Dokumen tersebut membahas konsep pembelajaran berbasis TIK, yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat bantu untuk proses pembelajaran. Dokumen tersebut juga membahas definisi konseptual dan operasional pembelajaran berbasis TIK, serta strategi pengembangan konten digital dan kategorisasi sekolah berdasarkan infrastruktur TIKnya.
SIM, Tiara Anggraeni, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Pengenalan E-Learning, Univer...
Konsep pembelajaran berbasis tik
1. 1
KONSEP PEMBELAJARAN BERBASIS TIK
ICT Based Learning atau pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) menggambarkan kecanggihan teknologi dalam pembelajaran.
Peluang baru yang dijanjikan teknologi ini sangat luas. Kreativitas pendidik menjadi
penting, karena tanpanya teknologi ini tidak berarti apa-apa.
Peran TIK dalam pembelajaran hanya sebatas sebagai alat bantu. Pendidik
yang menguasai alat bantu TIK dengan baik akan menghasilkan media pembelajaran
yang baik pula. Dengan kata lain, TIK bukanlah pengganti pendidik justru pendidik
lah yang menjadikan TIK berperan dalam pembelajaran.
A. Definisi Konseptual Pembelajaran Berbasis TIK
Pembelajaran berbasis TIK adalah upaya memanfaatkan kemajuan TIK untuk
mendukung proses pembelajaran. TIK berperan sebagai alat bantu bukan sebagai
subyek utama. Dalam pembelajaran berbasis TIK, TIK berperan sebagai media
penghubung untuk menyampaikan transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada
peserta didik. Terdapat dua unsur penting dari proses transfer ilmu pengetahuan
tersebut yaitu unsur media dan pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
Unsur media menggambarkan TIK sebagai jaringan infrastruktur yang
menghubungkan pendidik dengan peserta didik, sedangkan unsur pesan
menggambarkan konten pembelajaran digital.
B. Definisi Operasional Pembelajaran Berbasis TIK
Secara operasional, yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis TIK adalah
aktivitas pembelajaran yang didukung oleh infrastruktur TIK, menggunakan aplikasi
pengelolaan pembelajaran, menggunakan aturan tata kelola yang ditetapkan, dan
menggunakan konten digital (Digital Based Content) yang merupakan bahan
pengayaan pembelajaran tatap muka di dalam kelas.
Infrastruktur TIK yang dimaksud dalam definisi ini meliputi, jaringan
komputer yang dimiliki sekolah, Komputer Server, koneksi internet, area hotspot, dan
Komputer Client untuk pendidik dan peserta didik.
Aplikasi pengelolaan pembelajaran (sering juga disebut sebagai Learning
Management System) adalah program komputer yang dibangun untuk melayani
pembelajaran berbasis TIK berdasarkan aturan tata kelola yang ditetapkan. Program
2. 2
komputer yang dimaksud tidak hanya mengelola konten pembelajaran tetapi termasuk
juga alur kerja (workflow) proses pembelajaran, rekam jejak (track record) aktivitas
belajar peserta didik, dan rekam jejak hasil belajar peserta didik. Karekteristik yang
harus dimiliki oleh aplikasi pengelolaan pembelajaran ini adalah Student Self Service,
Online Learning, Online Assessment, Collaborative Learning, dan Training
Resourcess Management.
Tata kelola yang dimaksud dalam definisi ini adalah standar operasinal dan
prosedur yang disepakati dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK. Tata kelola
ini ditetapkan dan didiseminasikan ke seluruh warga sekolah. Tata kelola ini akan
menjadi acuan pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK sesuai dengan kondisi sekolah
masing-masing.
Konten digital (Digital based content) dapat dibuat sendiri oleh pendidik, atau
diperoleh dari internet dan sumber-sumber sah lainnya.
C. Strategi Pengembangan Konten Digital
a. Karakteristik konten digital
Konten digital yang dapat digunakan dalam Learning Management System
memiliki banyak format, namun setidak-tidaknya memiliki lima karakteristik:
1. Accessibility, artinya konten tersebut dapat diakses dari suatu lokasi dan
dikirimkan ke lokasi lain.
2. Interoperability, artinya konten dapat diambil dari suatu lokasi dan
digunakan di tempat lain dengan tool atau platform yang berbeda.
3. Durability, artinya konten dapat bertahan dari perkembangan dan
perubahan teknologi.
4. Reusability, artinya konten dapat digunakan kembali untuk
pengembangan selanjutnya.
5. Cost Effectiveness, artinya konten dapat meningkatkan efisiensi dan
peroduktivitas dengan mengurangi biaya dan waktu.
b. Format dasar konten digital
Terdapat banyak format konten digital yang harus dikenali oleh sekolah
sebelum melaksanakan pembelajaran berbasis TIK. Pengetahuan ini akan banyak
membantu dalam merumuskan strategi akuisisi kepemilikan konten digital dalam
mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.
3. 3
1. e-book
Salah satu bentuk konten digital, dikenal dengan nama e-book. Format utama
e-book adalah bentuk pdf (portable document format). Format dokumen ini sangat
mudah cara pembuatannya. Beberapa aplikasi perkantoran umum sudah dilengkapi
dengan fitur untuk menyimpan dalam format pdf.
Format ini adalah bentuk konten digital yang paling mudah untuk dibuat oleh
pendidik. Mereka hanya perlu mengetikkan naskah bahan ajarnya di dalam aplikasi
perkantoran biasa, kemudian disimpan dalam format pdf. Format pdf inilah yang
dipublikasi sebagai e-book.
2. e-audio-book
Bentuk lain konten digital dinamakan e-audio-book. Sebuah fungsional buku
disimpan dalam bentuk suara. Pembuatan e-audio-book juga sangat mudah, hanya
membutuhkan perekam digital yang saat ini sudah banyak disediakan oleh program
komputer yang terpasang di komputer maupun laptop.
Format ini juga mudah untuk dibuat oleh pendidik. Mereka hanya perlu
merekam suara yang menjelaskan isi suatu topik matapelajaran dan disimpannya
sebagai konten digital audio.
3. Animasi
Animasi adalah gambar bergerak. Dibuat untuk menggambarkan secara visual
suatu topik matapelajaran. Untuk membuat animasi, diperlukan keahlian khusus
sehingga tidak semua orang dapat membuat animasi topik matapelajaran ini.
4. Video Pembelajaran
Video adalah gambar bergerak hasil tangkapan kamera video. Sebuah kejadian
yang diabadikan menggunakan kamera video dapat dijadikan sebagai video
pembelajaran jika sesuai dengan topik matapelajaran tertentu dalam suatu kurikulum.
Video pembelajaran dapat berbentuk sangat sederhana. Misalnya, video yang
memperkenalkan perangkat microscope dapat dikategorikan sebagai video
pembelajaran. Setiap pendidik dapat membuat berbagai macam jenis video
pembelajaran, dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
Kadangkala, video pembelajaran yang kompleks diperoleh dari siaran televisi.
Dengan bantuan TV tuner, siaran televisi tersebut dapat direkam kemudian diedit
untuk disesuaikan dengan topik matapelajaran yang sesuai.
D. Kategori Sekolah dan Pemilihan Model Pembelajaran Berbasis TIK
4. 4
Sekolah dengan kondisi infrastruktur TIK minimum, tentu memiliki
karakteristik model pembelajaran berbasis TIK yang berbeda dengan sekolah dengan
kondisi infrastruktur TIK mapan. Pemilihan model yang salah justru akan menjadikan
gagalnya upaya implementasi pembelajaran berbasis TIK di sekolah tersebut. Untuk
itu diperlukan rambu-rambu yang harus dipatuhi sekolah dalam implementasi
pembelajaran berbasis TIK.
Berikut ini adalah tingkatan-tingkatan sekolah sesuai kondisi infrastruktur
TIK-nya:
1. Tingkatan A (Advanced)
Tingkatan A merupakan sekolah yang mapan dalam infrastruktur, tata kelola,
SDM, dan konten. Sekolah yang termasuk tingkatan ini diharapkan dapat menjadi
pusat panutan (center excellence) bagi sekolah-sekolah di sekitarnya dengan
meningkatkan kualitas pembelajaran elearning baik dari segi konten maupun
infrastruktur.
2. Tingkatan B (Medium)
Tingkatan B merupakan sekolah yang mapan dalam infrastruktur, sudah
terdapat tata kelola namun belum maksimal dalam pengembangan konten. Sekolah
yang termasuk kategori ini seyogianya fokus terhadap program pengembangan
konten.
3. Tingkatan C (Novice)
Tingkatan C merupakan sekolah yang belum mapan dalam infrastruktur dan
aspek-aspek lainnya.
Sekolah yang termasuk kategori ini seyogianya fokus terhadap pembangunan
infrastruktur terlebih dahulu. Sementara konten dan tatakelola bisa mengacu ke
sekolah yang sudah lebih mapan.
PENUTUP
Pemanfaatan pembelajaran TIK di sekolah merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam rangka mendayagunakan media teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Keberhasilan kegiatan ini
sangat tergantung pada komitmen dari berbagai pihak (kepala sekolah, guru, orang tua
murid, siswa, dll). Untuk itu kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak terkait
sangat diperlukan demi suksesnya pelaksanaan kegiatan.
5. 5
Pelaksanaan pemanfaatan TIK untuk Sekolah dilakukan dengan mekanisme
yang berlaku, untuk itu prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan seperti transparansi,
akuntabilitas, efesien, efektif dan tepat sasaran perlu diterapkan dengan sebaik-
baiknya.