2. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Latar Belakang
Pijakan Klaster Industri merupakan ancangan yang
perlu dipertimbangkan dalam agenda peningkatan
daya saing
Dasar operasional prakarsa KI adalah “kolaboratif”
Setiap elemen pelaku memiliki “interest” sendiri
Perlu pengetahuan tentang tipologi kelompok
sasaran untuk menetapkan strategi penyampaian
konsep KI
3. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kelompok Sasaran
Kepala Daerah
Instansi perencana
Instansi sektoral
Lembaga legislatif
Asosiasi sektoral
Asosiasi fungsional
Usaha Besar
Perguruan Tinggi
Lembaga Litbang
LPSM “lokal”
LPSM “nasional”
Pemerintah Peneliti
Pelaku Usaha
LPSM
Usaha Kecil
Bank
Non-Bank
Lemb. Pembiayaan
Komunitas “Donor”
5. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
hambatan
Hambatan Tipikal
• Belum pernah (jarang sekali) melakukan tahapan perencanaan
yang terstruktur dan komprehensif.
• “Persaingan” dipandang sebagai proses yang destruktif.
• Kurang sekali adanya prakarsa untuk melakukan perbaikan. Selalu
menunggu prakarsa pihak lain.
• Komitmen jangka menengah/panjang sulit dicapai.
• Tidak terbiasa untuk menetapkan tujuan jangka menengah /
panjang. Setiap upaya dianggap dapat memperoleh hasil secara
“instant”
7. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PenghambatPendukung
Kelompok Instansi Perencana
• Agenda aksi kolaboratif
merupakan dambaan, karena
mendukung proses
pengendalian perencanaan
daerah
• Sebagian instansi perencana
kurang memiliki “daya rekat”
terhadap instansi sektoral
• Tidak terbiasa membuat
rencana “exit policy” pada
setiap intervensi-nya.
8. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PenghambatPendukung
Kelompok Instansi Sektoral
• Merupakan instansi yang dekat
dengan implementasi,
sehingga mudah untuk diajak
berkolaborasi (oleh inisiator).
• Perspektif sektoral cenderung
mengarah pada “arogansi
sektoral”, sehingga sulit untuk
melibatkan instansi lain.
• Cenderung melupakan
fungsinya sebagai fasilitator.
Ingin langsung berperan
sebagai pelaku usaha.
• Sulit untuk memahami
perspektif daya saing daerah
yang merupakan dasar
tumbuhnya klaster
12. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Asosiasi Sektoral
• Sangat faham akan situasi
bisnis di sektor-nya.
• Relatif lebih mudah didorong
untuk berprakarsa.
• Memiliki struktur organisasi
yang solid.
• Kolaborasi dengan “sektor” lain
lebih diartikan sebagai bantuan
kepada “sektor” nya dan bukan
membangun hubungan bisnis.
16. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Lembaga litbang
• Memiliki prakarsa untuk
melakukan sesuatu
• Jarang memikirkan penerapan
hasil litbang
• Kelompok sasaran
• Mekanisme penerapan
• Tahapan penerapan
• Menganggap bahwa hasil
litbang dapat membuat
perubahan dengan otomatis.
17. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
LPSM “lokal”
• Terbiasa dengan skema
proteksi terhadap pelaku usaha
kecil.
• Sebagian masih sangat
bergantung pada skema pihak
“donor”.
• Lebih memiliki waktu untuk
memikirkan “inovasi”.
• Lebih faham akan dinamika
masyarakat lokal
18. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
LPSM “nasional”
• Terbiasa dengan skema
proteksi terhadap pelaku usaha
kecil.
• Sebagian masih sangat
bergantung pada skema pihak
“donor”.
• Masih (juga) bersifat sektoral
• Lebih terbuka terhadap
ancangan baru
• Lebih memiliki waktu untuk
memikirkan “inovasi”.
• Lebih memiliki ketrampilan
administratif.
19. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Bank
• Memiliki anggapan bahwa
pihak lain harus menyesuaikan
diri dengan Bank.
• Memiliki prioritas nasabah
dengan basis “sektor”
• Sudah terbiasa dengan analisis
usaha.
• Ketika paham akan peta pelaku
dan rantai pasok di suatu
wilayah, mudah untuk ikut
berkegiatan di seputar klaster.
20. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Non-Bank
• Walaupun sesungguhnya
memiliki memiliki keunikan
“produk”, masih saja cenderung
berkampanye dengan basis
“kredit”
• Kurang memiliki alokasi
sumberdaya untuk
“pemberdayaan” nasabah.
• Memiliki “produk” yang lebih
bervariasi.
• Lebih memiliki dimensi
lokalitas.
21. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pendukung Penghambat
Komunitas “Donor”
• Tidak terbiasa untuk melakukan
kolaborasi antar lembaga
donor.
• Tidak terbiasa untuk
menerapkan “cost-benefit
analysis” secara konsekuen.
• Memiliki rentang waktu
kegiatan relatif panjang.
• Memiliki dana yang cukup
banyak.
• Lebih sadar akan “data/
informasi”
22. Wieke Irawati Kodri
fe_bandung@yahoo.com
Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pedoman Umum
• Klaster Industri tidak bisa diciptakan, hanya bisa dirangsang
atau diperkuat.
• Lapis-lapis pemasok dan industri pendukung dapat diawali/
dilakukan oleh pemerintah selama disiapkan langkah “exit”.
• Siklus suksesi pemerintahan masih mengganggu program
pengembangan daya saing.
23. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Strategi Penyampaian
• Istilah “Klaster” banyak digunakan dengan pengertian yang
berbeda sehingga perlu diberikan penjelasan khusus
tentang ancangan “Klaster Industri”.
• Perlu dijelaskan bahwa pengertian “industri” meliputi barang
dan jasa karena seringkali “industri” hanya diartikan sebagai
“manufaktur”