SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  23
http://bascommetro.wordpress.com/2012/05/17/hubungan-usia-ibu-dan-
  riwayat-abortus-dengan-kejadian-abortus-incompletus-di-rs/




  CONTOH Proposal Penelitian; Hubungan Antara Dukungan Psikologis dan
  Sosial Suami Terhadap Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja
  Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi
  Tenggara Tahun 2009


                                          BAB I
                                  PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
        Upaya peningkatan kesehatan ibu telah dilakukan, baik ditingkat nasional
  maupun internasional, Di tingkat internasional (WHO) memperkirakan 585.000
  perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
  Dimana saat ini tengah digalakkan program Innitiatives for Maternal Mortality
  Program Assesment (IMMPACT) atau inisiatif program penilaian penurunan
  kematian ibu yang bertujuan mencari diantara strategi interaksi yang sudah ada,
  strategi manakah yang paling efektif dan cost efektif untuk menurunkan kematian ibu
  diberbagai situasi sosial dan budaya di negara berkembang dan menilai implikasi
  dan strategi tersebut terhadap pemerataan dan kesinambungan pelayanan
  kesehatan ibu dan neonatal (UNICEF, 2000) dalam (Masrianto. I, 2001). Dasuki
  (2000) mengemukakan bahwa di dunia ini setiap unit seorang perempuan meninggal
  karena komplikasi dan persalinan. Dengan kata lain 1400 perempuan meninggal
  setiap hari atau lebih dari 500.000, perempuan meninggal setiap tahun karena
  kehamilan dan persalinan.
        Di Indonesia, upaya meningkatkan kesehatan ibu dilakukan dengan
  melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mampu menyediakan pelayanan
  dasar kebidanan seperti transfusi darah, anestesi dan operasi, Strategi Making
  Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program
  Safe Mother Hood (SMH) telah dicanangkan dengan tujuan untuk mempercepat
  penurunan kesakitan dan kematian ibu dan meningkatkan akses dan cakupan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi, Namun angka kematian ibu penurunannya masih
relatif lambat(SDKI 2002-2003 ). Saat ini di Indonesia, AKI masih tergolong tinggi
yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 284 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007). Pada tahun 2008 angka
kematian Ibu cukup tinggi 6-8 per 1000 kelahiran hidup (Wijdosastro, 2008).
Dukungan suami terhadap istri selama hamil sebesar 38% dan yang tidak
mendukung sebesar 46% sedangkan target dukungan suami sekitar 85 % (Mersi
Lusianawaty tahun 2003).
      Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, misalnya saja di
Vietnam memiliki AKI 200 per 100.00 kelahiran hidup, di Singapura 5 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup dan di
Philipina 142 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan untuk Indonesia Sehat 2010,
AKI menurun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Harian Kompas, 23/7/2007).
      Walaupun telah terjadi penurunan angka kematian ibu yang cukup berarti
yaitu sekitar 520 per 100.000 kelahiran hidup sekitar 35 tahun yang lalu menjadi 290
per 100.000 (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 1994) namun angka ini masih
cukup tinggi bahkan tertinggi di lingkungan Asia Tenggara (Dwiaty, Walukono &
Komala, 2000). Fakta lain menunjukkan bahwa di Indonesia, dua orang ibu
meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Banyak faktor yang
menyebabkan rendahnya cakupan K-1 dan K-4 salah satunya adalah kurangnya
dukungan suami terhadap isteri dalam memeriksakan kehamilannya terhadap
petugas kesehatan yang berdampak pada rendahnya keinginan ibu untuk
memanfaatkan fasilitas Antenatal Care (ANC) (Hakimi, 1997).
      Menurut Farrer (2001) frekuensi kunjungan ibu hamil untuk memanfaatkan
fasilitas Antenatal Care tergantung pada dukungan lingkungan sosialnya, terutama
dukungan suami. Friedman (2001) mengemukakan bahwa ikatan suami isteri yang
kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami atau
isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan
tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Di daerah pedesaan suami
sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu keluarga,
sedangkan isteri hanya bersifat membantu dengan memberikan sumbang saran
(Widjosastro, H: 2003).
      Pentingnya pelayanan ANC secara teratur sebenarnya bukan hanya untuk
ibu, pemeriksaan kehamilan pun untuk kesejahteraan janin. Untuk ibu misalnya
berguna unutk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat
segera mengobatinya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama
kehamilan, mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan,
mengetahui berbagai masalah dengan kehamilan, sehingga dapat segera ditentukan
pertolongan persalinan yang aman. (Mediana, 2007). Sedangkan untuk bayi
pemeriksaan itu pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah
janai lahir prematur, bayi berat badan lahir rendah,lahir mati, ataupun mengalami
kematian saat baru lahir.
      Di Sulawesi Tenggara, untuk menurunkan angka kematian ibu telah dilakukan
pelatihan bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu terdepan melalui
proyek Health Mothers Healthy Babies (HMHB), penyediaan fasilitas pelayanan
antenatal care di Polindes, Pustu, Puskesmas dan rumah sakit, namun penurunan
angka kematian ibu masih relatif lambat. Hal tersebut disebabkan karena tingginya
komplikasi obstetri. Misalnya saja pada tahun 2003, penyebab kematian ibu pasca
persalinan sebesar 52%, eklmasia 13%, infeksi 5% dan lain-lain 30%. Di sisi lain,
kemauan ibu untuk memanfaatkan pelayanan antenatal care di sarana-sarana
kesehatan masih relatif rendah. Hal ini tercermin untuk Sulawesi Tenggara
kunjungan (K-1) tahun 2006 sebesar 84,22%, kemudian kunjungan ibu hamil lama
(K-4) sebesar 75,21%, target cakupan K-1 sebesar 97,9% dan K-4 minimal 88,6%,
sasaran ibu hamil sekitar 96.072 orang. Untuk tahun 2007 kunjungan K-1 sebesar
79,73%, untuk K-4 sebesar 72,75%. untuk target K-1 Minimal 90%, untuk K-4
minimal 84,8%, sasaran sekitar 59,281 orang. Tahun 2008 kunjungan K-1 sekitar
31,88%, K-4 75,73%, target K-1 minimal 86%, K-4 95,6%. Untuk sasaran ibu hamil
sekitar 2.122 orang. (Profil Dinkes Provinsi Sultra, 2006-2008),
      Untuk Kota Kendari tahun 2006 cakupan K-1 sekitar 91,30%, dan K-4
sebesar 82,45 %, target K-1 minimal 99,8% K-4 95% dan sasaran 6.688 orang,
untuk tahun 2007 cakupan K-1 yaitu sekitar 57,17% dan K-4 78,31% sera target K-1
minimal 82,6%, K-4 90,4%, sasaran ibu hamil 9528 orang, untuk tahun 2008
cakupan K-1 yaitu sekitar 80,4%, K-4 72,88% dan target K-1 minimal 90% dan K-4
minimal 80,8%, sasaran ibu hamil sebesar 6.704 orang (Profil Dinkes Kota
Kendari, 2006-2008),
      Di wilayah kerja Puskesmas Mata, cakupan K-1 untuk tahun 2006 sekitar
76,2% dan K-4 sebesar 46%, dan target K-1 82%, K-4 94%, untuk sasaran ibu hamil
439 orang kemudian untuk tahun 2007 cakupan K-1 sekitar 52%, K-4 46% target K-1
90%, K-4 96%. Sasaran ibu hamil 656 orang. Untuk tahun 2008 cakupan K-1 71%,
   K-4 90% target K-1 80%, K-4 99,6% sasaran ibu hamil 597 orang jauh lebih rendah
   dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Kendari yang telah
   ditetapkan yakni 95%. Angka tersebut menunjukkan bahwa frekuensi ibu hamil untuk
   memeriksakan kehamilannya masih tergolong rendah. (Data Puskesmas Mata
   Kecamatan Kendari Kota Kendari , 2006-2008),
         Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
   tentang “Hubungan Dukungan Psikologis Dan Sosial Suami Terhadap Kunjungan
   Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari
   Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009”.


B. Rumusan Masalah
         Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
   penelitian ini adalah“ Apakah ada hubungan antara dukungan psikologis dan sosial
   suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata
   Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009”?


C. Tujuan Penelitian
1. Umum
         Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap kunjungan
   Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari
   Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009.


2. Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan psikologis suami terhadap kunjungan
   Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari
   Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.
b. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami terhadap kunjungan
   Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari
   Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.
c. Untuk mengetahui hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan
   sosial terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata
   kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
   Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu kesehatan
   masyarakat khususnya dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan dapat
   merupakan referensi untuk peneliti selanjutnya.
2. Manfaat praktis
   Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Puskesmas Mata
   dalam rangka meningkatkan pelayanan Antenatal Care.
3. Manfaat Bagi peneliti
   Bagi penulis, penelitian ini merupakan proses belajar menemukan kebenaran
   pengetahuan dan menambah wawasan pengetahuan tentang pemanfaatan
   Antenatal Care.
BAB II
                                 TINJAUAN PUSTAKA


A. Telaah Pustaka

      1. Tinjauan Tentang Dukungan Suami

a. Pengertian
         Terdapat banyak defenisi tentang dukungan yang dikemukakan oleh para
   ahli. Sheri dan Radmacher (2000) menekankan pengertian dukungan sebagai
   sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain “support is the
   resource to us thorough our interaction with other people”. Pendapat lain
   dikemukakan oleh Siegel dalam Taylor (2001) yang menyatakan bahwa dukungan
   adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga
   diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban
   bersama.
         Dari beberapa defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan
   suami adalah ketersediaan sumber daya yang diberikan oleh suami terhadap
   isterinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis yang diperoleh melalui
   pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan dan disayangi. Dukungan
   sosial dari keluarga dan suami sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan
   seorang ibu, jika kehamilan disertai dengan dukungan penuh dari suami dan
   keluarga, maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara tidak
   langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
   Kehamilan akan memberi dampak terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik
   berupa penambahan biaya, pengurangan atau penambahan beban pekerjaan,
   perubahan jasmani dan pengurangan frekuensi hubungan dengan orang lain yang
   kesemua itu akan menimbulkan stress bagi ibu hamil.
         Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai dengan labilitas
   emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan hormon dan
   kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. Permasalahan yang timbul dapat diatasi
   oleh ibu seorang diri tetapi harus didukung oleh orang disekelilingnya terutamanya
   suaminya (Farrer, 2001).
Bagi ibu pekerja tidak ada halangan untuk melaksanakan pekerjaan secara
   rutin. Ibu hamil masih dapat bekerja menjelang persalinan sehingga untuk
   melakukan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas atau Posyandu
   bukanlah halangan selama hal-hal yang bersifat membahayakan kehamilan dapat
   dicegah atau dihindari. Ibu hamil dianjurkan untuk dapat mengatur waktu istirahat
   dengan diet yang baik serta memeriksakan kehamilan secara teratur. Oleh karena
   itu dukungan suami sangat dibutuhkan untuk proses kehamilan           yang aman
   (Mannuaba, 1999).
         Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang istri pada saat
   hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil
   keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat
   memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan berjaga-
   jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
   (BKKBN, 2007).
         Untuk menghindari tingginya AKI yang disebabkan oleh komplikasi akibat
   kehamilan (perdarahan, infeksi dan lain-lain), maka partisipasi suami sangat
   diharapkan dan salah satunya harus diwujudkan dalam bentuk suami SIAGA yaitu :
1) Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat
   adanya tanda bahaya kehamilan seperti sering pusing, mual, muntah berlebihan,
   bengkak pada wajah dan tungkai dan komplikasi-komplikasi lainnya. Seorang suami
   hendaknya jeli dan berperan aktif dalam mencari informasi-informasi kesehatan
   khususnya informasi kesehatan ibu hamil agar suami lebih mudah untuk mengontrol
   kehamilan isterinya.
2) Antar, suami hendaknya senantiasa menyediakan angkutan yang akan dipakai
   menuju sarana pelayanan kesehatan agar bila terjadi komplikasi dalam proses
   kehamilan dan persalinan istrinya, suami dapat mengantar langsung isterinya
   ketempat pelayanan kesehatan serta mengurangi keterlambatan tiba di sarana
   kesehatan.
3) Jaga, suami hendaknya selalu mendampingi isteri selama proses kehamilan sampai
   persalinan. Seorang isteri akan merasa senang dan lebih semangat dalam menjalani
   kehamilannya apabila ditemani oleh suaminya, karena ia akan merasa diperhatikan
   dan disayangi oleh suaminya (Handayani, 2000).
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Dalam Masa Kehamilan Istri
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan suami dalam masa
   kehamilan isterinya dapat diuraikan di bawah ini :
1) Dukungan psikologis
          Dukungan psikologis adalah suatu sikap yang memberikan dorongan dan
   penghargaan moril kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya suami sangat
   membantu ketenangan jiwa isterinya, suami mendambakan bayi dalam kandungan
   istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan, suami tidak menyakiti istri,
   suami menghibur atau menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi isteri, suami
   berdoa untuk kesehatan atau keselamatan istri dan anaknya (Retnowati, 2005).
2) Dukungan sosial
          Dukungan sosial adalah suatu sikap dengan cara memberikan kenyamanan
   dan bantuan secara fisik atau nyata kepada ibu selama masa kehamilannya,
   misalnya suami memperhatikan kesehatan isteri yakni menanyakan keadaan istri
   atau janin yang dikandungnya, suami mengantar atau menemani istri memeriksakan
   kehamilannya, suami menasihati agar isteri tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau
   di tempat kerja dan suami membantu tugas istri (Yanuasti, 2001). Dukungan sosial
   juga di sebut sebgai Dukungan instrumental yaitu bantuan yang diberikan secara
   langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang
   diperlukan, memberikan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang
   lain. Aspek ini di dukung oleh Smet (1995) dan Taylor (1995) dimana bantuan
   instrumental ini berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan
   oleh orang lain dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun
   biaya hidup sehari-hari selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya
   sendiri.
3) Tingkat Pendidikan
          Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami
   sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan suami maka akses
   terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan
   kesulitan akan mengambil keputusan secara efektif. Akhirnya pandangan baru yang
   perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum
   suami mendasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan peranan yang
   sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan berkenan dengan
   kesehatan reproduksi pasangannya ( Hasriyanti, 2005)
4) Pendapatan
Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% penghasilannya dipergunakan
   untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga rendah yang setiap
   bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke
   pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan untuk membayar. Atas
   dasar faktor tersebut maka diatas maka prioritas kegiatan GSI ditingkat keluarga
   dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang bersifat
   anjuran saja seperti yang selama ini akan tetapi akan bersifat holistik. Secara
   kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan
   pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan
   untuk tidak memperhatikan kesehatan karena permasalahan keuangan (Yanuasti,
   2001).
5) Budaya
            Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih
   tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum
   wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk
   melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi
   perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya kualitas dan
   kuantitas makanan yang lebih baik, baik dibanding isteri maupun anak karena
   menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga
   sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak empati dan peduli
   dengan keadaan ibu yang sedang hamil maupun menyusui anak dan lain-lain.
            Beberapa cara merubah budaya diatas antara lain :
a) Persepsi mengenai keseteraan gender perlu diberikan dan disosialisasikan sejak dini
   melalui kegiaatan formal (sekolah) maupun non formal (kelompok masyarakat) dan
   diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
b) Penyuluhan pada sarana maupun tempat dimana pria selalu berkumpul dan
   berinteraksi misalnya tempat kerja, tukang cukur, dan lain-lain.
c) Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulasi yang menarik perhatian
d) Masyarakat indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan malu dan
   sungkang pada lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam pemeriksaan GSI perlu
   dipikirkan sesuatu aturan atau kegiatan yang dapat memotivasi kepala keluarga
   untuk segera merearisasikan kepedulian kepada istrinya (Yusrianti, 2001)

      2. Tinjauan Tentang Antenatal Care
Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter
spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan),
untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar internasional yang meliputi
7T yaitu (1) timbang berat badan ukur tinggi badan, (2) ukur tekanan darah, (3)
pemberian imunisasi tetanus neonatorum, (4) ukur tinggi fundus uteri, (5) pemberian
tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan, (6) test pemeriksaan penyakit
menular seksual (7) temuwicara (Saifuddin dkk, 2001).
      Penetapan standar 7 T harus dipenuhi dengan minimal empat kali kunjungan
dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali triwulan kedua dan dua kali
pada triwulan ketiga. Jumlah kunjungan tersebut dapat dipakai untuk melihat kualitas
pemanfaatan Antenatal Care. Berdasarkan keteraturan kunjungan ibu hamil ini,
cakupan Antenatal Care dapat dievaluasi yang dikenal dengan K-1 dan K-4. K-1
adalah kunjungan baru ibu hamil dan K-4 adalah terpenuhinya seluruh kunjungan
yang diharapkan. Jadi Antenatal Care yang tidak memenuhi standar 7 T tersebut
belum dapat dianggap suatu Antenatal Care (Depkes RI, 2001).
      Mochtar (2000) mengemukakan bahwa tujuan Antenatal Care adalah
mendapatkan ibu dan anak yang sehat, menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu dan anak sebagai akibat langsung dari proses reproduksi manusia, mengenal,
mengobati dan mengurangi bahaya penderitaan dan komplikasi proses reproduksi
selama hamil, sewaktu persalinan dalam masa nifas, mencari dan mengurangi
secara bertahap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan proses
reproduksi baik medis maupun non medis dalam masyarakat.
      Penelitian Wibowo (2004) menemukan bahwa ada enam faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan Antenatal Care berturut-turut yakni (a) faktor akses
terhadap antenal care yang meliputi jarak, total waktu dan desa, (b) faktor ciri sosial
ibu hamil yang meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu tentang
Antenatal Care, (c) faktor keadaan ekonomi keluarga yang meliputi belanja keluarga
per bulan dan keterjangkauan pelayanan, (d) faktor ciri reproduksi ibu hamil yang
meliputi jumlah kelahiran dan umur ibu (e) faktor kondisi kesehatan selama hamil
yang meliputi keluhan yang dirasakan, persepsi keadaan kesehatan selama hamil
dan kadar Hb (f) faktor yang meliputi tindakan pengobatan bila sakit selama hamil.
      Pentingnya pelayanan ANC secara teratur yang dilakukan 4 kali selama
kehamilan yakni :
a. Satu kali pada trismester pertama pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu yang
   berfungsi untuk membina hubungan saling percaya antara bidan dengan ibu,
   mendeteksi secara dini masalah/keluhan yang dirasakan oleh ibu yang dapat diobati
   sebelum mengancam jiwa ibu, mencegah masalah yang umumnya terjadi pada ibu
   hamil seperti anemia defisiensi zat besi, pengggunaan praktek tradisional yang
   merugikan, mendorong perilaku yang sehat (Nutrisi, Latihan dan kebersihan, istrahat
   dan lain-lain)
b. Satu kali pada trimesteri kedua ( antara minggu ke 14- 28) fungsinya sama seperti
   kunjunan trimester pertama tetapi perlu kewaspadan khusus mengenai preklamsi,
   pemantaun tekanan darah, periksa protein urin dan gejala lainnya.
c. Dua kali pada trimester ketiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke
   36) yang fungsinya sama seperti kunjungan sebelumnya tetapi perlu adanya palpasi
   abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda, deteksi kehamilan letak, atau
   kondisi lainnya yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
          Pemeriksaan antenatal yang teratur dapat mendeteksi secara dini komplikasi-
   komplikasi yang bisa saja terjadi masa kehamilan (Bobak, 2004).
1) Pelaksana Antenatal Care meliputi tenaga medis (dokter) dan tenaga paramedis
   (bidan, perawat yang sudah mendapatkan pelatihan Antenatal Care). Jadwal
   pemeriksaan Antenatal Care sebagai berikut : Trimester I dan II, Setiap bulan sekali
   diambil data tentang laboratorium, pemeriksaan ultrasonografi, nasehat diet tentang
   empat sehat lima sempurna, tambahan protein ½ gr/kg bb = satu telur/hari.
   Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kematian, komplikasi
   kehamilan dan imunisasi tetanus.
2) Trimester III, Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran, evaluasi data
   laboratorium untuk melihat hasil pengobatan, diet empat sehat lima sempurna,
   pemeriksaan ultrasonografi, imunisasi tetanus, observasi adanya penyakit yang
   menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester ketiga, rencana pengobatan,
   nasehat tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan.
          Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 sampai 13 kali
   selama hamil. Di Negara berkembang Antenatal Care dilakukan sebanyak empat
   kali sudah cukup sebagai kasus yang tercatat (Mochtar, 2000). Ada dua jenis
   intervensi dalam Antenatal Care, yaitu :
1) Intervensi dasar, yaitu perlakuan yang diberikan kepada semua ibu hamil yang
   mendapatkan pemeriksaan kehamilan yang meliputi pemberian tetanus toxoid, tablet
zat besi, vitamin dan mineral, serta penyuluhan secara terarah. Intervensi dasar ini
   terdiri dari :
a) Pemberian (TT) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
   neonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan
   sekurang-kurangnya dua kali, dengan interval minimal empat minggu, kecuali
   sebelumnya ibu telah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada
   masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali saja.
b) Pemberian tablet zat besi (Fe) Tujuan pemberian tablet zat besi adalah untuk
   memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan
   kebutuhannya meningkat. Cara pemberiannya adalah satu tablet per hari sesudah
   makan selama masa kehamilan dan nifas.
c) Pemberian tablet multivitamin, Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan
   berbagai vitamin dan mineral bagi ibu dan janin, Cara pemberiannya adalah per hari,
   selama masa kehamilan dan nifas.
2) Intervensi khusus, yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor risiko dan
   kelainan yang ditemukan, Perlakuan tersebut meliputi yang perlu dilakukan oleh
   pelaksana Antenatal Care, yaitu pemantauan ketat/intensif, pemberian obat, bila
   perlu dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih lengkap.
           Menurut WHO (2001) dalam Saifuddin, dkk (2001) pedoman Antenatal Care,
   petugas memberi pelayanan setiap kunjungan, mengenai : perencanaan kelahiran
   secara individu harus dimulai sejak kunjungan pertama dan pada kunjungan-
   kunjungan berikutnya, imunisasi TT, pemberian tablet besi, mempersiapkan
   kelengkapan dan alat-alat bersalin bila      direncanakan melahirkan di rumah,
   mencatat seluruh kegiatan antenatal (kunjungan pertama dan berikutnya dan
   tindakan perawatan yang dilakukan), dukungan psikososial dan menjadwalkan
   kunjungan selanjutnya. Kunjungan antenatal untuk kehamilan normal meliputi
   kategori penilaian (riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium) dan penyuluhan
   kesehatan.

       3. Tinjauan Tentang Kehamilan

a. Pengertian
           Kehamilan   adalah   proses   dimana    terjadi   pembuahan    ovum    oleh
   spermatozoa, Proses perubahan itu sendiri diawali dengan koitus air mani yang
terpancar ke dalam ujung atas vagina sebanyak 2-5 cc yang mengandung
     spermatozoa sebanyak 80-120 juta tiap cc (Anderson, 2000). Tiap spermatozoa
     terdiri atas tiga bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng
     dan mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang slindrik menghubungkan
     kepala dengan ekor (Prawirohardjo S, 2006).
            Spermatozoa berbentuk seperti kecobong dengan kepala lonjong dan ekor
     seperti cambuk, bentuk ini untuk pergerakan ke tuba fallopi melalui kanalis dan
     servikalis dan kavum uteri sampai menunggu kedatangan ovum,Ovum yang dilepas
     ovarium disapu oleh mikrofilamen fibria ke arah ostium tubae abdominale sampai ke
     tuba fallopi, Bagian kepala spermatozoa yang telah masuk ke dalam ovum akan
     bersatu dengan ovum dan membentuk zigot yang kemudian akan menjadi cikal
     bakal janin atau embrio (Anderson, 2000).
b. Tanda-Tanda Kehamilan
            Berhasilnya proses pembuahan (kehamilan) dapat dilihat pada perubahan-
     perubahan fisik dan psikologis ibu atau tanda (gejala) yang oleh (Prawirohardjo S,
     2006) menyebutkan tanda-tanda tersebut antara lain :
1) Amonorea (terlambat datang bulan) yaitu konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak
     terjadinya pembentukan folikel de graff dan ovulasi yang biasanya disebut terlambat
     datang bulan.
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis) yaitu akibat pengaruh hormon estrogen dan
     progesterone menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung yang berlebihan
     dan menimbulkan muak dan muntah.
3) Ngidam yaitu keadaan dimana seorang wanita hamil sering menginginkan makanan
     tertentu.
4) Sinkope atau pingsan,Kondisi ini terjadi karena gangguan sirkulasi darah ke arah
     kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat. Keadaan ini akan
     menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.
5)    Payudara tegang, Kondisi disebabkan akibat pengaruh hormon estrogen,
     progesterone dan samatomammotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam
     pada payudara sehingga akan membesar dan tegang, Ujung syaraf akan tertekan
     sehingga menimbulkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6) Sering miksi yaitu suatu gejala susah menahan air seni sebagai akibat kerja hormon
     progesterone yang menghambat peristaltic usus.
7)   Pigmentasi kulit. Pada kulit terdapat hiperpigmentasi pada daerah dahi, pipi
     dan hidung yang disebabkan kloasma gravidarum.
8) Pembesaran rahim. Pembesaran uterus disebabkan oleh hipertropi otot-otot pada
     uterus,    disamping   itu   serabut-serabut   kolagen   menjadi   nigroskopik   akibat
     meningkatnya kadar estrogen.
9) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Penampakan ini sebagai akibat
     kerja hormon yang terjadi di sekitar genitalia, kaki dan betis serta payudara.


c. Masalah emosi dan kejiwaan selama kehamilan
              Kehamilan merupakan periode yang dramatis terhadap kondisi biologis,
     perubahan psikologis adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya.
     Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi
     terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik
     antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma
     sosialkultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus
     berbagai reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa (Prawirohardjo S,
     2006).
              Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola
     kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengobatan, kasih sayang dan
     empaty) pada wanita hamil dan aspek tekhnik dapat mengurangi aspek sumber
     daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal, akselasi, kendala nyeri dan
     asuhan neonatal).


B. Landasan Teori
              Dukungan suami dapat ditekankan sebagai sumber daya yang disediakan
     lewat interaksi dengan orang lain “ support is the resource to use through our
     interaction with other people”. Pendapat lain bahwa dukungan tentang informasi dari
     orang lain adalah ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta
     merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.
              Dukungan suami merupakan ketersediaan sumberdaya uang diberikan oleh
     suami terhadap istrinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis yang diperoleh
     melalui pengetahuan bahwa individu tersebut diperhatikan, dicintai, dan disayangi.
     Dukungan sosial dan keluarga dan suami sangat berpengaruh terhadap proses
     kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai dukungan yang penuh dari suami dan
keluarga, maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara tidak
   langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
   kehamilan akan memberi dampak terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik
   berupa penambahan biaya, pengurangan atau penambahan beban pekerjaan
   perubahan jasmani dan pengurangan frekuensi hubungan dengan orang lain yang
   kesemua itu akan menimbulkan stress bagi ibu hamil.
         Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai dengan labilitas
   emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan hormon dan
   kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. permasalahan yang timbul dapat diatasi
   oleh seorang ibu tetapi harus disekelilingnya terutama suaminya. Dukungan dan
   partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang isteri pada saat hamil, antara lain
   suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b)
   terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat memperoleh pelayanan
   medis. Seorang suami hendaknya waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika
   melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan.


C. Kerangka Konsep




D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas, maka hipotesis yang
            diajukan dalam penelitian ini berbunyi :
1. Ho :     Tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan
            kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari,
            Kota Kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
     Ha :   Ada hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan
            kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari,
            Kota Kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
2. Ho :     Tidak Ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial suami dengan
            kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari,
            Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
     Ha :   Ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial suami dengan kunjungan
            Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota
            Kendari, provinsi sulawesi tenggara tahun 2009.
3.   Ho : Tidak Ada hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial
            suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kota
            Kendari, provinsi sulawesi tenggarara Tahun 2009.
     Ha :   Ada hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial
            terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kota
            Kendari, provinsi sulawesi tenggara Tahun 2009.




                                                   BAB III
                                           METODE PENELITIAN


        A. Jenis Penelitian
                  Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
            sectional yang bertujuan untuk mengetahui dinamika hubungan antara variabel
            bebas (Dukungan suami) dengan variabel terikat (kunjungan Antenatal Care) melalui
            pendekatan point time. Artinya, antara variabel bebas dan variabel terikat di
            observasi sekaligus pada saat yang sama (Arikunto S, 2006,).


        B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
              Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan
     Kendari, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi tenggara tahun 2009.
2.   Waktu Penelitian
              Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2009.


 C. Populasi dan Sampel
 1. Populasi
              Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang istrinya hamil dan
     memeriksakan kehamilannya di wilayah Kerja Puskesmas di Wilayah Kerja
     Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara
     tahun 2009 sejak bulan Mei-Juni tahun 2009.
 2. Sampel
              Sampel dalam penelitian ini adalah suami yang isterinya hamill dan
     memeriksakan kehamilan. Metode penarikan sampel menggunakan Acidental,
     Sedangkan besar sampel dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:




                                         (Notoatmodjo, 2005)
     Keterangan:
     n    : Jumlah sampel
     N    : Jumlah populasi
     d    : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan
     (0,05)
     Sehingga didapatkan:

 D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
              Secara operasional, variabel perlu didefenisikan yang bertujuan untuk
     menjelaskan makna variabel penelitian. (Arikunto 2006) memberikan pengertian
     tentang defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk
     bagaimana variabel itu diukur. Variabel penelitian terdiri dari satu variabel terikat dan
     satu variabel bebas, yaitu :
1. Kunjungan Antenatal Care adalah pemanfaatan Antenatal Care oleh ibu hamil pada
           petugas kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari kota
           kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009, yang diukur berdasarkan tiga
           pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala Guttman. Skor kunjungan
           Antenatal Care ini akan dikategorikan menurut baik dan kurang dengan kriteria
           obyektif :
aik       : Bila responden memanfaatkan Antenatal Care > 4      kali
urang     : Bila responden memanfaatkan Antenatal Care < 4 kali (Wibowo.A,2004)
        2. Dukungan psikologis suami adalah dorongan (motivasi) dan penghargaan moril
           suami terhadap ibu hamil selama masa kehamilannya, (Retnowati, 2005) yang
           diukur berdasarkan 10 pertanyaan.
           dengan kriteria obyektif :
aik       : Bila total skor jawaban responden >60%
urang     : Bila total skor jawaban responden <60% (Notoatmodjo.S,2005)
        3. Dukungan sosial suami adalah suatu sikap dengan cara memberikan dorongan atau
           bantuan secara fisik atau yang nyata kepada ibu selama masa kehamilanya,
           (yanuasti, 2001) yang diukur berdasarkan 10 pertanyaan.
           dengan kriteria obyektif :
aik       : Apabila total skor jawaban responden >60%
urang     : Bila total skor jawaban responden <60%
             (Notoatmodjo, 2005)


        E. Instrumen Penelitian
                  Dalam penelitian ini menggunakan instrumen diantaranya kuesioner dengan
           jumlah sebanyak 23 pertanyaan dimana yang benar diberi nilai 1 dan yang salah
           diberi nilai 0, buku register, catatan mediccal, record pasien di tempat penelitian
           berlangsung.


        F. Pengumpulan Data
        1. Data Primer
                Data primer dalam penelitian ini adalah dukungan psikologis dan sosial suami
           dan kunjungan Antenatal Care yang pengumpulannya melalui wawancara dengan
           menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner (Arikunto,2006).
        2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini cakupan pemeriksaan kehamilan,
  sosiodemografi dan lain-lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian                     yang
  pengumpulannya dengan cara melihat dokumen (profil Puskesmas dan laporan
  kunjungan ibu hamil).


G. Pengolahan dan Analisis Data
           Data diolah menggunakan bantuan elektronik berupa perangkat-perangkat
  komputerisasi serta analisis data menggunakan statistik inferensial dengan
  menggunakan uji statistik chi square dengan formula :




  (Sugiyono, 2007)




  Keterangan:
    2
        : Chi kuadrat
  Fo : Frekuensi yang diobservasi
  Fh : Frekuensi yang diharapkan
  ∑ : Sigma atau jumlah
  Dasar pengambilan keputusan :
                      2             2
  1. Ditolak, Jika     hitung   <    tabel
                        2               2
  2. Diterima, Jika      hitung     >    tabel




H. Penyajian Data
           Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik dan tabel distribusi
  frekuensi     berdasarkan               variabel   yang   diteliti   disertai   dengan   narasi
  secukupnya.
DAFTAR PUSTAKA



     Anderson, 2000. Meningkatkan Kehamilan Yang Aman. http/www.Reblika.Com Diakses
            05/05/2009
     Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka
            Cipta.
            Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC
     Dasuki (2000), 2000.. Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak.. htttp://www
            peningkatan kesehatan ibu dan anak Majalah Interaksi 1-3 Desember Hal. 12-15.
            diakses 09/04/2008
     Depkes RI, 2001. Pedoman pelaksanaan Upaya Peningkatan Neonatal, Jakarta
     Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2006-2009. Profil Kesehatan Propinsi
            Sulawesi Tenggara, Kendari
     Farrer (2001). Jati Diri Ibu Dimata Suami. Media Promosi Kesehatan.
            htttp://www.kesehatan.go.id. diakses 05/05/2009
     Friedman 2001. Peran Suami dalam kehamilan. http://www.Kesehatan.go.id diakses
            07/04/2008
Handayani, 2000. Upaya Mencegah Angka Kematian Ibu Di Indonesia. MediaPenelitian &
            Pengembangan Kesehatan, htttp://www.Kurangnya kematian ibu di indonesia.go.id.
            diakses 11s/05/2009
     Hakimi, 1997. Evaluasi Efeketivitas Kehamilan Di Kabupaten Purworejo, Majalan
            Kedokteran Indonesia.http/www.ilmu kedokteran, diakses 05/05/2009
            Harian Kompas, 23/7/2007, Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi.
     Hasriyanti, 2005. Studi Retrospektif Dampak Persalinan Usia Remaja Di Wilayah Kerja
            Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Tahun 2005, Skripsi tidak dipublikasikan,
            Kendari
     Manuaba Ida Bagus Gede , 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :
            Arcan
     Masrianto, 2001. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan
            Antenatal Care Di Kecamatan Kalimana Kabupaten Purba. http://www.Depkes.go.id.
            Diakses 05/05/2009
     Mediana, 2007. Pentignya Pelayanan ANC Secara Teratur. http://www. Pelayanan
            Antenatal care .go.Id diakses 05/05/209
     Mercy      Lucianawaty,     2003.    Menjadi    Ayah     Yang      Bertanggung  Jawab.
            Http//Www.Jhucccp.Go.Id Diakses 11/05/2009
            Mochtar, Rustam. 2000. Synopsis Obsetri Patologi, Jakarta: EGC
     Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
     Prawirohardjo dkk, 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Kedelapan, Jakarta :
            Yayasan Bina Pustaka,
     Retnowati, 2005. Persepsi Remaja Ketergantungan Napza Mengenai Dukungan Keluarga
            Selama Masa Rehablitasi. htttp://www.kesehatan.go.id. diakses 05/05/2009
     Sheri dan Radmacher. 2000. Dukungan Suami Dalam Upaya Mencegah Angka Kematian
            Ibu. http/www.Majalahafmica.Com,Diakses 05/05/2009
            Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
     Syaifuddin,dkk 2001. Kebidanan Komunitas. Jakarta : Tiara Putra
Taylor, 1999. Komunikasi Interpersonal Merupakan Salah Satu Komponen Dukungan
       http/www.Suaraperempuan.Com, Diakses 05/05/2009
Wibowo Abdul . 2004. Faktor Penentu Pemanfaatan ANC Dan Hubungan ANC Dengan
       Bayi Berat Lahir Rendah Di Kec. Ciawi, Desertasi Yang Dipublikasikan Universitas
       Indonesia
Yanuasti, 2001. Dukungan Sosial Suami Terhadap Pelayanan ANC . htttp://www.Sosial
       Suami.go.id. diakses 08/04/2009




      http://campusline21.blogspot.com/2012/05/hubungan-dukungan-psikologis-dan-sosial.html



      http://temboktiar.blogspot.com/2011/04/angka-kematian-ibu-aki-dan-angka.html




      http://kesehatan.rmol.co/read/2012/06/01/65739/Angka-Kematian-Ibu-&-Anak-Meningkat-Tajam-

      RMOL.Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) lima tahun terakhir,
      naik tajam. Minimnya layanan medis dalam proses persalinan menjadi salah satu penyebab.

      hal itu dikatakan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Ghufron Mukti saat membuka
      Workshop Nasional Pelayanan Kesehatan di Kemenkes, Jakarta, beberapa waktu lalu.

      “Saat ini AKI di Indonesia masih berada di angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah
      ini 3-6 kali lebih besar dengan negara ASEAN,” ujar Ali Ghufron.

      Begitu juga dengan AKB, kata dia, masih 2-5 kali lebih besar dibanding negara ASEAN
      lainnya seperti Malaysia dan Thailand.

      “Jumlah tersebut masih tinggi dari yang ditargetkan pada 2014 menjadi 118 per 100 ribu ke-
      lahiran hidup dan 2015 akan diupayakan menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup,” jelas
      Ali.

      Menurut dia, faktor keterlambatan mendapatkan penanganan medis menjadi salah satu penye-
      bab tingginya AKI dan AKB di Indonesia.

      “Para Ibu sering bingung waktu membuat keputusan melahirkan, apakah akan melalui pena-
      nganan medis atau non medis, terutama di wilayah pedesaan yang menyebabkan tingginya
      AKI dan AKB,” katanya.

      Untuk mengatasi masalah ini, lanjut Ali, Kemenkes telah melakukan upaya memperbanyak
      layanan kesehatan kepada masyarakat. Yaitu, dengan pengadaan Pos Persalinan Desa (Polin-
      des) di setiap desa, pemberian kewenangan tambahan pada Puskesmas untuk penanganan
      gawat darurat dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED), pemberdayaan
rumah sakit sebagai sarana rujukan dalam Pelayanan Obstetri Neonatus Essential
Komprehensif (PONEK) dan upaya-upaya standarisasi pelayanan kesehatan kebidanan.

“Bidan memiliki peran penting menjaga kelangsungan hidup ibu dan anak, terutama di wi-
layah pedesaan. Untuk itu, peranan bidan akan ditingkatkan mutunya,” janji Ali.

Selain itu, lanjutnya, Kemenkes akan meningkatkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal)
untuk keluarga tidak mampu. Kemenkes juga telah menganggarkan beberapa dana di Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) guna meningkatkan infrastruktur layanan kesehatan
masyarakat dengan menambah tempat tidur atau Puskesmas pembantu yang masih kurang.

“Kami akan menambah anggaran klaim Jampersal dari Rp 440 ribu per kelahiran normal
menjadi Rp 660 ribu per kelahiran hidup,” ungkap Ali.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief
akan menggenjot program Keluarga Berencana (KB) di pedesaan guna menekan AKI dan
AKB.

“Infrastruktur program KB di daerah akan diperkuat melalui Pos KB di daerah serta menghi-
dupkan kembali fungsi Petugas Lapangan KB (PLKB),” tutur Sugiri.

BKKBN juga akan memperkuat layanan Jaminan Pesalinan (Jampersal) mulai dari konsul-
tasi kehamilan, persalinan hingga pemilihan alat KB serta menggiatkan program Generasi
Berencana (GENRE) guna menekan tingkat pernikahan dini di kalangan remaja.

“Diharapkan program KB bisa lebih baik untuk menekan angka kematian ibu dan anak,”
tandasnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Contoh proposal penelitian hub

Contenu connexe

Tendances

Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontikTumiur Sormin
 
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiTaxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiPSPDG-UNUD
 
Impaksi maggie
Impaksi maggieImpaksi maggie
Impaksi maggiemaggienth
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2asih gahayu
 
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanAnastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanrizkyautama
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa GigiBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa GigiBPJS Kesehatan RI
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Remaja
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada RemajaPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Remaja
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Remajapjj_kemenkes
 
4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakitphiqe kbn
 
12. evaluasi program promosi kesehatan
12. evaluasi program promosi kesehatan12. evaluasi program promosi kesehatan
12. evaluasi program promosi kesehatanAgus Candra
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityVina Widya Putri
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienSulistia Rini
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiVina Widya Putri
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanYurie Arsyad Temenggung
 

Tendances (20)

Adaptasi sel
Adaptasi selAdaptasi sel
Adaptasi sel
 
Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontik
 
INDEKS DMF - T.ppt
INDEKS DMF - T.pptINDEKS DMF - T.ppt
INDEKS DMF - T.ppt
 
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur GigiTaxonomi dan Nomenklatur Gigi
Taxonomi dan Nomenklatur Gigi
 
Posyandu-lansia
Posyandu-lansiaPosyandu-lansia
Posyandu-lansia
 
Impaksi maggie
Impaksi maggieImpaksi maggie
Impaksi maggie
 
3.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi23.pertumbuhan gigi2
3.pertumbuhan gigi2
 
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikanAnastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
Anastesi infiltrasi lokal dengan suntikan
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa GigiBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Remaja
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada RemajaPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Remaja
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Remaja
 
4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit
 
12. evaluasi program promosi kesehatan
12. evaluasi program promosi kesehatan12. evaluasi program promosi kesehatan
12. evaluasi program promosi kesehatan
 
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth MobilityPemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
Pemeriksaan CPITN, PBI & Tooth Mobility
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
Makalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantungMakalah penyakit jantung
Makalah penyakit jantung
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
Model perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatanModel perencanaan program promosi kesehatan
Model perencanaan program promosi kesehatan
 
Makalah Gingiva
Makalah GingivaMakalah Gingiva
Makalah Gingiva
 
Ppt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fixPpt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fix
 
MALNUTRISI - KEP
MALNUTRISI - KEPMALNUTRISI - KEP
MALNUTRISI - KEP
 

Similaire à Contoh proposal penelitian hub

180161384 pedoman-pws-kia-pdf
180161384 pedoman-pws-kia-pdf180161384 pedoman-pws-kia-pdf
180161384 pedoman-pws-kia-pdfayaanur
 
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docxProposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docxELISSANTIKA2
 
Journal asuhan kebidanan komprehensif kehamilan (autosaved)
Journal asuhan kebidanan  komprehensif kehamilan (autosaved)Journal asuhan kebidanan  komprehensif kehamilan (autosaved)
Journal asuhan kebidanan komprehensif kehamilan (autosaved)HilariaMafenat1
 
BUKU KEMENKES UPDATE 2 KB.pdf
BUKU KEMENKES UPDATE 2 KB.pdfBUKU KEMENKES UPDATE 2 KB.pdf
BUKU KEMENKES UPDATE 2 KB.pdfsafridafida
 
Contoh makalah-keperawatan
Contoh makalah-keperawatanContoh makalah-keperawatan
Contoh makalah-keperawatanTerminal Purba
 
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”bagadang s
 
Proposal kebidanan poltekkes AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan poltekkes AKBID PARAMATA RAHA Proposal kebidanan poltekkes AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan poltekkes AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Desa siaga evaluation(indo)
Desa siaga evaluation(indo)Desa siaga evaluation(indo)
Desa siaga evaluation(indo)mutiasamira
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kbIntanTan1
 
7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docxholipah2
 

Similaire à Contoh proposal penelitian hub (20)

Pedoman pws-kia
Pedoman pws-kiaPedoman pws-kia
Pedoman pws-kia
 
180161384 pedoman-pws-kia-pdf
180161384 pedoman-pws-kia-pdf180161384 pedoman-pws-kia-pdf
180161384 pedoman-pws-kia-pdf
 
Bab i doh
Bab i dohBab i doh
Bab i doh
 
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docxProposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
Proposal_D4_Pengaruh_aplikasi_kehamilan-56999800.docx
 
Elvipson tesis
Elvipson tesis Elvipson tesis
Elvipson tesis
 
Pedoman PWS KIA
Pedoman PWS KIAPedoman PWS KIA
Pedoman PWS KIA
 
Journal asuhan kebidanan komprehensif kehamilan (autosaved)
Journal asuhan kebidanan  komprehensif kehamilan (autosaved)Journal asuhan kebidanan  komprehensif kehamilan (autosaved)
Journal asuhan kebidanan komprehensif kehamilan (autosaved)
 
INC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.docINC FISOL SHANTI.doc
INC FISOL SHANTI.doc
 
BUKU KEMENKES UPDATE 2 KB.pdf
BUKU KEMENKES UPDATE 2 KB.pdfBUKU KEMENKES UPDATE 2 KB.pdf
BUKU KEMENKES UPDATE 2 KB.pdf
 
Contoh makalah-keperawatan
Contoh makalah-keperawatanContoh makalah-keperawatan
Contoh makalah-keperawatan
 
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
kti asuhan kebidanan antenatal pada ny.“s”
 
Bab i edit
Bab i editBab i edit
Bab i edit
 
Proposal &amp; thesis
Proposal &amp; thesisProposal &amp; thesis
Proposal &amp; thesis
 
Proposal kebidanan poltekkes AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan poltekkes AKBID PARAMATA RAHA Proposal kebidanan poltekkes AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan poltekkes AKBID PARAMATA RAHA
 
Desa siaga evaluation(indo)
Desa siaga evaluation(indo)Desa siaga evaluation(indo)
Desa siaga evaluation(indo)
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kb
 
7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Dernier

MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxDwiHmHsb1
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxArdianAdhiwijaya
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfnoviarani6
 
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCokDevitia
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 

Dernier (20)

MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 

Contoh proposal penelitian hub

  • 1. http://bascommetro.wordpress.com/2012/05/17/hubungan-usia-ibu-dan- riwayat-abortus-dengan-kejadian-abortus-incompletus-di-rs/ CONTOH Proposal Penelitian; Hubungan Antara Dukungan Psikologis dan Sosial Suami Terhadap Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan ibu telah dilakukan, baik ditingkat nasional maupun internasional, Di tingkat internasional (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Dimana saat ini tengah digalakkan program Innitiatives for Maternal Mortality Program Assesment (IMMPACT) atau inisiatif program penilaian penurunan kematian ibu yang bertujuan mencari diantara strategi interaksi yang sudah ada, strategi manakah yang paling efektif dan cost efektif untuk menurunkan kematian ibu diberbagai situasi sosial dan budaya di negara berkembang dan menilai implikasi dan strategi tersebut terhadap pemerataan dan kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal (UNICEF, 2000) dalam (Masrianto. I, 2001). Dasuki (2000) mengemukakan bahwa di dunia ini setiap unit seorang perempuan meninggal karena komplikasi dan persalinan. Dengan kata lain 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000, perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, upaya meningkatkan kesehatan ibu dilakukan dengan melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mampu menyediakan pelayanan dasar kebidanan seperti transfusi darah, anestesi dan operasi, Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Mother Hood (SMH) telah dicanangkan dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan meningkatkan akses dan cakupan
  • 2. pelayanan kesehatan ibu dan bayi, Namun angka kematian ibu penurunannya masih relatif lambat(SDKI 2002-2003 ). Saat ini di Indonesia, AKI masih tergolong tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 284 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007). Pada tahun 2008 angka kematian Ibu cukup tinggi 6-8 per 1000 kelahiran hidup (Wijdosastro, 2008). Dukungan suami terhadap istri selama hamil sebesar 38% dan yang tidak mendukung sebesar 46% sedangkan target dukungan suami sekitar 85 % (Mersi Lusianawaty tahun 2003). Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, misalnya saja di Vietnam memiliki AKI 200 per 100.00 kelahiran hidup, di Singapura 5 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup dan di Philipina 142 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan untuk Indonesia Sehat 2010, AKI menurun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (Harian Kompas, 23/7/2007). Walaupun telah terjadi penurunan angka kematian ibu yang cukup berarti yaitu sekitar 520 per 100.000 kelahiran hidup sekitar 35 tahun yang lalu menjadi 290 per 100.000 (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 1994) namun angka ini masih cukup tinggi bahkan tertinggi di lingkungan Asia Tenggara (Dwiaty, Walukono & Komala, 2000). Fakta lain menunjukkan bahwa di Indonesia, dua orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan K-1 dan K-4 salah satunya adalah kurangnya dukungan suami terhadap isteri dalam memeriksakan kehamilannya terhadap petugas kesehatan yang berdampak pada rendahnya keinginan ibu untuk memanfaatkan fasilitas Antenatal Care (ANC) (Hakimi, 1997). Menurut Farrer (2001) frekuensi kunjungan ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas Antenatal Care tergantung pada dukungan lingkungan sosialnya, terutama dukungan suami. Friedman (2001) mengemukakan bahwa ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami atau isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Di daerah pedesaan suami sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu keluarga, sedangkan isteri hanya bersifat membantu dengan memberikan sumbang saran (Widjosastro, H: 2003). Pentingnya pelayanan ANC secara teratur sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun untuk kesejahteraan janin. Untuk ibu misalnya
  • 3. berguna unutk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan, mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan, mengetahui berbagai masalah dengan kehamilan, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman. (Mediana, 2007). Sedangkan untuk bayi pemeriksaan itu pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janai lahir prematur, bayi berat badan lahir rendah,lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir. Di Sulawesi Tenggara, untuk menurunkan angka kematian ibu telah dilakukan pelatihan bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu terdepan melalui proyek Health Mothers Healthy Babies (HMHB), penyediaan fasilitas pelayanan antenatal care di Polindes, Pustu, Puskesmas dan rumah sakit, namun penurunan angka kematian ibu masih relatif lambat. Hal tersebut disebabkan karena tingginya komplikasi obstetri. Misalnya saja pada tahun 2003, penyebab kematian ibu pasca persalinan sebesar 52%, eklmasia 13%, infeksi 5% dan lain-lain 30%. Di sisi lain, kemauan ibu untuk memanfaatkan pelayanan antenatal care di sarana-sarana kesehatan masih relatif rendah. Hal ini tercermin untuk Sulawesi Tenggara kunjungan (K-1) tahun 2006 sebesar 84,22%, kemudian kunjungan ibu hamil lama (K-4) sebesar 75,21%, target cakupan K-1 sebesar 97,9% dan K-4 minimal 88,6%, sasaran ibu hamil sekitar 96.072 orang. Untuk tahun 2007 kunjungan K-1 sebesar 79,73%, untuk K-4 sebesar 72,75%. untuk target K-1 Minimal 90%, untuk K-4 minimal 84,8%, sasaran sekitar 59,281 orang. Tahun 2008 kunjungan K-1 sekitar 31,88%, K-4 75,73%, target K-1 minimal 86%, K-4 95,6%. Untuk sasaran ibu hamil sekitar 2.122 orang. (Profil Dinkes Provinsi Sultra, 2006-2008), Untuk Kota Kendari tahun 2006 cakupan K-1 sekitar 91,30%, dan K-4 sebesar 82,45 %, target K-1 minimal 99,8% K-4 95% dan sasaran 6.688 orang, untuk tahun 2007 cakupan K-1 yaitu sekitar 57,17% dan K-4 78,31% sera target K-1 minimal 82,6%, K-4 90,4%, sasaran ibu hamil 9528 orang, untuk tahun 2008 cakupan K-1 yaitu sekitar 80,4%, K-4 72,88% dan target K-1 minimal 90% dan K-4 minimal 80,8%, sasaran ibu hamil sebesar 6.704 orang (Profil Dinkes Kota Kendari, 2006-2008), Di wilayah kerja Puskesmas Mata, cakupan K-1 untuk tahun 2006 sekitar 76,2% dan K-4 sebesar 46%, dan target K-1 82%, K-4 94%, untuk sasaran ibu hamil 439 orang kemudian untuk tahun 2007 cakupan K-1 sekitar 52%, K-4 46% target K-1
  • 4. 90%, K-4 96%. Sasaran ibu hamil 656 orang. Untuk tahun 2008 cakupan K-1 71%, K-4 90% target K-1 80%, K-4 99,6% sasaran ibu hamil 597 orang jauh lebih rendah dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Kendari yang telah ditetapkan yakni 95%. Angka tersebut menunjukkan bahwa frekuensi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya masih tergolong rendah. (Data Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari , 2006-2008), Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Psikologis Dan Sosial Suami Terhadap Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“ Apakah ada hubungan antara dukungan psikologis dan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009”? C. Tujuan Penelitian 1. Umum Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009. 2. Khusus a. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan psikologis suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009. b. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009. c. Untuk mengetahui hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara Tahun 2009.
  • 5. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan dapat merupakan referensi untuk peneliti selanjutnya. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Puskesmas Mata dalam rangka meningkatkan pelayanan Antenatal Care. 3. Manfaat Bagi peneliti Bagi penulis, penelitian ini merupakan proses belajar menemukan kebenaran pengetahuan dan menambah wawasan pengetahuan tentang pemanfaatan Antenatal Care.
  • 6. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tinjauan Tentang Dukungan Suami a. Pengertian Terdapat banyak defenisi tentang dukungan yang dikemukakan oleh para ahli. Sheri dan Radmacher (2000) menekankan pengertian dukungan sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain “support is the resource to us thorough our interaction with other people”. Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel dalam Taylor (2001) yang menyatakan bahwa dukungan adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dari beberapa defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan suami adalah ketersediaan sumber daya yang diberikan oleh suami terhadap isterinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan dan disayangi. Dukungan sosial dari keluarga dan suami sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai dengan dukungan penuh dari suami dan keluarga, maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan akan memberi dampak terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya, pengurangan atau penambahan beban pekerjaan, perubahan jasmani dan pengurangan frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress bagi ibu hamil. Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. Permasalahan yang timbul dapat diatasi oleh ibu seorang diri tetapi harus didukung oleh orang disekelilingnya terutamanya suaminya (Farrer, 2001).
  • 7. Bagi ibu pekerja tidak ada halangan untuk melaksanakan pekerjaan secara rutin. Ibu hamil masih dapat bekerja menjelang persalinan sehingga untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas atau Posyandu bukanlah halangan selama hal-hal yang bersifat membahayakan kehamilan dapat dicegah atau dihindari. Ibu hamil dianjurkan untuk dapat mengatur waktu istirahat dengan diet yang baik serta memeriksakan kehamilan secara teratur. Oleh karena itu dukungan suami sangat dibutuhkan untuk proses kehamilan yang aman (Mannuaba, 1999). Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang istri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan berjaga- jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan (BKKBN, 2007). Untuk menghindari tingginya AKI yang disebabkan oleh komplikasi akibat kehamilan (perdarahan, infeksi dan lain-lain), maka partisipasi suami sangat diharapkan dan salah satunya harus diwujudkan dalam bentuk suami SIAGA yaitu : 1) Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat adanya tanda bahaya kehamilan seperti sering pusing, mual, muntah berlebihan, bengkak pada wajah dan tungkai dan komplikasi-komplikasi lainnya. Seorang suami hendaknya jeli dan berperan aktif dalam mencari informasi-informasi kesehatan khususnya informasi kesehatan ibu hamil agar suami lebih mudah untuk mengontrol kehamilan isterinya. 2) Antar, suami hendaknya senantiasa menyediakan angkutan yang akan dipakai menuju sarana pelayanan kesehatan agar bila terjadi komplikasi dalam proses kehamilan dan persalinan istrinya, suami dapat mengantar langsung isterinya ketempat pelayanan kesehatan serta mengurangi keterlambatan tiba di sarana kesehatan. 3) Jaga, suami hendaknya selalu mendampingi isteri selama proses kehamilan sampai persalinan. Seorang isteri akan merasa senang dan lebih semangat dalam menjalani kehamilannya apabila ditemani oleh suaminya, karena ia akan merasa diperhatikan dan disayangi oleh suaminya (Handayani, 2000). b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Dalam Masa Kehamilan Istri
  • 8. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan suami dalam masa kehamilan isterinya dapat diuraikan di bawah ini : 1) Dukungan psikologis Dukungan psikologis adalah suatu sikap yang memberikan dorongan dan penghargaan moril kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya suami sangat membantu ketenangan jiwa isterinya, suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan, suami tidak menyakiti istri, suami menghibur atau menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi isteri, suami berdoa untuk kesehatan atau keselamatan istri dan anaknya (Retnowati, 2005). 2) Dukungan sosial Dukungan sosial adalah suatu sikap dengan cara memberikan kenyamanan dan bantuan secara fisik atau nyata kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya suami memperhatikan kesehatan isteri yakni menanyakan keadaan istri atau janin yang dikandungnya, suami mengantar atau menemani istri memeriksakan kehamilannya, suami menasihati agar isteri tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau di tempat kerja dan suami membantu tugas istri (Yanuasti, 2001). Dukungan sosial juga di sebut sebgai Dukungan instrumental yaitu bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, memberikan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain. Aspek ini di dukung oleh Smet (1995) dan Taylor (1995) dimana bantuan instrumental ini berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan oleh orang lain dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup sehari-hari selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya sendiri. 3) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan akan mengambil keputusan secara efektif. Akhirnya pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum suami mendasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan peranan yang sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan berkenan dengan kesehatan reproduksi pasangannya ( Hasriyanti, 2005) 4) Pendapatan
  • 9. Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% penghasilannya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan untuk membayar. Atas dasar faktor tersebut maka diatas maka prioritas kegiatan GSI ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan tetapi akan bersifat holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan karena permasalahan keuangan (Yanuasti, 2001). 5) Budaya Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik, baik dibanding isteri maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak empati dan peduli dengan keadaan ibu yang sedang hamil maupun menyusui anak dan lain-lain. Beberapa cara merubah budaya diatas antara lain : a) Persepsi mengenai keseteraan gender perlu diberikan dan disosialisasikan sejak dini melalui kegiaatan formal (sekolah) maupun non formal (kelompok masyarakat) dan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari. b) Penyuluhan pada sarana maupun tempat dimana pria selalu berkumpul dan berinteraksi misalnya tempat kerja, tukang cukur, dan lain-lain. c) Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulasi yang menarik perhatian d) Masyarakat indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan malu dan sungkang pada lingkungan sekitar, oleh karena itu dalam pemeriksaan GSI perlu dipikirkan sesuatu aturan atau kegiatan yang dapat memotivasi kepala keluarga untuk segera merearisasikan kepedulian kepada istrinya (Yusrianti, 2001) 2. Tinjauan Tentang Antenatal Care
  • 10. Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan), untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar internasional yang meliputi 7T yaitu (1) timbang berat badan ukur tinggi badan, (2) ukur tekanan darah, (3) pemberian imunisasi tetanus neonatorum, (4) ukur tinggi fundus uteri, (5) pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan, (6) test pemeriksaan penyakit menular seksual (7) temuwicara (Saifuddin dkk, 2001). Penetapan standar 7 T harus dipenuhi dengan minimal empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Jumlah kunjungan tersebut dapat dipakai untuk melihat kualitas pemanfaatan Antenatal Care. Berdasarkan keteraturan kunjungan ibu hamil ini, cakupan Antenatal Care dapat dievaluasi yang dikenal dengan K-1 dan K-4. K-1 adalah kunjungan baru ibu hamil dan K-4 adalah terpenuhinya seluruh kunjungan yang diharapkan. Jadi Antenatal Care yang tidak memenuhi standar 7 T tersebut belum dapat dianggap suatu Antenatal Care (Depkes RI, 2001). Mochtar (2000) mengemukakan bahwa tujuan Antenatal Care adalah mendapatkan ibu dan anak yang sehat, menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak sebagai akibat langsung dari proses reproduksi manusia, mengenal, mengobati dan mengurangi bahaya penderitaan dan komplikasi proses reproduksi selama hamil, sewaktu persalinan dalam masa nifas, mencari dan mengurangi secara bertahap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan proses reproduksi baik medis maupun non medis dalam masyarakat. Penelitian Wibowo (2004) menemukan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Antenatal Care berturut-turut yakni (a) faktor akses terhadap antenal care yang meliputi jarak, total waktu dan desa, (b) faktor ciri sosial ibu hamil yang meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu tentang Antenatal Care, (c) faktor keadaan ekonomi keluarga yang meliputi belanja keluarga per bulan dan keterjangkauan pelayanan, (d) faktor ciri reproduksi ibu hamil yang meliputi jumlah kelahiran dan umur ibu (e) faktor kondisi kesehatan selama hamil yang meliputi keluhan yang dirasakan, persepsi keadaan kesehatan selama hamil dan kadar Hb (f) faktor yang meliputi tindakan pengobatan bila sakit selama hamil. Pentingnya pelayanan ANC secara teratur yang dilakukan 4 kali selama kehamilan yakni :
  • 11. a. Satu kali pada trismester pertama pada umur kehamilan kurang dari 14 minggu yang berfungsi untuk membina hubungan saling percaya antara bidan dengan ibu, mendeteksi secara dini masalah/keluhan yang dirasakan oleh ibu yang dapat diobati sebelum mengancam jiwa ibu, mencegah masalah yang umumnya terjadi pada ibu hamil seperti anemia defisiensi zat besi, pengggunaan praktek tradisional yang merugikan, mendorong perilaku yang sehat (Nutrisi, Latihan dan kebersihan, istrahat dan lain-lain) b. Satu kali pada trimesteri kedua ( antara minggu ke 14- 28) fungsinya sama seperti kunjunan trimester pertama tetapi perlu kewaspadan khusus mengenai preklamsi, pemantaun tekanan darah, periksa protein urin dan gejala lainnya. c. Dua kali pada trimester ketiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36) yang fungsinya sama seperti kunjungan sebelumnya tetapi perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda, deteksi kehamilan letak, atau kondisi lainnya yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. Pemeriksaan antenatal yang teratur dapat mendeteksi secara dini komplikasi- komplikasi yang bisa saja terjadi masa kehamilan (Bobak, 2004). 1) Pelaksana Antenatal Care meliputi tenaga medis (dokter) dan tenaga paramedis (bidan, perawat yang sudah mendapatkan pelatihan Antenatal Care). Jadwal pemeriksaan Antenatal Care sebagai berikut : Trimester I dan II, Setiap bulan sekali diambil data tentang laboratorium, pemeriksaan ultrasonografi, nasehat diet tentang empat sehat lima sempurna, tambahan protein ½ gr/kg bb = satu telur/hari. Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kematian, komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus. 2) Trimester III, Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran, evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan, diet empat sehat lima sempurna, pemeriksaan ultrasonografi, imunisasi tetanus, observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester ketiga, rencana pengobatan, nasehat tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 sampai 13 kali selama hamil. Di Negara berkembang Antenatal Care dilakukan sebanyak empat kali sudah cukup sebagai kasus yang tercatat (Mochtar, 2000). Ada dua jenis intervensi dalam Antenatal Care, yaitu : 1) Intervensi dasar, yaitu perlakuan yang diberikan kepada semua ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan yang meliputi pemberian tetanus toxoid, tablet
  • 12. zat besi, vitamin dan mineral, serta penyuluhan secara terarah. Intervensi dasar ini terdiri dari : a) Pemberian (TT) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya dua kali, dengan interval minimal empat minggu, kecuali sebelumnya ibu telah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali saja. b) Pemberian tablet zat besi (Fe) Tujuan pemberian tablet zat besi adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat. Cara pemberiannya adalah satu tablet per hari sesudah makan selama masa kehamilan dan nifas. c) Pemberian tablet multivitamin, Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan berbagai vitamin dan mineral bagi ibu dan janin, Cara pemberiannya adalah per hari, selama masa kehamilan dan nifas. 2) Intervensi khusus, yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor risiko dan kelainan yang ditemukan, Perlakuan tersebut meliputi yang perlu dilakukan oleh pelaksana Antenatal Care, yaitu pemantauan ketat/intensif, pemberian obat, bila perlu dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih lengkap. Menurut WHO (2001) dalam Saifuddin, dkk (2001) pedoman Antenatal Care, petugas memberi pelayanan setiap kunjungan, mengenai : perencanaan kelahiran secara individu harus dimulai sejak kunjungan pertama dan pada kunjungan- kunjungan berikutnya, imunisasi TT, pemberian tablet besi, mempersiapkan kelengkapan dan alat-alat bersalin bila direncanakan melahirkan di rumah, mencatat seluruh kegiatan antenatal (kunjungan pertama dan berikutnya dan tindakan perawatan yang dilakukan), dukungan psikososial dan menjadwalkan kunjungan selanjutnya. Kunjungan antenatal untuk kehamilan normal meliputi kategori penilaian (riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium) dan penyuluhan kesehatan. 3. Tinjauan Tentang Kehamilan a. Pengertian Kehamilan adalah proses dimana terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa, Proses perubahan itu sendiri diawali dengan koitus air mani yang
  • 13. terpancar ke dalam ujung atas vagina sebanyak 2-5 cc yang mengandung spermatozoa sebanyak 80-120 juta tiap cc (Anderson, 2000). Tiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu caput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor dan bagian yang slindrik menghubungkan kepala dengan ekor (Prawirohardjo S, 2006). Spermatozoa berbentuk seperti kecobong dengan kepala lonjong dan ekor seperti cambuk, bentuk ini untuk pergerakan ke tuba fallopi melalui kanalis dan servikalis dan kavum uteri sampai menunggu kedatangan ovum,Ovum yang dilepas ovarium disapu oleh mikrofilamen fibria ke arah ostium tubae abdominale sampai ke tuba fallopi, Bagian kepala spermatozoa yang telah masuk ke dalam ovum akan bersatu dengan ovum dan membentuk zigot yang kemudian akan menjadi cikal bakal janin atau embrio (Anderson, 2000). b. Tanda-Tanda Kehamilan Berhasilnya proses pembuahan (kehamilan) dapat dilihat pada perubahan- perubahan fisik dan psikologis ibu atau tanda (gejala) yang oleh (Prawirohardjo S, 2006) menyebutkan tanda-tanda tersebut antara lain : 1) Amonorea (terlambat datang bulan) yaitu konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de graff dan ovulasi yang biasanya disebut terlambat datang bulan. 2) Mual (nausea) dan muntah (emesis) yaitu akibat pengaruh hormon estrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan muak dan muntah. 3) Ngidam yaitu keadaan dimana seorang wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu. 4) Sinkope atau pingsan,Kondisi ini terjadi karena gangguan sirkulasi darah ke arah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat. Keadaan ini akan menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu. 5) Payudara tegang, Kondisi disebabkan akibat pengaruh hormon estrogen, progesterone dan samatomammotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara sehingga akan membesar dan tegang, Ujung syaraf akan tertekan sehingga menimbulkan rasa sakit terutama pada hamil pertama. 6) Sering miksi yaitu suatu gejala susah menahan air seni sebagai akibat kerja hormon progesterone yang menghambat peristaltic usus.
  • 14. 7) Pigmentasi kulit. Pada kulit terdapat hiperpigmentasi pada daerah dahi, pipi dan hidung yang disebabkan kloasma gravidarum. 8) Pembesaran rahim. Pembesaran uterus disebabkan oleh hipertropi otot-otot pada uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen menjadi nigroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen. 9) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Penampakan ini sebagai akibat kerja hormon yang terjadi di sekitar genitalia, kaki dan betis serta payudara. c. Masalah emosi dan kejiwaan selama kehamilan Kehamilan merupakan periode yang dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosialkultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa (Prawirohardjo S, 2006). Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengobatan, kasih sayang dan empaty) pada wanita hamil dan aspek tekhnik dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan normal, akselasi, kendala nyeri dan asuhan neonatal). B. Landasan Teori Dukungan suami dapat ditekankan sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain “ support is the resource to use through our interaction with other people”. Pendapat lain bahwa dukungan tentang informasi dari orang lain adalah ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan suami merupakan ketersediaan sumberdaya uang diberikan oleh suami terhadap istrinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut diperhatikan, dicintai, dan disayangi. Dukungan sosial dan keluarga dan suami sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai dukungan yang penuh dari suami dan
  • 15. keluarga, maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. kehamilan akan memberi dampak terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya, pengurangan atau penambahan beban pekerjaan perubahan jasmani dan pengurangan frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress bagi ibu hamil. Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. permasalahan yang timbul dapat diatasi oleh seorang ibu tetapi harus disekelilingnya terutama suaminya. Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang isteri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. C. Kerangka Konsep D. Hipotesis
  • 16. Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi : 1. Ho : Tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009. Ha : Ada hubungan yang bermakna antara dukungan psikologis suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009. 2. Ho : Tidak Ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggara tahun 2009. Ha : Ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial suami dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggara tahun 2009. 3. Ho : Tidak Ada hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial suami terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggarara Tahun 2009. Ha : Ada hubungan suami yang dominan antara dukungan psikologis dan sosial terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kota Kendari, provinsi sulawesi tenggara Tahun 2009. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui dinamika hubungan antara variabel bebas (Dukungan suami) dengan variabel terikat (kunjungan Antenatal Care) melalui pendekatan point time. Artinya, antara variabel bebas dan variabel terikat di observasi sekaligus pada saat yang sama (Arikunto S, 2006,). B. Tempat dan Waktu Penelitian
  • 17. 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Mata, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi tenggara tahun 2009. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2009. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang istrinya hamil dan memeriksakan kehamilannya di wilayah Kerja Puskesmas di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi tenggara tahun 2009 sejak bulan Mei-Juni tahun 2009. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah suami yang isterinya hamill dan memeriksakan kehamilan. Metode penarikan sampel menggunakan Acidental, Sedangkan besar sampel dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2005) Keterangan: n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi d : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan (0,05) Sehingga didapatkan: D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif Secara operasional, variabel perlu didefenisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. (Arikunto 2006) memberikan pengertian tentang defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Variabel penelitian terdiri dari satu variabel terikat dan satu variabel bebas, yaitu :
  • 18. 1. Kunjungan Antenatal Care adalah pemanfaatan Antenatal Care oleh ibu hamil pada petugas kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mata kecamatan kendari kota kendari provinsi sulawesi tenggara tahun 2009, yang diukur berdasarkan tiga pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala Guttman. Skor kunjungan Antenatal Care ini akan dikategorikan menurut baik dan kurang dengan kriteria obyektif : aik : Bila responden memanfaatkan Antenatal Care > 4 kali urang : Bila responden memanfaatkan Antenatal Care < 4 kali (Wibowo.A,2004) 2. Dukungan psikologis suami adalah dorongan (motivasi) dan penghargaan moril suami terhadap ibu hamil selama masa kehamilannya, (Retnowati, 2005) yang diukur berdasarkan 10 pertanyaan. dengan kriteria obyektif : aik : Bila total skor jawaban responden >60% urang : Bila total skor jawaban responden <60% (Notoatmodjo.S,2005) 3. Dukungan sosial suami adalah suatu sikap dengan cara memberikan dorongan atau bantuan secara fisik atau yang nyata kepada ibu selama masa kehamilanya, (yanuasti, 2001) yang diukur berdasarkan 10 pertanyaan. dengan kriteria obyektif : aik : Apabila total skor jawaban responden >60% urang : Bila total skor jawaban responden <60% (Notoatmodjo, 2005) E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan instrumen diantaranya kuesioner dengan jumlah sebanyak 23 pertanyaan dimana yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0, buku register, catatan mediccal, record pasien di tempat penelitian berlangsung. F. Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah dukungan psikologis dan sosial suami dan kunjungan Antenatal Care yang pengumpulannya melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner (Arikunto,2006). 2. Data Sekunder
  • 19. Data sekunder dalam penelitian ini cakupan pemeriksaan kehamilan, sosiodemografi dan lain-lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian yang pengumpulannya dengan cara melihat dokumen (profil Puskesmas dan laporan kunjungan ibu hamil). G. Pengolahan dan Analisis Data Data diolah menggunakan bantuan elektronik berupa perangkat-perangkat komputerisasi serta analisis data menggunakan statistik inferensial dengan menggunakan uji statistik chi square dengan formula : (Sugiyono, 2007) Keterangan: 2 : Chi kuadrat Fo : Frekuensi yang diobservasi Fh : Frekuensi yang diharapkan ∑ : Sigma atau jumlah Dasar pengambilan keputusan : 2 2 1. Ditolak, Jika hitung < tabel 2 2 2. Diterima, Jika hitung > tabel H. Penyajian Data Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik dan tabel distribusi frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi secukupnya.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Anderson, 2000. Meningkatkan Kehamilan Yang Aman. http/www.Reblika.Com Diakses 05/05/2009 Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta. Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC Dasuki (2000), 2000.. Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak.. htttp://www peningkatan kesehatan ibu dan anak Majalah Interaksi 1-3 Desember Hal. 12-15. diakses 09/04/2008 Depkes RI, 2001. Pedoman pelaksanaan Upaya Peningkatan Neonatal, Jakarta Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2006-2009. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara, Kendari Farrer (2001). Jati Diri Ibu Dimata Suami. Media Promosi Kesehatan. htttp://www.kesehatan.go.id. diakses 05/05/2009 Friedman 2001. Peran Suami dalam kehamilan. http://www.Kesehatan.go.id diakses 07/04/2008 Handayani, 2000. Upaya Mencegah Angka Kematian Ibu Di Indonesia. MediaPenelitian & Pengembangan Kesehatan, htttp://www.Kurangnya kematian ibu di indonesia.go.id. diakses 11s/05/2009 Hakimi, 1997. Evaluasi Efeketivitas Kehamilan Di Kabupaten Purworejo, Majalan Kedokteran Indonesia.http/www.ilmu kedokteran, diakses 05/05/2009 Harian Kompas, 23/7/2007, Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi. Hasriyanti, 2005. Studi Retrospektif Dampak Persalinan Usia Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Tahun 2005, Skripsi tidak dipublikasikan, Kendari Manuaba Ida Bagus Gede , 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan Masrianto, 2001. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Kecamatan Kalimana Kabupaten Purba. http://www.Depkes.go.id. Diakses 05/05/2009 Mediana, 2007. Pentignya Pelayanan ANC Secara Teratur. http://www. Pelayanan Antenatal care .go.Id diakses 05/05/209 Mercy Lucianawaty, 2003. Menjadi Ayah Yang Bertanggung Jawab. Http//Www.Jhucccp.Go.Id Diakses 11/05/2009 Mochtar, Rustam. 2000. Synopsis Obsetri Patologi, Jakarta: EGC Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Prawirohardjo dkk, 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Kedelapan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Retnowati, 2005. Persepsi Remaja Ketergantungan Napza Mengenai Dukungan Keluarga Selama Masa Rehablitasi. htttp://www.kesehatan.go.id. diakses 05/05/2009 Sheri dan Radmacher. 2000. Dukungan Suami Dalam Upaya Mencegah Angka Kematian Ibu. http/www.Majalahafmica.Com,Diakses 05/05/2009 Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Syaifuddin,dkk 2001. Kebidanan Komunitas. Jakarta : Tiara Putra
  • 21. Taylor, 1999. Komunikasi Interpersonal Merupakan Salah Satu Komponen Dukungan http/www.Suaraperempuan.Com, Diakses 05/05/2009 Wibowo Abdul . 2004. Faktor Penentu Pemanfaatan ANC Dan Hubungan ANC Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Kec. Ciawi, Desertasi Yang Dipublikasikan Universitas Indonesia Yanuasti, 2001. Dukungan Sosial Suami Terhadap Pelayanan ANC . htttp://www.Sosial Suami.go.id. diakses 08/04/2009 http://campusline21.blogspot.com/2012/05/hubungan-dukungan-psikologis-dan-sosial.html http://temboktiar.blogspot.com/2011/04/angka-kematian-ibu-aki-dan-angka.html http://kesehatan.rmol.co/read/2012/06/01/65739/Angka-Kematian-Ibu-&-Anak-Meningkat-Tajam- RMOL.Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) lima tahun terakhir, naik tajam. Minimnya layanan medis dalam proses persalinan menjadi salah satu penyebab. hal itu dikatakan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Ghufron Mukti saat membuka Workshop Nasional Pelayanan Kesehatan di Kemenkes, Jakarta, beberapa waktu lalu. “Saat ini AKI di Indonesia masih berada di angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini 3-6 kali lebih besar dengan negara ASEAN,” ujar Ali Ghufron. Begitu juga dengan AKB, kata dia, masih 2-5 kali lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Thailand. “Jumlah tersebut masih tinggi dari yang ditargetkan pada 2014 menjadi 118 per 100 ribu ke- lahiran hidup dan 2015 akan diupayakan menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup,” jelas Ali. Menurut dia, faktor keterlambatan mendapatkan penanganan medis menjadi salah satu penye- bab tingginya AKI dan AKB di Indonesia. “Para Ibu sering bingung waktu membuat keputusan melahirkan, apakah akan melalui pena- nganan medis atau non medis, terutama di wilayah pedesaan yang menyebabkan tingginya AKI dan AKB,” katanya. Untuk mengatasi masalah ini, lanjut Ali, Kemenkes telah melakukan upaya memperbanyak layanan kesehatan kepada masyarakat. Yaitu, dengan pengadaan Pos Persalinan Desa (Polin- des) di setiap desa, pemberian kewenangan tambahan pada Puskesmas untuk penanganan gawat darurat dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED), pemberdayaan
  • 22. rumah sakit sebagai sarana rujukan dalam Pelayanan Obstetri Neonatus Essential Komprehensif (PONEK) dan upaya-upaya standarisasi pelayanan kesehatan kebidanan. “Bidan memiliki peran penting menjaga kelangsungan hidup ibu dan anak, terutama di wi- layah pedesaan. Untuk itu, peranan bidan akan ditingkatkan mutunya,” janji Ali. Selain itu, lanjutnya, Kemenkes akan meningkatkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) untuk keluarga tidak mampu. Kemenkes juga telah menganggarkan beberapa dana di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) guna meningkatkan infrastruktur layanan kesehatan masyarakat dengan menambah tempat tidur atau Puskesmas pembantu yang masih kurang. “Kami akan menambah anggaran klaim Jampersal dari Rp 440 ribu per kelahiran normal menjadi Rp 660 ribu per kelahiran hidup,” ungkap Ali. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief akan menggenjot program Keluarga Berencana (KB) di pedesaan guna menekan AKI dan AKB. “Infrastruktur program KB di daerah akan diperkuat melalui Pos KB di daerah serta menghi- dupkan kembali fungsi Petugas Lapangan KB (PLKB),” tutur Sugiri. BKKBN juga akan memperkuat layanan Jaminan Pesalinan (Jampersal) mulai dari konsul- tasi kehamilan, persalinan hingga pemilihan alat KB serta menggiatkan program Generasi Berencana (GENRE) guna menekan tingkat pernikahan dini di kalangan remaja. “Diharapkan program KB bisa lebih baik untuk menekan angka kematian ibu dan anak,” tandasnya. [Harian Rakyat Merdeka]