SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
Télécharger pour lire hors ligne
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 1
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TERBUKA
DAN JARAK JAUH
Paulina Pannen
Timbul Pardede
PERKEMBANGAN SISTEM PTJJ
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ) diartikan sebagai pendidikan yang
didasarkan pada keterpisahan antara siswa dan pengajar dalam ruang dan waktu, pemanfaatan
(paket) bahan belajar (multimedia) yang dirancang dan diproduksi secara sistematis, adanya
komunikasi tidak terus menerus (non contagious) antara siswa dengan siswa, tutor, dan
organisasi pendidikan melalui beragam media, serta adanya penyeliaan dan pemantauan yang
intensif dari suatu instansi pendidikan yang menyebabkan pendidikan bersifat fleksibel –
dapat dilakukan siapa saja, di mana saja, dan kapan saja (Pannen dalam Belawati, 1999).
Istilah PTJJ berasal dari dua istilah yang berbeda, yaitu pendidikan terbuka dan pendidikan
jarak jauh. Pendidikan terbuka membuka kesempatan belajar kepada segala lapisan dan
kelompok masyarakat sehingga memungkinkan mereka lebih memiliki kebebasan pilihan
dalam belajar. Dalam hal ini, termasuk juga membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat
terhadap pendidikan, dan menyediakan kesempatan yang lebih besar bagi siswa untuk
mengendalikan pengelolaan proses belajar, melalui sistem registrasi terbuka (tanpa batas usia,
latar belakang pendidikan, dll.), sistem belajar terbuka (melalui strategi belajar yang beraneka
ragam, di mana saja, kapan saja), dan sistem ujian yang terbuka (kapan saja, di mana saja).
Sementara itu, pendidikan jarak jauh bercirikan keterpisahan antara siswa dengan guru/dosen,
proses belajar terjadi melalui beragam media pembelajaran lintas ruang dan waktu, serta
terorganisasikan secara sistematis. Namun demikian, PTJJ sebagai satu kesatuan makna
digunakan secara umum untuk mengartikan pendidikan terbuka dan pendidikan jarak jauh,
terutama setelah pendidikan jarak jauh diperkaya oleh kemudahan-kemudahan yang
diperoleh dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menjadikan
pendidikan jarak jauh suatu pendidikan yang fleksibel dan terbuka bagi siapa saja, di mana
saja, kapan saja, lintas ruang dan waktu.
Sistem PTJJ pada awalnya didominasi oleh bentuk pendidikan koresponden yang
menggunakan bahan ajar cetak standar yang diproduksi secara massal untuk mencapai
keuntungan ekonomis (economies of scale). Praktek ini sangat menekankan isu aksesibilitas
dalam sistem PTJJ, karena keinginan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan menjadi
pemicu utama di banyak negara untuk menyelenggarakan sistem PTJJ (Garrison, 1993).
Di samping akses, isu pemerataan kualitas pendidikan juga menjadi landasan bagi
penyelenggaraan sistem PTJJ. Dalam hal ini, interaksi dalam proses belajar jarak jauh untuk
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 2
mempertahankan kualitas menjadi penting (Garrison, 1993). Kualitas pendidikan diukur dari,
salah satunya, ada tidaknya, dan atau tinggi rendahnya frekuensi interaksi/komunikasi satu
arah (presentasi materi ajar), baik dalam bentuk tercetak, terekam, maupun tersiar, dan
interaksi/komunikasi dua arah antara siswa dan institusi penyelenggara program.
Secara umum, praktek PTJJ selalu berusaha menyeimbangkan aspek akses dan kualitas,
termasuk intesifikasi interaksi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau (ICT)
telah memungkinkan diseimbangkannya aspek akses dan kualitas ini. Interaksi dua arah
antara siswa dengan institusi dan instruktur/tutor sekarang dengan “mudah” dan relatif cepat
dapat dilakukan melalui media elektronik seperti audio/video conferencing, computer
conferencing, maupun surat elektronik (e-mail). Dengan demikian, keterpisahan antara
kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar yang menimbulkan suatu jarak psikologis dan
komunikasi dalam proses pembelajaran (Moore, 1993) dapat diminimalkan (Peters, 1993).
Berbeda dari institusi pendidikan tatap muka atau pendidikan konvensional yang banyak
tergantung pada tenaga pengajar (instructor dependent), dan memanfaatkan media dan
teknologi pembelajaran sebagian besar sebagai media penyajian (presentation media), maka
dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, media dan teknologi pembelajaran
merupakan komponen yang tak terpisahkan, dan seringkali disebut dengan nama ”teknologi
penyampaian”. Proses pembelajaran dalam sistem PTJJ hanya dapat terjadi melalui
pemanfaatan beragam media dan teknologi pembelajaran, sebagai media untuk penyajian,
pengumpulan informasi, interaksi, produksi maupun komunikasi dalam proses pembelajaran.
Sampai saat ini, sistem PTJJ telah mencapai generasi kelima (Taylor, 2001), yang dicirikan
dengan banyaknya institusi pendidikan terbuka dan jarak jauh yang melaksanakan
pembelajaran fleksibel berbasis ICT.
Tabel-1: Perkembangan Sistem PTJJ berdasarkan Media dan Teknologi Pembelajaran
Model Sistem PTJJ
Karakteristik Teknologi Penyampaian
Fleksibilitas Bahan Ajar
yang
Dirancang
Secara
Sistematis
Interak
si
Denga
n
Siswa
Wak
tu
Tempa
t
Kecepat
an
Generasi Pertama
The Correspondence Model
 Print (cetak) √ √ √ √ –
Generasi Kedua
The Multimedia Model
 Print
 Audiotape
 Videotape
 Computer based learning
(CAI/CAL)
 Interactive video
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
–
–
–
√
√
Generasi Ketiga
The Telelearning Model
 Audioteleconferencing
 Videoconferencing
 Audigraphic Communication
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
√
√
√
√
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 3
Model Sistem PTJJ
Karakteristik Teknologi Penyampaian
Fleksibilitas Bahan Ajar
yang
Dirancang
Secara
Sistematis
Interak
si
Denga
n
Siswa
Wak
tu
Tempa
t
Kecepat
an
 Broadcast TV/Radio and
audioteleconferencing
– – – √ √
Generasi Keempat
The Flexible Learning Model
 Interactive multimedia (IMM)
online
 Internet based access to WWW
resources
 Computer mediated communication
(CMC)
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Generasi Kelima
The Intelligent Flexible Learning
Model
 Interactive multimedia (IMM)
online
 Internet based access to WWW
resources
 Computer mediated communication
(CMC) using automated response
systems
 Campus portal access to
institutional processes and
resources
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sistem PTJJ membuka akses terhadap pendidikan bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan
saja. Dengan karakteristik tersebut, sistem PTJJ seringkali dianggap sebagai solusi terhadap
berbagai masalah pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pemerataan dan demokratisasi
pendidikan, serta perluasan akses terhadap pendidikan berkualitas kepada seluruh lapisan
masyarakat lintas ruang dan waktu. Melalui berbagai perangkat hukum yang telah
dikeluarkan pemerintah, yaitu SK Mendiknas No. 107/U/2001, dan juga UU Sisdiknas No.
20/2003, sistem PTJJ sudah menjadi bagian yang menyatu dalam dunia pendidikan di
Indonesia, dan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap
pendidikan, termasuk pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Situasi ini mendorong
berbagai institusi pendidikan, terutama pendidikan tinggi, untuk berpartisipasi aktif dalam
PTJJ.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM IMPLEMENTASI PTJJ
1. Pendidikan Masal dan Terdistribusi
Isu utama dalam PTJJ adalah akses, pemerataan dan kualitas. Melalui sistem PTJJ, setiap
orang dapat memperoleh akses terhadap pendidikan berkualitas tanpa harus
meninggalkan keluarga, rumah, pekerjaan, dan tidak kehilangan kesempatan berkarir. Di
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 4
samping akses, sistem PTJJ juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan bagi
setiap orang. Sifat masal sistem PTJJ dalam mendistribusikan pendidikan melalui
kurikulum, materi pembelajaran, proses pembelajaran, layanan belajar, dan evaluasi
pembelajaran yang terstandar, menjadikan pendidikan berkualitas dapat dinikmati oleh
berbagai kalangan lintas ruang dan waktu.
Namun demikian, berlandaskan pada tiga isu utama tersebut, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam PTJJ, sebagai berikut.
a. Fokus
Pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan meningkatnya jumlah siswa dalam
sistem pendidikan, meningkatnya jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang
diperlukan, dan meningkatnya kapasitas pendidikan yang diperlukan. Bahkan
kapasitas pendidikan ini juga diperluas kepentingannya dengan isu peningkatan
keterampilan yang berkelanjutan (karena perubahan yang terus menerus terjadi dan
serba cepat), serta isu-isu sosial ekonomi lainnya. Dalam situasi seperti ini, sistem
PTJJ sudah merupakan sistem yang saling melengkapi dengan sistem pendidikan
konvensional, bukan lagi pilihan.
Keluwesan yang dijanjikan oleh sistem PTJJ telah memicu pemikiran yang lebih luas
tentang PTJJ. Bila pada era masyarakat industri selama tiga dasawarsa terakhir sistem
PTJJ hanya merupakan jalan untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan
tenaga kerja terampil melalui upaya pemerataan akses pendidikan, terutama
pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi (sarjana), maka pada era pasca
industrialisasi (post-industrial society), sistem PTJJ telah jauh berkembang ke arah
peningkatan kualitas hidup manusia, seperti berorientasi pada self-realization
(pencarian diri) dan pemenuhan kebutuhan personal untuk meningkatkan kebahagiaan
dan kenikmatan hidup (Peters, 1993). Kebutuhan akan pendidikan tidak lagi hanya
pada saat usia tertentu, atau kelompok tertentu, tetapi menjadi kebutuhan semua orang
secara berkelanjutan tanpa terbatas pada individu usia „sekolah‟. Di samping itu,
pesatnya perkembangan teknologi dan industri jasa juga mengakibatkan perubahan
jenis dan bentuk keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja (Peters, 2000). Hal
ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan pendidikan profesional yang
berkelanjutan yang akhirnya mengubah persepsi tentang konsep PTJJ dari sekedar
distance training menjadi pendidikan berkelanjutan terbuka (open continuing
education).
Tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan, baik itu konvensional maupun
terbuka pada saat ini, bukan lagi pada berapa jumlah mahasiswa, tetapi pada apa yang
akan menjadi fokus dari suatu sistem pendidikan. Dalam hal PTJJ, fokus apa yang
akan diutamakan? Apakah PTJJ akan menjadi perpanjangan tangan dari sistem
pendidikan konvensional? Apakah PTJJ memiliki fokus khusus, misalnya untuk
pendidikan guru prajabatan, pendidikan guru dalam jabatan, pemberantasan buta
aksara, peningkatan kualitas teknisi dan operator, pendidikan berkelanjutan segala
bidang?
Mengapa fokus ini menjadi penting? Penelitian tentang PTJJ menunjukkan bahwa
PTJJ bukanlah obat mujarab bagi semua permasalahan pendidikan, begitu juga sistem
pendidikan konvensional. Artinya, setiap institusi, dengan sistem apapun yang
digunakan, perlu melakukan evaluasi diri atas kekuatan, kelemahan, tantangan, dan
peluang yang dimiliki. Setiap sistem pendidikan, setiap institusi pendidikan, tidak
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 5
mampu menjadi segalanya, bahkan tidak mampu menjadi penawar bagi setiap
permasalahan yang muncul.
Di samping itu, jika ditinjau dari berbagai perkembangan sosial ekonomi global,
kebutuhan akan pendidikan tidaklah akan berkurang, bahkan selalu bertambah dari
sisi kuantitas, kualitas, maupun bidang. Angka partisipasi kasar di perguruan tinggi,
yang pada tahun 2004 baru mencapai 14,26%, diharapkan dapat menjadi 20% pada
tahun 2009 (dari jumlah penduduk yang terus bertambah). Dalam situasi ini, setiap
sistem pendidikan, termasuk PTJJ perlu memikirkan fokusnya, dan ke arah mana ia
akan berkembang. Lebih lanjut, PTJJ yang memanfaatkan ICT memperoleh tantangan
yang lebih luas lagi untuk menentukan fokus, berdasarkan kemampuan struktur
informasi (information structure) dan infrastruktur ICT, untuk mampu menangkap
peluang dari sisi kuantitas, kualitas, maupun bidang.
b. Kurikulum
“… in a world that is shrinking as it is globalizing university, curriculum
cannot limit its vision to the university paradigm alone. It has to respond to
national as well as global needs”.
Perubahan kurikulum bukan merupakan hal yang baru bagi sebuah sistem pendidikan.
Namun demikian, perubahan yang dialami dalam satu dasawarsa terakhir ini membuat
perubahan kurikulum menjadi semakin penting dan sensitif. Peningkatan daya saing
bangsa yang diserukan dalam HELTS 2003-2010, dan juga visi “Insan Indonesia
Cerdas dan Kompetitif” 2025, pada dasarnya menyerukan perubahan kurikulum yang
bukan semata-mata dilakukan untuk kepentingan institusi, tetapi juga kepentingan
negara dan kepentingan global. Empat pilar dalam kerangka kerja pendidikan dari
UNESCO memicu terjadinya perubahan dalam kurikulum sistem pendidikan di
Indonesia pada akhir abad ke 20 dan awal abad 21 dengan diperkenalkannya
kurikulum berbasis kompetensi.
Sementara itu perangkat kebijakan yang telah dikeluarkan dalam upaya mewujudkan
UU Sisdiknas 20/2003 menunjukkan otonomi institusi pendidikan untuk
mengembangkan kurikulum berbasiskan pada standar kompetensi yang ditetapkan.
Pada saat inilah, institusi pendidikan tinggi dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam
memperbaiki kurikulumnya, yaitu antara keluwesan untuk belajar (flexibility to learn
and relearn) dan kemantapan serta kekuatan akademis (academic rigor).
Kurikulum yang diharapkan adalah kurikulum yang mampu menjadikan seorang
lulusan yang kreatif, percaya diri, memiliki integritas dan kesungguhan dalam
berkarya, profesional, mampu berkomunikasi, dan kompeten secara sosial, di samping
menguasai bidang ilmu yang ditekuninya. Pemenuhan tuntutan tersebut bukan diukur
semata-mata oleh keberhasilan lulusan, tetapi juga oleh kepuasan pengguna lulusan,
kepuasan dan pengakuan masyarakat terhadap kualitas lulusannya, serta kualitas
lulusannya sebagai pelajar sepanjang hayat, yang pada akhirnya akan menunjukkan
akuntabilitas institusi pendidikan.
Dalam sistem pendidikan masal dan terdistribusi, perubahan kurikulum yang
dilakukan berdasarkan perubahan-perubahan yang ada di luar maupun di dalam
mempersyaratkan upaya yang sistematis. Perubahan kurikulum tidak dapat terjadi
setiap saat dikehendaki, namun perlu melalui upaya perencanaan yang panjang dan
sistemik. Rigorous planning activities merupakan salah satu ciri dari sistem PTJJ.
Sifat masal sistem PTJJ menyebabkan perencanaan setiap perubahan haruslah
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 6
menyeluruh (comprehensive), rinci (detailed) dan sistemik (systemic). Pengalaman
menunjukkan bahwa proses perubahan memerlukan waktu yang lama, karena setiap
langkah harus dilakukan dengan disiplin yang tinggi, dan terdokumentasi dengan rapi.
Dalam pengembangan mata kuliah baru, misalnya, dibutuhkan waktu minimal 2
tahun. Sementara itu, pengembangan kurikulum memerlukan waktu minimal 3-4
tahun, sehingga siklus kurikulum menjadi minimal 5 tahun dalam sistem PTJJ.
Di samping itu, dengan sifat terdistribusi, sistem PTJJ diharapkan memiliki kurikulum
standar yang berlaku umum lintas ruang dan waktu. Dengan demikian, tidak ada
perbedaan kualitas akademik di mana pun siswa berada. Hal ini dengan sendirinya
memerlukan perancangan kurikulum yang sangat unik agar dapat berlaku di mana-
mana dengan standar yang sama, namun masih tetap dapat mewadahi kebutuhan lokal
lintas geografis di mana siswa berada. Dalam hal ini, kurikulum berbasis kompetensi,
bagi sistem PTJJ bukanlah hal yang baru, tetapi sudah diterapkan sejak awal. KBK
memberikan kemungkinan bagi sistem PTJJ untuk luwes dalam mewadahi kebutuhan
lokal, berdasarkan kerangka akademik yang standar untuk mencapai kompetensi akhir
yang standar lintas ruang dan waktu.
c. Bahan Ajar, Hak Cipta dan Kekayaan Intelektual
Bahan ajar merupakan jantung hati dari sistem PTJJ, yang hadir dalam berbagai
format media: cetak, audio, video, komputer, maupun multimedia yang terintegrasi
dalam e-learning. Selain itu, sistem PTJJ juga membawa perubahan dalam hal sistem
penyampaian atau sistem pembelajaran, mulai dari guided learning, independent
learning, sampai ke blended learning.
Selanjutnya, sistem PTJJ membuka kesempatan bagi institusi pendidikan untuk
memperoleh bahan ajar dengan cara membuat sendiri atau menggunakan yang sudah
ada (beli dari toko buku, dapat dari internet, dll.). Dalam proses pengembangan dan
pengadaan bahan ajar inilah, isu hak cipta dan kekayaan intelektual menjadi penting.
Pengembangan bahan ajar dalam sistem PTJJ tidak mungkin hanya melibatkan satu
orang ahli saja, tetapi biasanya melibatkan satu tim pengembang. Kerjasama tim yang
baik akan melahirkan kualitas bahan ajar yang tinggi. Namun, bahan ajar tadi milik
siapa? Siapa yang berhak memperoleh hak cipta? Siapa pemilik kekayaan intelektual
dari bahan ajar tersebut? Institusi? Tim? Narasumber ahli bidang ilmu?
Lalu bagaimana dengan pengembangan bahan ajar yang menggunakan bahan yang
sudah ada? Isu copyright versus copyleft? Public domain versus personal domain?
White paper versus restricted paper? Penghargaan dan kredit? Plagiarism?
2. Proses Pembelajaran (Tutorial Dan Praktek)
Salah satu ciri PJJ adalah keterpisahan antara pebelajar dan dosen. Hal ini membawa
implikasi bahwa proses pembelajaran berlangsung secara jarak jauh, sehingga pebelajar
untuk menerjadikan interaksi pembelajaran sangat bergantung pada pebelajar sendiri.
Interaksi yang yang dimaksud dapat berupa interaksi antara pebelajar dan sumber belajar,
antara pebelajar dengan pebelajar, dan interaksi antara pebelajar dengan lembaga
pendidikan sebagai pengelola. Agar semua bentuk interaksi tersebut dapat terjadi, pihak
penyelenggara pendidikan yang memfasilitasinya. Pebelajar diberi otonomi untuk
menentukan proses pembelajaran, tutor/dosen dan pengelola menyediakan berbagai
layanan bantuan belajar.
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 7
Pembelajaran dalam SPJJ tidak dilakukan melalui perkuliahan tatap muka sebagaimana
halnya di perguruan tinggi SPK, akan tetapi dilakukan secara mandiri dengan
memanfaatkan berbagai media belajar. Belajar secara mandiri bukan berarti pebelajar
harus belajar sendiri, tetapi mereka dapat belajar secara berkelompok dan terbimbing
dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada.
a. Belajar Mandiri
Belajar mandiri adalah proses belajar yang terjadi atas prakarsa sendiri. Dengan
demikian, keberhasilan pebelajar akan sangat dipengaruhi oleh disiplin, kreativitas,
dan ketekunan belajar. Agar pebelajar dalam belajar mandirinya, pebelajar harus
memiliki keterampilan menyusun jadual belajar, mengatur variasi belajar, melakukan
belajar sistematik, membuat catatan, mengatur kebiasaan belajar, meninjau hasil
belajar, serta mengerjakan tes dan ujian. Untuk dapat melaksanakan program belajar
mandiri secara efisien dan efektif, setiap pebelajar harus menyusun jadual kegiatan
belajar harian dan melaksanakannya secara teratur dan disiplin. Dengan memiliki
jadual harian, pebelajar akan dapat merencanakan kapan bagian demi bagian dari
suatu mata kuliah harus selesai dipelajari, sehingga dapat disesuaikan dengan jadual
bimbingan belajar dan ujian. Perencanaan ini dapat juga dilakukan satu paket mata
kuliah, yang terdiri dari beberapa bagian, ditambah dengan media pendukung lainnya.
b. Belajar Terbimbing
Dalam upaya membantu pebelajar berhasil dalam belajarnya, institusi PJJ
menyediakan berbagai bantuan atau bimbingan belajar. Melalui kegiatan terbimbing
ini, diharapkan pebelajar dapat berinteraksi dengan bidang ilmu, melalui media,
dengan tutor, atau dengan pelajar lainnya.
 Interaksi dengan Media
Agar terjadi interaksi pebelajar dengan media, bahan ajar dirancang khusus untuk
dapat dipelajari secara mandiri. Bahan ajar diberikan kepada pebelajar dalam bentuk
paket, yang terdiri dari bahan ajar utama dan bahan pendukung, baik yang
terintegrasi maupun yang merupakan sumplemen bagi bahan ajar utama. Saat ini,
pada umumnya bahan ajar utama berupa media cetak. Sementara bahan pendukung
dapat berupa media cetak maupun non-cetak. Untuk substansi materi yang menuntut
pebelajar menguasai keterampilan khusus, bahan ajar utama disertai dengan kaset
video, dan yang lebih menekankan pada kemampuan mendengar atau membutuhkan
penjelasan lisan, bahan ajar utama disertai dengan program audio. Dengan
demikian, pebelajar dapat belajar atau berinteraksi dengan bidang ilmunya melalui
berbagai media.
 Tutorial
Tutorial adalah suatu proses pemberian bantuan dan bimbingan belajar dari
seseorang kepada orang lain (Cohen, Kirk, dan Dikson, 1972). Dalam kaitannya
dengan PJJ, tutorial merupakan program bantuan dan bimbingan belajar untuk
membantu pebelajar memecahkan berbagai masalah belajar melalui tambahan
informasi, diskusi, dan kegiatan lain, meningkatkan motivasi pebelajar untuk belajar
dan menyelesaikan studi, serta menumbuhkan kemamapuan pebelajar untuk belajar
mandiri.
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 8
Tutorial merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran pebelajar dalam PJJ.
Dalam tutorial terkandung berbagai aspek, yaitu bantuan belajar, interaksi tutor
dengan pebelajar, dan interaksi pebelajar dengan pebelajar. Terdapat lima modus
tutorial yang pada umumnya dikenal, yaitu tutorial tatap muka, tutorial tertulis
melalui surat-menyurat, tutorial tersiar melalui radio dan televisi (secara terbatas),
tutorial terekam melalui kaset audio, video, dan berbantuan computer (Computer
Assisted-Instruction/ CAI), serta tutorial elektronik melalui fax, internet, dan fax-
internet. Pada dasarnya, pebelajar memiliki kebebasan untuk memilih layanan
tutorial yang paling tepat untuk dirinya sendiri.
 Kelompok Belajar
Untuk mendukung keberhasilan belajar mandiri, pebelajar dapat membentuk
kelompok belajar. Pebelajar yang tempat tinggal atau tempat kerjanya bagi yang
telah bekerja berdekatan dapat membentuk kelompok belajar. Melalui kelompok
belajar, pebelajar dapat saling menyampaikan informasi, belajar bersama untuk
memecahkan berbagai persoalan belajar dan pembelajaran, melakukan diskusi atau
presentasi hasil mempelajari bahan ajar; serta merancang dan melaksanakan
kegiatan sosial di antara pebelajar.
c. Pemanfaatan Sumber Belajar
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mandiri dan terbimbing, institusi
PJJ menyediakan berbagai sumber belajar. Sumber belajar yang dimaksud berupa
bahan ajar utama maupun pendukung, referensi lain yang relevan, tutor atau instruktur
untuk praktek/praktikum, laboratorium tempat praktikum, bengkel kerja, klinik
pembelajaran. Pemanfaatan sumber belajar perlu dirancang secara khusus, sehingga
menjadi bagian yang terpadu dengan proses pembelajaran keseluruhan.
3. Penilaian Hasil Belajar (Ujian Masal)
Karakteristik PTJJ yang unik dari berbagai aspek penyelenggaraannya juga menyebabkan
penyelenggaraan proses penilaian hasil belajar dalam sistem PTJJ unik. Proses asesmen
dalam sistem PTJJ tidak dapat dilakukan dengan pengamatan langsung oleh dosen, tetapi
harus dilaksanakan dalam sistem jarak jauh dan bersifat impersonal. Di samping itu, sifat
massal dan terdistribusi dari sistem PTJJ menyebabkan penyelenggaraan asesmen dalam
sistem PTJJ juga bersifat masal (large scale assessment), dan fleksibel.
Keterkelolaan (managability) menjadi salah satu indikator dari penyelenggaraan proses
asesmen secara jarak jauh. Pengelolaan asesmen dalam sistem PTJJ haruslah efisien dan
efektif. Untuk efisien, perlu dipikirkan berbagai bentuk dan jenis assessmen, misalnya
online adaptive testing atau computer assisted testing. Dalam kondisi sistem asesmen
masal, pelaksanaan tes uraian tertulis maupun lisan hampir tidak dimungkinkan, kecuali
dengan berbantuan komputer dan jaringan (virtual assessment). Tanpa bantuan komputer
dan jaringan, maka asesmen masal menggunakan tenaga manusia tidak dapat dihindari.
Isu keterkelolaan juga menjadi salah satu alasan untuk pengembangan bank soal dalam
sistem PTJJ, depositori sejumlah soal yang diorganisasikan secara sistematis untuk dapat
digunakan berkali-kali pada saat asesmen yang berbeda dengan penyusunan yang
beragam. Dari bank soal itulah, perangkat soal diambil secara acak, dirakit, dan
digunakan dalam ujian. Penyelenggaraan ujian dimulai dari penggandaan perangkat soal
yang telah dipilih, penataan berdasarkan distribusi mahasiswa, pengiriman naskah ujian
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 9
beserta kelengkapannya (daftar hadir, berita acara, dll.), sampai pada pelaksanaan ujian
(distribusi tempat ujian, ketertiban ujian, pengawas, dll).
Pengolahan hasil ujian juga merupakan isu penting dalam penilaian hasil belajar pada
sistem PTJJ. Sifat masal dan terdistribusi menyebabkan pengolahan hasil asesmen harus
terstandar. Standarisasi pengolahan menjadi sangat penting apabila sistem pengolahan
tidak dilakukan secara terpusat, tetapi desentralisasi di berbagai unit lintas geografis. Bila
pola desentralisasi digunakan, maka nilai hasil belajar yang sama harus memiliki arti
yang sama lintas ruang dan waktu. Untuk itu diperlukan prosedur pengolahan hasil
asesmen yang terstandar.
Selain asesmen rutin yang bersifat formatif maupun sumatif, hal lain yang patut
diperhatikan adalah penilaian tugas akhir dan ujian akhir. Penentuan jenis dan bentuk
tugas akhir serta ujian akhir akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan ujian
tugas akhir dan atau ujian akhir – manual berbasiskan pengawas, atau termediasi melalui
telepon atau telekonferensi, atau diperlukan persyaratan limited residential.
4. Manajemen Sistem PTJJ
Pengelolaan sistem PTJJ meliputi beberapa hal, yaitu sistem PTJJ, biaya pendidikan,
organisasi, dan kemitraan.
a. Sistem PTJJ
Sistem PJJ diselenggarakan berdasarkan tiga prinsip, yaitu: (1) otonomi dan
kemandirian belajar, (2) prinsip manajemen industri, dan (3) interaksi dan
komunikasi. Prinsip otonomi dan kemandirian belajar menekankan peran pebelajar
untuk belajar secara mandiri. Dosen dan institusi berperan minimal dalam proses
pembelajaran. Bagi institusi, belajar mandiri berarti suatu upaya mengorganisasikan
pembelajaran sehingga pebelajar mempunyai kebebasan dalam belajar. Setiap
pebelajar memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam belajar, dan tidak seorang
pun tidak memperoleh kesempatan karena alasan letak geografis, status sosial
ekonomi, kondisi fisik, pekerjaan, dan sebagainya. Pembelajaran berpusat pada
pebelajar, dan peran institusi atau dosen adalah menciptakan suasana yang kondusif
bagi pebelajar untuk belajar dan memungkinkan pebelajar memiliki akses pada
berbagai macam sumber belajar.
Prinsip manajemen industri dalam PJJ karena terdapat persamaan yang dominan
dengan struktur industri dalam hal rasionalisasi, pembagian kerja, lini perakitan,
produksi massal, persiapan kerja, berorientasi pada tujuan, konsentrasi, dan
sentralisasi. Dalam sistem PJJ memungkinkan partisipasi pebelajar dalam jumlah
besar secara serentak tanpa dihambat oleh tempat tinggal, pekerjaan, dan sebagainya.
Sebagai suatu bentuk industri pembelajaran, PJJ secara struktural berbeda dengan
pendidikan tatap muka.
Prinsip interaksi dan komunikasi bermakna bahwa proses pembelajaran melibatkan
interaksi dan komunikasi antara pebelajar dengan pihak lain seperti teman sejawat,
tutor atau narasumber lain serta interaksi antara pebelajar dengan bahan ajar, baik
melalui media cetak atau non cetak. Bagi pebelajar, interaksi mencakup aktivitas
belajar seperti mengkaji bahan belajar, mendengarkan siaran radio atau audiokaset,
mengikuti siaran televisi, menggunakan komputer, dan mengerjakan latihan mandiri.
Bagi penyelenggara PJJ, interaksi mencakup memberikan bantuan belajar, bimbingan,
tutorial, konseling, menghubungi pebelajar, menyampaikan materi pelajaran
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 10
menggunakan media dan sarana telekomunikasi, dan mengarahkan pebelajar dalam
diskusi.
Penetapan sistem PTJJ sangat berpengaruh terhadap sarana dan prasarana yang harus
disediakan oleh institusi pendidikan. Sistem sentralisasi mempersyaratkan adanya
fokus sumberdaya di pusat, sementara unit-unit jarak jauh bersifat perpanjangan
tangan saja atau sebagai unit pendukung. Sementara itu, sistem desentralisasi
memperyaratkan kondisi dan alokasi sumberdaya yang standar lintas unit untuk
proses belajar yang terstandar pula. Begitu juga, sistem PTJJ berbasiskan media cetak
dan audiovisual memerlukan pengelolaan yang berbeda dibandingkan dengan sistem
PTJJ berbasis jaringan (e-learning).
b. Biaya Pendidikan
Sistem PTJJ menuntut investasi awal yang tinggi, serta biaya operasional yang juga
relatif tinggi. Situasi ini akan menyebabkan institusi pendidikan mencari sumber dana
lain yang dapat memenuhi kebutuhan inisiasinya, dan atau melakukan penentuan
prioritas secara cermat.
Yang menjadi masalah dalam hal biaya adopsi sistem PTJJ adalah pada masa transisi
– ketika institusi menjalankan dua sistem sekaligus, sistem konvensional, dan sistem
PTJJ. Hal ini menyebabkan ada dua kelompok biaya yang diperlukan, yaitu biaya
untuk pelaksanaan sistem pendidikan konvensional dan sistem PTJJ. Dalam situasi
seperti ini, biaya operasional pendidikan menjadi sangat tinggi. Pola alokasi beban
biasanya mengarah pada siswa, dan atau pemerintah. Padahal, seperti diketahui, salah
satu faktor yang dijanjikan oleh sistem PTJJ adalah biaya yang relatif rendah bagi
setiap orang untuk belajar di mana saja, dan kapan saja.
Prinsip economies of scale yang menyatakan bahwa biaya berhubungan langsung
dengan jumlah mahasiswa – semakin banyak mahasiswa, semakin rendah biaya,
relatif tidak berlaku dalam sistem PTJJ berbasiskan ICT. Walaupun diprediksikan
oleh banyak ahli bahwa di masa yang akan datang, biaya sistem PTJJ yang
berbasiskan ICT dapat menjadi menurun sekali, terlepas jumlah mahasiswanya
meningkat atau tidak. Misalnya, “palm education” yang sudah dimulai di Amerika
Serikat merupakan perwujudan dari pembelajaran berbasis teknologi komunikasi dan
informasi, yaitu PDA (Personal Digital Assistant) yang harganya relatif semakin
terjangkau oleh masyarakat Amerika Serikat. Di Indonesia, diprediksikan bahwa
dalam waktu 10 tahun mendatang, harga PDA dapat turun mencapai Rp. 80.000,- saja
(Mengko, 2005). Namun tetap saja, pada sisi institusi PTJJ, biaya awal pengembangan
sistem dan pemeliharaannya cukup tinggi.
Komponen biaya sistem PTJJ relatif berbeda dengan komponen biaya pendidikan
konvensional. Ada banyak simpul operasional yang tidak menjadi komponen biaya
dalam pendidikan konvensional tetapi menjadi komponen biaya yang sangat penting
dalam sistem PTJJ. Misalnya tutorial, praktek, akses, ujian, dan lain-lain. Berikut
adalah contoh beberapa komponen biaya sistem PTJJ (Belawati, 2006).
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 11
CAPITAL
OPERATIONAL
Academic Administration Maintenance
& Utilities
 Land &
Building
 Equipment
(include
computer &
peripherals,
audio &
studio
equipment,
copy
machines,
etc.)
 Master of course
materials development
(including practicum kit
development)
 Course materials
production
 Learning support
(include course
materials delivery,
tutorials at a distance,
access to ICT, access to
laboratorium, etc.)
 Students assessment
 Research and
Development
 General and
Academic
administration
 Computer-based
administration
(system
development and
maintenance)
 Personnel
(salaries &
wages) and
human resources
development
 Maintenanc
e
 Utilities
Siapa yang membayar biaya-biaya tersebut? Biaya penyelenggaraan sistem PTJJ yang
relatif tinggi, kebanyakan masih menjadi tanggungan pemerintah untuk mencapai
tujuan sosial. Namun demikian, sekarang ini, kecenderungannya biaya
penyelenggaraan menjadi beban yang ditanggung oleh mahasiswa, atau stakeholder
(masyarakat, pemberi beasiswa, dll.).
c. Organisasi
Pada dasarnya ada tiga modus organisasi PTJJ, yaitu modus tunggal (single mode),
modus ganda (dual mode), dan konsorsium. Penyelenggara modus ganda merupakan
institusi pendidikan konvensional yang memberikan layanan pendidikan jarak jauh
atau sebaliknya institusi pendidikan jarak jauh yang memberikan layananan
pendidikan konvensional. Cakupan layanan pada modus ganda biasanya terbatas pada
beberapa program studi atau bahkan beberapa mata kuliah. Institusi PTJJ dengan
model konsor-sium adalah penyelenggaraan PTJJ yang dikembangkan berdasarkan
kolaborasi antarinstitusi pendidikan. Kolaborasi dimaksud merupakan layanan
pendidikan jarak jauh yang diseleng-garakan secara bersama antara institusi
pendidikan jarak jauh dan institusi pendidikan konvensional atau antarinstitusi
pendidikan konvensional. Kolaborasi tersebut dapat berupa penyelenggaraan
program, pengembangan bahan ajar, proses pembelajaran, atau memberikan
sertifikasi secara bersama. Sementara modus tunggal adalah institusi pendidikan yang
sengaja didesain memberikan layanan pendidikan melalui jarak jauh saja. Institusi
pendidikan modus ini memiliki struktur lengkap untuk memberikan layanan
pendidikan serta menawarkan semua program pendidikan. Sebagai contoh
penyelenggara PTJJ dengan modus tunggal adalah Universitas Terbuka.
Telah disampaikankan sebelumnya bahwa salah satu ciri PTJJ adalah
penyelenggaraan pendidikannya dikelola seperti industri. Berbagai subsistem di
dalamnya menyerupai kegiatan industri, seperti subsistem produksi dan reproduksi
bahan ajar, distribusi bahan ajar dan bahan registrasi, serta susbsistem jaringan
komunikasi baik untuk kebutuhan administrasi maupun akademik, termasuk di
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 12
dalamnya mengelola jaringan kerjasama yang melibatkan banyak orang dan lembaga
yang terkait.
d. Kemitraan
Sistem PTJJ yang sangat berfokus pada siswa, bersifat fleksibel, memiliki siswa di
berbagai penjuru dunia, adalah tidak mungkin dilaksanakan oleh suatu instansi secara
sendirian, tanpa mitra. Kemitraan, kolaborasi (merger), atau konsorsium merupakan
bentuk-bentuk upaya untuk melaksanakan sistem PTJJ. Kemitraan dilakukan,
terutama dilandaskan pada pertimbangan:
 Ekonomi: pengembangan sumber belajar, pendirian pusat layanan bantuan belajar,
infrastruktur untuk menyampaikan bahan ajar merupakan beberapa contoh
komponen PTJJ yang memerlukan biaya investasi awal yang sangat tinggi, yang
dapat menjadi ringan melalui kemitraan
 Pola pendaftaran siswa yang berubah: dari sistem paket ke sistem belajar fleksibel
dan modular, menyebabkan ”cost sharing” dalam pengembangan dan penawaran
mata kuliah menjadi pilihan yang menarik.
 Pola pembiayaan yang semakin tidak pasti menjadikan alinasi strategis sangat
diperlukan untuk mengurangi resiko.
 Tuntutan kurikulum akan nara sumber ahli dalam jumlah tidak sedikit dapat
dipenuhi dengan pemanfaatan staf ahli bersama.
Ketika kompetisi antar institusi pendidikan semakin tinggi, akibat tekanan ekonomi,
perubahan persepsi tentang pendidikan (”pendidikan sebagai komoditas dan bisnis),
maka kemitraan dalam berbagai aspek menjadi sangat penting, termasuk juga dalam
pemasaran jasa dan produk pendidikan, untuk mencapai keuntungan bersama.
5. Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu dalam sistem PTJJ merupakan isu hangat yang menjadi perhatian
banyak kalangan. Diakui oleh banyak kalangan bahwa “while technological advances
have led to the exponential rise in ODL offerings, many institutions are launching new
distance programs often without the necessary experience to guide their success”.
Dalam sistem PTJJ, pertanyaan kunci yang perlu menjadi perhatian adalah: Apakah
belajar dapat diterjadikan melalui sistem tersebut? Bagaimana meyakinkan bahwa siswa
yang terpisah dan tanpa pengawasan dari pendidik akan memperoleh pengalaman belajar
yang bermakna melalui interaksinya dengan berbagai sumber belajar yang termediasi
dalam bentuk PTJJ? Mampukah kurikulum, bahan ajar, proses pembelajaran, layanan
belajar, dan evaluasi pembelajaran standar yang disajikan kepada siswa menyebabkan
siswa belajar dan mencapai kompetensi yang seharusnya dimiliki? Fenomena ini
menggeser paradigma akses ke arah penekanan pentingnya interaksi dalam proses belajar
jarak jauh untuk mempertahankan kualitas. Dalam hal ini, kualitas pembelajaran dalam
sistem PTJJ diukur dari ada tidaknya, dan atau tinggi rendahnya frekuensi
interaksi/komunikasi tersebut. Oleh karena itu, dalam sistem PTJJ selain komunikasi satu
arah (presentasi materi ajar), baik dalam bentuk tercetak, terekam, maupun tersiar,
komunikasi dua arah antara siswa dan institusi penyelenggara program sangat diperlukan.
Interaksi antara siswa dan institusi (termasuk dengan tutor/dosen) memegang peran
sangat penting dalam proses belajar siswa. Hal ini karena, menurut Holmberg, walaupun
sistem PTJJ dirancang untuk memungkinkan terjadinya belajar mandiri, tetapi tidak
berarti siswa ditinggalkan tanpa layanan bantuan belajar.
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 13
Untuk menjamin kualitas, secara intrinsik, penyelenggaraan sistem PTJJ diharapkan
memenuhi persyaratan:
 didasarkan pada kegiatan perencanaan yang sistemik berkenaan dengan kurrikulum,
bahan ajar, proses pembelajaran, alat dan sistem evaluasi)
 berbasiskan media dan teknologi
 memanfaatkan sistem penyampaian yang inovatif dan kreatif
 mengembangkan dan membina tingkat kemandirian siswa
 menyediakan layanan pendukung yang berkualitas (administrasi akademik, bantuan
belajar siswa, pusat-pusat layanan administrasi dan siswa, pusat komputer, pusat
distribusi, pusat evaluasi, akses, konektivitas, dan infrastruktur).
Namun demikian, secara lebih luas bagaimana mengukur kualitas dari sistem PTJJ?
Ketika persyaratan intrinsik sudah terpenuhi, apakah suatu institusi yang menerapkan
sistem PTJJ dapat dikatakan berkualitas? Dalam sistem PTJJ, apakah kualitas dapat
diukur melalui:
 ketersediaan akses dan adanya pemerataan?
 tingkat keberhasilan dan tingkat ketahanan mahasiswa?
 produktivitas perguruan tinggi, dalam hal penerimaan mahasiswa, dan jumlah lulusan?
 jumlah dan jenis program yang berdiversifikasi lintas jenjang?
 efektivitas biaya versus “self-sufficiency”
 kualitas pendidikan, bahan ajar, dan layanan pendukung?
 inovasi dan kemampuan membangun institusi?
Situasi di Indonesia menunjukkan adanya budaya belajar yang sangat berorientasi pada
status, bukan pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, pendidikan dilihat sebagai
wahana untuk mencapai status yang lebih tinggi, secara ekonomis atau sosial. Belum
banyak kalangan yang dapat menghargai proses belajar sebagai upaya transfer dan
transformasi ilmu pengetahuan. Budaya partrilineal dan feodal menyebabkan siswa
cenderung pasif dalam interaksi belajar. Faktor-faktor ini berkontribusi sangat besar
terhadap peran sistem PTJJ yang diharapkan dapat membudayakan kemandirian dalam
belajar, penghargaan terhadap pengalaman belajar yang bermakna, serta integritas
akademik. Berdasarkan situasi tersebutlah, peran sistem PTJJ menjadi sangat penting
untuk secara massal menawarkan budaya belajar yang berbeda, pengalaman belajar yang
bermakna, serta integritas akademik kepada masyarakat.
Dalam situasi dan kondisi tersebut, kualitas sistem PTJJ tidaklah semata-mata diukur
berdasarkan produktivitas kuantitatif, atau cost-benefit analysis. Dampak yang lebih luas
dari keberadaan sistem PTJJ, yaitu dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat, dan daya saing bangsa, patut diperhatikan, di samping otonomi,
akuntabilitas, dan relevansi.
Oleh karenanya, sistem penjaminan mutu bagi PTJJ menjadi sangat penting. Penjaminan
mutu dalam hal ini bukan mengukur validitas keilmuan, tetapi lebih kepada pemberian
standar terhadap berbagai komponen utama dalam sistem PTJJ, misalnya perancangan
mata kuliah, dan layanan mahasiswa.
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 14
CATATAN
Sistem PTJJ telah menarik banyak kalangan dalam menyikapi tuntutan kebutuhan akan
pendidikan bagi masyarakat, dalam situasi keterbatasan dana, dan kemajuan teknologi yang
pesat yang memungkinkan para peserta didik dan pendidik untuk berinteraksi melalui
berbagai cara. Secara umum, sistem PTJJ mengalami pertumbuhan yang sangat fenomenal.
Pandangan konvensional mengenai belajar-mengajar perlahan-lahan mulai beralih karena
tersedianya media dan teknologi yang dapat mensimulasikan interaksi mahasiswa-dosen dan
sumber belajar seolah-olah di dalam ruang kelas. Hal lain yang mendorong meluasnya adopsi
sistem PTJJ ini adalah adanya keyakinan masyarakat bahwa pendidikan merupakan salah satu
bentuk investasi yang strategis. Sistem PTJJ menjanjikan pendidikan yang fleksibel untuk
melayani beragam kebutuhan para pengguna yang juga memiliki karakteristik yang beragam
lintas ruang, waktu, dan kondisi sosioekonomi.
Dalam upaya menjawab tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, sistem PTJJ merupakan
salah satu alternatif yang potensial. Fleksibilitas yang dimiliki oleh sistem PTJJ yang
didukung oleh ICT, menjadikan sistem PTJJ dapat diterapkan dalam berbagai situasi, baik
dalam skala makro untuk satu institusi pendidikan, maupun dalam skala mikro untuk satu
program studi, atau beberapa mata kuliah. Di samping itu, sistem PTJJ juga dapat
dilaksanakan dalam modus ganda, sehingga dapat memperkaya khasanah pembelajaran
konvensional (tatap muka).
Berlandaskan pada berbagai fenomena perubahan yang terus terjadi dan keunikan sistem
PTJJ yang terus berkembang, dunia pendidikan akan mengalami perubahan yang berarti.
Misalny, perguruan tinggi di masa mendatang tidak akan sama dengan perguruan tinggi
konvensional sekarang. Menurut Peters (2000):
“In concrete terms, we are witnessing the change from traditional on-campus teaching
to that of a university without walls, from a university that remains closed to many, to an
open university, from an exclusive system of teaching and learning to an inclusive
system. Students are autonomous, self-regulating, and working individually in their self-
study, self-learning, and forming their identity through reflexive knowledge acquisition.
To sum-up, learning and teaching at university must be oriented to a much greater
extent than before to the principles of continuing education and lifelong learning. It
must have an egalitarian character and be open as well as student-, practice-, and
future-oriented. It will have to proceed with flexible teaching and learning programs
which impart not only cognitive, but also communicative and collaborative
competence”.
Walaupun kecenderungan tersebut menunjukkan bahwa di masa depan sistem PTJJ dan
sistem pendidikan konvensional akan menyatu menjadi satu sistem pendidikan yang fleksibel
yang mampu menjawab berbagai tantangan, namun adopsi sistem PTJJ oleh pendidikan
konvensional memerlukan perancangan yang sistematis dan pemikiran yang cermat. Sistem
PTJJ memiliki keunikan tersendiri yang dilandaskan pada tujuan yang khusus, sehingga tidak
dapat dirampatkan ke dalam berbagai konteks tanpa batasan. “the adoption of ODL does not
merely add something, it changes everything. The new system usually makes war against the
old existing system. It competes with for time, attention, money, prestige, and a worldview”
(Dhanarajan, 2006). Oleh karenanya, kesiapan institusional, kesiapan sistem pengelolaan
pendidikan tinggi, dan perubahan asumsi-asumsi pedagogis sebagai implikasi dari perubahan
paradigma yang melekat dalam sistem PTJJ perlu dipertimbangkan dengan seksama, agar
pada akhirnya dapat diperoleh hasil yang optimal dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan tinggi.
SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 15
DAFTAR PUSTAKA
Belawati, T. (Ed.) (1999) Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta: Universitas Terbuka.
Belawati, T. (2006) Financial Management System in Open and Distance Learning: An Example at
Universitas Terbuka. Paper presented at the ODL Forum: Revisting Planning and
Management, CEMCA & Wawasan Open University College, Penang, Malaysia.
Brodjonegoro, S.S. (2005) Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif. Disajikan dalam Rakernas
Pimpinan Perguruan Tinggi, Ditjen Dikti, Depdiknas. Yogyakarta, 29 November – 1
Desember 2005.
Dhanarajan, G. (2006) Rethinking Planning for Open Learning Paper presented at the ODL Forum:
Revisting Planning and Management, CEMCA & Wawasan Open University College,
Penang, Malaysia.
Dikshit, H.P., et.al. (Eds.) (2002) Access & Equity: Challenges for Open and Distance Learning. New
Delhi: Kogan Page.
Evans, T. & Nation, D. (2000) Changing University Teaching: Reflections on Creating Educational
Technologies. London, Kogan Page.
Franzpotter dalam Peters, O. (2000) The Transformation of the University into an Institution of
Independent Learning. Dalam Evans, T. & Nation, D. (2000) Changing University Teaching:
Reflections on Creating Educational Technologies. London, Kogan Page
Hardhono (2002) Utilization of Information Technology at Universitas Terbuka. Working paper.
Light, G. & Cox, R. (2001). Learning and Teaching in Higher Education: The Reflective
Professional. London: Paul Chapman Publishing.
Mengko, R. (2005) Pemanfaatan IT: Pergeseran dalam Cara Melakukan Kegiatan. Disajikan dalam
Seminar Sehari Gender dan ICT, Kantor Menristek/BPPT, 25 April 2005.
PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pannen, P. (2005) Between E-Learning and Distance Learning. Disajikan dalam Seminar on E-
Learning Strategy: E-learning, IT or Educational Development Policies, May 25, 2005,
Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Peters, O. (1993) Distance Education in a Post Industrial Society. Dalam Keegan, D. (ed.) (1993)
Theoretical Principles of Distance Education. London, Routledge.
Peters, O. (2000) The Transformation of the University into an Institution of Independent Learning.
Dalam Evans, T. & Nation, D. (2000) Changing University Teaching: Reflections on
Creating Educational Technologies. London, Kogan Page
Rekkedal, T., et.al. (2003) The Role of Student Support Services in E-learning Systems. Hagen:
FernUniversitat
SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Pendidikan Jarak Jauh.
Taylor, J. (2001) Distance Education: Fifth Generation. Presented at the ICDE International
Conference, Dusseldorf, Germany.
Unger, C. (1997) Der Fachbereich Informatik und die Virtuelle Universtat. Hagen: FernUniversitat.
UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen

Contenu connexe

Tendances

Kawasan teknologi pendidikan
Kawasan teknologi pendidikanKawasan teknologi pendidikan
Kawasan teknologi pendidikanELce PurWandarie
 
Bahan tugasan teknologi pendidikan
Bahan tugasan teknologi pendidikanBahan tugasan teknologi pendidikan
Bahan tugasan teknologi pendidikanMohd Ayub
 
File blok, tugas individu, 17 10-15 uts (pak fuad) - copy
File blok, tugas individu, 17 10-15 uts (pak fuad) - copyFile blok, tugas individu, 17 10-15 uts (pak fuad) - copy
File blok, tugas individu, 17 10-15 uts (pak fuad) - copyratnajutiningsih
 
Konsep teknologi pendidikan
Konsep teknologi pendidikanKonsep teknologi pendidikan
Konsep teknologi pendidikanMui Peng Soon
 
Pengertian teknologi pembelajaran
Pengertian teknologi pembelajaranPengertian teknologi pembelajaran
Pengertian teknologi pembelajaranEssy Satriani
 
Kegiatan Belajar 3 - Perkembangan Konseptual TP
Kegiatan Belajar 3 - Perkembangan Konseptual TPKegiatan Belajar 3 - Perkembangan Konseptual TP
Kegiatan Belajar 3 - Perkembangan Konseptual TPAbdul Jalil
 
Perkembangan konseptual teknologi pendidikan
Perkembangan konseptual teknologi pendidikan Perkembangan konseptual teknologi pendidikan
Perkembangan konseptual teknologi pendidikan affanash
 
Bab1 pengenalan teknologi pendidikan
Bab1 pengenalan teknologi pendidikanBab1 pengenalan teknologi pendidikan
Bab1 pengenalan teknologi pendidikanSiti Zulaikha
 
Landasan teknologi pembelajaran
Landasan teknologi pembelajaranLandasan teknologi pembelajaran
Landasan teknologi pembelajaranDedi Yulianto
 
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarPengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarRomi Dwi Syahri
 
Pergeseran istilah educational technology
Pergeseran istilah educational technologyPergeseran istilah educational technology
Pergeseran istilah educational technologyJajang Nurjaman
 
Materi bahan ajar e modul hakikat teknologi pendidikan
Materi bahan ajar e modul hakikat teknologi pendidikanMateri bahan ajar e modul hakikat teknologi pendidikan
Materi bahan ajar e modul hakikat teknologi pendidikanfachriadelisutia
 
Pengertian dan kawasan teknologi pendidikan
Pengertian dan kawasan teknologi pendidikan Pengertian dan kawasan teknologi pendidikan
Pengertian dan kawasan teknologi pendidikan Dwiken Sugesti
 
Landasan Teknologi Pendidikan - Kawasan Pengembangan
Landasan Teknologi Pendidikan - Kawasan PengembanganLandasan Teknologi Pendidikan - Kawasan Pengembangan
Landasan Teknologi Pendidikan - Kawasan PengembanganAmalia Puspha Rini
 

Tendances (20)

Kawasan teknologi pendidikan
Kawasan teknologi pendidikanKawasan teknologi pendidikan
Kawasan teknologi pendidikan
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Bahan tugasan teknologi pendidikan
Bahan tugasan teknologi pendidikanBahan tugasan teknologi pendidikan
Bahan tugasan teknologi pendidikan
 
File blok, tugas individu, 17 10-15 uts (pak fuad) - copy
File blok, tugas individu, 17 10-15 uts (pak fuad) - copyFile blok, tugas individu, 17 10-15 uts (pak fuad) - copy
File blok, tugas individu, 17 10-15 uts (pak fuad) - copy
 
Media dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaranMedia dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaran
 
Konsep teknologi pendidikan
Konsep teknologi pendidikanKonsep teknologi pendidikan
Konsep teknologi pendidikan
 
Pengertian teknologi pembelajaran
Pengertian teknologi pembelajaranPengertian teknologi pembelajaran
Pengertian teknologi pembelajaran
 
Kegiatan Belajar 3 - Perkembangan Konseptual TP
Kegiatan Belajar 3 - Perkembangan Konseptual TPKegiatan Belajar 3 - Perkembangan Konseptual TP
Kegiatan Belajar 3 - Perkembangan Konseptual TP
 
Perkembangan konseptual teknologi pendidikan
Perkembangan konseptual teknologi pendidikan Perkembangan konseptual teknologi pendidikan
Perkembangan konseptual teknologi pendidikan
 
Bab1 pengenalan teknologi pendidikan
Bab1 pengenalan teknologi pendidikanBab1 pengenalan teknologi pendidikan
Bab1 pengenalan teknologi pendidikan
 
Landasan teknologi pembelajaran
Landasan teknologi pembelajaranLandasan teknologi pembelajaran
Landasan teknologi pembelajaran
 
Teknologi Pendidikan
Teknologi PendidikanTeknologi Pendidikan
Teknologi Pendidikan
 
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajarPengaruh tp terhadap pola mengajar
Pengaruh tp terhadap pola mengajar
 
Bab 1 2 3
Bab 1 2 3Bab 1 2 3
Bab 1 2 3
 
Pergeseran istilah educational technology
Pergeseran istilah educational technologyPergeseran istilah educational technology
Pergeseran istilah educational technology
 
Materi bahan ajar e modul hakikat teknologi pendidikan
Materi bahan ajar e modul hakikat teknologi pendidikanMateri bahan ajar e modul hakikat teknologi pendidikan
Materi bahan ajar e modul hakikat teknologi pendidikan
 
Pengertian dan kawasan teknologi pendidikan
Pengertian dan kawasan teknologi pendidikan Pengertian dan kawasan teknologi pendidikan
Pengertian dan kawasan teknologi pendidikan
 
Wilayah kerja lulusan tep
Wilayah kerja lulusan tepWilayah kerja lulusan tep
Wilayah kerja lulusan tep
 
Kata pengantar 1
Kata pengantar 1Kata pengantar 1
Kata pengantar 1
 
Landasan Teknologi Pendidikan - Kawasan Pengembangan
Landasan Teknologi Pendidikan - Kawasan PengembanganLandasan Teknologi Pendidikan - Kawasan Pengembangan
Landasan Teknologi Pendidikan - Kawasan Pengembangan
 

Similaire à Artikel paulina jd

Makalah pembelajaran jarak jauh (MEDIA PEMBELAJARAN) DOYOK.KI.B IV
Makalah pembelajaran jarak jauh (MEDIA PEMBELAJARAN) DOYOK.KI.B IVMakalah pembelajaran jarak jauh (MEDIA PEMBELAJARAN) DOYOK.KI.B IV
Makalah pembelajaran jarak jauh (MEDIA PEMBELAJARAN) DOYOK.KI.B IVDoyok18
 
Makalah Pemanfaatan TIK melalui Pembelajaran Jarak Jauh Khamdiyah
Makalah Pemanfaatan TIK melalui Pembelajaran Jarak Jauh KhamdiyahMakalah Pemanfaatan TIK melalui Pembelajaran Jarak Jauh Khamdiyah
Makalah Pemanfaatan TIK melalui Pembelajaran Jarak Jauh Khamdiyahkhamdiyah
 
02._pendidikan_terbuka_dan_jarak_jauh.pptx
02._pendidikan_terbuka_dan_jarak_jauh.pptx02._pendidikan_terbuka_dan_jarak_jauh.pptx
02._pendidikan_terbuka_dan_jarak_jauh.pptxGunaOneCoganKrui
 
Pemanfaatan ICT dalam Pendidikan
Pemanfaatan ICT dalam PendidikanPemanfaatan ICT dalam Pendidikan
Pemanfaatan ICT dalam Pendidikanadhawiyahawi
 
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranPemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranJerry Makawimbang
 
Sisstem Pendidikan Jarak Jauh
Sisstem Pendidikan Jarak JauhSisstem Pendidikan Jarak Jauh
Sisstem Pendidikan Jarak Jauhhasanah
 
Sisstem Pendidikan Jarak Jauh
Sisstem Pendidikan Jarak JauhSisstem Pendidikan Jarak Jauh
Sisstem Pendidikan Jarak Jauhhasanah
 
Modul pemebelajaran (7)
Modul pemebelajaran (7)Modul pemebelajaran (7)
Modul pemebelajaran (7)FaridAffandi2
 
Modul pemebelajaran
Modul pemebelajaran Modul pemebelajaran
Modul pemebelajaran FaridAffandi2
 
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...CELINEDANARIS
 
Makalah Penerapan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah Khamdiyah
Makalah Penerapan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah KhamdiyahMakalah Penerapan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah Khamdiyah
Makalah Penerapan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah Khamdiyahkhamdiyah
 
Pendidikan dan Belajar Jarak Jauh
Pendidikan dan Belajar Jarak JauhPendidikan dan Belajar Jarak Jauh
Pendidikan dan Belajar Jarak JauhSiti Hardiyanti
 
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)Wak Sekawi
 

Similaire à Artikel paulina jd (20)

Modul doyok
Modul doyokModul doyok
Modul doyok
 
Makalah pembelajaran jarak jauh (MEDIA PEMBELAJARAN) DOYOK.KI.B IV
Makalah pembelajaran jarak jauh (MEDIA PEMBELAJARAN) DOYOK.KI.B IVMakalah pembelajaran jarak jauh (MEDIA PEMBELAJARAN) DOYOK.KI.B IV
Makalah pembelajaran jarak jauh (MEDIA PEMBELAJARAN) DOYOK.KI.B IV
 
Makalah Pemanfaatan TIK melalui Pembelajaran Jarak Jauh Khamdiyah
Makalah Pemanfaatan TIK melalui Pembelajaran Jarak Jauh KhamdiyahMakalah Pemanfaatan TIK melalui Pembelajaran Jarak Jauh Khamdiyah
Makalah Pemanfaatan TIK melalui Pembelajaran Jarak Jauh Khamdiyah
 
02._pendidikan_terbuka_dan_jarak_jauh.pptx
02._pendidikan_terbuka_dan_jarak_jauh.pptx02._pendidikan_terbuka_dan_jarak_jauh.pptx
02._pendidikan_terbuka_dan_jarak_jauh.pptx
 
Awie
AwieAwie
Awie
 
Pemanfaatan ICT dalam Pendidikan
Pemanfaatan ICT dalam PendidikanPemanfaatan ICT dalam Pendidikan
Pemanfaatan ICT dalam Pendidikan
 
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranPemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
 
Ting2016 st2 14
Ting2016 st2 14Ting2016 st2 14
Ting2016 st2 14
 
Sisstem Pendidikan Jarak Jauh
Sisstem Pendidikan Jarak JauhSisstem Pendidikan Jarak Jauh
Sisstem Pendidikan Jarak Jauh
 
Sisstem Pendidikan Jarak Jauh
Sisstem Pendidikan Jarak JauhSisstem Pendidikan Jarak Jauh
Sisstem Pendidikan Jarak Jauh
 
1
11
1
 
Modul pemebelajaran (7)
Modul pemebelajaran (7)Modul pemebelajaran (7)
Modul pemebelajaran (7)
 
Modul pemebelajaran
Modul pemebelajaran Modul pemebelajaran
Modul pemebelajaran
 
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah Penerapan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah Khamdiyah
Makalah Penerapan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah KhamdiyahMakalah Penerapan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah Khamdiyah
Makalah Penerapan TIK dalam Pembelajaran di Sekolah Khamdiyah
 
Pendidikan dan Belajar Jarak Jauh
Pendidikan dan Belajar Jarak JauhPendidikan dan Belajar Jarak Jauh
Pendidikan dan Belajar Jarak Jauh
 
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
KAJIAN TINJAUAN PENGGUNAAN PORTAL MYGURU2 (UPSI) KPT 6044 (14DIS2013)
 
Mumut
MumutMumut
Mumut
 
Musriani
MusrianiMusriani
Musriani
 

Plus de EDUCATIONAL TECHNOLOGY

Plus de EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 
Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
 

Artikel paulina jd

  • 1. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 1 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH Paulina Pannen Timbul Pardede PERKEMBANGAN SISTEM PTJJ Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ) diartikan sebagai pendidikan yang didasarkan pada keterpisahan antara siswa dan pengajar dalam ruang dan waktu, pemanfaatan (paket) bahan belajar (multimedia) yang dirancang dan diproduksi secara sistematis, adanya komunikasi tidak terus menerus (non contagious) antara siswa dengan siswa, tutor, dan organisasi pendidikan melalui beragam media, serta adanya penyeliaan dan pemantauan yang intensif dari suatu instansi pendidikan yang menyebabkan pendidikan bersifat fleksibel – dapat dilakukan siapa saja, di mana saja, dan kapan saja (Pannen dalam Belawati, 1999). Istilah PTJJ berasal dari dua istilah yang berbeda, yaitu pendidikan terbuka dan pendidikan jarak jauh. Pendidikan terbuka membuka kesempatan belajar kepada segala lapisan dan kelompok masyarakat sehingga memungkinkan mereka lebih memiliki kebebasan pilihan dalam belajar. Dalam hal ini, termasuk juga membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat terhadap pendidikan, dan menyediakan kesempatan yang lebih besar bagi siswa untuk mengendalikan pengelolaan proses belajar, melalui sistem registrasi terbuka (tanpa batas usia, latar belakang pendidikan, dll.), sistem belajar terbuka (melalui strategi belajar yang beraneka ragam, di mana saja, kapan saja), dan sistem ujian yang terbuka (kapan saja, di mana saja). Sementara itu, pendidikan jarak jauh bercirikan keterpisahan antara siswa dengan guru/dosen, proses belajar terjadi melalui beragam media pembelajaran lintas ruang dan waktu, serta terorganisasikan secara sistematis. Namun demikian, PTJJ sebagai satu kesatuan makna digunakan secara umum untuk mengartikan pendidikan terbuka dan pendidikan jarak jauh, terutama setelah pendidikan jarak jauh diperkaya oleh kemudahan-kemudahan yang diperoleh dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menjadikan pendidikan jarak jauh suatu pendidikan yang fleksibel dan terbuka bagi siapa saja, di mana saja, kapan saja, lintas ruang dan waktu. Sistem PTJJ pada awalnya didominasi oleh bentuk pendidikan koresponden yang menggunakan bahan ajar cetak standar yang diproduksi secara massal untuk mencapai keuntungan ekonomis (economies of scale). Praktek ini sangat menekankan isu aksesibilitas dalam sistem PTJJ, karena keinginan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan menjadi pemicu utama di banyak negara untuk menyelenggarakan sistem PTJJ (Garrison, 1993). Di samping akses, isu pemerataan kualitas pendidikan juga menjadi landasan bagi penyelenggaraan sistem PTJJ. Dalam hal ini, interaksi dalam proses belajar jarak jauh untuk
  • 2. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 2 mempertahankan kualitas menjadi penting (Garrison, 1993). Kualitas pendidikan diukur dari, salah satunya, ada tidaknya, dan atau tinggi rendahnya frekuensi interaksi/komunikasi satu arah (presentasi materi ajar), baik dalam bentuk tercetak, terekam, maupun tersiar, dan interaksi/komunikasi dua arah antara siswa dan institusi penyelenggara program. Secara umum, praktek PTJJ selalu berusaha menyeimbangkan aspek akses dan kualitas, termasuk intesifikasi interaksi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau (ICT) telah memungkinkan diseimbangkannya aspek akses dan kualitas ini. Interaksi dua arah antara siswa dengan institusi dan instruktur/tutor sekarang dengan “mudah” dan relatif cepat dapat dilakukan melalui media elektronik seperti audio/video conferencing, computer conferencing, maupun surat elektronik (e-mail). Dengan demikian, keterpisahan antara kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar yang menimbulkan suatu jarak psikologis dan komunikasi dalam proses pembelajaran (Moore, 1993) dapat diminimalkan (Peters, 1993). Berbeda dari institusi pendidikan tatap muka atau pendidikan konvensional yang banyak tergantung pada tenaga pengajar (instructor dependent), dan memanfaatkan media dan teknologi pembelajaran sebagian besar sebagai media penyajian (presentation media), maka dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, media dan teknologi pembelajaran merupakan komponen yang tak terpisahkan, dan seringkali disebut dengan nama ”teknologi penyampaian”. Proses pembelajaran dalam sistem PTJJ hanya dapat terjadi melalui pemanfaatan beragam media dan teknologi pembelajaran, sebagai media untuk penyajian, pengumpulan informasi, interaksi, produksi maupun komunikasi dalam proses pembelajaran. Sampai saat ini, sistem PTJJ telah mencapai generasi kelima (Taylor, 2001), yang dicirikan dengan banyaknya institusi pendidikan terbuka dan jarak jauh yang melaksanakan pembelajaran fleksibel berbasis ICT. Tabel-1: Perkembangan Sistem PTJJ berdasarkan Media dan Teknologi Pembelajaran Model Sistem PTJJ Karakteristik Teknologi Penyampaian Fleksibilitas Bahan Ajar yang Dirancang Secara Sistematis Interak si Denga n Siswa Wak tu Tempa t Kecepat an Generasi Pertama The Correspondence Model  Print (cetak) √ √ √ √ – Generasi Kedua The Multimedia Model  Print  Audiotape  Videotape  Computer based learning (CAI/CAL)  Interactive video √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ – – – √ √ Generasi Ketiga The Telelearning Model  Audioteleconferencing  Videoconferencing  Audigraphic Communication – – – – – – – – – – – √ √ √ √
  • 3. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 3 Model Sistem PTJJ Karakteristik Teknologi Penyampaian Fleksibilitas Bahan Ajar yang Dirancang Secara Sistematis Interak si Denga n Siswa Wak tu Tempa t Kecepat an  Broadcast TV/Radio and audioteleconferencing – – – √ √ Generasi Keempat The Flexible Learning Model  Interactive multimedia (IMM) online  Internet based access to WWW resources  Computer mediated communication (CMC) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Generasi Kelima The Intelligent Flexible Learning Model  Interactive multimedia (IMM) online  Internet based access to WWW resources  Computer mediated communication (CMC) using automated response systems  Campus portal access to institutional processes and resources √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sistem PTJJ membuka akses terhadap pendidikan bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Dengan karakteristik tersebut, sistem PTJJ seringkali dianggap sebagai solusi terhadap berbagai masalah pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pemerataan dan demokratisasi pendidikan, serta perluasan akses terhadap pendidikan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat lintas ruang dan waktu. Melalui berbagai perangkat hukum yang telah dikeluarkan pemerintah, yaitu SK Mendiknas No. 107/U/2001, dan juga UU Sisdiknas No. 20/2003, sistem PTJJ sudah menjadi bagian yang menyatu dalam dunia pendidikan di Indonesia, dan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap pendidikan, termasuk pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Situasi ini mendorong berbagai institusi pendidikan, terutama pendidikan tinggi, untuk berpartisipasi aktif dalam PTJJ. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM IMPLEMENTASI PTJJ 1. Pendidikan Masal dan Terdistribusi Isu utama dalam PTJJ adalah akses, pemerataan dan kualitas. Melalui sistem PTJJ, setiap orang dapat memperoleh akses terhadap pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan keluarga, rumah, pekerjaan, dan tidak kehilangan kesempatan berkarir. Di
  • 4. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 4 samping akses, sistem PTJJ juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap orang. Sifat masal sistem PTJJ dalam mendistribusikan pendidikan melalui kurikulum, materi pembelajaran, proses pembelajaran, layanan belajar, dan evaluasi pembelajaran yang terstandar, menjadikan pendidikan berkualitas dapat dinikmati oleh berbagai kalangan lintas ruang dan waktu. Namun demikian, berlandaskan pada tiga isu utama tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PTJJ, sebagai berikut. a. Fokus Pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan meningkatnya jumlah siswa dalam sistem pendidikan, meningkatnya jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan, dan meningkatnya kapasitas pendidikan yang diperlukan. Bahkan kapasitas pendidikan ini juga diperluas kepentingannya dengan isu peningkatan keterampilan yang berkelanjutan (karena perubahan yang terus menerus terjadi dan serba cepat), serta isu-isu sosial ekonomi lainnya. Dalam situasi seperti ini, sistem PTJJ sudah merupakan sistem yang saling melengkapi dengan sistem pendidikan konvensional, bukan lagi pilihan. Keluwesan yang dijanjikan oleh sistem PTJJ telah memicu pemikiran yang lebih luas tentang PTJJ. Bila pada era masyarakat industri selama tiga dasawarsa terakhir sistem PTJJ hanya merupakan jalan untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil melalui upaya pemerataan akses pendidikan, terutama pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi (sarjana), maka pada era pasca industrialisasi (post-industrial society), sistem PTJJ telah jauh berkembang ke arah peningkatan kualitas hidup manusia, seperti berorientasi pada self-realization (pencarian diri) dan pemenuhan kebutuhan personal untuk meningkatkan kebahagiaan dan kenikmatan hidup (Peters, 1993). Kebutuhan akan pendidikan tidak lagi hanya pada saat usia tertentu, atau kelompok tertentu, tetapi menjadi kebutuhan semua orang secara berkelanjutan tanpa terbatas pada individu usia „sekolah‟. Di samping itu, pesatnya perkembangan teknologi dan industri jasa juga mengakibatkan perubahan jenis dan bentuk keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja (Peters, 2000). Hal ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan pendidikan profesional yang berkelanjutan yang akhirnya mengubah persepsi tentang konsep PTJJ dari sekedar distance training menjadi pendidikan berkelanjutan terbuka (open continuing education). Tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan, baik itu konvensional maupun terbuka pada saat ini, bukan lagi pada berapa jumlah mahasiswa, tetapi pada apa yang akan menjadi fokus dari suatu sistem pendidikan. Dalam hal PTJJ, fokus apa yang akan diutamakan? Apakah PTJJ akan menjadi perpanjangan tangan dari sistem pendidikan konvensional? Apakah PTJJ memiliki fokus khusus, misalnya untuk pendidikan guru prajabatan, pendidikan guru dalam jabatan, pemberantasan buta aksara, peningkatan kualitas teknisi dan operator, pendidikan berkelanjutan segala bidang? Mengapa fokus ini menjadi penting? Penelitian tentang PTJJ menunjukkan bahwa PTJJ bukanlah obat mujarab bagi semua permasalahan pendidikan, begitu juga sistem pendidikan konvensional. Artinya, setiap institusi, dengan sistem apapun yang digunakan, perlu melakukan evaluasi diri atas kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang yang dimiliki. Setiap sistem pendidikan, setiap institusi pendidikan, tidak
  • 5. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 5 mampu menjadi segalanya, bahkan tidak mampu menjadi penawar bagi setiap permasalahan yang muncul. Di samping itu, jika ditinjau dari berbagai perkembangan sosial ekonomi global, kebutuhan akan pendidikan tidaklah akan berkurang, bahkan selalu bertambah dari sisi kuantitas, kualitas, maupun bidang. Angka partisipasi kasar di perguruan tinggi, yang pada tahun 2004 baru mencapai 14,26%, diharapkan dapat menjadi 20% pada tahun 2009 (dari jumlah penduduk yang terus bertambah). Dalam situasi ini, setiap sistem pendidikan, termasuk PTJJ perlu memikirkan fokusnya, dan ke arah mana ia akan berkembang. Lebih lanjut, PTJJ yang memanfaatkan ICT memperoleh tantangan yang lebih luas lagi untuk menentukan fokus, berdasarkan kemampuan struktur informasi (information structure) dan infrastruktur ICT, untuk mampu menangkap peluang dari sisi kuantitas, kualitas, maupun bidang. b. Kurikulum “… in a world that is shrinking as it is globalizing university, curriculum cannot limit its vision to the university paradigm alone. It has to respond to national as well as global needs”. Perubahan kurikulum bukan merupakan hal yang baru bagi sebuah sistem pendidikan. Namun demikian, perubahan yang dialami dalam satu dasawarsa terakhir ini membuat perubahan kurikulum menjadi semakin penting dan sensitif. Peningkatan daya saing bangsa yang diserukan dalam HELTS 2003-2010, dan juga visi “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif” 2025, pada dasarnya menyerukan perubahan kurikulum yang bukan semata-mata dilakukan untuk kepentingan institusi, tetapi juga kepentingan negara dan kepentingan global. Empat pilar dalam kerangka kerja pendidikan dari UNESCO memicu terjadinya perubahan dalam kurikulum sistem pendidikan di Indonesia pada akhir abad ke 20 dan awal abad 21 dengan diperkenalkannya kurikulum berbasis kompetensi. Sementara itu perangkat kebijakan yang telah dikeluarkan dalam upaya mewujudkan UU Sisdiknas 20/2003 menunjukkan otonomi institusi pendidikan untuk mengembangkan kurikulum berbasiskan pada standar kompetensi yang ditetapkan. Pada saat inilah, institusi pendidikan tinggi dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam memperbaiki kurikulumnya, yaitu antara keluwesan untuk belajar (flexibility to learn and relearn) dan kemantapan serta kekuatan akademis (academic rigor). Kurikulum yang diharapkan adalah kurikulum yang mampu menjadikan seorang lulusan yang kreatif, percaya diri, memiliki integritas dan kesungguhan dalam berkarya, profesional, mampu berkomunikasi, dan kompeten secara sosial, di samping menguasai bidang ilmu yang ditekuninya. Pemenuhan tuntutan tersebut bukan diukur semata-mata oleh keberhasilan lulusan, tetapi juga oleh kepuasan pengguna lulusan, kepuasan dan pengakuan masyarakat terhadap kualitas lulusannya, serta kualitas lulusannya sebagai pelajar sepanjang hayat, yang pada akhirnya akan menunjukkan akuntabilitas institusi pendidikan. Dalam sistem pendidikan masal dan terdistribusi, perubahan kurikulum yang dilakukan berdasarkan perubahan-perubahan yang ada di luar maupun di dalam mempersyaratkan upaya yang sistematis. Perubahan kurikulum tidak dapat terjadi setiap saat dikehendaki, namun perlu melalui upaya perencanaan yang panjang dan sistemik. Rigorous planning activities merupakan salah satu ciri dari sistem PTJJ. Sifat masal sistem PTJJ menyebabkan perencanaan setiap perubahan haruslah
  • 6. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 6 menyeluruh (comprehensive), rinci (detailed) dan sistemik (systemic). Pengalaman menunjukkan bahwa proses perubahan memerlukan waktu yang lama, karena setiap langkah harus dilakukan dengan disiplin yang tinggi, dan terdokumentasi dengan rapi. Dalam pengembangan mata kuliah baru, misalnya, dibutuhkan waktu minimal 2 tahun. Sementara itu, pengembangan kurikulum memerlukan waktu minimal 3-4 tahun, sehingga siklus kurikulum menjadi minimal 5 tahun dalam sistem PTJJ. Di samping itu, dengan sifat terdistribusi, sistem PTJJ diharapkan memiliki kurikulum standar yang berlaku umum lintas ruang dan waktu. Dengan demikian, tidak ada perbedaan kualitas akademik di mana pun siswa berada. Hal ini dengan sendirinya memerlukan perancangan kurikulum yang sangat unik agar dapat berlaku di mana- mana dengan standar yang sama, namun masih tetap dapat mewadahi kebutuhan lokal lintas geografis di mana siswa berada. Dalam hal ini, kurikulum berbasis kompetensi, bagi sistem PTJJ bukanlah hal yang baru, tetapi sudah diterapkan sejak awal. KBK memberikan kemungkinan bagi sistem PTJJ untuk luwes dalam mewadahi kebutuhan lokal, berdasarkan kerangka akademik yang standar untuk mencapai kompetensi akhir yang standar lintas ruang dan waktu. c. Bahan Ajar, Hak Cipta dan Kekayaan Intelektual Bahan ajar merupakan jantung hati dari sistem PTJJ, yang hadir dalam berbagai format media: cetak, audio, video, komputer, maupun multimedia yang terintegrasi dalam e-learning. Selain itu, sistem PTJJ juga membawa perubahan dalam hal sistem penyampaian atau sistem pembelajaran, mulai dari guided learning, independent learning, sampai ke blended learning. Selanjutnya, sistem PTJJ membuka kesempatan bagi institusi pendidikan untuk memperoleh bahan ajar dengan cara membuat sendiri atau menggunakan yang sudah ada (beli dari toko buku, dapat dari internet, dll.). Dalam proses pengembangan dan pengadaan bahan ajar inilah, isu hak cipta dan kekayaan intelektual menjadi penting. Pengembangan bahan ajar dalam sistem PTJJ tidak mungkin hanya melibatkan satu orang ahli saja, tetapi biasanya melibatkan satu tim pengembang. Kerjasama tim yang baik akan melahirkan kualitas bahan ajar yang tinggi. Namun, bahan ajar tadi milik siapa? Siapa yang berhak memperoleh hak cipta? Siapa pemilik kekayaan intelektual dari bahan ajar tersebut? Institusi? Tim? Narasumber ahli bidang ilmu? Lalu bagaimana dengan pengembangan bahan ajar yang menggunakan bahan yang sudah ada? Isu copyright versus copyleft? Public domain versus personal domain? White paper versus restricted paper? Penghargaan dan kredit? Plagiarism? 2. Proses Pembelajaran (Tutorial Dan Praktek) Salah satu ciri PJJ adalah keterpisahan antara pebelajar dan dosen. Hal ini membawa implikasi bahwa proses pembelajaran berlangsung secara jarak jauh, sehingga pebelajar untuk menerjadikan interaksi pembelajaran sangat bergantung pada pebelajar sendiri. Interaksi yang yang dimaksud dapat berupa interaksi antara pebelajar dan sumber belajar, antara pebelajar dengan pebelajar, dan interaksi antara pebelajar dengan lembaga pendidikan sebagai pengelola. Agar semua bentuk interaksi tersebut dapat terjadi, pihak penyelenggara pendidikan yang memfasilitasinya. Pebelajar diberi otonomi untuk menentukan proses pembelajaran, tutor/dosen dan pengelola menyediakan berbagai layanan bantuan belajar.
  • 7. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 7 Pembelajaran dalam SPJJ tidak dilakukan melalui perkuliahan tatap muka sebagaimana halnya di perguruan tinggi SPK, akan tetapi dilakukan secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai media belajar. Belajar secara mandiri bukan berarti pebelajar harus belajar sendiri, tetapi mereka dapat belajar secara berkelompok dan terbimbing dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. a. Belajar Mandiri Belajar mandiri adalah proses belajar yang terjadi atas prakarsa sendiri. Dengan demikian, keberhasilan pebelajar akan sangat dipengaruhi oleh disiplin, kreativitas, dan ketekunan belajar. Agar pebelajar dalam belajar mandirinya, pebelajar harus memiliki keterampilan menyusun jadual belajar, mengatur variasi belajar, melakukan belajar sistematik, membuat catatan, mengatur kebiasaan belajar, meninjau hasil belajar, serta mengerjakan tes dan ujian. Untuk dapat melaksanakan program belajar mandiri secara efisien dan efektif, setiap pebelajar harus menyusun jadual kegiatan belajar harian dan melaksanakannya secara teratur dan disiplin. Dengan memiliki jadual harian, pebelajar akan dapat merencanakan kapan bagian demi bagian dari suatu mata kuliah harus selesai dipelajari, sehingga dapat disesuaikan dengan jadual bimbingan belajar dan ujian. Perencanaan ini dapat juga dilakukan satu paket mata kuliah, yang terdiri dari beberapa bagian, ditambah dengan media pendukung lainnya. b. Belajar Terbimbing Dalam upaya membantu pebelajar berhasil dalam belajarnya, institusi PJJ menyediakan berbagai bantuan atau bimbingan belajar. Melalui kegiatan terbimbing ini, diharapkan pebelajar dapat berinteraksi dengan bidang ilmu, melalui media, dengan tutor, atau dengan pelajar lainnya.  Interaksi dengan Media Agar terjadi interaksi pebelajar dengan media, bahan ajar dirancang khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri. Bahan ajar diberikan kepada pebelajar dalam bentuk paket, yang terdiri dari bahan ajar utama dan bahan pendukung, baik yang terintegrasi maupun yang merupakan sumplemen bagi bahan ajar utama. Saat ini, pada umumnya bahan ajar utama berupa media cetak. Sementara bahan pendukung dapat berupa media cetak maupun non-cetak. Untuk substansi materi yang menuntut pebelajar menguasai keterampilan khusus, bahan ajar utama disertai dengan kaset video, dan yang lebih menekankan pada kemampuan mendengar atau membutuhkan penjelasan lisan, bahan ajar utama disertai dengan program audio. Dengan demikian, pebelajar dapat belajar atau berinteraksi dengan bidang ilmunya melalui berbagai media.  Tutorial Tutorial adalah suatu proses pemberian bantuan dan bimbingan belajar dari seseorang kepada orang lain (Cohen, Kirk, dan Dikson, 1972). Dalam kaitannya dengan PJJ, tutorial merupakan program bantuan dan bimbingan belajar untuk membantu pebelajar memecahkan berbagai masalah belajar melalui tambahan informasi, diskusi, dan kegiatan lain, meningkatkan motivasi pebelajar untuk belajar dan menyelesaikan studi, serta menumbuhkan kemamapuan pebelajar untuk belajar mandiri.
  • 8. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 8 Tutorial merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran pebelajar dalam PJJ. Dalam tutorial terkandung berbagai aspek, yaitu bantuan belajar, interaksi tutor dengan pebelajar, dan interaksi pebelajar dengan pebelajar. Terdapat lima modus tutorial yang pada umumnya dikenal, yaitu tutorial tatap muka, tutorial tertulis melalui surat-menyurat, tutorial tersiar melalui radio dan televisi (secara terbatas), tutorial terekam melalui kaset audio, video, dan berbantuan computer (Computer Assisted-Instruction/ CAI), serta tutorial elektronik melalui fax, internet, dan fax- internet. Pada dasarnya, pebelajar memiliki kebebasan untuk memilih layanan tutorial yang paling tepat untuk dirinya sendiri.  Kelompok Belajar Untuk mendukung keberhasilan belajar mandiri, pebelajar dapat membentuk kelompok belajar. Pebelajar yang tempat tinggal atau tempat kerjanya bagi yang telah bekerja berdekatan dapat membentuk kelompok belajar. Melalui kelompok belajar, pebelajar dapat saling menyampaikan informasi, belajar bersama untuk memecahkan berbagai persoalan belajar dan pembelajaran, melakukan diskusi atau presentasi hasil mempelajari bahan ajar; serta merancang dan melaksanakan kegiatan sosial di antara pebelajar. c. Pemanfaatan Sumber Belajar Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mandiri dan terbimbing, institusi PJJ menyediakan berbagai sumber belajar. Sumber belajar yang dimaksud berupa bahan ajar utama maupun pendukung, referensi lain yang relevan, tutor atau instruktur untuk praktek/praktikum, laboratorium tempat praktikum, bengkel kerja, klinik pembelajaran. Pemanfaatan sumber belajar perlu dirancang secara khusus, sehingga menjadi bagian yang terpadu dengan proses pembelajaran keseluruhan. 3. Penilaian Hasil Belajar (Ujian Masal) Karakteristik PTJJ yang unik dari berbagai aspek penyelenggaraannya juga menyebabkan penyelenggaraan proses penilaian hasil belajar dalam sistem PTJJ unik. Proses asesmen dalam sistem PTJJ tidak dapat dilakukan dengan pengamatan langsung oleh dosen, tetapi harus dilaksanakan dalam sistem jarak jauh dan bersifat impersonal. Di samping itu, sifat massal dan terdistribusi dari sistem PTJJ menyebabkan penyelenggaraan asesmen dalam sistem PTJJ juga bersifat masal (large scale assessment), dan fleksibel. Keterkelolaan (managability) menjadi salah satu indikator dari penyelenggaraan proses asesmen secara jarak jauh. Pengelolaan asesmen dalam sistem PTJJ haruslah efisien dan efektif. Untuk efisien, perlu dipikirkan berbagai bentuk dan jenis assessmen, misalnya online adaptive testing atau computer assisted testing. Dalam kondisi sistem asesmen masal, pelaksanaan tes uraian tertulis maupun lisan hampir tidak dimungkinkan, kecuali dengan berbantuan komputer dan jaringan (virtual assessment). Tanpa bantuan komputer dan jaringan, maka asesmen masal menggunakan tenaga manusia tidak dapat dihindari. Isu keterkelolaan juga menjadi salah satu alasan untuk pengembangan bank soal dalam sistem PTJJ, depositori sejumlah soal yang diorganisasikan secara sistematis untuk dapat digunakan berkali-kali pada saat asesmen yang berbeda dengan penyusunan yang beragam. Dari bank soal itulah, perangkat soal diambil secara acak, dirakit, dan digunakan dalam ujian. Penyelenggaraan ujian dimulai dari penggandaan perangkat soal yang telah dipilih, penataan berdasarkan distribusi mahasiswa, pengiriman naskah ujian
  • 9. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 9 beserta kelengkapannya (daftar hadir, berita acara, dll.), sampai pada pelaksanaan ujian (distribusi tempat ujian, ketertiban ujian, pengawas, dll). Pengolahan hasil ujian juga merupakan isu penting dalam penilaian hasil belajar pada sistem PTJJ. Sifat masal dan terdistribusi menyebabkan pengolahan hasil asesmen harus terstandar. Standarisasi pengolahan menjadi sangat penting apabila sistem pengolahan tidak dilakukan secara terpusat, tetapi desentralisasi di berbagai unit lintas geografis. Bila pola desentralisasi digunakan, maka nilai hasil belajar yang sama harus memiliki arti yang sama lintas ruang dan waktu. Untuk itu diperlukan prosedur pengolahan hasil asesmen yang terstandar. Selain asesmen rutin yang bersifat formatif maupun sumatif, hal lain yang patut diperhatikan adalah penilaian tugas akhir dan ujian akhir. Penentuan jenis dan bentuk tugas akhir serta ujian akhir akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan ujian tugas akhir dan atau ujian akhir – manual berbasiskan pengawas, atau termediasi melalui telepon atau telekonferensi, atau diperlukan persyaratan limited residential. 4. Manajemen Sistem PTJJ Pengelolaan sistem PTJJ meliputi beberapa hal, yaitu sistem PTJJ, biaya pendidikan, organisasi, dan kemitraan. a. Sistem PTJJ Sistem PJJ diselenggarakan berdasarkan tiga prinsip, yaitu: (1) otonomi dan kemandirian belajar, (2) prinsip manajemen industri, dan (3) interaksi dan komunikasi. Prinsip otonomi dan kemandirian belajar menekankan peran pebelajar untuk belajar secara mandiri. Dosen dan institusi berperan minimal dalam proses pembelajaran. Bagi institusi, belajar mandiri berarti suatu upaya mengorganisasikan pembelajaran sehingga pebelajar mempunyai kebebasan dalam belajar. Setiap pebelajar memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam belajar, dan tidak seorang pun tidak memperoleh kesempatan karena alasan letak geografis, status sosial ekonomi, kondisi fisik, pekerjaan, dan sebagainya. Pembelajaran berpusat pada pebelajar, dan peran institusi atau dosen adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi pebelajar untuk belajar dan memungkinkan pebelajar memiliki akses pada berbagai macam sumber belajar. Prinsip manajemen industri dalam PJJ karena terdapat persamaan yang dominan dengan struktur industri dalam hal rasionalisasi, pembagian kerja, lini perakitan, produksi massal, persiapan kerja, berorientasi pada tujuan, konsentrasi, dan sentralisasi. Dalam sistem PJJ memungkinkan partisipasi pebelajar dalam jumlah besar secara serentak tanpa dihambat oleh tempat tinggal, pekerjaan, dan sebagainya. Sebagai suatu bentuk industri pembelajaran, PJJ secara struktural berbeda dengan pendidikan tatap muka. Prinsip interaksi dan komunikasi bermakna bahwa proses pembelajaran melibatkan interaksi dan komunikasi antara pebelajar dengan pihak lain seperti teman sejawat, tutor atau narasumber lain serta interaksi antara pebelajar dengan bahan ajar, baik melalui media cetak atau non cetak. Bagi pebelajar, interaksi mencakup aktivitas belajar seperti mengkaji bahan belajar, mendengarkan siaran radio atau audiokaset, mengikuti siaran televisi, menggunakan komputer, dan mengerjakan latihan mandiri. Bagi penyelenggara PJJ, interaksi mencakup memberikan bantuan belajar, bimbingan, tutorial, konseling, menghubungi pebelajar, menyampaikan materi pelajaran
  • 10. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 10 menggunakan media dan sarana telekomunikasi, dan mengarahkan pebelajar dalam diskusi. Penetapan sistem PTJJ sangat berpengaruh terhadap sarana dan prasarana yang harus disediakan oleh institusi pendidikan. Sistem sentralisasi mempersyaratkan adanya fokus sumberdaya di pusat, sementara unit-unit jarak jauh bersifat perpanjangan tangan saja atau sebagai unit pendukung. Sementara itu, sistem desentralisasi memperyaratkan kondisi dan alokasi sumberdaya yang standar lintas unit untuk proses belajar yang terstandar pula. Begitu juga, sistem PTJJ berbasiskan media cetak dan audiovisual memerlukan pengelolaan yang berbeda dibandingkan dengan sistem PTJJ berbasis jaringan (e-learning). b. Biaya Pendidikan Sistem PTJJ menuntut investasi awal yang tinggi, serta biaya operasional yang juga relatif tinggi. Situasi ini akan menyebabkan institusi pendidikan mencari sumber dana lain yang dapat memenuhi kebutuhan inisiasinya, dan atau melakukan penentuan prioritas secara cermat. Yang menjadi masalah dalam hal biaya adopsi sistem PTJJ adalah pada masa transisi – ketika institusi menjalankan dua sistem sekaligus, sistem konvensional, dan sistem PTJJ. Hal ini menyebabkan ada dua kelompok biaya yang diperlukan, yaitu biaya untuk pelaksanaan sistem pendidikan konvensional dan sistem PTJJ. Dalam situasi seperti ini, biaya operasional pendidikan menjadi sangat tinggi. Pola alokasi beban biasanya mengarah pada siswa, dan atau pemerintah. Padahal, seperti diketahui, salah satu faktor yang dijanjikan oleh sistem PTJJ adalah biaya yang relatif rendah bagi setiap orang untuk belajar di mana saja, dan kapan saja. Prinsip economies of scale yang menyatakan bahwa biaya berhubungan langsung dengan jumlah mahasiswa – semakin banyak mahasiswa, semakin rendah biaya, relatif tidak berlaku dalam sistem PTJJ berbasiskan ICT. Walaupun diprediksikan oleh banyak ahli bahwa di masa yang akan datang, biaya sistem PTJJ yang berbasiskan ICT dapat menjadi menurun sekali, terlepas jumlah mahasiswanya meningkat atau tidak. Misalnya, “palm education” yang sudah dimulai di Amerika Serikat merupakan perwujudan dari pembelajaran berbasis teknologi komunikasi dan informasi, yaitu PDA (Personal Digital Assistant) yang harganya relatif semakin terjangkau oleh masyarakat Amerika Serikat. Di Indonesia, diprediksikan bahwa dalam waktu 10 tahun mendatang, harga PDA dapat turun mencapai Rp. 80.000,- saja (Mengko, 2005). Namun tetap saja, pada sisi institusi PTJJ, biaya awal pengembangan sistem dan pemeliharaannya cukup tinggi. Komponen biaya sistem PTJJ relatif berbeda dengan komponen biaya pendidikan konvensional. Ada banyak simpul operasional yang tidak menjadi komponen biaya dalam pendidikan konvensional tetapi menjadi komponen biaya yang sangat penting dalam sistem PTJJ. Misalnya tutorial, praktek, akses, ujian, dan lain-lain. Berikut adalah contoh beberapa komponen biaya sistem PTJJ (Belawati, 2006).
  • 11. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 11 CAPITAL OPERATIONAL Academic Administration Maintenance & Utilities  Land & Building  Equipment (include computer & peripherals, audio & studio equipment, copy machines, etc.)  Master of course materials development (including practicum kit development)  Course materials production  Learning support (include course materials delivery, tutorials at a distance, access to ICT, access to laboratorium, etc.)  Students assessment  Research and Development  General and Academic administration  Computer-based administration (system development and maintenance)  Personnel (salaries & wages) and human resources development  Maintenanc e  Utilities Siapa yang membayar biaya-biaya tersebut? Biaya penyelenggaraan sistem PTJJ yang relatif tinggi, kebanyakan masih menjadi tanggungan pemerintah untuk mencapai tujuan sosial. Namun demikian, sekarang ini, kecenderungannya biaya penyelenggaraan menjadi beban yang ditanggung oleh mahasiswa, atau stakeholder (masyarakat, pemberi beasiswa, dll.). c. Organisasi Pada dasarnya ada tiga modus organisasi PTJJ, yaitu modus tunggal (single mode), modus ganda (dual mode), dan konsorsium. Penyelenggara modus ganda merupakan institusi pendidikan konvensional yang memberikan layanan pendidikan jarak jauh atau sebaliknya institusi pendidikan jarak jauh yang memberikan layananan pendidikan konvensional. Cakupan layanan pada modus ganda biasanya terbatas pada beberapa program studi atau bahkan beberapa mata kuliah. Institusi PTJJ dengan model konsor-sium adalah penyelenggaraan PTJJ yang dikembangkan berdasarkan kolaborasi antarinstitusi pendidikan. Kolaborasi dimaksud merupakan layanan pendidikan jarak jauh yang diseleng-garakan secara bersama antara institusi pendidikan jarak jauh dan institusi pendidikan konvensional atau antarinstitusi pendidikan konvensional. Kolaborasi tersebut dapat berupa penyelenggaraan program, pengembangan bahan ajar, proses pembelajaran, atau memberikan sertifikasi secara bersama. Sementara modus tunggal adalah institusi pendidikan yang sengaja didesain memberikan layanan pendidikan melalui jarak jauh saja. Institusi pendidikan modus ini memiliki struktur lengkap untuk memberikan layanan pendidikan serta menawarkan semua program pendidikan. Sebagai contoh penyelenggara PTJJ dengan modus tunggal adalah Universitas Terbuka. Telah disampaikankan sebelumnya bahwa salah satu ciri PTJJ adalah penyelenggaraan pendidikannya dikelola seperti industri. Berbagai subsistem di dalamnya menyerupai kegiatan industri, seperti subsistem produksi dan reproduksi bahan ajar, distribusi bahan ajar dan bahan registrasi, serta susbsistem jaringan komunikasi baik untuk kebutuhan administrasi maupun akademik, termasuk di
  • 12. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 12 dalamnya mengelola jaringan kerjasama yang melibatkan banyak orang dan lembaga yang terkait. d. Kemitraan Sistem PTJJ yang sangat berfokus pada siswa, bersifat fleksibel, memiliki siswa di berbagai penjuru dunia, adalah tidak mungkin dilaksanakan oleh suatu instansi secara sendirian, tanpa mitra. Kemitraan, kolaborasi (merger), atau konsorsium merupakan bentuk-bentuk upaya untuk melaksanakan sistem PTJJ. Kemitraan dilakukan, terutama dilandaskan pada pertimbangan:  Ekonomi: pengembangan sumber belajar, pendirian pusat layanan bantuan belajar, infrastruktur untuk menyampaikan bahan ajar merupakan beberapa contoh komponen PTJJ yang memerlukan biaya investasi awal yang sangat tinggi, yang dapat menjadi ringan melalui kemitraan  Pola pendaftaran siswa yang berubah: dari sistem paket ke sistem belajar fleksibel dan modular, menyebabkan ”cost sharing” dalam pengembangan dan penawaran mata kuliah menjadi pilihan yang menarik.  Pola pembiayaan yang semakin tidak pasti menjadikan alinasi strategis sangat diperlukan untuk mengurangi resiko.  Tuntutan kurikulum akan nara sumber ahli dalam jumlah tidak sedikit dapat dipenuhi dengan pemanfaatan staf ahli bersama. Ketika kompetisi antar institusi pendidikan semakin tinggi, akibat tekanan ekonomi, perubahan persepsi tentang pendidikan (”pendidikan sebagai komoditas dan bisnis), maka kemitraan dalam berbagai aspek menjadi sangat penting, termasuk juga dalam pemasaran jasa dan produk pendidikan, untuk mencapai keuntungan bersama. 5. Penjaminan Mutu Penjaminan mutu dalam sistem PTJJ merupakan isu hangat yang menjadi perhatian banyak kalangan. Diakui oleh banyak kalangan bahwa “while technological advances have led to the exponential rise in ODL offerings, many institutions are launching new distance programs often without the necessary experience to guide their success”. Dalam sistem PTJJ, pertanyaan kunci yang perlu menjadi perhatian adalah: Apakah belajar dapat diterjadikan melalui sistem tersebut? Bagaimana meyakinkan bahwa siswa yang terpisah dan tanpa pengawasan dari pendidik akan memperoleh pengalaman belajar yang bermakna melalui interaksinya dengan berbagai sumber belajar yang termediasi dalam bentuk PTJJ? Mampukah kurikulum, bahan ajar, proses pembelajaran, layanan belajar, dan evaluasi pembelajaran standar yang disajikan kepada siswa menyebabkan siswa belajar dan mencapai kompetensi yang seharusnya dimiliki? Fenomena ini menggeser paradigma akses ke arah penekanan pentingnya interaksi dalam proses belajar jarak jauh untuk mempertahankan kualitas. Dalam hal ini, kualitas pembelajaran dalam sistem PTJJ diukur dari ada tidaknya, dan atau tinggi rendahnya frekuensi interaksi/komunikasi tersebut. Oleh karena itu, dalam sistem PTJJ selain komunikasi satu arah (presentasi materi ajar), baik dalam bentuk tercetak, terekam, maupun tersiar, komunikasi dua arah antara siswa dan institusi penyelenggara program sangat diperlukan. Interaksi antara siswa dan institusi (termasuk dengan tutor/dosen) memegang peran sangat penting dalam proses belajar siswa. Hal ini karena, menurut Holmberg, walaupun sistem PTJJ dirancang untuk memungkinkan terjadinya belajar mandiri, tetapi tidak berarti siswa ditinggalkan tanpa layanan bantuan belajar.
  • 13. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 13 Untuk menjamin kualitas, secara intrinsik, penyelenggaraan sistem PTJJ diharapkan memenuhi persyaratan:  didasarkan pada kegiatan perencanaan yang sistemik berkenaan dengan kurrikulum, bahan ajar, proses pembelajaran, alat dan sistem evaluasi)  berbasiskan media dan teknologi  memanfaatkan sistem penyampaian yang inovatif dan kreatif  mengembangkan dan membina tingkat kemandirian siswa  menyediakan layanan pendukung yang berkualitas (administrasi akademik, bantuan belajar siswa, pusat-pusat layanan administrasi dan siswa, pusat komputer, pusat distribusi, pusat evaluasi, akses, konektivitas, dan infrastruktur). Namun demikian, secara lebih luas bagaimana mengukur kualitas dari sistem PTJJ? Ketika persyaratan intrinsik sudah terpenuhi, apakah suatu institusi yang menerapkan sistem PTJJ dapat dikatakan berkualitas? Dalam sistem PTJJ, apakah kualitas dapat diukur melalui:  ketersediaan akses dan adanya pemerataan?  tingkat keberhasilan dan tingkat ketahanan mahasiswa?  produktivitas perguruan tinggi, dalam hal penerimaan mahasiswa, dan jumlah lulusan?  jumlah dan jenis program yang berdiversifikasi lintas jenjang?  efektivitas biaya versus “self-sufficiency”  kualitas pendidikan, bahan ajar, dan layanan pendukung?  inovasi dan kemampuan membangun institusi? Situasi di Indonesia menunjukkan adanya budaya belajar yang sangat berorientasi pada status, bukan pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, pendidikan dilihat sebagai wahana untuk mencapai status yang lebih tinggi, secara ekonomis atau sosial. Belum banyak kalangan yang dapat menghargai proses belajar sebagai upaya transfer dan transformasi ilmu pengetahuan. Budaya partrilineal dan feodal menyebabkan siswa cenderung pasif dalam interaksi belajar. Faktor-faktor ini berkontribusi sangat besar terhadap peran sistem PTJJ yang diharapkan dapat membudayakan kemandirian dalam belajar, penghargaan terhadap pengalaman belajar yang bermakna, serta integritas akademik. Berdasarkan situasi tersebutlah, peran sistem PTJJ menjadi sangat penting untuk secara massal menawarkan budaya belajar yang berbeda, pengalaman belajar yang bermakna, serta integritas akademik kepada masyarakat. Dalam situasi dan kondisi tersebut, kualitas sistem PTJJ tidaklah semata-mata diukur berdasarkan produktivitas kuantitatif, atau cost-benefit analysis. Dampak yang lebih luas dari keberadaan sistem PTJJ, yaitu dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan daya saing bangsa, patut diperhatikan, di samping otonomi, akuntabilitas, dan relevansi. Oleh karenanya, sistem penjaminan mutu bagi PTJJ menjadi sangat penting. Penjaminan mutu dalam hal ini bukan mengukur validitas keilmuan, tetapi lebih kepada pemberian standar terhadap berbagai komponen utama dalam sistem PTJJ, misalnya perancangan mata kuliah, dan layanan mahasiswa.
  • 14. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 14 CATATAN Sistem PTJJ telah menarik banyak kalangan dalam menyikapi tuntutan kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat, dalam situasi keterbatasan dana, dan kemajuan teknologi yang pesat yang memungkinkan para peserta didik dan pendidik untuk berinteraksi melalui berbagai cara. Secara umum, sistem PTJJ mengalami pertumbuhan yang sangat fenomenal. Pandangan konvensional mengenai belajar-mengajar perlahan-lahan mulai beralih karena tersedianya media dan teknologi yang dapat mensimulasikan interaksi mahasiswa-dosen dan sumber belajar seolah-olah di dalam ruang kelas. Hal lain yang mendorong meluasnya adopsi sistem PTJJ ini adalah adanya keyakinan masyarakat bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi yang strategis. Sistem PTJJ menjanjikan pendidikan yang fleksibel untuk melayani beragam kebutuhan para pengguna yang juga memiliki karakteristik yang beragam lintas ruang, waktu, dan kondisi sosioekonomi. Dalam upaya menjawab tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, sistem PTJJ merupakan salah satu alternatif yang potensial. Fleksibilitas yang dimiliki oleh sistem PTJJ yang didukung oleh ICT, menjadikan sistem PTJJ dapat diterapkan dalam berbagai situasi, baik dalam skala makro untuk satu institusi pendidikan, maupun dalam skala mikro untuk satu program studi, atau beberapa mata kuliah. Di samping itu, sistem PTJJ juga dapat dilaksanakan dalam modus ganda, sehingga dapat memperkaya khasanah pembelajaran konvensional (tatap muka). Berlandaskan pada berbagai fenomena perubahan yang terus terjadi dan keunikan sistem PTJJ yang terus berkembang, dunia pendidikan akan mengalami perubahan yang berarti. Misalny, perguruan tinggi di masa mendatang tidak akan sama dengan perguruan tinggi konvensional sekarang. Menurut Peters (2000): “In concrete terms, we are witnessing the change from traditional on-campus teaching to that of a university without walls, from a university that remains closed to many, to an open university, from an exclusive system of teaching and learning to an inclusive system. Students are autonomous, self-regulating, and working individually in their self- study, self-learning, and forming their identity through reflexive knowledge acquisition. To sum-up, learning and teaching at university must be oriented to a much greater extent than before to the principles of continuing education and lifelong learning. It must have an egalitarian character and be open as well as student-, practice-, and future-oriented. It will have to proceed with flexible teaching and learning programs which impart not only cognitive, but also communicative and collaborative competence”. Walaupun kecenderungan tersebut menunjukkan bahwa di masa depan sistem PTJJ dan sistem pendidikan konvensional akan menyatu menjadi satu sistem pendidikan yang fleksibel yang mampu menjawab berbagai tantangan, namun adopsi sistem PTJJ oleh pendidikan konvensional memerlukan perancangan yang sistematis dan pemikiran yang cermat. Sistem PTJJ memiliki keunikan tersendiri yang dilandaskan pada tujuan yang khusus, sehingga tidak dapat dirampatkan ke dalam berbagai konteks tanpa batasan. “the adoption of ODL does not merely add something, it changes everything. The new system usually makes war against the old existing system. It competes with for time, attention, money, prestige, and a worldview” (Dhanarajan, 2006). Oleh karenanya, kesiapan institusional, kesiapan sistem pengelolaan pendidikan tinggi, dan perubahan asumsi-asumsi pedagogis sebagai implikasi dari perubahan paradigma yang melekat dalam sistem PTJJ perlu dipertimbangkan dengan seksama, agar pada akhirnya dapat diperoleh hasil yang optimal dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan tinggi.
  • 15. SEAMOLEC | Implementasi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 15 DAFTAR PUSTAKA Belawati, T. (Ed.) (1999) Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta: Universitas Terbuka. Belawati, T. (2006) Financial Management System in Open and Distance Learning: An Example at Universitas Terbuka. Paper presented at the ODL Forum: Revisting Planning and Management, CEMCA & Wawasan Open University College, Penang, Malaysia. Brodjonegoro, S.S. (2005) Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif. Disajikan dalam Rakernas Pimpinan Perguruan Tinggi, Ditjen Dikti, Depdiknas. Yogyakarta, 29 November – 1 Desember 2005. Dhanarajan, G. (2006) Rethinking Planning for Open Learning Paper presented at the ODL Forum: Revisting Planning and Management, CEMCA & Wawasan Open University College, Penang, Malaysia. Dikshit, H.P., et.al. (Eds.) (2002) Access & Equity: Challenges for Open and Distance Learning. New Delhi: Kogan Page. Evans, T. & Nation, D. (2000) Changing University Teaching: Reflections on Creating Educational Technologies. London, Kogan Page. Franzpotter dalam Peters, O. (2000) The Transformation of the University into an Institution of Independent Learning. Dalam Evans, T. & Nation, D. (2000) Changing University Teaching: Reflections on Creating Educational Technologies. London, Kogan Page Hardhono (2002) Utilization of Information Technology at Universitas Terbuka. Working paper. Light, G. & Cox, R. (2001). Learning and Teaching in Higher Education: The Reflective Professional. London: Paul Chapman Publishing. Mengko, R. (2005) Pemanfaatan IT: Pergeseran dalam Cara Melakukan Kegiatan. Disajikan dalam Seminar Sehari Gender dan ICT, Kantor Menristek/BPPT, 25 April 2005. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pannen, P. (2005) Between E-Learning and Distance Learning. Disajikan dalam Seminar on E- Learning Strategy: E-learning, IT or Educational Development Policies, May 25, 2005, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang Peters, O. (1993) Distance Education in a Post Industrial Society. Dalam Keegan, D. (ed.) (1993) Theoretical Principles of Distance Education. London, Routledge. Peters, O. (2000) The Transformation of the University into an Institution of Independent Learning. Dalam Evans, T. & Nation, D. (2000) Changing University Teaching: Reflections on Creating Educational Technologies. London, Kogan Page Rekkedal, T., et.al. (2003) The Role of Student Support Services in E-learning Systems. Hagen: FernUniversitat SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Pendidikan Jarak Jauh. Taylor, J. (2001) Distance Education: Fifth Generation. Presented at the ICDE International Conference, Dusseldorf, Germany. Unger, C. (1997) Der Fachbereich Informatik und die Virtuelle Universtat. Hagen: FernUniversitat. UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen