SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  268
Télécharger pour lire hors ligne
1


                                          BAB I

                                  PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

          Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan

sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tujuan

pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah

tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha dan tenaga

kependidikan lainnya, selain itu harus didukung pula oleh sarana prasarana yang

memadai. Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pembangunan

nasional, yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kualitas manusia dan

seluruh masyarakat Indonesia yang maju, modern, berdasarkan Pancasila maka

dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas.

          Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk

terselenggarakannya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama

sebagai fasilitator penyelenggara proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan

profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan

nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru

merupakan salah satu kompenen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan

banyak mengambil peran dalam proses pendidikan di sekolah.menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 20031, “Tentan Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan

bahwa :

    1
      Depdiknas, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 39

                                             1
2

    1.   Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
         pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
         pendidikan pada satuan pendidikan.
    2.   Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
         melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
         bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
         kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.”


         Guru memiliki peran yang penting, merupakan posisi strategis dan

bertanggung jawab dalam pendidikan nasional. Guru memiliki tugas sebagai

pendidik, pengajar dan pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan kepada

siswa. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru merupakan pemegang peran

utama, karena secara teknis dapat menterjemahkan proses perbaikan sistem

pendidikan dalam suatu kegiatan di kelas.

         Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-

tugas yang ditandai dengan keahlian pada penguasaan materi maupun metode. Selain

itu juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh

pengabdiannya.   Guru    yang   profesional   hendaknya   mampu   memikul    dan

melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,

masyarakat bangsa dan negara.

         Guru yang profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial,

intelektual moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang

mampu memahami dirinya, mengelolah dirinya. Tanggung jawab sosial

diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian

yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan
3

interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui

penguasaan        berbagai     perangkat      pengetahuan       dan     keterampilan        yang

diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan

moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai mahluk beragama yang

perilakuknya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan

moral.

           Lebih lanjut Udin Syaefudin Saud2, ”Guru profesional ciri-ciri sebagai
berikut :
    1. Mempunyai kometmen pada pada proses belajar siswa.
    2. Menguasai secara mendalam materi pelajaran dan cara mengajarkanya.
    3. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
          pengalamannya.
    4. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya
          yang memungkinkan mereka untuk selalu meningkatkan profesionalisme-
          nya.”


           Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai jabatan

profesional yang dituntut untuk berkinerja seoptimal mungkin berdasarkan

kompetensi dan profesionalisme bidangnya, kepala sekolah sangat berperan

didalamnya, dengan memberikan kesempatan dan peluang serta mengarahkan dan

membimbing yang maksimal dan berkesinambungan, terhadap guru sebagai stafnya,

maka kinerja guru yang optimal dapat terwujud.

           Kinerja guru merupakan konsep yang sangat penting untuk diperhatikan

oleh kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat mendorong kinerja

individu dan kelompok yang akan meningkatkan efektifitas organisasi. Setiap

individu mempunyai kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang

berlaku pada dirinya.

    2
        Udin Syaefudin Saud, 2009, Pengembangan Profesi Guru, Bandung : Alfabeta, hal. 97
4

         Hasil pengamatan di lapangan, pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau

Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu, diketahui :

    a.   Masih ada guru yang belum membuat perangkat pembelajaran (silabus dan

         RPP), proses pembelajaran belum menggunakan RPP, kurang maksimal

         dalam proses pembelajaran, kurang menggunakan alat peraga dan media

         pembelajaran, metode mengajar tidak bervariasi, tidak tertib melakukan

         evaluasi.

    b. Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya belum melaksanakan

         pengawasan secara intensif kepada guru, disebabkan kurang kompetensi

         supervisi    dan     kurang     menguasai      fungsi    supervisi    yang     harus

         dilaksanakannya. Pada hal agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan

         baik diperlukan adanya supervisi dari atasan yang dilakukan oleh pengawas

         dan kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di organisasi pendidikan

         formal tersebut atau di lingkungan dimana kepala sekolah tersebut di

         tugaskan.

         Pentingnya supervisi dilakukan karena kenyataan seseorang tidak selamanya

         akan bekerja dengan baik jika tidak adanya pengontrolan atau pemantau

         dalam pelaksana pekerjaan tersebut. Untuk itu pengawas dan kepala sekolah

         perlu melaksanakan supervisi dalam pelaksanaan proses pembelajaran di

         sekolah, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Made Pidarta3

         ”Jarang ada manusia yang berbakti sungguh-sungguh terhadap tugasnya.

         Karena itulah dibutuhkan kontrol/supervisi agar pelaksanaan tidak

         menyimpang secara berarti dengan rencana yang telah ditentukan.”

    3
       Made Pidarta, 1977, Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
Jakarta : Rineka Cipta, hal. 15.
5

c.   Program supervisi pengawas, dari hasil wawancara di lapangan dengan

     kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa masih ada pengawas yang

     belum meyusun program tahunan maupun pogram semester dengan baik.

     Program supervisi      berisikan kegiatan supervisi manajerial dan supervisi

     akademik, yang akan dijalankan untuk memperbaiki kinerja kepala sekolah

     dan guru. Setiap pengawas sekolah menyusun program pengawasan, yang

     terdiri atas program tahunan untuk seluruh sekolah binaan dan program

     semester untuk masing-masing sekolah.

d. Teknik dan metode kepengawasan, dari hasil wawancara di lapangan

     terhadap kepala-kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa masih ada

     pengawas yang belum menggunakan teknik dan metode kepengawasan

     dengan baik terhadap kepala sekolah dan guru, sehingga dapat

     mempengaruhi kerja guru. Supervisi sebagai upaya membantu guru dalam

     memperbaiki proses pembelajaran, maka pembinaan guru melalui supervisi

     dilaksanakan berdasarkan teknik dan metode kepengawasan yang tepat.

e.   Guru SMP N Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara

     Kabupaten Kapuas Hulu belum dapat menunjukan model pembelajaran

     yang kontekstual sehingga pembelajaran yang dilaksanakan sangat

     membosankan, tidak ada variasi, tidak kreativitas, sehingga siswa cenderung

     pasif dan hasil yang diharapkan belum maksimal. Proses pembelajaran yang

     dilakukan oleh guru di kelas masih belum efektif, terlihat dalam proses

     pembelajaran,   guru     tidak   menggunakan    alat   peraga   dan   media

     pembelajaran, kadang kala tidak memberikan evaluasi setelah selesai
6

     kompetensi dasar     dan kurang tepat menggunakan waktu, dan kurang

     memberi kesempatan atau mengajak peserta didik untuk tanya jawab.

f.   Standar Kompetensi Pengawas. Di daerah Kabupaten Kapuas Hulu

     merupakan daerah yang relatif luas dengan kondisi sekolah yang tersebar di

     23 kecamatan. Dengan jumlah pengawas yang masih sedikit sampai saat ini

     masih ada pengawas belum memenuhi syarat kompetensi pengawas.

g. Rendahnya Kompetensi Kepala Sekolah. Dari data yang diperoleh pada

     Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kapuas Hulu masih

     sedikit kepala sekolah yang sering mengikuti pelatihan-pelatihan.

h. Diklat    Manajemen      Kepala   Sekolah.    Dari   penelitian   pendahuluan

     menunjukkan baru sedikit kepala sekolah mengikuti diklat manajemen

     kepala sekolah.

i.   Kualifikasi Kepala Sekolah. Dari 9 sekolah yang menjadi objek penelitian,

     tingkat kualifikasi kepala sekolah masih rendah. Terlihat 5 orang kepala

     sekolah masih berpendidikan D III, 3 kepala sekolah berpendidikan S1 dan

     1 orang kepala sekolah berpendidikan S2 sehingga masih banyak yang

     belum memenuhi standar minimal pendidikan bagi kepala sekolah yang

     sekurang-kurangnya berpedidikan S1.

j.   Kompetensi Guru. Dari data yang kami peroleh menunjukkan bahwa

     banyak guru-guru yang belum memenuhi standar kompetensi terlihat dari 65

     guru yang ada baru 21 guru yang memenuhi standar kompetensi yaitu

     berpendidikan S1. Sedangkan yang lainnya masih berpendidikan diploma.
7

    k. Diklat Guru. Dari penelitian pendahuluan menunjukkan baru sedikit guru-

         guru yang mengikuti pendidikan dan latihan guru sesuai bidang studinya

         masing-masing.

    l.   Sarana dan Prasarana Sekolah. Dari 9 sekolah yang menjadi tempat

         penelitan, kondisinya berbeda-beda tingkat kepemilikan sarana prasarana.

         Terlihat 1 sekolah sudah memiliki sarana prasarana yang lengkap baik

         laboratorium IPA, laboratorium Komputer, laboratorium Bahasa dan

         perpustakaan. Ada 2 sekolah baru memiliki laboratorium IPA dan

         perpustakaan. Sedangkan yang lainnya belum memiliki laboratorium

         maupun perpustakaan.



         Dari kenyataan tersebut di atas diasumsikan bahwa guru SMP N Kecamatan

Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu belum memiliki

kinerja yang baik, dan dapat dikatakan bahwa penyebabnya adalah karena kelemahan

dalam kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksankan peran dan fungsinya

sebagai pemimpin. Kepala sekolah kurang dapat mengarahkan guru-guru dan kurang

sekali memberikan pembinaan terhadap kinerja guru. Guru sebagai pendidik dan

pengajar tidak dapat dilepas begitu saja, tetapi guru masih harus banyak diberi

pembinaan, pengarahan dan motivasi serta pengawasan. Agar guru mau memperbaiki

diri dan mau untuk belajar lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan keterampilan

guna mendukung kompetensinya. Selain itu kepemimpinan kepala sekolah harus

ditingkatkan guna memperbaiki guru, terutama sumber daya manusia agar lebih

berkualitas. Karena pada hakekatnya guru adalah manusia yang lemah dan tidak
8

lepas dari berbagai kealfaan dan kehilafan, karena itu perlu adanya yang mengingat

melalui supervisi pengawas dan supervisi kepala sekolah.

        Selanjutnya faktor lain yang berpengaruh seperti sarana prasarana tidak

memadai, alat peraga dan media pembelajaran masih kurang, buku pelajaran masih

kurang, perpustakaan sebagai penunjang dalam belajar masih kurang memadai, disisi

lain guru belum seluruhnya mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan-

pelatihan serta komite sekolah belum berfungsi maksimal sebagai kontrol, ini semua

disebabkan kepemimpinan kepala sekolah yang belum berjalan dengan baik.

        Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti supervisi pengawas

dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah hubungannya dengan kinerja guru pada

SMP Negeri     Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau      Utara Kabupaten

Kapuas Hulu.



B. Identifikasi Masalah

        Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-

masalah sebagai berikut :

   1.   Program supervisi pengawas, penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa

        dari 7 pengawas yang ada, 5 pengawas sudah melaksanakan program

        supervisi, 2 pengawas belum melaksankan program supervisi.

   2.   Teknik dan metode kepengawasan, penelitian pendahuluan meyimpulkan

        bahwa 7 pengawas yang ada, 4 pengawas sudah melaksanakan teknik dan

        metode dengan baik, 3 pengawas belum melaksanakan teknik dan metode

        dengan baik.
9

   3.   Kompetensi pengawas belum memenuhi standar, dari 7 pengawas yang ada

        5 pengawas sudah kompeten, 2 pengawas belum sertifikasi.

   4.   Kompetensi kepala sekolah masih rendah, dari 9 kepala sekolah yang ada 6

        kepala sekolah sudah disertifikasi, sedangkan 3 kepala sekolah belum

        disertifikasi.

   5.   Kualifikasi pendidikan kepala sekolah masih rendah, dari 9 kepala sekolah

        yang ada, 1 kepala sekolah sudah S2, 3 kepala sekolah S1, 5 kepala sekolah

        masih D III.

   6.   Pelatihan        manajemen   kepala   sekolah,   penelitian     pendahuluan

        menyimpulkan, dari 9 kepala sekolah yang ada, 4 kepala sekolah sudah

        mengikuti pelatihan, 5 kepala sekolah belum mengikuti pelatihan.

   7.   Kompetensi guru belum memenuhi standar, dari 65 guru yang ada, 21 guru

        sudah kompeten, 44 guru belum disertifikasi.

   8.   Kurangnya pelatihan pembelajaran bagi guru-guru, dari 65 guru yang ada,

        baru 24 guru yang mengikuti pelatihan, 41 guru belum dilatih.

   9.   Fasilitas belajar masih kurang, dari 9 sekolah yang ada, baru 1 sekolah

        memiliki laboraturium IPA, dan 3 sekolah memiliki laboraturium komputer,

        sedangkan yang lainnya belum memiliki.

  10.   Belum semua guru melakukan perencanaan sebelum proses pembelajaran

        berlangsung.

  11.   Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran belum optimal.



C. Pembahasan Masalah

        Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana disebutkan di atas,

keterbatasan saran prasarana, maka penelitian ini dibatasi hanya pada supervisi
10

pengawas dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah hubungannya dengan kinerja

guru pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara.



D. Perumusan Masalah

            Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah-

masalah yang dicari pemecahannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

    1.      Sejauhmana hubungan supervisi pengawas dengan kinerja guru pada SMP

            Negeri Kecamtan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten

            Kapuas Hulu.

    2.      Sejauhmana     hubungan kualitas kepemimpinan kepala sekolah dengan

            kinerja guru pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan

            Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu.

    3.      Sejauhmana hubungan supervisi pengawas dan kualitas kepemimpinan

            kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMP Negeri

            Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas

            Hulu.



E. Kegunaan Hasil Penelitian

            Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

    1.      Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kapuas Hulu,

            sebagai pengambil kebijakan, penelitian ini merupakan sumber masukan

            positif dalam mendorong terwujudnya manajemen pendidikan yang baik

            disekolah.
11

2.   Bagi kepala sekolah penelitian ini menjadi masukan dalam upaya

     meningkatkan kualitas kepemimpinan dan kinerja guru

3.   Bagi guru, dapat dipergunakan sebagai landasan untuk menentukan

     langkah-langkah dan usaha dalam rangka meningkatkan kinerja sehingga

     mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam

     dunia pendidikan

4.   Bagi peneliti, dapat bermanfaat sebagai penelitian dasar untuk penelitian

     lanjutan yang berhubungan dengan kepemimpinan, supervisi dan kinerja

     guru.

5.   Bagi pembaca, dapat menambah khasanah ilmu pendidikan.
12


                                         BAB II

                DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR

                         DAN HIPOTESIS PENELITIAN



A. Deskripsi Teori

    1.   Kinerja Guru

         1.1. Pengertian Kinerja

                   Menurut pendapat Wirawan4 ”Kinerja adalah keluaran yang

         dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau

         suatu profesi dalam waktu tertentu.”

                   Menurut Mangkunegara5 ”Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

         kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai

         dalam melaksanakan           tugasnya sesuai dengan tanggang jawab yang

         diberikan kepadanya.”

                   Menurut Suharsaputra6 ”Kinerja mempunyai pengertian akan

         adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam

         melaksanakan aktivitas tertentu.” Kinerja seseorang akan tampak pada

         situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

         seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia

         berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.



    4
       Wirawan, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi dan Penelitian,
Jakarta : Salemba Empat, hal. 5.
     5
       A. A. Anawar Prabu Mangku Negara, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal. 67.
     6
       Uhar Suharsaputra, 2010, Administrasi Pendidikan, Bandung : Refika Aditama, hal. 145.

                                            12
13

                  Menurut Wibowo7 ” Pengertian performance sering diartikan

         sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.”

         Sedangkan menurut ”Murray Ainsworth et.el
         Basically, it (performance) means an outcome-a result. It is the end point of
         people, resources and certain environment being brought together, with
         intention of producing certain things, whether tangible product or less
         tangible service. To the extent that this interaction result in an out come of
         the desired level and quality, at agreed cost levels, perpormance will be
         judged as satisfaktory, good, or excellent. To the extent that the outcome is
         disappointing, for whatever reason, performance will be judged as poor or
         deficient.”8

                  Menurut Fattah ”Pengertian kinerja merupakan prestasi kerja atau

         penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan

         yang didasari oleh pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi dalam

         menghasilkan sesuatu.”9

                  Menurut Nawawi10 ”Mengemukakan kinerja merupakan gabungan

         dari tiga faktor yang terdiri dari :

         a.   Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang
              menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Faktor ini mencakup jenis dan
              jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya.
         b.   Pengalaman, yang tidak sekadar berarti jumlah waktu atau lamanya
              dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan
              yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan
              meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu bidang tertentu.
         c.   Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam menghadapi
              bidang kerjanya, seperti, minat, bakat, kemampuan kerja
              sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap
              terhadap pekerjaan.”

                  Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan

         sebagai hasil kerja, tetapi bagaimana proses kerja berlangsung atau cara

    7
       Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 2.
    8
       http : www. Com/Browse/Bookdetail/24595/Managing Performance Managing People, html
     9
       http : www. Com/Ekonomi Pembiayaan Pendidikan-p-8859, html.
    10
       Hadari Nawawi, 2006, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan
Industri,Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal. 64-65.
14

         bekerja. Di dalamnya terdapat tiga unsur penting yang terdiri dari : 1) unsur

         kemampuan, 2) unsur usaha dan 3) unsur kesempatan, yang bermuara pada

         hasil kerja yang dicapai. Dengan demikian berarti seseorang yang memiliki

         kemampuan yang tinggi dibidang kerjanya hanya akan sukses apabila

         memiliki kesediaan melakukan usaha yang terarah pada tujuan organisasi

         atau perusahaan. Selanjutnya kemampuan dan usaha tidak akan cukup

         apabila tidak ada kesempatan untuk sukses, baik yang diciptakan sendiri

         maupun yang diperoleh dari pihak lain, khususnya dari pihak atasan atau

         pimpinan.

                  Menurut     Sedarmayanti ” Kinerja menunjuk pada ciri-ciri atau

         indikator sebagai berikut : Kinerja dalam suatu organisasi dapat dikatakan

         meningkat jika memenuhi indikator-indikator antara lain : kualitas hasil

         kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kecakapan dan komunikasi yang baik.”11

                  Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kinerja

         merupakan kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh

         seseorang guru untuk memperoleh hasil kerja yang optimal sesuai dengan

         tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

                  Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan,

         sangat menentukan dalam proses pembelajaran, dan peran kepemimpinan

         tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran tugasnya.

         Hal ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan

         bagi mutu pembelajaran yang akan berimplikasi pada kualitas output

         pendidikan setelah menyelesaikan sekolah.

   11
      http : //www. Com/Browse/bookdetail/65349, Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Manajemen
Perkantoran, html.
15

         Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja

yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan,

karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung

dengan siswa dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.

Kinerja guru menurut Sudirman yang dikutif AKSI dapat dinilai dari aspek

kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang dikenal

dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1.   Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa
     bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan
     pengayaan/penunjang bidang studi.
2.   Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan
     instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan
     tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan
     anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remidial
3.   Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi
     berlangsungnya proses belajar mengajar
4.   Menggunakan media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih dan
     menggunakan mendukung pembelajaran, berupa alat bantu,
     perpustakaan, teknologi komputer, atau laboraturium secara baik sesuai
     dengan kebutuhan.
5.   Menguasai landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan
     bertindak edukatif disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi
     belajar mengajar.
6.   Mengelola interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang
     harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan
     internalisasi nilai kepada peserta didik. Keterampilan guru, metode
     mengajar, sarana dan alat atau teknologi pendukung merupakan
     komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan
7.   Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan
     kemampuan untuk memenuhi potensi siswa, menganalisis, dan
     menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi setiap
     siswa
8.   Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
     merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peranan program ini
     untuk kepentingan proses belajar mengajar
16

         9.   Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan
              kemampuan untuk melakukan kegiatan administatif seperti pencatatan
              dan pelaporan hasil belajar siswa.
       10.    Memahami prinsip-prinsip dan menapsirkan hasil penelitian guru
              keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal
              yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran siswa
              dan mengembangkan proses belajar mengajar.12

                   Kinerja guru merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja yang

         dicapai guru berdasarkan standar dan ukuran penilaian yang ditetapkan.

         Standar dan alat ukur tersebut merupakan indikator untuk menentukan

         apakah seorang guru berkinerja tinggi atau rendah. Berdasarkan sifat dan

         jenis pekerjaannya, standar tersebut berfungsi pula sebagai alat ukur

         pertanggungjawaban.

                   Menurut Dharma13 ”Manajemen kinerja adalah suatu cara untuk

         mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu

         dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah

         direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan.”

                   Dengan demikian manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk

         menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola

         dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan

         kemungkinan bahwa sasaran akan dapat tercapai dalam suatu jangka waktu

         tertentu baik pendek maupun panjang.

                   Selanjutnya menurut Sianipar ”Manajemen kinerja adalah proses

         pemahaman apa yang harus dicapai dengan menyatukan tujuan organisasi


        12
           AKSI, 2006, Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Sumedang : Alqaprint Jatinangor, hal. 75.
        13
           Surya Dharma, 2009, Manajemen Kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya, Yogyakarta
    : Pustaka Pelajar, hal. 25.
17

        dengan tujuan individu dan bagaimana cara mengatur aktivitas dan sumber

        daya yang tepat agar tujuan atau kinerja yang dinginkan dapat tercapai.”14

                 Manajemen kinerja guru dapat ditingkatkan paling tidak melalui

        aktivitas utama, ini menurut pendapat Hadiwaratama :

        1.   Setiap guru harus mendapat proporsi waktu yang memadai dalam
             perencanaan pengajaran
        2.   Persiapan guru dalam mengajar harus terkontrol agar benar-benar
             memiliki kesiapan untuk tampil di kelas
        3.   Kepala sekolah harus melakukan supervisi secara teratur untuk
             memahami apa yang terjadi dan memberikan pembinaan yang
             dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar di
             kelas.
        4.   Kepala sekolah harus selalu meningkatkan pengawasan untuk
             mendorong guru-guru agar terbiasa bekerja dalam disiplin tinggi, hadir
             di sekolah dan di kelas tepat waktu serta terbiasa melakukan kegiatan
             yang inovatif untuk mengembangkan mutu proses belajar mengajar di
             kelas.
        5.   Kepala sekolah tidak segan-segan untuk memberikan hukuman bagi
             guru yang kurang disiplin atau melalaikan tugasnya serta
             memotivasinya agar berbuat lebih baik.15

                 Kinerja guru adalah prilaku atau respon yang memberikan hasil

        yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu

        tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja guru menyangkut semua

        kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru pada dasarnya lebih berfokus

        pada prilaku guru dalam pekerjaannya, demikian pula perihal efektivitas

        guru adalah sejauhmana kinerja tersebut dapat memberikan pengaruh

        kepada siswa. Karena secara spesifik tujuan kinerja juga mengharuskan para

        guru membuat keputusan dimana tujuan mengajar dinyatakan dengan jelas

        dalam bentuk tingkah laku yang kemudian ditransfer kepada siswa.



14
     Ibid
15
     Ibid
18

           Pada konteks lain, mana kala kinerja itu dipandang dari sudut

pendidikan atau berbasis pendidikan lebih merupakan perluasan dari suatu

tujuan perilaku, pendidikan yang didasarkan kinerja sangat tepat diterapkan

untuk mata pelajaran dimana perilaku-perilaku yang tepat tersebut

dideskripsikan atau dinilai melalui tes kinerja maupun observasi melalui

prilaku.

           Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan atau program dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi

organisasi. Oleh karena itu, bila ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya,        maka   perlu   diperhatikan   faktor-faktor   yang   dapat

mempengaruhi kinerja tersebut. Faktor yang mempengaruhi pencapaian

kinerja adalah faktor kemampuan atau ability dan faktor motivasi atau

motivation. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang dikutif

Mangkunegara yang merumuskan bahwa :

Human Performance = Ability + Motivation
Motivation              = Attitude + Situation
Ability                 = Knowledge + Skill
1. Faktor kemampuan
    Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
    potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya
    pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan
    pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
    mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai
    kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan
    pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the
    right place, the right man on the right job).
2. Faktor motivasi
    Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
    menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
    menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan
    organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang
    mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara
19

             maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap
             secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya,
             seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami
             tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu
             memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.”16

                  Berdasarkan pendapat di atas, bahwa faktor kemampuan dasar

        mempengaruhi kinerja karena dengan kemampuan yang tinggi maka kinerja

        pegawai akan tercapai. Sebaliknya, bila kemampuan pegawai rendah atau

        tidak sesuai dengan keahliannya maka kinerjapun tidak akan tercapai.

        Begitu juga dengan faktor motivasi                yang merupakan kondisi yang

        menggerakkan diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara

        maksimal.



        1.2. Tujuan Penilain Kinerja

                  Suharsimi Arikunto17 ”Menegaskan bahwa nilai adalah mengambil

        suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk.” Dengan

        demikian penilaian ini merupakan suatu upaya untuk menentukan status,

        posisi atau kedudukan dari suatu obyek berdasarkan pada kreteria tertentu.

        Upaya membandingkan keadaan obyek dengan kriteria yang ditentukan

        disebut penilaian.

                  Dalam suatu organisasi penilaian kinerja sering disebut sebagai

        penilaian prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja paling sedikit memiliki dua

        kepentingan yakni, kepentingan guru, penilaian ini berperan sebagai umpan

        balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan

16
     Mangkunegara op, cit, hal. 68.
17
     Suharsimi Arikunto, 1992, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 3.
20

         potensinya yang ada pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,

         jalur, rencana dan pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi

         menurut Siagian18 ”Hasil penelitian ini memiliki arti yang sangat penting

         terutama dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti

         identifikasi kebutuhan, program pendidikan dan pelatihan, promosi, sistem

         imbalan dan berbagai aspek lain yang dianggap penting bagi organisasi.”

         Amstrong19 ”Menegaskan bahwa :
         Penilaian prestasi kerja mempunyai tiga tujuan yakni : 1) membantu
         memperbaiki prestasi dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan serta
         melakukan hal-hal yang akan mengembangkan kekuatan dan mengatasi
         kelemahan, 2) mengenal karyawan yang berpotensi untuk menerima
         tanggung jawab yang lebih besar, sekarang atau dimasa yang akan datang
         dan memberikan bimbingan mengenai apa yang harus dilakukan untuk
         memastikan bahwa potensi ini akan berkembang, 3) membantu dan
         memutuskan kenaikan gaji yang seimbang antara tingkat prestasi dan
         tingkat gaji.”

                    Dengan demikian penilaian kinerja memiliki arti penting yakni

         untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas input,

         proses dan out put suatu lembaga atau organisasi.

               Berdasarkan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa

         pada dasarnya kinerja guru adalah mempuyai pengertian akan adanya suatu

         tindakan     atau   kegiatan   yang   ditampilkan   oleh   seseorang    dalam

         melaksanakan aktivitas tertentu, meliputi 4 dimensi : a) dimensi

         perencanaan yang terdiri dari 2 indikator, yaitu : 1) penyusunan program, 2)

         penyusunan      perangkat      pembelajaran,   b)   dimensi     melaksanakan

         pembelajaran, terdiri dari 1 indikator, yaitu 1) melaksanakan proses


   18
      Siagian, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 223-224.
   19
      Amstrong, 1994, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Terjemahan Sofyan Cikmat &
Haryanto), Jakarta : Gramedia, hal. 172.
21

         pembelajaran, c) dimensi menilai         hasil pembelajaran, terdiri dari 3

         indikator , yaitu : 1) melaksanakan penilaian hasil belajar, 2) menganalisis

         hasil belajar 3) melakukan remedial dan pengayaan, d) dimensi kegiatan

         tambahan, yaitu terdiri dari terdiri dari 2 indikator, yaitu : 1) melatih dan

         membimbing siswa, 2) bimbingan siswa dalam pengembangan diri.



    2.   Supervisi Pengawas

         2.1. Pengertian Supervisi

                  Kegiatan supervisi merupakan salah satu tugas dari pengawas

         kepada pihak sekolah yang menjadi binaannya dalam rangka mewujudkan

         kondisi kerja guru-guru dan pegawai sekolah yang baik dalam

         mengembangkan prilaku anggota organisasi sekolah yang bersangkutan.

                  Menurut pendapat Purwanto20 ”Supervisi adalah suatu aktivitas

         pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai

         sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.” Fungsi

         supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol melihat apakah

         segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program

         yang telah digariskan tetapi lebih dari itu, supervisi dalam pendidikan

         mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan

         kondisi-kondisi atau syarat-syarat personil maupu material yang diperlukan

         untuk terciptanya situasi belajar mengajar yang efektif.




   20
      M. Ngalim Purwanto, 2005, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, hal. 76.
22

                   Menurut pendapat Muslim21 ”Supervisi adalah sebagai salah satu

         model pembinaan staf atau guru-guru.” Pada dasarnya para guru dan mereka

         yang terlibat dalam berbagai aktivitas kesupervisian lebih mengenal istilah

         inspeksi, sebagaimana pernah dan cukup lama dipraktekkan di lingkungan

         persekolahan. Antara konsep inspeksi dan supervisi sebenarnya terdapat

         pertentangan yang cukup tajam dalam prinsip dan tindakannya. Inspeksi

         lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter serta selalu

         mencari kesalahan-kesalahan guru yang diawasi. Sedangkan supervisi

         mengandung pengertian yang lebih demokratis                  menekankan kepada

         persahabatan yang dilandasi oleh pemberian layanan dan bekerja sama lebih

         baik antara sesama guru-guru.

                   Konsep inspeksi tidak bisa disamakan dengan konsep supervisi,

         dalam arti konsep inspeksi tidak dapat menjadi alternatif atas konsep

         supervisi. Mereka datang dari kawasan manajemen yang berbeda. Dalam

         proses manajemen, supervisi berada dalam kawasan ”directing” dan

         inspeksi berada dalam kawasan ”controlling”. Oleh karena itu supervisi

         cenderung kepada usaha pelayanan dan pemberian bantuan dalam rangka

         memajukan dan meningkatkan proses dan hasil belajar mengajar.

         Sedangkan inspeksi cenderung kepada usaha atau kegiatan menyelidiki dan

         memeriksa penyimpangan-penyimpangan serta kekeliruan yang dibuat oleh

         guru-guru dan kepala sekolah dalam rangka melaksanakan program

         pengajaran di sekolah.
   21
     Sri Banun Muslim, 2009, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas, Profesionalisme Guru,
Bandung : Alfabeta, hal. 36.
23

                          Dalam prakteknya antara supervisi dan inspeksi mempunyai

              pertalian sejarah yang kental. Munculnya supervisi sebagai reaksi atas

              praktek inspeksi yang banyak mendapat kecaman dari para staf yang

              mendapat perlakuan yang tidak fair. Karena dampak negatif lebih banyak,

              maka inspeksi ini makin lama makin ditinggalkan, bersamaan dengan itu

              pula lahirlah supervisi yang lebih demokratis sebagi gugatan terhadap

              inspeksi.

                          Seperti yang dikatakan oleh Kimball Wiles yang dikutif Muslim,

              “Supervision is assistance in the development of a better teaching situation,

              goal, material, techiques, method, teacher, student, and environment.”22

              Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan

              situasi belajar mengajar. Situasi belajar mengajar inilah yang seharusnya

              diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan

              demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari

              penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah.

                          Istilah supervisi di dunia pendidikan sudah cukup lama dikenal dan

              dibahas oleh pakar pendidikan. Siahan23, “Supervisi adalah segala usaha

              petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas

              pendidikan      lainnya   untuk   memperbaiki     pengajaran,    pengembangan

              pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan,

              bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan penilaian pengajaran.”



      22
           Ibid
      23
           Amirudin Siahan, 2006,Manajemen Pengawas Pendidikan, Jakarta : Quantum Teaching, hal.
14.
24

                  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah

        pemberian bantuan kepada guru-guru, dan staf untuk memperbaiki proses

        pembelajaran dengan menggunakan bahan-bahan pengajaran, metode

        mengajar dan penilaian hasil belajar.

                  Menurut Rifai24 “Bahwa supervisi merupakan pengawasan yang

        lebih profesional dibandingkan dengan pengawasan umum karena

        perkembangan        kemajuan      pendidikan      yang     membutuhkannya,     yaitu

        pengawasan akademik yang mendasarkan kepada kemampuan ilmiah.”

        Pendekatannya bukan lagi pengawasan manajemen biasa yang bersifat in

        human, melainkan menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan

        humanistic oleh para pengawas dalam melaksanakannya karena kemajuan

        ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan pengawasan yang profesional,

        yang menuntut kemampuan profesional dari para pengawasnya, dan bukan

        hanya wewenang administratif saja. Dengan berkembangnya teori-teori

        pendekatan administrasi yang lebih memperhatikan cara-cara pendekatan

        manusiawi yang sosial, maka pengawasan berkembang menjadi lebih

        humanistic dan demokratis, menjadi supervisi yang kita permasalahkan

        sekarang.

                  Supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik,

        dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya,

        memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas

        biasa. Pengawas profesional menuntut kemampuan ilmu pengetahuan yang


24
     Rifai, 1982, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Yanmars, hal. 20.
25

        mendalam serta kesanggupan untuk melihat sebuah peristiwa pembelajaran

        yang tajam. Ia memahami pembelajaran berdasarkan kontektual fenomena

        akademik. Sebuah kejadian dipelajari diteliti hubungan dan keterkaitan,

        keguanaannya, apa, mengapa dan bagaimana. Kemampuan mengawasi

        sangat tajam dalam memahami setiap peristiwa akademik, oleh karena itu

        pengawas pendidikan tidak dapat dilakukan oleh sembarang pengawas

        apalagi orang yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu. Pengawas pendidikan

        harus dijalankan oleh orang yang sesuai keahliannya. Itulah sebabnya istilah

        pengawasan dalam pendidikan disebut supervisi, sebab harus mengawasi

        dengan cermat dan mendalam peristiwa pembelajaran yang berupa kegiatan

        akademik yang sifatnya ilmiah bersumber dari teori yang digunakan dalam

        sebuah praktek.

                 Misi utama supervisi pendidikan adalah memberikan pelayanan

        kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru

        agar dapat mengajar dengan efektif. Melakukan kerja sama dengan guru

        atau anggota staf lainnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran,

        mengembangkan        kurikulum     serta    meningkatkan      pertumbuhan

        profesionalisasi semua anggota.

                 Selanjutnya menurut Suhardan25 ”Supervisi adalah aktivitas

        akademik yaitu suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh orang yang

        memiliki pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan

        yang tajam dalam memahami objek pekerjaannya dengan hati yang jernih.”

   25
      Dadang Suhardan, 2010, Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pengajaran di Era Otonomi Daerah), Bandung : Alfabeta, hal 35.
26

        Supervisi merupakan kegiatan akademik yang harus dijalankan oleh mereka

        yang    mempunyai      pemahaman      mendalam     tentang   kegiatan    yang

        disupervisinya. Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat

        melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian di bawa kepada

        kegiatan yang seharusnya, yaitu kegiatan yang semestinya harus dicapai.

        Orang yang menjalankannya dituntut keharusan memiliki pengetahuan yang

        mendalam bagaimana sesungguhnya pekerjaan itu dijalankan.

                 Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun

        200726 “Tentang Standar Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

        Tsanawiyah (SMP/MTS) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas/Madrasah

        Aliyah (SMA/MA) dan Rumpun Mata Pelajaran. Untuk dimensi kompetensi

        supervisi akademik dinyatakan bahwa pengawas harus memiliki kompetensi

        sebagai berikut :

        1.   Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
             kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dan rumpun mata
             pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
        2.   Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik dan
             kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/ bimbingan tiap
             mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
             menengah yang sejenis.
        3.   Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam
             rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis
             berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan
             prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
        4.   Membimbing        guru      dalam    memilih     dan     menggunakan
             strategi/metode/teknik      pembelajaran/bimbingan     yang     dapat
             mengembangkan berbagai potensi siswa melalui mata-mata pelajaran
             dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang
             sejenis.


   26
      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah (SMP/MTS) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas
(SMA/MA).
27

5.   Membimbing guru dalam menyusun rencana persiapan pembelajaran
     (RPP)untuk tiap mata pelajaran dan rumpun mata pelajaran yang
     relevan di sekolah menengah yang sejenis
6.   Membimbing          guru      dalam      melaksanakan        kegiatan
     pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboraturium dan atau di lapangan)
     untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
     sekolah menengah yang sejenis
7.   Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan
     menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan
     tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
     sekolah menengah yang sejenis.
8.   Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknolohi informasi dalam
     pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dan rumpun mata
     pelajaran yang relevan.”

         Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas

sekolah dalam melaksankan pengawasan akademik, yakni menilai dan

membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran

yang dilaksanakannya, agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.

Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam

meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi

akademik adalah guru dalam proses pembelajarn, penyusunan silabus dan

RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media

dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil

pembelajaran serta penilaian tindakan kelas.

         Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan        kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi

mencapai    tujuan   pembelajaran.   Didalam   pelaksanaannya,    supervisi

akademik    merupakan upaya       membantu guru-guru mengembangkan

kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru dalam

melaksanakan tugas proses pembelajarannya dalam penilaian pengawasan
28

              dapat ditunjukkan penilaian unjuk kerja merupakan bagian integral dari

              serangkaian kegiatan supervisi akademik.

                        Selanjutnya supervisi menurut Nawawi27 adalah “ Kegiatan

              pengawasan yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap bawahannya

              untuk melakukan tugas-tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai

              pertelaan tugas yang digariskan”. Pengertiannya lebih menekankan pada

              pengawasan murni dalam arti control kegiatan dari seorang atasan terhadap

              bawahannya, agar melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

              Pengertiannya tidak memberi tekanan pada memberikan bantuan dan

              bimbingan bagaimana memperbaiki mutu pekerjaan, melainkan pada

              pelaksanaan tugas sesuai pertelaah tugas yang telah digariskan.

                        Sergiovani dan Starrt28 mengemukakan “ Supervision is a proses

              designed to help teacher and supervisor leam more about their practice; to

              better able to use their knowledge and skill to better serve parents and

              school;    and     to   make     the    school     a   more     efektive    learning

              community.”Artinya, supervisi merupakan suatu proses yang dirancang

              secara khusus untuk membantu para kepala sekolah dan guru dalam

              mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan

              pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih

              baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan

              sekolah sebagai masyarakat yang lebih baik.



      27
           Hadari Nawawi, 1997, Administrasi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung, hal. 99.
      28
           Thomas Sergiovani, 1996, Education and Administration, New Jersey : Prentice Hall Inc, h,
137
29

                   Menurut Neagley dalam Ngalim mengemukakan bahwa supervisi

         diartikan ”Sebagai bantuan, pengarahan, bimbingan kepala sekolah terhadap

         personal.”29Para pengawas dalam membina dan mengarahkan serta

         membimbing guru dapat dilakukan melalui supervisi, mengingat supervisi

         tersebut memiliki peran strategis dalam upaya meningkatkan kemampuan

         profesional guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Pengawas harus

         mampu membimbing, membina dan mendorong guru dalam memecahkan

         permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini

         supervisi berorientasi pada pengajaran dan usaha perbaikan.

                   Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sutisna30 dikatakan bahwa

         ”Supervisi oleh pengawas sebagai suatu bentuk pelayanan, bantuan

         profesional    atau    bimbingan     guru-guru     dan    melalui    pertumbuhan

         kemampuan guru hendak meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.”

         Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sahertian31 ”Menegaskan bahwa

         supervisi adalah memberikan layanan kepada guru-guru baik secara

         individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.”

                   Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat ditarik tiga unsur

         penting dalam rumusan pengertian supervisi sebagai berikut : 1) unsur

         proses pengarahan, bantuan atau pertolongan, 2) unsur personal yang

         berhubungan langsung dengan kegiatan organisasi sekolah yang diberikan



   29
      Ibid
   30
      Oteng Sutisna, 1993, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
Bandung : Angkasa, hal. 271.
   31
      Piet A. Sahertian, 2008, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 19.
30

         pertolongan, dan 3) proses pengelolaan pendidikan sebagai obyek yang

         perlu diperbaiki.

                  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi pengawas

         adalah   layanan, bantuan, untuk membimbing guru-guru memperbaiki

         pengajaran dan meningkatkan mutu pendidikan.

                  Selain itu      Hamalik32 ”Mengemukakan bahwa menyangkut

         pelayanan Supervisor :

         Yaitu pengawas hendaklah berpandangan luas, memahami rencana dan
         program yang telah digariskan, berwibawa dan memiliki kecakapan praktis
         tentang kepengawasan, terutama human relation, memiliki sifat jujur, tegas
         dan konsekuen, ramah dan rendah hati serta berkemauan keras, rajin bekerja
         untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu pula, bahwa
         pengawas sebagai supervisor juga harus memiliki keterampilan teknis
         seperti : 1) menetapkan criteria untuk menyeleksi sumber-sumber
         pengajaran, 2) mendayagunakan system kunjungan kelas, 3)
         mendayagunakan rapat kepengawasan pengajaran, 4) merumuskan tujuan
         pengajaran yang jelas, 5) mengaplikasikan hasil penelitian, 6)
         mengembangkan langkah-langkah evaluasi, 7) mendemonstralisasikan
         keterampilan mengajar.”

                  Seorang supervisor apakah ia kepala sekolah, pengawas sekolah

         dan pengawas sekolah rumpun mata pelajaran dalam melaksanakan

         supervisi hendaknya berlandaskan pada prinsip-prinsip supervisi.

             Adapun prinsip supervisi yang dikemukakan oleh Sagala33 :
             1. Ilmiah, berarti :
                a) Menggunakan alat (instrument) yang dapat memberikan
                    informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian
                    terhadap proses belajar mengajar.
                b) Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana dan
                    berkelanjutan.
                c) Objektif, berarti data yang didapat berdasarkan hasil observasi
                    nyata. Kegiatan- kegiatan perbaikan atau pengembangan

   32
       Oemar Hamalik, 2002, Pendekatan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta :
Bumi Aksara, hal. 103.
    33
       Syaiful Sagala, 2009, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung
Alfabeta, hal.199.
31

             berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau
             kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
    2.   Demokratis, berarti menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki
         jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat
         orang lain.
    3.   Kooperatif, berarti kerja sama seluruh staf dalam kegiatan
         pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan
         proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerja
         sama seluruh staf sekolah.
    4.   Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong
         guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa
         aman dan bebas menggunakan potensi-potensinya. Supervisor
         perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut di atas.

         Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan

teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan terhadap fisik

material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik

yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam

mengajar, pengawasan terhadap murid yang belajar dan pengawasan

terhadap situasi yang menyebabkannya. Aktifitasnya dilakukan dengan

mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pembelajaran yang diperbaiki, apa

yang menjadi penyebab dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan

tugasnya dengan baik. Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak

lanjut yang berupa perbaikan dalam bentuk pembinaan. Pembinaan

merupakan sebuah pelayanan terhadap guru dalam memperbaiki kinerjanya.

Pembinaan selain pelayanan terhadap guru, juga merupakan usaha preventif

unttuk mencegah supaya guru tidak terulang kembali melakukan kesalahan

serupa yang tidak perlu, menggugah kesadarannya supaya mempertinggi

kecakapan dan keterampilan mengajarnya.
32

                Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh supervisor untuk

        meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru-guru agar dapat

        memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan kinerja guru dan

        pendidikan pada umumnya, sehingga mutu pendidikan akan meningkat.



        2.2. Program Supervisi Pengawas

                Program supervisi biasanya berisikan kegiatan yang akan

        dijalankan untuk memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan situasi

        pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Di dalam program

        supervisi tertuang berbagai usaha dan tindakan yang perlu dijalankan

        supaya pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga akselerasi belajar peserta

        didik makin cepat dalam mengembangkan potensi dirinya, karena guru

        lebih mampu mengajar.

                Program supervisi harus realistik dan dapat dilaksanakan dengan

        baik, sehingga benar-benar membantu mempertinggi kinerja guru. Program

        supervisi yang baik menurut      Sutisna34     ”Mencakup keseluruhan proses

        pembelajaran yang       membangun lingkungan belajar mengajar yang

        kondusif, di dalamnya mencakup maksud dan tujuan, pengembangan

        kurikulum, metode mengajar, evaluasi, pengembangan pengalaman belajar

        murid yang direncakan baik dalam intra maupun extra kurikuler.”

                Program supervisi berprinsip kepada proses pembinaan guru yang

        menyediakan    motivasi   yang    kaya       bagi   pertumbuhan   kemampuan


34
     Ibid.
33

        profesionalnya dalam mengajar. Guru menjadi bagian integral dalam usaha

        peningkatan mutu sekolah, mendapat dukungan semua pihak disertai dana

        dan fasilitasnya. Bukan sebuah kegiatan suplemen atau tambahan.



        2.3. Tujuan supervisi Pendidikan

                Tujuan supervisi pendidikan adalah memberikan layanan dan

        bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan

        guru di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah

        memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas belajar guru

        di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

        Bukan   saja   memperbaiki    kemampuan     mengajar   tapi   juga   untuk

        mengembangkan potensi kualitas guru. Pendapat ini sesuai dengan apa yang

        dikemukakan oliva yan dikutif Sahertian bahwa sasaran (domain) supervisi

        pendidikan adalah : ”1) Mengembangkan kurikulum yang sedang

        dilaksanakan di sekolah 2) Meningkatkan proses belajar mengajar di

        sekolah 3) Mengembangkan seluruh staf di sekolah.”35



        2.4. Pengawas Pendidikan dan Pengawasan

                Dalam proses pendidikan, pengawas atau supervisi merupakan

        bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan

        mutu pendidikan. Supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan

        layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru baik

        secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas

35
     Ibid
34

         proses dan hasil pembelajaran. Substansi hakikat pengawasan yang

         dimaksud menunjukan pada segenap upaya bantuan supervisor kepada

         stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan untuk perbaikan-

         perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan

         kepada guru berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan

         penilaian yang obyektif dalam acuan perencanaan program pembelajaran

         yang dibuat.

                   Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan

         kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang

         diberikan benar-benar tepat sasaran dan mampu memperbaiki serta

         mengembangkan situasai belajar.

                   Pengawas satuan pendidikan adalah pejabat fungsional yang

         berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan

         pendidikan terhadap sejumlah sekolah yang ditunjuk/ditetapkan dalam

         upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk

         mencapai tujuan pendidikan. Aktivitas pengawas sekolah selanjutnya adalah

         menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah satuan

         pendidikan dan sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi

         tanggung jawabnya. Penilaian itu dilakukan untuk penentuan derajat

         kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang ditetapkan terhadap

         penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sedangkan kegiatan pembinaan

         dilakukan dalam bentuk arahan, saran dan bimbingan.36


   36
      Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No. 020/U/1998/tanggal
6 Februari 1998.
35

        Kegiatan pengawasan harus difokuskan pada prilaku dan

perkembangan siswa sebagai bagian penting dari : Kurikulum/mata

pelajaran, organisasi sekolah, kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi,

sistem pencatatan, kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen,

bimbingan dan konseling, peran dan tanggung jawab orang tua dan

masyarakat.

        Fokus pengawaan sekolah meliputi : standarisasi dan prestasi yang

diraih siswa, kualitas layanan siswa disekolah (efektivitas belajar mengajar,

kualitas program kegiatan dalam menuhi kebutuhan dan minat siswa), serta

kepemimpinan dan manajemen sekolah. Kepengawasan merupakan kegiatan

atau tindakan pengawasan dari seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab

dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang atau

satuan pendidikan yang dibina. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut

pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan

pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan. Pengawasan perlu

dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara

berkesinambungan pada sekolah yang diawasinya.

        Indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat dari pada

setiap komponen pendidikan antara lain : Mutu lulusan, kualitas guru,

kepala sekolah, staf sekolah (tenaga adminstrasi, laboran dan teknisi, tenaga

perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan

sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen lainnya.

Ini berarti melalui pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja

sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan. Itulah sebabnya kehadiran
36

        pengawas sekolah harus menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu

        pendidikan, agar bersama guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya

        berkolaborasi membina dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah

        yang menjadi binaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

                 Kiprah supervisor menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu

        pendidikan di sekolah dapat divisualisasikan tanpak bahwa hakikat

        pengawasan memiliki empat dimensi, menurut Majalah Forwas37 ”Yaitu :

        a.   Support
             Dimensi ini menunjukan pada hakikat kegiatan pengawasan yang
             dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mendukung (support)
             kepada pihak sekolah untuk mengevaluasi diri kondisi existingnya.
             Oleh karena itu supervisor bersama pihak sekolah dapat melakukan
             analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta peluang sekolahnya
             untuk mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.
        b.   Trus
             Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawas yang dilakukan
             oleh supervisor itu harus mampu membina kepercayaan (trust)
             stakeholder pendidikan dengan menggambarkan profil dinamika
             sekolah masa depan yang lebih baik dan menjanjikan.
        c.   Challenge
             Dimensi ini menunjuk pada hakekat kepengawasan yang dilakukan
             supervisor itu harus mampu memberikan tantangan pengembangan
             sekolah kepada stakeholder pendidikan disekolah. Tantangan ini harus
             dibuat serealistis mungkin agar dapat dan mampu dicapai oleh pihak
             sekolah, berdasarkan pada situasi dan kondisi sekolah pada saat ini,
             dengan demikian stakeholder tertantang untuk bekerjasama secara
             kolaboratif dalam rangka mengembangkan mutu sekolah.
        d.   Networking and Collaboration
             Dimensi ini menunjukan pada kakekat kegiatan pengawasan yang
             dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mengembangkan jejaring
             dan berkolaborasi antar stakeholder pendidikan dalam rangka
             meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan di
             sekolah.”

                 Fokus dari keempat dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan

        dalam tiga aktivitas utama pengawasan berdasarkan Forwas (forum


37
     Majalah Forum Pengawas, Nomor 28/XII/2008, hal. 11.
37

Kepengawasan Nomor 28/XII/2008, halaman 12) yaitu : negosiasi,

kolaborasi dan networking. Negosiasi dilakukan oleh supervisor terhadap

stakeholder pendidikan dengan focus pada substansi apa yang dapat dan

perlu   dikembangkan      atau    ditingkatkan   serta   bagaimana   cara

meningkatkannya. Kolaborasi merupakan inti kegiatan supervisi yang harus

selalu diadakan kegiatan bersama dengan pihak stakeholder pendidikan di

sekolah binaannya. Hal ini penting karena muara untuk terjadinya

peningkatan mutu pendidikan ada pada pihak sekolah. Networking

merupakan inti hakikat kegiatan supervisi yang prospektif untuk

dikembangkan terutama pada era globalisasi dan cybernet teknologi seperti

sekarang ini.

         Jejaring kerja sama dapat dilakukan baik secara harisontal maupun

vertical. Jejaring kerjasama secara harisontal dilakukan dengan sesama

sekolah sejenis untuk saling bertukar informasi dan sharing pengalaman

pengembangan mutu sekolah, misalnya melalui MKP, MKKS, MGBS,

MGMP. Jejaring kerja sama secara vertiakal dilakukan baik dengan sekolah

pada arah dibawahnya sebagai pemasok siswa barunya, maupun dengan

sekolah pada jenjang pendidikan di atasnya sebagai lembaga yang akan

menerima para siswa lulusannya.

         Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini pengawas sekolah atau

pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional yang

diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang

berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan di
38

sekolah baik pengawasan dalam bidang akademik (teknis pendidikan)

maupun bidang manajerial (pengelolaan sekolah). Jabatan pengawas adalah

jabatan fungsional bukan jabatan struktural sehingga untuk menyandang

predikat sebagai pengawas haruslah sudah berstatus tenaga pendidik/guru

dan atau kepala sekolah/wakil kepala sekolah, setidak-tidaknya pernah

menjadi guru.

          Berdasarkan rumusan di atas maka kepengawasan adalah aktifitas

profesional pengawas dalam rangka membantu sekolah binaannya melalui

penilaian   dan   pembinaan     yang     terencana    dan   berkesinambungan.

Pembinaan diawali dengan mengidentifikasi dan mengenali kelemahan

sekolah     binaannya,    menganalisis      kekuatan/potensi    dan   prospek

pengembangan sekolah        sebagai     bahan untuk     menyususn program

pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya.

          Untuk itu pengawas harus mendampingi pelaksanaan dan

pengembangan program-program inovasi sekolah. Ada tiga langkah yang

harus ditempuh pengawas dalam menyusun program kerja agar dapat

membantu sekolah mengembangkan program inovasi sekolah.

Ketiga langkah tersebut adalah :

a)   Menetapkan      standar/kriteria    pengukuran     performasi    sekolah

     (berdasarkan evaluasi diri sekolah).

b) Membandingkan hasil tampilan performansi itu dengan ukuran dan

     kriteria/benchmerk yang telah direncanakan, guna menyusun program

     pengembangan sekolah.
39

c)   Melakukan        tindakan        pengawasan         yang        berupa

     pembinaan/pendampingan untuk memperbaiki implementasi program

     pengembangan sekolah.

        Dalam melaksanakan kepengawasan, ada sejumlah prinsip yang

dapat dilaksanakan pengawas agar kegiatan kepengawasan berjalan efektif.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain : Trust, artinya kegiatan kepengawasan

dilaksanakan     dalam pola hubungan kepercayaan antara pihak sekolah

dengan pihak pengawas sekolah sehingga hasil kepengawasannya dapat

dipercaya. Realistic, artinya kegiatan pengawasan dan pembinaannya

dilaksanakan berdasarkan data eksisting sekolah. Utility, artinya proses dan

hasil pengawasan harus bermuara pada manfaat bagi sekolah untuk

mengembangkan mutu dan kinerja sekolah binaannya. Supporting,

Networking dan collaborating, artinya seluruh aktivitas pengawas pada

hakikatnta merupakan dukungan terhadap upaya sekolah menggalang

jejaring kerja sama secara kolaboratif dengan seluruh stakeholder. Testable,

artinya hasil pengawasan harus mampu menggambarkan kondisi kebenaran

objektif dan siap diuji ulang atau dikonfirmasi pihak manapun.

        Prinsip-prinsip di atas digunakan pengawas dalam rangka

melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pengawas/supervisor

pendidikan pada sekolah yang dibinanya. Dengan demikian kehadiran

pengawas di sekolah bukan untuk mencari kesalahan sebagai dasar untuk

memberi hukuman akan tetapi harus menjadi mitra sekolah dalam membina

dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah sehingga secara bertahap
40

kinerja sekolah semakin meningkat menuju tercapainya sekolah yang

efektif.

           Prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilaksanakan dengan tetap

memperhatikan kode etik pengawas satuan pendidikan. Kode etik yang

dimaksud minimal berisi sembilan hal berikut ini :

1) Dalam melaksanakan tugasnya pengawas satuan pendidikan senantiasa

     berlandaskan Iman dan Taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu

     pengetahuan dan teknilogi.

2) Pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam

     mengemban tugas sebagai pengawas.

3) Pengawas satuan pendidikan memiliki pengabdian yang tinggi dalam

     menekuni tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas.

4) Pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab

     dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas.

5) Pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nama baik profesi

     pengawas.

6) Pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja

     dalam melaksanakan tugas profesional pengawas.

7) Pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadaan dirinya

     sebagai supervisor profesional dan tokoh yang diteladani.

8) Pengawas satuan pendidikan sigap dan trampil dalam menanggapi dan

     membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi stakeholder

     sekolah binaannya.
41

9) Pengawas satuan pendidikan memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang

     tinggi, baik terhadap stake holder sekolah binaannya maupun terhadap

     koleganya.



2.5. Prinsip-Prinsip Supervisi Pengawas

         Masalah      yang   dihadapi     dalam   melaksanakan      supervisi

dilingkungan pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang

bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif.

Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa

aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri.

Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang

objektif. Bila demikian, maka prinsip-prinsip yang dilaksanakan adalah :

a.   Prinsip ilmiah

     Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut :

     1) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang

         diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.

     2) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti

         angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.

     3) Setiap kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis, berencana

         dan kontinyu.

b.   Prinsip Demokratis

         Layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan

     hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru

     merasa    aman      untuk   mengembangkan       tugasnya.    Demokratis

     mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru,
42

              bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa

              kesejawatan.

        c.    Prinsip Kerja sama

                   Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah Supervisi

              Sharing of idea, sharing of experience, memberi support, mendorong,

              menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama/

        d.    Prinsip konstruktif dan kreatif

                   Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan

              potensi kreatifitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja

              yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.



        2.6. Metode dan teknik supervisi pengawas

                   Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan

        potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device)

        dan teknik supervisi. Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan

        dalaam dua macam alat atau teknik. Menurut John Minor Gwy yang dikutif

        Sahertian teknik yang bersifat individual, yaitu ”Teknik yang dilaksanakan

        untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok,

        yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.”38

        Metode dan Teknik Supervisi

                   Tugas pengawas satuan pendidikan ketika melaksankan tugas

        pengawasnya, haruslah memahami metode dan teknik supervisi akademik

        agar kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dengan baik dan hasil


38
     Sahertian op, cit, hal. 52.
43

pembinaannya mencapai tujuan. Ada beberapa metode dan teknik supervisi

yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara

yang bersifat individual dan kelompok :

a.   Teknik yang bersifat individual

     1) Perkunjungan kelas

                Perkunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala

     sekolah, pengawas datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di

     kelas. Tujuan perkunjungan kelas adalah untuk memperoleh data

     mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data itu

     superisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang

     dihadapi     guru-guru.    Pada   kesempatan     itu   guru-guru   dapat

     mengemukakan pengalaman-pengalaman yang berhasil dan hambatan-

     hambtan yang dihadapi serta meminta bantuan, dorongan dan mengikut

     sertakan.

         Ada tiga macam perkunjungan kelas yaitu :

         a)     Perkunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation),

                Supervisor tiba-tiba datang ke sekolah tanpa diberitahukan

                lebih dahulu.

         b) Perkunjungan dengan cara memberi tahu lebih dahulu

                (announced visitation), biasanya supervisor telah memberikan

                jadwal perkunjungan sehingga guru-guru tahu pada hari dan

                jam berapa ia akan dikunjungi.

         c)     Perkunjngan atas undangan guru (visit open invitation),

                perkunjungan seperti ini akan lebih baik. Oleh karena itu guru
44

         punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan

         membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan

         pengalaman baru dari hal perjumpaannya dengan supervisor.

2) Observasi kelas

         Observasi kelas secara sederhana dapat diartikan melihat dan

memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Observasi

kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap

proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Ada dua macam

observasi kelas yaitu observasi lnagsung dan observasi tidak langsung.

Observasi langsung dengan menggunakan alat observasi, supervisor

mencatat absen       yang dilihat pada saat guru sedang mengajar,

sedangkan observasi tidak langsung yaitu orang yang diobservasi

dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahuinya

(biasanya dilakukan dalam laboraturium untuk pengajaran mikro).

    Adapun tujuan observasi adalah :

    a)   Untuk memperoleh data yang subyektif mungkin sehingga

         bahan yang diperolah dapat digunakan untk menganalisis

         kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha

         memperbaiki hal belajar mengajar.

    b) Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu

         untuk mengubah cara-cara mengajar kearah yang lebih baik.

    c)   Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan

         pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.
45

3) Percakapan Pribadi (individual conference)

         Individual conference atau percakapan pribadi antara seorang

supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan itu kedua-duanya

berusaha berjumpa dalam pengertian tentang mengajar yang baik. Yang

dipercayakan adalah usaha-usaha untuk memecahkan problema yang

dihadapi oleh guru. Salah satu yang penting dalam supervisi adalah

individual conference, sebab dalam individual conference seorang

supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam

memecahkan problema-problema pribadi yang berhubungan dengan

jabatan mengajar (personal and professional problem) misalnya,

pemilihan dan pemakaian alat-alat pelajaran tentang penantuan dan

penggunaan metode mengajar dan sebagainya.

    Adapun tujuan individual conference atau percakapan pribadi :

    a)   Terutama      sekali   untuk     memberikan      kemungkinan

         pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan-

         kesulitan yang dihadapi.

    b) Memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik

         lagi.

    c)   Memperbaiki      kelemahan-kelemahan       dan    kekurangan-

         kekurangan     yang    sering   dialami   oleh   guru   dalam

         melaksanakan tugasnya di sekolah.

    d) Menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang bukan

         bukan.
46

4) Saling mengunjungi kelas (intervisation)

          Saling mengunjungi kelas dapat juga digolongkan sebagai

teknik supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang

satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu

sendiri. Dengan mengunjungi kelas ini diharapan guru akan

memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya melalui

pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya.

          Adapun mengunjungi kelas dapat berhasil dengan baik

dan bermanfaat, maka harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara

lain :

     a)   Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan

          sebaik-baiknya.   Diupayakan    agar   mencari   guru   yang

          berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman

          baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.

     b) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.

     c)   Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan

          kelas.

     d) Pengawas hendaknya mengikuti cara ini dengan cermat.

          Amatilah apa-apa yang ditamapilkan secara cermat, dan

          mencatatnya pada format-format tertentu.

     e)   Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas, misalnya

          dengan percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-

          tugas tertentu.
47

         f)   Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan,

              yaitu dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang

              dihadapi.

         g) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan

              antar kelas berikutnya.

     5) Menilai diri sendiri

              Salah satu tugas yang tersukar bagi guru-guru adalah melihat

     kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk

     mengukur kemampuan mengajarnya, disamping menilai murid-murid,

     juga penilian terhadap diri sendiri merupakan teknik yang dapat

     membantu guru dalam pertumbuhannya.

         Tipe dari alat ini yang dapat digunakan antara lain berupa :

         a)   Suatu daftar pandangan/pendapat yang disampaikan kepada

              murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas.

              Biasanya disusun dalam bentuk bertanya baik secara tertutup

              maupun secara terbuka dan tidak perlu memakai nama.

         b) Menganalisis tes-tes terhadap unit-unit kerja.

         c)   Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan (record)

              baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara

              kelompok.

b.   Teknik supervisi kelompok

         Teknik supervisi kelompok adalah suatu teknik yang digunakan

untuk dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru

dalam suatu kelompok.
48

              Teknik supervisi kelompok ada beberapa diantaranya adalah :

     1) Pertemuan orientasi bagi guru-guru 2) Panitia penyelenggara 3) Rapat

     guru 4) Diskusi sebagai proses kelompok 5) Tukar menukar pengalaman 6)

     Lokakarya (workshop) 7) Diskusi panel 8) Seminar 9)Demonstrasi

     mengajar 10) Buletin supervisi 11) Laboraturium kurikulum.

              Berdasarkan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa

     pada dasarnya supervisi pengawas adalah layanan, bantuan, pembinaan

     yang diberikan pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru dalam

     rangka   memberikan jalan keluar terhadap berbagai permasalahan tugas

     sehari-hari   di   sekolah   dalam   usaha   meningkatkan    mutu   proses

     pembelajaran, meliputi 3 dimensi : a) dimensi peran supervisi pengawas

     yang terdiri dari 5 indikator, yaitu : 1) bantuan kepada kepala sekolah

     memecahkan persoalan akademik, 2) bantuan kepada guru, 3) pembinaan

     kepada guru, 4) memupuk semangat kepala sekolah, 5) pembinaan

     pengelolaan administrasi sekolah b) dimensi karakteristik supervisi

     pengawas terdiri dari 3 indikator yaitu : 1) pengalaman supervisi,      2)

     musyawarah supervisi,        3)   peningkatkan kualitas kepemimpinan, c)

     dimensi pelaksanaan supervisi 2 indikator yaitu : 1) peningkatan kualitas

     pendidikan, 2) kerja sama.



3.   Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

     3.1. Pengertian Kepemimpinan

              Dalam setiap kegiatan manusia yang beranggotakan orang-orang

     dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan selalu membutuhkan
49

        kepemimpinan, demikian juga dalam suatu organisasi keberadaan pimpinan

        sangat penting. Keberhasilan dari sebagian besar organisasi ditentukan oleh

        kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi

        amanah untuk memimpin organisasi, yaitu kemampuan mempengaruhi

        bawahan agar bekerja sesuai dengan tujuan yang ditentukan organisasi.

                  Orang yang menjalankan proses kepemimpinan disebut pemimpin

        sedangkan orang yang dipimpin disebut anggota atau pengikut. Dalam

        berbagai tindakannya seorang pemimpin mempengaruhi anggota, karena itu

        peran pemimpin sangat signifikan dalam menentukan arah dan kualitas

        kehidupan manusia, baik dalam keluarga maupun organisai dan masyarakat

        serta negara pada suatu bangsa, bahkan proses kepemimpinan dapat

        berlangsung di mana saja dan setiap waktu.

                  Menurut pendapat Yukl39 ”Kepemimpinan adalah proses untuk

        mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang

        perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta

        proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai

        tujuan bersama.”

                  Dalam kepemimpinan ini mencakup upaya yang tidak hanya

        mempengaruhi dan memfasilitasi pekerjaan kelompok atau organisasi yang

        sekarang tetapi dapat juga digunakan untuk memastikan bahwa semuanya

        dipersiapkan untuk memenuhi tantangan di masa depan. Dan kepemimpinan

        dipandang baik sebagai peran khusus dan proses pemberian pengaruh secara


39
     Gary Yukl, 2009, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta : PT. Indeks, hal. 8.
50

             sosial. Setiap orang dapat memerankannya misalnya kepemimpinan dapat

             dilakukan bersama atau didistribusikan, tetapi beberapa pembedaan peran

             diasumsikan terjadi dalam berbagai kelompok atau organisasi. Baik proses

             rasional maupun emosional ditinjau sebagai aspek yang esesnsisal dalam

             kepemimpinan. Tidak ada asumsi yang dilakukan atas hasil aktual dari

             proses pengaruh, karena evaluasi harus sangat sulit dilakukan dan sangat

             subyektif.

                         Menurut Adair40” Kepemimpinan adalah seni memengaruhi

             sekelompok orang untuk mengikuti suatu alur kegiatan, seni mengendalikan

             mereka, mengarahkan mereka, dan membuat mereka mengeluarkan potensi

             terbaik.”

                         Kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi bawahan dan

             berkaitan dengan manajem untuk menggerakkan orang-orang agar dapat

             bekerja dengan segenap potensi yang dimiliki dalam mencapai tujuan

             organisisi.

                         Menurut Robbins41 ”Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk

             mempengaruhi sebuah kelompok untuk mencapai suatu visi atau

             serangkaian tujuan tertentu.” Selanjutnya menurut Hampton42 menegaskan

             bahwa ”Kepemimpinan merupakan kreativitas kesanggupan mempengaruhi

             dan memotivasi pihak lain dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam

             kreativitas seni pemimpin adalah seni membangun lembaga, mengerjakan


     40
          John Adair, 2007, Cara menumbuhkan Pemimpin, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, hal
15
     41
          Stephan P. Robbin, 2007,, Organization Behavior, Jakarta : Salemba Empat, hal. 48.
     42
          David R. Hampton, 1993, Management, New York : McGraw-Hill Book Campany, hal. 449
51

         orang dan teknologi, mengatur serta mempertahankannya.” Maka kaitan

         dengan kepemimpinan kepala sekolah di sini adalah kemampuan kepala

         sekolah dalam mempengaruhi,           memotivasi, memberikan contoh dan

         teladan terhadap guru dalam mencapai tujuan pendidikan.

                  Yang perlu diingat bahwa pemimpin menjadi pemberi inspirasi,

         motivasi, dorongan, penggerak dan semangat serta gagasan baru, hal ini

         sependapat dengan Wirawan43 bahwa ” Inovasi merupakan kemampuan

         untuk menerapkan ide-ide baru untuk memecahkan masalah yang dihadapi

         mencapai peluang atau memproduksi produk baru.” Untuk mencapai tujuan,

         pemimpin mengadakan dan memanfaatkan hal-hal yang dapat membantu

         bawahan. Hal-hal tersebut adalah dapat berupa sarana bendawi seperti alat-

         alat, modal, tanah, kendaraan, gedung dapat pula berupa sarana non

         bendawi seperti peraturan, cita-cita yang dicanangkan, instruksi yang

         dikeluarkan dan lain-lain.

                  Selanjutnya    menurut     Lester    yang    dikutif   oleh    Timpe,

         ”Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang

         dengan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat dan bersemangat untuk

         bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.”44 Dalam kepemimpinan

         terdapat tiga unsur penting, yaitu : 1) keterlibatan orang lain, 2) kekuasaan,

         dan 3) pengaruh.45 Titik sentral kepemimpinan adalah kekuasaan merupakan

         unsur penting dari inti kepemimpinan.


   43
       Wirawan, 2003, Kapita Selekta, Teori Kepemimpinan, Pengantar Untuk Praktek dan
Penelitian, Jakarta : Kerja Sama Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press, hal. 77
   44
       A. Dale Timpe, 1991, Seni dan Pengetahuan Bisnis: Kepemimpinan, terjemahan Susanto
Budidharmo, Jakarta : PT. Gramedia, hal. 181.
   45
       Ibid, hal. 294.
52

              Menurut pendapat Sanusi46 ”Kepemimpinan adalah keseluruhan

    tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha

    bersama untuk mencapai tujuan.”

              Dalam perkembangan sekarang, keberhasilan suatu organisasi

    sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-

    orang yang diangkat atau diserahi tanggung jawab sebagai pemimpin

    dimasyarakat atau dalam suatu organisasi. Para pemimpin harus memiliki

    keterampilan dan sifat-sifat yang baik sebagai syarat bagi seorang pemimpin

    dalam suatu organisasi.

              Selanjutnya menurut Syafaruddin47 “ Pemimpin adalah seorang

    yang dipercaya dengan kemampuannya diakui sebagai pemimpin ditengah-

    tengah masyarakat.” Berarti dalam setiap situasi yang bagaimanapun, proses

    kepemimpinan atau aktivitas pemimpin dapat berlangsung di industri,

    organisasi pemerintah, organisasi politik, bisnis maupun pada kegiatan

    pendidikan di sekolah.

              Kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan digambarkan

    akan memberikan perintah atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi

    pekerjaan orang lain dalam memilih atau mencapai tujuan. Kepemimpinan

    adalah Perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas

    suatu    kelompok,      ke   suatu    tujuan   yang     ingin   dicapai    bersama.

    Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif

    dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan
   46
       Achmad Sanusi, 2009, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, Bandung : Prospect,
hal. 19
    47
       Syafaruddin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta : Quantum Teaching, hal 49.
53

          untuk mencapai sasaran. Kepemimpinan adalah pengaruh antara pribadi

          yang dijalankan dalam suatu situs tertentu serta diarahkan melalui proses

          komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Menurut

          Bacal48 “Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi suatu kelompok

          yang terorganisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.”

                    Kepemimpinan adalah mereka yang secara konsisten memberikan

          kontribusi yang efektif terhadap orde social dan diharapkan serta

          dipersepsikan melakukannya. Dalam rumusan lain, kepemimpinan diartikan

          sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain berbuat

          sesuai dengan kehendak orang itu, meskipun pihak lain itu tidak

          menghendakinya. Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang

          agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka

          inginkan bersama.

                    Menurut Siagian49 menjelaskan bahwa “Kepemimpinan merupakan

          penyatupaduan dari kemampuan, cita-cita, dan semangat kebangsaan dalam

          mengatur, mengendalikan, dan mengelola sebuah organisasi.”

                    Sedangkan menurut         Sudarman Danin50 “Kepemimpinan adalah

          setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk

          mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang

          tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

          ditetapkan sebelumnya.”


   48
      Robert Bacal, 2004, Leadership Is Everyone’s Business, Kiat Sukses Menjadi Pemimpin Andal,
Yogyakarta : Pinkbooks, hal. 2.
   49
      Sondang P. Siagian, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta : PT Rineka Cipta, hal. 2
   50
      Sudarman Danin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung : Alfabeta, hal. 6.
54

                    Sebagai pemimpin lembaga organisasi sekolah, kepala sekolah

          harus memiliki kemampuan mengelola, dimana dalam mengelola organisasi

          sekolah     membutuhkan         keterampilan       kepemimpinan.        Kemampuan

          mengelola dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-

          orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna51

          merumuskan kemampuan mengelola sebagai ”Proses mempengaruhi

          kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan

          dalam situasi tertentu.”

                    Menurut Soepardi52 kemampuan mengelola sebagai ”Kemampuan

          untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan,

          menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan

          menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia

          mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan

          efesien.” Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mengelola

          sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya

          pemimpin dan karakteristik, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok

          tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi, oleh sebab itu peran kepala

          sekolah     dalam      kepemimpinannya          harus     memiliki       kemampuan

          berkomunikasi dengan baik, hal tersebut sesuai dengan pandangan

          Wirawan53 ”Bahwa pada prakteknya seorang pemimpin seperti kepala

          sekolah merupakan orang yang komunikatif dan menganggap komunikasi

          sangat menentukan keberhasilan kepemimpinannya.”

   51
      Oteng Sutisna, 1993, Adminstrasi Pendidikan : Dasar-dasar Teoritis dan Praktek Profesional,
Bandung : Angkasa, hal. 42.
   52
      Soepardi, 1988, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta : P2LPTK, hal.18
   53
      Wirawan op, cit, hal. 126.
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d

Contenu connexe

Tendances

Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruLaporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruAnwar Sari
 
Ejournal 6 kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi_karina p...
Ejournal 6 kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi_karina p...Ejournal 6 kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi_karina p...
Ejournal 6 kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi_karina p...AGUS SETIYONO
 
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasiFitriani Susiloningrum
 
Ejournal 8 penelitian_peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kiner...
Ejournal 8  penelitian_peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kiner...Ejournal 8  penelitian_peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kiner...
Ejournal 8 penelitian_peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kiner...AGUS SETIYONO
 
Proposal kajian tindakan
Proposal  kajian tindakanProposal  kajian tindakan
Proposal kajian tindakanmurshidyzila
 
Ejournal 7 pengaruh kepemimpinan kepala sekolah_sri wahyuni triwarti
Ejournal 7 pengaruh kepemimpinan kepala sekolah_sri wahyuni triwartiEjournal 7 pengaruh kepemimpinan kepala sekolah_sri wahyuni triwarti
Ejournal 7 pengaruh kepemimpinan kepala sekolah_sri wahyuni triwartiAGUS SETIYONO
 
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2SD NEGERI 1 KEBLORAN
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanNina Rahayu
 
MINAT & MOTIVASI MURID TERHADAP PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
MINAT & MOTIVASI MURID TERHADAP PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAMMINAT & MOTIVASI MURID TERHADAP PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
MINAT & MOTIVASI MURID TERHADAP PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAMSyaza Mohd Sabri
 
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahKepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahRachma Wati
 
Tugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianTugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianMuhammad Hendra
 
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalahSkripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalahPoetra Chebhungsu
 
kepentingan rekod rekod
kepentingan rekod rekodkepentingan rekod rekod
kepentingan rekod rekodNur Farhanie
 
Mengurus pembelajaran(update) grop1
Mengurus pembelajaran(update) grop1Mengurus pembelajaran(update) grop1
Mengurus pembelajaran(update) grop1dhiafaradila
 

Tendances (20)

Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruLaporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
 
Ejournal 6 kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi_karina p...
Ejournal 6 kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi_karina p...Ejournal 6 kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi_karina p...
Ejournal 6 kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi_karina p...
 
Bk2
Bk2Bk2
Bk2
 
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
 
Ejournal 8 penelitian_peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kiner...
Ejournal 8  penelitian_peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kiner...Ejournal 8  penelitian_peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kiner...
Ejournal 8 penelitian_peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kiner...
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Proposal kajian tindakan
Proposal  kajian tindakanProposal  kajian tindakan
Proposal kajian tindakan
 
Ejournal 7 pengaruh kepemimpinan kepala sekolah_sri wahyuni triwarti
Ejournal 7 pengaruh kepemimpinan kepala sekolah_sri wahyuni triwartiEjournal 7 pengaruh kepemimpinan kepala sekolah_sri wahyuni triwarti
Ejournal 7 pengaruh kepemimpinan kepala sekolah_sri wahyuni triwarti
 
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
Ks 01. manajemen kepemimpinan sekolah-2
 
Panduan ptk 2016
Panduan ptk 2016Panduan ptk 2016
Panduan ptk 2016
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikan
 
Full assignment
Full assignmentFull assignment
Full assignment
 
MINAT & MOTIVASI MURID TERHADAP PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
MINAT & MOTIVASI MURID TERHADAP PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAMMINAT & MOTIVASI MURID TERHADAP PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
MINAT & MOTIVASI MURID TERHADAP PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
 
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolahKepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah
 
Tugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianTugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitian
 
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalahSkripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
 
kepentingan rekod rekod
kepentingan rekod rekodkepentingan rekod rekod
kepentingan rekod rekod
 
Laporan observasi
Laporan observasiLaporan observasi
Laporan observasi
 
Proposal pkn sela
Proposal pkn selaProposal pkn sela
Proposal pkn sela
 
Mengurus pembelajaran(update) grop1
Mengurus pembelajaran(update) grop1Mengurus pembelajaran(update) grop1
Mengurus pembelajaran(update) grop1
 

Similaire à Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d

Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02Slamet Suprihanto
 
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiTugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiDanajaya Mahmudz
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)Mulyati Rahman
 
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAMHAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAMGalih Nurhavis
 
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docREVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docDelianaDeliana6
 
INP082220220711.ppt
INP082220220711.pptINP082220220711.ppt
INP082220220711.pptBulqiaMasud1
 
Pts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapanggaPts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapanggaAnwar Sari
 
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbb
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbbJurnal kompetensi guru_dalam_pbb
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbbabdul roup
 
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptPeranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptZOLKEPLEBINIBRAHIMIP1
 
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdfJurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdfYuni Iswanti
 
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdfJurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdfYuni Iswanti
 
5. ASESMEN SMK.pptx
5. ASESMEN SMK.pptx5. ASESMEN SMK.pptx
5. ASESMEN SMK.pptxBsIsmail1
 

Similaire à Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d (20)

Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
 
1 sm
1 sm1 sm
1 sm
 
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiTugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
 
pkg umum3
pkg umum3pkg umum3
pkg umum3
 
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAMHAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HAKIKAT GURU DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
 
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docREVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
 
Mulyati supervisi 1
Mulyati supervisi 1Mulyati supervisi 1
Mulyati supervisi 1
 
Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1
 
3. bab i
3. bab i3. bab i
3. bab i
 
INP082220220711.ppt
INP082220220711.pptINP082220220711.ppt
INP082220220711.ppt
 
Pts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapanggaPts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapangga
 
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbb
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbbJurnal kompetensi guru_dalam_pbb
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbb
 
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptPeranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
 
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdfJurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
 
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdfJurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
Jurnal Tesis Yuni Iswanti.pdf
 
Tugas dan tanggung jawab guru
Tugas dan tanggung jawab guruTugas dan tanggung jawab guru
Tugas dan tanggung jawab guru
 
Jurnal pts
Jurnal ptsJurnal pts
Jurnal pts
 
5. ASESMEN SMK.pptx
5. ASESMEN SMK.pptx5. ASESMEN SMK.pptx
5. ASESMEN SMK.pptx
 
PPT RKT 2023.pptx
PPT RKT 2023.pptxPPT RKT 2023.pptx
PPT RKT 2023.pptx
 

Dernier

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Dernier (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang dapat dikatakan sebagai wadah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah tergantung pada sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata usaha dan tenaga kependidikan lainnya, selain itu harus didukung pula oleh sarana prasarana yang memadai. Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan kualitas manusia dan seluruh masyarakat Indonesia yang maju, modern, berdasarkan Pancasila maka dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggarakannya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggara proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan profesionalismenya sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru merupakan salah satu kompenen mikro sistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan di sekolah.menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 20031, “Tentan Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : 1 Depdiknas, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 1
  • 2. 2 1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. 2. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.” Guru memiliki peran yang penting, merupakan posisi strategis dan bertanggung jawab dalam pendidikan nasional. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan kepada siswa. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru merupakan pemegang peran utama, karena secara teknis dapat menterjemahkan proses perbaikan sistem pendidikan dalam suatu kegiatan di kelas. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas- tugas yang ditandai dengan keahlian pada penguasaan materi maupun metode. Selain itu juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat bangsa dan negara. Guru yang profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelolah dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan
  • 3. 3 interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai mahluk beragama yang perilakuknya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral. Lebih lanjut Udin Syaefudin Saud2, ”Guru profesional ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mempunyai kometmen pada pada proses belajar siswa. 2. Menguasai secara mendalam materi pelajaran dan cara mengajarkanya. 3. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. 4. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya yang memungkinkan mereka untuk selalu meningkatkan profesionalisme- nya.” Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai jabatan profesional yang dituntut untuk berkinerja seoptimal mungkin berdasarkan kompetensi dan profesionalisme bidangnya, kepala sekolah sangat berperan didalamnya, dengan memberikan kesempatan dan peluang serta mengarahkan dan membimbing yang maksimal dan berkesinambungan, terhadap guru sebagai stafnya, maka kinerja guru yang optimal dapat terwujud. Kinerja guru merupakan konsep yang sangat penting untuk diperhatikan oleh kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat mendorong kinerja individu dan kelompok yang akan meningkatkan efektifitas organisasi. Setiap individu mempunyai kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. 2 Udin Syaefudin Saud, 2009, Pengembangan Profesi Guru, Bandung : Alfabeta, hal. 97
  • 4. 4 Hasil pengamatan di lapangan, pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu, diketahui : a. Masih ada guru yang belum membuat perangkat pembelajaran (silabus dan RPP), proses pembelajaran belum menggunakan RPP, kurang maksimal dalam proses pembelajaran, kurang menggunakan alat peraga dan media pembelajaran, metode mengajar tidak bervariasi, tidak tertib melakukan evaluasi. b. Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya belum melaksanakan pengawasan secara intensif kepada guru, disebabkan kurang kompetensi supervisi dan kurang menguasai fungsi supervisi yang harus dilaksanakannya. Pada hal agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik diperlukan adanya supervisi dari atasan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di organisasi pendidikan formal tersebut atau di lingkungan dimana kepala sekolah tersebut di tugaskan. Pentingnya supervisi dilakukan karena kenyataan seseorang tidak selamanya akan bekerja dengan baik jika tidak adanya pengontrolan atau pemantau dalam pelaksana pekerjaan tersebut. Untuk itu pengawas dan kepala sekolah perlu melaksanakan supervisi dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Made Pidarta3 ”Jarang ada manusia yang berbakti sungguh-sungguh terhadap tugasnya. Karena itulah dibutuhkan kontrol/supervisi agar pelaksanaan tidak menyimpang secara berarti dengan rencana yang telah ditentukan.” 3 Made Pidarta, 1977, Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 15.
  • 5. 5 c. Program supervisi pengawas, dari hasil wawancara di lapangan dengan kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa masih ada pengawas yang belum meyusun program tahunan maupun pogram semester dengan baik. Program supervisi berisikan kegiatan supervisi manajerial dan supervisi akademik, yang akan dijalankan untuk memperbaiki kinerja kepala sekolah dan guru. Setiap pengawas sekolah menyusun program pengawasan, yang terdiri atas program tahunan untuk seluruh sekolah binaan dan program semester untuk masing-masing sekolah. d. Teknik dan metode kepengawasan, dari hasil wawancara di lapangan terhadap kepala-kepala sekolah diperoleh keterangan bahwa masih ada pengawas yang belum menggunakan teknik dan metode kepengawasan dengan baik terhadap kepala sekolah dan guru, sehingga dapat mempengaruhi kerja guru. Supervisi sebagai upaya membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran, maka pembinaan guru melalui supervisi dilaksanakan berdasarkan teknik dan metode kepengawasan yang tepat. e. Guru SMP N Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu belum dapat menunjukan model pembelajaran yang kontekstual sehingga pembelajaran yang dilaksanakan sangat membosankan, tidak ada variasi, tidak kreativitas, sehingga siswa cenderung pasif dan hasil yang diharapkan belum maksimal. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas masih belum efektif, terlihat dalam proses pembelajaran, guru tidak menggunakan alat peraga dan media pembelajaran, kadang kala tidak memberikan evaluasi setelah selesai
  • 6. 6 kompetensi dasar dan kurang tepat menggunakan waktu, dan kurang memberi kesempatan atau mengajak peserta didik untuk tanya jawab. f. Standar Kompetensi Pengawas. Di daerah Kabupaten Kapuas Hulu merupakan daerah yang relatif luas dengan kondisi sekolah yang tersebar di 23 kecamatan. Dengan jumlah pengawas yang masih sedikit sampai saat ini masih ada pengawas belum memenuhi syarat kompetensi pengawas. g. Rendahnya Kompetensi Kepala Sekolah. Dari data yang diperoleh pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kapuas Hulu masih sedikit kepala sekolah yang sering mengikuti pelatihan-pelatihan. h. Diklat Manajemen Kepala Sekolah. Dari penelitian pendahuluan menunjukkan baru sedikit kepala sekolah mengikuti diklat manajemen kepala sekolah. i. Kualifikasi Kepala Sekolah. Dari 9 sekolah yang menjadi objek penelitian, tingkat kualifikasi kepala sekolah masih rendah. Terlihat 5 orang kepala sekolah masih berpendidikan D III, 3 kepala sekolah berpendidikan S1 dan 1 orang kepala sekolah berpendidikan S2 sehingga masih banyak yang belum memenuhi standar minimal pendidikan bagi kepala sekolah yang sekurang-kurangnya berpedidikan S1. j. Kompetensi Guru. Dari data yang kami peroleh menunjukkan bahwa banyak guru-guru yang belum memenuhi standar kompetensi terlihat dari 65 guru yang ada baru 21 guru yang memenuhi standar kompetensi yaitu berpendidikan S1. Sedangkan yang lainnya masih berpendidikan diploma.
  • 7. 7 k. Diklat Guru. Dari penelitian pendahuluan menunjukkan baru sedikit guru- guru yang mengikuti pendidikan dan latihan guru sesuai bidang studinya masing-masing. l. Sarana dan Prasarana Sekolah. Dari 9 sekolah yang menjadi tempat penelitan, kondisinya berbeda-beda tingkat kepemilikan sarana prasarana. Terlihat 1 sekolah sudah memiliki sarana prasarana yang lengkap baik laboratorium IPA, laboratorium Komputer, laboratorium Bahasa dan perpustakaan. Ada 2 sekolah baru memiliki laboratorium IPA dan perpustakaan. Sedangkan yang lainnya belum memiliki laboratorium maupun perpustakaan. Dari kenyataan tersebut di atas diasumsikan bahwa guru SMP N Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu belum memiliki kinerja yang baik, dan dapat dikatakan bahwa penyebabnya adalah karena kelemahan dalam kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksankan peran dan fungsinya sebagai pemimpin. Kepala sekolah kurang dapat mengarahkan guru-guru dan kurang sekali memberikan pembinaan terhadap kinerja guru. Guru sebagai pendidik dan pengajar tidak dapat dilepas begitu saja, tetapi guru masih harus banyak diberi pembinaan, pengarahan dan motivasi serta pengawasan. Agar guru mau memperbaiki diri dan mau untuk belajar lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan keterampilan guna mendukung kompetensinya. Selain itu kepemimpinan kepala sekolah harus ditingkatkan guna memperbaiki guru, terutama sumber daya manusia agar lebih berkualitas. Karena pada hakekatnya guru adalah manusia yang lemah dan tidak
  • 8. 8 lepas dari berbagai kealfaan dan kehilafan, karena itu perlu adanya yang mengingat melalui supervisi pengawas dan supervisi kepala sekolah. Selanjutnya faktor lain yang berpengaruh seperti sarana prasarana tidak memadai, alat peraga dan media pembelajaran masih kurang, buku pelajaran masih kurang, perpustakaan sebagai penunjang dalam belajar masih kurang memadai, disisi lain guru belum seluruhnya mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan- pelatihan serta komite sekolah belum berfungsi maksimal sebagai kontrol, ini semua disebabkan kepemimpinan kepala sekolah yang belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti supervisi pengawas dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah hubungannya dengan kinerja guru pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah- masalah sebagai berikut : 1. Program supervisi pengawas, penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa dari 7 pengawas yang ada, 5 pengawas sudah melaksanakan program supervisi, 2 pengawas belum melaksankan program supervisi. 2. Teknik dan metode kepengawasan, penelitian pendahuluan meyimpulkan bahwa 7 pengawas yang ada, 4 pengawas sudah melaksanakan teknik dan metode dengan baik, 3 pengawas belum melaksanakan teknik dan metode dengan baik.
  • 9. 9 3. Kompetensi pengawas belum memenuhi standar, dari 7 pengawas yang ada 5 pengawas sudah kompeten, 2 pengawas belum sertifikasi. 4. Kompetensi kepala sekolah masih rendah, dari 9 kepala sekolah yang ada 6 kepala sekolah sudah disertifikasi, sedangkan 3 kepala sekolah belum disertifikasi. 5. Kualifikasi pendidikan kepala sekolah masih rendah, dari 9 kepala sekolah yang ada, 1 kepala sekolah sudah S2, 3 kepala sekolah S1, 5 kepala sekolah masih D III. 6. Pelatihan manajemen kepala sekolah, penelitian pendahuluan menyimpulkan, dari 9 kepala sekolah yang ada, 4 kepala sekolah sudah mengikuti pelatihan, 5 kepala sekolah belum mengikuti pelatihan. 7. Kompetensi guru belum memenuhi standar, dari 65 guru yang ada, 21 guru sudah kompeten, 44 guru belum disertifikasi. 8. Kurangnya pelatihan pembelajaran bagi guru-guru, dari 65 guru yang ada, baru 24 guru yang mengikuti pelatihan, 41 guru belum dilatih. 9. Fasilitas belajar masih kurang, dari 9 sekolah yang ada, baru 1 sekolah memiliki laboraturium IPA, dan 3 sekolah memiliki laboraturium komputer, sedangkan yang lainnya belum memiliki. 10. Belum semua guru melakukan perencanaan sebelum proses pembelajaran berlangsung. 11. Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran belum optimal. C. Pembahasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana disebutkan di atas, keterbatasan saran prasarana, maka penelitian ini dibatasi hanya pada supervisi
  • 10. 10 pengawas dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah hubungannya dengan kinerja guru pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah- masalah yang dicari pemecahannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Sejauhmana hubungan supervisi pengawas dengan kinerja guru pada SMP Negeri Kecamtan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. 2. Sejauhmana hubungan kualitas kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. 3. Sejauhmana hubungan supervisi pengawas dan kualitas kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru pada SMP Negeri Kecamatan Putussibau Selatan dan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu. E. Kegunaan Hasil Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kapuas Hulu, sebagai pengambil kebijakan, penelitian ini merupakan sumber masukan positif dalam mendorong terwujudnya manajemen pendidikan yang baik disekolah.
  • 11. 11 2. Bagi kepala sekolah penelitian ini menjadi masukan dalam upaya meningkatkan kualitas kepemimpinan dan kinerja guru 3. Bagi guru, dapat dipergunakan sebagai landasan untuk menentukan langkah-langkah dan usaha dalam rangka meningkatkan kinerja sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan 4. Bagi peneliti, dapat bermanfaat sebagai penelitian dasar untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan kepemimpinan, supervisi dan kinerja guru. 5. Bagi pembaca, dapat menambah khasanah ilmu pendidikan.
  • 12. 12 BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Kinerja Guru 1.1. Pengertian Kinerja Menurut pendapat Wirawan4 ”Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.” Menurut Mangkunegara5 ”Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggang jawab yang diberikan kepadanya.” Menurut Suharsaputra6 ”Kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu.” Kinerja seseorang akan tampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4 Wirawan, 2009, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi dan Penelitian, Jakarta : Salemba Empat, hal. 5. 5 A. A. Anawar Prabu Mangku Negara, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal. 67. 6 Uhar Suharsaputra, 2010, Administrasi Pendidikan, Bandung : Refika Aditama, hal. 145. 12
  • 13. 13 Menurut Wibowo7 ” Pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.” Sedangkan menurut ”Murray Ainsworth et.el Basically, it (performance) means an outcome-a result. It is the end point of people, resources and certain environment being brought together, with intention of producing certain things, whether tangible product or less tangible service. To the extent that this interaction result in an out come of the desired level and quality, at agreed cost levels, perpormance will be judged as satisfaktory, good, or excellent. To the extent that the outcome is disappointing, for whatever reason, performance will be judged as poor or deficient.”8 Menurut Fattah ”Pengertian kinerja merupakan prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.”9 Menurut Nawawi10 ”Mengemukakan kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor yang terdiri dari : a. Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Faktor ini mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya. b. Pengalaman, yang tidak sekadar berarti jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu bidang tertentu. c. Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti, minat, bakat, kemampuan kerja sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan.” Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi bagaimana proses kerja berlangsung atau cara 7 Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 2. 8 http : www. Com/Browse/Bookdetail/24595/Managing Performance Managing People, html 9 http : www. Com/Ekonomi Pembiayaan Pendidikan-p-8859, html. 10 Hadari Nawawi, 2006, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri,Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal. 64-65.
  • 14. 14 bekerja. Di dalamnya terdapat tiga unsur penting yang terdiri dari : 1) unsur kemampuan, 2) unsur usaha dan 3) unsur kesempatan, yang bermuara pada hasil kerja yang dicapai. Dengan demikian berarti seseorang yang memiliki kemampuan yang tinggi dibidang kerjanya hanya akan sukses apabila memiliki kesediaan melakukan usaha yang terarah pada tujuan organisasi atau perusahaan. Selanjutnya kemampuan dan usaha tidak akan cukup apabila tidak ada kesempatan untuk sukses, baik yang diciptakan sendiri maupun yang diperoleh dari pihak lain, khususnya dari pihak atasan atau pimpinan. Menurut Sedarmayanti ” Kinerja menunjuk pada ciri-ciri atau indikator sebagai berikut : Kinerja dalam suatu organisasi dapat dikatakan meningkat jika memenuhi indikator-indikator antara lain : kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kecakapan dan komunikasi yang baik.”11 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kinerja merupakan kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seseorang guru untuk memperoleh hasil kerja yang optimal sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, sangat menentukan dalam proses pembelajaran, dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah. 11 http : //www. Com/Browse/bookdetail/65349, Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran, html.
  • 15. 15 Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah. Kinerja guru menurut Sudirman yang dikutif AKSI dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang dikenal dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan pengayaan/penunjang bidang studi. 2. Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remidial 3. Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar 4. Menggunakan media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan mendukung pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, atau laboraturium secara baik sesuai dengan kebutuhan. 5. Menguasai landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar. 6. Mengelola interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta didik. Keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat atau teknologi pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan 7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk memenuhi potensi siswa, menganalisis, dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi setiap siswa 8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peranan program ini untuk kepentingan proses belajar mengajar
  • 16. 16 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan administatif seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa. 10. Memahami prinsip-prinsip dan menapsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.12 Kinerja guru merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan standar dan ukuran penilaian yang ditetapkan. Standar dan alat ukur tersebut merupakan indikator untuk menentukan apakah seorang guru berkinerja tinggi atau rendah. Berdasarkan sifat dan jenis pekerjaannya, standar tersebut berfungsi pula sebagai alat ukur pertanggungjawaban. Menurut Dharma13 ”Manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan.” Dengan demikian manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat tercapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek maupun panjang. Selanjutnya menurut Sianipar ”Manajemen kinerja adalah proses pemahaman apa yang harus dicapai dengan menyatukan tujuan organisasi 12 AKSI, 2006, Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Sumedang : Alqaprint Jatinangor, hal. 75. 13 Surya Dharma, 2009, Manajemen Kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 25.
  • 17. 17 dengan tujuan individu dan bagaimana cara mengatur aktivitas dan sumber daya yang tepat agar tujuan atau kinerja yang dinginkan dapat tercapai.”14 Manajemen kinerja guru dapat ditingkatkan paling tidak melalui aktivitas utama, ini menurut pendapat Hadiwaratama : 1. Setiap guru harus mendapat proporsi waktu yang memadai dalam perencanaan pengajaran 2. Persiapan guru dalam mengajar harus terkontrol agar benar-benar memiliki kesiapan untuk tampil di kelas 3. Kepala sekolah harus melakukan supervisi secara teratur untuk memahami apa yang terjadi dan memberikan pembinaan yang dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar di kelas. 4. Kepala sekolah harus selalu meningkatkan pengawasan untuk mendorong guru-guru agar terbiasa bekerja dalam disiplin tinggi, hadir di sekolah dan di kelas tepat waktu serta terbiasa melakukan kegiatan yang inovatif untuk mengembangkan mutu proses belajar mengajar di kelas. 5. Kepala sekolah tidak segan-segan untuk memberikan hukuman bagi guru yang kurang disiplin atau melalaikan tugasnya serta memotivasinya agar berbuat lebih baik.15 Kinerja guru adalah prilaku atau respon yang memberikan hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja guru menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru pada dasarnya lebih berfokus pada prilaku guru dalam pekerjaannya, demikian pula perihal efektivitas guru adalah sejauhmana kinerja tersebut dapat memberikan pengaruh kepada siswa. Karena secara spesifik tujuan kinerja juga mengharuskan para guru membuat keputusan dimana tujuan mengajar dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tingkah laku yang kemudian ditransfer kepada siswa. 14 Ibid 15 Ibid
  • 18. 18 Pada konteks lain, mana kala kinerja itu dipandang dari sudut pendidikan atau berbasis pendidikan lebih merupakan perluasan dari suatu tujuan perilaku, pendidikan yang didasarkan kinerja sangat tepat diterapkan untuk mata pelajaran dimana perilaku-perilaku yang tepat tersebut dideskripsikan atau dinilai melalui tes kinerja maupun observasi melalui prilaku. Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi dan visi organisasi. Oleh karena itu, bila ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja tersebut. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan atau ability dan faktor motivasi atau motivation. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang dikutif Mangkunegara yang merumuskan bahwa : Human Performance = Ability + Motivation Motivation = Attitude + Situation Ability = Knowledge + Skill 1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job). 2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara
  • 19. 19 maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya, seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja.”16 Berdasarkan pendapat di atas, bahwa faktor kemampuan dasar mempengaruhi kinerja karena dengan kemampuan yang tinggi maka kinerja pegawai akan tercapai. Sebaliknya, bila kemampuan pegawai rendah atau tidak sesuai dengan keahliannya maka kinerjapun tidak akan tercapai. Begitu juga dengan faktor motivasi yang merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. 1.2. Tujuan Penilain Kinerja Suharsimi Arikunto17 ”Menegaskan bahwa nilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk.” Dengan demikian penilaian ini merupakan suatu upaya untuk menentukan status, posisi atau kedudukan dari suatu obyek berdasarkan pada kreteria tertentu. Upaya membandingkan keadaan obyek dengan kriteria yang ditentukan disebut penilaian. Dalam suatu organisasi penilaian kinerja sering disebut sebagai penilaian prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja paling sedikit memiliki dua kepentingan yakni, kepentingan guru, penilaian ini berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan 16 Mangkunegara op, cit, hal. 68. 17 Suharsimi Arikunto, 1992, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 3.
  • 20. 20 potensinya yang ada pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi menurut Siagian18 ”Hasil penelitian ini memiliki arti yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan, program pendidikan dan pelatihan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain yang dianggap penting bagi organisasi.” Amstrong19 ”Menegaskan bahwa : Penilaian prestasi kerja mempunyai tiga tujuan yakni : 1) membantu memperbaiki prestasi dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan serta melakukan hal-hal yang akan mengembangkan kekuatan dan mengatasi kelemahan, 2) mengenal karyawan yang berpotensi untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar, sekarang atau dimasa yang akan datang dan memberikan bimbingan mengenai apa yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa potensi ini akan berkembang, 3) membantu dan memutuskan kenaikan gaji yang seimbang antara tingkat prestasi dan tingkat gaji.” Dengan demikian penilaian kinerja memiliki arti penting yakni untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas input, proses dan out put suatu lembaga atau organisasi. Berdasarkan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya kinerja guru adalah mempuyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu, meliputi 4 dimensi : a) dimensi perencanaan yang terdiri dari 2 indikator, yaitu : 1) penyusunan program, 2) penyusunan perangkat pembelajaran, b) dimensi melaksanakan pembelajaran, terdiri dari 1 indikator, yaitu 1) melaksanakan proses 18 Siagian, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 223-224. 19 Amstrong, 1994, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Terjemahan Sofyan Cikmat & Haryanto), Jakarta : Gramedia, hal. 172.
  • 21. 21 pembelajaran, c) dimensi menilai hasil pembelajaran, terdiri dari 3 indikator , yaitu : 1) melaksanakan penilaian hasil belajar, 2) menganalisis hasil belajar 3) melakukan remedial dan pengayaan, d) dimensi kegiatan tambahan, yaitu terdiri dari terdiri dari 2 indikator, yaitu : 1) melatih dan membimbing siswa, 2) bimbingan siswa dalam pengembangan diri. 2. Supervisi Pengawas 2.1. Pengertian Supervisi Kegiatan supervisi merupakan salah satu tugas dari pengawas kepada pihak sekolah yang menjadi binaannya dalam rangka mewujudkan kondisi kerja guru-guru dan pegawai sekolah yang baik dalam mengembangkan prilaku anggota organisasi sekolah yang bersangkutan. Menurut pendapat Purwanto20 ”Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.” Fungsi supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan tetapi lebih dari itu, supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personil maupu material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar mengajar yang efektif. 20 M. Ngalim Purwanto, 2005, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hal. 76.
  • 22. 22 Menurut pendapat Muslim21 ”Supervisi adalah sebagai salah satu model pembinaan staf atau guru-guru.” Pada dasarnya para guru dan mereka yang terlibat dalam berbagai aktivitas kesupervisian lebih mengenal istilah inspeksi, sebagaimana pernah dan cukup lama dipraktekkan di lingkungan persekolahan. Antara konsep inspeksi dan supervisi sebenarnya terdapat pertentangan yang cukup tajam dalam prinsip dan tindakannya. Inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter serta selalu mencari kesalahan-kesalahan guru yang diawasi. Sedangkan supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian layanan dan bekerja sama lebih baik antara sesama guru-guru. Konsep inspeksi tidak bisa disamakan dengan konsep supervisi, dalam arti konsep inspeksi tidak dapat menjadi alternatif atas konsep supervisi. Mereka datang dari kawasan manajemen yang berbeda. Dalam proses manajemen, supervisi berada dalam kawasan ”directing” dan inspeksi berada dalam kawasan ”controlling”. Oleh karena itu supervisi cenderung kepada usaha pelayanan dan pemberian bantuan dalam rangka memajukan dan meningkatkan proses dan hasil belajar mengajar. Sedangkan inspeksi cenderung kepada usaha atau kegiatan menyelidiki dan memeriksa penyimpangan-penyimpangan serta kekeliruan yang dibuat oleh guru-guru dan kepala sekolah dalam rangka melaksanakan program pengajaran di sekolah. 21 Sri Banun Muslim, 2009, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas, Profesionalisme Guru, Bandung : Alfabeta, hal. 36.
  • 23. 23 Dalam prakteknya antara supervisi dan inspeksi mempunyai pertalian sejarah yang kental. Munculnya supervisi sebagai reaksi atas praktek inspeksi yang banyak mendapat kecaman dari para staf yang mendapat perlakuan yang tidak fair. Karena dampak negatif lebih banyak, maka inspeksi ini makin lama makin ditinggalkan, bersamaan dengan itu pula lahirlah supervisi yang lebih demokratis sebagi gugatan terhadap inspeksi. Seperti yang dikatakan oleh Kimball Wiles yang dikutif Muslim, “Supervision is assistance in the development of a better teaching situation, goal, material, techiques, method, teacher, student, and environment.”22 Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar. Situasi belajar mengajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Istilah supervisi di dunia pendidikan sudah cukup lama dikenal dan dibahas oleh pakar pendidikan. Siahan23, “Supervisi adalah segala usaha petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran, pengembangan pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan penilaian pengajaran.” 22 Ibid 23 Amirudin Siahan, 2006,Manajemen Pengawas Pendidikan, Jakarta : Quantum Teaching, hal. 14.
  • 24. 24 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah pemberian bantuan kepada guru-guru, dan staf untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan penilaian hasil belajar. Menurut Rifai24 “Bahwa supervisi merupakan pengawasan yang lebih profesional dibandingkan dengan pengawasan umum karena perkembangan kemajuan pendidikan yang membutuhkannya, yaitu pengawasan akademik yang mendasarkan kepada kemampuan ilmiah.” Pendekatannya bukan lagi pengawasan manajemen biasa yang bersifat in human, melainkan menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistic oleh para pengawas dalam melaksanakannya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan pengawasan yang profesional, yang menuntut kemampuan profesional dari para pengawasnya, dan bukan hanya wewenang administratif saja. Dengan berkembangnya teori-teori pendekatan administrasi yang lebih memperhatikan cara-cara pendekatan manusiawi yang sosial, maka pengawasan berkembang menjadi lebih humanistic dan demokratis, menjadi supervisi yang kita permasalahkan sekarang. Supervisi adalah pengawasan profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas biasa. Pengawas profesional menuntut kemampuan ilmu pengetahuan yang 24 Rifai, 1982, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Yanmars, hal. 20.
  • 25. 25 mendalam serta kesanggupan untuk melihat sebuah peristiwa pembelajaran yang tajam. Ia memahami pembelajaran berdasarkan kontektual fenomena akademik. Sebuah kejadian dipelajari diteliti hubungan dan keterkaitan, keguanaannya, apa, mengapa dan bagaimana. Kemampuan mengawasi sangat tajam dalam memahami setiap peristiwa akademik, oleh karena itu pengawas pendidikan tidak dapat dilakukan oleh sembarang pengawas apalagi orang yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu. Pengawas pendidikan harus dijalankan oleh orang yang sesuai keahliannya. Itulah sebabnya istilah pengawasan dalam pendidikan disebut supervisi, sebab harus mengawasi dengan cermat dan mendalam peristiwa pembelajaran yang berupa kegiatan akademik yang sifatnya ilmiah bersumber dari teori yang digunakan dalam sebuah praktek. Misi utama supervisi pendidikan adalah memberikan pelayanan kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat mengajar dengan efektif. Melakukan kerja sama dengan guru atau anggota staf lainnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kurikulum serta meningkatkan pertumbuhan profesionalisasi semua anggota. Selanjutnya menurut Suhardan25 ”Supervisi adalah aktivitas akademik yaitu suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh orang yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan yang tajam dalam memahami objek pekerjaannya dengan hati yang jernih.” 25 Dadang Suhardan, 2010, Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah), Bandung : Alfabeta, hal 35.
  • 26. 26 Supervisi merupakan kegiatan akademik yang harus dijalankan oleh mereka yang mempunyai pemahaman mendalam tentang kegiatan yang disupervisinya. Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian di bawa kepada kegiatan yang seharusnya, yaitu kegiatan yang semestinya harus dicapai. Orang yang menjalankannya dituntut keharusan memiliki pengetahuan yang mendalam bagaimana sesungguhnya pekerjaan itu dijalankan. Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 200726 “Tentang Standar Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) dan Rumpun Mata Pelajaran. Untuk dimensi kompetensi supervisi akademik dinyatakan bahwa pengawas harus memiliki kompetensi sebagai berikut : 1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dan rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 3. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. 4. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui mata-mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 26 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah (SMP/MTS) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas (SMA/MA).
  • 27. 27 5. Membimbing guru dalam menyusun rencana persiapan pembelajaran (RPP)untuk tiap mata pelajaran dan rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis 6. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboraturium dan atau di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis 7. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 8. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknolohi informasi dalam pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dan rumpun mata pelajaran yang relevan.” Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksankan pengawasan akademik, yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya, agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi akademik adalah guru dalam proses pembelajarn, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penilaian tindakan kelas. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran. Didalam pelaksanaannya, supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru dalam melaksanakan tugas proses pembelajarannya dalam penilaian pengawasan
  • 28. 28 dapat ditunjukkan penilaian unjuk kerja merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Selanjutnya supervisi menurut Nawawi27 adalah “ Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melakukan tugas-tugas dan kewajibannya dengan baik sesuai pertelaan tugas yang digariskan”. Pengertiannya lebih menekankan pada pengawasan murni dalam arti control kegiatan dari seorang atasan terhadap bawahannya, agar melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Pengertiannya tidak memberi tekanan pada memberikan bantuan dan bimbingan bagaimana memperbaiki mutu pekerjaan, melainkan pada pelaksanaan tugas sesuai pertelaah tugas yang telah digariskan. Sergiovani dan Starrt28 mengemukakan “ Supervision is a proses designed to help teacher and supervisor leam more about their practice; to better able to use their knowledge and skill to better serve parents and school; and to make the school a more efektive learning community.”Artinya, supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para kepala sekolah dan guru dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat yang lebih baik. 27 Hadari Nawawi, 1997, Administrasi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung, hal. 99. 28 Thomas Sergiovani, 1996, Education and Administration, New Jersey : Prentice Hall Inc, h, 137
  • 29. 29 Menurut Neagley dalam Ngalim mengemukakan bahwa supervisi diartikan ”Sebagai bantuan, pengarahan, bimbingan kepala sekolah terhadap personal.”29Para pengawas dalam membina dan mengarahkan serta membimbing guru dapat dilakukan melalui supervisi, mengingat supervisi tersebut memiliki peran strategis dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru dalam kegiatan proses pembelajaran. Pengawas harus mampu membimbing, membina dan mendorong guru dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran, hal ini supervisi berorientasi pada pengajaran dan usaha perbaikan. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sutisna30 dikatakan bahwa ”Supervisi oleh pengawas sebagai suatu bentuk pelayanan, bantuan profesional atau bimbingan guru-guru dan melalui pertumbuhan kemampuan guru hendak meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.” Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sahertian31 ”Menegaskan bahwa supervisi adalah memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.” Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat ditarik tiga unsur penting dalam rumusan pengertian supervisi sebagai berikut : 1) unsur proses pengarahan, bantuan atau pertolongan, 2) unsur personal yang berhubungan langsung dengan kegiatan organisasi sekolah yang diberikan 29 Ibid 30 Oteng Sutisna, 1993, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, Bandung : Angkasa, hal. 271. 31 Piet A. Sahertian, 2008, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 19.
  • 30. 30 pertolongan, dan 3) proses pengelolaan pendidikan sebagai obyek yang perlu diperbaiki. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi pengawas adalah layanan, bantuan, untuk membimbing guru-guru memperbaiki pengajaran dan meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu Hamalik32 ”Mengemukakan bahwa menyangkut pelayanan Supervisor : Yaitu pengawas hendaklah berpandangan luas, memahami rencana dan program yang telah digariskan, berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang kepengawasan, terutama human relation, memiliki sifat jujur, tegas dan konsekuen, ramah dan rendah hati serta berkemauan keras, rajin bekerja untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu pula, bahwa pengawas sebagai supervisor juga harus memiliki keterampilan teknis seperti : 1) menetapkan criteria untuk menyeleksi sumber-sumber pengajaran, 2) mendayagunakan system kunjungan kelas, 3) mendayagunakan rapat kepengawasan pengajaran, 4) merumuskan tujuan pengajaran yang jelas, 5) mengaplikasikan hasil penelitian, 6) mengembangkan langkah-langkah evaluasi, 7) mendemonstralisasikan keterampilan mengajar.” Seorang supervisor apakah ia kepala sekolah, pengawas sekolah dan pengawas sekolah rumpun mata pelajaran dalam melaksanakan supervisi hendaknya berlandaskan pada prinsip-prinsip supervisi. Adapun prinsip supervisi yang dikemukakan oleh Sagala33 : 1. Ilmiah, berarti : a) Menggunakan alat (instrument) yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar. b) Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana dan berkelanjutan. c) Objektif, berarti data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan- kegiatan perbaikan atau pengembangan 32 Oemar Hamalik, 2002, Pendekatan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta : Bumi Aksara, hal. 103. 33 Syaiful Sagala, 2009, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung Alfabeta, hal.199.
  • 31. 31 berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi. 2. Demokratis, berarti menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain. 3. Kooperatif, berarti kerja sama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerja sama seluruh staf sekolah. 4. Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan bebas menggunakan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut di atas. Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan terhadap fisik material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan terhadap murid yang belajar dan pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya. Aktifitasnya dilakukan dengan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pembelajaran yang diperbaiki, apa yang menjadi penyebab dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Berdasarkan hal tersebut kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa perbaikan dalam bentuk pembinaan. Pembinaan merupakan sebuah pelayanan terhadap guru dalam memperbaiki kinerjanya. Pembinaan selain pelayanan terhadap guru, juga merupakan usaha preventif unttuk mencegah supaya guru tidak terulang kembali melakukan kesalahan serupa yang tidak perlu, menggugah kesadarannya supaya mempertinggi kecakapan dan keterampilan mengajarnya.
  • 32. 32 Dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh supervisor untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru-guru agar dapat memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan kinerja guru dan pendidikan pada umumnya, sehingga mutu pendidikan akan meningkat. 2.2. Program Supervisi Pengawas Program supervisi biasanya berisikan kegiatan yang akan dijalankan untuk memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Di dalam program supervisi tertuang berbagai usaha dan tindakan yang perlu dijalankan supaya pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga akselerasi belajar peserta didik makin cepat dalam mengembangkan potensi dirinya, karena guru lebih mampu mengajar. Program supervisi harus realistik dan dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga benar-benar membantu mempertinggi kinerja guru. Program supervisi yang baik menurut Sutisna34 ”Mencakup keseluruhan proses pembelajaran yang membangun lingkungan belajar mengajar yang kondusif, di dalamnya mencakup maksud dan tujuan, pengembangan kurikulum, metode mengajar, evaluasi, pengembangan pengalaman belajar murid yang direncakan baik dalam intra maupun extra kurikuler.” Program supervisi berprinsip kepada proses pembinaan guru yang menyediakan motivasi yang kaya bagi pertumbuhan kemampuan 34 Ibid.
  • 33. 33 profesionalnya dalam mengajar. Guru menjadi bagian integral dalam usaha peningkatan mutu sekolah, mendapat dukungan semua pihak disertai dana dan fasilitasnya. Bukan sebuah kegiatan suplemen atau tambahan. 2.3. Tujuan supervisi Pendidikan Tujuan supervisi pendidikan adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas belajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk mengembangkan potensi kualitas guru. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oliva yan dikutif Sahertian bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan adalah : ”1) Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah 2) Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah 3) Mengembangkan seluruh staf di sekolah.”35 2.4. Pengawas Pendidikan dan Pengawasan Dalam proses pendidikan, pengawas atau supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu pendidikan. Supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas 35 Ibid
  • 34. 34 proses dan hasil pembelajaran. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjukan pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan untuk perbaikan- perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang obyektif dalam acuan perencanaan program pembelajaran yang dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran dan mampu memperbaiki serta mengembangkan situasai belajar. Pengawas satuan pendidikan adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah yang ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan. Aktivitas pengawas sekolah selanjutnya adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah satuan pendidikan dan sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Penilaian itu dilakukan untuk penentuan derajat kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang ditetapkan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sedangkan kegiatan pembinaan dilakukan dalam bentuk arahan, saran dan bimbingan.36 36 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No. 020/U/1998/tanggal 6 Februari 1998.
  • 35. 35 Kegiatan pengawasan harus difokuskan pada prilaku dan perkembangan siswa sebagai bagian penting dari : Kurikulum/mata pelajaran, organisasi sekolah, kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan, kebutuhan khusus, administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling, peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Fokus pengawaan sekolah meliputi : standarisasi dan prestasi yang diraih siswa, kualitas layanan siswa disekolah (efektivitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan dalam menuhi kebutuhan dan minat siswa), serta kepemimpinan dan manajemen sekolah. Kepengawasan merupakan kegiatan atau tindakan pengawasan dari seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang atau satuan pendidikan yang dibina. Seseorang yang diberi tugas tersebut disebut pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan dinamakan pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan. Pengawasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkesinambungan pada sekolah yang diawasinya. Indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat dari pada setiap komponen pendidikan antara lain : Mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah, staf sekolah (tenaga adminstrasi, laboran dan teknisi, tenaga perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen lainnya. Ini berarti melalui pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan. Itulah sebabnya kehadiran
  • 36. 36 pengawas sekolah harus menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu pendidikan, agar bersama guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya berkolaborasi membina dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah yang menjadi binaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kiprah supervisor menjadi bagian integral dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat divisualisasikan tanpak bahwa hakikat pengawasan memiliki empat dimensi, menurut Majalah Forwas37 ”Yaitu : a. Support Dimensi ini menunjukan pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mendukung (support) kepada pihak sekolah untuk mengevaluasi diri kondisi existingnya. Oleh karena itu supervisor bersama pihak sekolah dapat melakukan analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta peluang sekolahnya untuk mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan. b. Trus Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawas yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu membina kepercayaan (trust) stakeholder pendidikan dengan menggambarkan profil dinamika sekolah masa depan yang lebih baik dan menjanjikan. c. Challenge Dimensi ini menunjuk pada hakekat kepengawasan yang dilakukan supervisor itu harus mampu memberikan tantangan pengembangan sekolah kepada stakeholder pendidikan disekolah. Tantangan ini harus dibuat serealistis mungkin agar dapat dan mampu dicapai oleh pihak sekolah, berdasarkan pada situasi dan kondisi sekolah pada saat ini, dengan demikian stakeholder tertantang untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam rangka mengembangkan mutu sekolah. d. Networking and Collaboration Dimensi ini menunjukan pada kakekat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mengembangkan jejaring dan berkolaborasi antar stakeholder pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah.” Fokus dari keempat dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan dalam tiga aktivitas utama pengawasan berdasarkan Forwas (forum 37 Majalah Forum Pengawas, Nomor 28/XII/2008, hal. 11.
  • 37. 37 Kepengawasan Nomor 28/XII/2008, halaman 12) yaitu : negosiasi, kolaborasi dan networking. Negosiasi dilakukan oleh supervisor terhadap stakeholder pendidikan dengan focus pada substansi apa yang dapat dan perlu dikembangkan atau ditingkatkan serta bagaimana cara meningkatkannya. Kolaborasi merupakan inti kegiatan supervisi yang harus selalu diadakan kegiatan bersama dengan pihak stakeholder pendidikan di sekolah binaannya. Hal ini penting karena muara untuk terjadinya peningkatan mutu pendidikan ada pada pihak sekolah. Networking merupakan inti hakikat kegiatan supervisi yang prospektif untuk dikembangkan terutama pada era globalisasi dan cybernet teknologi seperti sekarang ini. Jejaring kerja sama dapat dilakukan baik secara harisontal maupun vertical. Jejaring kerjasama secara harisontal dilakukan dengan sesama sekolah sejenis untuk saling bertukar informasi dan sharing pengalaman pengembangan mutu sekolah, misalnya melalui MKP, MKKS, MGBS, MGMP. Jejaring kerja sama secara vertiakal dilakukan baik dengan sekolah pada arah dibawahnya sebagai pemasok siswa barunya, maupun dengan sekolah pada jenjang pendidikan di atasnya sebagai lembaga yang akan menerima para siswa lulusannya. Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan di
  • 38. 38 sekolah baik pengawasan dalam bidang akademik (teknis pendidikan) maupun bidang manajerial (pengelolaan sekolah). Jabatan pengawas adalah jabatan fungsional bukan jabatan struktural sehingga untuk menyandang predikat sebagai pengawas haruslah sudah berstatus tenaga pendidik/guru dan atau kepala sekolah/wakil kepala sekolah, setidak-tidaknya pernah menjadi guru. Berdasarkan rumusan di atas maka kepengawasan adalah aktifitas profesional pengawas dalam rangka membantu sekolah binaannya melalui penilaian dan pembinaan yang terencana dan berkesinambungan. Pembinaan diawali dengan mengidentifikasi dan mengenali kelemahan sekolah binaannya, menganalisis kekuatan/potensi dan prospek pengembangan sekolah sebagai bahan untuk menyususn program pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya. Untuk itu pengawas harus mendampingi pelaksanaan dan pengembangan program-program inovasi sekolah. Ada tiga langkah yang harus ditempuh pengawas dalam menyusun program kerja agar dapat membantu sekolah mengembangkan program inovasi sekolah. Ketiga langkah tersebut adalah : a) Menetapkan standar/kriteria pengukuran performasi sekolah (berdasarkan evaluasi diri sekolah). b) Membandingkan hasil tampilan performansi itu dengan ukuran dan kriteria/benchmerk yang telah direncanakan, guna menyusun program pengembangan sekolah.
  • 39. 39 c) Melakukan tindakan pengawasan yang berupa pembinaan/pendampingan untuk memperbaiki implementasi program pengembangan sekolah. Dalam melaksanakan kepengawasan, ada sejumlah prinsip yang dapat dilaksanakan pengawas agar kegiatan kepengawasan berjalan efektif. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : Trust, artinya kegiatan kepengawasan dilaksanakan dalam pola hubungan kepercayaan antara pihak sekolah dengan pihak pengawas sekolah sehingga hasil kepengawasannya dapat dipercaya. Realistic, artinya kegiatan pengawasan dan pembinaannya dilaksanakan berdasarkan data eksisting sekolah. Utility, artinya proses dan hasil pengawasan harus bermuara pada manfaat bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja sekolah binaannya. Supporting, Networking dan collaborating, artinya seluruh aktivitas pengawas pada hakikatnta merupakan dukungan terhadap upaya sekolah menggalang jejaring kerja sama secara kolaboratif dengan seluruh stakeholder. Testable, artinya hasil pengawasan harus mampu menggambarkan kondisi kebenaran objektif dan siap diuji ulang atau dikonfirmasi pihak manapun. Prinsip-prinsip di atas digunakan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pengawas/supervisor pendidikan pada sekolah yang dibinanya. Dengan demikian kehadiran pengawas di sekolah bukan untuk mencari kesalahan sebagai dasar untuk memberi hukuman akan tetapi harus menjadi mitra sekolah dalam membina dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah sehingga secara bertahap
  • 40. 40 kinerja sekolah semakin meningkat menuju tercapainya sekolah yang efektif. Prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kode etik pengawas satuan pendidikan. Kode etik yang dimaksud minimal berisi sembilan hal berikut ini : 1) Dalam melaksanakan tugasnya pengawas satuan pendidikan senantiasa berlandaskan Iman dan Taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknilogi. 2) Pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam mengemban tugas sebagai pengawas. 3) Pengawas satuan pendidikan memiliki pengabdian yang tinggi dalam menekuni tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas. 4) Pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas. 5) Pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nama baik profesi pengawas. 6) Pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja dalam melaksanakan tugas profesional pengawas. 7) Pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadaan dirinya sebagai supervisor profesional dan tokoh yang diteladani. 8) Pengawas satuan pendidikan sigap dan trampil dalam menanggapi dan membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi stakeholder sekolah binaannya.
  • 41. 41 9) Pengawas satuan pendidikan memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi, baik terhadap stake holder sekolah binaannya maupun terhadap koleganya. 2.5. Prinsip-Prinsip Supervisi Pengawas Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi dilingkungan pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif. Bila demikian, maka prinsip-prinsip yang dilaksanakan adalah : a. Prinsip ilmiah Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut : 1) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar. 2) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya. 3) Setiap kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinyu. b. Prinsip Demokratis Layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru,
  • 42. 42 bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan. c. Prinsip Kerja sama Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah Supervisi Sharing of idea, sharing of experience, memberi support, mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama/ d. Prinsip konstruktif dan kreatif Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreatifitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan. 2.6. Metode dan teknik supervisi pengawas Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan teknik supervisi. Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalaam dua macam alat atau teknik. Menurut John Minor Gwy yang dikutif Sahertian teknik yang bersifat individual, yaitu ”Teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.”38 Metode dan Teknik Supervisi Tugas pengawas satuan pendidikan ketika melaksankan tugas pengawasnya, haruslah memahami metode dan teknik supervisi akademik agar kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dengan baik dan hasil 38 Sahertian op, cit, hal. 52.
  • 43. 43 pembinaannya mencapai tujuan. Ada beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok : a. Teknik yang bersifat individual 1) Perkunjungan kelas Perkunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas. Tujuan perkunjungan kelas adalah untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data itu superisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang dihadapi guru-guru. Pada kesempatan itu guru-guru dapat mengemukakan pengalaman-pengalaman yang berhasil dan hambatan- hambtan yang dihadapi serta meminta bantuan, dorongan dan mengikut sertakan. Ada tiga macam perkunjungan kelas yaitu : a) Perkunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation), Supervisor tiba-tiba datang ke sekolah tanpa diberitahukan lebih dahulu. b) Perkunjungan dengan cara memberi tahu lebih dahulu (announced visitation), biasanya supervisor telah memberikan jadwal perkunjungan sehingga guru-guru tahu pada hari dan jam berapa ia akan dikunjungi. c) Perkunjngan atas undangan guru (visit open invitation), perkunjungan seperti ini akan lebih baik. Oleh karena itu guru
  • 44. 44 punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan pengalaman baru dari hal perjumpaannya dengan supervisor. 2) Observasi kelas Observasi kelas secara sederhana dapat diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Ada dua macam observasi kelas yaitu observasi lnagsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung dengan menggunakan alat observasi, supervisor mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar, sedangkan observasi tidak langsung yaitu orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahuinya (biasanya dilakukan dalam laboraturium untuk pengajaran mikro). Adapun tujuan observasi adalah : a) Untuk memperoleh data yang subyektif mungkin sehingga bahan yang diperolah dapat digunakan untk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar. b) Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu untuk mengubah cara-cara mengajar kearah yang lebih baik. c) Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.
  • 45. 45 3) Percakapan Pribadi (individual conference) Individual conference atau percakapan pribadi antara seorang supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan itu kedua-duanya berusaha berjumpa dalam pengertian tentang mengajar yang baik. Yang dipercayakan adalah usaha-usaha untuk memecahkan problema yang dihadapi oleh guru. Salah satu yang penting dalam supervisi adalah individual conference, sebab dalam individual conference seorang supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan problema-problema pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional problem) misalnya, pemilihan dan pemakaian alat-alat pelajaran tentang penantuan dan penggunaan metode mengajar dan sebagainya. Adapun tujuan individual conference atau percakapan pribadi : a) Terutama sekali untuk memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan- kesulitan yang dihadapi. b) Memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi. c) Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan- kekurangan yang sering dialami oleh guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. d) Menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang bukan bukan.
  • 46. 46 4) Saling mengunjungi kelas (intervisation) Saling mengunjungi kelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan mengunjungi kelas ini diharapan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya melalui pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya. Adapun mengunjungi kelas dapat berhasil dengan baik dan bermanfaat, maka harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain : a) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Diupayakan agar mencari guru yang berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi. b) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi. c) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas. d) Pengawas hendaknya mengikuti cara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa yang ditamapilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu. e) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas, misalnya dengan percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas- tugas tertentu.
  • 47. 47 f) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, yaitu dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi. g) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya. 5) Menilai diri sendiri Salah satu tugas yang tersukar bagi guru-guru adalah melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, disamping menilai murid-murid, juga penilian terhadap diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam pertumbuhannya. Tipe dari alat ini yang dapat digunakan antara lain berupa : a) Suatu daftar pandangan/pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk bertanya baik secara tertutup maupun secara terbuka dan tidak perlu memakai nama. b) Menganalisis tes-tes terhadap unit-unit kerja. c) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan (record) baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok. b. Teknik supervisi kelompok Teknik supervisi kelompok adalah suatu teknik yang digunakan untuk dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam suatu kelompok.
  • 48. 48 Teknik supervisi kelompok ada beberapa diantaranya adalah : 1) Pertemuan orientasi bagi guru-guru 2) Panitia penyelenggara 3) Rapat guru 4) Diskusi sebagai proses kelompok 5) Tukar menukar pengalaman 6) Lokakarya (workshop) 7) Diskusi panel 8) Seminar 9)Demonstrasi mengajar 10) Buletin supervisi 11) Laboraturium kurikulum. Berdasarkan pandangan para pakar di atas dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya supervisi pengawas adalah layanan, bantuan, pembinaan yang diberikan pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru dalam rangka memberikan jalan keluar terhadap berbagai permasalahan tugas sehari-hari di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu proses pembelajaran, meliputi 3 dimensi : a) dimensi peran supervisi pengawas yang terdiri dari 5 indikator, yaitu : 1) bantuan kepada kepala sekolah memecahkan persoalan akademik, 2) bantuan kepada guru, 3) pembinaan kepada guru, 4) memupuk semangat kepala sekolah, 5) pembinaan pengelolaan administrasi sekolah b) dimensi karakteristik supervisi pengawas terdiri dari 3 indikator yaitu : 1) pengalaman supervisi, 2) musyawarah supervisi, 3) peningkatkan kualitas kepemimpinan, c) dimensi pelaksanaan supervisi 2 indikator yaitu : 1) peningkatan kualitas pendidikan, 2) kerja sama. 3. Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah 3.1. Pengertian Kepemimpinan Dalam setiap kegiatan manusia yang beranggotakan orang-orang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan selalu membutuhkan
  • 49. 49 kepemimpinan, demikian juga dalam suatu organisasi keberadaan pimpinan sangat penting. Keberhasilan dari sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi amanah untuk memimpin organisasi, yaitu kemampuan mempengaruhi bawahan agar bekerja sesuai dengan tujuan yang ditentukan organisasi. Orang yang menjalankan proses kepemimpinan disebut pemimpin sedangkan orang yang dipimpin disebut anggota atau pengikut. Dalam berbagai tindakannya seorang pemimpin mempengaruhi anggota, karena itu peran pemimpin sangat signifikan dalam menentukan arah dan kualitas kehidupan manusia, baik dalam keluarga maupun organisai dan masyarakat serta negara pada suatu bangsa, bahkan proses kepemimpinan dapat berlangsung di mana saja dan setiap waktu. Menurut pendapat Yukl39 ”Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.” Dalam kepemimpinan ini mencakup upaya yang tidak hanya mempengaruhi dan memfasilitasi pekerjaan kelompok atau organisasi yang sekarang tetapi dapat juga digunakan untuk memastikan bahwa semuanya dipersiapkan untuk memenuhi tantangan di masa depan. Dan kepemimpinan dipandang baik sebagai peran khusus dan proses pemberian pengaruh secara 39 Gary Yukl, 2009, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta : PT. Indeks, hal. 8.
  • 50. 50 sosial. Setiap orang dapat memerankannya misalnya kepemimpinan dapat dilakukan bersama atau didistribusikan, tetapi beberapa pembedaan peran diasumsikan terjadi dalam berbagai kelompok atau organisasi. Baik proses rasional maupun emosional ditinjau sebagai aspek yang esesnsisal dalam kepemimpinan. Tidak ada asumsi yang dilakukan atas hasil aktual dari proses pengaruh, karena evaluasi harus sangat sulit dilakukan dan sangat subyektif. Menurut Adair40” Kepemimpinan adalah seni memengaruhi sekelompok orang untuk mengikuti suatu alur kegiatan, seni mengendalikan mereka, mengarahkan mereka, dan membuat mereka mengeluarkan potensi terbaik.” Kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi bawahan dan berkaitan dengan manajem untuk menggerakkan orang-orang agar dapat bekerja dengan segenap potensi yang dimiliki dalam mencapai tujuan organisisi. Menurut Robbins41 ”Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok untuk mencapai suatu visi atau serangkaian tujuan tertentu.” Selanjutnya menurut Hampton42 menegaskan bahwa ”Kepemimpinan merupakan kreativitas kesanggupan mempengaruhi dan memotivasi pihak lain dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam kreativitas seni pemimpin adalah seni membangun lembaga, mengerjakan 40 John Adair, 2007, Cara menumbuhkan Pemimpin, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, hal 15 41 Stephan P. Robbin, 2007,, Organization Behavior, Jakarta : Salemba Empat, hal. 48. 42 David R. Hampton, 1993, Management, New York : McGraw-Hill Book Campany, hal. 449
  • 51. 51 orang dan teknologi, mengatur serta mempertahankannya.” Maka kaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah di sini adalah kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi, memotivasi, memberikan contoh dan teladan terhadap guru dalam mencapai tujuan pendidikan. Yang perlu diingat bahwa pemimpin menjadi pemberi inspirasi, motivasi, dorongan, penggerak dan semangat serta gagasan baru, hal ini sependapat dengan Wirawan43 bahwa ” Inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan ide-ide baru untuk memecahkan masalah yang dihadapi mencapai peluang atau memproduksi produk baru.” Untuk mencapai tujuan, pemimpin mengadakan dan memanfaatkan hal-hal yang dapat membantu bawahan. Hal-hal tersebut adalah dapat berupa sarana bendawi seperti alat- alat, modal, tanah, kendaraan, gedung dapat pula berupa sarana non bendawi seperti peraturan, cita-cita yang dicanangkan, instruksi yang dikeluarkan dan lain-lain. Selanjutnya menurut Lester yang dikutif oleh Timpe, ”Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat dan bersemangat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.”44 Dalam kepemimpinan terdapat tiga unsur penting, yaitu : 1) keterlibatan orang lain, 2) kekuasaan, dan 3) pengaruh.45 Titik sentral kepemimpinan adalah kekuasaan merupakan unsur penting dari inti kepemimpinan. 43 Wirawan, 2003, Kapita Selekta, Teori Kepemimpinan, Pengantar Untuk Praktek dan Penelitian, Jakarta : Kerja Sama Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press, hal. 77 44 A. Dale Timpe, 1991, Seni dan Pengetahuan Bisnis: Kepemimpinan, terjemahan Susanto Budidharmo, Jakarta : PT. Gramedia, hal. 181. 45 Ibid, hal. 294.
  • 52. 52 Menurut pendapat Sanusi46 ”Kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan.” Dalam perkembangan sekarang, keberhasilan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang- orang yang diangkat atau diserahi tanggung jawab sebagai pemimpin dimasyarakat atau dalam suatu organisasi. Para pemimpin harus memiliki keterampilan dan sifat-sifat yang baik sebagai syarat bagi seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Selanjutnya menurut Syafaruddin47 “ Pemimpin adalah seorang yang dipercaya dengan kemampuannya diakui sebagai pemimpin ditengah- tengah masyarakat.” Berarti dalam setiap situasi yang bagaimanapun, proses kepemimpinan atau aktivitas pemimpin dapat berlangsung di industri, organisasi pemerintah, organisasi politik, bisnis maupun pada kegiatan pendidikan di sekolah. Kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan digambarkan akan memberikan perintah atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih atau mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah Perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok, ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan 46 Achmad Sanusi, 2009, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, Bandung : Prospect, hal. 19 47 Syafaruddin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta : Quantum Teaching, hal 49.
  • 53. 53 untuk mencapai sasaran. Kepemimpinan adalah pengaruh antara pribadi yang dijalankan dalam suatu situs tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Menurut Bacal48 “Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi suatu kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.” Kepemimpinan adalah mereka yang secara konsisten memberikan kontribusi yang efektif terhadap orde social dan diharapkan serta dipersepsikan melakukannya. Dalam rumusan lain, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain berbuat sesuai dengan kehendak orang itu, meskipun pihak lain itu tidak menghendakinya. Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama. Menurut Siagian49 menjelaskan bahwa “Kepemimpinan merupakan penyatupaduan dari kemampuan, cita-cita, dan semangat kebangsaan dalam mengatur, mengendalikan, dan mengelola sebuah organisasi.” Sedangkan menurut Sudarman Danin50 “Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.” 48 Robert Bacal, 2004, Leadership Is Everyone’s Business, Kiat Sukses Menjadi Pemimpin Andal, Yogyakarta : Pinkbooks, hal. 2. 49 Sondang P. Siagian, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta : PT Rineka Cipta, hal. 2 50 Sudarman Danin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung : Alfabeta, hal. 6.
  • 54. 54 Sebagai pemimpin lembaga organisasi sekolah, kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola, dimana dalam mengelola organisasi sekolah membutuhkan keterampilan kepemimpinan. Kemampuan mengelola dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang- orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sutisna51 merumuskan kemampuan mengelola sebagai ”Proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.” Menurut Soepardi52 kemampuan mengelola sebagai ”Kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efesien.” Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mengelola sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristik, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi, oleh sebab itu peran kepala sekolah dalam kepemimpinannya harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, hal tersebut sesuai dengan pandangan Wirawan53 ”Bahwa pada prakteknya seorang pemimpin seperti kepala sekolah merupakan orang yang komunikatif dan menganggap komunikasi sangat menentukan keberhasilan kepemimpinannya.” 51 Oteng Sutisna, 1993, Adminstrasi Pendidikan : Dasar-dasar Teoritis dan Praktek Profesional, Bandung : Angkasa, hal. 42. 52 Soepardi, 1988, Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta : P2LPTK, hal.18 53 Wirawan op, cit, hal. 126.