SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  9
Télécharger pour lire hors ligne
http://sumut.kemenag.go.id/ 
10 PRINSIP MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI 
(Perspektif David Osborne Dan Ted Gaebler Tentang 
Pelayanan Publik) 
Drs. Mahmun Syarif Nasution M.AP* 
Abstract 
Mahmun Sharif. This study discusses the principles of public service quality improvement with 
the 10 principles of entrepreneurship according to the thinking of government David Osborne 
and Ted Gaebler. The idea of two men known as the Reinventing Government set out in his 
work entitled Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the 
Public Sector, published in 1992 and Banishing Bureaucracy: The Five Strategies for 
Reinventing Government, the last book written by David Osborne and Peter Plastics, published 
in 1997. This idea emerged in response to poor public services that occurred in the U.S. 
government so that the resulting crisis of confidence in the government. How these principles of 
bureaucracy and its implementation for the improvement of the quality of public services, the 
following study will attempt to explain. 
Pendahuluan 
Sampai saat ini kinerja pelayanan publk masih menjadi sorotan masyarakat karena 
belum mampu memberikan pelayanan prima. Buruknya pelayanan public antara lain disoroti 
oleh Governance Development Survey (GDS). GDS menemukan tiga masalah penting yang 
banyak terjadi di lapangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu pertama, besarnya 
diskriminasi pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan publik masih dipengaruhi oleh hubungan 
kesamaan afiliasi partai politik, etnis, dan agama. Fenomena semacam ini masih terjadi begitu 
kental walaupun telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang 
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan bebas KKN dan Undang-Undang Nomor: 25 Tahun 
2009 tentang Pelayanan Publik, yang secara tegas menyatakan bahwa dalam pelayanan public 
dilaksanakan dengan berpegang pada prinsip kesetaraan dan persamaan perlakuan/tidak 
diskriminatif. Kedua, tidak adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan. Ketidakpastian ini 
sering menjadi penyebab munculnya KKN, sebab para pengguna jasa cenderung memilih
http://sumut.kemenag.go.id/ 
menyogok dengan biaya tinggi kepada penyelenggara pelayanan untuk mendapatkan kepastian 
dan kualitas pelayanan. Dan ketiga, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap 
pelayanan publik. Ini merupakan konsekuensi logis dari adanya diskriminasi pelayanan dan 
ketidak pastian tadi. 
Kendala Sosial Budaya 
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh birokrasi 
pemerintahan bukanlah pekerjaan mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan 
mengingat pembaharuan tersebut menyangkut berbagai aspek yang telah membudaya dalam 
lingkaran birokrasi. Di antara beberapa aspek tersebut adalah kultur birokrasi yang tidak 
kondusif yang telah lama mewarnai pola pikir birokrat sejak era kolonial dahulu. Prosedur dan 
etika pelayanan di Indonesia sangat jauh dari nilai-nilai dan praktik yang menghargai 
masyarakat sebagai pelanggan yang seharusnya memiliki posisi sebagai raja. Prosedur 
pelayanan, misalnya, tidak dibuat untuk mempermudah pelayanan, tetapi lebih untuk 
melakukan kontrol terhadap perilaku warga sehingga prosedurnya berbelit-belit dan rumit.Tidak 
hanya itu, mulai masa orde baru hingga kini, eksistensi PNS merupakan jabatan terhormat yang 
begitu dihargai tinggi dan diidolakan publik, khususnya jawa, sehingga filosofi PNS sebagai 
pelayan publik (public servant) dalam arti riil menghadapi kendala untuk direalisasikan. Hal ini 
terbukti dengan sebutan pangreh raja (pemerintah negara) dan pamong praja (pemelihara 
pemerintahan) untuk pemerintahan yang ada pada masa tersebut yang menunjukkan bahwa 
mereka siap dilayani bukan siap untuk melayani. Di samping itu, kendala sarana dan prasarana 
pelayanan belum mendukung pola pelayanan prima sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. 
Terbukti dengan belum tersedianya Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai prosedur 
baku pelayanan yang memihak publik serta standar kualitas minimal yang semestinya diketahui 
publik selaku pelanggan di samping rincian tugas-tugas organisasi pelayanan publik secara 
komplit. SOP pada masing-masing instansi pemerintah belum diidentifikasi dan disusun 
sehingga tujuan pelayanan masih menjadi pertanyaan besar. Akibatnya, pada satu pihak 
penyedia pelayanan dapat bertindak semaunya tanpa merasa bersalah kepada masyarakat. 
Tulisan berikut ini ingin mengulas tentang teori yang digagas oleh David Osborne dan Ted 
Gaebler dalam bukunya Reinventing Government untuk dijadikan sebagai solusi alternatif 
dalam melakukan optimalisasi pelayanan public terutama di lingkungan lembaga diklat. Teori ini 
sudah terbukti mampu menjadi solusi atas buruknya pelayanan publik yang terjadi di 
pemerintahan Amerika sehingga timbul krisis kepercayaan terhadap pemerintah di penghujung 
tahun 1980-an.
http://sumut.kemenag.go.id/ 
10 Prinsip Mewirausahakan Birokrasi 
Sebenarnya perdebatan mengenai optimalisasi pelayanan publik oleh pemerintah telah 
lama berkembang dalam studi administrasi publik. Sejak beberapa dekade lalu, polemik sudah 
terjadi dikalangan para pakar mengenai cara untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan 
efisien, tanggap, dan akuntabel. Masing-masing pakar memaparkan teori dan atau membantah 
dan memperbaiki teori yang ada sebelumnya. Teori Reinventing Government tergolong pada 
The New Public Management merupakan suatu pembaharuan atas The Old Public 
Management. Dan sebenarnya sekarang telah muncul pula perbaikan atas The New public 
Management dengan munculnya konsep The New Public service. 
Dinamika konsep administrasi publik dari The Old Public Management, lalu menjadi The 
New Public Management, dan terakhir The New Public service beserta ulasan detail tentang 
konsep dan kritik atas konsep tersebut dapat dilihat dalam Janet V. Denhardt dan Robert B. 
Denhardt, The New Public service: Serving, not Steering, New York: ANSI, 2002. Khusus untuk 
gagasan-gagasan The Old Public Administration dapat dilihat dalam Jay M. Shafritz dan Albert 
C. Hyde, Classics of Public Administration, USA: Harcourt Brace & company, 1978. John Stuart 
Mill, Utilitarianism, On Liberty, Consideration on Representative Government, Vermont: 
Everyman, 1993. Uraian secara detail dan lengkap tentang teori-teori kalsik tersebut dapat 
dilihat dalam Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde, Op. Cit., USA: Harcourt Brace & company, 
1978; Miftah Thoha, Ilmu Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Press, cet. keVIII, 2003; dan 
Inu Kencana Syafi'I, dkk., Ilmu Administrasi Publik, Jakarta: Rineka cipta, 1999. 
Para ilmuwan politik, misalnya, telah memperdebatkan kemungkinan mengembangkan 
good government dan representative government, sejak awal abad 20an.Bahkan tidak hanya 
itu, Woodrow Wilson pada tahun 1887 dalam The Study of Administration telah mengemukakan 
konsep dikotomi politik dan administrasi untuk menciptakan pemerintahan yang efisien. Selain 
Wilson, ada Max Weber (1922) dengan teori The Ideal Type of Bureucracy, Luther gullick 
(1937) dengan konsep POSDCORB, Frank J. Goodnow (1900) dengan konsepnya yang 
tertuang dalam makalahnya Politics and Administration, Frederick W. Taylor (1912) dengan 
konsepnya Scientific Management, Herbert A. Simon (1946) dengan konsepnya The Proverbs 
of Administration dan masih banyak lagi yang ikut memberikan kontribusi konsep dan teori 
dalam optimalisasi pelayanan publik.
http://sumut.kemenag.go.id/ 
Sedangkan gagasan Reinventing Government yang dicetuskan oleh David osborne dan 
Ted Gaebler (1992) adalah gagasan mutakhir yang mengkritisi dan memperbaiki konsep-konsep 
dan teori-teori klasik tersebut untuk optimalisasi pelayanan public sesuai dengan 
perkembangan di lingkungan birokrasi. Gagasan David Osborne dan Ted Gaebler tentang 
Reinventing Government tertuang dalam karyanya yang berjudul Reinventing Government: How 
the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector yang dipublikasikan pada tahun 
1992 dan Banishing Bureaucracy: The Five Strategies for Reinventing Government, buku 
terakhir ini ditulis oleh David Osborne dan Peter Plastik yang dipublikasikan pada tahun 1997. 
Gagasan ini muncul sebagai respon atas buruknya pelayanan publik yang terjadi di 
pemerintahan Amerika sehingga timbul krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Bahkan di 
penghujung tahun 1980-an, majalah Time pada sampul mukanya menanyakan: "Sudah Matikah 
Pemerintahan?". Di awal tahun 1990-an, jawaban yang muncul bagi kebanyakan orang 
Amerika adalah "Ya". 
Buruknya pelayanan publik ini dibuktikan dengan menurunya kualitas pendidikan, 
sekolah-sekolah di negeri AS adalah yang terburuk di antara negara-negara maju. Sistem 
pemeliharaan kesehatan tidak terkendali. Pengadilan dan rumah tahanan begitu sesak, 
sehingga banyak narapidana menjadi bebas. Banyak kota dan negara bagian yang 
dibanggakan pailit dengan defisit multi-milyaran dolar sehingga ribuan pekerja diberhentikan 
dari kerja. 
Ulasan tentang krisis kepercayaan yang terjadi di AS bisa dilihat dalam David Osborne 
dan Ted Gaebler, Reinventing Government: How The Entrepreneurial Spirit is Transforming The 
Public Sector; karya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Abdul Rasyid, 
Mewirausahakan Birokrasi, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1996. Ulasan 10 prinsip 
Reinventing Government ini secara utuh bisa dilihat dalam David Osborne dan Ted Gaebler, 
Reinventing; atau terjemahannya Mewirausahakan, hlm. 29-343. sebagai bahan pelengkap juga 
baca David osborne dan Peter Plastrik, Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju 
Pemerintahan Wirausaha, terj. Abdul Rasyid dan Ramelan, Jakarta: PPM, 2000. 
Gagasan-gagasan Osborne dan Gaebler tentang Reinventing Government mencakup 
10 prinsip untuk mewirausahakan birokrasi. Adapun 10 prinsip tersebut adalah pertama, 
pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh. Artinya, jika pemerintahan 
diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah seharusnya sebagai pengemudi yang 
mengarahkan jalannya perahu, bukannya sebagai pendayung yang mengayuh untuk membuat 
perahu bergerak. Pemerintah entrepreneurial seharusnya lebih berkonsentrasi pada pembuatan
http://sumut.kemenag.go.id/ 
kebijakan-kebijakan strategis (mengarahkan) daripada disibukkan oleh hal-hal yang bersifat 
teknis pelayanan (mengayuh).Cara ini membiarkan pemerintah beroperasi sebagai seorang 
pembeli yang terampil, mendongkrak berbagai produsen dengan cara yang dapat mencapai 
sasaran kebijakannya. Wakil-wakil pemerintah tetap sebagai produsen jasa dalam banyak hal, 
meskipun mereka sering harus bersaing dengan produsen swasta untuk memperoleh hak 
istimewa. Tetapi para produsen jasa publik ini terpisah dari organisasi manajemen yang 
menentukan kebijakan. Upaya mengarahkan membutuhkan orang yang mampu melihat seluruh 
visi dan mampu menyeimbangkan berbagai tuntutan yang saling bersaing untuk mendapatkan 
sumber daya. Upaya mengayuh membutuhkan orang yang secara-sungguh-sungguh 
memfokuskan pada satu misi dan melakukannya dengan baik. 
Kedua, pemerintahan milik rakyat: memberi wewenang ketimbang melayani. Artinya, 
birokrasi pemerintahan yang berkonsentrasi pada pelayanan menghasilkan ketergantungan 
rakyat akan pemerintah. Hal ini bertentangan dengan kemerdekaan sosial ekonomi. Oleh 
karena itu, pendekatan pelayanan harus diganti dengan menumbuhkan inisiatif dari mereka 
sendiri. Pemberdayaan masyarakat, kelompok-kelompok persaudaraan, organisasi sosial, 
untuk menjadi sumber dari penyelesaian masalah mereka sendiri. Pemberdayaan semacam ini 
nantinya akan menciptakan iklim partisipasi aktif rakyat untuk mengontrol pemerintah dan 
menumbuhkan kesadaran bahwa pemerintah sebenarnya adalah milik rakyat. Ketika 
pemerintah mendorong kepemilikan dan kontrol ke dalam masyarakat, tanggung jawabnya 
belum berakhir. Pemerintah mungkin tidak lagi memproduksi jasa, tetapi masih bertanggung 
jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan telah terpenuhi. 
Ketiga, pemerintahan yang kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian 
pelayanan. Artinya, bila pemerintah berperan sebagai pelayan tidak hanya menyebabkan 
sumberdaya pemerintah menjadi habis terkuras, tetapi juga menyebabkan pelayanan yang 
harus disediakan semakin berkembang melebihi kemampuan pemerintah (organisasi publik), 
hal ini tentunya mengakibatkan buruknya kualitas dan efektifitas pelayanan publik yang 
dilakukan mereka. Oleh karena itu, pemerintah harus mengembangkan kompetisi (persaingan) 
di antara masyarakat, swasta dan organisasi non pemerintah yang lain dalam pelayanan publik. 
Hasilnya diharapkan efisiensi yang lebih besar, tanggung jawab yang lebih besar dan 
terbentuknya lingkungan yang lebih inovatif. Di antara keuntungan paling nyata dari kompetisi 
adalah efisiensi yang lebih besar sehingga mendatangkan lebih banyak uang, kompetisi 
memaksa monopoli pemerintah (atau swasta) untuk merespon segala kebutuhan
http://sumut.kemenag.go.id/ 
pelanggannya, kompetisi menghargai inovasi, dan kompetisi membangkitkan rasa harga diri 
dan semangat juang pegawai negeri. 
Keempat, pemerintahan yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang 
digerakkan oleh peraturan. Artinya, pemerintahan yang dijalankan berdasarkan peraturan akan 
tidak efektif dan kurang efisien, karena bekerjanya lamban dan bertele-tele. Oleh karena itu, 
pemerintahan harus digerakkan oleh misi sebagai tujuan dasarnya sehingga akan berjalan lebih 
efektif dan efisien. Karena dengan mendudukkan misi organisasi sebagai tujuan, aparatur 
pemerintahan dapat mengembangkan sistem anggaran dan peraturan sendiri yang memberi 
keleluasaan kepada karyawannya untuk mencapai misi organisasi tersebut. Di antara 
keunggulan pemerintah yang digerakkan oleh misi adalah lebih efisien, lebih efektif, lebih 
inovatif, lebih fleksibel, dan lebih mempunyai semangat yang tinggi ketimbang pemerintahan 
yang digerakkan oleh aturan. 
Kelima, pemerintahan yang berorientasi hasil: membiayai hasil, bukan masukan. 
Artinya, bila lembaga-lembaga pemerintah dibiayai berdasarkan masukan (income), maka 
sedikit sekali alasan mereka untuk berusaha keras mendapatkan kinerja yang lebih baik. Tetapi 
jika mereka dibiayai berdasarkan hasil (outcome), mereka menjadi obsesif pada prestasi. 
Sistem penggajian dan penghargaan, misalnya, seharusnya didasarkan atas kualitas hasil kerja 
bukan pada masa kerja, besar anggaran dan tingkat otoritas. Tanpa orientasi hasil, 
pemerintahan yang birokratis jarang sekali mencapai keberhasilan. Mereka lebih banyak 
mengeluarkan dana untuk pendidikan, namun nilai tes dan angka putus sekolah nyaris tidak 
berubah. Mereka mengeluarkan lebih banyak untuk polisi dan penjara, namun angka kejahatan 
terus meningkat. 
Keenam, pemerintahan berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan 
boirokrasi. Artinya, pemerintah harus belajar dari sektor bisnis di mana jika tidak fokus dan 
perhatian pada pelanggan (customer), maka warga negara tidak akan puas dengan pelayanan 
yang ada atau tidak bahagia. Oleh karena itu, pemerintah harus menempatkan rakyat sebagai 
pelanggan yang harus diperhatikan kebutuhannya. Pemerintah harus mulai mendengarkan 
secara cermat para pelanggannya, melaui survei pelanggan, kelompok fokus dan berbagai 
metode yang lain. Tradisi pejabat birokrasi selama ini seringkali berlaku kasar dan angkuh 
ketika melayani warga masyarakat yang datang kepadanya. Tradisi ini harus diubah dengan 
menghargai mereka sebagai warga negara yang berdaulat dan harus diperlakukan dengan baik 
dan wajar. Di antara keunggulan sistem berorientasi pada pelanggan adalah memaksa pemberi 
jasa untuk bertanggung jawab kepada pelanggannya, mendepolitisasi keputusan terhadap
http://sumut.kemenag.go.id/ 
pilihan pemberi jasa, merangsang lebih banyak inovasi, memberi kesempatan kepada warga 
untuk memilih di antara berbagai macam pelayanan, tidak boros karena pasokan disesuaikan 
dengan permintaan, mendorong untuk menjadi pelanggan yang berkomitmen, dan menciptakan 
peluang lebih besar bagi keadilan. 
Ketujuh, pemerintahan wirausaha: menghasilkan ketimbang membelanjakan. Artinya, 
sebenarnya pemerintah mengalami masalah yang sama dengan sektor bisnis, yaitu 
keterbatasan akan keuangan, tetapi mereka berbeda dalam respon yang diberikan. Daripada 
menaikkan pajak atau memotong program publik, pemerintah wirausaha harus berinovasi 
bagaimana menjalankan program publik dengan dengan sumber daya keuangan yang sedikit 
tersebut. Dengan melembagakan konsep profit motif dalam dunia publik, sebagai contoh 
menetapkan biaya untuk public service dan dana yang terkumpul digunakan untuk investasi 
membiayai inoasi-inovasi di bidang pelayanan publik yang lain. Dengan cara ini, pemerintah 
mampu menciptakan nilai tambah dan menjamin hasil, meski dalam situasi keuangan yang 
sulit. 
Kedelapan, pemerintahan antisipatif: mencegah daripada mengobati. Artinya, 
pemerintahan tradisional yang birokratis memusatkan pada penyediaan jasa untuk memerangi 
masalah. Misalnya, untuk menghadapi sakit, mereka mendanai perawatan kesehatan. Untuk 
menghadapi kejahatan, mereka mendanai lebih banyak polisi. Untuk memerangi kebakaran, 
mereka membeli lebih banyak truk pemadam kebakaran. Pola pemerintahan semacam ini harus 
diubah dengan lebih memusatkan atau berkonsentrasi pada pencegahan. Misalnya, 
membangun sistem air dan pembuangan air kotor, untuk mencegah penyakit; dan membuat 
peraturan bangunan, untuk mencegah kebakaran. Pola pencegahan (preventif) harus 
dikedepankan dari pada pengobatan mengingat persoalan-persoalan publik saat ini semakin 
kompleks, jika tidak diubah (masih berorientasi pada pengobatan) maka pemerintah akan 
kehilangan kapasitasnya untuk memberikan respon atas masalah-masalah publik yang muncul. 
Kesembilan, pemerintahan desentralisasi: dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja. 
Artinya, pada saat teknologi masih primitif, komunikasi antar berbagai lokasi masih lamban, dan 
pekerja publik relatif belum terdidik, maka sistem sentralisasi sangat diperlukan. Akan tetapi, 
sekarang abad informasi dan teknologi sudah mengalami perkembangan pesat, komunikasi 
antar daerah yang terpencil bisa mengalir seketika, banyak pegawai negeri yang terdidik dan 
kondisi berubah dengan kecepatan yang luar biasa, maka pemerintahan desentralisasilah yang 
paling diperlukan. Tak ada waktu lagi untuk menunggu informasi naik ke rantai komando dan 
keputusan untuk turun. Beban keputusan harus dibagi kepada lebih banyak orang, yang
http://sumut.kemenag.go.id/ 
memungkinkan keputusan dibuat "ke bawah" atau pada "pinggiran" ketimbang 
menngonsentrasikannya pada pusat atau level atas. Kerjasama antara sektor pemerintah, 
sektor bisnis dan sektor civil socity perlu digalakkan untuk membentuk tim kerja dalam 
pelayanan publik. 
Terakhir, prinsip yang kesepuluh adalah pemerintahan berorientasi pasar: mendongkrak 
perubahan melalui pasar. Artinya, daripada beroperasi sebagai pemasok masal barang atau 
jasa tertentu, pemerintahan atau organisasi publik lebih baik berfungsi sebagai fasilitator dan 
pialang dan menyemai pemodal pada pasar yang telah ada atau yang baru tumbuh. 
Pemerintahan entrepreneur merespon perubahan lingkungan bukan dengan pendekatan 
tradisional lagi, seperti berusaha mengontrol lingkungan, tetapi lebih kepada strategi yang 
inovatif untuk membentuk lingkungan yang memungkinkan kekuatan pasar berlaku. Pasar di 
luar kontrol dari hanya institusi politik, sehingga strategi yang digunakan adalah membentuk 
lingkungan sehingga pasar dapat beroperasi dengan efisien dan menjamin kualitas hidup dan 
kesempatan ekonomi yang sama. 
Dalam rangka melakukan optimalisasi pelayanan publik, 10 prinsip di atas seharusnya 
dijalankan oleh pemerintah sekaligus, dikumpulkan semua menjadi satu dalam sistem 
pemerintahan, sehingga pelayanan publik yang dilakukan bisa berjalan lebih optimal dan 
maksimal. 10 prinsip tersebut bertujuan untuk menciptakan organisasi pelayanan publik yang 
smaller (kecil, efisien), faster (kinerjanya cepat, efektif) cheaper (operasionalnya murah) dan 
kompetitif. Dengan demikian, pelayanan publik oleh birokrasi kita bisa menjadi lebih optimal dan 
akuntabel. 
Kesimpulan 
Buruknya pelayanan public seperti mengguritanya pungli, korupsi, kolusi, nepotisme, 
diskriminasi pelayanan, proseduralisme dan sebagainya, telah mengakibatkan terpuruknya 
pelayanan publik yang dilakukan pemerintahan kita. Buruknya pelayanan publik tidak hanya 
pada masa orde baru yang sentralistik, tapi juga masih menggurita pada masa reformasi 
sebagaimana hasil penelitian dan penilaian Bank Dunia yang dilaporkan dalam World 
Development Report 2004 dan Governance and Desentralization Survey (GDS) 2002 di atas. 
Reinventing Government yang digagas oleh David Osborne dan Ted Gaebler menggagas 
sebuah solusi dalam konteks optimalisasi pelayanan publik. 10 prinsip yang terkandung di 
dalamnya, yakni pemerintah seharusnya lebih berfungsi mengarahkan ketimbang mengayuh,
http://sumut.kemenag.go.id/ 
memberi wewenang ketimbang melayani, menyuktikkan persaingan (kompetisi) dalam 
pemberian pelayanan, digerakkan oleh misi bukan peraturan, berorientasi pada hasil (outcome) 
bukan masukan (income), berorientasi pada pelanggan bukan pada birokrasi, menghasilkan 
ketimbang membelanjakan, mencegah ketimbang mengobati, desentralisasi dan pemerintah 
berorientasi pasar, seharusnya diterapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan pelayanan 
publik kepada masyarakat. Reinventing Government, tentu harus disesuaikan dengan sosio-kultur 
kita, bisa menjadi solusi alternatif yang efektif untuk meningkatkan kualitas pelayannan 
public sesuai dengan harapan masyarakat. 
DAFTAR PUSTAKA 
1. David Osborne dan Ted Gaebler, Mewirausahakan Birokrasi, terj. Abdul Rasyid, Jakarta: 
Pustaka Binaman Pressindo, 1996. David osborne dan Peter Plastrik, Memangkas 
Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, terj. Abdul Rasyid dan Ramelan, 
Jakarta: PPM, 2000. 
2. Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhardt, The New Public Service: Serving, not Steering, 
New York: ANSI, 2002. Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde, Classics of Public 
Administration, USA: Harcourt Brace & company, 1978. 
3. Waluyo, S.Sos, M.Si, Manajemen Publik, Konsep, Aplikasi dan Implemenasinya dalam 
Pelaksanaan Otonomi Daerah, Bandung, Mandar Maju, 2007 
4. Miftah Thoha, Ilmu Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Press, cet. keVIII, 2003. 
5. Inu Kencana Syafi'i, dkk., Ilmu Administrasi Publik, Jakarta: Rineka cipta, 1999. 
6. Yeremias T. Keban, Prof. Dr. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori 
dan Isu, Yogyakarta, Gaya Media, 2008 
*Penulis adalah Widyaiswara Madya di Balai Diklat Keagamaan Medan

Contenu connexe

Tendances

Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public servicePutra Manurung
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakanMuh Firyal Akbar
 
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiaSejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiataufin
 
Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraSiti Sahati
 
Etika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan PublikEtika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan PublikDian Herdiana
 
Pertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publikPertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publik76meonk
 
Debirokrasi dan Deregulasi
Debirokrasi dan DeregulasiDebirokrasi dan Deregulasi
Debirokrasi dan DeregulasiGrahat Nagara
 
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerahManajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerahArief H
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanZakiah dr
 
Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan Amri Syam
 
Prinsip Administrasi Publik
Prinsip Administrasi PublikPrinsip Administrasi Publik
Prinsip Administrasi Publik93220872
 
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahSiti Sahati
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanQiu El Fahmi
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 

Tendances (20)

PROSES KEBIJAKAN PUBLIK
PROSES KEBIJAKAN PUBLIKPROSES KEBIJAKAN PUBLIK
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public service
 
Materi Kebijakan publik
Materi Kebijakan publikMateri Kebijakan publik
Materi Kebijakan publik
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
 
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiaSejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
 
Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi Negara
 
Etika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan PublikEtika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan Publik
 
Pertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publikPertemuan 1-kebijakan-publik
Pertemuan 1-kebijakan-publik
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
Debirokrasi dan Deregulasi
Debirokrasi dan DeregulasiDebirokrasi dan Deregulasi
Debirokrasi dan Deregulasi
 
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerahManajemen strategis pada pemerintah daerah
Manajemen strategis pada pemerintah daerah
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi Kebijakan
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan
 
Metodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahanMetodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahan
 
Prinsip Administrasi Publik
Prinsip Administrasi PublikPrinsip Administrasi Publik
Prinsip Administrasi Publik
 
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunan
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
 

En vedette

Konsep Reinventing Government Kelompok 1
Konsep Reinventing Government Kelompok 1Konsep Reinventing Government Kelompok 1
Konsep Reinventing Government Kelompok 1Putri Yulia
 
Artikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentArtikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentAstri Yulia
 
Reinventing Government
Reinventing GovernmentReinventing Government
Reinventing GovernmentJess McMullin
 
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi BaratPeraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi BaratMuh Saleh
 
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi Septyarini Emppink
 
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01Efry Ghani
 
Birokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weberBirokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weberafifahdhaniyah
 
Pedoman pelayanan instalasi rawat intensif
Pedoman pelayanan instalasi rawat intensifPedoman pelayanan instalasi rawat intensif
Pedoman pelayanan instalasi rawat intensifvirmansharpey
 
Petunjuk teknis gill net millenium
Petunjuk teknis gill net milleniumPetunjuk teknis gill net millenium
Petunjuk teknis gill net milleniumsulistyanto05041980
 
1 manajemen-strategik-revisi
1 manajemen-strategik-revisi1 manajemen-strategik-revisi
1 manajemen-strategik-revisiIr. Zakaria, M.M
 
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASNPengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASNBayu Wahyudi
 
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang JalanUU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang JalanPenataan Ruang
 
UU Nomor 5 tahun 2014 dan Peran KASN dalam Seleksi JPT
UU Nomor 5 tahun 2014 dan Peran KASN dalam Seleksi JPTUU Nomor 5 tahun 2014 dan Peran KASN dalam Seleksi JPT
UU Nomor 5 tahun 2014 dan Peran KASN dalam Seleksi JPTBayu Wahyudi
 
Diskresi dan Konflik Kepentingan
Diskresi dan Konflik KepentinganDiskresi dan Konflik Kepentingan
Diskresi dan Konflik KepentinganTri Widodo W. UTOMO
 
Douglas_McGregor and Willima_Oouchi_Theory-X-Y Z_SumitMehta
Douglas_McGregor and Willima_Oouchi_Theory-X-Y Z_SumitMehtaDouglas_McGregor and Willima_Oouchi_Theory-X-Y Z_SumitMehta
Douglas_McGregor and Willima_Oouchi_Theory-X-Y Z_SumitMehtaSumit Mehta
 
Abraham maslow
Abraham maslowAbraham maslow
Abraham maslowD PS
 

En vedette (20)

Konsep Reinventing Government Kelompok 1
Konsep Reinventing Government Kelompok 1Konsep Reinventing Government Kelompok 1
Konsep Reinventing Government Kelompok 1
 
Reinventing government
Reinventing governmentReinventing government
Reinventing government
 
Artikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentArtikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing government
 
Reinventing Government
Reinventing GovernmentReinventing Government
Reinventing Government
 
Tugas teori organisasi
Tugas teori organisasiTugas teori organisasi
Tugas teori organisasi
 
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi BaratPeraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
 
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
Wewenang Birokrasi dan Reformasi Birokrasi
 
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
 
Reinventing Government
Reinventing GovernmentReinventing Government
Reinventing Government
 
Birokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weberBirokrasi menurut Max weber
Birokrasi menurut Max weber
 
Pedoman pelayanan instalasi rawat intensif
Pedoman pelayanan instalasi rawat intensifPedoman pelayanan instalasi rawat intensif
Pedoman pelayanan instalasi rawat intensif
 
Petunjuk teknis gill net millenium
Petunjuk teknis gill net milleniumPetunjuk teknis gill net millenium
Petunjuk teknis gill net millenium
 
1 manajemen-strategik-revisi
1 manajemen-strategik-revisi1 manajemen-strategik-revisi
1 manajemen-strategik-revisi
 
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASNPengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam Perspektif UU ASN
 
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang JalanUU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
 
02 birokrasi
02 birokrasi02 birokrasi
02 birokrasi
 
UU Nomor 5 tahun 2014 dan Peran KASN dalam Seleksi JPT
UU Nomor 5 tahun 2014 dan Peran KASN dalam Seleksi JPTUU Nomor 5 tahun 2014 dan Peran KASN dalam Seleksi JPT
UU Nomor 5 tahun 2014 dan Peran KASN dalam Seleksi JPT
 
Diskresi dan Konflik Kepentingan
Diskresi dan Konflik KepentinganDiskresi dan Konflik Kepentingan
Diskresi dan Konflik Kepentingan
 
Douglas_McGregor and Willima_Oouchi_Theory-X-Y Z_SumitMehta
Douglas_McGregor and Willima_Oouchi_Theory-X-Y Z_SumitMehtaDouglas_McGregor and Willima_Oouchi_Theory-X-Y Z_SumitMehta
Douglas_McGregor and Willima_Oouchi_Theory-X-Y Z_SumitMehta
 
Abraham maslow
Abraham maslowAbraham maslow
Abraham maslow
 

Similaire à reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler

MASALAH PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK.doc
MASALAH PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK.docMASALAH PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK.doc
MASALAH PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK.docsyakurabdul2
 
Teori tata pemerintahan
Teori tata pemerintahanTeori tata pemerintahan
Teori tata pemerintahanEver Dethan
 
Good Governance dan Pelayanan Publik
Good Governance dan Pelayanan PublikGood Governance dan Pelayanan Publik
Good Governance dan Pelayanan PublikDian Herdiana
 
RANGKUMAN: MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI
RANGKUMAN: MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASIRANGKUMAN: MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI
RANGKUMAN: MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASISIWI Book store
 
Soeharto4
Soeharto4Soeharto4
Soeharto4La Mone
 
Tokoh Post modern -- David E Osborne.pptx
Tokoh Post modern -- David E Osborne.pptxTokoh Post modern -- David E Osborne.pptx
Tokoh Post modern -- David E Osborne.pptxEndangHadiyanti1
 
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...Asep Muhamad Ferdiana
 
Administrasi_Publik_STIA_MADANI.pptx
Administrasi_Publik_STIA_MADANI.pptxAdministrasi_Publik_STIA_MADANI.pptx
Administrasi_Publik_STIA_MADANI.pptxfaisalhasan48
 
Lingkungan administrasi publik
Lingkungan administrasi publikLingkungan administrasi publik
Lingkungan administrasi publikLili Fajri Dailimi
 
FASE DALAM ADMINISTRASI PUBLIK
FASE DALAM ADMINISTRASI PUBLIKFASE DALAM ADMINISTRASI PUBLIK
FASE DALAM ADMINISTRASI PUBLIKMasayu Juwita
 
Makalah Teori Birokrasi.pdf
Makalah Teori Birokrasi.pdfMakalah Teori Birokrasi.pdf
Makalah Teori Birokrasi.pdfNugrohoAdi26
 
Reformasi administrasi
Reformasi administrasiReformasi administrasi
Reformasi administrasiLutfianah Lail
 

Similaire à reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler (20)

MASALAH PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK.doc
MASALAH PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK.docMASALAH PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK.doc
MASALAH PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK.doc
 
Teori tata pemerintahan
Teori tata pemerintahanTeori tata pemerintahan
Teori tata pemerintahan
 
Good Governance dan Pelayanan Publik
Good Governance dan Pelayanan PublikGood Governance dan Pelayanan Publik
Good Governance dan Pelayanan Publik
 
Manpem
ManpemManpem
Manpem
 
RANGKUMAN: MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI
RANGKUMAN: MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASIRANGKUMAN: MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI
RANGKUMAN: MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI
 
Soeharto4
Soeharto4Soeharto4
Soeharto4
 
Good clean governance-libre
Good clean governance-libreGood clean governance-libre
Good clean governance-libre
 
Tokoh Post modern -- David E Osborne.pptx
Tokoh Post modern -- David E Osborne.pptxTokoh Post modern -- David E Osborne.pptx
Tokoh Post modern -- David E Osborne.pptx
 
Spia 03
Spia 03Spia 03
Spia 03
 
5902 14320-1-sm
5902 14320-1-sm5902 14320-1-sm
5902 14320-1-sm
 
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...
Be & gg, Asep Muhamad Perdiana, Hapzi Ali, Board of Director,Board Committes,...
 
Rangkuman asp
Rangkuman aspRangkuman asp
Rangkuman asp
 
Administrasi_Publik_STIA_MADANI.pptx
Administrasi_Publik_STIA_MADANI.pptxAdministrasi_Publik_STIA_MADANI.pptx
Administrasi_Publik_STIA_MADANI.pptx
 
Book Review.docx
Book Review.docxBook Review.docx
Book Review.docx
 
Teori Manajemen Publik
Teori Manajemen PublikTeori Manajemen Publik
Teori Manajemen Publik
 
Lingkungan administrasi publik
Lingkungan administrasi publikLingkungan administrasi publik
Lingkungan administrasi publik
 
FASE DALAM ADMINISTRASI PUBLIK
FASE DALAM ADMINISTRASI PUBLIKFASE DALAM ADMINISTRASI PUBLIK
FASE DALAM ADMINISTRASI PUBLIK
 
92 297-1-pb
92 297-1-pb92 297-1-pb
92 297-1-pb
 
Makalah Teori Birokrasi.pdf
Makalah Teori Birokrasi.pdfMakalah Teori Birokrasi.pdf
Makalah Teori Birokrasi.pdf
 
Reformasi administrasi
Reformasi administrasiReformasi administrasi
Reformasi administrasi
 

Dernier

Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptmuhammadarsyad77
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsunghaechanlee650
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianHALIABUTRA1
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okegaluhmutiara
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5SubhiMunir3
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptzulfikar425966
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptpebipebriyantimdpl
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121tubagus30
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanHakamNiazi
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSriHandayani820917
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh Cityjaanualu31
 

Dernier (18)

TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 

reinventing government dalam pemikiran David Osborne & Ted Gaebler

  • 1. http://sumut.kemenag.go.id/ 10 PRINSIP MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI (Perspektif David Osborne Dan Ted Gaebler Tentang Pelayanan Publik) Drs. Mahmun Syarif Nasution M.AP* Abstract Mahmun Sharif. This study discusses the principles of public service quality improvement with the 10 principles of entrepreneurship according to the thinking of government David Osborne and Ted Gaebler. The idea of two men known as the Reinventing Government set out in his work entitled Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector, published in 1992 and Banishing Bureaucracy: The Five Strategies for Reinventing Government, the last book written by David Osborne and Peter Plastics, published in 1997. This idea emerged in response to poor public services that occurred in the U.S. government so that the resulting crisis of confidence in the government. How these principles of bureaucracy and its implementation for the improvement of the quality of public services, the following study will attempt to explain. Pendahuluan Sampai saat ini kinerja pelayanan publk masih menjadi sorotan masyarakat karena belum mampu memberikan pelayanan prima. Buruknya pelayanan public antara lain disoroti oleh Governance Development Survey (GDS). GDS menemukan tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu pertama, besarnya diskriminasi pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan publik masih dipengaruhi oleh hubungan kesamaan afiliasi partai politik, etnis, dan agama. Fenomena semacam ini masih terjadi begitu kental walaupun telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan bebas KKN dan Undang-Undang Nomor: 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yang secara tegas menyatakan bahwa dalam pelayanan public dilaksanakan dengan berpegang pada prinsip kesetaraan dan persamaan perlakuan/tidak diskriminatif. Kedua, tidak adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan. Ketidakpastian ini sering menjadi penyebab munculnya KKN, sebab para pengguna jasa cenderung memilih
  • 2. http://sumut.kemenag.go.id/ menyogok dengan biaya tinggi kepada penyelenggara pelayanan untuk mendapatkan kepastian dan kualitas pelayanan. Dan ketiga, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik. Ini merupakan konsekuensi logis dari adanya diskriminasi pelayanan dan ketidak pastian tadi. Kendala Sosial Budaya Upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan bukanlah pekerjaan mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan mengingat pembaharuan tersebut menyangkut berbagai aspek yang telah membudaya dalam lingkaran birokrasi. Di antara beberapa aspek tersebut adalah kultur birokrasi yang tidak kondusif yang telah lama mewarnai pola pikir birokrat sejak era kolonial dahulu. Prosedur dan etika pelayanan di Indonesia sangat jauh dari nilai-nilai dan praktik yang menghargai masyarakat sebagai pelanggan yang seharusnya memiliki posisi sebagai raja. Prosedur pelayanan, misalnya, tidak dibuat untuk mempermudah pelayanan, tetapi lebih untuk melakukan kontrol terhadap perilaku warga sehingga prosedurnya berbelit-belit dan rumit.Tidak hanya itu, mulai masa orde baru hingga kini, eksistensi PNS merupakan jabatan terhormat yang begitu dihargai tinggi dan diidolakan publik, khususnya jawa, sehingga filosofi PNS sebagai pelayan publik (public servant) dalam arti riil menghadapi kendala untuk direalisasikan. Hal ini terbukti dengan sebutan pangreh raja (pemerintah negara) dan pamong praja (pemelihara pemerintahan) untuk pemerintahan yang ada pada masa tersebut yang menunjukkan bahwa mereka siap dilayani bukan siap untuk melayani. Di samping itu, kendala sarana dan prasarana pelayanan belum mendukung pola pelayanan prima sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Terbukti dengan belum tersedianya Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai prosedur baku pelayanan yang memihak publik serta standar kualitas minimal yang semestinya diketahui publik selaku pelanggan di samping rincian tugas-tugas organisasi pelayanan publik secara komplit. SOP pada masing-masing instansi pemerintah belum diidentifikasi dan disusun sehingga tujuan pelayanan masih menjadi pertanyaan besar. Akibatnya, pada satu pihak penyedia pelayanan dapat bertindak semaunya tanpa merasa bersalah kepada masyarakat. Tulisan berikut ini ingin mengulas tentang teori yang digagas oleh David Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya Reinventing Government untuk dijadikan sebagai solusi alternatif dalam melakukan optimalisasi pelayanan public terutama di lingkungan lembaga diklat. Teori ini sudah terbukti mampu menjadi solusi atas buruknya pelayanan publik yang terjadi di pemerintahan Amerika sehingga timbul krisis kepercayaan terhadap pemerintah di penghujung tahun 1980-an.
  • 3. http://sumut.kemenag.go.id/ 10 Prinsip Mewirausahakan Birokrasi Sebenarnya perdebatan mengenai optimalisasi pelayanan publik oleh pemerintah telah lama berkembang dalam studi administrasi publik. Sejak beberapa dekade lalu, polemik sudah terjadi dikalangan para pakar mengenai cara untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan efisien, tanggap, dan akuntabel. Masing-masing pakar memaparkan teori dan atau membantah dan memperbaiki teori yang ada sebelumnya. Teori Reinventing Government tergolong pada The New Public Management merupakan suatu pembaharuan atas The Old Public Management. Dan sebenarnya sekarang telah muncul pula perbaikan atas The New public Management dengan munculnya konsep The New Public service. Dinamika konsep administrasi publik dari The Old Public Management, lalu menjadi The New Public Management, dan terakhir The New Public service beserta ulasan detail tentang konsep dan kritik atas konsep tersebut dapat dilihat dalam Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhardt, The New Public service: Serving, not Steering, New York: ANSI, 2002. Khusus untuk gagasan-gagasan The Old Public Administration dapat dilihat dalam Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde, Classics of Public Administration, USA: Harcourt Brace & company, 1978. John Stuart Mill, Utilitarianism, On Liberty, Consideration on Representative Government, Vermont: Everyman, 1993. Uraian secara detail dan lengkap tentang teori-teori kalsik tersebut dapat dilihat dalam Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde, Op. Cit., USA: Harcourt Brace & company, 1978; Miftah Thoha, Ilmu Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Press, cet. keVIII, 2003; dan Inu Kencana Syafi'I, dkk., Ilmu Administrasi Publik, Jakarta: Rineka cipta, 1999. Para ilmuwan politik, misalnya, telah memperdebatkan kemungkinan mengembangkan good government dan representative government, sejak awal abad 20an.Bahkan tidak hanya itu, Woodrow Wilson pada tahun 1887 dalam The Study of Administration telah mengemukakan konsep dikotomi politik dan administrasi untuk menciptakan pemerintahan yang efisien. Selain Wilson, ada Max Weber (1922) dengan teori The Ideal Type of Bureucracy, Luther gullick (1937) dengan konsep POSDCORB, Frank J. Goodnow (1900) dengan konsepnya yang tertuang dalam makalahnya Politics and Administration, Frederick W. Taylor (1912) dengan konsepnya Scientific Management, Herbert A. Simon (1946) dengan konsepnya The Proverbs of Administration dan masih banyak lagi yang ikut memberikan kontribusi konsep dan teori dalam optimalisasi pelayanan publik.
  • 4. http://sumut.kemenag.go.id/ Sedangkan gagasan Reinventing Government yang dicetuskan oleh David osborne dan Ted Gaebler (1992) adalah gagasan mutakhir yang mengkritisi dan memperbaiki konsep-konsep dan teori-teori klasik tersebut untuk optimalisasi pelayanan public sesuai dengan perkembangan di lingkungan birokrasi. Gagasan David Osborne dan Ted Gaebler tentang Reinventing Government tertuang dalam karyanya yang berjudul Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector yang dipublikasikan pada tahun 1992 dan Banishing Bureaucracy: The Five Strategies for Reinventing Government, buku terakhir ini ditulis oleh David Osborne dan Peter Plastik yang dipublikasikan pada tahun 1997. Gagasan ini muncul sebagai respon atas buruknya pelayanan publik yang terjadi di pemerintahan Amerika sehingga timbul krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Bahkan di penghujung tahun 1980-an, majalah Time pada sampul mukanya menanyakan: "Sudah Matikah Pemerintahan?". Di awal tahun 1990-an, jawaban yang muncul bagi kebanyakan orang Amerika adalah "Ya". Buruknya pelayanan publik ini dibuktikan dengan menurunya kualitas pendidikan, sekolah-sekolah di negeri AS adalah yang terburuk di antara negara-negara maju. Sistem pemeliharaan kesehatan tidak terkendali. Pengadilan dan rumah tahanan begitu sesak, sehingga banyak narapidana menjadi bebas. Banyak kota dan negara bagian yang dibanggakan pailit dengan defisit multi-milyaran dolar sehingga ribuan pekerja diberhentikan dari kerja. Ulasan tentang krisis kepercayaan yang terjadi di AS bisa dilihat dalam David Osborne dan Ted Gaebler, Reinventing Government: How The Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector; karya ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Abdul Rasyid, Mewirausahakan Birokrasi, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1996. Ulasan 10 prinsip Reinventing Government ini secara utuh bisa dilihat dalam David Osborne dan Ted Gaebler, Reinventing; atau terjemahannya Mewirausahakan, hlm. 29-343. sebagai bahan pelengkap juga baca David osborne dan Peter Plastrik, Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, terj. Abdul Rasyid dan Ramelan, Jakarta: PPM, 2000. Gagasan-gagasan Osborne dan Gaebler tentang Reinventing Government mencakup 10 prinsip untuk mewirausahakan birokrasi. Adapun 10 prinsip tersebut adalah pertama, pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh. Artinya, jika pemerintahan diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah seharusnya sebagai pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu, bukannya sebagai pendayung yang mengayuh untuk membuat perahu bergerak. Pemerintah entrepreneurial seharusnya lebih berkonsentrasi pada pembuatan
  • 5. http://sumut.kemenag.go.id/ kebijakan-kebijakan strategis (mengarahkan) daripada disibukkan oleh hal-hal yang bersifat teknis pelayanan (mengayuh).Cara ini membiarkan pemerintah beroperasi sebagai seorang pembeli yang terampil, mendongkrak berbagai produsen dengan cara yang dapat mencapai sasaran kebijakannya. Wakil-wakil pemerintah tetap sebagai produsen jasa dalam banyak hal, meskipun mereka sering harus bersaing dengan produsen swasta untuk memperoleh hak istimewa. Tetapi para produsen jasa publik ini terpisah dari organisasi manajemen yang menentukan kebijakan. Upaya mengarahkan membutuhkan orang yang mampu melihat seluruh visi dan mampu menyeimbangkan berbagai tuntutan yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya. Upaya mengayuh membutuhkan orang yang secara-sungguh-sungguh memfokuskan pada satu misi dan melakukannya dengan baik. Kedua, pemerintahan milik rakyat: memberi wewenang ketimbang melayani. Artinya, birokrasi pemerintahan yang berkonsentrasi pada pelayanan menghasilkan ketergantungan rakyat akan pemerintah. Hal ini bertentangan dengan kemerdekaan sosial ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan pelayanan harus diganti dengan menumbuhkan inisiatif dari mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat, kelompok-kelompok persaudaraan, organisasi sosial, untuk menjadi sumber dari penyelesaian masalah mereka sendiri. Pemberdayaan semacam ini nantinya akan menciptakan iklim partisipasi aktif rakyat untuk mengontrol pemerintah dan menumbuhkan kesadaran bahwa pemerintah sebenarnya adalah milik rakyat. Ketika pemerintah mendorong kepemilikan dan kontrol ke dalam masyarakat, tanggung jawabnya belum berakhir. Pemerintah mungkin tidak lagi memproduksi jasa, tetapi masih bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan telah terpenuhi. Ketiga, pemerintahan yang kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan. Artinya, bila pemerintah berperan sebagai pelayan tidak hanya menyebabkan sumberdaya pemerintah menjadi habis terkuras, tetapi juga menyebabkan pelayanan yang harus disediakan semakin berkembang melebihi kemampuan pemerintah (organisasi publik), hal ini tentunya mengakibatkan buruknya kualitas dan efektifitas pelayanan publik yang dilakukan mereka. Oleh karena itu, pemerintah harus mengembangkan kompetisi (persaingan) di antara masyarakat, swasta dan organisasi non pemerintah yang lain dalam pelayanan publik. Hasilnya diharapkan efisiensi yang lebih besar, tanggung jawab yang lebih besar dan terbentuknya lingkungan yang lebih inovatif. Di antara keuntungan paling nyata dari kompetisi adalah efisiensi yang lebih besar sehingga mendatangkan lebih banyak uang, kompetisi memaksa monopoli pemerintah (atau swasta) untuk merespon segala kebutuhan
  • 6. http://sumut.kemenag.go.id/ pelanggannya, kompetisi menghargai inovasi, dan kompetisi membangkitkan rasa harga diri dan semangat juang pegawai negeri. Keempat, pemerintahan yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan. Artinya, pemerintahan yang dijalankan berdasarkan peraturan akan tidak efektif dan kurang efisien, karena bekerjanya lamban dan bertele-tele. Oleh karena itu, pemerintahan harus digerakkan oleh misi sebagai tujuan dasarnya sehingga akan berjalan lebih efektif dan efisien. Karena dengan mendudukkan misi organisasi sebagai tujuan, aparatur pemerintahan dapat mengembangkan sistem anggaran dan peraturan sendiri yang memberi keleluasaan kepada karyawannya untuk mencapai misi organisasi tersebut. Di antara keunggulan pemerintah yang digerakkan oleh misi adalah lebih efisien, lebih efektif, lebih inovatif, lebih fleksibel, dan lebih mempunyai semangat yang tinggi ketimbang pemerintahan yang digerakkan oleh aturan. Kelima, pemerintahan yang berorientasi hasil: membiayai hasil, bukan masukan. Artinya, bila lembaga-lembaga pemerintah dibiayai berdasarkan masukan (income), maka sedikit sekali alasan mereka untuk berusaha keras mendapatkan kinerja yang lebih baik. Tetapi jika mereka dibiayai berdasarkan hasil (outcome), mereka menjadi obsesif pada prestasi. Sistem penggajian dan penghargaan, misalnya, seharusnya didasarkan atas kualitas hasil kerja bukan pada masa kerja, besar anggaran dan tingkat otoritas. Tanpa orientasi hasil, pemerintahan yang birokratis jarang sekali mencapai keberhasilan. Mereka lebih banyak mengeluarkan dana untuk pendidikan, namun nilai tes dan angka putus sekolah nyaris tidak berubah. Mereka mengeluarkan lebih banyak untuk polisi dan penjara, namun angka kejahatan terus meningkat. Keenam, pemerintahan berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan boirokrasi. Artinya, pemerintah harus belajar dari sektor bisnis di mana jika tidak fokus dan perhatian pada pelanggan (customer), maka warga negara tidak akan puas dengan pelayanan yang ada atau tidak bahagia. Oleh karena itu, pemerintah harus menempatkan rakyat sebagai pelanggan yang harus diperhatikan kebutuhannya. Pemerintah harus mulai mendengarkan secara cermat para pelanggannya, melaui survei pelanggan, kelompok fokus dan berbagai metode yang lain. Tradisi pejabat birokrasi selama ini seringkali berlaku kasar dan angkuh ketika melayani warga masyarakat yang datang kepadanya. Tradisi ini harus diubah dengan menghargai mereka sebagai warga negara yang berdaulat dan harus diperlakukan dengan baik dan wajar. Di antara keunggulan sistem berorientasi pada pelanggan adalah memaksa pemberi jasa untuk bertanggung jawab kepada pelanggannya, mendepolitisasi keputusan terhadap
  • 7. http://sumut.kemenag.go.id/ pilihan pemberi jasa, merangsang lebih banyak inovasi, memberi kesempatan kepada warga untuk memilih di antara berbagai macam pelayanan, tidak boros karena pasokan disesuaikan dengan permintaan, mendorong untuk menjadi pelanggan yang berkomitmen, dan menciptakan peluang lebih besar bagi keadilan. Ketujuh, pemerintahan wirausaha: menghasilkan ketimbang membelanjakan. Artinya, sebenarnya pemerintah mengalami masalah yang sama dengan sektor bisnis, yaitu keterbatasan akan keuangan, tetapi mereka berbeda dalam respon yang diberikan. Daripada menaikkan pajak atau memotong program publik, pemerintah wirausaha harus berinovasi bagaimana menjalankan program publik dengan dengan sumber daya keuangan yang sedikit tersebut. Dengan melembagakan konsep profit motif dalam dunia publik, sebagai contoh menetapkan biaya untuk public service dan dana yang terkumpul digunakan untuk investasi membiayai inoasi-inovasi di bidang pelayanan publik yang lain. Dengan cara ini, pemerintah mampu menciptakan nilai tambah dan menjamin hasil, meski dalam situasi keuangan yang sulit. Kedelapan, pemerintahan antisipatif: mencegah daripada mengobati. Artinya, pemerintahan tradisional yang birokratis memusatkan pada penyediaan jasa untuk memerangi masalah. Misalnya, untuk menghadapi sakit, mereka mendanai perawatan kesehatan. Untuk menghadapi kejahatan, mereka mendanai lebih banyak polisi. Untuk memerangi kebakaran, mereka membeli lebih banyak truk pemadam kebakaran. Pola pemerintahan semacam ini harus diubah dengan lebih memusatkan atau berkonsentrasi pada pencegahan. Misalnya, membangun sistem air dan pembuangan air kotor, untuk mencegah penyakit; dan membuat peraturan bangunan, untuk mencegah kebakaran. Pola pencegahan (preventif) harus dikedepankan dari pada pengobatan mengingat persoalan-persoalan publik saat ini semakin kompleks, jika tidak diubah (masih berorientasi pada pengobatan) maka pemerintah akan kehilangan kapasitasnya untuk memberikan respon atas masalah-masalah publik yang muncul. Kesembilan, pemerintahan desentralisasi: dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja. Artinya, pada saat teknologi masih primitif, komunikasi antar berbagai lokasi masih lamban, dan pekerja publik relatif belum terdidik, maka sistem sentralisasi sangat diperlukan. Akan tetapi, sekarang abad informasi dan teknologi sudah mengalami perkembangan pesat, komunikasi antar daerah yang terpencil bisa mengalir seketika, banyak pegawai negeri yang terdidik dan kondisi berubah dengan kecepatan yang luar biasa, maka pemerintahan desentralisasilah yang paling diperlukan. Tak ada waktu lagi untuk menunggu informasi naik ke rantai komando dan keputusan untuk turun. Beban keputusan harus dibagi kepada lebih banyak orang, yang
  • 8. http://sumut.kemenag.go.id/ memungkinkan keputusan dibuat "ke bawah" atau pada "pinggiran" ketimbang menngonsentrasikannya pada pusat atau level atas. Kerjasama antara sektor pemerintah, sektor bisnis dan sektor civil socity perlu digalakkan untuk membentuk tim kerja dalam pelayanan publik. Terakhir, prinsip yang kesepuluh adalah pemerintahan berorientasi pasar: mendongkrak perubahan melalui pasar. Artinya, daripada beroperasi sebagai pemasok masal barang atau jasa tertentu, pemerintahan atau organisasi publik lebih baik berfungsi sebagai fasilitator dan pialang dan menyemai pemodal pada pasar yang telah ada atau yang baru tumbuh. Pemerintahan entrepreneur merespon perubahan lingkungan bukan dengan pendekatan tradisional lagi, seperti berusaha mengontrol lingkungan, tetapi lebih kepada strategi yang inovatif untuk membentuk lingkungan yang memungkinkan kekuatan pasar berlaku. Pasar di luar kontrol dari hanya institusi politik, sehingga strategi yang digunakan adalah membentuk lingkungan sehingga pasar dapat beroperasi dengan efisien dan menjamin kualitas hidup dan kesempatan ekonomi yang sama. Dalam rangka melakukan optimalisasi pelayanan publik, 10 prinsip di atas seharusnya dijalankan oleh pemerintah sekaligus, dikumpulkan semua menjadi satu dalam sistem pemerintahan, sehingga pelayanan publik yang dilakukan bisa berjalan lebih optimal dan maksimal. 10 prinsip tersebut bertujuan untuk menciptakan organisasi pelayanan publik yang smaller (kecil, efisien), faster (kinerjanya cepat, efektif) cheaper (operasionalnya murah) dan kompetitif. Dengan demikian, pelayanan publik oleh birokrasi kita bisa menjadi lebih optimal dan akuntabel. Kesimpulan Buruknya pelayanan public seperti mengguritanya pungli, korupsi, kolusi, nepotisme, diskriminasi pelayanan, proseduralisme dan sebagainya, telah mengakibatkan terpuruknya pelayanan publik yang dilakukan pemerintahan kita. Buruknya pelayanan publik tidak hanya pada masa orde baru yang sentralistik, tapi juga masih menggurita pada masa reformasi sebagaimana hasil penelitian dan penilaian Bank Dunia yang dilaporkan dalam World Development Report 2004 dan Governance and Desentralization Survey (GDS) 2002 di atas. Reinventing Government yang digagas oleh David Osborne dan Ted Gaebler menggagas sebuah solusi dalam konteks optimalisasi pelayanan publik. 10 prinsip yang terkandung di dalamnya, yakni pemerintah seharusnya lebih berfungsi mengarahkan ketimbang mengayuh,
  • 9. http://sumut.kemenag.go.id/ memberi wewenang ketimbang melayani, menyuktikkan persaingan (kompetisi) dalam pemberian pelayanan, digerakkan oleh misi bukan peraturan, berorientasi pada hasil (outcome) bukan masukan (income), berorientasi pada pelanggan bukan pada birokrasi, menghasilkan ketimbang membelanjakan, mencegah ketimbang mengobati, desentralisasi dan pemerintah berorientasi pasar, seharusnya diterapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Reinventing Government, tentu harus disesuaikan dengan sosio-kultur kita, bisa menjadi solusi alternatif yang efektif untuk meningkatkan kualitas pelayannan public sesuai dengan harapan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA 1. David Osborne dan Ted Gaebler, Mewirausahakan Birokrasi, terj. Abdul Rasyid, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1996. David osborne dan Peter Plastrik, Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, terj. Abdul Rasyid dan Ramelan, Jakarta: PPM, 2000. 2. Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhardt, The New Public Service: Serving, not Steering, New York: ANSI, 2002. Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde, Classics of Public Administration, USA: Harcourt Brace & company, 1978. 3. Waluyo, S.Sos, M.Si, Manajemen Publik, Konsep, Aplikasi dan Implemenasinya dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Bandung, Mandar Maju, 2007 4. Miftah Thoha, Ilmu Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Press, cet. keVIII, 2003. 5. Inu Kencana Syafi'i, dkk., Ilmu Administrasi Publik, Jakarta: Rineka cipta, 1999. 6. Yeremias T. Keban, Prof. Dr. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu, Yogyakarta, Gaya Media, 2008 *Penulis adalah Widyaiswara Madya di Balai Diklat Keagamaan Medan