SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  40
Télécharger pour lire hors ligne
BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU
         RAJA HELENA (Troides helena L.)




               KARYA ILMIAH




                    Oleh


           AFIFI RAHMADETIASSANI




             FAKULTAS BIOLOGI

        UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

                    2013
BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU
         RAJA HELENA (Troides helena L.)




    Karya ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
               MATA KULIAH SEMINAR




                           Oleh


                  Afifi Rahmadetiassani
                    083112620150008




                  FAKULTAS BIOLOGI

         UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

                           2013
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL


Karya Ilmiah, Jakarta, Februari 2013




Afifi Rahmadetiassani

Bioekologi dan Strategi Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (Troides helena L.)

x + 30 halaman, 1 tabel dan 8 gambar

        Indonesia memiliki kekayaan jenis kupu-kupu dan nilai endemisitas tertinggi
di dunia. Kupu-kupu memiliki peran yang penting dalam ekosistem, yaitu sebagai
polinator, bioindikator lingkungan, bahan makan, objek wisata dan ojek studi serta
diperjual belikan di pasar regional dan internasioanl untuk dijadikan koleksi.
        Salah satu kupu-kupu yang memiliki permintaan pasar yang tinggi adalah
kupu-kupu raja helena (Troides helena L.). Jenis ini banyak diperjual belikan karena
memiliki warna yang indah, menarik dan memiliki nilai estetika. Eksploitasi yang
berlebihan dapat berdampak terhadap kelestariannya. Saat ini, jenis ini dilindungi
oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan termasuk kategori Appendiks II
CITES.
        Upaya konservasi yang diperlukan untuk melestarikan populasi kupu-kupu
raja helena dengan menggunakan prinsip perlindungan (save), penelitian (study), dan
pemanfaatan (use). Pada penerapannya, upaya perlindungan dilakukan scara in-situ
seperti pada TN. Bantimurung Bulungsaraung dan secara ex-situ pada Museum Kupu
TMII.


Daftar bacaan: 56 (1973 -2013).
Judul Karya Ilmiah    : BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-
                        KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.)




Nama Mahasiswa        : Afifi Rahmadetiassani
Nomor Pokok           : 083112620150008




                                   Menyetujui




   Pembimbing Pertama                                 Pembimbing Kedua




  Hasni Ruslan, dra. MSi                           Tatang Mitra Setia, drs. MSi




                                      Dekan




                             Imran S. L. Tobing, drs. MSi




Tanggal Lulus : 1 Februari 2013
KATA PENGANTAR




       Segala puji dan syukur penulis persembahkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini. Tulisan yang bersifat telaah pustaka ini disusun guna untuk

memenuhi persyaratan mata kuliah Seminar pada Fakultas Biologi Universitas

Nasional.

       Dengan tersusunnya karya ilmiah yang berjudul Bioekologi dan Strategi

Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (Troides helena L.), pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dra. Hasni Ruslan, MSi sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan

   saran, bimbingannya dan dukungan kepada penulis hingga tersusunnya karya

   ilmiah.

2. Drs. Tatang Mitra Setia, MSi sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan

   saran, bimbingan dan dukungannya kepada penulis hingga tersusunnya karya

   ilmiah.

3. Drs. Imran. S. L. Tobing, MSi selaku Dekan Fakultas Biologi Universitas

   Nasional.




                                                                              v
4. Dra. Ikhsan Matondang, MSi sebagai Pembimbing Akademik Angkatan 2008

   yang telah memberikan semangat dan bimbingannya dalam penulisan karya

   ilmiah.

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Biologi Universitas Nasional yang telah banyak

   memberi dorongan serta dukungan kepada penulis.

6. Untuk kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang terus memberikan

   motivasi, semangat dan juga dukungannya baik moril maupun materil, serta

   kesabarannya dan juga ketulusan dalam setiap doanya.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008: Zulfikar S.Si., Marlia, Fajar, Devi,

   Joandini, Angga, There, Tenno, Rika, Akbar, Anita, Dita, Hamdani, Nur, Arfan,

   Kiki, dan Dera yang selalu memberikan semangat, saran, kekompakan yang tidak

   bakal terlupakan selama perkuliahan.

8. M. Arif Rifqi, S.Si. sahabat dekatku yang selalu memberikan semangat dan

   masukan-masukan yang bermanfaat untuk penulisan karya ilmiah.

9. Teman-teman BSO KSPL “Chelonia”, BBC, JBS, KKI, WWF, IWP, TRASHI,

   PP-IPTEK yang memberikan persahabatan, semangat, kreativitas dan ilmu-ilmu

   selama ini.

10. Alumni dan teman-teman semua angkatan Fakultas Biologi Universitas Nasional

   Jakarta atas motivasi, saran dan nasehat kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan karya ilmiah yang

   tidak dapat disebutkan satu-persatu.




                                                                               vi
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam hal materi maupun teknik

penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bimbingan,

saran, dan kritik yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki karya ilmiah ini

sehingga bermanfaat dan dapat dijadikan bahan acuan oleh semua pihak.




                                                            Jakarta, Februari 2013




                                                                           Penulis




                                                                                vii
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x

BAB

I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

II. BIOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA ............................................................. 3
   A. Morfologi .............................................................................................................. 3
   B. Klasifikasi ............................................................................................................. 5
   C. Siklus Hidup ......................................................................................................... 6

III. EKOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA ......................................................... 11
   A. Makanan ............................................................................................................. 11
   B. Dsitribusi dan Habitat ......................................................................................... 12
   C. Peran dalam Ekosistem ....................................................................................... 14

IV. STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA ............................ 16
  A. Ancaman ............................................................................................................. 16
   B. Strategi Konservasi ............................................................................................. 17
   C. Studi Kasus Upaya Konservasi di TN. Bantimurung-Bulung Saraung .............. 20
   D. Studi Kasus Upaya Konservasi di Taman Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia
      Indah ................................................................................................................... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25



                                                                                                                            viii
DAFTAR TABEL

Tabel                                                                              Halaman

                                       Naskah

 1. Persebaran Kupu-Kupu Raja Helena di Indonesia...............................     13




                                                                                          ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                  Halaman

                                                  Naskah

  1.     Morfologi kupu-kupu ........................................................................     4

  2.     Seksual Dimorfisme Pada Kupu-Kupu Raja Helena Betina dan
         Jantan Serta Ciri Pembedanya ..........................................................          5

  3.     Siklus Hidup Kupu-Kupu Raja Helena .............................................                 6

  4.     Telur Kupu-Kupu Raja Helena .........................................................            7

  5.     Larva Kupu-Kupu Raja Helena.........................................................             7

  6.     Pupa Kupu-Kupu Raja Helena .........................................................             8

  7.     Pemangsaan Kupu-Kupu Raja Helena Oleh Laba-Laba ...................                              10

  8.     Pakan Larva Kupu-Kupu Raja Helena .............................................                  11




                                                                                                               x
BAB I


                                   PENDAHULUAN


       Indonesia memiliki sekitar 2.500 jenis kupu-kupu, jumlah tersebut

menunjukkan Indonesia menjadi salah satu negara tertiggi yang memiliki memiliki

kekayaan jumlah jenis kupu-kupu di dunia yang berada di bawah Brazil dan Peru

yang memiliki 3.700 jenis. Namun, secara endemisitas Indonesia menempati

peringkat pertama yaitu sebanyak 35% (Peggie, 2011). Menurut Pasaribu (2012),

Indonesia memiliki 121 jenis kupu-kupu dari suku Papilionidae dan 44% dari jumlah

tersebut termasuk jenis endemik.

       Kupu-kupu merupakan salah satu hewan yang digolongkan dalam bangsa

Lepidoptera. Secara etimologis, Lepidoptera berasal dari bahasa Latin lepido (sisik)

dan bahasa Yunani pteron (sayap). Sisik-sisik pada sayap kupu-kupu tersebut

tersusun seperti genteng serta memiliki pola warna dan corak yang menarik. Bangsa

Lepidoptera dicirikan mempunyai dua pasang sayap yang tertutup sisik, memiliki

ukuran tubuh kecil sampai besar dan tipe mulut pada larva adalah penggigit

sedangkan pada dewasa penghisap (Hadi dkk., 2009).

       Kupu-kupu memiliki pola warna yang indah dan menjadikan kupu-kupu

bernilai tinggi, sehingga banyak orang yang tertarik dan berusaha menangkap kupu-

kupu dari alam baik untuk penelitian, koleksi pribadi, maupun untuk diperdagangkan.

Perdagangan kupu-kupu dilakukan di dalam negeri hingga ke dunia internasional

(National Research Council, USA, 1983). Kondisi tersebut dapat menimbulkan


                                                                                  1
eksploitasi yang berlebihan dan tidak terkontrol. Selain itu, pembukaan lahan dan ahli

fungsi hutan untuk keperluan ekonomi dapat menyebabkan kupu-kupu kehilangan

habitatnya (Peggie, 2011). Apabila hal ini terus terjadi akan berakibat penyusutan

populasi dan menyebabkan kepunahan jenis kupu-kupu.

       Salah satu jenis kupu-kupu yang dilindungi dan bernilai di Indonesia adalah

kupu-kupu raja helena (Troides helena). Secara undang-undang, jenis ini dilindungi

secara nasional oleh PP. No. 7 tahun 1999 dan internasional dalam Appendix II

CITES. Kupu-kupu raja helena ini merupakan salah satu jenis yang mendapatkan

permintaan pasar yang tinggi (Peggie, 2011). Nilai perdagangan awetan kupu-kupu di

dunia dapat mencapai US$ 100 per tahun. Seperti kasus yang terjadi di Irian Jaya,

harga awetan kupu-kupu jenis Onithoptera spp. dan Triodes spp. dapat mencapai

US$ 0,5-100 per spesimennya (Supriatna, 2008). Oleh karena itu kajian konservasi

yang berhubungan dengan jenis ini menjadi sangat penting untuk mencegah

kepunahannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan karya

ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai aspek bioekologi beserta

strategi konservasi kupu-kupu raja helena dengan harapan dapat menjadi referensi

ilmiah untuk pelestariannya.




                                                                                    2
BAB II


                    BIOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA


   A. Morfologi
       Kupu-kupu raja helena termasuk ke dalam suku Papilionidae dengan

karakteristik memiliki tubuh yang besar dengan pola warna yang indah (Noerdjito

dan Aswari, 2003), pada umumnya mempunyai sifat sexual dimorphic yaitu yaitu

terdapat perbedaan morfologi antara kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina dan

memiliki sifat polymorphic yaitu terdapat beberapa pola sayap pada kupu-kupu betina

(Peggie dan Amir, 2006), pada beberapa jenis kupu-kupu suku ini, terdapat sayap

belakang yang memanjang seperti ekor (Vane-Wright dan de Jong, 2003). Oleh

karena itu suku Papilionidae disebut juga sebagai kupu-kupu ekor burung walet atau

swallow tail (Borror dkk., 1996).

       Menurut Fleming (1983) dan Nurjannnah (2010), secara umum, tubuh kupu-

kupu dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), toraks (dada) dan abdomen

(perut) (Gambar 1). Kepala kupu-kupu berbentuk bulat kecil, terdapat sepasang

antena, sepasang mata dan alat mulut (Smart, 1976). Antena kupu-kupu berukuran

panjang, ramping dan terdiri dari segmen-segmen. Antena tersebut berfungsi sebagai

alat peraba, perasa , pengecap, pembau serta pendengar (Borror dkk., 1996). Kupu-

kupu mempunyai tipe alat mulut penghisap (proboscis). Proboscis tersebut bisa

digulung jika kupu-kupu tidak melakukan aktivitas makan (Scoble, 1992).



                                                                                 3
Gambar 1. Morfologi Kupu-Kupu (Nurjannah, 2010)
                                            Kupu             2010).

       Kupu-kupu raja helena memiliki seksual dimorfisme (Gambar 2) (Krafiani,
            kupu

2010; Pasaribu, 2012). Kupu kupu jantan memiliki kepala hitam dengan sisik merah
                       Kupu-kupu

di bagian belakang, dada berwarna hitam, perut berwarna kuning-putih yang tertutup
                                                        kuning

garis-garis hitam pada masing-masing segmen dan sisi dalam berwarna kuning, sayap
      garis            masing masing

depan berwarna abu-abu atau hitam dengan sedikit warna putih (Simbolon dan
               abu abu

Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999) dan memiliki panjang 6-8,4 cm
                                                                        6

serta apabila direntangkan dapat mencapai 9,8
        abila                             9,8-13,8 cm (Peggie, 2011). Pada sayap

belakang berwarna kuning emas dan memiliki batas hitam pada tulang sayap

(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999).

       Pada kupu-kupu betina memiliki kepala hitam coklat dengan memiliki
                 kupu

lengkungan merah di sisi atas, dada berwarna coklat dan bersisik merah, perut

umumnya berwarna abu-abu, coklat, atau kuning, yang ditutupi sisik hitam, sayap
                 abu abu,

depan berwarna abu-abu, coklat atau hitam (Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk.,
                   abu,


                                                                                 4
1992; Sihombing, 1999) yang memiliki panjang 7,3-9,5 cm dan apabila direntangkan
                                                 9,5

dapat mencapai 11-15 cm (Peggie, 2011), sayap belakang ditandai dengan warna
                  15

kuning keemasan dan hitam pada bagian tepi serta terdapat bintik-bintik hitam dan
                                                          bintik

putih (Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992).
 utih




Gambar 2. Seksual Dimorfisme Pada Kupu-Kupu Raja Helena Betina (A) dan Jantan
                   D
(B) Serta Ciri Pembedanya : (1) Hitam Tanpa Gurat Pada Tepi Sayap, (2) Memiliki
                embedanya                                   Sayap
Tujuh Vena Lurus, (3) Bercak Hitam yang Masuk ke Dalam Hanya Sedikit, (4) Tidak
        ena                                    e
Ada Bercak Kuning, (5) Basal Area Sisik Hitam, (6) Deretan Bercak Hitam Tidak
Terlalu Besar (Peggie, 2011)
                       2011).


    B. Klasifikasi
        Kupu-kupu raja helena atau dikenal juga dengan nama Common Birdwing
                   aja

dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1758 (Collins dan Morris, 1985). Klsifikasi
                                                                  1985)

kupu-kupu raja helena menurut
     kupu                         Tsukada dan Nishiyama (1982) adalah sebagai
                                                         1982)

berikut :




                                                                                 5
Filum         : Arthropoda

Kelas         : Insekta

Subkelas      : Pterygota

Bangsa        : Lepidoptera

Suku          : Papilionidae

Marga         : Troides

Jenis         : Troides helena (Linneaus, 1758)

   C. Siklus Hidup
         Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna, dimana dalam siklus
              kupu

hidupnya terdapat empat tahapan fase, yaitu fase telur, larva, pupa dan dewasa

(Gambar 3) (Borror et al, 1996). Kupu-kupu betina setelah melakukan kopulasi akan
                or        199

bertelur (Mardiana, 200 dan dapat menghasilkan telur lebih kurang 100 butir
          Mardiana, 2002)

sepanjang hidupnya (
                   (Fitzgerald, 1999).




Gambar 3. Siklus Hidup Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 2013).
                       Kupu                   Butterfly                   201


                                                                               6
Telur kupu-kupu raja helena berwarna putih, bulat licin dan dilapisi oleh cairan
           kupu

berwarna orange yang berfungsi sebagai perekat (Gambar 4) (Mardiana,
            nge                        pere                                2002).

Telur-telur tersebut kemudian diletakkan pada daun atau tangkai daun oleh kupu-

kupu betina agar telur yang menetas dapat langsung memakannya (Opler dan Strawn,
                                                              (

2000).




    Gambar 4. Telur Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 2013).
                    Kupu                   Butterfly                   201

         Saat telur menetas menjadi ulat (larva) (Gambar 5), larva tersebut akan

memakan kulit telurnya sendiri (Departemen Kehutanan, 1996) dan langsung

memperoleh makan dari tanaman inangnya untuk di makan (Opler dan Strawn, 2000).

Dalam fase ini, larva akan mengala
                           mengalami pergantian kulit, hal ini dikarenakan
                                                        al

mengantisipasi kulit yang tidak elastis (Pasaribu, 2012).
        sipasi




    Gambar 5. Larva Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 2013).
                                           Butterfly                   201

         Fase selanjutnya adalah pupa (Gambar 6), dimana masa ini merupakan masa

tidak ada aktivitas fisik (Sihombing, 1999). Menurut Carey-Huges dan Pickford
                                                           Huges


                                                                                7
(1977), pupa kupu-kupu raja helena akan bergerak dan mengeluarkan bunyi desis
                  kupu

apabila terganggu. Fase ini diakhiri dengan kupu kupu dewasa (imago) dimana kupu-
                                            kupu-kupu                       kupu

kupu tersebut keluar dari pupa dengan cara membuka bagian atas pupa (Pasaribu,
                     da                               ian

2012).




     Gambar 6. Pupa Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 2013).
                                           Butterfly                   201

         Sayap kupu-kupu masih lemah dengan tubuh yang menggelembung ketika
                    kupu

menetas dari pupanya. Tubuh kupu-kupu akan mengempis, setelah cairan tersebut
                                               empis,

mengalir ke vena sayap, sehingga sayap kupu-kupu dapat membentang. Setelah sayap
                                       kupu kupu

berkembang sempurna, kupu kupu siap terbang dan dapat melakukan atifitasnya
                     kupu-kupu

(Pallister, 1986). Kupu kupu betina dapat langsung dikawini oleh pejantan sekitar dua
                      u-kupu

jam setelah menjadi imago, sedangkan kupu kupu jantan baru dapat melakukan
             enjadi                  kupu-kupu

perkawinan setelah satu atau dua hari setelah menetas dari pupa (Sihombing, 1999).

         Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siklus hidup kupu
                faktor                                             kupu-kupu raja

helana yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik meliputi suhu,
                                             .

kelembaban, curah hujan dan
              rah                cahaya matahari (Rizal, 2007). Menurut Romoser


                                                                                     8
(1973), suhu tubuh kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu juga

mempengaruhi kelembaban, curah hujan dan cahaya matahari pada suatu habitat. Jika

suhu suatu habitat tinggi, maka kelembaban, curah hujan pada habitat tersebut rendah

dan cahaya matahari pada habitat tersebut tinggi. Suhu yang ideal bagi kupu-kupu

adalah 15°C-45°C (Jumar, 2000), kelembaban ideal berkisar 84-92% (Borror dkk.,

1996) dan curah hujan yang ideal berkisar 2.000-4.000 mm/tahun (Handayani, 2012).

Kupu-kupu membutuhkan cahaya matahari yang optimum untuk berjemur dan

menghangatkan tubuhnya. Jika suhu tubuh kupu-kupu sudah meningkat maka kupu-

kupu akan mencari tempat berteduh (Sihombing , 1999). Suatu habitat bila mengalami

kondisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan kupu-kupu, maka kupu-kupu tersebut

akan mengalami kematian.

        Faktor biotik yang mempengaruhi keberhasilan siklus hidup kupu-kupu raja

helena seperti penyakit, parasitoid, predator dan pakan (Rizal, 2007). Menurut

Syahputra (2011), penyakit yang sering dijumpai pada kehidupan kupu-kupu adalah

infeksi jamur dan virus. Penyakit ini sering menyerang pada fase larva dan pupa yang

menyebabkan larva atau pupa menghitam dan membusuk. Parasitoid dapat

menyerang pada fase telur, larva dan pupa yang dapat menyebabkan kematian

(Ruslan, 2012).

        Setiap fase kehidupan kupu-kupu memiliki predator yang berbeda. Menurut

Syaputra (2011), pada fase telur, predator yang sering dijumpai adalah semut, pada

fase larva predator yang sering dijumpai adalah kumbang, belalang, kadal dan pada

fase pupa predator yang sering ditemui adalah kadal dan tikus (Syaputra, 2011).


                                                                                  9
Menurut Hoi-Sen (1983), kadal, burung, semut, laba laba dan bunglon merupakan
            Sen                               laba-laba

predator pada fase kupu-kupu dewasa (Gambar 7).
                   kupu




Gambar 7. Pemangsaan Kupu-Kupu Raja Helena Oleh Laba-Laba (Nurjannah, 2010).
                                                      aba

       Selain itu, faktor pakan juga mempengaruhi keberhasilan hidup kupu-kupu.
                    aktor

Pakan dalam kehidupan kupu kupu memiliki peran yang penting, karena pakan
                      kupu-kupu

tersebut menjadi sumber energi bagi larva dan kupu
                                              kupu-kupu. Selain digunakan untuk
                                                       .

memenuhi energinya, pakan digun kan sebagai tempat berlindung dan berkembang
                          digunakan

biak (Clark dkk., 1996)
                  1996).




                                                                            10
BAB III


                    EKOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA
                            KUPU KUPU


   A. Makanan
         Kupu-kupu raja helena membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan
              kupu

hidupnya yaitu melakukan simbiosis mutualisme bersama tumbuhan dengan cara

mengkonsumsi nektar bunga (Borror dkk., 1996). Tipe dan jumlah makanan yang
                          (                 ).

dikonsumsi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku dan
                                                                        d

morfologi (Sihombing, 1999). Menurut Ross dkk. (1992), kupu
                                                       kupu-kupu jenis ini

tergolong satwa herbivora atau fitofagus (pemakan tumbuhan). Salah satu jenis

tanaman yang digunakan sebagai tanaman inang yang paling banyak digunakan, yaitu

tanaman Aristolochia foveolata dan Aristolochia tagala (Gambar 8) (Salmah dkk.,

2002).




                                  A                             B

     Gambar 8. Pakan Larva Kupu
                             Kupu-Kupu Raja Helena (A) Aristolochia tagala
   dan (B) Aristolochia foveolata (Pasaribu, 2012).

         Menurut hasil penelitian Krafiani (2010), kupu-kupu raja helena di Taman
                                                        kupu

Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia Indah menyukai 9 tanaman berbunga yang
     Kupu



                                                                              11
digunakan sebagai pakan. Jenis tanaman berbunga itu anatara lain krosandra

(Crossandra infundibuliformis), tunbergia (Thunbergia laurifolia), melati (Jasminum

sambac), jati emas (Cordia subcordata), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima),

kaca piring (Gardenia jasminoides), soka (Ixora paludosa), nona makan sirih

(Clerodendrum thomsoniae) dan pagoda (Clerodendrum paniculatum).

         Selain itu, kupu-kupu raja helena juga menghisap air kubangan, kotoran dan

bangkai hewan untuk mendapatkan nutrisi dan mineral seperti sodium klorida dan

larutan yang kaya nitrogen. Nutrisi ini digunakan untuk aktivitas sehari-hari atau

aktivitas khusus seperti kawin. Kupu-kupu jantan biasanya membutuhkan mineral

garam dan asam amino pada saat melakukan perkawinan (Sihombing, 1999; Krafiani,

2010).

   B. Distribusi dan Habitat
         Secara umum, kupu-kupu mampu hidup pada ketinggian 0-2.000 mdpl

(Mattimu dkk, 1977) dan secara spesifik, kupu-kupu raja helena dapat hidup pada

ketinggian 0-1.000 m dpl (Peggie, 2011). Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang

bersih, sejuk, tidak terpolusi (Odum, 1993 ; Amir dkk., 2003). Kupu-kupu raja

helena tersebar di Benua Asia meliputi Nepal, Kamboja, Cina, India, Brunei, Laos,

Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam dan Indonesia (Tsukada dan

Nishiyama, 1982). Distribusi di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa

Tenggara Barat, dan Kalimantan (The Global Butterfly Information System, 2012).

Menurut Peggie (2011), Indonesia memiliki 19 sub jenis yaitu (Tabel 1) :




                                                                                12
Tabel 1. Persebaran Kupu-Kupu Raja Helena di Indonesia

       No.                 Jenis                          Lokasi
                                              Sumatera Barat dan Sumatera
        1      Troides helena typhaon
                                              Utara
        2      Troides helena demeter         Pulau We, Aceh
        3      Troides helena hypnos          Simeulue
        4      Troides helena hermes          Pulau Banyak
        5      Troides helena isara           Nias
        6      Troides helena nereis          Enggano
        7      Troides helena bunguranensis   Natuna Besar
        8      Troides helena venus           Pulau Subi, Natuna
        9      Troides helena rayae           Belitung
        10     Troides helena dempoensis      Sumatera Selatan
        11     Troides helena sugimotoi        Karimata
        12     Troides helena orientis        Kalimantan
        13     Troides helena Helena          Jawa dan Bali
        14     Troides helena nereides        Bawean
        15     Troides helena antileuca       Kangean
        16     Troides helena sagittatus      Lombok
        17     Troides helena hahneli         Komodo
        18     Troides helena propinquus      Sumbawa
        19     Troides helena hephaestus      Sulawesi

       Menurut Panjaitan (2011), habitat merupakan komponen yang penting bagi

kelangsungan hidupnya. Keberadaan dan kondisi vegetasi digunakan oleh kupu-kupu

sebagai sumber pakan, berkembang biak dan sebagai tempat berlindung. Kupu-kupu

menyukai tempat yang terbuka atau tempat yang memiliki tutupan kanopi yang tidak

rapat. Hal tersebut merupakan adaptasi perilaku kupu-kupu yang selalu membutuhkan


                                                                              13
sinar matahari untuk berjemur. Apabila kondisinya tidak sesuai dengan kebutuhan

hidupnya, kupu-kupu akan melakukan perpindahan untuk mencari tempat baru yang

lebih baik untuk melangsungkan hidupnya (Whalley, 1992; Clark dkk., 1996).

Menurut Whalley (1992), kupu-kupu sangat tergantung dengan adanya tumbuhan dan

rentan terhadap perubahan lingkungan. Apabila terjadi perubahan yang drastis

terhadap kondisi lingkungannya, beberpa jenis kupu-kupu akan mengalami

kepunahan (Borror dkk., 1996).

   C. Peran Dalam Ekosistem
       Kupu-kupu raja helena memiliki fungsi yang cukup penting baik secara

ekologis maupun ekonomis. Fungsi kupu-kupu secara ekologis antara lain sebagai

penyerbuk tanaman (Sembel, 1993), bioindikator lingkungan yang bersih dan tidak

tercemar (Depatemen Kehutanan, 2008) dan sebagai plasma nutfah kekayaan jenis

kupu-kupu di Indonesia (Peggie, 2011). Jenis ini memiliki warna yang menarik dan

ukuran yang relatif besar, sehingga menjadi daya tarik tersendiri (Peggie, 2011).

       Secara ekologi, populasi kupu-kupu yang tidak terkontrol dapat potensi

sebagai hama, misalnya pada stadia larva dari kupu-kupu dari suku           Danaidae,

Amanthusidae, Nymphalidae, Papilionideae, Pieridae dan Hesperidae. Larva-larva

tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian dan tanaman hias

(Salmah, 1994). Apabila populasi larva tersebut terus meningkat tanpa adanya

predator alaminya, maka ia dapat menjadi hama potensial (Tresnawati, 2010).

       Secara ekonomis, kupu-kupu dapat digunakan sebagai bahan makanan,

koleksi (Sihombing, 1999), perdagangan (Peggie, 2011), objek wisata dan objek studi


                                                                                    14
untuk masyarakat umum (Panjaitan, 2011) karena kupu-kupu memiliki warna yang

indah, menarik dan memiliki nilai estetika (National Research Council, USA, 1983 ;

Peggie, 2011).




                                                                               15
BAB IV


          STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA


   A. Ancaman
       Berkurangnya suatu habitat, dapat menurunkan populasi kupu-kupu raja

helena, dimana penurunan habitat dapat menyebabkan melemahnya kemampuan

hidup dengan rusaknya tanaman inang (Mac Kinnon, 1992). Rusaknya tanaman inang

terjadi karena adanya aktivitas manusia dalam mengkonversi habitat alami (Rizal,

2007). Menurut McKee dkk., (2003), manusia banyak melakukan konversi habitat

alami untuk dijadikan lahan pertanian maupun tempat tinggal. Tingginya populasi

manusia, menyebabkan sumber kebutuhan terus meningkat, sehingga pemanfaatan

sumber daya alam tidak bisa dihindarkan. Jika pemakaian sumber daya alam secara

berlebih dapat mempengaruhi keanekaragam hayati (Indrawan dkk., 2007), salah

satunya adalah kupu-kupu.

       Selain terjadinya penurunan habitat, ancaman yang dapat menurunkan

populasi kupu-kupu adalah perburuan dan perdagangan. Menurut Soehartono dan

Mardiastuti (2003), pada tahun 1992-1999 kupu-kupu raja helena merupakan salah

satu kupu-kupu yang banyak diminati pada pasar perdagangan internasional. Kupu-

kupu raja helena diekspor sebanyak 23.895 ekor pada tahun 1985-2005 (Simbolon

dan Iswari, 1990). Permintaan pasar yang terus meningkat, menyebabkan perburuan

terhadap kupu-kupu sangat tinggi, khususnya kupu-kupu raja helena (Noerdjito dan

Aswari, 2003).


                                                                             16
Untuk mencegah kepunahan, pemantauan populasi kupu-kupu perlu

dilakukan. Hal ini dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999, menyebutkan bahwa Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditetapkan sebagai otoritas keilmuwan. LIPI memiliki

kewenangan untuk memonitor izin perdagangan, realisasi perdagangan serta

memberikan rekomendasi kepada otoritas pengelola tentang pembatasan pemberian

izin perdagangan satwa liar maupun tumbuhan (Noerdjito dan Aswari, 2003).

   B. Strategi Konservasi
       Konservasi merupakan upaya multi disiplin yang dilakukan untuk

menghadapi berbagai tantangan demi melindungi jenis dan ekosistem. Pada

prinsipnya, upaya tersebut dilakukan dengan melindungi keanekaragaman jenis dan

komunitas biologi, mencegah dan menghambat kepunahan jenis, memelihara

kompleksitas ekologi, menjaga keberlanjutan proses evolusi dan memanfaatkan

potensi secara berkelanjutan (Indrawan, dkk. 2007). Berdasarkan perumusan konsep

tentang konservasi, menurut Supriatna (2008), upaya tersebut dampak dilakukan

dengan pendekatan yang menyeluruh dengan prinisp Save (perlindungan), Study

(penelitian) and Use (pemanfaatan).

       Menurut Supriatna (2008), upaya perlindungan dapat berupa legalisasi atau

perlindungan secara hukum baik dalam skala regional maupun internasional. Upaya

penelitian dapat meliputi penelitian keanekaragamana hayati, habitat, komunitas,

potensi ekowisata dan lain sebagainya. Sedangkan, upaya pemanfaatan dapat




                                                                              17
dilakukan dengan ekowisata, fungsi ekosistem, dan komoditas perdagangan yang

dieksploitasi secara terbatas dengan penjelasan sebagai berikut :

   1. Perlindungan (Save)

       Perlidungan kupu-kupu dapat dilakukan di habitat aslinya (in-situ) dan di luar

habitat asilnya (ex-situ). Perlindungan in-situ biasanya dilakukan di kawasan

konservasi baik itu Taman Nasional, Cagar Alam atau yang sejenis sedangkan

perlidungan ex-situ biasanya dilakukan di taman kupu-kupu buatan atau laboratorium

penelitian (Indrawan dkk., 2007; Supriatna, 2008). Pelestarian secara in-situ dan ex-

situ merupakan strategi yang saling melengkapi. Individu kupu-kupu raja helena

yang berasal dari ex-situ secara bertahap bisa dilepas ke alamnya untuk mendukung

upaya in-situ. Pelestarian ex-situ yang terus berkembang, akan membantu dalam

pengendalian perburuan di alam dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai upaya konservasi (Indrawan dkk., 2007).

       Bentuk dan warna kupu-kupu raja helena yang indah, membuat jenis ini

banyak diminati oleh para kolektor sehingga perlu dilakukan perlindungan untuk

konservasi. Menurut Supriatna (2008), jenis ini memiliki angka perdagangan

internasional yang paling tinggi, periode 1985-2005, Indonesia mengekspor sebanyak

23.895 ekor. Permintaan yang tinggi, membuat CITES (Convention on International

Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) mengkategorikan jenis ini

masuk dalam Appendiks II, dimana kupu-kupu raja helena walaupun tidak masuk

jenis yang terancam punah berdasarkan daftar merah (redlist) IUCN, namun dapat

terancam punah apabila perdagangannya terus berlangsung tanpa ada regulasi yang


                                                                                  18
jelas dan tegas (Supriatna, 2008). Hal tersebut diperkuat dengan masukanya jenis ini

dalam daftar tumbuhan dan satwa dilindungi pada Peraturan Pemerintah. No. 7 Tahun

1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Krafiani, 2010).

      2. Penelitian (Study)

         Keindahan morfologis dan fungsi yang penting dalam ekosistem menjadikan

kupu-kupu juga menarik ilmuan untuk meneliti. Penelitian tentang kupu-kupu

menjadi sesuatu yang menarik, karena masih banyak jenis yang belum terungkap di

Indonesia. Jenis kupu-kupu raja helena tersendiri saat ini sudah diteliti mengenai :

biodiversitasnnya, morfologi, siklus hidup dan perilakunya (Krafiani, 2010; Pasaribu,

2012). Selain itu, terdapat buku panduan kupu-kupu Indonesia yang dilindungi, di

dalamnya terdapat jenis termasuk kupu-kupu raja helena (Pegie, 2011). Penelitian

kupu-kupu jenis ini dapat melindungi keberadaannya dengan mengetahui populasi

dan     trend   populasinya,    sehingga   dengan   memadukan      dengan    analisis

keterancamannya, dapat diketahui upaya mitigasi untuk mencegah hal tersebut.

         Selain bidang tersebut, masih banyak potensi penelitian yang masih terbuka,

antara lain keanekaragaman berbasis genetik, keanekaragaman ekosistem, ekologi

dan dampaknya terhadap perubahan iklim, biokonservasi, manajemen pengelolaan

konservasinya, analisis fragmentasi habitat, ancaman jenis eksotik dan lain

sebagainya (Supriatna, 2008).

      3. Pemanfaatan (Use)

         Pemanfaatan dalam hal ini dimaksudkan untuk mengambil manfaat setelah

kedua prinsip save dan study sudah dilakukan, sehingga dapat dipertanggung


                                                                                  19
jawabkan ukuran pemanfaatannya (Indrawan, dkk., 2007). Menurut Nurjannah

(2010), potensi yang dimiliki jenis kupu-kupu raja helena menjadikannya sebagai

salah satu penyumbang devisa bagi sub-sektor kehutanan Indonesia dan kupu-kupu

raja helena menjadi salah satu daya tarik di Taman Nasional Bantimurung dan diakui

secara internasional sejak masa Alfred Russul Wallace (Sumah, 2012).

       Ketiga prinsip diatas dapat menghasilkan output yang saling terkait berupa

pemanfaatan berkelanjutan, perlindungan yang menguntungkan banyak pihak,

penerapan etnobiologi, pemanenan satwa liar dalam batas tertentu dan lain

sebagainya (Supriatna, 2008).

   C. Studi Kasus Upaya Konservasi di TN. Bantimurung-Bulung Saraung
       Pelestarian kupu-kupu di TN. Bantimurung-Bulung Saraung merupakan

contoh konservasi dalam habitat aslinya (in-situ). Menurut Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, taman

nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli

yang dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Kawasan Taman Nasional

Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) terletak di Provinsi Sulawesi Selatan dengan

luas ± 43.750 ha. Secara administratif kawasan ini, terletak di Kabupaten Maros dan

Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan

Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18

Oktober 2004 (Sumah, 2012).




                                                                                 20
Menurut Sumah (2012), TN Babul merupakan salah satu taman nasional

yang terkenal dengan keragaman kupu-kupu, sehingga taman nasional ini dijuluki

sebagai Kingdom of Butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat bagi jenis

kupu-kupu yang langka dan endemik, di antaranya adalah Graphium androcles,

Papilio blumei, Troides helena dan lain sebagainya.

       Keragaman     kupu-kupu    yang   tinggi   di   kawasan   ini   telah   banyak

dilaporkan. Alfred Russel Wallace pada tahun 1890 bahwa terdapat 256 jenis kupu-

kupu dalam kawasan Bantimurung (Departemen Kehutanan, 2008). Mattimu dkk.,

(1987) juga melaporkan terdapat 103 jenis kupu-kupu yang ditemukan di hutan

wisata Bantimurung. Noerdjito dan Amir (1992) menemukan 64 jenis kupu-

kupu di sekitar kawasan taman nasional. Departemen Kehutanan, (2008)

melaporkan sebanyak 82 jenis kupu-kupu di sekitar kawasan TN Babul.

       Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu di TN Babul sangat

tinggi. Tekanan ini berupa perubahan ekologi pada habitat akibat pembangunan,

jumlah pengunjung yang meningkat, dan penangkapan yang berlebihan untuk

kepentingan koleksi pribadi maupun komoditas perdagangan. Dalam prakteknya,

penerapan prinsip perlindungan masih lebih rendah dibandingkan pemanfaatan. Hal

tersebut terlihat pada banyaknya tekanan terhadap populasinya (Sumah, 2012).

   D. Studi Kasus Upaya Konservasi di Taman Kupu-Kupu Taman Mini
       Indonesia Indah
       Pelestarian kupu-kupu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan

contoh konservasi di luar habitat aslinya (ex-situ). Manifestasi konsep Miniatur



                                                                                  21
Indonesia di TMII juga meliputi aspek biodiversitas. Perhimpunan Kebun Binatang

seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) membuat

inisiatif untuk membuat     museum serangga. Pada bulan Maret 1992, museum

serangga mulai dibangun dan pada tanggal 18 Apil 1993 sudah diresmikan. Tujuan

dari pembuatannya adalah untuk mengenalkan keanekaragaman serangga, sehingga

dapat merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensi

alamnya (Krafiani, 2010).

       Pada tahun 1998, atas bantun Yayasan Sarana Wana Jaya, di dalam museum

serangga dibangun taman kupu-kupu, laboratorium, kandang penangkaran dan

kandang pupa sehingga diubah namanya menjadi museum serangga dan taman kupu.

Kawasan ini memiliki luas 500m2 dengan kondisi fisik kawasan, dibuat sedemikian

rupa menyerupai habitat alami kupu-kupu. Untuk kebutuhan air, berasal dari sumur

bor dengan pompa air dan terdapat dua air terjun buatan serta kolam air. Secara

klimatologi pada tahun 1999, curah hujan rata-rata 162,5 mm (Krafiani, 2010).

       Kondisi vegetasi kawasan ini, ditanami jenis tanaman berbunga yang

berfungsi sebagai pakan larva dan kupu-kupu, tanaman hias, tempat berlindung dan

tempat beristirahat. Seperti, sirsak (Annona muricata), jeruk nipis (Citrus

aurantifolia), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), soka (Ixora paludosa), nona

makan sirih (Clerodendrum thomsonae), pagoda (Clerodendrum paniculatum),

beringin (Ficus benjamina), pisan-pisangan (Heliconia sp.), belimbing wuluh

(Averrhoa blimbi), jarak pagar (Jatropa curcas), bunga kupu-kupu (Bauhinia

purpurea), jambu biji (Psidium guajava), dan lain-lain. Selain itu, terdapat beberapa


                                                                                  22
hewan seperti kijang, jelarang, kancil, burung merak dan lain-lain. Pengelolaan

kawasan ini, dilakukan dalam bentuk ekowisata dalam penangkaran dan penelitian.

       Kupu-kupu di kawasan ini bersal dari pupa yang dibeli dari PT. Ikas Amboina

di Bali seperti jenis Troides helena dan berbagai jenis lainnya (Krafiani, 2010). Pada

lokasi ini, terdapat kandang penetasan pupa yag memperlihatkan cara peletakan pupa

yang akan ditetaskan. Kandang penetasan pupa dibangun secara permanen dan

terdapat beberapa kotak kaca yang menjadi tempat peragaan telur kupu-kupu.

Menurut Alikodra (2002), taman kupu-kupu yang baik adalah kawasan yang

memadukan komponen fisik maupun biotik yang merupakan suatu kesatuan dalam

penangkaran satwa liar. Seperti, keselarasan antara tumbuhan, keberadaan air,

pengaturan udara, suhu, kelembaban dan keberadaan predator sangat penting untuk

dipertimbangkan.

       Menurut penelitian Krafiani (2010), jenis kupu-kupu helena dikawasan ini

secara baik memfaatkan jenis bunga pagoda (Clerodendrum pangiculatum) dan jati

emas (Cordia subcordata) sebagi tanaman pakan kupu-kupu dan paling banyak

digunakan. Di dalam aktifitas hariannya, jenis ini lebih banyak hinggap di pohon cabe

jawa (Piper retrofractum) dan tunbergia (Thunbergia lorifolia).




                                                                                   23
BAB V


                    KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

  1. Kupu-kupu raja helena memiliki seksual dimorfisme.

  2. Kupu-kupu raja helena merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang

     banyak dieksploitasi dalam perdagangan nasional dan internasional.

  3. Kupu-kupu raja helena dilindungi oleh peraturan pemerintah no. 7 tahun

     1999 dan termasuk dalam daftar Appendix II CITES.

  4. Strategi konservasi kupu-kupu raja helena dapat dilakukan dengan Save

     (perlindungan), Study (penelitian) dan Use (pemanfaatan).

B. Saran

  1. Perlu kajian lebih lanjut tentang ekologi, konservasi kupu-kupu raja

     helena dan upaya konservasinya, karena masih sedikit literatur yang

     membahasa hal tersebut.

  2. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang status konservasi kupu-kupu raja

     helena pada khususnya dan kupu-kupu secara umum.




                                                                          24
DAFTAR PUSTAKA




Alikodra, H. S. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan.
       Bogor. 2002.

Amir, M., W.A. Noerdjito,dan S. Kahono. Serangga Taman Nasional Gunung
      Halimun Jawa Barat. Bogor. BCP JICA : 123-140. 2003.

Borror, D. J. , C. A.Triplehorn dan N.F. Johnson. Pengenalan Pelajaran Serangga
       Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1996.

Butterfly Circle Cheeklist. Troides helena. http://www.butterflycircle.com/
        checklist%20V2/CI/index.php/start-page/startpage. Januari, 2013.

Carey-Hughes, J. dan Pickford J. B. The Occurrence of Troides helena (Linn.) in
      Hongkong. JHKBRAS 16 : 301-304. Dalam Studi Siklus Hidup dan
      Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena
      Linnaeus 1758. S.F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen
      Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor.
      Bogor. 2012.

Clark L. R., Geigera P. W., Hughes R. D. dan Morris R. F. The Ecology of Insect
       Population in Theory Practice. The English Language Book Society and
       Chapmen and Hall. Canberra. 1996.

Collins, N. M. dan M. G. Morris. Threatened Swallowtail Butterflies of The World
       The IUCN Red Data Book. Switzerland : IUCN, Glad and Cambridge. 1985.
       Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum
       Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani.
       Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan
       Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Departemen Kehutanan. Penangkaran Kupu-Kupu. Pusat Penyuluhan Kehutanan.
       Jakarta. 1996.

Departemen Kehutanan. Identifikasi dan Pemetaan Kupu-Kupu. Direktorat Jenderal
       Perlindungan Konservasi dan Sumber Daya Alam. Kabupaten Maraos.
       Sulawesi Selatan. 2008.


                                                                                25
Departemen Kehutanan. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional
       Bantimurung-Bulusaraung Periode 2008-2027. Direktorat Jenderal
       Perlindungan Konservasi dan Sumber Daya Alam. Kabupaten Maraos.
       Sulawesi Selatan. 2008.

Fitzgerald, E. Aktif Student Guide to Butterflies. Welcome to Butterfly Farm.
       University of New Hampshire with Aktif Bachelor’s Degee Instar
       Environmental Science. http://www.butterflyfarm.co.cr/.1999. Dalam Studi
       Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva
       Troides helena helena Linnaeus 1758. S. F. Pasaribu. Skripsi Fakultas
       Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan Dan Ekowisata.
       Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.
Fleming, W. A. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Second Edition. Kuala
       Lumpur : Longeman. 1983. Dalam Siklus Hidup dan Pertumbuhan Kupu-
       Kupu Graphium agamemnon L. dan Graphium doson C&R. (Papilionidae :
       Lepidoptera) dengan Pakan Daun Cempaka dan Daun Sirsak. E. Trenawati.
       Tesis Program Studi Biologi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
       Bogor. 2010.

Hadi, H. M., U. Tarwotjo dan R. Rahadian. Biologi Insekta Entomologi. Graha Ilmu.
       Yogyakarta. 2009.
Handayani, V. D., I. G. Sugiyanta dan Zulkarnain. Deskripsi Habitat Kupu-Kupu di
       Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling
       Kota Bandar Lampung. http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/10/articles/
       desember 2012/VivaDesiHandayani_0813034051.pdf. 2012.

Hoi-Sen, Y. Malaysian Butterflies an Introduction. Tropical Press SDN. BHD. 1983.


Indrawan, M., R.B. Primack, dan J. Supriatna. Biologi Konservasi. Yayasan Obor
      Indonesia. Jakarta. 2007.

Jumar. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. 2000.

Krafiani, S. S. Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum
       Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. Skripsi Fakultas
       Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata.
       Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Mac Kinnon, K. Nature’s Treasure House The Wildlife of Indonesia. PT Gramedia
      Pustaka Utama. Jakarta. 1992.



                                                                                26
Mardiana, A. Daur Hidup Kupu Raja Troides helena Linnaeus (Lepidoptera :
      Papilionidae) di Penangkaran Kupu Curug Cilember, Sukabumi. Skripsi
      Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
      Bogor. 2002. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di
      Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S.
      Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya
      Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Mattimu, A. A., H. Sugando dan H. Pabbitei. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis
      Kupu-Kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Universitas
      Hasanuddin. Makassar. 1977. Dalam Kajian Produksi dan Tingkah Laku
      Beberapa Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Beberapa daerah di Kabupaten
      Bogor. O. F. M. Simanjuntak. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca
      Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2000.

Mattimu, A. A., H. Sugondo dan H. Pabbitei. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis
      Kupu-Kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Universitas
      Hasanuddin. Makassar. 1987.

McKee, J.K., P. W. Sciulli, C. D. Fooce dan T. A. Waite. Forecasting Global
     Biodiversity Threats Associated With Human Population Growth. Biological
     Conservation 115 : 161-164. 2003.

National Research Council,USA. Butterfly Farm in Papua New Guinea. Managing
       Tropical Animal Resources. National Academy Press. Washinton DC. 1983.
       Dalam Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. M. Amir,
       W.A. Noerdjito dan S. Kahono. Bogor. BCP JICA : 123-140. 2003.

Noerdjito, W. A. dan M. Amir. Kekayaan Kupu-Kupu di Cagar Alam Bantimurung
       Sulawesi Selatan dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH .
       1992.

Noerdjito, W. A. dan P. Aswari. Metode Survei Dan Pemantauan Populasi Satwa.
       Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Puslit Biologi-LIPI.
       Cibinong. 2003.

Nurjannah, S. T. Biologi Troides helena helena dan Troides helena hephaestus
      (Papilionidae) di Penangkaran. Tesis Program Studi Biosains. Progam Pasca
      Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Odum, E. P. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1993.



                                                                              27
Opler, P. Strawn, S. Children’s Butterfly Site. Midcontinent Ecological Science
       Center. http://www.mesc.usgs.gov/butterfly/butterfly-faq.html. 2000. Dalam
       Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva
       Troides helena helena Linnaeus 1758. S. F. Pasaribu. Skripsi Fakultas
       Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata.
       Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Pallister, J.C. Kupu-Kupu dan Ngengat. Di dalam : Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 6
        Kehidupan Tumbuhan Kehidupan Hewan Edisi Bahasa Indonesia. Grolier
        Interbnational, Inc. 1986. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena
        (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah.
        S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber
        Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Panjaitan, R. Komunitas Kupu-Kupu Super Famili Papilionoidea (Lepidoptera) di
       Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat. Tesis
       Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
       Bogor. 2011.

Pasaribu, S. F. Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan
       Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. Skripsi Fakultas Kehutanan
       Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut
       Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Peggie, D. dan Amir, M. Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanical
       Garden. Pusat Penelitian Biologi, LIPI dan Nagao Natural Environment
       Foundation Japan. Bogor. 2006.

Peggie, D. Precious and Protected Indonesian Butterflies. PT Binamitra Megawarna.
       Jakarta. 2011.

Penang Butterfly Farm. http://www.butterfly-insect.com/yellow-birdwings/troides-
      helena-life-cycle.html. Januari, 2013.

Rizal,S. Populasi Kupu-Kupu di Kawasan Wisata Lubuk Minturun Sumatera Barat.
       Mandiri 9 : 170-184. 2007.

Romoser, W. S. The Science of Entomology. New York: Macmillan Publishing
     Co.,Inc. p 449. 1973. Dalam Biologi Troides helena helena dan Troides
     helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. S.T. Nurjannah. Tesis



                                                                               28
Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
       Bogor. 2010.

Ross, M. J. J. O’Brien dan L. Flynn. Ecological Site Classification of Florida Keys
       Terrestrial Habitat. Biotropica : 488-502. 1992.

Ruslan, Hasni. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionidea di Pusat Pendidikan
       Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Tesis Progam Studi
       Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Salmah, S. Kupu-Kupu di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Anai. Sumatra Nature
      Study Center. Padang. 1994.
Salmah, S., I. Abbas dan Dahlemi. Kupu-Kupu Papilionidae di Taman Nasional
      Kerinci Seblat. Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. Jambi. 2002.

Scoble, M.J. The Lepidoptera Form, Function, and Diversity. The Natural History
       Museum in Association with Oxford University Press. Oxford. 1992.

Sembel, D. T. A Scientific Approach to the Roles of Butterflies with Special
      Emphasis on Pests of Crops. The Paper Presented at International Butterfly
      Conference. Ujung Pandang. 1993.

Sihombing, D. T. H. Satwa Harapan I : Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya
      Cacing Tanah, Bekicot, Keong Mas, Kupu-Kupu dan Ulat Sutra. Pustaka
      Wirausaha Muda. Bogor. 1999.

Simbolon, K. dan A. Iswari. Jenis Kupu-Kupu yang Dilindungi Undang-Undang di
      Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
      (PHPA) Departemen Kehutanan RI. Jakarta. 1990.

Smart, P. The Illustrated Encyclopedia of Butterfly World in Colour. Paul Smart Pres.
       Stone. J. L. S. Keeping and Breeding Butterflies and Other Exotica.
       Blandford, London.1976. Dalam Kajian Produksi dan Tingkah Laku Beberapa
       Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Beberapa Daerah di Kabupaten Bogor. O.
       F. M. Simanjuntak. Tesis Program Studi Biologi. Program Pasca Sarjana
       Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2000.

Soehartono, T. dan A. Mardiastuti. Pelaksanaan Konservasi CITES di Indonesia.
       Japan International Cooperation Agency (JICA). Jakarta. 2003.




                                                                                  29
Sumah, A. S. W. Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionidea (Lepidoptera) di
      Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi
      Selatan. Tesis Progam Studi Bisains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian
      Bogor. Bogor. 2012.

Supriatna, J. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2008.

Sutedja, I. G. N. N., D. Pratiwi, Ruhiyat dan S. Wibowo. Mengenal Lebih Dekat
       Satwa yang Dilindungi Biota Laut, Kupu-Kupu dan Reptilia. Biro Hubungan
       Masyarakat Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta. 1992.

Syaputra, M. Pengelolaan Penangkaran Kupu-Kupu di PT Ikas Amboina dan Bali
       Butterfly Park Tabanan Bali. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen
       Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor.
       Bogor. 2011.

The Global Butterfly Information System. Troides (Troides) helena (Linnaeus, 1758).
      Museum für Naturkunde Leibniz-Institut für Evolutions- und
      Biodiversitätsforschung,    Germany.     http://   http://www.globis.insects-
      online.de/species&v=475. Desember, 2012.

Tresnawati, E. Siklus Hidup dan Pertumbuhan Kupu-Kupu Graphium agamemnon L.
      dan Graphium doson C&R. (Papilionidae : Lepidoptera) dengan Pakan Daun
      Cempaka dan Daun Sirsak. Tesis Program Studi Biosains. Program Pasca
      Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Tsukada E, Nishiyama Y. Butterflies of South East Asian Islands. Volume ke-1,
      Papilionidae. Japan: Plapac Co,Ltd. hlm 214-224. 1982. Dalam Biologi
      Troides helena helena Dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di
      Penangkaran. S.T. Nurjannah. Tesis Program Studi Biosains. Progam Pasca
      Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Vane-Wright, R. I. dan de Jong. The Butterflies of Sulawesi : Annotated Checklist for
      A Critical Island Fauna. Zoo Verh Leiden 343:3/267. 2003.

Whalley. Kupu-Kupu dan Ngengat. PT. Saksama. Jakarta.1992.




                                                                                  30

Contenu connexe

Tendances

presentasi filum nematelminthes
presentasi filum nematelminthespresentasi filum nematelminthes
presentasi filum nematelminthesdewii_er
 
Filum Coelenterata dan Ctenophora
Filum Coelenterata dan CtenophoraFilum Coelenterata dan Ctenophora
Filum Coelenterata dan CtenophoraSiskha Noor Komala
 
Teknologi pengembangan sistem surjan
Teknologi pengembangan sistem surjanTeknologi pengembangan sistem surjan
Teknologi pengembangan sistem surjansaniaronauli99
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanPT. SASA
 
PORIFERA
PORIFERAPORIFERA
PORIFERAAida
 
Ppt avertebrata
Ppt avertebrataPpt avertebrata
Ppt avertebratalitaaldila
 
KLASIFIKASI HEWAN DAN PENGGOLONGAN DUNIA HEWAN
KLASIFIKASI HEWAN DAN PENGGOLONGAN DUNIA HEWANKLASIFIKASI HEWAN DAN PENGGOLONGAN DUNIA HEWAN
KLASIFIKASI HEWAN DAN PENGGOLONGAN DUNIA HEWANDesy Aryanti
 
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Biology Education
 
Bab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatiBab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatikawidian_putri
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ MetamorfosisPPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ MetamorfosisAgustin Dian Kartikasari
 
Kelompok 10 super kelas amphibi
Kelompok 10  super kelas amphibiKelompok 10  super kelas amphibi
Kelompok 10 super kelas amphibif' yagami
 
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4Juliah Bioedu
 

Tendances (20)

presentasi filum nematelminthes
presentasi filum nematelminthespresentasi filum nematelminthes
presentasi filum nematelminthes
 
Ppt protista mirip hewan
Ppt protista mirip hewanPpt protista mirip hewan
Ppt protista mirip hewan
 
TENTANG SPOROZOA
TENTANG SPOROZOA TENTANG SPOROZOA
TENTANG SPOROZOA
 
Filum Coelenterata dan Ctenophora
Filum Coelenterata dan CtenophoraFilum Coelenterata dan Ctenophora
Filum Coelenterata dan Ctenophora
 
Teknologi pengembangan sistem surjan
Teknologi pengembangan sistem surjanTeknologi pengembangan sistem surjan
Teknologi pengembangan sistem surjan
 
Nematoda dan annelida
Nematoda dan annelidaNematoda dan annelida
Nematoda dan annelida
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
 
PORIFERA
PORIFERAPORIFERA
PORIFERA
 
Ppt avertebrata
Ppt avertebrataPpt avertebrata
Ppt avertebrata
 
XIA LKS 1 S E L
XIA  LKS 1 S E LXIA  LKS 1 S E L
XIA LKS 1 S E L
 
KLASIFIKASI HEWAN DAN PENGGOLONGAN DUNIA HEWAN
KLASIFIKASI HEWAN DAN PENGGOLONGAN DUNIA HEWANKLASIFIKASI HEWAN DAN PENGGOLONGAN DUNIA HEWAN
KLASIFIKASI HEWAN DAN PENGGOLONGAN DUNIA HEWAN
 
Laporan jaringan otot
Laporan jaringan ototLaporan jaringan otot
Laporan jaringan otot
 
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
 
carnivora dan proboscidea
carnivora dan proboscidea carnivora dan proboscidea
carnivora dan proboscidea
 
Bab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayatiBab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayati
 
Filotaksis daun
Filotaksis daunFilotaksis daun
Filotaksis daun
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ MetamorfosisPPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
 
Kelompok 10 super kelas amphibi
Kelompok 10  super kelas amphibiKelompok 10  super kelas amphibi
Kelompok 10 super kelas amphibi
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
LAPORAN-PRAKTIKUM TTR KEL 4
 

En vedette

Bioekologi dan strategi konservasi kupu kupu raja helena
Bioekologi dan strategi konservasi kupu kupu raja helenaBioekologi dan strategi konservasi kupu kupu raja helena
Bioekologi dan strategi konservasi kupu kupu raja helenaAfifi Rahmadetiassani
 
Komunitas kupu kupu di ruang terbuka hijau (rth) dki jakarta
Komunitas kupu kupu di ruang terbuka hijau (rth) dki jakartaKomunitas kupu kupu di ruang terbuka hijau (rth) dki jakarta
Komunitas kupu kupu di ruang terbuka hijau (rth) dki jakartaAfifi Rahmadetiassani
 
Laporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di ButonLaporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di ButonNararya Gunadharma
 
Kupu-Kupu Jakarta : Salah satu harta karun tersisa di Ibu Kota Indonesia
Kupu-Kupu Jakarta : Salah satu harta karun tersisa di Ibu Kota IndonesiaKupu-Kupu Jakarta : Salah satu harta karun tersisa di Ibu Kota Indonesia
Kupu-Kupu Jakarta : Salah satu harta karun tersisa di Ibu Kota IndonesiaAfifi Rahmadetiassani
 
Modul morfologi kupu kuppu.docxbbb
Modul morfologi kupu kuppu.docxbbbModul morfologi kupu kuppu.docxbbb
Modul morfologi kupu kuppu.docxbbbdarmansyamsuddin
 
Jurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraJurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraSurya Agus
 
SAINS BAHAN BUANGAN TAHUN 6
SAINS BAHAN BUANGAN TAHUN 6SAINS BAHAN BUANGAN TAHUN 6
SAINS BAHAN BUANGAN TAHUN 6ZAINALZH
 
Haiwan dan tumbuhan yang hampir pupus (4)
Haiwan dan tumbuhan yang hampir pupus (4)Haiwan dan tumbuhan yang hampir pupus (4)
Haiwan dan tumbuhan yang hampir pupus (4)Latiff Muzar
 
Fotosintesis
FotosintesisFotosintesis
Fotosintesisummunas
 

En vedette (10)

Bioekologi dan strategi konservasi kupu kupu raja helena
Bioekologi dan strategi konservasi kupu kupu raja helenaBioekologi dan strategi konservasi kupu kupu raja helena
Bioekologi dan strategi konservasi kupu kupu raja helena
 
Komunitas kupu kupu di ruang terbuka hijau (rth) dki jakarta
Komunitas kupu kupu di ruang terbuka hijau (rth) dki jakartaKomunitas kupu kupu di ruang terbuka hijau (rth) dki jakarta
Komunitas kupu kupu di ruang terbuka hijau (rth) dki jakarta
 
Laporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di ButonLaporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di Buton
 
Kupu-Kupu Jakarta : Salah satu harta karun tersisa di Ibu Kota Indonesia
Kupu-Kupu Jakarta : Salah satu harta karun tersisa di Ibu Kota IndonesiaKupu-Kupu Jakarta : Salah satu harta karun tersisa di Ibu Kota Indonesia
Kupu-Kupu Jakarta : Salah satu harta karun tersisa di Ibu Kota Indonesia
 
Kelas inspirasi jakarta 5
Kelas inspirasi jakarta 5Kelas inspirasi jakarta 5
Kelas inspirasi jakarta 5
 
Modul morfologi kupu kuppu.docxbbb
Modul morfologi kupu kuppu.docxbbbModul morfologi kupu kuppu.docxbbb
Modul morfologi kupu kuppu.docxbbb
 
Jurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraJurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT Lepidoptera
 
SAINS BAHAN BUANGAN TAHUN 6
SAINS BAHAN BUANGAN TAHUN 6SAINS BAHAN BUANGAN TAHUN 6
SAINS BAHAN BUANGAN TAHUN 6
 
Haiwan dan tumbuhan yang hampir pupus (4)
Haiwan dan tumbuhan yang hampir pupus (4)Haiwan dan tumbuhan yang hampir pupus (4)
Haiwan dan tumbuhan yang hampir pupus (4)
 
Fotosintesis
FotosintesisFotosintesis
Fotosintesis
 

Similaire à Bioekologi dan Strategi Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena

Sd2ipa ipa heri sulistyanto
Sd2ipa ipa heri sulistyantoSd2ipa ipa heri sulistyanto
Sd2ipa ipa heri sulistyantoheri junior
 
Ilmu Pengetahuan Alam Paket BSE kelas 2 SD dan MI
Ilmu Pengetahuan Alam Paket BSE kelas 2 SD dan MIIlmu Pengetahuan Alam Paket BSE kelas 2 SD dan MI
Ilmu Pengetahuan Alam Paket BSE kelas 2 SD dan MIAsma'ul Khusna
 
kelas_11_sma_biologi_suwarno.pdf
kelas_11_sma_biologi_suwarno.pdfkelas_11_sma_biologi_suwarno.pdf
kelas_11_sma_biologi_suwarno.pdfocsrynLudjiLobo
 
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdfMasNuri1
 
Ilmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alamIlmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alamlombkTBK
 
Kelas Ii Sd Ipa Heri Sulistyanto
Kelas Ii Sd Ipa Heri SulistyantoKelas Ii Sd Ipa Heri Sulistyanto
Kelas Ii Sd Ipa Heri Sulistyantosekolah maya
 
Contoh rpp laporan hasil observasi smp kelas 7
Contoh rpp laporan hasil observasi smp kelas 7Contoh rpp laporan hasil observasi smp kelas 7
Contoh rpp laporan hasil observasi smp kelas 7Isnaini Shaleh
 
SMK-MAK kelas10 smk ipa suparwoto
SMK-MAK kelas10 smk ipa suparwotoSMK-MAK kelas10 smk ipa suparwoto
SMK-MAK kelas10 smk ipa suparwotosekolah maya
 
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI SuwarnoBuku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI SuwarnoRian Maulana
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...Warnet Raha
 
060 full book
060 full book060 full book
060 full bookCut Nta
 
Buku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
Buku Biologi SMA Kelas X Ari SulistyoriniBuku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
Buku Biologi SMA Kelas X Ari SulistyoriniRian Maulana
 

Similaire à Bioekologi dan Strategi Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (20)

11620076.pdf
11620076.pdf11620076.pdf
11620076.pdf
 
Sd2ipa ipa heri sulistyanto
Sd2ipa ipa heri sulistyantoSd2ipa ipa heri sulistyanto
Sd2ipa ipa heri sulistyanto
 
Ilmu Pengetahuan Alam Paket BSE kelas 2 SD dan MI
Ilmu Pengetahuan Alam Paket BSE kelas 2 SD dan MIIlmu Pengetahuan Alam Paket BSE kelas 2 SD dan MI
Ilmu Pengetahuan Alam Paket BSE kelas 2 SD dan MI
 
Ipa untuk kelas 2 - heri sulistyanto
Ipa untuk kelas 2  - heri sulistyantoIpa untuk kelas 2  - heri sulistyanto
Ipa untuk kelas 2 - heri sulistyanto
 
1279763
12797631279763
1279763
 
Ilmu pengetahuan alam untuk kelas 4 - aprilia
Ilmu pengetahuan alam untuk kelas 4  - apriliaIlmu pengetahuan alam untuk kelas 4  - aprilia
Ilmu pengetahuan alam untuk kelas 4 - aprilia
 
kelas_11_sma_biologi_suwarno.pdf
kelas_11_sma_biologi_suwarno.pdfkelas_11_sma_biologi_suwarno.pdf
kelas_11_sma_biologi_suwarno.pdf
 
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf
 
Ilmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alamIlmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alam
 
Kelas Ii Sd Ipa Heri Sulistyanto
Kelas Ii Sd Ipa Heri SulistyantoKelas Ii Sd Ipa Heri Sulistyanto
Kelas Ii Sd Ipa Heri Sulistyanto
 
Contoh rpp laporan hasil observasi smp kelas 7
Contoh rpp laporan hasil observasi smp kelas 7Contoh rpp laporan hasil observasi smp kelas 7
Contoh rpp laporan hasil observasi smp kelas 7
 
SMK-MAK kelas10 smk ipa suparwoto
SMK-MAK kelas10 smk ipa suparwotoSMK-MAK kelas10 smk ipa suparwoto
SMK-MAK kelas10 smk ipa suparwoto
 
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI SuwarnoBuku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
 
Kti ratma ningsih
Kti ratma ningsihKti ratma ningsih
Kti ratma ningsih
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
 
060 full book
060 full book060 full book
060 full book
 
Ilmu pengetahuan alam 5 untuk kelas 5
Ilmu pengetahuan alam 5 untuk kelas 5Ilmu pengetahuan alam 5 untuk kelas 5
Ilmu pengetahuan alam 5 untuk kelas 5
 
Ipa 1
Ipa 1Ipa 1
Ipa 1
 
ERNAWATI.pdf
ERNAWATI.pdfERNAWATI.pdf
ERNAWATI.pdf
 
Buku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
Buku Biologi SMA Kelas X Ari SulistyoriniBuku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
Buku Biologi SMA Kelas X Ari Sulistyorini
 

Plus de Afifi Rahmadetiassani

pemanfaatan kenekaragaman hayati sebagai biodegradasi limbah plastik
pemanfaatan kenekaragaman hayati sebagai biodegradasi limbah plastikpemanfaatan kenekaragaman hayati sebagai biodegradasi limbah plastik
pemanfaatan kenekaragaman hayati sebagai biodegradasi limbah plastikAfifi Rahmadetiassani
 
Perdagangan Avifauna di Lansekap Kerinci Seblat
Perdagangan Avifauna di Lansekap Kerinci Seblat Perdagangan Avifauna di Lansekap Kerinci Seblat
Perdagangan Avifauna di Lansekap Kerinci Seblat Afifi Rahmadetiassani
 
Pelatihan penyusunan laporan TFCA Sumatera
Pelatihan penyusunan laporan TFCA SumateraPelatihan penyusunan laporan TFCA Sumatera
Pelatihan penyusunan laporan TFCA SumateraAfifi Rahmadetiassani
 
Komunitas Kupu-Kupu di RTH DKI Jakarta
Komunitas Kupu-Kupu di RTH DKI JakartaKomunitas Kupu-Kupu di RTH DKI Jakarta
Komunitas Kupu-Kupu di RTH DKI JakartaAfifi Rahmadetiassani
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaAfifi Rahmadetiassani
 
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahHubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahAfifi Rahmadetiassani
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteriAfifi Rahmadetiassani
 

Plus de Afifi Rahmadetiassani (20)

pemanfaatan kenekaragaman hayati sebagai biodegradasi limbah plastik
pemanfaatan kenekaragaman hayati sebagai biodegradasi limbah plastikpemanfaatan kenekaragaman hayati sebagai biodegradasi limbah plastik
pemanfaatan kenekaragaman hayati sebagai biodegradasi limbah plastik
 
Bieokonomi
Bieokonomi Bieokonomi
Bieokonomi
 
Biodiversitas indonesia
Biodiversitas indonesiaBiodiversitas indonesia
Biodiversitas indonesia
 
Ruang Terbuka Hijau di Jakarta
Ruang Terbuka Hijau di JakartaRuang Terbuka Hijau di Jakarta
Ruang Terbuka Hijau di Jakarta
 
Perdagangan Avifauna di Lansekap Kerinci Seblat
Perdagangan Avifauna di Lansekap Kerinci Seblat Perdagangan Avifauna di Lansekap Kerinci Seblat
Perdagangan Avifauna di Lansekap Kerinci Seblat
 
Pelatihan penyusunan laporan TFCA Sumatera
Pelatihan penyusunan laporan TFCA SumateraPelatihan penyusunan laporan TFCA Sumatera
Pelatihan penyusunan laporan TFCA Sumatera
 
Reptil laut (Penyu laut)
Reptil laut (Penyu laut)Reptil laut (Penyu laut)
Reptil laut (Penyu laut)
 
Hutan dan upaya konservasi
Hutan dan upaya konservasiHutan dan upaya konservasi
Hutan dan upaya konservasi
 
Mengenal hujan
Mengenal hujanMengenal hujan
Mengenal hujan
 
Troides helena, si cantik dari alam
Troides helena, si cantik dari alamTroides helena, si cantik dari alam
Troides helena, si cantik dari alam
 
Ramah sampah ramah dompet
Ramah sampah ramah dompetRamah sampah ramah dompet
Ramah sampah ramah dompet
 
Komunitas Kupu-Kupu di RTH DKI Jakarta
Komunitas Kupu-Kupu di RTH DKI JakartaKomunitas Kupu-Kupu di RTH DKI Jakarta
Komunitas Kupu-Kupu di RTH DKI Jakarta
 
Mengenal pecahan bagian 1
Mengenal pecahan bagian 1Mengenal pecahan bagian 1
Mengenal pecahan bagian 1
 
Pengenalan dan pengawetan kupu kupu
Pengenalan dan pengawetan kupu kupuPengenalan dan pengawetan kupu kupu
Pengenalan dan pengawetan kupu kupu
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusia
 
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahHubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
 
Suaka marga satwa cikepuh
Suaka marga satwa cikepuhSuaka marga satwa cikepuh
Suaka marga satwa cikepuh
 
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
Isolasi  dan  morfologi koloni bakteriIsolasi  dan  morfologi koloni bakteri
Isolasi dan morfologi koloni bakteri
 
Morfologi fungi
Morfologi fungiMorfologi fungi
Morfologi fungi
 
Mengenal jenis burung
Mengenal jenis burungMengenal jenis burung
Mengenal jenis burung
 

Bioekologi dan Strategi Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena

  • 1. BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.) KARYA ILMIAH Oleh AFIFI RAHMADETIASSANI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2013
  • 2. BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.) Karya ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan MATA KULIAH SEMINAR Oleh Afifi Rahmadetiassani 083112620150008 FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2013
  • 3. FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL Karya Ilmiah, Jakarta, Februari 2013 Afifi Rahmadetiassani Bioekologi dan Strategi Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (Troides helena L.) x + 30 halaman, 1 tabel dan 8 gambar Indonesia memiliki kekayaan jenis kupu-kupu dan nilai endemisitas tertinggi di dunia. Kupu-kupu memiliki peran yang penting dalam ekosistem, yaitu sebagai polinator, bioindikator lingkungan, bahan makan, objek wisata dan ojek studi serta diperjual belikan di pasar regional dan internasioanl untuk dijadikan koleksi. Salah satu kupu-kupu yang memiliki permintaan pasar yang tinggi adalah kupu-kupu raja helena (Troides helena L.). Jenis ini banyak diperjual belikan karena memiliki warna yang indah, menarik dan memiliki nilai estetika. Eksploitasi yang berlebihan dapat berdampak terhadap kelestariannya. Saat ini, jenis ini dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan termasuk kategori Appendiks II CITES. Upaya konservasi yang diperlukan untuk melestarikan populasi kupu-kupu raja helena dengan menggunakan prinsip perlindungan (save), penelitian (study), dan pemanfaatan (use). Pada penerapannya, upaya perlindungan dilakukan scara in-situ seperti pada TN. Bantimurung Bulungsaraung dan secara ex-situ pada Museum Kupu TMII. Daftar bacaan: 56 (1973 -2013).
  • 4. Judul Karya Ilmiah : BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU- KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.) Nama Mahasiswa : Afifi Rahmadetiassani Nomor Pokok : 083112620150008 Menyetujui Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua Hasni Ruslan, dra. MSi Tatang Mitra Setia, drs. MSi Dekan Imran S. L. Tobing, drs. MSi Tanggal Lulus : 1 Februari 2013
  • 5. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis persembahkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tulisan yang bersifat telaah pustaka ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Seminar pada Fakultas Biologi Universitas Nasional. Dengan tersusunnya karya ilmiah yang berjudul Bioekologi dan Strategi Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (Troides helena L.), pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada : 1. Dra. Hasni Ruslan, MSi sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan saran, bimbingannya dan dukungan kepada penulis hingga tersusunnya karya ilmiah. 2. Drs. Tatang Mitra Setia, MSi sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan saran, bimbingan dan dukungannya kepada penulis hingga tersusunnya karya ilmiah. 3. Drs. Imran. S. L. Tobing, MSi selaku Dekan Fakultas Biologi Universitas Nasional. v
  • 6. 4. Dra. Ikhsan Matondang, MSi sebagai Pembimbing Akademik Angkatan 2008 yang telah memberikan semangat dan bimbingannya dalam penulisan karya ilmiah. 5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Biologi Universitas Nasional yang telah banyak memberi dorongan serta dukungan kepada penulis. 6. Untuk kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang terus memberikan motivasi, semangat dan juga dukungannya baik moril maupun materil, serta kesabarannya dan juga ketulusan dalam setiap doanya. 7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008: Zulfikar S.Si., Marlia, Fajar, Devi, Joandini, Angga, There, Tenno, Rika, Akbar, Anita, Dita, Hamdani, Nur, Arfan, Kiki, dan Dera yang selalu memberikan semangat, saran, kekompakan yang tidak bakal terlupakan selama perkuliahan. 8. M. Arif Rifqi, S.Si. sahabat dekatku yang selalu memberikan semangat dan masukan-masukan yang bermanfaat untuk penulisan karya ilmiah. 9. Teman-teman BSO KSPL “Chelonia”, BBC, JBS, KKI, WWF, IWP, TRASHI, PP-IPTEK yang memberikan persahabatan, semangat, kreativitas dan ilmu-ilmu selama ini. 10. Alumni dan teman-teman semua angkatan Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta atas motivasi, saran dan nasehat kepada penulis. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan karya ilmiah yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. vi
  • 7. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam hal materi maupun teknik penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bimbingan, saran, dan kritik yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki karya ilmiah ini sehingga bermanfaat dan dapat dijadikan bahan acuan oleh semua pihak. Jakarta, Februari 2013 Penulis vii
  • 8. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 II. BIOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA ............................................................. 3 A. Morfologi .............................................................................................................. 3 B. Klasifikasi ............................................................................................................. 5 C. Siklus Hidup ......................................................................................................... 6 III. EKOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA ......................................................... 11 A. Makanan ............................................................................................................. 11 B. Dsitribusi dan Habitat ......................................................................................... 12 C. Peran dalam Ekosistem ....................................................................................... 14 IV. STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA ............................ 16 A. Ancaman ............................................................................................................. 16 B. Strategi Konservasi ............................................................................................. 17 C. Studi Kasus Upaya Konservasi di TN. Bantimurung-Bulung Saraung .............. 20 D. Studi Kasus Upaya Konservasi di Taman Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia Indah ................................................................................................................... 21 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25 viii
  • 9. DAFTAR TABEL Tabel Halaman Naskah 1. Persebaran Kupu-Kupu Raja Helena di Indonesia............................... 13 ix
  • 10. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Naskah 1. Morfologi kupu-kupu ........................................................................ 4 2. Seksual Dimorfisme Pada Kupu-Kupu Raja Helena Betina dan Jantan Serta Ciri Pembedanya .......................................................... 5 3. Siklus Hidup Kupu-Kupu Raja Helena ............................................. 6 4. Telur Kupu-Kupu Raja Helena ......................................................... 7 5. Larva Kupu-Kupu Raja Helena......................................................... 7 6. Pupa Kupu-Kupu Raja Helena ......................................................... 8 7. Pemangsaan Kupu-Kupu Raja Helena Oleh Laba-Laba ................... 10 8. Pakan Larva Kupu-Kupu Raja Helena ............................................. 11 x
  • 11. BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki sekitar 2.500 jenis kupu-kupu, jumlah tersebut menunjukkan Indonesia menjadi salah satu negara tertiggi yang memiliki memiliki kekayaan jumlah jenis kupu-kupu di dunia yang berada di bawah Brazil dan Peru yang memiliki 3.700 jenis. Namun, secara endemisitas Indonesia menempati peringkat pertama yaitu sebanyak 35% (Peggie, 2011). Menurut Pasaribu (2012), Indonesia memiliki 121 jenis kupu-kupu dari suku Papilionidae dan 44% dari jumlah tersebut termasuk jenis endemik. Kupu-kupu merupakan salah satu hewan yang digolongkan dalam bangsa Lepidoptera. Secara etimologis, Lepidoptera berasal dari bahasa Latin lepido (sisik) dan bahasa Yunani pteron (sayap). Sisik-sisik pada sayap kupu-kupu tersebut tersusun seperti genteng serta memiliki pola warna dan corak yang menarik. Bangsa Lepidoptera dicirikan mempunyai dua pasang sayap yang tertutup sisik, memiliki ukuran tubuh kecil sampai besar dan tipe mulut pada larva adalah penggigit sedangkan pada dewasa penghisap (Hadi dkk., 2009). Kupu-kupu memiliki pola warna yang indah dan menjadikan kupu-kupu bernilai tinggi, sehingga banyak orang yang tertarik dan berusaha menangkap kupu- kupu dari alam baik untuk penelitian, koleksi pribadi, maupun untuk diperdagangkan. Perdagangan kupu-kupu dilakukan di dalam negeri hingga ke dunia internasional (National Research Council, USA, 1983). Kondisi tersebut dapat menimbulkan 1
  • 12. eksploitasi yang berlebihan dan tidak terkontrol. Selain itu, pembukaan lahan dan ahli fungsi hutan untuk keperluan ekonomi dapat menyebabkan kupu-kupu kehilangan habitatnya (Peggie, 2011). Apabila hal ini terus terjadi akan berakibat penyusutan populasi dan menyebabkan kepunahan jenis kupu-kupu. Salah satu jenis kupu-kupu yang dilindungi dan bernilai di Indonesia adalah kupu-kupu raja helena (Troides helena). Secara undang-undang, jenis ini dilindungi secara nasional oleh PP. No. 7 tahun 1999 dan internasional dalam Appendix II CITES. Kupu-kupu raja helena ini merupakan salah satu jenis yang mendapatkan permintaan pasar yang tinggi (Peggie, 2011). Nilai perdagangan awetan kupu-kupu di dunia dapat mencapai US$ 100 per tahun. Seperti kasus yang terjadi di Irian Jaya, harga awetan kupu-kupu jenis Onithoptera spp. dan Triodes spp. dapat mencapai US$ 0,5-100 per spesimennya (Supriatna, 2008). Oleh karena itu kajian konservasi yang berhubungan dengan jenis ini menjadi sangat penting untuk mencegah kepunahannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai aspek bioekologi beserta strategi konservasi kupu-kupu raja helena dengan harapan dapat menjadi referensi ilmiah untuk pelestariannya. 2
  • 13. BAB II BIOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA A. Morfologi Kupu-kupu raja helena termasuk ke dalam suku Papilionidae dengan karakteristik memiliki tubuh yang besar dengan pola warna yang indah (Noerdjito dan Aswari, 2003), pada umumnya mempunyai sifat sexual dimorphic yaitu yaitu terdapat perbedaan morfologi antara kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina dan memiliki sifat polymorphic yaitu terdapat beberapa pola sayap pada kupu-kupu betina (Peggie dan Amir, 2006), pada beberapa jenis kupu-kupu suku ini, terdapat sayap belakang yang memanjang seperti ekor (Vane-Wright dan de Jong, 2003). Oleh karena itu suku Papilionidae disebut juga sebagai kupu-kupu ekor burung walet atau swallow tail (Borror dkk., 1996). Menurut Fleming (1983) dan Nurjannnah (2010), secara umum, tubuh kupu- kupu dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), toraks (dada) dan abdomen (perut) (Gambar 1). Kepala kupu-kupu berbentuk bulat kecil, terdapat sepasang antena, sepasang mata dan alat mulut (Smart, 1976). Antena kupu-kupu berukuran panjang, ramping dan terdiri dari segmen-segmen. Antena tersebut berfungsi sebagai alat peraba, perasa , pengecap, pembau serta pendengar (Borror dkk., 1996). Kupu- kupu mempunyai tipe alat mulut penghisap (proboscis). Proboscis tersebut bisa digulung jika kupu-kupu tidak melakukan aktivitas makan (Scoble, 1992). 3
  • 14. Gambar 1. Morfologi Kupu-Kupu (Nurjannah, 2010) Kupu 2010). Kupu-kupu raja helena memiliki seksual dimorfisme (Gambar 2) (Krafiani, kupu 2010; Pasaribu, 2012). Kupu kupu jantan memiliki kepala hitam dengan sisik merah Kupu-kupu di bagian belakang, dada berwarna hitam, perut berwarna kuning-putih yang tertutup kuning garis-garis hitam pada masing-masing segmen dan sisi dalam berwarna kuning, sayap garis masing masing depan berwarna abu-abu atau hitam dengan sedikit warna putih (Simbolon dan abu abu Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999) dan memiliki panjang 6-8,4 cm 6 serta apabila direntangkan dapat mencapai 9,8 abila 9,8-13,8 cm (Peggie, 2011). Pada sayap belakang berwarna kuning emas dan memiliki batas hitam pada tulang sayap (Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999). Pada kupu-kupu betina memiliki kepala hitam coklat dengan memiliki kupu lengkungan merah di sisi atas, dada berwarna coklat dan bersisik merah, perut umumnya berwarna abu-abu, coklat, atau kuning, yang ditutupi sisik hitam, sayap abu abu, depan berwarna abu-abu, coklat atau hitam (Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., abu, 4
  • 15. 1992; Sihombing, 1999) yang memiliki panjang 7,3-9,5 cm dan apabila direntangkan 9,5 dapat mencapai 11-15 cm (Peggie, 2011), sayap belakang ditandai dengan warna 15 kuning keemasan dan hitam pada bagian tepi serta terdapat bintik-bintik hitam dan bintik putih (Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992). utih Gambar 2. Seksual Dimorfisme Pada Kupu-Kupu Raja Helena Betina (A) dan Jantan D (B) Serta Ciri Pembedanya : (1) Hitam Tanpa Gurat Pada Tepi Sayap, (2) Memiliki embedanya Sayap Tujuh Vena Lurus, (3) Bercak Hitam yang Masuk ke Dalam Hanya Sedikit, (4) Tidak ena e Ada Bercak Kuning, (5) Basal Area Sisik Hitam, (6) Deretan Bercak Hitam Tidak Terlalu Besar (Peggie, 2011) 2011). B. Klasifikasi Kupu-kupu raja helena atau dikenal juga dengan nama Common Birdwing aja dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1758 (Collins dan Morris, 1985). Klsifikasi 1985) kupu-kupu raja helena menurut kupu Tsukada dan Nishiyama (1982) adalah sebagai 1982) berikut : 5
  • 16. Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota Bangsa : Lepidoptera Suku : Papilionidae Marga : Troides Jenis : Troides helena (Linneaus, 1758) C. Siklus Hidup Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna, dimana dalam siklus kupu hidupnya terdapat empat tahapan fase, yaitu fase telur, larva, pupa dan dewasa (Gambar 3) (Borror et al, 1996). Kupu-kupu betina setelah melakukan kopulasi akan or 199 bertelur (Mardiana, 200 dan dapat menghasilkan telur lebih kurang 100 butir Mardiana, 2002) sepanjang hidupnya ( (Fitzgerald, 1999). Gambar 3. Siklus Hidup Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 2013). Kupu Butterfly 201 6
  • 17. Telur kupu-kupu raja helena berwarna putih, bulat licin dan dilapisi oleh cairan kupu berwarna orange yang berfungsi sebagai perekat (Gambar 4) (Mardiana, nge pere 2002). Telur-telur tersebut kemudian diletakkan pada daun atau tangkai daun oleh kupu- kupu betina agar telur yang menetas dapat langsung memakannya (Opler dan Strawn, ( 2000). Gambar 4. Telur Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 2013). Kupu Butterfly 201 Saat telur menetas menjadi ulat (larva) (Gambar 5), larva tersebut akan memakan kulit telurnya sendiri (Departemen Kehutanan, 1996) dan langsung memperoleh makan dari tanaman inangnya untuk di makan (Opler dan Strawn, 2000). Dalam fase ini, larva akan mengala mengalami pergantian kulit, hal ini dikarenakan al mengantisipasi kulit yang tidak elastis (Pasaribu, 2012). sipasi Gambar 5. Larva Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 2013). Butterfly 201 Fase selanjutnya adalah pupa (Gambar 6), dimana masa ini merupakan masa tidak ada aktivitas fisik (Sihombing, 1999). Menurut Carey-Huges dan Pickford Huges 7
  • 18. (1977), pupa kupu-kupu raja helena akan bergerak dan mengeluarkan bunyi desis kupu apabila terganggu. Fase ini diakhiri dengan kupu kupu dewasa (imago) dimana kupu- kupu-kupu kupu kupu tersebut keluar dari pupa dengan cara membuka bagian atas pupa (Pasaribu, da ian 2012). Gambar 6. Pupa Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 2013). Butterfly 201 Sayap kupu-kupu masih lemah dengan tubuh yang menggelembung ketika kupu menetas dari pupanya. Tubuh kupu-kupu akan mengempis, setelah cairan tersebut empis, mengalir ke vena sayap, sehingga sayap kupu-kupu dapat membentang. Setelah sayap kupu kupu berkembang sempurna, kupu kupu siap terbang dan dapat melakukan atifitasnya kupu-kupu (Pallister, 1986). Kupu kupu betina dapat langsung dikawini oleh pejantan sekitar dua u-kupu jam setelah menjadi imago, sedangkan kupu kupu jantan baru dapat melakukan enjadi kupu-kupu perkawinan setelah satu atau dua hari setelah menetas dari pupa (Sihombing, 1999). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siklus hidup kupu faktor kupu-kupu raja helana yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik meliputi suhu, . kelembaban, curah hujan dan rah cahaya matahari (Rizal, 2007). Menurut Romoser 8
  • 19. (1973), suhu tubuh kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu juga mempengaruhi kelembaban, curah hujan dan cahaya matahari pada suatu habitat. Jika suhu suatu habitat tinggi, maka kelembaban, curah hujan pada habitat tersebut rendah dan cahaya matahari pada habitat tersebut tinggi. Suhu yang ideal bagi kupu-kupu adalah 15°C-45°C (Jumar, 2000), kelembaban ideal berkisar 84-92% (Borror dkk., 1996) dan curah hujan yang ideal berkisar 2.000-4.000 mm/tahun (Handayani, 2012). Kupu-kupu membutuhkan cahaya matahari yang optimum untuk berjemur dan menghangatkan tubuhnya. Jika suhu tubuh kupu-kupu sudah meningkat maka kupu- kupu akan mencari tempat berteduh (Sihombing , 1999). Suatu habitat bila mengalami kondisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan kupu-kupu, maka kupu-kupu tersebut akan mengalami kematian. Faktor biotik yang mempengaruhi keberhasilan siklus hidup kupu-kupu raja helena seperti penyakit, parasitoid, predator dan pakan (Rizal, 2007). Menurut Syahputra (2011), penyakit yang sering dijumpai pada kehidupan kupu-kupu adalah infeksi jamur dan virus. Penyakit ini sering menyerang pada fase larva dan pupa yang menyebabkan larva atau pupa menghitam dan membusuk. Parasitoid dapat menyerang pada fase telur, larva dan pupa yang dapat menyebabkan kematian (Ruslan, 2012). Setiap fase kehidupan kupu-kupu memiliki predator yang berbeda. Menurut Syaputra (2011), pada fase telur, predator yang sering dijumpai adalah semut, pada fase larva predator yang sering dijumpai adalah kumbang, belalang, kadal dan pada fase pupa predator yang sering ditemui adalah kadal dan tikus (Syaputra, 2011). 9
  • 20. Menurut Hoi-Sen (1983), kadal, burung, semut, laba laba dan bunglon merupakan Sen laba-laba predator pada fase kupu-kupu dewasa (Gambar 7). kupu Gambar 7. Pemangsaan Kupu-Kupu Raja Helena Oleh Laba-Laba (Nurjannah, 2010). aba Selain itu, faktor pakan juga mempengaruhi keberhasilan hidup kupu-kupu. aktor Pakan dalam kehidupan kupu kupu memiliki peran yang penting, karena pakan kupu-kupu tersebut menjadi sumber energi bagi larva dan kupu kupu-kupu. Selain digunakan untuk . memenuhi energinya, pakan digun kan sebagai tempat berlindung dan berkembang digunakan biak (Clark dkk., 1996) 1996). 10
  • 21. BAB III EKOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA KUPU KUPU A. Makanan Kupu-kupu raja helena membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan kupu hidupnya yaitu melakukan simbiosis mutualisme bersama tumbuhan dengan cara mengkonsumsi nektar bunga (Borror dkk., 1996). Tipe dan jumlah makanan yang ( ). dikonsumsi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku dan d morfologi (Sihombing, 1999). Menurut Ross dkk. (1992), kupu kupu-kupu jenis ini tergolong satwa herbivora atau fitofagus (pemakan tumbuhan). Salah satu jenis tanaman yang digunakan sebagai tanaman inang yang paling banyak digunakan, yaitu tanaman Aristolochia foveolata dan Aristolochia tagala (Gambar 8) (Salmah dkk., 2002). A B Gambar 8. Pakan Larva Kupu Kupu-Kupu Raja Helena (A) Aristolochia tagala dan (B) Aristolochia foveolata (Pasaribu, 2012). Menurut hasil penelitian Krafiani (2010), kupu-kupu raja helena di Taman kupu Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia Indah menyukai 9 tanaman berbunga yang Kupu 11
  • 22. digunakan sebagai pakan. Jenis tanaman berbunga itu anatara lain krosandra (Crossandra infundibuliformis), tunbergia (Thunbergia laurifolia), melati (Jasminum sambac), jati emas (Cordia subcordata), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), kaca piring (Gardenia jasminoides), soka (Ixora paludosa), nona makan sirih (Clerodendrum thomsoniae) dan pagoda (Clerodendrum paniculatum). Selain itu, kupu-kupu raja helena juga menghisap air kubangan, kotoran dan bangkai hewan untuk mendapatkan nutrisi dan mineral seperti sodium klorida dan larutan yang kaya nitrogen. Nutrisi ini digunakan untuk aktivitas sehari-hari atau aktivitas khusus seperti kawin. Kupu-kupu jantan biasanya membutuhkan mineral garam dan asam amino pada saat melakukan perkawinan (Sihombing, 1999; Krafiani, 2010). B. Distribusi dan Habitat Secara umum, kupu-kupu mampu hidup pada ketinggian 0-2.000 mdpl (Mattimu dkk, 1977) dan secara spesifik, kupu-kupu raja helena dapat hidup pada ketinggian 0-1.000 m dpl (Peggie, 2011). Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih, sejuk, tidak terpolusi (Odum, 1993 ; Amir dkk., 2003). Kupu-kupu raja helena tersebar di Benua Asia meliputi Nepal, Kamboja, Cina, India, Brunei, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam dan Indonesia (Tsukada dan Nishiyama, 1982). Distribusi di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan (The Global Butterfly Information System, 2012). Menurut Peggie (2011), Indonesia memiliki 19 sub jenis yaitu (Tabel 1) : 12
  • 23. Tabel 1. Persebaran Kupu-Kupu Raja Helena di Indonesia No. Jenis Lokasi Sumatera Barat dan Sumatera 1 Troides helena typhaon Utara 2 Troides helena demeter Pulau We, Aceh 3 Troides helena hypnos Simeulue 4 Troides helena hermes Pulau Banyak 5 Troides helena isara Nias 6 Troides helena nereis Enggano 7 Troides helena bunguranensis Natuna Besar 8 Troides helena venus Pulau Subi, Natuna 9 Troides helena rayae Belitung 10 Troides helena dempoensis Sumatera Selatan 11 Troides helena sugimotoi Karimata 12 Troides helena orientis Kalimantan 13 Troides helena Helena Jawa dan Bali 14 Troides helena nereides Bawean 15 Troides helena antileuca Kangean 16 Troides helena sagittatus Lombok 17 Troides helena hahneli Komodo 18 Troides helena propinquus Sumbawa 19 Troides helena hephaestus Sulawesi Menurut Panjaitan (2011), habitat merupakan komponen yang penting bagi kelangsungan hidupnya. Keberadaan dan kondisi vegetasi digunakan oleh kupu-kupu sebagai sumber pakan, berkembang biak dan sebagai tempat berlindung. Kupu-kupu menyukai tempat yang terbuka atau tempat yang memiliki tutupan kanopi yang tidak rapat. Hal tersebut merupakan adaptasi perilaku kupu-kupu yang selalu membutuhkan 13
  • 24. sinar matahari untuk berjemur. Apabila kondisinya tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya, kupu-kupu akan melakukan perpindahan untuk mencari tempat baru yang lebih baik untuk melangsungkan hidupnya (Whalley, 1992; Clark dkk., 1996). Menurut Whalley (1992), kupu-kupu sangat tergantung dengan adanya tumbuhan dan rentan terhadap perubahan lingkungan. Apabila terjadi perubahan yang drastis terhadap kondisi lingkungannya, beberpa jenis kupu-kupu akan mengalami kepunahan (Borror dkk., 1996). C. Peran Dalam Ekosistem Kupu-kupu raja helena memiliki fungsi yang cukup penting baik secara ekologis maupun ekonomis. Fungsi kupu-kupu secara ekologis antara lain sebagai penyerbuk tanaman (Sembel, 1993), bioindikator lingkungan yang bersih dan tidak tercemar (Depatemen Kehutanan, 2008) dan sebagai plasma nutfah kekayaan jenis kupu-kupu di Indonesia (Peggie, 2011). Jenis ini memiliki warna yang menarik dan ukuran yang relatif besar, sehingga menjadi daya tarik tersendiri (Peggie, 2011). Secara ekologi, populasi kupu-kupu yang tidak terkontrol dapat potensi sebagai hama, misalnya pada stadia larva dari kupu-kupu dari suku Danaidae, Amanthusidae, Nymphalidae, Papilionideae, Pieridae dan Hesperidae. Larva-larva tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian dan tanaman hias (Salmah, 1994). Apabila populasi larva tersebut terus meningkat tanpa adanya predator alaminya, maka ia dapat menjadi hama potensial (Tresnawati, 2010). Secara ekonomis, kupu-kupu dapat digunakan sebagai bahan makanan, koleksi (Sihombing, 1999), perdagangan (Peggie, 2011), objek wisata dan objek studi 14
  • 25. untuk masyarakat umum (Panjaitan, 2011) karena kupu-kupu memiliki warna yang indah, menarik dan memiliki nilai estetika (National Research Council, USA, 1983 ; Peggie, 2011). 15
  • 26. BAB IV STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA A. Ancaman Berkurangnya suatu habitat, dapat menurunkan populasi kupu-kupu raja helena, dimana penurunan habitat dapat menyebabkan melemahnya kemampuan hidup dengan rusaknya tanaman inang (Mac Kinnon, 1992). Rusaknya tanaman inang terjadi karena adanya aktivitas manusia dalam mengkonversi habitat alami (Rizal, 2007). Menurut McKee dkk., (2003), manusia banyak melakukan konversi habitat alami untuk dijadikan lahan pertanian maupun tempat tinggal. Tingginya populasi manusia, menyebabkan sumber kebutuhan terus meningkat, sehingga pemanfaatan sumber daya alam tidak bisa dihindarkan. Jika pemakaian sumber daya alam secara berlebih dapat mempengaruhi keanekaragam hayati (Indrawan dkk., 2007), salah satunya adalah kupu-kupu. Selain terjadinya penurunan habitat, ancaman yang dapat menurunkan populasi kupu-kupu adalah perburuan dan perdagangan. Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003), pada tahun 1992-1999 kupu-kupu raja helena merupakan salah satu kupu-kupu yang banyak diminati pada pasar perdagangan internasional. Kupu- kupu raja helena diekspor sebanyak 23.895 ekor pada tahun 1985-2005 (Simbolon dan Iswari, 1990). Permintaan pasar yang terus meningkat, menyebabkan perburuan terhadap kupu-kupu sangat tinggi, khususnya kupu-kupu raja helena (Noerdjito dan Aswari, 2003). 16
  • 27. Untuk mencegah kepunahan, pemantauan populasi kupu-kupu perlu dilakukan. Hal ini dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999, menyebutkan bahwa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditetapkan sebagai otoritas keilmuwan. LIPI memiliki kewenangan untuk memonitor izin perdagangan, realisasi perdagangan serta memberikan rekomendasi kepada otoritas pengelola tentang pembatasan pemberian izin perdagangan satwa liar maupun tumbuhan (Noerdjito dan Aswari, 2003). B. Strategi Konservasi Konservasi merupakan upaya multi disiplin yang dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan demi melindungi jenis dan ekosistem. Pada prinsipnya, upaya tersebut dilakukan dengan melindungi keanekaragaman jenis dan komunitas biologi, mencegah dan menghambat kepunahan jenis, memelihara kompleksitas ekologi, menjaga keberlanjutan proses evolusi dan memanfaatkan potensi secara berkelanjutan (Indrawan, dkk. 2007). Berdasarkan perumusan konsep tentang konservasi, menurut Supriatna (2008), upaya tersebut dampak dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh dengan prinisp Save (perlindungan), Study (penelitian) and Use (pemanfaatan). Menurut Supriatna (2008), upaya perlindungan dapat berupa legalisasi atau perlindungan secara hukum baik dalam skala regional maupun internasional. Upaya penelitian dapat meliputi penelitian keanekaragamana hayati, habitat, komunitas, potensi ekowisata dan lain sebagainya. Sedangkan, upaya pemanfaatan dapat 17
  • 28. dilakukan dengan ekowisata, fungsi ekosistem, dan komoditas perdagangan yang dieksploitasi secara terbatas dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Perlindungan (Save) Perlidungan kupu-kupu dapat dilakukan di habitat aslinya (in-situ) dan di luar habitat asilnya (ex-situ). Perlindungan in-situ biasanya dilakukan di kawasan konservasi baik itu Taman Nasional, Cagar Alam atau yang sejenis sedangkan perlidungan ex-situ biasanya dilakukan di taman kupu-kupu buatan atau laboratorium penelitian (Indrawan dkk., 2007; Supriatna, 2008). Pelestarian secara in-situ dan ex- situ merupakan strategi yang saling melengkapi. Individu kupu-kupu raja helena yang berasal dari ex-situ secara bertahap bisa dilepas ke alamnya untuk mendukung upaya in-situ. Pelestarian ex-situ yang terus berkembang, akan membantu dalam pengendalian perburuan di alam dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai upaya konservasi (Indrawan dkk., 2007). Bentuk dan warna kupu-kupu raja helena yang indah, membuat jenis ini banyak diminati oleh para kolektor sehingga perlu dilakukan perlindungan untuk konservasi. Menurut Supriatna (2008), jenis ini memiliki angka perdagangan internasional yang paling tinggi, periode 1985-2005, Indonesia mengekspor sebanyak 23.895 ekor. Permintaan yang tinggi, membuat CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) mengkategorikan jenis ini masuk dalam Appendiks II, dimana kupu-kupu raja helena walaupun tidak masuk jenis yang terancam punah berdasarkan daftar merah (redlist) IUCN, namun dapat terancam punah apabila perdagangannya terus berlangsung tanpa ada regulasi yang 18
  • 29. jelas dan tegas (Supriatna, 2008). Hal tersebut diperkuat dengan masukanya jenis ini dalam daftar tumbuhan dan satwa dilindungi pada Peraturan Pemerintah. No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Krafiani, 2010). 2. Penelitian (Study) Keindahan morfologis dan fungsi yang penting dalam ekosistem menjadikan kupu-kupu juga menarik ilmuan untuk meneliti. Penelitian tentang kupu-kupu menjadi sesuatu yang menarik, karena masih banyak jenis yang belum terungkap di Indonesia. Jenis kupu-kupu raja helena tersendiri saat ini sudah diteliti mengenai : biodiversitasnnya, morfologi, siklus hidup dan perilakunya (Krafiani, 2010; Pasaribu, 2012). Selain itu, terdapat buku panduan kupu-kupu Indonesia yang dilindungi, di dalamnya terdapat jenis termasuk kupu-kupu raja helena (Pegie, 2011). Penelitian kupu-kupu jenis ini dapat melindungi keberadaannya dengan mengetahui populasi dan trend populasinya, sehingga dengan memadukan dengan analisis keterancamannya, dapat diketahui upaya mitigasi untuk mencegah hal tersebut. Selain bidang tersebut, masih banyak potensi penelitian yang masih terbuka, antara lain keanekaragaman berbasis genetik, keanekaragaman ekosistem, ekologi dan dampaknya terhadap perubahan iklim, biokonservasi, manajemen pengelolaan konservasinya, analisis fragmentasi habitat, ancaman jenis eksotik dan lain sebagainya (Supriatna, 2008). 3. Pemanfaatan (Use) Pemanfaatan dalam hal ini dimaksudkan untuk mengambil manfaat setelah kedua prinsip save dan study sudah dilakukan, sehingga dapat dipertanggung 19
  • 30. jawabkan ukuran pemanfaatannya (Indrawan, dkk., 2007). Menurut Nurjannah (2010), potensi yang dimiliki jenis kupu-kupu raja helena menjadikannya sebagai salah satu penyumbang devisa bagi sub-sektor kehutanan Indonesia dan kupu-kupu raja helena menjadi salah satu daya tarik di Taman Nasional Bantimurung dan diakui secara internasional sejak masa Alfred Russul Wallace (Sumah, 2012). Ketiga prinsip diatas dapat menghasilkan output yang saling terkait berupa pemanfaatan berkelanjutan, perlindungan yang menguntungkan banyak pihak, penerapan etnobiologi, pemanenan satwa liar dalam batas tertentu dan lain sebagainya (Supriatna, 2008). C. Studi Kasus Upaya Konservasi di TN. Bantimurung-Bulung Saraung Pelestarian kupu-kupu di TN. Bantimurung-Bulung Saraung merupakan contoh konservasi dalam habitat aslinya (in-situ). Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, taman nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) terletak di Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas ± 43.750 ha. Secara administratif kawasan ini, terletak di Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 (Sumah, 2012). 20
  • 31. Menurut Sumah (2012), TN Babul merupakan salah satu taman nasional yang terkenal dengan keragaman kupu-kupu, sehingga taman nasional ini dijuluki sebagai Kingdom of Butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat bagi jenis kupu-kupu yang langka dan endemik, di antaranya adalah Graphium androcles, Papilio blumei, Troides helena dan lain sebagainya. Keragaman kupu-kupu yang tinggi di kawasan ini telah banyak dilaporkan. Alfred Russel Wallace pada tahun 1890 bahwa terdapat 256 jenis kupu- kupu dalam kawasan Bantimurung (Departemen Kehutanan, 2008). Mattimu dkk., (1987) juga melaporkan terdapat 103 jenis kupu-kupu yang ditemukan di hutan wisata Bantimurung. Noerdjito dan Amir (1992) menemukan 64 jenis kupu- kupu di sekitar kawasan taman nasional. Departemen Kehutanan, (2008) melaporkan sebanyak 82 jenis kupu-kupu di sekitar kawasan TN Babul. Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu di TN Babul sangat tinggi. Tekanan ini berupa perubahan ekologi pada habitat akibat pembangunan, jumlah pengunjung yang meningkat, dan penangkapan yang berlebihan untuk kepentingan koleksi pribadi maupun komoditas perdagangan. Dalam prakteknya, penerapan prinsip perlindungan masih lebih rendah dibandingkan pemanfaatan. Hal tersebut terlihat pada banyaknya tekanan terhadap populasinya (Sumah, 2012). D. Studi Kasus Upaya Konservasi di Taman Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia Indah Pelestarian kupu-kupu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan contoh konservasi di luar habitat aslinya (ex-situ). Manifestasi konsep Miniatur 21
  • 32. Indonesia di TMII juga meliputi aspek biodiversitas. Perhimpunan Kebun Binatang seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) membuat inisiatif untuk membuat museum serangga. Pada bulan Maret 1992, museum serangga mulai dibangun dan pada tanggal 18 Apil 1993 sudah diresmikan. Tujuan dari pembuatannya adalah untuk mengenalkan keanekaragaman serangga, sehingga dapat merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensi alamnya (Krafiani, 2010). Pada tahun 1998, atas bantun Yayasan Sarana Wana Jaya, di dalam museum serangga dibangun taman kupu-kupu, laboratorium, kandang penangkaran dan kandang pupa sehingga diubah namanya menjadi museum serangga dan taman kupu. Kawasan ini memiliki luas 500m2 dengan kondisi fisik kawasan, dibuat sedemikian rupa menyerupai habitat alami kupu-kupu. Untuk kebutuhan air, berasal dari sumur bor dengan pompa air dan terdapat dua air terjun buatan serta kolam air. Secara klimatologi pada tahun 1999, curah hujan rata-rata 162,5 mm (Krafiani, 2010). Kondisi vegetasi kawasan ini, ditanami jenis tanaman berbunga yang berfungsi sebagai pakan larva dan kupu-kupu, tanaman hias, tempat berlindung dan tempat beristirahat. Seperti, sirsak (Annona muricata), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), soka (Ixora paludosa), nona makan sirih (Clerodendrum thomsonae), pagoda (Clerodendrum paniculatum), beringin (Ficus benjamina), pisan-pisangan (Heliconia sp.), belimbing wuluh (Averrhoa blimbi), jarak pagar (Jatropa curcas), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), jambu biji (Psidium guajava), dan lain-lain. Selain itu, terdapat beberapa 22
  • 33. hewan seperti kijang, jelarang, kancil, burung merak dan lain-lain. Pengelolaan kawasan ini, dilakukan dalam bentuk ekowisata dalam penangkaran dan penelitian. Kupu-kupu di kawasan ini bersal dari pupa yang dibeli dari PT. Ikas Amboina di Bali seperti jenis Troides helena dan berbagai jenis lainnya (Krafiani, 2010). Pada lokasi ini, terdapat kandang penetasan pupa yag memperlihatkan cara peletakan pupa yang akan ditetaskan. Kandang penetasan pupa dibangun secara permanen dan terdapat beberapa kotak kaca yang menjadi tempat peragaan telur kupu-kupu. Menurut Alikodra (2002), taman kupu-kupu yang baik adalah kawasan yang memadukan komponen fisik maupun biotik yang merupakan suatu kesatuan dalam penangkaran satwa liar. Seperti, keselarasan antara tumbuhan, keberadaan air, pengaturan udara, suhu, kelembaban dan keberadaan predator sangat penting untuk dipertimbangkan. Menurut penelitian Krafiani (2010), jenis kupu-kupu helena dikawasan ini secara baik memfaatkan jenis bunga pagoda (Clerodendrum pangiculatum) dan jati emas (Cordia subcordata) sebagi tanaman pakan kupu-kupu dan paling banyak digunakan. Di dalam aktifitas hariannya, jenis ini lebih banyak hinggap di pohon cabe jawa (Piper retrofractum) dan tunbergia (Thunbergia lorifolia). 23
  • 34. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kupu-kupu raja helena memiliki seksual dimorfisme. 2. Kupu-kupu raja helena merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang banyak dieksploitasi dalam perdagangan nasional dan internasional. 3. Kupu-kupu raja helena dilindungi oleh peraturan pemerintah no. 7 tahun 1999 dan termasuk dalam daftar Appendix II CITES. 4. Strategi konservasi kupu-kupu raja helena dapat dilakukan dengan Save (perlindungan), Study (penelitian) dan Use (pemanfaatan). B. Saran 1. Perlu kajian lebih lanjut tentang ekologi, konservasi kupu-kupu raja helena dan upaya konservasinya, karena masih sedikit literatur yang membahasa hal tersebut. 2. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang status konservasi kupu-kupu raja helena pada khususnya dan kupu-kupu secara umum. 24
  • 35. DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H. S. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. Bogor. 2002. Amir, M., W.A. Noerdjito,dan S. Kahono. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Bogor. BCP JICA : 123-140. 2003. Borror, D. J. , C. A.Triplehorn dan N.F. Johnson. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1996. Butterfly Circle Cheeklist. Troides helena. http://www.butterflycircle.com/ checklist%20V2/CI/index.php/start-page/startpage. Januari, 2013. Carey-Hughes, J. dan Pickford J. B. The Occurrence of Troides helena (Linn.) in Hongkong. JHKBRAS 16 : 301-304. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S.F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012. Clark L. R., Geigera P. W., Hughes R. D. dan Morris R. F. The Ecology of Insect Population in Theory Practice. The English Language Book Society and Chapmen and Hall. Canberra. 1996. Collins, N. M. dan M. G. Morris. Threatened Swallowtail Butterflies of The World The IUCN Red Data Book. Switzerland : IUCN, Glad and Cambridge. 1985. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Departemen Kehutanan. Penangkaran Kupu-Kupu. Pusat Penyuluhan Kehutanan. Jakarta. 1996. Departemen Kehutanan. Identifikasi dan Pemetaan Kupu-Kupu. Direktorat Jenderal Perlindungan Konservasi dan Sumber Daya Alam. Kabupaten Maraos. Sulawesi Selatan. 2008. 25
  • 36. Departemen Kehutanan. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung Periode 2008-2027. Direktorat Jenderal Perlindungan Konservasi dan Sumber Daya Alam. Kabupaten Maraos. Sulawesi Selatan. 2008. Fitzgerald, E. Aktif Student Guide to Butterflies. Welcome to Butterfly Farm. University of New Hampshire with Aktif Bachelor’s Degee Instar Environmental Science. http://www.butterflyfarm.co.cr/.1999. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S. F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan Dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012. Fleming, W. A. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Second Edition. Kuala Lumpur : Longeman. 1983. Dalam Siklus Hidup dan Pertumbuhan Kupu- Kupu Graphium agamemnon L. dan Graphium doson C&R. (Papilionidae : Lepidoptera) dengan Pakan Daun Cempaka dan Daun Sirsak. E. Trenawati. Tesis Program Studi Biologi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Hadi, H. M., U. Tarwotjo dan R. Rahadian. Biologi Insekta Entomologi. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. Handayani, V. D., I. G. Sugiyanta dan Zulkarnain. Deskripsi Habitat Kupu-Kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/10/articles/ desember 2012/VivaDesiHandayani_0813034051.pdf. 2012. Hoi-Sen, Y. Malaysian Butterflies an Introduction. Tropical Press SDN. BHD. 1983. Indrawan, M., R.B. Primack, dan J. Supriatna. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2007. Jumar. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. 2000. Krafiani, S. S. Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Mac Kinnon, K. Nature’s Treasure House The Wildlife of Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1992. 26
  • 37. Mardiana, A. Daur Hidup Kupu Raja Troides helena Linnaeus (Lepidoptera : Papilionidae) di Penangkaran Kupu Curug Cilember, Sukabumi. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2002. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Mattimu, A. A., H. Sugando dan H. Pabbitei. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Kupu-Kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar. 1977. Dalam Kajian Produksi dan Tingkah Laku Beberapa Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Beberapa daerah di Kabupaten Bogor. O. F. M. Simanjuntak. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2000. Mattimu, A. A., H. Sugondo dan H. Pabbitei. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Kupu-Kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar. 1987. McKee, J.K., P. W. Sciulli, C. D. Fooce dan T. A. Waite. Forecasting Global Biodiversity Threats Associated With Human Population Growth. Biological Conservation 115 : 161-164. 2003. National Research Council,USA. Butterfly Farm in Papua New Guinea. Managing Tropical Animal Resources. National Academy Press. Washinton DC. 1983. Dalam Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. M. Amir, W.A. Noerdjito dan S. Kahono. Bogor. BCP JICA : 123-140. 2003. Noerdjito, W. A. dan M. Amir. Kekayaan Kupu-Kupu di Cagar Alam Bantimurung Sulawesi Selatan dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH . 1992. Noerdjito, W. A. dan P. Aswari. Metode Survei Dan Pemantauan Populasi Satwa. Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Puslit Biologi-LIPI. Cibinong. 2003. Nurjannah, S. T. Biologi Troides helena helena dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. Tesis Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Odum, E. P. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1993. 27
  • 38. Opler, P. Strawn, S. Children’s Butterfly Site. Midcontinent Ecological Science Center. http://www.mesc.usgs.gov/butterfly/butterfly-faq.html. 2000. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S. F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012. Pallister, J.C. Kupu-Kupu dan Ngengat. Di dalam : Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 6 Kehidupan Tumbuhan Kehidupan Hewan Edisi Bahasa Indonesia. Grolier Interbnational, Inc. 1986. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Panjaitan, R. Komunitas Kupu-Kupu Super Famili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2011. Pasaribu, S. F. Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012. Peggie, D. dan Amir, M. Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanical Garden. Pusat Penelitian Biologi, LIPI dan Nagao Natural Environment Foundation Japan. Bogor. 2006. Peggie, D. Precious and Protected Indonesian Butterflies. PT Binamitra Megawarna. Jakarta. 2011. Penang Butterfly Farm. http://www.butterfly-insect.com/yellow-birdwings/troides- helena-life-cycle.html. Januari, 2013. Rizal,S. Populasi Kupu-Kupu di Kawasan Wisata Lubuk Minturun Sumatera Barat. Mandiri 9 : 170-184. 2007. Romoser, W. S. The Science of Entomology. New York: Macmillan Publishing Co.,Inc. p 449. 1973. Dalam Biologi Troides helena helena dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. S.T. Nurjannah. Tesis 28
  • 39. Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Ross, M. J. J. O’Brien dan L. Flynn. Ecological Site Classification of Florida Keys Terrestrial Habitat. Biotropica : 488-502. 1992. Ruslan, Hasni. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012. Salmah, S. Kupu-Kupu di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Anai. Sumatra Nature Study Center. Padang. 1994. Salmah, S., I. Abbas dan Dahlemi. Kupu-Kupu Papilionidae di Taman Nasional Kerinci Seblat. Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. Jambi. 2002. Scoble, M.J. The Lepidoptera Form, Function, and Diversity. The Natural History Museum in Association with Oxford University Press. Oxford. 1992. Sembel, D. T. A Scientific Approach to the Roles of Butterflies with Special Emphasis on Pests of Crops. The Paper Presented at International Butterfly Conference. Ujung Pandang. 1993. Sihombing, D. T. H. Satwa Harapan I : Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya Cacing Tanah, Bekicot, Keong Mas, Kupu-Kupu dan Ulat Sutra. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. 1999. Simbolon, K. dan A. Iswari. Jenis Kupu-Kupu yang Dilindungi Undang-Undang di Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan RI. Jakarta. 1990. Smart, P. The Illustrated Encyclopedia of Butterfly World in Colour. Paul Smart Pres. Stone. J. L. S. Keeping and Breeding Butterflies and Other Exotica. Blandford, London.1976. Dalam Kajian Produksi dan Tingkah Laku Beberapa Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Beberapa Daerah di Kabupaten Bogor. O. F. M. Simanjuntak. Tesis Program Studi Biologi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2000. Soehartono, T. dan A. Mardiastuti. Pelaksanaan Konservasi CITES di Indonesia. Japan International Cooperation Agency (JICA). Jakarta. 2003. 29
  • 40. Sumah, A. S. W. Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionidea (Lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tesis Progam Studi Bisains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012. Supriatna, J. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2008. Sutedja, I. G. N. N., D. Pratiwi, Ruhiyat dan S. Wibowo. Mengenal Lebih Dekat Satwa yang Dilindungi Biota Laut, Kupu-Kupu dan Reptilia. Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta. 1992. Syaputra, M. Pengelolaan Penangkaran Kupu-Kupu di PT Ikas Amboina dan Bali Butterfly Park Tabanan Bali. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2011. The Global Butterfly Information System. Troides (Troides) helena (Linnaeus, 1758). Museum für Naturkunde Leibniz-Institut für Evolutions- und Biodiversitätsforschung, Germany. http:// http://www.globis.insects- online.de/species&v=475. Desember, 2012. Tresnawati, E. Siklus Hidup dan Pertumbuhan Kupu-Kupu Graphium agamemnon L. dan Graphium doson C&R. (Papilionidae : Lepidoptera) dengan Pakan Daun Cempaka dan Daun Sirsak. Tesis Program Studi Biosains. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Tsukada E, Nishiyama Y. Butterflies of South East Asian Islands. Volume ke-1, Papilionidae. Japan: Plapac Co,Ltd. hlm 214-224. 1982. Dalam Biologi Troides helena helena Dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. S.T. Nurjannah. Tesis Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010. Vane-Wright, R. I. dan de Jong. The Butterflies of Sulawesi : Annotated Checklist for A Critical Island Fauna. Zoo Verh Leiden 343:3/267. 2003. Whalley. Kupu-Kupu dan Ngengat. PT. Saksama. Jakarta.1992. 30