang, dan
briket Sekam. Bahan pembanding berupa briket batubara dan arang dipilih karena seringnya
pemakaian kedua bahan tersebut sebagai bahan bakar.

       Tabel 4.2Perbandingan nilai kalor Briket Batubara, Arang, dan Briket Sekam padi
                              Jenis Bahan Bakar
       Uji
                              Briket Sekam           Arang                Briket batubara

       Nilai kalor            5609,453 kal/gr        4491,2 kal/gr        6999,5 kal/gr

       Nyala api              merah kebiruan         orange kemerahan     merah kebiruan

       Asap                   Putih                  hitam                tidak ada
Gambar 4.4 Api pada Uji Bakar              Gambar 4.5 Api pada Uji Bakar
       Arang                                            Briket Batubara




                    Gambar 4.6 Api pada Uji Bakar Briket Sekam padi



Kelayakan briket kulit padi sebagai bahan bakar
       Parameter layak atau tidaknya kulit padi sebagai bahan bakar padat telah diatur dalam
SNI 1-6235-2000 kalori (atas dasar berat kering) min. 5000 kal/g

        Kadar air mempengaruhi nilai kalor. Semakin tinggi kadar air, kalor pembakaran akan
semakin kecil (www.fttm.itb.ac.id). Ini karena air nilai kalornya 0, sehingga air akan
mengurangi nilai kalor bahan bakar. Selain nilai kalor, air juga akan mempengaruhi lama
penyalaan bahan bakar. Ini karena pada pada awal proses, panas yang ada digunakan untuk
menguapkan kandungan air terlebih dahulu lalu diikuti dengan pembakaran bahan tersebut.
Apabila kandungan airnya tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan kandungan
air akan semakin lama sehingga waktu penyalaan akan semakin lama pula.

       Bagian yang hilang juga mempengaruhi lama penyalaan dan pembakaran. Semakin
besar kadar bagian yang hilang atau VM, waktu penyalaan akan semakin lama dan waktu
pembakaran semakin cepat.

       Nilai kalor merupakan parameter yang penting karena mempengaruhi efisiensi bahan
bakar. Semakin besar nilai kalor, jumlah bahan bakar yang diperlukan agar dapat
menghasilkan panas pembakaran tertentu akan semakin sedikit. Dengan demikian semakin
besar nilai kalor, pemakaian bahan bakar akan semakin irit. kalori didapat dari analisa nilai
kalor menggunakan bomb kalorimeter.

                    Tabel 4.2 Klasifikasi Briket berdasarkan Nilai Kalor

                           Kelas         Kisaran Nilai Kalor (kal/gr)

                           A             >6200

                           B             5600-6200

                           C             4940-5600

                           D             4200-4940

                           E             3360-4200

                           F             2400-3360

                           G             1300-2400

                                          (www.energyefficiencyasia.org)

KESIMPULAN

         Karena semakin banyaknya limbah pertanian berupa sekam padi, maka sangat
menguntungkan jika limbah tersebut diolah menjadi bahan bakar alternatif seperti Briket. Briket
Sekam Padi telah memenuhi nilai kalor standar briket (min. 5000 kal/gr),untuk itu layak untuk
dipasarkan. Kondisi optimal proses pirolisis untuk memproses briket dari kulit biji nyamplung adalah
suhu 3900C dan waktu 90 menit. Nilai kalor pada kondisi tersebut sebesar 5609.453 kal/gr.


DAFTAR PUSTAKA
Firman, dr. Ir. M. dkk, Draft Rencana Aksi Pengembangan Energi Alternatif Berbasis
Limbah Pertanian 2010-2014. Dinas PERTANIAN, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional, 2000, Standar mutu briket di pasaran (SNI 1 -6235-2000),
Jakarta.

Chandranegara, Anang Satria dan Herlina Bhakti Pratiwi. 2008. Optimasi Kondisi Operasi
Pirolisis untuk Menghasilkan Bahan Bakar Briket Bioarang.

Capehart, Barney L, 2007, Energy Conversion: Principles for Coal, Animal Waste, and
Biomass Fuels, Encyclopedia of Energy Engineering and Technology 3, Pages 476–497.

Girrad, J. P, 1992, Smooking in Technology of Meat and Meat Product. Pure and Application
Chemistry 49, Pages 1640-1653.
http://www.energyefficiencyasia.org. (Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 17 Mei
2010).

http://www.fttm.itb.ac.id.(Batubara - Proses UBC Tingkatkan Kalori Batubara 27 Hingga 29%,
2 Mei 2010).

http://www.id.answers.yahoo.com. (Kenapa Api Warnanya Bermacam-Macam, 25 April 2010).

http://www. inmystery.blogspot.com. (Jenis-Jenis Api berdasarkan Suhu, Warna, dan
Bahannya, 25 April 2010).

http://www.pikiran-rakyat.com (Briket Limbah Menghilangkan Sampah, 2 Juni 2008).

http://www.toiusd.multiply.com (Tanaman Obat Indonesia, 15 Agustus 2008).

Panshin, A.J., 1950, Forest Product, Their Sources, Production and Utilization, McGraw Hill
Inc., 46-51, 251-253, 263-266.

Purwono, Suryo, Berlin A. Simanjuntak, dan Prakoso Probo Sejati. 2005. Pembuatan Briket
Arang dari Limbah Batang Tembakau. Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses
Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.

Seran, J. B, 1990, Bioarang untuk Memasak, Edisi II,. Yogyakarta: Liberti.

Soeyanto, T, 1982, Cara Membuat Sampah Jadi Arang dan Kompos, Jakarta: Yudhistira.

Sugiarti, Wiwid Dan Widhi Widyatama, 2008, Pemanfaatan Bungkil Jarak, Sekam Padi Dan
Jerami Menjadi Bahan Bakar Briket Ramah Lingkungan Dan Dapat Diperbarui, Skripsi,
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.

Supramono, Dijan and Yulianto Sulistyo Nugroho, 2007, Perancangan Alat Penyingkat
Waktu Penyalaan (ignition time) Kompor Briket Batubara, Universitas Indonesia.

Contenu connexe

Tendances

Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanolEnergi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanolN'fall Sevenfoldism
 
Power Point Karakteristik Gandum
Power Point Karakteristik GandumPower Point Karakteristik Gandum
Power Point Karakteristik Gandumida farida
 
Gizi pada Olahraga Tenis Lapangan
Gizi pada Olahraga Tenis LapanganGizi pada Olahraga Tenis Lapangan
Gizi pada Olahraga Tenis LapanganIstikomah Umardani
 
Kb pohon industri-11
Kb pohon industri-11Kb pohon industri-11
Kb pohon industri-11PUPUK
 
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet JFE Project
 
Penilaian st gizi
Penilaian st giziPenilaian st gizi
Penilaian st giziPriyo1212
 
Reactor volume konstan
Reactor volume konstanReactor volume konstan
Reactor volume konstansartikot
 
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Ali Hasimi Pane
 
Proses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaProses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaVitha d'Ggr
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKKiki Amelia
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorAli Hasimi Pane
 
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK  DAN PENYERAPAN MINYAKACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK  DAN PENYERAPAN MINYAK
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAKMelina Eka
 
Gizi Atlet Sepakbola
Gizi Atlet SepakbolaGizi Atlet Sepakbola
Gizi Atlet Sepakbolamas uja
 
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806Muhammad Luthfan
 
Isi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasiIsi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasiIrwin Maulana
 

Tendances (20)

Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanolEnergi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
 
Power Point Karakteristik Gandum
Power Point Karakteristik GandumPower Point Karakteristik Gandum
Power Point Karakteristik Gandum
 
Gizi pada Olahraga Tenis Lapangan
Gizi pada Olahraga Tenis LapanganGizi pada Olahraga Tenis Lapangan
Gizi pada Olahraga Tenis Lapangan
 
Kb pohon industri-11
Kb pohon industri-11Kb pohon industri-11
Kb pohon industri-11
 
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
 
Penilaian st gizi
Penilaian st giziPenilaian st gizi
Penilaian st gizi
 
Furnace & boiler
Furnace & boilerFurnace & boiler
Furnace & boiler
 
Pneumatic conveyor
Pneumatic conveyorPneumatic conveyor
Pneumatic conveyor
 
Reactor volume konstan
Reactor volume konstanReactor volume konstan
Reactor volume konstan
 
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
 
Proses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapaProses pengolahan minyak_kelapa
Proses pengolahan minyak_kelapa
 
HACCP
HACCPHACCP
HACCP
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIK
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK  DAN PENYERAPAN MINYAKACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK  DAN PENYERAPAN MINYAK
ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK
 
Gizi Atlet Sepakbola
Gizi Atlet SepakbolaGizi Atlet Sepakbola
Gizi Atlet Sepakbola
 
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
 
Isi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasiIsi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasi
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Kp3 evaporasi
Kp3 evaporasiKp3 evaporasi
Kp3 evaporasi
 

Similaire à 26.jurnal briket

Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iiPUjo Kh
 
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptxProposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptxnashrul chanief hidayat
 
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagungPengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagungeka putra
 
Jodi Juhensen_PPT SEMPRO 1.pptx
Jodi Juhensen_PPT SEMPRO 1.pptxJodi Juhensen_PPT SEMPRO 1.pptx
Jodi Juhensen_PPT SEMPRO 1.pptxHamdaYunasdi1
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukAnggi Dharma Roesadi
 
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllumPembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllumVhiyo Lisangka
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfananganang17031998
 
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...Eka Novitasari
 
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxPPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxamranfadila1
 
PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN ARENG BATOK KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR PEDANGAN MAKANAN
PROPOSAL  KEWIRAUSAHAAN ARENG BATOK KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR PEDANGAN MAKANANPROPOSAL  KEWIRAUSAHAAN ARENG BATOK KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR PEDANGAN MAKANAN
PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN ARENG BATOK KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR PEDANGAN MAKANANirwansyah budiman
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITriesonetwo
 
Makalah pltbg ku
Makalah pltbg kuMakalah pltbg ku
Makalah pltbg kupnusantara
 
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclayReologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclayBambang Afrinaldi
 
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetPembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetrando_suhendra
 

Similaire à 26.jurnal briket (20)

Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptxProposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
Proposal Tesis Nashrul Chanief Hidayat.pptx
 
Proses pembuatan briket arang
Proses pembuatan briket arang Proses pembuatan briket arang
Proses pembuatan briket arang
 
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagungPengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
 
Jodi Juhensen_PPT SEMPRO 1.pptx
Jodi Juhensen_PPT SEMPRO 1.pptxJodi Juhensen_PPT SEMPRO 1.pptx
Jodi Juhensen_PPT SEMPRO 1.pptx
 
Batu bara
Batu baraBatu bara
Batu bara
 
200 653-1-pb
200 653-1-pb200 653-1-pb
200 653-1-pb
 
pembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busukpembuatan bioetanol dari salak busuk
pembuatan bioetanol dari salak busuk
 
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllumPembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
Pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung (calophyllum inophyllum
 
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdfadmin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
admin,+Papper+Bio-Oil+Rev..pdf
 
14 1 - copy
14 1 - copy14 1 - copy
14 1 - copy
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...01 fix artikel 01  juli 09  - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
01 fix artikel 01 juli 09 - brg - dekomposisi tongkol jagung secara termoki...
 
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptxPPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
PPT biodisel (amran fadila 2021312025P)...pptx
 
Proposal kewirausahaan b
Proposal  kewirausahaan bProposal  kewirausahaan b
Proposal kewirausahaan b
 
PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN ARENG BATOK KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR PEDANGAN MAKANAN
PROPOSAL  KEWIRAUSAHAAN ARENG BATOK KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR PEDANGAN MAKANANPROPOSAL  KEWIRAUSAHAAN ARENG BATOK KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR PEDANGAN MAKANAN
PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN ARENG BATOK KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR PEDANGAN MAKANAN
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
 
Makalah pltbg ku
Makalah pltbg kuMakalah pltbg ku
Makalah pltbg ku
 
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclayReologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
Reologi nanokomposit polipropilen/mwcnt/organoclay
 
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karetPembuatan bioetanol dari singkong karet
Pembuatan bioetanol dari singkong karet
 

26.jurnal briket

  • 1. OPTIMASI KONDISI OPERASI PIROLISIS SEKAM PADI UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR BRIKET BIOARANG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF FERI PUJI HARTANTO ( L2C 309 045 ), FATHUL ALIM ( L2C 309 046 ) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH, Tembalang, Semarang telp/fax.(024)7460058 Abstrak Kebutuhan energi yang terus meningkat dan ketersediaan bahan bakar yang menipis memaksa manusia untuk mencari sumber alternatif bahan bakar. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu penelitian untuk memperoleh bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui seperti sekam padi, sehingga dapat dihasilkan briket bioarang yang mempunyai nilai kalor yang tinggi, memenuhi standar bahan bakar briket di pasaran, dan ramah terhadap lingkungan.Di Indonesia tanaman padi banyak tumbuh di Pulau Jawa. Sekam padi merupakan limbah dari hasil penyelepan padi, dan belum dapat dimanfaatkan secara efisien oleh masyarakat. Nilai kalor hasil pembakaran kulit biji nyamplung masih terbilang rendah (3300,45 kal/gram). Oleh karenanya diperlukan usaha untuk meningkatkan nilai kalornya melalui proses pirolisis. Proses pirolisis yang dilanjutkan dengan pengepresan akan menghasilkan briket.Pelaksanaan penelitian menggunakan metode pirolisis dengan memvariasikan suhu (210, 250, 300, 350, 390 0C) dan waktu operasi (30, 60, 90 menit). Sekam padi dipirolisis sesuai variabel yang ditentukan. Setelah itu, masing-masing sampel dicampur dengan larutan kanji dengan perbandingan berat kanji kering : sampel adalah 1:7. Selanjutnya sampel dicetak dan dijemur hingga kering Nilai kalor optimal diperoleh pada variabel suhu 3900C, selama 90 menit sebesar 5609,453 cal /gr. Briket Sekam Padi telah memenuhi nilai kalor standar briket (min. 5000 kal/gr) berdasarkan SNI. Kata kunci : briket sekam padi, kalori Pendahuluan Dengan semakin berkurangnya cadangan minyak dunia, penghematan energi mulai diluncurkan hampir di semua negara. Indonesia kini telah menjadi salah satu negara pengimpor minyak mentah sehingga perlu suatu usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar migas. Indonesia memiliki banyak sumberdaya alam, Diantaranya ada yang belum termanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi alternatif. Salah satu energi altenatif adalah briket. Briket yang banyak tersedia saat ini adalah briket batubara. Bahan lain yang potensial menjadi briket adalah briket sekam padi.
  • 2. Sekam padi yang merupakan salah satu produk sampingan dari proses penggilingan padi, selama ini hanya menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sekam padi lebih sering hanya digunakan sebagai bahan pembakar bata merah atau dibuang begitu saja sehingga energinya tidak termanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu pemanfaatan sekam padi pada pembuatan briket dapat meningkatkan nilai ekonomisnya. Pada dasarnya, pembuatan briket dari sekam padi tidak jauh berbeda dengan pembuatan briket dari bahan lain misalnya batu bara, tempurung kelapa dan serbuk gergaji. Tabel 1 Kandungan Sekam Padi Kandungan Persentase Kadar Air 9.02% Protein Kasar 3.03% Lemak 1.18% Serat Kasar 35.68% Abu 17.17% Karbohidrat Dasar 33.37% (Suharno, 1979) Briket bioarang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan arang biasa (konvensional), antara lain: Panas yang dihasilkan oleh briket bioarang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kayu biasa dan nilai kalor dapat mencapai 5000 kalori. Beberapa nilai kalor dari beberapa jenis bahan bakar ditunjukkan oleh tabel 2.
  • 3. Tabel 2. Nilai Kalor Rata-Rata dari beberapa Jenis Bahan Bakar Bahan Bakar Nilai Kalor (kal/g) Kayu (kering mutlak) 4491,2 Batubara muda (lignit) 1887,3 Batubara 6999,5 Minyak bumi (mentah) 10081,2 Bahan bakar minyak 10224,6 Gas alam 9722,9 (Akhehurst,1981) Sedangkan nilai kalor yang dihasilkan oleh berbagai macam biomassa dari penelitian yang telah dilakukan ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 3. Nilai Kalor Optimal Briket dari Berbagai Macam Biomassa Bahan Briket Nilai Kalor Optimal (kal/g) Sekam Padi 3300,45 Serbuk gergaji kayu 5786.37 Kulit biji mete 4268.48 Kulit Biji nyamplung 4261.975 Bungkil biji jarak 6343,49 (Sumber: Berbagai jurnal penelitian) Briket bioarang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau, sehingga bagi masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di perkotaan dimana ventilasi perumahannya kurang mencukupi, sangat praktis menggunakan briket bioarang. Setelah briket bioarang terbakar (menjadi bara) tidak perlu dilakukan pengipasan. Teknologi pembuatan briket bioarang sederhana dan tidak memerlukan bahan kimia lain kecuali yang terdapat dalam bahan briket itu sendiri. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat yang ada dibentuk sesuai kebutuhan dan tidak perlu mencari di tempat lain. (Soeyanto,1982)
  • 4. BAHAN DAN ALAT Bahan a. Sekam padi b. Tepung kanji c. Air Gambar Rangkaian Alat 3 4 2 1 14 5 13 6 12 7 8 9 11 10 Gambar 3.1 Alat Pirolisis (bentuk horizontal) Keterangan : 1. Pipa penyalur asap 9. Alat pirolisis 2. Kran asap (valve) 10. Besi penyangga 3. Manometer 11. Cooling waterinlet 4. Termometer 12. Kondensor 5. Tutup alat pirolisis 13. Cooling water outlet 6. Belt penggerak 14. Asap Inlet 7. Motor listrik (kecepatan 50 rpm) 8. Pengatur suhu 9.
  • 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengolah kulit padi (Sekam), yang merupakan limbah Pertanian di Indonesia,menjadi briket bioarang. Penelitian ini dilakukan dengan variabel tetap, yaitu kulit padi sebagai jenis bahan, ukuran partikel bahan (22,22 mesh), berat bahan tiap pirolisis (100 gr). Sedangkan variabel berubahnya adalah suhu : 210 0C, 250 0C, 300 0C, 350 0 C, dan 3900C serta waktu operasi : 30, 60, dan 90 menit. Dari penelitian ini dapat diketahui pengaruh suhu dan waktu pirolisis terhadap nilai kalor briket, briket yang dihasilkan memenuhi standar atau tidak. Pengaruh Variabel Suhu dan Waktu terhadap Nilai Kalor Grafik 4.1 menggambarkan nilai kalor pada berbagai waktu pirolisis. Pada waktu pirolisis 30 menit, nilai kalor mengalami Kenaikan dengan suhu 3900C,nilai kalor akan terus naik sebanding dengan suhu dan mencapai titik optimal pada suhu 3900C. Tidak jauh berbeda dengan waktu 30 menit, variabel pirolisis 60 menit mengalami Kenaikan nilai kalor pada suhu 3900C,nilai kalor akan terus naik dan mencapai optimal pada suhu 3900C. Setelah itu terjadi penurunan nilai kalor sampai variabel suhu terakhir. Sedangkan pada waktu 90 menit, nilai kalor terus naik dan mencapai suhu optimal 390°C. Gambar 4.1 Grafik Hubungan Nilai Kalor vs Suhupada berbagai Variabel Waktu Dari Gambar 4.1 tampak bahwa nilai kalor terbesar diperoleh dari proses pirolisis pada suhu operasi 3900C dan waktu pembakaran 90 menit yaitu 5609,453 kal/gr. Jadi pada suhu 3900C dan waktu pembakaran 90 menit inilah kondisi operasi proses pirolisis yang optimal.
  • 6. a. Variabel Suhu Pengaruh suhu pada proses pirolisis dalam pembuatan briket bioarang menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu,maka proses pembentukan arang semakin cepat, karena proses penguraian bahan menjadi arang semakin cepat. Dari gambar 4.1 tampak bahwa semakin tinggi suhu operasi, maka nilai kalor briket yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan pembentukan arang dalam proses pirolisis dapat berlangsung lebih sempurna, sehingga proses penguraian biomassa menjadi arang lebih sempurna. seperti yang disimpulkan Barney (2007) sebagai berikut : I : C + ½ O2 CO II : C + O2 CO2 III : C + CO2 2CO b. Variabel Waktu Semakin lama waktu pembakaran maka nilai rata rata kalor yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan pembentukan arang dalam proses pirolisis dapat berlangsung lebih lama dan merata, sehingga proses penguraian biomassa menjadi arang lebih sempurna. Namun kecenderungan untuk peningkatan nilai kalor berbanding lurus dengan waktu tidak terjadi pada waktu 90 menit. Ini karena pada suhu 3900C telah tercapai nilai kalor optimal untuk waktu 90 menit. Sehingga, tidak sama dengan waktu 30 dan 60 menit yang masih mengalami kenaikan nilai kalor, untuk variabel suhu selanjutnya akan terjadi penurunan nilai kalor pada waktu operasi 90 menit. Pengaruh Variabel Suhu dan Waktu terhadap Rendemen Hasil Pirolisis Rendemen merupakan banyaknya arang yang terbentuk setelah pirolisis yang dibandingkan tehadap berat kulit padisebelum dilakukan pirolisis dan dinyatakan dalam persen berat. Berikut ini grafik rendemen hasil penelitian.
  • 7. Gambar 4.2 Grafik Suhu vs Rendemen pada Berbagai Variabel Waktu Proses pirolisis menghasilkan 3 macam bentuk zat, yaitu padatan berupa residu karbon, cair berupa distilat asap cair dan tar, dan gas yang biasanya terdiri dari CO2, CO, dan gas-gas lain yang mudah terbakar seperti CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain (Tahir, 1992). Semakin tinggi suhu dan waktu operasi, semakin banyak karbon terkonversi menjadi gas dan cair, sehingga semakin sedikit rendemennya. Ini dibuktikan dengan grafik hasil penelitian di atas. Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa rendemen semakin berkurang dengan bertambahnya suhu pirolisis. Perbandingan Hasil Pembakaran antara Briket Batubara, Arang, dan Briket Kulit Padi Setelah analisa kalor, juga dilakukan analisa bakar untuk membandingkan waktu penyalaan, waktu bakar, nyala api, warna asap, bau, dan abu antara briket batubara, arang, dan briket Sekam. Bahan pembanding berupa briket batubara dan arang dipilih karena seringnya pemakaian kedua bahan tersebut sebagai bahan bakar. Tabel 4.2Perbandingan nilai kalor Briket Batubara, Arang, dan Briket Sekam padi Jenis Bahan Bakar Uji Briket Sekam Arang Briket batubara Nilai kalor 5609,453 kal/gr 4491,2 kal/gr 6999,5 kal/gr Nyala api merah kebiruan orange kemerahan merah kebiruan Asap Putih hitam tidak ada
  • 8. Gambar 4.4 Api pada Uji Bakar Gambar 4.5 Api pada Uji Bakar Arang Briket Batubara Gambar 4.6 Api pada Uji Bakar Briket Sekam padi Kelayakan briket kulit padi sebagai bahan bakar Parameter layak atau tidaknya kulit padi sebagai bahan bakar padat telah diatur dalam SNI 1-6235-2000 kalori (atas dasar berat kering) min. 5000 kal/g Kadar air mempengaruhi nilai kalor. Semakin tinggi kadar air, kalor pembakaran akan semakin kecil (www.fttm.itb.ac.id). Ini karena air nilai kalornya 0, sehingga air akan mengurangi nilai kalor bahan bakar. Selain nilai kalor, air juga akan mempengaruhi lama penyalaan bahan bakar. Ini karena pada pada awal proses, panas yang ada digunakan untuk menguapkan kandungan air terlebih dahulu lalu diikuti dengan pembakaran bahan tersebut. Apabila kandungan airnya tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan kandungan air akan semakin lama sehingga waktu penyalaan akan semakin lama pula. Bagian yang hilang juga mempengaruhi lama penyalaan dan pembakaran. Semakin besar kadar bagian yang hilang atau VM, waktu penyalaan akan semakin lama dan waktu pembakaran semakin cepat. Nilai kalor merupakan parameter yang penting karena mempengaruhi efisiensi bahan bakar. Semakin besar nilai kalor, jumlah bahan bakar yang diperlukan agar dapat
  • 9. menghasilkan panas pembakaran tertentu akan semakin sedikit. Dengan demikian semakin besar nilai kalor, pemakaian bahan bakar akan semakin irit. kalori didapat dari analisa nilai kalor menggunakan bomb kalorimeter. Tabel 4.2 Klasifikasi Briket berdasarkan Nilai Kalor Kelas Kisaran Nilai Kalor (kal/gr) A >6200 B 5600-6200 C 4940-5600 D 4200-4940 E 3360-4200 F 2400-3360 G 1300-2400 (www.energyefficiencyasia.org) KESIMPULAN Karena semakin banyaknya limbah pertanian berupa sekam padi, maka sangat menguntungkan jika limbah tersebut diolah menjadi bahan bakar alternatif seperti Briket. Briket Sekam Padi telah memenuhi nilai kalor standar briket (min. 5000 kal/gr),untuk itu layak untuk dipasarkan. Kondisi optimal proses pirolisis untuk memproses briket dari kulit biji nyamplung adalah suhu 3900C dan waktu 90 menit. Nilai kalor pada kondisi tersebut sebesar 5609.453 kal/gr. DAFTAR PUSTAKA Firman, dr. Ir. M. dkk, Draft Rencana Aksi Pengembangan Energi Alternatif Berbasis Limbah Pertanian 2010-2014. Dinas PERTANIAN, Jakarta. Badan Standardisasi Nasional, 2000, Standar mutu briket di pasaran (SNI 1 -6235-2000), Jakarta. Chandranegara, Anang Satria dan Herlina Bhakti Pratiwi. 2008. Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis untuk Menghasilkan Bahan Bakar Briket Bioarang. Capehart, Barney L, 2007, Energy Conversion: Principles for Coal, Animal Waste, and Biomass Fuels, Encyclopedia of Energy Engineering and Technology 3, Pages 476–497. Girrad, J. P, 1992, Smooking in Technology of Meat and Meat Product. Pure and Application Chemistry 49, Pages 1640-1653.
  • 10. http://www.energyefficiencyasia.org. (Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 17 Mei 2010). http://www.fttm.itb.ac.id.(Batubara - Proses UBC Tingkatkan Kalori Batubara 27 Hingga 29%, 2 Mei 2010). http://www.id.answers.yahoo.com. (Kenapa Api Warnanya Bermacam-Macam, 25 April 2010). http://www. inmystery.blogspot.com. (Jenis-Jenis Api berdasarkan Suhu, Warna, dan Bahannya, 25 April 2010). http://www.pikiran-rakyat.com (Briket Limbah Menghilangkan Sampah, 2 Juni 2008). http://www.toiusd.multiply.com (Tanaman Obat Indonesia, 15 Agustus 2008). Panshin, A.J., 1950, Forest Product, Their Sources, Production and Utilization, McGraw Hill Inc., 46-51, 251-253, 263-266. Purwono, Suryo, Berlin A. Simanjuntak, dan Prakoso Probo Sejati. 2005. Pembuatan Briket Arang dari Limbah Batang Tembakau. Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. Seran, J. B, 1990, Bioarang untuk Memasak, Edisi II,. Yogyakarta: Liberti. Soeyanto, T, 1982, Cara Membuat Sampah Jadi Arang dan Kompos, Jakarta: Yudhistira. Sugiarti, Wiwid Dan Widhi Widyatama, 2008, Pemanfaatan Bungkil Jarak, Sekam Padi Dan Jerami Menjadi Bahan Bakar Briket Ramah Lingkungan Dan Dapat Diperbarui, Skripsi, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. Supramono, Dijan and Yulianto Sulistyo Nugroho, 2007, Perancangan Alat Penyingkat Waktu Penyalaan (ignition time) Kompor Briket Batubara, Universitas Indonesia.