MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Filsafat paradigama komunikasi
1. ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI
Paradigma Ilmu Komunikasi
Dr. Suwandi Sumartias, M.Si
Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si
Lukiati Komala, Dra, M.Si
Priyo Subekti, S.Sos., M.Si
Fikom Unpad
2. Paradigma Mekanistik
• Paradigma/Perspektif Mekanistik, memfokuskan perhatian
pada saluran, dengan titik berat pada:
1.Efek, sifat saluran dapat berpengaruh pada efekyang
diamati. Bilamana orang membahas efek komunikasi,
maka ia bergerak dalam paradigma mekanistik, yang
bersifat linear.
2.Hambatan dan kegagalan. Citra komunikasi yang
mekanistik mengemukakan kiasan mesin sebagai analogi
proses komunikasi. Kegagalan mekanistik berarti adanya
penghentian komunikasi, sedangkan hambatan mekanistik
mengemukakan adanya gangguan pada saluran yang
menahan arus pesan.
3.Gate keeping (penjaga gawang), bertindak sebagai sumber
atau penerima yang menyaring informasi.
Fikom Unpad
3. Paradigma Psikologis
• Paradigma/Perspektif Psikologis, memfokuskan perhatian
pada individu (komunikator dan komunikan) baik secara
teoritis maupun empiris.
• Secara lebih spesifik dari psikologis ini yang menjadi
fokus utama adalah mekanisme internal penerimaan dan
pengolahan informasi, dikenal dengan SOR (Stimulus-
Organisme-Respons).
• Dalam model psikologis manusia ditandai sebagai
makhluk yang mempunyai fungsi ganda menghasilkan
dan menerima stimulus. Jadi manusia adalah seorang
komunikator dan komuniket stimulus informasional.
• Ketika komuniket menyerap stimulus, ia secara otomatis
mengolahnya melalui berbagai filter. Filter ini
merupakan keadaan internal manusia.
Fikom Unpad
4. Samb. Paradigma Psikologis
• Filter tidak dapat diamati secara langsung sebagai
keadaan internal, akan tetapi dianggap sangat
mempengaruhi peristiwa komunikasi.
• Filter dapat digambarkan sebagai sikap, keyakinan, motif,
dorongan, citra, kognisi, konsep diri, tanggapan, orientasi
atau sejumlah konstruk lainnya.
• Respons merupakan seperangkat stimulus informasi yang
terstruktur yang dikenal sebagai isyarat dan simbol.
• Respon tidak seluruhnya dapat diobservasi secara
langsung, ada bagian-bagian tertentu dari respons itu
yang tetap tersembunyi dan karenanya tidak dapat dilihat
dalam peristiwa komunikasi.
Fikom Unpad
5. Paradigma Interaksional
• Paradigma/Perspektif Interaksional, menunjukkan
pandangan komunikasi manusia yang telah berkembang
secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal
dengan interaksional simbolik.
• Perspektif interaksional simbolik yang paling bersifat
manusiawi, dengan menonjolkan keagungan dan nilai
individu di atas nilai pengaruh lainnya.
• Konsep diri Mead ”I” (saya) dan ”Me” (ku), dalam
perspektif interaksional ini, merupakan proses reflektif
yang sangat berbeda dari psikologi perilaku
(behaviorisme).
• Perspektif interaksional memungkinkan individu untuk
melihat dirinya sendiri sebagaimana orang-orang lain
melihat padanya.
Fikom Unpad
6. Paradigma Pragmatis
• Paradigma/Perspektif pragmatis merupakan yang terbaru dari
empat perspektif yang ada dalam komunikasi.
• Perspektif pragmatis didasarkan pada asumsi pokok teori
sistem dan teori informasi.
• Perspektif pragmatis ini merupakan aplikasi yang sesuai dari
teori sistem pada komunikasi dan jedlas merupakan
perkembangan baru dyang berbeda untuk penelitian
komunikasi.
• Sekalipun istilah pragmatika berasal dari studi semiotika,
namun perspektif pragmatis tidak memiliki hubungan dengan
semiotika untuk prinsip-prinsip teoritis/filosofisnya.
Fikom Unpad
7. Samb. Paradigma Pragmatis
• Prinsip-prinsip pragmatis secara langsung lebih banyak berasal
dari teori sistem umum, campuran, multisipliner.
• Perspektif pragmatis dimulai dengan perilaku orang-orang
yang terlibat dalam komunikasi, dengan satuan komunikasi
yang paling mendasar adalah tindak perilaku secara verbal dan
nonverbal.
• Sepanjang waktu pola interaksi dapat dipengaruhi oleh
poerubahan. Sistem komunikasi dapat mengubah pola interaksi
yang khas, di mana perubahan itu secara empiris dapat
diketahui melalui pencatatan perubahan dalam pola yang
redundan dari interaksi ganda.
• Bergeser dari satu pola interaksi ke pola karakteristik lainnya
menunjukkan bahwa sistem komunikasi itu meninggalkan satu
fase interaksi dan meninggalkan fase yang lainnya.
Fikom Unpad
8. Paradigma Ekologi
• Paradigma/Perspektif ekologi atau kontektual,
yaitu manusia konsisten dengan definisi
komunikasi sebagai proses adaptasi organisme
kepada lingkungan.
• Perspektif ekologi ini tampak nyata dalam
studi-studi tentang ekologi kelompok yang
menghipotesiskan bahwa kontekstual
mempengaruhi interaksi kelompok.
Fikom Unpad
9. Paradigma Dramatisme
• Dramatisme, perspekktif ini menempatkan individu
dan perilaku sosial pada ”panggung” kehidupan yang
sebenarnya.
• Erving Goffman memandang perilaku ekspresif
sebagai suatu penyajian diri kehadapan dalam upaya
untuk menonjolkan ”peran” atau ”watak” sebagai diri
yang dimanipulsasikan.
• Perilaku yang bukan untun umum berada ”dibelakang
layar” dan amat berbeda dari yang disajikan untuk
umum.
Fikom Unpad
11. Positivistik
• Positivistik merupakan perspektif ilmu pengetahuan yang
paling awal muncul dalam dunia ilmu pengetahuan.
• Keyakinan dasar aliran ini berakar dari paham ontologi
realisme yang menyatakanbahwa realitas ada (exist) dalam
kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural
laws).
• Upaya penelitian adalah untuk mengungkap kebenaran
relaitas yang ada, dan bagaimana relaitas tersebut
senyatanya berjalan (Denzin dan Guba. 2001: 39).
• Istilah “positivistik” diciptakan oleh St. Simeon. Positivisme
Klasik dikembangkan oleh Auguste Comte (1970), seorang
filsuf Perancis yang mengemukakan bahwa cabang ilmu
pengetahuan harus melewati tiga tahap intelektual, yaitu
„pernyataan teologis atau khayalan, pernyataan metafisik atau
abstrak, dan pernyataan ilmiah atau positif‟.
Fikom Unpad
12. Samb. Positivistik
• Urutan ketiga tahap ini menunjukkan bahwa
penjelasan yang berkaitan dengan agama atau
metafisik kurang diterima dibandingkan dengan
pernyataan berdasarkan bukti ilmiah.
• Akibatnya, bidang seperti fisika berada pada tingkat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bidang-bidang
yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.
• Comte menguraikan secara garis besar prinsip-prinsip
positivistik. John Stuartn memodifikasi pemikiran
Comte karya berjudul A System of Logic. Emile
Durkheim mengruaikan positivistik dalam Rules of
the Sociological Methods (1895), yang jadi rujukan
bagi peneliti sosial posivistik.
Fikom Unpad
13. Samb. Positivistik
• Phillips, dalam Miller (2002), menyebutkan kerangka
pengetahuan dalam Positivistik Klasik dapat
ditemukan melalui fenomena empiris yang nyata dan
dipelajari menggunakan logika formal yang terdapat
dalam hukum ilmiah.
• Positivistik Klasik merupakan paham yang
menekankan pada keutamaan data empiris dan teori
formal dalam pengembangan pengetahuan mengenai
dunia eksakta dan sosial.
• Positivistik yang logis semua pernyataan dapat
dijelaskan secara empiris, analitis, maupun
metafisikal (yang mana tidak mungkin).
Fikom Unpad
14. Post-Positivistik
• Post-Positivistik Penelitian Sosial/ Komunikasi.
Perspektif Post-positivistik ini merupakan aliran
yang ingin memperbaiki kelemahan-kelamahan
positivistik yang hanya mengandalkan
kemampuan pengamatan langsung terhadap
objek yang diteliti.
• Secara ontologis, ini aliran ini bersifat critical
realism yang memandang bahwa realitas
memang ada dalam kenyataan sesuai dengan
hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila
suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh
manusia (peneliti).
Fikom Unpad
15. Samb. Post-Positivistik
• Oleh karena itu, secara metodologis pendekatan
eksperimental melalui observasi tidak lah cukup, tetapi
harus menggunakan metode triangulation yaitu
penggunaaan bermacam-macam metode, sumber data,
peneliti dan teori (Denzin dan Guba. 2001: 40).
• Aliran post-positivistik ini menyatakan suatu hal yang
tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila
pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat
dengan objek secara langsung.
• Hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat
interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat
senetral mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat
dikurangi secara minimal.
Fikom Unpad
16. Thomas Kuhn, dan kriteria post-positivistik:
1. Teori harus akurat. Itulah mengapa dalam batasan
teori konseptual, observasi empiris harus disetujui
prediksi sebuah teori. Implikasi dari teori ini
adalah teori ini harus bisa diuji.
2. Teori harus konsisten, baik eksternal maupun
internal, teori saling tidak bertolak belakang.
3. Teori harus punya lingkup yang luas. Batasan dari
sebuah teori harus jelas seperti prediksi akan
memperluas batasan situasi empiris.
Fikom Unpad
17. Samb. Thomas Kuhn, dan kriteria post-positivistik:
4. Teori harus sederhana atau dalam batasan yang
digunakan oleh para ahli teori. Teori kualitas
tinggi akan melengkapi penjelasan dari
penelitian sebuah fenomena.
5. Teori harus penting. Contohnya sebuah teori
tentang permulaan interaksi dalam konteks
interpersonal akan dibuka dan diinformasikan
mengenai program penelitian adaptasi
intercultural atau sosialisasi organisasi.
Fikom Unpad
19. Paradigma Konstruktivis
• Paradigma/Perspektif kontruktivis merupakan
antitesis dari paham pengamatan objektivitas
dalam menemukan suatu realitas atau ilmu
pengetahuan.
• Paham ini menyatakan bahwa positivistime dan
post-positivisme merupakan paham yang keliru
dalam mengungkap realitas dunia, kedua
paham ini harus ditinggalkan dan diganti
dengan konstruktif (Denzin dan Guba. 2001: 41).
Fikom Unpad
20. Samb. Pradigma Konstuktivis
• Secara ontologis, aliran ini menyatakan realitas itu
ada dalam macam-macam konstruksi mental,
berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan
spesifik dan tergantung pada orang yang
melakukannya.
• Karena itu, suatu realitas yang diamati oleh
seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada
semua orang seperti yang dilakukan di kalangan
positivistik atau post-positivistik.
• Menurut Linclon, perpektif kontruktivis muncul
melalui proses cukup lama setelah sekian generasi
ilmuwan berpegang teguh pada perspektif
postivistik selama berabad-abad.
Fikom Unpad
21. Indikator Konstruktivis
• Awal perkembangannya, perspektif kontruktivis ini
mengembangkan jumlah indikator: 1) penggunaan metode
kualitatif dalam proses pengumpulan data dan analisis data; 2)
mencari relevansi indikator memahami data lapangan; 3) teori
lebih bersifat membumi; 4) kegiatan ilmu harus bersifat natural
(apa adanya); 5) pola-pola yang diteliti dan berisi kategori yang
menjadi unit analisis; 6) penelitian bersifat partisipatif
daripada mengontrol
• Kontruktivis atau konstrukvisme secara teoritis untuk
komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-ann oleh Jesse
Delia (dkk). Kontrukvisme berkaitann dengan penelitian
komunikasi antarpersona sejak 1970-an.
Fikom Unpad
22. Ideologi
• Ideologi ini meliputi: Neo-Marxisme, Materialisme,
feminisme, Freireisme, partisipatory inquiry, dan paham-paham
yang setara (Denzin dan Guba. 2001:41).
• Lebih jauh, Denzin dan Guba (2001) menyebutkan dilihat dari
segi ontologis, paham paradigma teori kritis ini sama dengan
post-positivistik yang menilai objek atau realitas secara kritis
(critical realism), yang tidak dapat dilihat secara benar oleh
pengamatan manusia.
• Secara epistemologis, hubungan antara pengamat dengan
realitas yang menjadi objek merupakan suatu hal yang tidak
bisa dipisahkan. Karena itu, aliran ini lebih menekankan pada
konsep subjektivitas dalam menemukan suatu ilmu
pengetahuan.
Fikom Unpad
23. Teori Kritis
• Teori kritis, dimulai dengan tulisan Karl Marx,
sebagai starting point bagi perspektif sangat kritis
pada teori ini.
• Secara garis besar teori kritis mempunyai suatu
pengaruh yang substantial pada penelitian sosial, dan
bidang komunikasi, terutama, Frankfurt School
(Mazhab Frankfurt).
• Gambaran secara historis ini, kita melihat pula aspek-
aspek teori kritis yang dalam kajian komunikasi dan
dikaitkan penelitian sosial.
Fikom Unpad
24. Samb. Teori Kritis
• Akar historis Paradigma/perspektik kritis.
Pembahasan idealisme Jerman dan pengaruh yang
dimilikinya terhadap penelitian ilmu sosial.
• Tradisi ini, ditemukan oleh Immanuel Kant,
kemanusiaan bersifat melawan proses-proses
interpretif yang terpusat untuk pemahaman kita
mengenai dunia sosial.
• Pengaruh Marxisme. Karl Marx (1818-1883)
mempunyai suatu jarak lebar kehidupan-intelektual
dan telah menjadi, tentu saja pengaruh yang
mendalam dalam bermacam-macam sikap politik dan
arena-arena akademis.
Fikom Unpad
25. Samb. Teori Kritis
• “Permulaan” Marx dipengaruhi oleh gagasan-gagasan
Hegel mengenai ketegangan antara pengalaman subyektif
internal dan dunia eksternal serta melalui kealamian
sejarah pada ketegangan itu.
• Marx percaya bahwa dunia eksternal mempunyai salah
satu yang secara kemanusiaan diciptakan dan kemudian
melakukan abstraksi keberadaan yang substansial dan
dibuat untuk merasakan keobyektifan dan sifat eksternal
bagi individu secara subyektif.
• ”Marx, secara khusus memulainya dari asumsi
pengasingan manusia. Dia melihat masyarakat saat itu
sebagai mendominasi pengalaman manusia; penciptaan-
penciptaan sosial diobyektifikasi yang direfleksikan
kembali manusia sebagai suatu penguatan pengasingan,
yang mendominasi keberadaan esensinya dan kealamian.”
Fikom Unpad
26. Samb. Teori Kritis
• Marx menyatakan bahwa kondisi-kondisi ekonomi pada
masyarakat kapitalis ditandai oleh pembedaan kelas
diantara kaum borjuis (yakni, siapa yang mengontrol
corak-corak dan memaknai produksi) dan kaum proletar
(yakni, siapa yang dipakai dalam produksi untuk
mendapatkan upah).
• Tulisan awal dan akhir Marx mengembangkan
tinjauan pada hubungan diantara individu dan
masyarakat.
Fikom Unpad
27. Samb. Teori kritis
• Sekolah Frankfurt. Teori kritis adalah anak dari aliran
besar filsafat berinspirasi Marx yang paling jauh
meninggalkan Marx. Mereka juga disebut Aliran
Frankfurt, karena mereka semula berada pada Institute
fur Sozialforchung di frankfur, Main di Jerman.
• Cara pemikiran Aliran Frankfurt mereka sebut sendiri
“Teori Kritik Masyarakat” (Teori Kritis). Maksud
teori ini ialah membebaskan manusia dari
pemanipulasian para teknorat modern.
Fikom Unpad
28. Samb. Teori Kritis
• Kekhasan teori kritis ini bertolak dari teori Marx, namun
sekaligus melampaui dan meninggalkan Marx serta
menghadapi masalah-masalah masyarakat industri maju
secara baru dan kreatif.
• Dua tokoh utama teori kritis adalah Max Horheimer
(1895-1973) dan Theodor Wiesengrund Adorno (1903-
1969). Tokoh yang lebih berjalan sendiri tetapi paling
terkenal adalah Herbert Marcuse (1898-1979).
• Sekolah Frankfurt secara terbuka bertumbuh dari ideologi
Marxist dalam menekankan kritiknya.
Fikom Unpad
29. Samb. Teori Kritis
• Saat ini, teori-teori yang spesifik pada komunikasi
telah dibentuk melalui pendekatan kritis. Sebagai
contoh, pengelolaan pengertian teori yang
dikoordinasikan, teori dialektis, teori kontrol
konsertif, teori strukturisasi adaptif.
• Kita menampilkan dua area ini untuk menyoroti area-
area utama pada perguruan tinggi dalam studi
komunikasi yang mempunyai pertanggungjawaban
kritis yang nyata/terbuka.
Fikom Unpad
30. Studi Feminis
• Studi-studi Feminis. Ktitik atas perkembangan ilmu
sosial serta praktik-praktik ilmiah dalam perspektif
feminisme tersebar pada wilayah yang luas.
• Kritik feminis bergerak dari bidang yang murni politis
dan praktis. Keberatan awal feminis atas praktik-
praktik ilmiah muncul karena dominasi laki-laki atas
kerja-kerja ilmiah.
• Fakta bahwa sebagian besar ilmuwan adalah laki-laki,
menimbulkan masalah tersendiri bagai representasi
perempuan dalam institusi ilmu. Ada akibat serius dari
dominasi laki-laki, yaitu bahwa ilmu dan teknologi
tidak diciptakan untuk perempuan.
Fikom Unpad
31. Samb. Studi Feminis
• Demikian juga, tujuan-tujuan dan kepentingan ilmu telah
meminiggirkan aspirasi dan kebutuhan perempuan.
• Ilmu tidak berpihak kepada perempuan bahkan
menempatkannya menjadi makhluk asing bagi dunia ilmu.
• Kritik atas dominasi laki-laki dalam praktik ilmu seperti itu
sejalan dengan kritik feminisme atas diskriminasi terhadap
perempuan dalam dunia pendidikan, khususnya perguruan
tinggi.
• Kritik ini memandang adanya kaitan erat antara
kertersingkiran perempuan dalam institusi ilmu dengan
ketidakadilan yang dialami perempuan dalam lembaga-
lembaga pendidikan.
Fikom Unpad
32. Samb. Studi Feminis
• Kritik feminis telah bergerak jauh lebih
radikal pada gugatan atas dasar
epistemologis dan ontologis dari ilmu sosial
konvensional.
• Dasar-dasar epistemologis mempersoalkan
asas-asas yang membangun pengetahuan;
dasar-dasar ontologis mempersoalkan
pandangan-pandangan tentang hakikat
realitas terdasar.
Fikom Unpad