SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  39
Télécharger pour lire hors ligne
“Kajian  Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) 
                         Tentang
      UU No.  13 Tahun 2003 Terhadap UUD RI 1945 
                           dan                          
         Evaluasi Pelaksanaan UU 02/2004/PPHI
         E l iP l k           UU 02/2004/PPHI
                                   Paparan :
                            H. Hasanuddin Rachman 
                              Ketua DPN APINDO
                    Bidang Hubungan Industrial dan Advokasi
              Anggota/Wkl. Ketua BP LKS TRIPNAS Unsur OP/APINDO

                                Disampaikan Pada :
            Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (RAKERKONAS) APINDO 
                                       2011
             Tema “Indonesia Incorporated : Mendukung Peningkatan 
                  Produktivitas dalam Perluasan Lapangan Kerja”
                              Hotel Polonia – Medan
                              Hotel Polonia –
                             26 –
                             26 – 28 September 2011
10/7/2011                                                              1
Topik Bahasan
   Summary Executive Putusan MK No. 012/PUU‐I/2003
   Summary Executive Putusan MK No. 012/PUU‐
   dan No.115 /PUU‐VII/2009;
   dan No.115 /PUU‐

   Dunia Usaha Menyikapi;

   Tindak Lanjut Implementasi Putusan   MK;

   Situasi Paling Akhir Pasca Putusan MK.

   Evaluasi Pelaksanaan UU 02/2004/PPHI
   Evaluasi Pelaksanaan UU 02/2004/PPHI




10/7/2011                                            2
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 
012/PUU‐I/2003 Tentang Pengujian Terhadap UU 
012/PUU‐I/2003 Tentang Pengujian Terhadap UU
 13/2003 atas UUD RI 1945 tentang Outsourcing
     Menimbang b h
     M i b        bahwa perlindungan yang dib ik t h d b h
                               li d                 diberikan terhadap buruh
     outsourcing tampak dalam Pasal 66 ayat (1), (2) a, c dan ayat (4)
     yang berbunyi :” ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ ”;

     Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka
     dalam hal P/B dimaksud ternyata dipekerjakan untuk
     melaksanakan kegiatan pokok, tidak ada hubungan kerja dengan
     perusahaan penyedia jasa P/B;
                              P/B;
                               /

     dan jika perusahaan penyedia jasa P/B bukan merupakan bentuk
     usaha yang b b d h k
        h        berbadan hukum, maka demi h k
                                     k d i hukum status h b
                                                   t t hubungan
     kerja antara P/B dan perusahaan penyedia jasa P/B beralih
     menjadi hubungan kerja antara P/B dengan perusahaan pemberi
     p
     pekerjaan.
     pekerjaan.
           j

10/7/2011                                                                  3
Oleh karena itu, dengan memperhatikan keseimbangan yang
       perlu dalam perlindungan terhadap pengusaha pekerja pada
                                          pengusaha,
       perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan
       perundang‐
       perundang‐undangan yang berlaku;
                               berlaku;

       Oleh karenanya, terlepas dari jangka waktu tertentu yang
       mungkin menjadi syarat perjanjian kerja demikian dalam
       kesempatan yang tersedia maka perlindungan hak‐hak buruh
                         tersedia,                   hak‐
       sesuai dengan aturan hukum dalam UU Ketenegakerjaan, tidak
       terbukti bahwa hal itu menyebabkan sistem outsourcing
       merupakan modern slavery dalam proses produksi.
            p                   y     p      p
                                             produksi.

      “STATUS TETAP BEKERJA P/B PADA PERUSAHAAN OUTSOURCE
      MENDAPATKAN PERLINDUNGAN HAK‐HAK SESUAI DENGAN
                                    HAK‐
      ATURAN HUKUM DALAM UU KETENAGAKERJAAN DENGAN P/B
      YANG BEKERJA TETAP DI PERUSAHAAN PEMBERI KERJA”


10/7/2011                                                       4
Putusan
             Perkara Nomor 012/PUU‐I/2003
             Perkara Nomor 012/PUU‐
Executive Summary
1. Mahkamah Konstitusi, telah memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
    konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam
               p       g    p                   ,     j       p
    perkara permohonan Pengujian UU No. 13 Tahun 2003 tentang
                                             No.
    Ketenagakerjaan terhadap UUD NRI Tahun 1945, yang diajukan oleh 37
                                                1945,
    orang pimpinan SP/SB seluruh Indonesia yang diwakili oleh LBH Jakarta,
    selanjutnya disebut sebagai PARA PEMOHON;
                                     PEMOHON;
2. Mahkamah Konstitusi telah :
   ‐ membaca surat permohonan Para Pemohon;
                      p                Pemohon;
   ‐ mendengar keterangan Para Pemohon;
                                  Pemohon;
   ‐ mendengar keterangan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
      Republik Indonesia;
               Indonesia;
   ‐ membaca keterangan tertulis Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
      Republik Indonesia;
               Indonesia;
   ‐ memeriksa bukti‐bukti;
                 bukti‐bukti;
   ‐ mendengar keterangan Ahli dan Saksi dari Para Pemohon
 10/7/2011                                                                    5
3. Para Pemohon telah mengajukan permohonan pengujian Undang‐
                                                            Undang‐
   undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
   (selanjutnya disebut UU Ketenagakerjaan) terhadap Undang‐Undang‐
   Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya
          g          g      p                            (    j y
   disebut UUD 1945) dengan surat permohonannya bertanggal 18
                  1945)
   Juni 2003 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
   Republik Indonesia selanjutnya disebut Mahkamah) pada tanggal
      p                     j y                       ) p        gg
   15 Oktober 2003 dengan Registrasi Perkara Nomor 012/PUU‐012/PUU‐
   I/2003,
   I/2003, telah diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah
   Konstitusi Republik Indonesia pada tanggal 21 Nopember 2003.
                                                           2003.




10/7/2011                                                         6
KRONOLOGIS
I. Pendahuluan
    Pencantuman “Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
                      Hak
    bagi kemanusiaan” ditetapkan sebagai hak azasi manusia warga
    negara yang secara khusus telah dimuat di dalam UUD 1945;
                                                        1945;
    Amanat i i j
    A       t ini juga amat t k it d
                            t terkait dengan t j
                                               tujuan umum b  bangsa
    Indonesia sebagaimana termuat di dalam Pembukaan UUD 1945
    untuk “memajukan kesejahteraan umum” berdasarkan Pancasila,
    untuk terciptanya :”k dil sosial b i seluruh rakyat Indonesia”;
          k    i        ”keadilan  i l bagi l h k I d   Indonesia”;
                                                               i ”
    Negara, mau tidak mau harus terlibat dan bertanggung jawab
    terhadap soal perburuhan dengan menjamin agar mereka dapat
    terlindungi hak‐haknya dalam bingkai konstitusi;
                 hak‐                    konstitusi;
    Dst. Dst. ……….
    Dst. Dst. ……….


10/7/2011                                                          7
II.
II. Kedudukan Hukum dan Kepentingan Pemohon
    UU No. 24/2003 tentang MK Pasal 1 ayat (3) huruf a dinyatakan
        No. 24/
    bahwa : Permohonan adalah permintaan yang diajukan secara
    tertulis kepada MK mengenai pengujian undang‐undang UUD RI
                                               undang‐
    1945;
    1945;
    Selanjutnya dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK juga dinyatakan
    bahwa : Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau
    kewenangan konstitusionilnya dirugikan oleh berlakunya UU, yaitu :
    a. perorangan warga negara Indonesia;
                                Indonesia;
    Dst. Dst.
    Dst. Dst. Yang pada dasarnya Pemohon mempunyai kedudukan
    hukum dan dasar kepentingan untuk mengajukan permohonan hak
    uji terhadap pemberlakuan UU Ketenagakerjaan karena
    mempunyai kepentingan secara dan akan menerima dampak
    secara langsung dari pelaksanaan UU Ketenagalerjaan.
                                         Ketenagalerjaan.



10/7/2011                                                            8
III. Alasan‐
III. Alasan‐Alasan Hukum Mengajukan Permohonan Hak Uji
     Memuat tentang A. Fakta‐Fakta Hukum : 11 butir; B. Argumen‐
                           Fakta‐                    butir;    Argumen‐
     Argumen Hukum : 7 butir ditambah beberapa penjelasan tambahan
     y g p
     yang pada dasarnya berisi tuduhan bahwa UU 13/2003 memuat
                        y                              13/
     hal‐
     hal‐hal yang bertentangan dengan UUD 1945;
                                             1945;
     Khusus terkait Outsourcing dinyatakan : Bertentangan dengan Pasal
     33 UUD 1945 : ……. UU Ketengakerjaan menempatkan
                             …….
     buruh/pekerja sebagai faktor produksi semata, dengan begitu
     mudah dipekerjakan bila dibutuhkan untuk kemudian di PHK ketika
     tidak dibutuhkan lagi. Dengan demikian komponen upah sebagai
                       lagi.
     salah satu dari biaya‐biaya (costs) bisa tetap ditekan seminimal
                      biaya‐
     mungkin.
     mungkin. Inilah yang akan terjadi dengan dilegalkannya sistem kerja
     “pemborongan pekerjaan” (“outsourcing”) sebagaimana dalam
      pemborongan pekerjaan ( outsourcing )
     Pasal 64 – 66, yang akan menjadikan buruh/pekerja semata sebagai
                66,
     sapi perahan para pemilik modal; ………….
                               modal; ………….


10/7/2011                                                              9
Bahwa d l
    B h      dalam prakteknya “outsourcing” telah b l
                         k k     “         i ” l h berlangsung d    dan
    “daripada tidak diatur lebih baik diatur” tidak bisa menjadi alasan,
    karena dalam prakteknya buruh Indonesia pub sejak lama sudah
    harus mengalami yang disebut dengan “penindasan upah” (       (wage
    repression) untuk dibedakan dengan “penindasan buruh” (labour
    repression) pada umumnya. Hasil penelitian internasional sudah
                        umumnya.
    banyak menunjukkan bahwa dst. ……….;’
                                  dst. ……….;’
    Di sinilah persis “perbudakan modern” dan degradasi nilai manusia,
    “buruh sebagai komoditas atau barang dagangan” akan terjadi
                  g                           g   g g               j
    secara resmi dan diresmikan melalui sebuah undang‐undang
                                                         undang‐
    “Kemakmuran masyarakat” yang diamanatkan konstitusipun hanya
    akan menjadi kata‐kata kosong belaka;
                   kata‐            belaka;




10/7/2011                                                             10
Para P
    P    Pemohon memohon k d K
              h          h kepada Ketua MK RI untuk memeriksa
                                                      k          ik
    dan memutus Permohonan Hak Uji terhadap UU No. 13 2003
                                                      No.
    /Ketenagakerjaan sebagai berikut :
    1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan hak uji ini;
                                                             ini;
    2. Menyatakan UU 13 2003 Ketenagakerjaan sebagai bertentangan
       dengan UUD RI 1945;
                     1945;
    3. Menyatakan UU 13 2003 Ketenagakerjaan seebagai tidak
       mempunyai kekuatan hukun yang mengingat dan tidak berlaku
       umum;
       umum;
    4. Memerintahkan kepada Pemerintah RI cq Presiden RI dan DPR RI
       untuk mencabut dan menyatakan tidak berlaku UU 13/2003
                                                           13/
       Ketenagakerjaan.
       Ketenagakerjaan.




10/7/2011                                                        11
Putusan   Nomor 115/PUU‐
                        Putusan   Nomor 115/PUU‐VII/2009 Mahkamah Konstitusi RI
                                          (Executive Summary)
                 1. Ronald Ebenhard Pattiasina, karyawan swasta; 2. Puji Rahmat, 
[1.2]             

                  karyawan swasta, baik untuk atas nama pribadi maupun sebagai 
                  perwakilan dari kelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama, 
                  yang dalam hal ini adalah : Serikat Pekerja BCA Bersatu, PT Bank Central 
                  yang dalam hal ini adalah : Serikat Pekerja BCA Bersatu PT Bank Central
                  Asia Menara BCA Lantai 22 Grand Indonesia Jl. M.H. Thamrin No. 1 
                  Jakarta Pusat; Selanjutnya disebut sebagai :

                                               Pemohon :

                     [1.2) Membaca permohonan dari Pemohon;
                      Mendengar keterangan dari Pemohon;
                      M d       k t          d iP      h
                      Memeriksa bukti‐
                      Memeriksa bukti‐bukti yang diajukan oloeh Pemohon;
                      Mendengar dan membaca keterangan tertulis Dewan   Perwakilan 
                         y ;
                      Rakyat;
                      Mendengar dan membaca keterangan tertulis Pemerintah;
                      Membaca kesimpulan Pemohon.  



  10/7/2011                                                                               12
Duduk Perkara
Pemohon mengajukan permohonan dengan surat permohonan 27 Juli 2009
terdaftar di Kepaniteraan MK pada 10 Agustus 2009 dengan registrasi
terdaftar di Kepaniteraan MK pada 10 Agustus 2009 dengan registrasi
No. 115/PUU‐VII/2009 yang telah diperbaiki dan diterima 9 September 
No. 115/PUU‐
2009, menguraikan hal‐hal sebagai berikut :
2009, menguraikan hal‐

                        I. Kewenangan Mahkamah Konstitusi :

        1.  Pasal 24C ayat (1) UUD RI 1945 juncto Pasal 10 ayat (1) huruf a UU No.
            24 Tahun 2003 tentang MK salah satu kewenangan MK adalah
            24 Tahun 2003 tentang MK.; salah satu kewenangan MK adalah
            melakukan pengujian (yudicial review) UU terhadap UUD 1945 (Bukti P‐2) ;
            melakukan pengujian (yudicial review) UU terhadap UUD 1945 (Bukti P‐

       2.  Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 antara lain menyatakan, “MK berwenang
           mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
           final untuk menguji UU terhadap UUD 1945”;

        3. Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK antara lain menyatakan bahwa  MK
        3 Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK antara lain menyatakan bahwa “MK
           berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
           bersifat final  untuk :

            a) menguji UU terhadap UUD Negara RI 1945 (Bukti‐3);  
            a) menguji UU terhadap UUD Negara RI 1945 (Bukti‐

10/7/2011                                                                         13
Lanjutan Duduk Perkara
                  Lanjutan Duduk Perkara

4. Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan
   Peraturan Perundang‐undangan mengatur bahwa
   Peraturan Perundang‐
   secara hierarkis kedudukan UUD 1945 lebih tinggi dari
   UU, oleh karenanya setiap ketentuan UU tidak boleh bertentangan 
    dengan UUD 1945;
    dengan UUD 1945;

   Jika terdapat ketentuan dalam UU yang bertentangan
   dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut dapat
   dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut dapat
   dimohonkan untuk diuji melalui mekanisme Pengujian UU;

    Berdasarkan hal‐hal tersebut diatas, MK berwenang
    Berdasarkan hal‐                   ,            g
    untuk memeriksa dan memutus permohonan Pengujian UU ini.




10/7/2011                                                             14
Lanjutan Duduk Perkara
            II. Kedudukan Hukum Dan Kepentingan Pemohon :

5.  
5.  Sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) huruf c UU MK menyatakan, “Pemohon
   adalah pihak yang menganggap hak dan/kewenangan konstitusionalnya
   dirugikan oleh berlakunya Undang‐Undang, yaitu :
   dirugikan oleh berlakunya Undang‐
   a. perorangan warga negara Indonesia;
                               I d     i
   b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup
     dan sesuai dengan prinsip NKRI yang diatur dalam UU;
   c badan hukum publik atau privat atau
   c. badan hukum publik atau privat atau,
   d. lembaga negara.

6. a a edudu a u u ( ega sta d g) e o o ada a sebaga
6.  Bahwa kedudukan hukum (legal standing) Pemohon adalah sebagai 
    perorangan warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 
    51 ayat 1 huruf a UU MK beserta penjelasannya;



10/7/2011                                                                15
Lanjutan Duduk Perkara
7.    Sebagai persyaratan awal Pemohon telah menyiapkan dokumen‐dokumen sbb. :
                                                        dokumen‐        sbb.

     i. Kartu Tanda Penduduk No. 3276010511720001 atas nama Ronald Ebenhard
                               No.
        Pattiasina (Lampiran 1a);
                              a);

     ii.
     ii. Kartu Tanda Penduduk No. 32.77.72.1004/03445/72013012 atas nama Puji
                               No. 32.77.72.1004/03445/
         Rahmat (Lampiran 1b);
                           b);

 iii.
 iii. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SP BCA Bersatu
      (Lampiran 1c);
                 c);

8. Pengesahan Pemohon sebagai sebuah organisasi serikat pekerja atau kelompok
     orang yang mempunyai sama adalah mengacu pada surat dari Suku Dinas Tenaga
     Kerja dan Transmigrasi Kotamadya Jakarta Selatan No. 27/44/‐1.838 tanggal 06
                                                      No. 27/44/
     Juli 2007 perihal Pencatatan dan Pemberian Nomor Bukti Pencatatan SP/SB di
     Perusahaan, SP/SB di luar Perusahaan, Federasi SP/SB, Konfederasi SP/SB yang
     memberikan Konfirmasi Nomor Bukti Pencatatan519/P/VIU2007 tanggal 6 Juli
                                          Pencatatan519/P/VIU2007
     2007 kepada Pemohon (Lampiran 2);



10/7/2011                                                                        16
Lanjutan Duduk Perkara
9.
9.    Berdasarkan Surat Ketetapan MUNASLUB SP BCA Bersatu di Tretes, 
     Pasuruan pada tanggal 05 sampai dengan 07 Maret 2009 dengan No. 
     Keputusan : 009/MUNASLUB/SP BCA BERSATU/ 2009 tanggal 06 Maret 
     2009 perihal Penetapan Ketua Formatur (Ex Officio Ketua Umum DPP SP 
     2009    ih l P   t      K t F       t (E Offi i K t U          DPP SP
     BCA Bersatu), sehingga dalam posisinya tersebut, Ketua Umum DPP SP 
     BCA Bersatu dalam hal ini adalah Ronald Ebenhard Pattiasina dapat 
     mewakili untuk atas nama organisasi SP BCA Bersatu ;
     mewakili untuk atas nama organisasi SP BCA Bersatu ;

     Yang keanggotaannya terbentang dari Lhokseumawe sampai Papua 
     (Jayapura) dengan jumlah anggota lebih dari 1.280 orang untuk 
     (Jayapura) dengan jumlah anggota lebih dari 1 280 orang untuk
     mengajukan uji materi Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 121 UU 13/2003 
     kepada MK (Lampiran 3). 




10/7/2011                                                                 17
Lanjutan Duduk Perkara
10.
10.   Berdasarkan pada Pasal 28 UUD 1945 yang memberikan jaminan
       perlindungan dan hak dalam menyampaikan pendapat atau aspirasi
       sebagaimana disebutkan bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
       mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
       dengan undang‐ undang”. ; (Bukti P‐2);
               undang‐ undang”.

11.
11. Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 menyatakan “Setiap orang berhak atas
          28E
    kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat; (Bukti P‐2);
                                                      pendapat;

12.
12. Mengacu pada Pasal 1 ayat (1) UU No. 21/2000/SP/SB yang menyatakan,
                                        No. 21/2000/SP/SB
     “Serikat Pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh,
      Serikat
     dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan naupun diluar perusahaan, yang
     bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna
     memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja dan
     buruh serta meningkatkan k j h
     b h              i k k kesejahteraan pekerja/buruh d k l
                                                 k j /b h dan keluarganya”;
                                                                 keluarganya”;”
    (Bukti P‐4);




 10/7/2011                                                                       18
Lanjutan Duduk Perkara
13. Pasal 4 ayat (2) UU 21/2000/SP/SB juga  mengatur bahwa “Untuk 
    mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sp/sb, 
    federasi dan konfederasi sp/sb mempunyai fungsi :
    a. sebagai pihak dalam pembuatan pkb dan penyelesaian 
       perselisihan industrial;
    b. sebagai wakil p/b dalam lks di bidang ketenagakerjaan sesuai 
       dengan tingkatannya;
       dengan tingkatannya;
    c. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang 
       harmonis,  dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan 
       perundang‐undangan yang berlaku;
       perundang‐undangan yang berlaku;
    d. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan  hak 
       dan kepentingan anggotanya; 
    e. sebagai perencana, pelaksana, dan tanggung jawab pemogokan 
            g p           ,p         ,        gg g j      p     g
       p/b sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang 
       p/b sesuai dengan peraturan perundang‐
       berlaku;
    f. sebagai wakil p/b dalam memperjuangkan kepemilikan saham 
       dalam perusahaan. 
       d l            h

10/7/2011                                                         19
Lanjutan Duduk Perkara
14.
14.Berlandaskan Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945, maka Pemohon
                                   28E              1945,
    secara konstitusional mempunyai hak asasi untuk menyampaikan
    aspirasi dalam rangka memperjuangkan, membela serta melindungi hak
    dan kepentingan pekerja melalui perundingan PKB yang ada di dalam
    perusahaan;
    perusahaan;

15.
15.Mengacu pada ketentuan peraturan per –UU‐an sebagaimana diatur
                                              UU‐
    dalam Pasal 4 ayat (2) UU 21/2004/SP/SB, maka Pemohon pun
                                  21/2004/SP/SB,
    mempunyai h k untuk turut serta menjadi salah satu pihak d l
              i hak   t k t t       t       j di l h t     ih k dalam
    perundingan pembuatan PKB antara Pekerja yang diwakili oleh SP
    dengan Pengusaha yang diwakili oleh Manajemen (dalam hal ini adalah
    Manajemen PT BCA Tbk.), dalam rangka menyalurkan dan
                            Tbk.
    memperjuangkan aspirasi h k anggotanya;
            j    k     i i hak anggotanya;
                                      t

16.
16.Pertimbangan mendasar yang digunakan dalam permohonan ini adalah
    bahwasanya PKB merupakan ketentuan yang berlaku bagi seluruh
              y            p               y g              g
    pekerja yang ada di dalam perusahaan, maka dengan demikian dapat
    ditarik sebuah analogi bahwa hakekat dari pembuatan PKB adalah
    pembuatan UU yang berlaku dan mengikat bagi seluruh komponen yang
    ada di dalam perusahaan;
                 p
                 perusahaan;


10/7/2011                                                           20
Lanjutan Duduk Perkara
17. Pembuatan UU yang berlaku dan mengikat bagi seluruh komponen yang ada di 
                    y g                  g      g              p       y g
    dalam perusahaan , maka sudah barang tentu menjadi suatu keharusan di dalam 
    negara hukum yang berkeadilan bahwa pembuatan UU tersebut melibatkan 
    pihka‐
    pihka‐pihak yang terkait di dalam perusahaan, yaitu dalam hal ini adalah seluruh 
    SP yang ada di dalam perusahaan;

18. Asas keterwakilan  di dalam TP PKB di dalam perusahaan adalah sebuah hak 
    asasi maupun hak konstitusional yang harus dilindungi oleh UU sebagai amanat 
    dan pelaksanaan dari hak berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran baik 
    lisan maupun tulisan sebagai dimaksud dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 
    li           t li      b i di k d d l        P l 28E       t (3) UUD 1945
    tersebut;

19. Jika kemudian terdapat suatu bantahan, argumentasi atau pandangan 
    bahwasanya akan terjadi kemungkinan begitu banyaknya perwakilan dari SP 
    b h           k t j di k        ki   b it b       k           kil d i SP
    yang akan duduk dalam Tim Perunding (TP) SP, maka dengan mengacu asa 
    keterwakilan sebagaimana dinyatakan dalam sila ke‐4 Pancasila yang berbunyi :
    keterwakilan sebagaimana dinyatakan dalam sila ke‐

   “Kerakyatan yang dipimpinan oleh hikmat kebijaksanaan dalam 
   “K k              di i i       l h hik    k bij k      d l
   permusyawaratan/perwakilan”, SP dengan keanggotaan lebih dari 2,5 % dari 
   total seluruh pekerja yang ada di dalam perusahaan dapat duduk dalam TP SP 
   untuk merundingkan PKB dengan TP Manajemen perusahaan. 



10/7/2011                                                                           21
Lanjutan & Kesimpulan DP
                        j            p


    Pemohon mempunyai kedudukan hukum dan kepentingan 
    Pemohon mempunyai kedudukan hukum dan kepentingan
    konstitusional untuk mengajukan permohonan pengujian Pasal 120 ayat 
    (1) dan Pasal 121 UU 13/2003/ Ketenagakerjaan terhadap UUD 1945 
    karena pasal tersebut mengandung materi muatan yang bersifat 
    karena pasal tersebut mengandung materi muatan yang bersifat
    membatasi, menghambat, menghilangkan dan mendiskriminasikan hak‐
    membatasi, menghambat, menghilangkan dan mendiskriminasikan hak‐
    hak Pemohon sesuai dengan fungsi dan tujuan dibentuknya SP di dalam 
    p
    perusahaan; ;




10/7/2011                                                             22
Lanjutan
              III. Alasan‐
              III. Alasan‐Alasan Hukum Permohonan (AAHP)

              20. Pasal 120 UU 13/2003 yang menyatakan :

(1) Dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) sp/sb maka
(1)   Dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) sp/sb maka
      yang berhak mewakili p/b melakukan perundingan dengan pengusaha
      yang jumlah keanggotaannya lebih dari 50 % (lima puluh perseratus) 
      dari seluruh jumlah p/b di perusahaan tersebut;
                   j      p      p

(2)  Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
     terpenuhi, maka sp/sb melakukan koalisi sehingga tercapai jumlah
     lebihdari  50% dari seluruh jumlah p/b di perusahaan tersebut;

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat
    (2) tid k t
    (2)  tidak terpenuhi, maka para sp/sb membentuk TP yang
                      hi    k         /b     b t k TP
    keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah
    anggota masing‐masing sp/sb;
    anggota masing‐


10/7/2011                                                                23
Lanjutan AAHP
21.  Dengan adanya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) UU
   13/2003, maka Pemohon yang saat ini jumlah anggotanya kurang dari
   13/2003 maka Pemohon yang saat ini jumlah anggotanya kurang dari
   51% dari total seluruh karyawan menjadi kehilangan hak untuk
   menyampaikan aspirasi melalui perundingan perumusan PKB di PT BCA
   Tbk., hal ini dibuktikan dengan tidak dikutsertakannya Pemohon dalam 
   perundingan PKB PT BCA Tbk 2008‐2010; (Bukti P‐5);
   perundingan PKB PT BCA Tbk 2008‐2010; (Bukti P‐

22. Dengan adanya Pasal 120 ayat (1) UU 13/2003 telah secara nyata 
    merugikan Pemohon untuk menyampaikan aspirasinya. Sebagaimana
    merugikan Pemohon untuk menyampaikan aspirasinya. Sebagaimana
    telah diketahui bersama bahwasanya perundingan PKB di dalam 
    sebuah perusahaan merupakan proses pembuatan UU yang berlaku
    dan mengikat bagi seluruh pekerja yang ada di dalam perusahaan, maka
    seharusnya asas keterwakilan dari seluruh komponen atau sp yang ada
       h             k      kil d i l h k                            d
    di dalam perusahaan diakomodasi dan dilindungi oleh Undang‐Undang;
    di dalam perusahaan diakomodasi dan dilindungi oleh Undang‐

          j y                       y ( )               y                   p
23. Selanjutnya di dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa “Setiap 
    orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang 
    adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”, (Bukti P‐
    adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”, (Bukti P‐2); 




 10/7/2011                                                                     24
Lanjutan AAHP
24. Kemudian dalam Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 mengatur bahwa “Setiap
   orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar 
         b h kb b        t       l k          b if t di k i i tif t d
   apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
   yang bersifat diskriminatif itu” (Bukti P‐2);
   yang bersifat diskriminatif itu” (Bukti P‐

25. Dengan menggunakan alasan konstitusional di dalam Pasal 28 D ayat (1)
   dan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 tersebut di atas, maka Pemohon dengan
   ini mengajukan kembali permohonan uji materi kepada Mahkamah Konstitusi 
          g j               p             j           p
    terhadap Pasal 120 ayat (1) UU No. 13/2003;

26. Permohonan pengujian kembali Pasal 120 ayat (1) UU No. 13/2003
    mengacu pada Pasal 24 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 
               d P l 24         (2) P         M hk     hK       i iN
    06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Pengujian Undang‐
    06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Pengujian Undang‐
    Undanng yang menyatakan, “Permohonan pengujian UU terhadap
    muatan ayat, pasal, dan/atau bagian yang sama dengan perkara yang 
    muatan ayat pasal dan/atau bagian yang sama dengan perkara yang
    pernah diputus oleh Mahkamah dapat dimohonkan pengujian kembali 
    dengan syarat‐syarat konstitusionalitas yang menjadi alasan
    dengan syarat‐
    p
    permohonan yang bersangkutan berbeda”.
                y g         g


 10/7/2011                                                                     25
Ringkasan Executive
Pada dasarnya Duduk Perkara memuat poin‐poin Catatan sebagai berikut :
                                      poin‐
I. KKewenangan M hk
                 Mahkamah Konstitusi;
                         h K tit i;
                           Konstitusi
II.
II. Kedudukan Hukum Dan Kepentingan Pemohon;
                                       Pemohon;
III.
III. Alasan – Alasan Hukum Permohonan;
                           Permohonan;
IV.
IV. Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara No. 012/PUU‐I/2003;
                                         No. 012/PUU‐I/2003;
V. Petitum; Memohon agar MK memberikan putusan yan amarya sebagai berikut :
     Petitum;

    1. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya;
                                      seluruhnya;

    2. Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 121 UU
       No.13/2003/Ketenagakerjaan
       No.13/2003/Ketenagakerjaan bertentangan dengan UUD 1945 khususnya
       Pasal 28, Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (3) dan Pasal 281 ayat (2);
             28,       28D                 28E

    3.Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 121 UU No.13/2003/Ketenagakerjaan
                                                     No.13/2003/Ketenagakerjaan
      tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
                                        mengikat;

    4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara RI sebagaimana
       mestinya;
       mestinya; Atau, apabila MK berpendapat lain, mohon putusan yang seadil‐
                                                                       seadil‐
       adilnya (ex aequo et bono;
                            bono;


10/7/2011                                                                         26
Lanjutan
             Penjelasan Pemerintah Atas Permohonan
            Pengujian UU No. 13/2003/Ketenagakerjaan

                Bahwa terhadap permohonan pengujian
                Bahwa terhadap permohonan pengujian
          (constitutional review) materi muatan ayat, pasal,    
           constitutional review) materi muatan ayat, pasal,    
       dan/atau bagian UU yang dimohonkan pengujian tersebut, 
            telah diperiksa, diadili dan diputus oleh MK, yang 
            t l h di ik di dili d di t            l h MK
         diucapkan dalam Sidang Pleno MK yang terbuka untuk 
        umum pada tanggal 28 Oktober 2003, atas permohonan 
         yang diajukan Syaeful Taviv, dkk (Register Perkara No. 
               di j k S f l T i dkk (R i t P k               N
             012/PUU‐
             012/PUU‐I/2003) dengan putusan menyatakan 
           mengabulkan sebagian permohonan dan menolak 
                                selebihnya;
                                  l bih




10/7/2011                                                     27
Lanjutan
2.     Bahwa sesuai ketentuan Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945
       dan dipertegas dalam Pasal 10 ayat (1) UU No.       No.
       24/2003/MK
       24/2003/MK (selanjutnya disebut UU 24/2003) bahwa
                                               24/2003)
       MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
       terakhir yang putusannya b if fi l sehingga putusan
           khi                  bersifat final, hi
       tersebut tidak ada hukum yang dapat ditempuh;
                                            ditempuh;

3.     Bahwa sesuai ketentuan Pasal 60 UU 24/2003 yang
                                              24/
       menyatakan bahwa terhadap materi muatan ayat, pasal,
       dan/atau bagian dalam UU yang telah diuji, tidak dapat
          /
       dimohonkan pengujian kembali;
                            kembali;


10/7/2011                                                   28
Lanjutan
4. Pemerintah berpendapat bahwa permohonan pengujian a 
   quo yang diajukan oleh Ronald Pattiasina, dkk (Register 
   Perkara No. 115/PUU‐VII/2009), walaupun tidak dinyatakan 
   Perkara No. 115/PUU‐ /
                   /
   secara tegas tentang adanya kesamaan kerugian 
   konstitusionalitas yang terjadi, namun pada dasarnya 
   permohonan a quo memiliki kesamaan syarat‐
   permohonan a quo memiliki kesamaan syarat‐syarat 
   konstitusionalitas yang dijadikan alasan Pemohon dalam 
   permohonan pengujian UU a quo seperti yang diajukan para 
   Pemohon terdahulu vide Register Perkara No. 012/PUU‐
   Pemohon terdahulu vide Register Perkara No. 012/PUU‐
   I/2003), sehingga sepatutnyalah permohonan tersebut 
   secara mutatis mutandis dinyatakan ditolak [vide, Pasal 42 
   ayat (2) Peraturan MK No. 06/PMK/2005 tentang Pedoman 
   Beracara Dalam Perkara Pengujian UU];


10/7/2011                                                   29
Lanjutan
5. Pemerintah berpendapat bahwa alasan kerugian hak dan/atau
    kewenangan konstitusional yang berbeda yang dialami oleh Pemohon
    saat ini dan permohonan para Pemohon terdahulu, menurut Pemerintah
    ternyata tidak terjadi dan tidak terbukti;
                                     terbukti;

6. Karena itu, Pemerintah melalui Majelis Hakim MK, kiranya Pemohon
   dapat membuktikan terlebih dahulu apakah benar Pemohon telah
   dirugikan hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya, dan/atau
       g                             g                  y
   kerugian dimaksud berbeda dengan kerugian para Pemohon terdahulu;
                                                          terdahulu;

    Atas dasar hal‐hal tersebut diatas, Pemerintah berpendapat
                  hal‐
    permohonan pengujian tidak dapat dilakukan kembali (nebis in idem)
                                                                  idem),
    namun apabila Ketua/Majelis Hakim MK berpendapat lain, mohon
    putusan yang bijaksana dan seadil‐adilnya (ex aequo et bono).
                               seadil‐                     bono).




10/7/2011                                                             30
Kesimpulan Permohonan Pemerintah
1. Menyatakan bahwa Pemohon tidak mempunyai
   kedudukan hukum (legal standing);

2. Menolak permohonan pengujian Pemohon seluruhnya
   atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan
        setidak-
   pengujian Pemohon tidak dapat diterima (niet
   ontvankelij verklaard);

3. Menerima Keterangan Pemerintah secara keseluruhan;

4.
4 Menyatakan ketentuan Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 121
   UU 13/2003 tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal
   28, Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (3), dan Pasal
   281 ayat (2) UUD 1945.
                    1945

10/7/2011                                               31
Keterangan DPR Lisan & Tertulis Pada 
          Persidangan 14 Januari 2010
              id               i
    Bahwa Pemohon dalam permohonan a quo tidak
                                 p                 q
    menguraikan adanya kerugian konstitusional yang nyata-
                                                       nyata-
    nyata telah terjadi ataupun kerugian potential yang akan
    dialami Pemohon. Pemohon pada kenyataannya justru
             Pemohon.              p       y         y j
    masih tetap memperoleh kebebasan berserikat dan
    berorganisasi dalam serikat pekerja/serikat buruh yang
    diwakilinya sebagaimana dijamin Pasal 28, Pasal 28D
             y       g           j           28,         28D
    ayat (1) dan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945. Dengan
                          28E                 1945.
    demikian Pasal 120 ayat (1) UU 13/2003 tidak
                                             13/
    menghalangi dan mengurangi hak konstitusional
         g     g               g     g
    Pemohon untuk memperolah kebebasan berserikat dan
    berkumpul serta kebebasan mengeluarkan pendapat.
                                               pendapat.


10/7/2011                                                  32
Amar Putusan
                    Amar Putusan

                       MENGADILI

1. Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan untuk
1. Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan untuk 
   sebagian;

2. Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) Undang‐Undang 
2. Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) Undang‐
   Nomor 13 Tahun 2003 (LN RI Tahun 2003 Nomor 39, 
   Tambahan LN RI Nomor 4279) bertentangan dengan 
   Tambahan LN RI Nomor 4279) bertentangan dengan
   Undang‐
   Undang‐Undang Dasar Negara RI Tahun 1945;



10/7/2011                                                  33
Amar Putusan
3.
3 Menyatakan Pasal 120 ayat (3) UU No 13 /2003
                                     No.
   Ketenagakerjaan konstitusional bersyarat (conditionally
   constitution) sepanjang :

1) frasa, “Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
   ayat (1) atau ayat (2) tidak terpenuhi maka “dihapus sehingga
   berbunyi, “para serikat pekerja/serikat buruh membentuk tim
   perunding yang keanggotaannya ditentukan secara
         di         k        t       dit t k
   proporsional berdasarkan jumlah anggota masing-masing
                                              masing-
   serikat pekerja/serikat buruh”, dan

2) ketentuan tersebut dalam angka (i) dimaknai, “dalam hal
   disatu perusahaan terdapat lebih dari satu sp/sb, maka jumlah
   sp/sb yang berhak mewakili dalam melakukan perundingan
    p     y g                                     p       g
   dengan pengusaha dalam suatu perusahaaan adalah maksimal
   tiga sp/sb atau gabungan sp/sb yang jumlah anggotanya
   minimal 10 % (sepuluh perseratus) dari seluruh sp/sb yang
   ada dalam perusahaan”,
              perusahaan

10/7/2011                                                      34
Amar Putusan
4.  Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 13/2003/ 
           k        l         ( )d         ( )          /    /
    Ketenagakerjaan, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang :

1) frasa “Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau
1)  frasa,  Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau 
    ayat (2) tidak terpenuhi, maka …..” tidak dihapuskan dan

2) ketentuan tersebut tidak dimaknai, “dalam hal di satu perusahaan 
    terdapat lebih dari satu sp/sb, junlah sp/sb yang berhak mewakili dalam 
       d     l bih d i         /b j l h /b            b h k      kili d l
    melakukan perundingan dengan pengusaha dalam suatu perusahaan 
    adalah maksimal tiga sp/sb yang jumlah anggotanya minimal 10 % 
    (sepuluh perseratus dari seluruh p/b”;

    Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara RI 
    sebagaimana mestinya;

    Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.




10/7/2011                                                                 35
Penutup Amar Putusan
               Penutup Amar Putusan
    Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim
    yang dihadiri oleh sembilan Hakim Konstitusi pada hari Senin
    tanggal dua puluh lima bulan Oktober dua ribu sepuluh dan
    diucapkan dalam Sidang Pleno MK terbuka untuk umum pada
    hari Rabu tanggal sepuluh bulan November tahun dua ribu
                  gg     p
    sepuluh oleh kami sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Moh.
    Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad
    Sodiki Muhammad Alim, Haryono, M. Akil Mochtar, M. Arsyad
    San,
    San Maria Farida Indrati Ahmad Fadlil Sumadi dan Hamdan
                      Indrati,            Sumadi,
    Zoelva, masing‐masing sebagai Anggota dengan dibantu oleh
            masing‐
    Sunardi sebagai Panitera, dihadiri oleh Pemohon, Dewan
    Perwakilan Rakyat atau yang mewakili dan Pemerintah atau
    yang mewakili.
         mewakili.

                       KETUA    ttd   Moh.
                                      Moh. Mahfud MD.
                                                  MD.

10/7/2011                                                     36
ANGGOTA‐
                 ANGGOTA‐ANGGOTA

1. ttd Achmad Sodiki                   -2. ttd Muhammad Alim

3. ttd Harjono                        - 4. ttd M.Akil Mochtar

5. ttd M. Arsyad Sanusi               - 6. ttd Maria Farida
                                               Indrati

7. ttd Ahmad Fadli Sumadi             - 8. ttd Hamdan
                                               Zoelva
                       PANITERA PENGGANTI
                               Ttd
                            Sunardi

10/7/2011                                                       37
Dunia Usaha Menyikapi
             Dunia Usaha Menyikapi
    Putusan Mahkamah Konstitusi     Nomor 115/PPU-VII/2009 telah
                                            115/PPU-VII/2009
    membuktikan bahwa bila memang ada elemen masyarakat yang
    merasa hak asasi dan konstitusionalnya diabaikan dapat
    mengajukan uji materi bahwa hal tersebut bertentangan dengan
    UUD 1945 dan karenanya patut hak-hak tersebut dipulihkan;
                                 hak-             dipulihkan;

    Dalam konteks perubahan kriteria mayoritas 50% plus 1 menjadi
                                                50%
    se-kurang2
    se-kurang2nya memiliki suara 10% dapat turut dalam pembuatan
                                    10%
    PKB di perusahaan tidak akan berdampak negatif mengingat
             p                                p     g          g g
    dipertahankannya persyaratan dalam satu perusahaan hanya ada
    satu Tim Perunding SP/SB meskipun terdapat lebih dari satu SP/SB
    namun tidak melebihi dari 3 (tiga) SP/SB;
                                       SP/SB;

    Aspek lain 3 (tiga) SP/SB yang masing-masing memiliki anggota
                                   masing-
    minimal 10% tidak dapat menolak SP/SB lain untuk bergabung
             10%
    kedalam TP SP/SB.
               SP/SB.


10/7/2011                                                         38
Terima Kasih




                                   Salam LKMD
                               DPN APINDO, Gedung Permata Kuningan Lt. 10
                                Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C  ‐ G t S ti b di
                                Jl K i       M li K 9C Guntur‐Setiabudi
            Telp : 021‐8378 388 24, Fax : 021‐8378 0823/ 8378  0746, Website : www.apindo.or.id
                            Email : hrachman@consultant.com; HP : 0811884857

10/7/2011                                                                                         39

Contenu connexe

Tendances

Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Perjanjian kerja
Perjanjian kerjaPerjanjian kerja
Perjanjian kerjanugpra
 
Diklat Perdata Pert ke 3.pptx
Diklat Perdata Pert ke 3.pptxDiklat Perdata Pert ke 3.pptx
Diklat Perdata Pert ke 3.pptxdampitv
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidanairmasiti8
 
Perjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganPerjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganJuleha Usmad
 
Hukum ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaanHukum ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaanKurnia Utami
 
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
7. hubungan kerja dan perjanjian kerjaGindha Wayka
 
Kontrak daganginternasional 30maret2009
Kontrak daganginternasional 30maret2009Kontrak daganginternasional 30maret2009
Kontrak daganginternasional 30maret2009Aulia Rachmi
 
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliAsas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliIca Diennissa
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tunMoel Ryadhie
 
12.106.115.budi.sunanda
12.106.115.budi.sunanda12.106.115.budi.sunanda
12.106.115.budi.sunandacalderaboys
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...febrysaragih
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Idik Saeful Bahri
 
Kasus phk hrp swastono putro p
Kasus phk hrp swastono putro pKasus phk hrp swastono putro p
Kasus phk hrp swastono putro pswastono pirastyo
 
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada Pengusaha
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada PengusahaPutusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada Pengusaha
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada PengusahaDr. Bambang Supriyanto
 
Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008khairu_zikri
 

Tendances (20)

Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi: tindak pidana perbankan (Idik Sa...
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Perjanjian kerja
Perjanjian kerjaPerjanjian kerja
Perjanjian kerja
 
Diklat Perdata Pert ke 3.pptx
Diklat Perdata Pert ke 3.pptxDiklat Perdata Pert ke 3.pptx
Diklat Perdata Pert ke 3.pptx
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Perjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganPerjanjian pemborongan
Perjanjian pemborongan
 
Hukum ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaanHukum ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaan
 
Uu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+PjlsUu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+Pjls
 
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
7. hubungan kerja dan perjanjian kerja
 
Kontrak daganginternasional 30maret2009
Kontrak daganginternasional 30maret2009Kontrak daganginternasional 30maret2009
Kontrak daganginternasional 30maret2009
 
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para AhliAsas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
Asas asas Hukum Pidana & Pengertian Perbuatan Pidana menurut Para Ahli
 
Memori pk iii edit
Memori  pk iii editMemori  pk iii edit
Memori pk iii edit
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
 
12.106.115.budi.sunanda
12.106.115.budi.sunanda12.106.115.budi.sunanda
12.106.115.budi.sunanda
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
 
Uu 16 2004 Pjls
Uu 16 2004 PjlsUu 16 2004 Pjls
Uu 16 2004 Pjls
 
Kasus phk hrp swastono putro p
Kasus phk hrp swastono putro pKasus phk hrp swastono putro p
Kasus phk hrp swastono putro p
 
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada Pengusaha
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada PengusahaPutusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada Pengusaha
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada Pengusaha
 
Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008
 

Similaire à Hasanuddin rachman putusan mk no 012 i 2003 dan no 115 puu rakerkonas 2011

Field workstudy report
Field workstudy reportField workstudy report
Field workstudy reportAnnissa Curio
 
7.hbl,clara monalisa, prof.dr.hapzi ali, cma , hukum perburuhan ,universitas ...
7.hbl,clara monalisa, prof.dr.hapzi ali, cma , hukum perburuhan ,universitas ...7.hbl,clara monalisa, prof.dr.hapzi ali, cma , hukum perburuhan ,universitas ...
7.hbl,clara monalisa, prof.dr.hapzi ali, cma , hukum perburuhan ,universitas ...claramonalisa09
 
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxMK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxdnsstore
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraannatasyamaryana
 
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)Ahmad Solihin
 
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdfjak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdfAlamPravana3
 
Makalah silvikultur
Makalah silvikulturMakalah silvikultur
Makalah silvikulturFadLi AmiGo
 
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidanaPenjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidanaSei Enim
 
Tm 7, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, power point, executive summary
Tm 7, 4, hbl, wenna sustiany,  hapzi ali, power point, executive summaryTm 7, 4, hbl, wenna sustiany,  hapzi ali, power point, executive summary
Tm 7, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, power point, executive summaryWennaSustiany
 
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...megiirianti083
 
2. POWER POINT PHI (1).ppt
2. POWER POINT PHI (1).ppt2. POWER POINT PHI (1).ppt
2. POWER POINT PHI (1).pptRizky113654
 
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasionalWewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasionalAritonang Toba Muara
 
PPT Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Proyek
PPT Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian ProyekPPT Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Proyek
PPT Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian ProyekYogaAbi
 
BUKU_AJAR_HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pdf
BUKU_AJAR_HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pdfBUKU_AJAR_HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pdf
BUKU_AJAR_HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pdfJohanBhagaskaraMarbu
 
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945Septian Muna Barakati
 
Slide-Restatement-TUN.pdf
Slide-Restatement-TUN.pdfSlide-Restatement-TUN.pdf
Slide-Restatement-TUN.pdfMAriqNaufal
 
Salinan Permohonan_3357
Salinan Permohonan_3357Salinan Permohonan_3357
Salinan Permohonan_3357CIkumparan
 

Similaire à Hasanuddin rachman putusan mk no 012 i 2003 dan no 115 puu rakerkonas 2011 (20)

Field workstudy report
Field workstudy reportField workstudy report
Field workstudy report
 
7.hbl,clara monalisa, prof.dr.hapzi ali, cma , hukum perburuhan ,universitas ...
7.hbl,clara monalisa, prof.dr.hapzi ali, cma , hukum perburuhan ,universitas ...7.hbl,clara monalisa, prof.dr.hapzi ali, cma , hukum perburuhan ,universitas ...
7.hbl,clara monalisa, prof.dr.hapzi ali, cma , hukum perburuhan ,universitas ...
 
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptxMK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
MK dan Hukum Acara PUU.pptx Univ Balitar 13 januari 2023.pptx
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracara
 
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdfjak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
 
Makalah silvikultur
Makalah silvikulturMakalah silvikultur
Makalah silvikultur
 
Uu 04 2004 Pjls
Uu 04 2004 PjlsUu 04 2004 Pjls
Uu 04 2004 Pjls
 
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidanaPenjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
Penjelasan kitab undang undang hukum acara pidana
 
Tm 7, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, power point, executive summary
Tm 7, 4, hbl, wenna sustiany,  hapzi ali, power point, executive summaryTm 7, 4, hbl, wenna sustiany,  hapzi ali, power point, executive summary
Tm 7, 4, hbl, wenna sustiany, hapzi ali, power point, executive summary
 
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl, megi irianti pariakan, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
 
2. POWER POINT PHI (1).ppt
2. POWER POINT PHI (1).ppt2. POWER POINT PHI (1).ppt
2. POWER POINT PHI (1).ppt
 
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasionalWewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
Wewenang mk dalam menguji uu ratifikasi perjanjian internasional
 
PPT Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Proyek
PPT Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian ProyekPPT Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Proyek
PPT Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Proyek
 
BUKU_AJAR_HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pdf
BUKU_AJAR_HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pdfBUKU_AJAR_HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pdf
BUKU_AJAR_HUKUM_KETENAGAKERJAAN.pdf
 
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
 
Slide-Restatement-TUN.pdf
Slide-Restatement-TUN.pdfSlide-Restatement-TUN.pdf
Slide-Restatement-TUN.pdf
 
1. Azas-azas.pptx
1. Azas-azas.pptx1. Azas-azas.pptx
1. Azas-azas.pptx
 
Salinan Permohonan_3357
Salinan Permohonan_3357Salinan Permohonan_3357
Salinan Permohonan_3357
 

Hasanuddin rachman putusan mk no 012 i 2003 dan no 115 puu rakerkonas 2011

  • 1. “Kajian  Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)  Tentang UU No.  13 Tahun 2003 Terhadap UUD RI 1945  dan                           Evaluasi Pelaksanaan UU 02/2004/PPHI E l iP l k UU 02/2004/PPHI Paparan : H. Hasanuddin Rachman  Ketua DPN APINDO Bidang Hubungan Industrial dan Advokasi Anggota/Wkl. Ketua BP LKS TRIPNAS Unsur OP/APINDO Disampaikan Pada : Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (RAKERKONAS) APINDO  2011 Tema “Indonesia Incorporated : Mendukung Peningkatan  Produktivitas dalam Perluasan Lapangan Kerja” Hotel Polonia – Medan Hotel Polonia – 26 – 26 – 28 September 2011 10/7/2011 1
  • 2. Topik Bahasan Summary Executive Putusan MK No. 012/PUU‐I/2003 Summary Executive Putusan MK No. 012/PUU‐ dan No.115 /PUU‐VII/2009; dan No.115 /PUU‐ Dunia Usaha Menyikapi; Tindak Lanjut Implementasi Putusan   MK; Situasi Paling Akhir Pasca Putusan MK. Evaluasi Pelaksanaan UU 02/2004/PPHI Evaluasi Pelaksanaan UU 02/2004/PPHI 10/7/2011 2
  • 3. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.  012/PUU‐I/2003 Tentang Pengujian Terhadap UU  012/PUU‐I/2003 Tentang Pengujian Terhadap UU 13/2003 atas UUD RI 1945 tentang Outsourcing Menimbang b h M i b bahwa perlindungan yang dib ik t h d b h li d diberikan terhadap buruh outsourcing tampak dalam Pasal 66 ayat (1), (2) a, c dan ayat (4) yang berbunyi :” ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ ”; Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dalam hal P/B dimaksud ternyata dipekerjakan untuk melaksanakan kegiatan pokok, tidak ada hubungan kerja dengan perusahaan penyedia jasa P/B; P/B; / dan jika perusahaan penyedia jasa P/B bukan merupakan bentuk usaha yang b b d h k h berbadan hukum, maka demi h k k d i hukum status h b t t hubungan kerja antara P/B dan perusahaan penyedia jasa P/B beralih menjadi hubungan kerja antara P/B dengan perusahaan pemberi p pekerjaan. pekerjaan. j 10/7/2011 3
  • 4. Oleh karena itu, dengan memperhatikan keseimbangan yang perlu dalam perlindungan terhadap pengusaha pekerja pada pengusaha, perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang‐ perundang‐undangan yang berlaku; berlaku; Oleh karenanya, terlepas dari jangka waktu tertentu yang mungkin menjadi syarat perjanjian kerja demikian dalam kesempatan yang tersedia maka perlindungan hak‐hak buruh tersedia, hak‐ sesuai dengan aturan hukum dalam UU Ketenegakerjaan, tidak terbukti bahwa hal itu menyebabkan sistem outsourcing merupakan modern slavery dalam proses produksi. p y p p produksi. “STATUS TETAP BEKERJA P/B PADA PERUSAHAAN OUTSOURCE MENDAPATKAN PERLINDUNGAN HAK‐HAK SESUAI DENGAN HAK‐ ATURAN HUKUM DALAM UU KETENAGAKERJAAN DENGAN P/B YANG BEKERJA TETAP DI PERUSAHAAN PEMBERI KERJA” 10/7/2011 4
  • 5. Putusan Perkara Nomor 012/PUU‐I/2003 Perkara Nomor 012/PUU‐ Executive Summary 1. Mahkamah Konstitusi, telah memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam p g p , j p perkara permohonan Pengujian UU No. 13 Tahun 2003 tentang No. Ketenagakerjaan terhadap UUD NRI Tahun 1945, yang diajukan oleh 37 1945, orang pimpinan SP/SB seluruh Indonesia yang diwakili oleh LBH Jakarta, selanjutnya disebut sebagai PARA PEMOHON; PEMOHON; 2. Mahkamah Konstitusi telah : ‐ membaca surat permohonan Para Pemohon; p Pemohon; ‐ mendengar keterangan Para Pemohon; Pemohon; ‐ mendengar keterangan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; Indonesia; ‐ membaca keterangan tertulis Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; Indonesia; ‐ memeriksa bukti‐bukti; bukti‐bukti; ‐ mendengar keterangan Ahli dan Saksi dari Para Pemohon 10/7/2011 5
  • 6. 3. Para Pemohon telah mengajukan permohonan pengujian Undang‐ Undang‐ undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UU Ketenagakerjaan) terhadap Undang‐Undang‐ Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya g g p ( j y disebut UUD 1945) dengan surat permohonannya bertanggal 18 1945) Juni 2003 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia selanjutnya disebut Mahkamah) pada tanggal p j y ) p gg 15 Oktober 2003 dengan Registrasi Perkara Nomor 012/PUU‐012/PUU‐ I/2003, I/2003, telah diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia pada tanggal 21 Nopember 2003. 2003. 10/7/2011 6
  • 7. KRONOLOGIS I. Pendahuluan Pencantuman “Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak Hak bagi kemanusiaan” ditetapkan sebagai hak azasi manusia warga negara yang secara khusus telah dimuat di dalam UUD 1945; 1945; Amanat i i j A t ini juga amat t k it d t terkait dengan t j tujuan umum b bangsa Indonesia sebagaimana termuat di dalam Pembukaan UUD 1945 untuk “memajukan kesejahteraan umum” berdasarkan Pancasila, untuk terciptanya :”k dil sosial b i seluruh rakyat Indonesia”; k i ”keadilan i l bagi l h k I d Indonesia”; i ” Negara, mau tidak mau harus terlibat dan bertanggung jawab terhadap soal perburuhan dengan menjamin agar mereka dapat terlindungi hak‐haknya dalam bingkai konstitusi; hak‐ konstitusi; Dst. Dst. ………. Dst. Dst. ………. 10/7/2011 7
  • 8. II. II. Kedudukan Hukum dan Kepentingan Pemohon UU No. 24/2003 tentang MK Pasal 1 ayat (3) huruf a dinyatakan No. 24/ bahwa : Permohonan adalah permintaan yang diajukan secara tertulis kepada MK mengenai pengujian undang‐undang UUD RI undang‐ 1945; 1945; Selanjutnya dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK juga dinyatakan bahwa : Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionilnya dirugikan oleh berlakunya UU, yaitu : a. perorangan warga negara Indonesia; Indonesia; Dst. Dst. Dst. Dst. Yang pada dasarnya Pemohon mempunyai kedudukan hukum dan dasar kepentingan untuk mengajukan permohonan hak uji terhadap pemberlakuan UU Ketenagakerjaan karena mempunyai kepentingan secara dan akan menerima dampak secara langsung dari pelaksanaan UU Ketenagalerjaan. Ketenagalerjaan. 10/7/2011 8
  • 9. III. Alasan‐ III. Alasan‐Alasan Hukum Mengajukan Permohonan Hak Uji Memuat tentang A. Fakta‐Fakta Hukum : 11 butir; B. Argumen‐ Fakta‐ butir; Argumen‐ Argumen Hukum : 7 butir ditambah beberapa penjelasan tambahan y g p yang pada dasarnya berisi tuduhan bahwa UU 13/2003 memuat y 13/ hal‐ hal‐hal yang bertentangan dengan UUD 1945; 1945; Khusus terkait Outsourcing dinyatakan : Bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945 : ……. UU Ketengakerjaan menempatkan ……. buruh/pekerja sebagai faktor produksi semata, dengan begitu mudah dipekerjakan bila dibutuhkan untuk kemudian di PHK ketika tidak dibutuhkan lagi. Dengan demikian komponen upah sebagai lagi. salah satu dari biaya‐biaya (costs) bisa tetap ditekan seminimal biaya‐ mungkin. mungkin. Inilah yang akan terjadi dengan dilegalkannya sistem kerja “pemborongan pekerjaan” (“outsourcing”) sebagaimana dalam pemborongan pekerjaan ( outsourcing ) Pasal 64 – 66, yang akan menjadikan buruh/pekerja semata sebagai 66, sapi perahan para pemilik modal; …………. modal; …………. 10/7/2011 9
  • 10. Bahwa d l B h dalam prakteknya “outsourcing” telah b l k k “ i ” l h berlangsung d dan “daripada tidak diatur lebih baik diatur” tidak bisa menjadi alasan, karena dalam prakteknya buruh Indonesia pub sejak lama sudah harus mengalami yang disebut dengan “penindasan upah” ( (wage repression) untuk dibedakan dengan “penindasan buruh” (labour repression) pada umumnya. Hasil penelitian internasional sudah umumnya. banyak menunjukkan bahwa dst. ……….;’ dst. ……….;’ Di sinilah persis “perbudakan modern” dan degradasi nilai manusia, “buruh sebagai komoditas atau barang dagangan” akan terjadi g g g g j secara resmi dan diresmikan melalui sebuah undang‐undang undang‐ “Kemakmuran masyarakat” yang diamanatkan konstitusipun hanya akan menjadi kata‐kata kosong belaka; kata‐ belaka; 10/7/2011 10
  • 11. Para P P Pemohon memohon k d K h h kepada Ketua MK RI untuk memeriksa k ik dan memutus Permohonan Hak Uji terhadap UU No. 13 2003 No. /Ketenagakerjaan sebagai berikut : 1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan hak uji ini; ini; 2. Menyatakan UU 13 2003 Ketenagakerjaan sebagai bertentangan dengan UUD RI 1945; 1945; 3. Menyatakan UU 13 2003 Ketenagakerjaan seebagai tidak mempunyai kekuatan hukun yang mengingat dan tidak berlaku umum; umum; 4. Memerintahkan kepada Pemerintah RI cq Presiden RI dan DPR RI untuk mencabut dan menyatakan tidak berlaku UU 13/2003 13/ Ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan. 10/7/2011 11
  • 12. Putusan   Nomor 115/PUU‐ Putusan   Nomor 115/PUU‐VII/2009 Mahkamah Konstitusi RI (Executive Summary) 1. Ronald Ebenhard Pattiasina, karyawan swasta; 2. Puji Rahmat,  [1.2]              karyawan swasta, baik untuk atas nama pribadi maupun sebagai  perwakilan dari kelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama,  yang dalam hal ini adalah : Serikat Pekerja BCA Bersatu, PT Bank Central  yang dalam hal ini adalah : Serikat Pekerja BCA Bersatu PT Bank Central Asia Menara BCA Lantai 22 Grand Indonesia Jl. M.H. Thamrin No. 1  Jakarta Pusat; Selanjutnya disebut sebagai : Pemohon : [1.2) Membaca permohonan dari Pemohon; Mendengar keterangan dari Pemohon; M d k t d iP h Memeriksa bukti‐ Memeriksa bukti‐bukti yang diajukan oloeh Pemohon; Mendengar dan membaca keterangan tertulis Dewan   Perwakilan  y ; Rakyat; Mendengar dan membaca keterangan tertulis Pemerintah; Membaca kesimpulan Pemohon.   10/7/2011 12
  • 13. Duduk Perkara Pemohon mengajukan permohonan dengan surat permohonan 27 Juli 2009 terdaftar di Kepaniteraan MK pada 10 Agustus 2009 dengan registrasi terdaftar di Kepaniteraan MK pada 10 Agustus 2009 dengan registrasi No. 115/PUU‐VII/2009 yang telah diperbaiki dan diterima 9 September  No. 115/PUU‐ 2009, menguraikan hal‐hal sebagai berikut : 2009, menguraikan hal‐ I. Kewenangan Mahkamah Konstitusi : 1.  Pasal 24C ayat (1) UUD RI 1945 juncto Pasal 10 ayat (1) huruf a UU No. 24 Tahun 2003 tentang MK salah satu kewenangan MK adalah 24 Tahun 2003 tentang MK.; salah satu kewenangan MK adalah melakukan pengujian (yudicial review) UU terhadap UUD 1945 (Bukti P‐2) ; melakukan pengujian (yudicial review) UU terhadap UUD 1945 (Bukti P‐ 2.  Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 antara lain menyatakan, “MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD 1945”; 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK antara lain menyatakan bahwa  MK 3 Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK antara lain menyatakan bahwa “MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final  untuk : a) menguji UU terhadap UUD Negara RI 1945 (Bukti‐3);   a) menguji UU terhadap UUD Negara RI 1945 (Bukti‐ 10/7/2011 13
  • 14. Lanjutan Duduk Perkara Lanjutan Duduk Perkara 4. Pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang‐undangan mengatur bahwa Peraturan Perundang‐ secara hierarkis kedudukan UUD 1945 lebih tinggi dari UU, oleh karenanya setiap ketentuan UU tidak boleh bertentangan  dengan UUD 1945; dengan UUD 1945; Jika terdapat ketentuan dalam UU yang bertentangan dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut dapat dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut dapat dimohonkan untuk diuji melalui mekanisme Pengujian UU; Berdasarkan hal‐hal tersebut diatas, MK berwenang Berdasarkan hal‐ , g untuk memeriksa dan memutus permohonan Pengujian UU ini. 10/7/2011 14
  • 15. Lanjutan Duduk Perkara II. Kedudukan Hukum Dan Kepentingan Pemohon : 5.   5.  Sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) huruf c UU MK menyatakan, “Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang‐Undang, yaitu : dirugikan oleh berlakunya Undang‐ a. perorangan warga negara Indonesia; I d i b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan prinsip NKRI yang diatur dalam UU; c badan hukum publik atau privat atau c. badan hukum publik atau privat atau, d. lembaga negara. 6. a a edudu a u u ( ega sta d g) e o o ada a sebaga 6.  Bahwa kedudukan hukum (legal standing) Pemohon adalah sebagai  perorangan warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal  51 ayat 1 huruf a UU MK beserta penjelasannya; 10/7/2011 15
  • 16. Lanjutan Duduk Perkara 7. Sebagai persyaratan awal Pemohon telah menyiapkan dokumen‐dokumen sbb. : dokumen‐ sbb. i. Kartu Tanda Penduduk No. 3276010511720001 atas nama Ronald Ebenhard No. Pattiasina (Lampiran 1a); a); ii. ii. Kartu Tanda Penduduk No. 32.77.72.1004/03445/72013012 atas nama Puji No. 32.77.72.1004/03445/ Rahmat (Lampiran 1b); b); iii. iii. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SP BCA Bersatu (Lampiran 1c); c); 8. Pengesahan Pemohon sebagai sebuah organisasi serikat pekerja atau kelompok orang yang mempunyai sama adalah mengacu pada surat dari Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotamadya Jakarta Selatan No. 27/44/‐1.838 tanggal 06 No. 27/44/ Juli 2007 perihal Pencatatan dan Pemberian Nomor Bukti Pencatatan SP/SB di Perusahaan, SP/SB di luar Perusahaan, Federasi SP/SB, Konfederasi SP/SB yang memberikan Konfirmasi Nomor Bukti Pencatatan519/P/VIU2007 tanggal 6 Juli Pencatatan519/P/VIU2007 2007 kepada Pemohon (Lampiran 2); 10/7/2011 16
  • 17. Lanjutan Duduk Perkara 9. 9. Berdasarkan Surat Ketetapan MUNASLUB SP BCA Bersatu di Tretes,  Pasuruan pada tanggal 05 sampai dengan 07 Maret 2009 dengan No.  Keputusan : 009/MUNASLUB/SP BCA BERSATU/ 2009 tanggal 06 Maret  2009 perihal Penetapan Ketua Formatur (Ex Officio Ketua Umum DPP SP  2009 ih l P t K t F t (E Offi i K t U DPP SP BCA Bersatu), sehingga dalam posisinya tersebut, Ketua Umum DPP SP  BCA Bersatu dalam hal ini adalah Ronald Ebenhard Pattiasina dapat  mewakili untuk atas nama organisasi SP BCA Bersatu ; mewakili untuk atas nama organisasi SP BCA Bersatu ; Yang keanggotaannya terbentang dari Lhokseumawe sampai Papua  (Jayapura) dengan jumlah anggota lebih dari 1.280 orang untuk  (Jayapura) dengan jumlah anggota lebih dari 1 280 orang untuk mengajukan uji materi Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 121 UU 13/2003  kepada MK (Lampiran 3).  10/7/2011 17
  • 18. Lanjutan Duduk Perkara 10. 10. Berdasarkan pada Pasal 28 UUD 1945 yang memberikan jaminan perlindungan dan hak dalam menyampaikan pendapat atau aspirasi sebagaimana disebutkan bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang‐ undang”. ; (Bukti P‐2); undang‐ undang”. 11. 11. Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 menyatakan “Setiap orang berhak atas 28E kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat; (Bukti P‐2); pendapat; 12. 12. Mengacu pada Pasal 1 ayat (1) UU No. 21/2000/SP/SB yang menyatakan, No. 21/2000/SP/SB “Serikat Pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, Serikat dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan naupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja dan buruh serta meningkatkan k j h b h i k k kesejahteraan pekerja/buruh d k l k j /b h dan keluarganya”; keluarganya”;” (Bukti P‐4); 10/7/2011 18
  • 19. Lanjutan Duduk Perkara 13. Pasal 4 ayat (2) UU 21/2000/SP/SB juga  mengatur bahwa “Untuk  mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sp/sb,  federasi dan konfederasi sp/sb mempunyai fungsi : a. sebagai pihak dalam pembuatan pkb dan penyelesaian  perselisihan industrial; b. sebagai wakil p/b dalam lks di bidang ketenagakerjaan sesuai  dengan tingkatannya; dengan tingkatannya; c. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang  harmonis,  dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan  perundang‐undangan yang berlaku; perundang‐undangan yang berlaku; d. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan  hak  dan kepentingan anggotanya;  e. sebagai perencana, pelaksana, dan tanggung jawab pemogokan  g p ,p , gg g j p g p/b sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang  p/b sesuai dengan peraturan perundang‐ berlaku; f. sebagai wakil p/b dalam memperjuangkan kepemilikan saham  dalam perusahaan.  d l h 10/7/2011 19
  • 20. Lanjutan Duduk Perkara 14. 14.Berlandaskan Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945, maka Pemohon 28E 1945, secara konstitusional mempunyai hak asasi untuk menyampaikan aspirasi dalam rangka memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja melalui perundingan PKB yang ada di dalam perusahaan; perusahaan; 15. 15.Mengacu pada ketentuan peraturan per –UU‐an sebagaimana diatur UU‐ dalam Pasal 4 ayat (2) UU 21/2004/SP/SB, maka Pemohon pun 21/2004/SP/SB, mempunyai h k untuk turut serta menjadi salah satu pihak d l i hak t k t t t j di l h t ih k dalam perundingan pembuatan PKB antara Pekerja yang diwakili oleh SP dengan Pengusaha yang diwakili oleh Manajemen (dalam hal ini adalah Manajemen PT BCA Tbk.), dalam rangka menyalurkan dan Tbk. memperjuangkan aspirasi h k anggotanya; j k i i hak anggotanya; t 16. 16.Pertimbangan mendasar yang digunakan dalam permohonan ini adalah bahwasanya PKB merupakan ketentuan yang berlaku bagi seluruh y p y g g pekerja yang ada di dalam perusahaan, maka dengan demikian dapat ditarik sebuah analogi bahwa hakekat dari pembuatan PKB adalah pembuatan UU yang berlaku dan mengikat bagi seluruh komponen yang ada di dalam perusahaan; p perusahaan; 10/7/2011 20
  • 21. Lanjutan Duduk Perkara 17. Pembuatan UU yang berlaku dan mengikat bagi seluruh komponen yang ada di  y g g g p y g dalam perusahaan , maka sudah barang tentu menjadi suatu keharusan di dalam  negara hukum yang berkeadilan bahwa pembuatan UU tersebut melibatkan  pihka‐ pihka‐pihak yang terkait di dalam perusahaan, yaitu dalam hal ini adalah seluruh  SP yang ada di dalam perusahaan; 18. Asas keterwakilan  di dalam TP PKB di dalam perusahaan adalah sebuah hak  asasi maupun hak konstitusional yang harus dilindungi oleh UU sebagai amanat  dan pelaksanaan dari hak berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran baik  lisan maupun tulisan sebagai dimaksud dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945  li t li b i di k d d l P l 28E t (3) UUD 1945 tersebut; 19. Jika kemudian terdapat suatu bantahan, argumentasi atau pandangan  bahwasanya akan terjadi kemungkinan begitu banyaknya perwakilan dari SP  b h k t j di k ki b it b k kil d i SP yang akan duduk dalam Tim Perunding (TP) SP, maka dengan mengacu asa  keterwakilan sebagaimana dinyatakan dalam sila ke‐4 Pancasila yang berbunyi : keterwakilan sebagaimana dinyatakan dalam sila ke‐ “Kerakyatan yang dipimpinan oleh hikmat kebijaksanaan dalam  “K k di i i l h hik k bij k d l permusyawaratan/perwakilan”, SP dengan keanggotaan lebih dari 2,5 % dari  total seluruh pekerja yang ada di dalam perusahaan dapat duduk dalam TP SP  untuk merundingkan PKB dengan TP Manajemen perusahaan.  10/7/2011 21
  • 22. Lanjutan & Kesimpulan DP j p Pemohon mempunyai kedudukan hukum dan kepentingan  Pemohon mempunyai kedudukan hukum dan kepentingan konstitusional untuk mengajukan permohonan pengujian Pasal 120 ayat  (1) dan Pasal 121 UU 13/2003/ Ketenagakerjaan terhadap UUD 1945  karena pasal tersebut mengandung materi muatan yang bersifat  karena pasal tersebut mengandung materi muatan yang bersifat membatasi, menghambat, menghilangkan dan mendiskriminasikan hak‐ membatasi, menghambat, menghilangkan dan mendiskriminasikan hak‐ hak Pemohon sesuai dengan fungsi dan tujuan dibentuknya SP di dalam  p perusahaan; ; 10/7/2011 22
  • 23. Lanjutan III. Alasan‐ III. Alasan‐Alasan Hukum Permohonan (AAHP) 20. Pasal 120 UU 13/2003 yang menyatakan : (1) Dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) sp/sb maka (1)   Dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) sp/sb maka yang berhak mewakili p/b melakukan perundingan dengan pengusaha yang jumlah keanggotaannya lebih dari 50 % (lima puluh perseratus)  dari seluruh jumlah p/b di perusahaan tersebut; j p p (2)  Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak terpenuhi, maka sp/sb melakukan koalisi sehingga tercapai jumlah lebihdari  50% dari seluruh jumlah p/b di perusahaan tersebut; (3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2) tid k t (2)  tidak terpenuhi, maka para sp/sb membentuk TP yang hi k /b b t k TP keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masing‐masing sp/sb; anggota masing‐ 10/7/2011 23
  • 24. Lanjutan AAHP 21.  Dengan adanya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) UU 13/2003, maka Pemohon yang saat ini jumlah anggotanya kurang dari 13/2003 maka Pemohon yang saat ini jumlah anggotanya kurang dari 51% dari total seluruh karyawan menjadi kehilangan hak untuk menyampaikan aspirasi melalui perundingan perumusan PKB di PT BCA Tbk., hal ini dibuktikan dengan tidak dikutsertakannya Pemohon dalam  perundingan PKB PT BCA Tbk 2008‐2010; (Bukti P‐5); perundingan PKB PT BCA Tbk 2008‐2010; (Bukti P‐ 22. Dengan adanya Pasal 120 ayat (1) UU 13/2003 telah secara nyata  merugikan Pemohon untuk menyampaikan aspirasinya. Sebagaimana merugikan Pemohon untuk menyampaikan aspirasinya. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwasanya perundingan PKB di dalam  sebuah perusahaan merupakan proses pembuatan UU yang berlaku dan mengikat bagi seluruh pekerja yang ada di dalam perusahaan, maka seharusnya asas keterwakilan dari seluruh komponen atau sp yang ada h k kil d i l h k d di dalam perusahaan diakomodasi dan dilindungi oleh Undang‐Undang; di dalam perusahaan diakomodasi dan dilindungi oleh Undang‐ j y y ( ) y p 23. Selanjutnya di dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa “Setiap  orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang  adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”, (Bukti P‐ adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”, (Bukti P‐2);  10/7/2011 24
  • 25. Lanjutan AAHP 24. Kemudian dalam Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 mengatur bahwa “Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar  b h kb b t l k b if t di k i i tif t d apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu” (Bukti P‐2); yang bersifat diskriminatif itu” (Bukti P‐ 25. Dengan menggunakan alasan konstitusional di dalam Pasal 28 D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 tersebut di atas, maka Pemohon dengan ini mengajukan kembali permohonan uji materi kepada Mahkamah Konstitusi  g j p j p terhadap Pasal 120 ayat (1) UU No. 13/2003; 26. Permohonan pengujian kembali Pasal 120 ayat (1) UU No. 13/2003 mengacu pada Pasal 24 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor  d P l 24 (2) P M hk hK i iN 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Pengujian Undang‐ 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Pengujian Undang‐ Undanng yang menyatakan, “Permohonan pengujian UU terhadap muatan ayat, pasal, dan/atau bagian yang sama dengan perkara yang  muatan ayat pasal dan/atau bagian yang sama dengan perkara yang pernah diputus oleh Mahkamah dapat dimohonkan pengujian kembali  dengan syarat‐syarat konstitusionalitas yang menjadi alasan dengan syarat‐ p permohonan yang bersangkutan berbeda”. y g g 10/7/2011 25
  • 26. Ringkasan Executive Pada dasarnya Duduk Perkara memuat poin‐poin Catatan sebagai berikut : poin‐ I. KKewenangan M hk Mahkamah Konstitusi; h K tit i; Konstitusi II. II. Kedudukan Hukum Dan Kepentingan Pemohon; Pemohon; III. III. Alasan – Alasan Hukum Permohonan; Permohonan; IV. IV. Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara No. 012/PUU‐I/2003; No. 012/PUU‐I/2003; V. Petitum; Memohon agar MK memberikan putusan yan amarya sebagai berikut : Petitum; 1. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya; seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 121 UU No.13/2003/Ketenagakerjaan No.13/2003/Ketenagakerjaan bertentangan dengan UUD 1945 khususnya Pasal 28, Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (3) dan Pasal 281 ayat (2); 28, 28D 28E 3.Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 121 UU No.13/2003/Ketenagakerjaan No.13/2003/Ketenagakerjaan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; mengikat; 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara RI sebagaimana mestinya; mestinya; Atau, apabila MK berpendapat lain, mohon putusan yang seadil‐ seadil‐ adilnya (ex aequo et bono; bono; 10/7/2011 26
  • 27. Lanjutan Penjelasan Pemerintah Atas Permohonan Pengujian UU No. 13/2003/Ketenagakerjaan Bahwa terhadap permohonan pengujian Bahwa terhadap permohonan pengujian (constitutional review) materi muatan ayat, pasal,     constitutional review) materi muatan ayat, pasal,     dan/atau bagian UU yang dimohonkan pengujian tersebut,  telah diperiksa, diadili dan diputus oleh MK, yang  t l h di ik di dili d di t l h MK diucapkan dalam Sidang Pleno MK yang terbuka untuk  umum pada tanggal 28 Oktober 2003, atas permohonan  yang diajukan Syaeful Taviv, dkk (Register Perkara No.  di j k S f l T i dkk (R i t P k N 012/PUU‐ 012/PUU‐I/2003) dengan putusan menyatakan  mengabulkan sebagian permohonan dan menolak  selebihnya; l bih 10/7/2011 27
  • 28. Lanjutan 2. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 dan dipertegas dalam Pasal 10 ayat (1) UU No. No. 24/2003/MK 24/2003/MK (selanjutnya disebut UU 24/2003) bahwa 24/2003) MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya b if fi l sehingga putusan khi bersifat final, hi tersebut tidak ada hukum yang dapat ditempuh; ditempuh; 3. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 60 UU 24/2003 yang 24/ menyatakan bahwa terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam UU yang telah diuji, tidak dapat / dimohonkan pengujian kembali; kembali; 10/7/2011 28
  • 29. Lanjutan 4. Pemerintah berpendapat bahwa permohonan pengujian a  quo yang diajukan oleh Ronald Pattiasina, dkk (Register  Perkara No. 115/PUU‐VII/2009), walaupun tidak dinyatakan  Perkara No. 115/PUU‐ / / secara tegas tentang adanya kesamaan kerugian  konstitusionalitas yang terjadi, namun pada dasarnya  permohonan a quo memiliki kesamaan syarat‐ permohonan a quo memiliki kesamaan syarat‐syarat  konstitusionalitas yang dijadikan alasan Pemohon dalam  permohonan pengujian UU a quo seperti yang diajukan para  Pemohon terdahulu vide Register Perkara No. 012/PUU‐ Pemohon terdahulu vide Register Perkara No. 012/PUU‐ I/2003), sehingga sepatutnyalah permohonan tersebut  secara mutatis mutandis dinyatakan ditolak [vide, Pasal 42  ayat (2) Peraturan MK No. 06/PMK/2005 tentang Pedoman  Beracara Dalam Perkara Pengujian UU]; 10/7/2011 29
  • 30. Lanjutan 5. Pemerintah berpendapat bahwa alasan kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional yang berbeda yang dialami oleh Pemohon saat ini dan permohonan para Pemohon terdahulu, menurut Pemerintah ternyata tidak terjadi dan tidak terbukti; terbukti; 6. Karena itu, Pemerintah melalui Majelis Hakim MK, kiranya Pemohon dapat membuktikan terlebih dahulu apakah benar Pemohon telah dirugikan hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya, dan/atau g g y kerugian dimaksud berbeda dengan kerugian para Pemohon terdahulu; terdahulu; Atas dasar hal‐hal tersebut diatas, Pemerintah berpendapat hal‐ permohonan pengujian tidak dapat dilakukan kembali (nebis in idem) idem), namun apabila Ketua/Majelis Hakim MK berpendapat lain, mohon putusan yang bijaksana dan seadil‐adilnya (ex aequo et bono). seadil‐ bono). 10/7/2011 30
  • 31. Kesimpulan Permohonan Pemerintah 1. Menyatakan bahwa Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing); 2. Menolak permohonan pengujian Pemohon seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan setidak- pengujian Pemohon tidak dapat diterima (niet ontvankelij verklaard); 3. Menerima Keterangan Pemerintah secara keseluruhan; 4. 4 Menyatakan ketentuan Pasal 120 ayat (1) dan Pasal 121 UU 13/2003 tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 28, Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (3), dan Pasal 281 ayat (2) UUD 1945. 1945 10/7/2011 31
  • 32. Keterangan DPR Lisan & Tertulis Pada  Persidangan 14 Januari 2010 id i Bahwa Pemohon dalam permohonan a quo tidak p q menguraikan adanya kerugian konstitusional yang nyata- nyata- nyata telah terjadi ataupun kerugian potential yang akan dialami Pemohon. Pemohon pada kenyataannya justru Pemohon. p y y j masih tetap memperoleh kebebasan berserikat dan berorganisasi dalam serikat pekerja/serikat buruh yang diwakilinya sebagaimana dijamin Pasal 28, Pasal 28D y g j 28, 28D ayat (1) dan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945. Dengan 28E 1945. demikian Pasal 120 ayat (1) UU 13/2003 tidak 13/ menghalangi dan mengurangi hak konstitusional g g g g Pemohon untuk memperolah kebebasan berserikat dan berkumpul serta kebebasan mengeluarkan pendapat. pendapat. 10/7/2011 32
  • 33. Amar Putusan Amar Putusan MENGADILI 1. Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan untuk 1. Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan untuk  sebagian; 2. Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) Undang‐Undang  2. Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) Undang‐ Nomor 13 Tahun 2003 (LN RI Tahun 2003 Nomor 39,  Tambahan LN RI Nomor 4279) bertentangan dengan  Tambahan LN RI Nomor 4279) bertentangan dengan Undang‐ Undang‐Undang Dasar Negara RI Tahun 1945; 10/7/2011 33
  • 34. Amar Putusan 3. 3 Menyatakan Pasal 120 ayat (3) UU No 13 /2003 No. Ketenagakerjaan konstitusional bersyarat (conditionally constitution) sepanjang : 1) frasa, “Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2) tidak terpenuhi maka “dihapus sehingga berbunyi, “para serikat pekerja/serikat buruh membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara di k t dit t k proporsional berdasarkan jumlah anggota masing-masing masing- serikat pekerja/serikat buruh”, dan 2) ketentuan tersebut dalam angka (i) dimaknai, “dalam hal disatu perusahaan terdapat lebih dari satu sp/sb, maka jumlah sp/sb yang berhak mewakili dalam melakukan perundingan p y g p g dengan pengusaha dalam suatu perusahaaan adalah maksimal tiga sp/sb atau gabungan sp/sb yang jumlah anggotanya minimal 10 % (sepuluh perseratus) dari seluruh sp/sb yang ada dalam perusahaan”, perusahaan 10/7/2011 34
  • 35. Amar Putusan 4.  Menyatakan Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 13/2003/  k l ( )d ( ) / / Ketenagakerjaan, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang : 1) frasa “Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau 1)  frasa,  Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau  ayat (2) tidak terpenuhi, maka …..” tidak dihapuskan dan 2) ketentuan tersebut tidak dimaknai, “dalam hal di satu perusahaan  terdapat lebih dari satu sp/sb, junlah sp/sb yang berhak mewakili dalam  d l bih d i /b j l h /b b h k kili d l melakukan perundingan dengan pengusaha dalam suatu perusahaan  adalah maksimal tiga sp/sb yang jumlah anggotanya minimal 10 %  (sepuluh perseratus dari seluruh p/b”; Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara RI  sebagaimana mestinya; Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya. 10/7/2011 35
  • 36. Penutup Amar Putusan Penutup Amar Putusan Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim yang dihadiri oleh sembilan Hakim Konstitusi pada hari Senin tanggal dua puluh lima bulan Oktober dua ribu sepuluh dan diucapkan dalam Sidang Pleno MK terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal sepuluh bulan November tahun dua ribu gg p sepuluh oleh kami sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki Muhammad Alim, Haryono, M. Akil Mochtar, M. Arsyad San, San Maria Farida Indrati Ahmad Fadlil Sumadi dan Hamdan Indrati, Sumadi, Zoelva, masing‐masing sebagai Anggota dengan dibantu oleh masing‐ Sunardi sebagai Panitera, dihadiri oleh Pemohon, Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili dan Pemerintah atau yang mewakili. mewakili. KETUA ttd Moh. Moh. Mahfud MD. MD. 10/7/2011 36
  • 37. ANGGOTA‐ ANGGOTA‐ANGGOTA 1. ttd Achmad Sodiki -2. ttd Muhammad Alim 3. ttd Harjono - 4. ttd M.Akil Mochtar 5. ttd M. Arsyad Sanusi - 6. ttd Maria Farida Indrati 7. ttd Ahmad Fadli Sumadi - 8. ttd Hamdan Zoelva PANITERA PENGGANTI Ttd Sunardi 10/7/2011 37
  • 38. Dunia Usaha Menyikapi Dunia Usaha Menyikapi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 115/PPU-VII/2009 telah 115/PPU-VII/2009 membuktikan bahwa bila memang ada elemen masyarakat yang merasa hak asasi dan konstitusionalnya diabaikan dapat mengajukan uji materi bahwa hal tersebut bertentangan dengan UUD 1945 dan karenanya patut hak-hak tersebut dipulihkan; hak- dipulihkan; Dalam konteks perubahan kriteria mayoritas 50% plus 1 menjadi 50% se-kurang2 se-kurang2nya memiliki suara 10% dapat turut dalam pembuatan 10% PKB di perusahaan tidak akan berdampak negatif mengingat p p g g g dipertahankannya persyaratan dalam satu perusahaan hanya ada satu Tim Perunding SP/SB meskipun terdapat lebih dari satu SP/SB namun tidak melebihi dari 3 (tiga) SP/SB; SP/SB; Aspek lain 3 (tiga) SP/SB yang masing-masing memiliki anggota masing- minimal 10% tidak dapat menolak SP/SB lain untuk bergabung 10% kedalam TP SP/SB. SP/SB. 10/7/2011 38
  • 39. Terima Kasih Salam LKMD DPN APINDO, Gedung Permata Kuningan Lt. 10 Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C  ‐ G t S ti b di Jl K i M li K 9C Guntur‐Setiabudi Telp : 021‐8378 388 24, Fax : 021‐8378 0823/ 8378  0746, Website : www.apindo.or.id Email : hrachman@consultant.com; HP : 0811884857 10/7/2011 39