2. Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam
melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah
organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat
dari yang telah dilakukan sebelumnya dan
seberapa besar kesuksesan yang telah
diraihnya di masa laluHal ini mengarah pada
sumber tertinggi budaya sebuah organisasi:
para pendirinya.
3. Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki
pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi
tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala
karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran
kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih
jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka
pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan
budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya
merekrut dan mempertahankan karyawan yang
sepikiran dan seperasaan dengan merekaKedua,
pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan
cara pikir dan berperilakunya kepada
karyawanTerakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak
sebagai model peran yang mendorong karyawan
untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian,
menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri
tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi
pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama
keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para
pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.
4. Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan
dengan fungsi budaya kelompok atau budaya
organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial.
Menurut Ndraha (1997 : 21) ada beberapa fungsi
budaya, yaitu :
1. Sebagai identitas dan citra suatu
masyarakat
2. Sebagai pengikat suatu masyarakat
3. Sebagai sumber
4. Sebagai kekuatan penggerak
5. 5. Sebagai kemampuan untuk membentuk
nilai tambah
6. Sebagai pola perilaku
7. Sebagai warisan
8. Sebagai pengganti formalisasi
9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap
perubahan
10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa
kongruen dengan negara sehingga
terbentuk nation – state
6. Pengertian Tipologi merupakan suatu pengelompokan
bahasa berdasarkan ciri khas tata kata dan tata
kalimatnya (Mallinson dan Blake,1981:1-3).
Tipologi budaya organisasi bertujuan untuk
menunjukkan aneka budaya organisasi yang mungkin
ada di realitas, Tipologi budaya organisasi dapat
diturunkan dari tipologi organisasi misalnya dengan
membagi tipe organisasi dengan membuat tabulasi
silang antara jenis kekuasaan dengan jenis keterlibatan
individu di dalam organisasi.
7. Jenis kekuasaan dan keterlibatan individu dalam
organisasi dibagi menjadi :
1. Koersif
2. Remuneratif
3. Normatif
A. Organisasi Koersif, adalah organisasi di mana para
anggota organisasi harus mematuhi apapun peraturan
yang diberlakukan.
B. Organisasi Utilitarian, adalah organisasi di mana
para anggota diperlakukan secara adil dalam pekerjaan
dan hasil sesuai dengan standart atau ketentuan yang
yang disepakati bersama oleh anggota organisasi
C. Organisasi Normatif, adalah organisasi di mana
para anggota organisasinya memberikan kontribusi
tinggi pada komitmen karena menganggap organisasi
adalah sama dengan tujuan diri mereka sendiri.
8. Kreativitas dengan inovasi itu berbeda. Kreativitas merupakan
pikiran untuk menciptakan sesuatu yang
baru, sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru.
Hubungan keduanya jelas. Inovasi merupakan aplikasi praktis
dari kreativitas. Dengan kata lain, kreativitas bisa merupakan
variabel bebas, sedangkan inovasi adalah variabel tak bebas.
Dalam praktek bisnis sehari-hari, ada perencanaan yang
meliputi strategi, taktik, dan eksekusi.
Dalam pitching konsultansi atau agency, sering terdengar
keluhan bahwa secara konseptual apa yang disodorkan agency
bagus, tetapi strategi itu tak berdampak
pada perusahaan karena mandek
di tingkat eksekusi. Mengapa? Sebab, strategi bisa ditentukan
oleh seseorang, tetapi eksekusinya harus melibatkan banyak
orang, mulai dari atasan hingga bawahan. Di sinilah mulai ada
gesekan antarkaryawan, beda persepsi hingga ke sikap
penentangan.
9. Itu sebabnya, tak ada perusahaan yang mampu
berinovasi secara konsisten tanpa dukungan
karyawan yang bisa memenuhi tuntutan
persaingan. Hasil pengamatan kami
menunjukkan, perusahaan-perusahaan inovator
sangat memperhatikan
masalah pelatihan karyawan, pemberdayaan,
dan juga sistem reward untuk meng-create daya
pegas inovasi. Benih-benih inovasi akan tumbuh
baik pada perusahaan-perusahaan yang selalu
menstimulasi karyawan, dan mendorong ke
arah ide-ide bagus. Melalui program pelatihan,
sistem reward, dan komunikasi, perusahaan
terus berusaha untuk mendemokratisasikan
inovasi.