SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  25
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN 
DENGAN TRAUMA KEPALA 
Ns.Qurotul 
A’yun,S.Kep.,Ns.
KLASIFIKASI 
• Mekanisme: berdasarkan 
adanya penetrasi durameter 
1. Trauma tumpul : 
1. Kecepatan tinggi (tabrakan 
otomobil) 
2. Kecepatan rendah (terjatuh, 
dipukul) 
2. Trauma tembus (luka tembus 
peluru dan cedera tembus 
lainnya)
• Keparahan cedera : 
– Ringan :GCS 14-15 
– Sedang : GCS 9-13 
– Berat : GCS 3-8
• Morfologi 
– Fraktur tengkorak 
– Fraktur intrakranial
Etiologi 
• Kecelakaan 
• Jatuh
PENATALAKSANAAN 
• Cedera kepala / leher : foto tulang belakang 
servikal 
• Cedera kepala sedang dan berat : 
– IV NacL atau RL 
– Pemeriksaan Hematokrit 
• CT scan 
• Skor GCS < 8 : 
– Elevasi kepala 30 derajat 
– Hiperventilasi 
– Berikan manitol 20% 1 g/kg intravena dalam 
20-30 menit, dosis ulang dpt diberikan 4-6 
jam kemudian yaitu sebesar dosis semula 
setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam 
pertama 
– Foley kateter 
– Konsul bedah saraf jika ada indikasi operasi
• Pasien di nyatakan boleh 
KRS jika: 
– Hasil pemeriksaan neurologis 
dalam batas normal 
– Foto servical jelas normal 
– Adanya orang yang 
bertaggung jawab mengamati 
pasien 24 jam di rumah
Gejala : 
• Jika klien sadar ----- sakit kepala 
hebat. 
• Muntah proyektil. 
• Papil edema. 
• Kesadaran makin menurun. 
• Perubahan tipe kesadaran. 
• Tekanan darah menurun, 
bradikardia. 
• An isokor. 
• Suhu tubuh yang sulit dikendalikan.
Asuhan Keperawatan 
• Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) : 
• Riwayat Kesehatan : 
Pada umumnya pasien dengan trauma kepala, datang ke rumah 
sakit dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15), 
bingung, muntah, dispnea/takipnea, sakit kepala, wajah tidak 
simestris, lemah, paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi 
spuntum pada saluran nafas, adanya liquor dari hidung dan 
telinga, dan adanya kejang. 
• Riwayat penyakit dahulu : 
Haruslah diketahui baik yang berhubungan dnegan sistem 
persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian 
pula riwayat penyakit keluarga, terutama yang mempunyai 
penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari 
pasien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat 
berarti karena dapat mempengaruhi pronosa pasien.
Fisik : 
• Aspek Neurologis : 
Yang dikaji adalah Tingkat kesadaran, biasanya GCS kurang dari 15, 
disorentasi orang/tempat dan waktu, adanya refleks babinski yang 
positif, perubahan nilai tanda-tanda vital, adanya gerakan decebrasi 
atau dekortikasi dan kemungkinan didapatkan kaku kuduk dengan 
brudzinski positif. Adanya hemiparese. 
Pada pasien sadar, dia tidak dapat membedakan berbagai 
rangsangan/stimulus rasa, raba, suhu dan getaran. Terjadi gerakan-gerakan 
involunter, kejang dan ataksia, karena gangguan koordinasi. 
Pasien juga tidak dapat mengingat kejadian sebelum dan sesuadah 
trauma. Gangguan keseimbangan dimana pasien sadar, dapat terlihat 
limbung atau tidak dapat mempertajhankana keseimabangan tubuh. 
Nervus kranialis dapat terganggu bila trauma kepala meluas sampai 
batang otak karena edema otak atau pendarahan otak. Kerusakan 
nervus I (Olfaktorius) : memperlihatkan gejala penurunan daya 
penciuman dan anosmia bilateral. Nervus II (Optikus), pada trauma 
frontalis : memperlihatkan gejala berupa penurunan gejala 
penglihatan. Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Trokhlearis) dan 
Nervus VI (Abducens), kerusakannya akan menyebabkan penurunan 
lapang pandang, refleks cahaya ,menurun, perubahan ukuran pupil, 
bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.
Nervus V (Trigeminus), gangguannya ditandai ; adanya anestesi 
daerah dahi. Nervus VII (Fasialis), pada trauma kapitis yang 
mengenai neuron motorik atas unilateral dapat menurunkan 
fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial, melemahnya penutupan 
kelopak mata dan hilangnya rasa pada 2/3 bagian lidah anterior 
lidah. 
Nervus VIII (Akustikus), pada pasien sadar gejalanya berupa 
menurunnya daya pendengaran dan kesimbangan tubuh. Nervus IX 
(Glosofaringeus). Nervus X (Vagus), dan Nervus XI (Assesorius), 
gejala jarang ditemukan karena penderita akan meninggal apabila 
trauma mengenai saraf tersebut. Adanya Hiccuping (cekungan) 
karena kompresi pada nervus vagus, yang menyebabkan kompresi 
spasmodik dan diafragma. Hal ini terjadi karena kompresi batang 
otak. Cekungan yang terjadi, biasanya yang berisiko peningkatan 
tekanan intrakranial. 
Nervus XII (hipoglosus), gejala yang biasa timbul, adalah jatuhnya 
lidah kesalah satu sisi, disfagia dan disartria. Hal ini menyebabkan 
adanya kesulitan menelan.
• Aspek Kardiovaskuler : 
Didapat perubahan tekanan darah menurun, kecuali apabila terjadi 
peningkatan intrakranial maka tekanan darah meningkat, denyut 
nadi bradikardi, kemudian takhikardia, atau iramanya tidak teratur. 
Selain itu pengkajian lain yang perlu dikumpulkan adalah adanya 
perdarahan atau cairan yang keluar dari mulut, hidung, telinga, 
mata. Adanya hipereskresi pada rongga mulut. Adanya perdarahan 
terbuka/hematoma pada bagian tubuh lainnya. Hal ini perlu 
pengkajian dari kepalal hingga kaki. 
• Aspek sistem pernapasan : 
Terjadi perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun 
frekuensi yaitu cepat dan dangkal, irama tidak teratur (chyne 
stokes, ataxia brething), bunyi napas ronchi, wheezing atau stridor. 
Adanya sekret pada tracheo brokhiolus. Peningkatan suhu tubuh 
dapat terjadi karena adanya infeksi atau rangsangan terhadap 
hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh.
• Aspek sistem eliminasi : 
Akan didapatkan retensi/inkontinen dalam hal 
buang air besar atau kecil. Terdapat 
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, 
dimana terdapat hiponatremia atau 
hipokalemia. Pada sistem gastro-intestinal 
perlu dikaji tanda-tanda penurunan fungsi 
saluran pencernaan seperti bising usus yang 
tidak terdengar/lemah, aanya mual dan 
muntah. Hal ini menjadi dasar dalam 
pemberian makanan.
• Data spiritual : 
Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, 
semangat dan falsafah hidup pasien serta ke-Tuhanan 
yang diyakininya. Tentu saja data yang dikumpulkan 
bila tidak ada penurunan kesadaran. 
• Pemeriksaan Diagnostik : 
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dalam 
menegakkan diagnosa medis adalah : 
X-Ray tengkorak. 
CT-Scan. 
Angiografi.
Penatalaksanaan Medis Pada Trauma Kepala : 
• Obat-obatan : 
Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat 
ringanya trauma. 
Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi. 
Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau 
gliserol 10 %. 
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan 
metronidasol. 
Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, 
hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 
- 3 hari kemudian diberikan makanan lunak. 
Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran 
dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu 
banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam 
ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube 
(2500 - 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogennya. 
• Pembedahan.
Prioritas Diagnosa Keperawatan : 
1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan peredaran darah 
karena adanya penekanan dari lesi (perdarahan, hematoma). 
2. Potensial atau aktual tidak efektinya pola pernapasan, berhubungan dengan 
kerusakan pusat pernapasan di medulla oblongata. 
3. Potensial terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan adanya 
proses desak ruang akibat penumpukan cairan darah di dalam otak. 
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dnegan penurunan 
produksi anti diuretik hormon (ADH) akibat terfiksasinya hipotalamus. 
5. Aktual/Potensial terjadi gangguan kebutuhannutrisi : Kurang dari kebutuhan 
berhubungan dengan berkurangnya kemampuan menerima nutrisi akibat 
menurunnya kesadaran. 
6. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi, aturan terapi untuk tirah 
baring. 
7. Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan penurunan daya penangkapan 
sensoris. 
8. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dnegan masuknya kuman melalui jaringan 
atau kontinuitas yang rusak. 
9. Gangguan rasa nyaman : Nyeri kepala berhubunagn dnegan kerusakan jaringan otak 
dan perdarahan otak/peningkatan tekanan intrakranial. 
10. Gangguan rasa aman : Cemas dari keluarga berhubungan dengan ketidakpastian 
terhadap pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi dan krisis.
Intervensi : 
• Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab coma/penurunan perfusi jaringan dan 
kemungkinan penyebab peningkatan TIK. 
R/ Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan 
untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan. 
• Monitor GCS dan mencatatnya. 
R/ Menganalisa tingkat kesadaran dan kemungkinan dari peningkatan TIK dan menentukan lokasi 
dari lesi. 
• Memonitor tanda-tanda vital. 
R/ Suatu kedaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai 
dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari outoregulator kebanyakan merupakan tanda 
penurun difusi lokal vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah (diatolik) maka 
dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intra kranial. Hipovolumik/hipotensi merupakan 
manifestasi dari multiple trauma yang dapat menyebabkan ischemia serebral. HR dan disrhytmia 
merupakan perkembangan dari gangguan batang otak. 
• Evaluasi pupil. 
R/ Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan 
nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf antara simpatik dan parasimpatik 
merupakan respon reflek nervus kranial. 
• Kaji penglihatan, daya ingat, pergerakan mata dan reaksi reflek babinski. 
R/ Kemungkinan injuri pada otak besar atau batang otak. Penurunan reflek penglihatan merupakan 
tanda dari trauma pons dan medulla. Batuk dan cekukan merupakan reflek dari gangguan 
medulla.Adanya babinski reflek indikasi adanya injuri pada otak piramidal.
• Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan. 
R/ Panas merupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 
akan menunjang peningkatan ICP. 
• Monitor intake, dan output : catat turgor kulit, keadaa membran mukosa. 
R/ Indikasi dari gangguan perfusi jaringan trauma kepala dapat menyebabkan diabetes 
insipedus atau syndroma peningkatan sekresi ADH. 
• Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dnegan sedikit bantal. Hindari 
penggunaan bantal yang banyak pada kepala. 
R/ Arahkan kepala ke salah datu sisi vena jugularis dan menghambat drainage pada vena 
cerebral dan meningkatkan ICP. 
• Berikan periode istirahat anatara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur. 
R. Tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan ICP oleh efek rangsangan komulatif. 
• Kurangi rangsangan esktra dan berikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan 
yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh. 
R/ Memberikan suasana yang tenag (colming efek) dapat mengurangi respon psikologis 
dan memberikan istirahat untuk mempertahankan/ICP yang rendah.
• Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan. 
R/ Panas merupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 
akan menunjang peningkatan ICP. 
• Monitor intake, dan output : catat turgor kulit, keadaa membran mukosa. 
R/ Indikasi dari gangguan perfusi jaringan trauma kepala dapat menyebabkan diabetes 
insipedus atau syndroma peningkatan sekresi ADH. 
• Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dnegan sedikit bantal. Hindari 
penggunaan bantal yang banyak pada kepala. 
R/ Arahkan kepala ke salah datu sisi vena jugularis dan menghambat drainage pada vena 
cerebral dan meningkatkan ICP. 
• Berikan periode istirahat anatara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur. 
R. Tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan ICP oleh efek rangsangan komulatif. 
• Kurangi rangsangan esktra dan berikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan 
yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh. 
R/ Memberikan suasana yang tenag (colming efek) dapat mengurangi respon psikologis dan 
memberikan istirahat untuk mempertahankan/ICP yang rendah.
• Berikan Oksigen. 
R/ Mengurangi hipoxemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi cerebral dan 
volume darah dan menaikkan ICP. 
• Berikan obat Diuretik contohnya : mannitol, furoscide. 
R/ Diuretik mungkin digunakan pada pase akut untuk mengalirkan air dari brain cells, 
dan mengurangi edema cerebral dan ICP. 
• Berikan Steroid contohnya : Dextamethason, methyl prednisolone. 
R/ Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan. 
• Berikan analgesik dosis tinggi contoh : Codein. 
R/ Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negatif pada 
ICP tetapi dapat digunakan dengan sebab untuk mencegah. 
• Berikan Sedatif contoh : Benadryl. 
R/ Mungkin digunakan untuk mengontrol kurangnya istirahat dan agitasi. 
• Berikan antipiretik, contohnya : aseptaminophen. 
R/ Mengurangi/mengontrol hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang 
diinginkan.
Cedera kepala

Contenu connexe

Tendances

peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
Noorahmah Adiany
 
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Peningkatan Tekanan IntrakranialPeningkatan Tekanan Intrakranial
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Arif WR
 
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
An Ita
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
Agus Gunardi
 
67005474 patofisiologi-stroke
67005474 patofisiologi-stroke67005474 patofisiologi-stroke
67005474 patofisiologi-stroke
arinirahmawati
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Alvian P Windiramadhan
 

Tendances (20)

Asuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan StrokeAsuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan Stroke
 
Askep trauma kepala
Askep trauma kepalaAskep trauma kepala
Askep trauma kepala
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
46009059 fisiologi-patofisiologi-dan-terapi-peningkatan-tekanan
46009059 fisiologi-patofisiologi-dan-terapi-peningkatan-tekanan46009059 fisiologi-patofisiologi-dan-terapi-peningkatan-tekanan
46009059 fisiologi-patofisiologi-dan-terapi-peningkatan-tekanan
 
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Peningkatan Tekanan IntrakranialPeningkatan Tekanan Intrakranial
Peningkatan Tekanan Intrakranial
 
Presentasi Tekanan Intrakranial
Presentasi Tekanan IntrakranialPresentasi Tekanan Intrakranial
Presentasi Tekanan Intrakranial
 
Pathway aneurisma
Pathway aneurisma Pathway aneurisma
Pathway aneurisma
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
119076398 tatalaksana-hipertensi-pada-stroke-akut
 
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla SpinalisAsuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
 
Neurotrauma
NeurotraumaNeurotrauma
Neurotrauma
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
67005474 patofisiologi-stroke
67005474 patofisiologi-stroke67005474 patofisiologi-stroke
67005474 patofisiologi-stroke
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepala
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
 
Acute limb ischemia
Acute limb ischemiaAcute limb ischemia
Acute limb ischemia
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 

En vedette

Flyer For C P R, First Aid 2011
Flyer For  C P R,  First  Aid 2011Flyer For  C P R,  First  Aid 2011
Flyer For C P R, First Aid 2011
Volunteer Net
 
04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik
Joni Iswanto
 

En vedette (20)

Salsa Poster
Salsa  PosterSalsa  Poster
Salsa Poster
 
Flyer For C P R, First Aid 2011
Flyer For  C P R,  First  Aid 2011Flyer For  C P R,  First  Aid 2011
Flyer For C P R, First Aid 2011
 
Bhd RJP
Bhd RJPBhd RJP
Bhd RJP
 
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROLPenanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
Penanganan trauma 24 jam pertama fokus Pada AIR WAY CONTROL
 
Rjp fix
Rjp fixRjp fix
Rjp fix
 
Syok septik pure
Syok septik pureSyok septik pure
Syok septik pure
 
BALUT DAN BIDAI
BALUT DAN BIDAIBALUT DAN BIDAI
BALUT DAN BIDAI
 
Balut mitela
Balut mitelaBalut mitela
Balut mitela
 
Materi Ppgd
Materi PpgdMateri Ppgd
Materi Ppgd
 
Pengenalan Bantuan Hidup Dasar
Pengenalan Bantuan Hidup DasarPengenalan Bantuan Hidup Dasar
Pengenalan Bantuan Hidup Dasar
 
04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik04 kegawatdaruratan medik
04 kegawatdaruratan medik
 
Kb 1 penanganan luka atau cedera
Kb 1 penanganan luka atau cederaKb 1 penanganan luka atau cedera
Kb 1 penanganan luka atau cedera
 
Shock
ShockShock
Shock
 
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup LanjutBantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup Lanjut
 
Power point kegawatdaruratan
Power point kegawatdaruratanPower point kegawatdaruratan
Power point kegawatdaruratan
 
Kb 2 penanganan patah tulang dan cedera otot
Kb 2 penanganan patah tulang dan cedera ototKb 2 penanganan patah tulang dan cedera otot
Kb 2 penanganan patah tulang dan cedera otot
 
First Aid Training
First Aid TrainingFirst Aid Training
First Aid Training
 
Bantuan Hidup Dasar untuk Awam
Bantuan Hidup Dasar untuk AwamBantuan Hidup Dasar untuk Awam
Bantuan Hidup Dasar untuk Awam
 
Dr Yuda Handaya SpB FInaCS,FMAS
Dr Yuda Handaya SpB FInaCS,FMASDr Yuda Handaya SpB FInaCS,FMAS
Dr Yuda Handaya SpB FInaCS,FMAS
 
Bantuan hidup dasar - kegawat daruratan
Bantuan hidup dasar - kegawat daruratanBantuan hidup dasar - kegawat daruratan
Bantuan hidup dasar - kegawat daruratan
 

Similaire à Cedera kepala

Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeAsuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan stroke
KANDA IZUL
 
Manajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaManajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan koma
Juin Siswanto
 
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdfdoku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
ikhsan1611
 

Similaire à Cedera kepala (20)

Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Diagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaranDiagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaran
 
laporan kasus 20 maret 2023.pptx
laporan kasus 20 maret 2023.pptxlaporan kasus 20 maret 2023.pptx
laporan kasus 20 maret 2023.pptx
 
Asuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeAsuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan stroke
 
Manajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan komaManajemen pasien stupor dan koma
Manajemen pasien stupor dan koma
 
Askep tumor otak
Askep tumor otakAskep tumor otak
Askep tumor otak
 
SEMINAR KASUS RSUD BUDI ASIH.pptx
SEMINAR KASUS RSUD BUDI ASIH.pptxSEMINAR KASUS RSUD BUDI ASIH.pptx
SEMINAR KASUS RSUD BUDI ASIH.pptx
 
Lp vertigo
Lp vertigoLp vertigo
Lp vertigo
 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
 
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdfdoku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
doku.pub_trauma-kepala-ppt-presentasi-fixpptx.pdf
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Kasus Sistem Saraf
Kasus Sistem SarafKasus Sistem Saraf
Kasus Sistem Saraf
 

Plus de UNMER Surabaya n SMK Roudlotul Hikmah

Plus de UNMER Surabaya n SMK Roudlotul Hikmah (20)

Trend & issue keperawatan
Trend & issue keperawatanTrend & issue keperawatan
Trend & issue keperawatan
 
Transplantasi
TransplantasiTransplantasi
Transplantasi
 
Ppni
PpniPpni
Ppni
 
Pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
Pertanggung jawaban dan pertanggung gugatanPertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
Pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan
 
Konsep dan prinsip etik
Konsep dan prinsip etikKonsep dan prinsip etik
Konsep dan prinsip etik
 
Dilema etikkeperawatan
Dilema etikkeperawatanDilema etikkeperawatan
Dilema etikkeperawatan
 
Euthanasia ditinjau dari segi etika keperawatan
Euthanasia ditinjau dari segi etika keperawatanEuthanasia ditinjau dari segi etika keperawatan
Euthanasia ditinjau dari segi etika keperawatan
 
Timbang terima
Timbang terimaTimbang terima
Timbang terima
 
Supervisi
SupervisiSupervisi
Supervisi
 
Supervisi, ronde, dokumentasi
Supervisi, ronde, dokumentasiSupervisi, ronde, dokumentasi
Supervisi, ronde, dokumentasi
 
Sentralisasi obat
Sentralisasi obatSentralisasi obat
Sentralisasi obat
 
Ronde keperawatan
Ronde keperawatanRonde keperawatan
Ronde keperawatan
 
Pengarahan
PengarahanPengarahan
Pengarahan
 
Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baruPenerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru
 
Pendelegasian
PendelegasianPendelegasian
Pendelegasian
 
Manajement
ManajementManajement
Manajement
 
Konsep kepemimpinan
Konsep kepemimpinanKonsep kepemimpinan
Konsep kepemimpinan
 
Komunikasi dalam manajemen keperawatan
Komunikasi dalam manajemen keperawatanKomunikasi dalam manajemen keperawatan
Komunikasi dalam manajemen keperawatan
 
Dokumentasi keperawatan power point
Dokumentasi keperawatan power pointDokumentasi keperawatan power point
Dokumentasi keperawatan power point
 
Dokumentasi keperawan
Dokumentasi keperawanDokumentasi keperawan
Dokumentasi keperawan
 

Dernier

kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 

Dernier (20)

kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 

Cedera kepala

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA KEPALA Ns.Qurotul A’yun,S.Kep.,Ns.
  • 2. KLASIFIKASI • Mekanisme: berdasarkan adanya penetrasi durameter 1. Trauma tumpul : 1. Kecepatan tinggi (tabrakan otomobil) 2. Kecepatan rendah (terjatuh, dipukul) 2. Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
  • 3. • Keparahan cedera : – Ringan :GCS 14-15 – Sedang : GCS 9-13 – Berat : GCS 3-8
  • 4. • Morfologi – Fraktur tengkorak – Fraktur intrakranial
  • 6. PENATALAKSANAAN • Cedera kepala / leher : foto tulang belakang servikal • Cedera kepala sedang dan berat : – IV NacL atau RL – Pemeriksaan Hematokrit • CT scan • Skor GCS < 8 : – Elevasi kepala 30 derajat – Hiperventilasi – Berikan manitol 20% 1 g/kg intravena dalam 20-30 menit, dosis ulang dpt diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar dosis semula setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam pertama – Foley kateter – Konsul bedah saraf jika ada indikasi operasi
  • 7. • Pasien di nyatakan boleh KRS jika: – Hasil pemeriksaan neurologis dalam batas normal – Foto servical jelas normal – Adanya orang yang bertaggung jawab mengamati pasien 24 jam di rumah
  • 8. Gejala : • Jika klien sadar ----- sakit kepala hebat. • Muntah proyektil. • Papil edema. • Kesadaran makin menurun. • Perubahan tipe kesadaran. • Tekanan darah menurun, bradikardia. • An isokor. • Suhu tubuh yang sulit dikendalikan.
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 12.
  • 13. Asuhan Keperawatan • Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) : • Riwayat Kesehatan : Pada umumnya pasien dengan trauma kepala, datang ke rumah sakit dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15), bingung, muntah, dispnea/takipnea, sakit kepala, wajah tidak simestris, lemah, paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi spuntum pada saluran nafas, adanya liquor dari hidung dan telinga, dan adanya kejang. • Riwayat penyakit dahulu : Haruslah diketahui baik yang berhubungan dnegan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga, terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi pronosa pasien.
  • 14. Fisik : • Aspek Neurologis : Yang dikaji adalah Tingkat kesadaran, biasanya GCS kurang dari 15, disorentasi orang/tempat dan waktu, adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital, adanya gerakan decebrasi atau dekortikasi dan kemungkinan didapatkan kaku kuduk dengan brudzinski positif. Adanya hemiparese. Pada pasien sadar, dia tidak dapat membedakan berbagai rangsangan/stimulus rasa, raba, suhu dan getaran. Terjadi gerakan-gerakan involunter, kejang dan ataksia, karena gangguan koordinasi. Pasien juga tidak dapat mengingat kejadian sebelum dan sesuadah trauma. Gangguan keseimbangan dimana pasien sadar, dapat terlihat limbung atau tidak dapat mempertajhankana keseimabangan tubuh. Nervus kranialis dapat terganggu bila trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau pendarahan otak. Kerusakan nervus I (Olfaktorius) : memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman dan anosmia bilateral. Nervus II (Optikus), pada trauma frontalis : memperlihatkan gejala berupa penurunan gejala penglihatan. Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Trokhlearis) dan Nervus VI (Abducens), kerusakannya akan menyebabkan penurunan lapang pandang, refleks cahaya ,menurun, perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.
  • 15. Nervus V (Trigeminus), gangguannya ditandai ; adanya anestesi daerah dahi. Nervus VII (Fasialis), pada trauma kapitis yang mengenai neuron motorik atas unilateral dapat menurunkan fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial, melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa pada 2/3 bagian lidah anterior lidah. Nervus VIII (Akustikus), pada pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya pendengaran dan kesimbangan tubuh. Nervus IX (Glosofaringeus). Nervus X (Vagus), dan Nervus XI (Assesorius), gejala jarang ditemukan karena penderita akan meninggal apabila trauma mengenai saraf tersebut. Adanya Hiccuping (cekungan) karena kompresi pada nervus vagus, yang menyebabkan kompresi spasmodik dan diafragma. Hal ini terjadi karena kompresi batang otak. Cekungan yang terjadi, biasanya yang berisiko peningkatan tekanan intrakranial. Nervus XII (hipoglosus), gejala yang biasa timbul, adalah jatuhnya lidah kesalah satu sisi, disfagia dan disartria. Hal ini menyebabkan adanya kesulitan menelan.
  • 16. • Aspek Kardiovaskuler : Didapat perubahan tekanan darah menurun, kecuali apabila terjadi peningkatan intrakranial maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradikardi, kemudian takhikardia, atau iramanya tidak teratur. Selain itu pengkajian lain yang perlu dikumpulkan adalah adanya perdarahan atau cairan yang keluar dari mulut, hidung, telinga, mata. Adanya hipereskresi pada rongga mulut. Adanya perdarahan terbuka/hematoma pada bagian tubuh lainnya. Hal ini perlu pengkajian dari kepalal hingga kaki. • Aspek sistem pernapasan : Terjadi perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi yaitu cepat dan dangkal, irama tidak teratur (chyne stokes, ataxia brething), bunyi napas ronchi, wheezing atau stridor. Adanya sekret pada tracheo brokhiolus. Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi karena adanya infeksi atau rangsangan terhadap hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh.
  • 17. • Aspek sistem eliminasi : Akan didapatkan retensi/inkontinen dalam hal buang air besar atau kecil. Terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiponatremia atau hipokalemia. Pada sistem gastro-intestinal perlu dikaji tanda-tanda penurunan fungsi saluran pencernaan seperti bising usus yang tidak terdengar/lemah, aanya mual dan muntah. Hal ini menjadi dasar dalam pemberian makanan.
  • 18. • Data spiritual : Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah hidup pasien serta ke-Tuhanan yang diyakininya. Tentu saja data yang dikumpulkan bila tidak ada penurunan kesadaran. • Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dalam menegakkan diagnosa medis adalah : X-Ray tengkorak. CT-Scan. Angiografi.
  • 19. Penatalaksanaan Medis Pada Trauma Kepala : • Obat-obatan : Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi. Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol. Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak. Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogennya. • Pembedahan.
  • 20. Prioritas Diagnosa Keperawatan : 1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan peredaran darah karena adanya penekanan dari lesi (perdarahan, hematoma). 2. Potensial atau aktual tidak efektinya pola pernapasan, berhubungan dengan kerusakan pusat pernapasan di medulla oblongata. 3. Potensial terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan adanya proses desak ruang akibat penumpukan cairan darah di dalam otak. 4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dnegan penurunan produksi anti diuretik hormon (ADH) akibat terfiksasinya hipotalamus. 5. Aktual/Potensial terjadi gangguan kebutuhannutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan berkurangnya kemampuan menerima nutrisi akibat menurunnya kesadaran. 6. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi, aturan terapi untuk tirah baring. 7. Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan penurunan daya penangkapan sensoris. 8. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dnegan masuknya kuman melalui jaringan atau kontinuitas yang rusak. 9. Gangguan rasa nyaman : Nyeri kepala berhubunagn dnegan kerusakan jaringan otak dan perdarahan otak/peningkatan tekanan intrakranial. 10. Gangguan rasa aman : Cemas dari keluarga berhubungan dengan ketidakpastian terhadap pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi dan krisis.
  • 21. Intervensi : • Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab coma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK. R/ Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan. • Monitor GCS dan mencatatnya. R/ Menganalisa tingkat kesadaran dan kemungkinan dari peningkatan TIK dan menentukan lokasi dari lesi. • Memonitor tanda-tanda vital. R/ Suatu kedaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari outoregulator kebanyakan merupakan tanda penurun difusi lokal vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah (diatolik) maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intra kranial. Hipovolumik/hipotensi merupakan manifestasi dari multiple trauma yang dapat menyebabkan ischemia serebral. HR dan disrhytmia merupakan perkembangan dari gangguan batang otak. • Evaluasi pupil. R/ Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf antara simpatik dan parasimpatik merupakan respon reflek nervus kranial. • Kaji penglihatan, daya ingat, pergerakan mata dan reaksi reflek babinski. R/ Kemungkinan injuri pada otak besar atau batang otak. Penurunan reflek penglihatan merupakan tanda dari trauma pons dan medulla. Batuk dan cekukan merupakan reflek dari gangguan medulla.Adanya babinski reflek indikasi adanya injuri pada otak piramidal.
  • 22. • Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan. R/ Panas merupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan ICP. • Monitor intake, dan output : catat turgor kulit, keadaa membran mukosa. R/ Indikasi dari gangguan perfusi jaringan trauma kepala dapat menyebabkan diabetes insipedus atau syndroma peningkatan sekresi ADH. • Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dnegan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang banyak pada kepala. R/ Arahkan kepala ke salah datu sisi vena jugularis dan menghambat drainage pada vena cerebral dan meningkatkan ICP. • Berikan periode istirahat anatara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur. R. Tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan ICP oleh efek rangsangan komulatif. • Kurangi rangsangan esktra dan berikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh. R/ Memberikan suasana yang tenag (colming efek) dapat mengurangi respon psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan/ICP yang rendah.
  • 23. • Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan. R/ Panas merupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan ICP. • Monitor intake, dan output : catat turgor kulit, keadaa membran mukosa. R/ Indikasi dari gangguan perfusi jaringan trauma kepala dapat menyebabkan diabetes insipedus atau syndroma peningkatan sekresi ADH. • Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dnegan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang banyak pada kepala. R/ Arahkan kepala ke salah datu sisi vena jugularis dan menghambat drainage pada vena cerebral dan meningkatkan ICP. • Berikan periode istirahat anatara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur. R. Tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan ICP oleh efek rangsangan komulatif. • Kurangi rangsangan esktra dan berikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh. R/ Memberikan suasana yang tenag (colming efek) dapat mengurangi respon psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan/ICP yang rendah.
  • 24. • Berikan Oksigen. R/ Mengurangi hipoxemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi cerebral dan volume darah dan menaikkan ICP. • Berikan obat Diuretik contohnya : mannitol, furoscide. R/ Diuretik mungkin digunakan pada pase akut untuk mengalirkan air dari brain cells, dan mengurangi edema cerebral dan ICP. • Berikan Steroid contohnya : Dextamethason, methyl prednisolone. R/ Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan. • Berikan analgesik dosis tinggi contoh : Codein. R/ Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negatif pada ICP tetapi dapat digunakan dengan sebab untuk mencegah. • Berikan Sedatif contoh : Benadryl. R/ Mungkin digunakan untuk mengontrol kurangnya istirahat dan agitasi. • Berikan antipiretik, contohnya : aseptaminophen. R/ Mengurangi/mengontrol hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang diinginkan.