3. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kapasitas
inovatif dan
standar hidup
Topik
Lokasi
Klaster
Industri
Referensi
kebijakan
Lingkungan
Usaha
Isu penting
pembangunan
ekonomi
Pergeseran
Daya Saing
Tahapan
ekonomi
Ilustrasi
perkuatan KI
Inisiasi
peningkatan
daya saing Rambu
kebijakan
kontemporer
regionalRantai nilai
perbandingan
4. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Tahapan perkembangan ekonomi
Factor-Driven
Economy
Investment-
Driven Economy
Innovation-
Driven Economy
• Kondisi Faktor Dasar (upah
murah, SDA, lokasi geografis)
adalah sumber utama
competitive advantage
• Teknologi didapat dari import,
FDI, dan meniru
• Perusahaan bersaing pada
harga murah dan kurang
berhubungan dengan konsumen
• Peran perusahaan pada rantai
nilai sangat terbatas, fokus pada
perakitan, pengolahan padat
karya, dan penambangan
sumberdaya
• Sensitif terhadap siklus ekonomi
dunia, harga komoditas, dan
nilai tukar
• Sumber daya saing utama
adalah membuat produk dan
layanan standard dan efisien.
• Teknologi diakses melalui
licensing, joint ventures, FDI,
dan meniru
• Tidak hanya meniru teknologi
asing, tapi memiliki kapasitas
untuk mengembangkannya.
• Iklim usaha mendukung
investasi pada infrastruktur yang
efisien dan proses produksi
modern
• Perusahaan melayani pelanggan
OEM dan memperluas
kapabilitasnya pada rantai nilai.
• Konsentrasi pada manufaktur
dan mengekspor jasa yang
diambil dari luar perusahaan
• Produk dan jasa yang inovatif
secara global merupakan
sumber utama competitive
advantage
• Iklim usaha kuat di semua area
bersamaan dengan hadirnya
struktur klaster yang dalam.
• Perusahaan bersaing dengan
strategi yang unik dan
cakupannya global
• Kondisi ekonomi berada dalam
situasi yang saling berbagi dan
tahan terhadap goncangan dari
luar
5. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Pergeseran agenda kebijakan ekonomi
• Integrasi Ekonomi
dengan Sosial
• Ekonomi
• Lintas Nasional
• Regional/Lokal
• Reformasi Mikro
• Inovasi
• Klaster
• Nasional
• Reformasi Makro
• Produktivitas
• Economi secara
luas
6. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kapasitas inovatif dan standar hidup
Kemakmuran
Daya Saing
(Produktivitas)
Kapasitas Inovatif
Produktivitas
merupakan indikator
paling masuk akal
untuk mengukur
daya saing
• Sumber paling penting dari kemakmuran adalah “diciptakan”, bukan dari “warisan”
• Produktivitas suatu daerah tidak bergantung dari pada industri “apa” dia bersaing,
melainkan “bagaimana” dia bersaing.
• Kemakmuran suatu daerah bergantung pada produktivitas seluruh industri-nya.
• Inovasi merupakan faktor penting bagi peningkatan produktivitas jangka panjang.
8. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Lokasi dan persaingan
• Sebagian dari competitive advantage berada di luar perusahaan
• Faktor input tradisional yang merupakan comparative advantages menurun
perannya pada persaingan internasional
• Kondisi lingkungan usaha berpotensi untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi
di lokasi.
• Klaster menunjukkan bentuk organisasi yang efisien, dibandingkan dengan global
outsourcing dan integrasi vertikal
• “Keuntungan lokasi" klaster sulit diakses tanpa kehadiran perusahaan secara
penuh di lokasi
• Perkembangan klaster tidak terjadi secara otomatis, walaupun seringkali muncul
secara spontan dan seringkali dipengaruhi oleh peluang
• Klaster menunjukkan adanya cara baru bagi perusahaan dan pemerintah dalam
memandang kondisi ekonomi
• Muncul peran baru bagi perusahaan dalam meningkatkan keuntungan lokasi,
termasuk kegiatan kolektif sektor swasta
• Klaster memunculkan prioritas baru bagi pemerintah yang didukung oleh sektor
swasta.
10. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Lokasi dan produktivitas
• Lokasi bersaing dengan menawarkan lingkungan yang paling produktif bagi
dunia usaha.
• Sektor pemerintah dan swasta memainkan peran yang berbeda namun saling
berkaitan pada penciptaan ekonomi yang produktif
• Lokasi mempengaruhi persaingan dan competitive advantage karena mempengaruhi
produktivitas perusahaan dalam menggunakan sumberdaya manusia, modal dan alam.
- Produktivitas bergantung pada value produk dan jasa (mis. keunikan, kualitas) dan
efisiensi
- Lokasi tidak hanya mempengaruhi produktivitas tetapi juga kapasitas untuk ber-inovasi
- Produktivitas di lokasi merupakan pertanda bahwa perusahaan domestik dan asing
memilih untuk melakukan usaha di sana. Lokasi kepemilikan merupakan masalah
sekunder dalam kemakmuran bangsa.
- Produktivitas industri domestik “lokal” merupakan hal penting dalam daya saing
internasional.
12. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Paradoks
• Sumberdaya, modal, teknologi
dan input lainnya mudah
diperoleh di pasar global.
• Perusahaan dapat mengakses
input tak bergerak melalui
jaringan perusahaan. Tak
perlu lagi berada dekat
dengan pasar untuk
melayaninya.
• Pemerintah kehilangan
pengaruhnya atas persaingan
pada kekuatan global.
• Fakta menunjukkan bahwa
ekonomi yang kompetitif
terdapat pada kondisi
lokasi yang unik.
Sementara . . . Di lain pihak . . .
Lokasi sepertinya sudah tidak
penting lagi
Ternyata lokasi masih berperan
penting, walaupun dengan alasan
yang berbeda
16. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Derajat Persaingan
Ancaman barang dan
jasa substitusi
Ancaman pemain baru
Kekuatan tawar
dari pemasok
Kekuatan tawar
dari pembeliPersaingan antar
perusahaan
• Diferensiasi input
• Switching costs pemasok dan perusahaan
dalam industri
• Kehadiran input pengganti
• Konsentrasi pemasok
• Pentingnya volume bagi pemasok
• Biaya relatif thd total pembelian dalam industri
• Dampak input thd biaya dan diferensiasi
• Ancaman integrasi ke depan relatif thd integrasi
ke belakang oleh perusahaan dalam industri
Determinants of Supplier Power
17. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Derajat Persaingan
Kekuatan tawar
dari pemasok
Ancaman pemain
baru
• Skala ekonomi
• Kepemilikan diferensiasi produk
• Identitas merek
• Biaya perubahan (Switching costs)
• Kebutuhan modal
• Akses kepada distribusi
• Keunggulan biaya absolut
• Kurva belajar dari pemilik
• Akses kepada input yang dibutuhkan
• Kepemilikan desain produk biaya rendah
• Kebijakan pemerintah
• Pembalasan yang diharapkan
Entry Barriers/Mobility Barriers
Ancaman barang dan
jasa substitusi
Kekuatan tawar
dari pembeli
Persaingan antar
perusahaan
18. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Derajat Persaingan
Kekuatan tawar
dari pembeli
• Konsentrasi pembeli vs.
konsentrasi perusahaan
• Volume pembeli
• Switching costs pembeli
relatif terhadap switching
costs perusahaan
• Informasi pembeli
• Kemampuan untuk
melakukan integrasi ke
belakang
• Produk substitusi
• Pull-through
• Harga/total
pembelian
• Diferensiasi produk
• Identitas merek
• Dampak thd
kualitas/ keragaan
• Keuntungan dari
pembeli
• Insentif pengambil
keputusan
Bargaining Leverage Price Sensitivity
Ancaman barang dan
jasa substitusi
Ancaman pemain baru
Kekuatan tawar
dari pemasok
Persaingan antar
perusahaan
19. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Derajat Persaingan
Ancaman barang
dan jasa substitusi
Penentu ancaman substitusi
• harga relatif dari substitusi
• Biaya perubahan (Switching costs)
• Kecondongan pembeli kepada substitusi
Kekuatan tawar
dari pembeli
Ancaman pemain baru
Kekuatan tawar
dari pemasok
Persaingan antar
perusahaan
20. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Derajat Persaingan
Persaingan antar
perusahaan
• Konsentrasi dan
perimbangan
• Pertumbuhan industri
• Biaya tetap (atau biaya
penyimpanan)/nilai tambah
• Overcapacity sewaktu-
waktu
• Diferensiasi produk
• Identitas merek
• Biaya perubahan
• Informational complexity
• Keragaman pesaing
• Corporate stakes
• Exit barriers
Rivalry Determinants
Ancaman barang dan
jasa substitusi
Kekuatan tawar
dari pembeli
Ancaman pemain baru
Kekuatan tawar
dari pemasok
22. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Strategi Bersaing Perusahaan
• Keunggulan biaya berasal dari berbagai sumber:
skala ekonomi, pemilik teknologi, akses terhadap
bahan baku
• Perusahaan harus mencari dan memanfaatkan
sumber keunggulan biaya
• Jika berhasil maka perusahaan dapat menjadi
pemimpin harga.
1. Cost leadership
• Keunggulan biaya berasal dari berbagai sumber:
skala ekonomi, pemilik teknologi, akses terhadap
bahan baku
• Perusahaan memilih satu atau lebih atribut yang
dianggap penting oleh pembeli sehingga
menempatkannya menjadi unik.
• Imbalan keunikan tersebut adalah harga premium
2. Differentiation
• Memilih lingkup kompetisi yang sempit dalam industri
• Pelaku memilih suatu segmen dan menyesuaikan
strateginya untuk melayani segmen tersebut secara
eksklusif.
3. Focus
• Perusahaan mencari keunggulan dalam
biaya dalam sasaran segmen-nya.
• Mengeksploitasi perbedaan dalam
perilaku biaya dalam beberapa segmen.
3a. Cost focus
• Perusahaan mencari diferensiasi dalam
segmen-nya.
• Mengeksploitasi kebutuhan khusus dari
pembeli dalam segmen tertentu.
3b. Differentiation focus
25. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Lingkungan Usaha Penentu Daya Saing
Strategi
prsh &
persaingan
Industri
pendukung
& terkait
Kondisi
Faktor
(Input)
Konteks Tingkat
permintaan lokal
Ketersediaan dan kualitas
pemasok lokal dan industri terkait
Adanya klaster industri yang kuat
Strategi yg diambil
perusahaan
Keadaan persaingan lokal
Kondisi
Permintaan
Sumberdaya alam (fisik)
Sumberdaya manusia
Sumberdaya modal
Infrastruktur fisik
Infrastruktur administratif
Infrastruktur informasi
Infrastruktur iptek
pemerintah
peluang
27. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Daerah Unggul
Produk unggul
Perusahaan unggul
Klaster industri unggul
Daerah unggul
Perusahaan yang mampu mengatasi perubahan dan
persaingan pasar dalam memperbesar atau
mempertahankan keuntungan, pangsa pasar dan skala
usahanya
Sehimpunan perusahaan yang saling terkait dalam hal
khusus yang menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi
daripada himpunan perusahaan yang lain.
Daerah yang mampu memberikan iklim
paling produktif bagi dunia usaha
Produk berupa barang atau jasa yang mampu selalu
menjadi pilihan konsumen untuk membeli.
28. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Model 9 faktor
Lingkungan
bisnis
Industri
pendukung
& terkait
Anugerah
Sumber-
daya
Permintaan
domestik
Daya saing
inter-
nasional
Politisi dan
birokrat
pekerja
Manajer dan
insinyur
profesional
Para
wirausahaw
an
Peristiwa
peluang * Dong-Sung Cho, 2000
29. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Perbandingan
1. Anugerah sumberdaya
alam
2. Lingkungan bisnis
3. Industri terkait dan
pendukung
4. Permintaan domestik
5. Pekerja
6. Politisi dan birokrat
7. Wirausahawan
8. Manajer dan insinyur
profesional
9. Peluang, peristiwa
Faktor fisik
Faktor manusia
Faktor internal
Faktor eksternal
1. Kondisi faktor
2. Strategi perusahaan,
struktur dan persaingan
3. Industri terkait dan
pendukung
4. Kondisi permintaan
5. Pemerintah
6. Peluang
Model Diamond Model Sembilan Faktor
30. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
The North American “Double Diamond”
(Rugman & D’Cruz, 1993)
Supporting
Infrastructure
Supporting
Industries and
Institutions
Canadian
Customers
U.S. Customers
Canadian-based
Resources
U.S.-based
Resources
Canadian
government
U.S. government
Exports outside North
America
Exports outside North
America
North American
Business
32. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Klaster Industri
• Perusahaan jasa
• Pemasok input khusus, komponen, mesin, pembiayaan, dan jasa
• Perusahaan terkait dan industri hilir (i.e., kanal atau pelanggan)
• Produsen produk komplementer
• Penyedia infrastruktur khusus
• Pemerintah dan lembaga lain yang menyediakan pelatihan khusus, pendidikan,
informasi, riset dan dukungan teknik (mis. universitas, think tanks, penyedia
latihan ketrampilan)
• Lembaga pemerintah untuk penetapan standar
• Asosiasi dagang dan lembaga swasta kolektif lainnya
Klaster adalah sekumpulan perusahaan dan lembaga yang berdekatan
secara geografis, saling terhubung pada bidang khusus, terkait karena
kesamaannya dan komplementaritasnya.
34. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Produktivitas dan Efisiensi
KI meningkatkan produktivitas dan
efisiensi
Akses yang efisien terhadap input khusus,
pekerja, informasi, lembaga-lembaga dan
“public goods” seperti program pelatihan
dan lembaga pelatihan.
Mudah berkoordinasi antar perusahaan
Difusi yang cepat dari “best practices”
Perbandingan kinerja dengan pesaing
35. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Inovasi
KI merangsang munculnya inovasi
Lebih dapat merasakan peluang inovasi.
Hadirnya berbagai pemasok dan lembaga
yang dapat membantu terciptanya
pengetahuan.
Kemudahan dalam bereksperimen dari
tersedianya sumberdaya lokal.
36. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Komersialisasi
KI memfasilitasi terjadinya
komersialisasi
Peluang bagi perusahaan baru dan bisnis
baru lebih nampak.
Hambatan untuk masuk (barrier to entry)
ke dalam industri terkait lebih rendah
karena tersedianya ketrampilan, pasokan
dll.
38. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi klaster komoditas agro
Petani
Pengolahan hasil
pertanian
Benih, bibit
Pupuk, Pestisida,
Herbisida
Peralatan panen
Teknologi Irigasi
& iklim
Peralatan
pengolahan
Label
Kemasan
Public Relations
dan Periklanan
Penerbitan
Khusus
Klaster Pangan Klaster Pariwisata
Pendidikan Riset
Fasilitas
Perdagangan
Badan
Pemerintah
Distributor,
agen, grosir
Restoran
Ritel
konsumen
Transportasi
Organisasi
petani
Organisasi
pengolah
Organisasi
pedagang
Pengumpul,
eksportir
Konsultan
bisnis
Industri hilir
berbasis agro
Lembaga
pembiayaan
Lembaga
kolaboratif
39. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi klaster kerajinan
Perajin
Galleries, outlet
Budidaya pertanian
peternakan
Peralatan
produksi
Infrastruktur fisik
Peralatan
pengolahan
Label
Kemasan
Public Relations
dan Periklanan
Penerbitan
Khusus
Klaster Pangan Klaster Pariwisata
Pendidikan Riset
Fasilitas
Perdagangan
Badan
Pemerintah
Distributor,
agen, grosir
Industri sandang
Ritel
konsumen
Transportasi
Organisasi
masyarakat
Organisasi
perajin
Organisasi
pedagang
Pengumpul,
eksportir
Konsultan
bisnis
Industri
perumahan
Klaster Agro
Eksplorasi SDA
(bahan baku)
Industri perabot
RT
Importir bahan
baku/pembantu
Lembaga
pembiayaan
Lembaga
kolaboratif
40. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi klaster wisata
Transportasi
Akomodasi
Telekomunikasi
Public Relations
dan Periklanan
Penerbitan
Khusus
Klaster Pangan Klaster Pertanian
Keamanan
Lembaga
Pembiayaan
Pemerintah
Pusat
keluarga
individu
Klp wisata
Klp studi
Universitas. Sekolah,
Pelatihan
Pemerintah
Provinsi
Pemerintah
Daerah
Klaster teknologi
produksi
Organisasi
komunitas
Jalan raya Bandar Udara
Peristirahatan,
pantai
Prmainan,
Rkreasi, alm bbas
Eceran,
restauran, pasar
Desa Wisata
Tempat
bersejarah
Keg Olahraga,
keg. masyarakat
Kongres bisnis
Daya Tarik Wisata
Regu olahraga pasien
delegasi
politisi
pengusaha
Pengunjung
Operator
wisata
Agen
perjalanan
Pemandu
wisata
konstruksi
Layanan
kesehatan
asuransi
Makanan &
minuman
pemasok
Industri terkait
Pembiayaan
Cinderamata
Asosiasi industri
Kesehatan,
pendidikan
Lembaga
kolaboratif
41. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi klaster pangan
Daging & ikan olahanikan
Ternak ruminansia
Peralatan panen
Teknologi Irigasi
& iklim
Peralatan
pengolahan
Label
Kemasan
Public Relations
dan Periklanan
Penerbitan
Khusus
Klaster Agro Klaster Pariwisata
Pendidikan Riset
Fasilitas
Perdagangan
Badan
Pemerintah
Distributor,
agen, grosir
Restoran
Gerai / ritel
konsumen
Transportasi
Organisasi
petani
Organisasi
pengolah
Organisasi
pedagang
Pengumpul,
eksportir
Konsultan
bisnis
Lembaga
pembiayaan
Lembaga
kolaboratif
Minuman botolTernak unggas
Biji2-an, umbi2-an
Buah2-an
Makanan kering
Roti & kue basah
Makanan segar Pasar Modern
42. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi klaster teknologi produksi
Metal Work
Machine Tools
Process Equipment
Production Machinery
Process Equipment
Subsystems
Process Equipment
Components
Other Machinery
Transportation Equipment
Parts
Material Handling
Specialized Services
Banking, Accounting, Legal,
Environmental
Specialized Risk Capital
Bank, Lenders
Cluster Organizations
Adv Mfg Network
Training Institutions
Research
Metal Processing
Specialized Inputs
Casting and Forging and
Other Products
Vehicles and Heavy
Stamping
Related Machinery
Consumer Equipment
Construction Machinery
Related Equipment
(Blast Furnace and Steel
Mills)
46. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi kebijakan pemerintah
(faktor input)
Menciptakan program pendidikan dan pelatihan khusus
(spesialis)
Melakukan riset pada universitas lokal tentang teknologi
yang berhubungan dengan klaster
Mendukung pengumpulan dan kompilasi data tentang
klaster spesifik.
Meningkatkan tranportasi, komunikasi khusus dan
infrastruktur lain yang dibutuhkan oleh klaster
back
47. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi kebijakan pemerintah
(kondisi persaingan dan strategi perusahaan)
Mengurangi hambatan untuk bersaing di tingkat lokal
Menarik investasi asing dengan berfokus pada topik-
topik sekitar klaster
Fokus pada peningkatan ekspor di sekitar klaster
Mengorganisasikan instansi pemerintah yang relevan di
sekitar klaster
back
48. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi kebijakan pemerintah
(kondisi permintaan)
Menciptakan standar kebijakan yang dapat mendukung
klaster
Mengurangi ketidakpastian kebijakan
Merangsang „early adoption‟
Mendorong inovasi produk dan proses
Mensponsori layanan pengujian, sertifikasi produk, rating
yang independen
Berlaku sebagai pembeli yang penuntut untuk barang
dan jasa dari klaster
back
49. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi kebijakan pemerintah
(industri pendukung dan terkait)
Mensponsori forum untuk mengumpulkan semua
partisipan klaster
Berupaya untuk menarik pemasok dan penyedia jasa
dari daerah lain
Membangun free trade zone, industrial park, supplier
park yang berorientasi klaster
back
51. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi dukungan swasta
(faktor input)
Secara bersama-sama mengembangkan kurikulum pendidikan
ketrampilan, pendidikan teknik pada perguruan tinggi
Mensponsori pusat penelitian khusus di universitas
Mengumpulkan informasi klaster melalui asosiasi perdagangan
Menjaga hubungan dengan penyedia infrastruktur untuk
kepentingan kebutuhan klaster yang khusus (mis.:komunikasi data,
logistik)
Mengadakan kursus bagi para manager tentang isu-isu kebijakan,
kualitas dan manajemen
back
52. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi dukungan swasta
(kondisi persaingan dan strategi perusahaan)
Melakukan pemasaran bersama melalui pameran
dagang dan delegasi dagang
Bekerjasama dengan upaya pemerintah dalam
peningkatan ekspor
Membuat direktori partisipan klaster
back
54. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Ilustrasi dukungan swasta
(industri pendukung dan terkait)
Mendirikan asosiasi perdagangan berbasis klaster
Mendorong tersedianya pemasok lokal dan menarik
investasi bagi pemasok dari manapun melalui upaya
kolektif dan individual.
back
55. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
• Melakukan lobby kepada pemerintah
• Perdagangan dan regulasi
• Menyelenggarakan pertemuan untuk berjaringan
Peran baru asosiasi industri
Peran Tradisional
• Berunding dengan pemerintah
- Perdagangan dan regulasi
• Menghimpun informasi dan menyebarluaskannya
- Mis. Melakukan benchmarking secara reguler
• Pemasaran bersama
- Mis. Pameran dagang, misi dagang
• Pelatihan
- Pelatihan untuk manajer
- Kolaborasi dengan lembaga pendidikan di luar
daerah
- Menjadi sponsor untuk beasiswa kelompok
tertentu
• Riset
- Bermitra dengan perguruan tinggi
- Standardisasi dan pengujian
- Lembaga riset terspesialisasi
• Pengadaan (belanja)
- Program pembelian bersama
• Lingkungan Hidup
- Proyek percontohan
- Sponsor kegiatan riset
Peran Baru
Cluster activation and enabling
56. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Penentu produktivitas dan pertumbuhan produktivitas
Ekonomi makro, Politik, dan konteks legal untuk Pembangunan
Landasan Ekonomi Mikro untuk Pembangunan
Kecanggihan operasi
perusahaan dan
strategi
Kualitas lingkungan
bisnis ekonomi mikro
• Kebijakan ekonomi makro yang sehat dan politik / konteks legal yang
stabil memang diperlukan untuk menjamin kemakmuran ekonomi, tapi
tidak cukup
• Daya saing sangat bergantung pada perbaikan landasan persaingan
ekonomi mikro
57. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Peningkatan landasan ekonomi mikro
Context for
Firm Strategy
and Rivalry
Related and
Supporting
Industries
Factor
(Input)
Conditions
Demand
Conditions
Input lokal
sedikit
Input lokal yg
berlapis-lapis
Biaya input Kualitas input
Input umum Input khusus
58. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Peningkatan landasan ekonomi mikro
Context for
Firm
Strategy and
Rivalry
Related and
Supporting
Industries
Factor
(Input)
Conditions
Demand
Conditions
Keuntungan dari biaya
input
Keuntungan dari biaya
total dan diferensiasi
Investasi rendah Investasi tinggi
Meniru Inovasi
Bersaing dengan impor Bersaing dengan lokal
59. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Peningkatan landasan ekonomi mikro
Context for
Firm Strategy
and Rivalry
Related and
Supporting
Industries
Factor
(Input)
Conditions
Demand
Conditions
Permintaan lokal
yang “sederhana”
Keseimbangan pada
permintaan dalam negeri
Pasokan komoditas
ke pasar luar negeri
Pasar lokal yang canggih
dan tersegmentasi
Ekspor tradisional
ke negara maju
Ekspor non-tradisional ke
negara tetangga
60. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Peningkatan landasan ekonomi mikro
Context for
Firm Strategy
and Rivalry
Related and
Supporting
Industries
Factor
(Input)
Conditions
Demand
Conditions
Aliansi dengan
perusahaan asing
Kolaborasi dengan
perusahaan lokal
Material, komponen,
mesin, jasa impor
Pemasok berbasis lokal
Perusahaan dan
industri yg terisolasi
klaster
61. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Isu penting dalam agenda pengembangan daya
saing ekonomi daerah
Pelaku Usaha
Skala Kecil
• Usaha Kecil tidak terisolasi dari lingkungan bisnis
• Pemihakan kepada Usaha kecil adalah memberikan prioritas
untuk mengantarkannya menjadi lebih berdaya saing
Regionalisasi
• Daerah tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan daerah
di sekelilingnya
• Kolaborasi lintas daerah merupakan pendukung daya saing
nasional
Pijakan Klaster
Industri
• Keberadaan lapisan pemasok, industri pendukung dan terkait
merupakan landasan formasi klaster industri
• Perkuatan hubungan bisnis (linkage) merupakan agenda
prioritas
Instrumen
Kebijakan
• Agenda kolaborasi, strategi dan prioritas pengembangan perlu
dituangkan dalam instrumen kebijakan yang mendukung
Lembaga
Kolaborasi
• Diperlukan kelembagaan yang dapat mengawal agenda
peningkatan daya saing.
• Jika lembaga yang sudah ada tidak mencukupi, dibutuhkan
dibentuknya lembaga baru
62. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Koordinasi Ekonomi Regional
Kondisi
faktor
(input)
Strategi dan
persaingan
Kondisi
Permintaan
Industri
pendukung
dan terkait
Tata peme-
rintahan
regional
• Meningkatkan
infrastruktur
transportasi regional
• Menciptakan jaringan
energi yg efisien
• Meningkatkan
hubungan komunikasi
regional
• Meningkatkan pasar
finansial
• Meningkatkan pendi-
dikan tinggi dgn mem-
fasilitasi spesialisasi
dan pertukaran mhs
• Memperluas bisnis
lintas batas serta
akses dan berbagi ttg
info finansial.
• Koordinasi untuk
menjamin keamanan
pribadi
• Koordinasi kebijakn
ekonomi makro
• Mengurangi ham-
batan perdagangan
dan investasi dalam
wilayah regional
• Bersepakat ttg pan-
duan promosi inves-
tasi asing utk mem-
batasi bentuk inves-
tasi yg tdk mening-
katkan produktivitas
• Menyederhanakan
regulasi dan adm
lintas wilayah
• Menjamin perlin-
dungan dasar mini-
mum bagi investor
• Mengkoordinasikan
kebijakan
persaingan
• Menetapkan
standar lingkungan
minimum
• Menetapkan
standar keaman
minimum
• Menciptakan
prosedur bersama
tentang pembelian
pemerintah
• Membangun aturan
perlindungan
konsumen secara
timbal balik
• Membangun
peningkatan proses
di dalam klaster
yang bersifat lintas
batas
- pariwisata
- Agribusiness
- Textile dan
apparel
- Teknologi
informasi
• Berbagi praktik
terbaik operasi
pemerintahan
• Memperbaiki
lembaga regional
- Regional
Development
Bank
- Dispute
mekanisme
pemecahan
masalah
- Kebijakan
badan
koordinasi
• Mengembangkan
suatu strategi
pemasaran regional
63. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
Kebijakan Pembangunan Indag th 2001
RTJM-UKM 2002
Peraturan presiden no 7 tahun 2005
Kebijakan Pembangunan Industri Nasional 2005
UU no 32 th 2004 tentang Pemerintahan Daerah
64. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
BAB IV PEMBANGUNAN EKONOMI...........................................................….......... IV – 1
A. UMUM....................................................................................................................... IV - 1
B. ARAH KEBIJAKAN ................................................................................................ IV - 4
C. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN .......................................................... IV – 8
1. Menanggulangi Kemiskinan dan Memenuhi Kebutuhan Pokok Masyarakat . IV – 12
2. Mengembangkan Usaha Skala Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi ......... IV –
28
3. Menciptakan Stabilitas Ekonomi dan Keuangan ............................................. IV - 32
4. Memacu Peningkatan Daya Saing ................................................................ IV - 45
5. Meningkatkan Investasi ................................................................................... IV - 58
6. Menyediakan Sarana dan Prasarana Penunjang Pembangunan Ekonomi ....... IV - 63
7. Memanfaatkan Kekayaan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan ............ IV – 73
D. KERANGKA EKONOMI MAKRO ....................................................................... IV – 80
1. Arah Kebijakan Ekonomi Makro .................................................................... IV – 80
2. Gambaran Umum Perekonomian .................................................................... IV - 84
3. Struktur Ekonomi ............................................................................................ IV - 89
4. Neraca Pembayaran ......................................................................................... IV - 91
5. Keuangan Negara ............................................................................................ IV - 96
6. Moneter ........................................................................................................... IV - 99
E. MATRIKS KEBIJAKAN PROGRAM PEMBANGUNAN EKONOMI................ IV - 101
65. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
4 Memacu Peningkatan Daya Saing
4.1 Pengembangan Ekspor
4.1.1 Program Pengembangan Ekspor
4.2 Pengembangan Industri Berkeunggulan Kompetitif
4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis Produksi dan Distribusi
4.2.2 Program Penguatan Pranata Iklim Kompetitif dan Non-diskriminatif
4.3 Penguatan Institusi Pasar
4.3.1 Program Penguatan Institusi Pasar
4.4 Pengembangan Pariwisata
4.5 Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
4.5.1 Program Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Dunia
Usaha
4.5.2 Program Diseminasi Informasi Teknologi
66. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
4.2 Pengembangan Industri Berkeunggulan Kompetitif
………
Dalam rangka mengkonsolidasikan pembangunan sektor-sektor primer,
sekunder, dan tersier, termasuk keseimbangan persebaran pembangunannya
ditempuh pendekatan klaster industri. Melalui pendekatan ini diharapkan
pola keterkaitan antar kegiatan baik di dalam sektor industri sendiri
(keterkaitan horisontal) maupun antara sektor industri dengan seluruh
jaringan produksi dan distribusi terkait (keterkaitan vertikal) akan dapat
secara responsif menjawab tantangan persaingan global yang semakin ketat.
Dipilihnya pendekatan klaster industri didorong oleh pemikiran
bahwa berbagai kebijakan yang lalu bersifat parsial dan memberi
preferensi lebih pada kegiatan industri tertentu yang cenderung
kurang memperhatikan keterkaitan horisontal maupun vertikal,
sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan pada gilirannya
justru melemahkan daya saing nasional.
67. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
4.2 Pengembangan Industri Berkeunggulan Kompetitif
Lanjutan ………
Pengembangan klaster industri membutuhkan rumusan strategi nasional
industrialisasi yang perumusannya melibatkan unsur pemerintah, termasuk
pemerintah daerah, bersama seluruh pelaku usaha. Strategi nasional tersebut
memuat arahan pengembangan masing-masing klaster industri yang secara
khusus mempertimbangkan potensi sumber daya lokal. Melalui pendekatan
ini, daerah (pemerintah daerah beserta pelaku usaha terkait) memiliki
peluang lebih besar di dalam menciptakan lingkungan bisnis lokal yang
kondusif. Pada hakekatnya, klaster industri merupakan bentukan organisasi
industrial yang paling sesuai guna menjawab tantangan globalisasi, tuntutan
desentralisasi, dan sekaligus mendorong terbentuknya jaringan kegiatan
produksi dan distribusi serta pengembangan PKMK untuk meningkatkan
keunggulan kompetitifnya.
Program-program pengembangan industri berkeunggulan kompetitif
adalah sebagai berikut.
68. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis
Produksi dan Distribusi
…………
Sasaran program ini adalah (1) terwujudnya proses
industrialisasi yang mantap dengan dasar sistem keterkaitan
yang terintegrasi antara kegiatan industri dengan kegiatan-
kegiatan produksi lain terkait dan distribusi; (2) makin
kukuhnya upaya pengembangan klaster industri yang
kompetitif berbasis sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya potensial lainnya, termasuk keragaman
budaya; dan (3) makin tingginya keragaman basis produksi dan
distribusi yang berdaya saing global.
69. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis
Produksi dan Distribusi
Lanjutan …………
Untuk mencapai sasaran tersebut, kegiatan pokok yang
dilakukan adalah (1) pengkajian basis daya saing sektor industri
dan keterkaitannya dengan sektor-sektor produksi lain dan
distribusi; (2) perumusan strategi peningkatan daya saing global
dengan prioritas pada klaster industri berbasis sumber daya
alam terutama industri pertanian (dalam arti luas) termasuk
industri kelautan, klaster industri berbasis tenaga kerja terampil
dan terlatih, dan klaster industri berbasis padat modal; (3)
pengorganisasian keterkaitan usaha produksi dan distribusi
dengan pola pendekatan klaster industri;
70. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis
Produksi dan Distribusi
Lanjutan …………
(4) penguatan unsur-unsur pokok pendukung penguatan
daya saing global kegiatan produksi dan distribusi di beberapa
wilayah potensial termasuk kawasan Timur Indonesia; (5)
pengembangan dan penerapan standardisasi produk barang dan
jasa sesuai kebutuhan regional/global; (6) peningkatan kualitas
produk dan produktivitas usaha; dan (7) peningkatan
kemampuan penguasaan teknologi proses, teknologi produksi,
teknologi rancang bangun dan perekayasaan industri sesuai
kebutuhan.
71. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
PROPENAS (UU no 25 th 2000)
4.2.1 Program Penataan dan Penguatan Basis
Produksi dan Distribusi
Lanjutan …………
Khusus untuk mendukung pengembangan klaster industri
pertanian dalam arti luas, maka dibutuhkan penguatan jaringan
agribisnis dan agroindustri. Untuk itu, komponen pokok yang
perlu dikembangkan adalah modernisasi pertanian. Peningkatan
kualitas produk pertanian baik dalam jumlah, keragaman,
maupun kontinuitasnya, dan pemberdayaan pelaku pertanian
menjadi sangat penting.
72. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kebijakan Pembangunan Indag th 2001
A. Sasaran
Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada
tahun 2001 adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai
keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif
dengan mengacu kepada pengembangan klaster
industri, sehingga tercipta struktur industri yang kokoh dan
seimbang;
2. ……
3. ……
4. ……
5. ……
6. ……
7. ……
8. ……
9. ……
10. ……
11. ……
12. ……
13. ……
14. ……
15. ……
73. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kebijakan Pembangunan Indag th 2001
B. Strategi
Strategi pembangunan industri dan perdagangan, pada hakekatnya merupakan
strategi industrialisasi yang bersifat multi-dimensional dan lintas
sektoral/regional, dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kedua sektor ini sesuai dengan visi, misi, dan sasaran yang telah
ditetapkan, yaitu :
1. ……
2. ……
74. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kebijakan Pembangunan Indag th 2001
B. Strategi
3. Pemanfaatan keunggulan komparatif dan penciptaan keunggulan
kompetitif dalam rangka menghadapi persaingan global. Strategi ini
mengupayakan penciptaan nilai tambah, perluasan kesempatan kerja,
dan perolehan devisa yang optimal dengam menempatkan keunggulan
komparatif sumber daya alam, terutama agroindustri dan agribisnis
sebagai leading-sector, yang didukung oleh industri-industri
penunjangnya, serta terus menerus mengembangkan keunggulan
kompetitif untuk menghadapi persaingan global. Dengan keterbatasan
sumber daya yang ada, maka perlu ditentukan industri-industri
penghasil produk-produk unggulan nasional maupun produk-produk
andalan daerah. Suksesnya strategi dimaksud memerlukan pendekatan
prioritas (priority approach) melalui pendekatan klaster industri
yang diharapkan akan menciptakan pola keterkaitan antar kegiatan baik
di dalam sektor industri sendiri (keterkaitan horizontal) maupun antara
sektor industri dengan seluruh jaringan produksi dan distribusi terkait
(keterkaitan vertikal).
4. ……
5. ……
6. ……
75. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kebijakan Pembangunan Indag th 2001
C. Kebijakan Pembangunan Industri dan Perdagangan
1. ……
2. Sesuai dengan arahan GBHN 1999-2004 dan Undang-undang RI No. 25 Tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-
2004, serta dengan memperhatikan kekuatan-kekuatan yang selama ini telah
dimiliki sebagai hasil pembangunan yang telah dilakukan, kelemahan-
kelemahan yang masih harus dihadapi, serta peluang-peluang yang ada baik
ditingkat lokal maupun internasional, maka kebijakan pembangunan industri
jangka panjang antara lain diarahkan pada :
76. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Kebijakan Pembangunan Indag th 2001
C. Kebijakan Pembangunan Industri dan Perdagangan
Lanjutan . . . . .
a. Pembentukan industri klaster dengan memperkuat industri-industri
yang terdapat dalam rantai nilai (value chain ), antara lain industri
inti, industri penunjang dan industri terkait, yang dapat mendorong
keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Selain itu,
memperkuat keterkaitan antar klaster dalam satu sektor dan dengan klaster
pada sektor lainnya serta sekaligus mendorong kemitraan antara UKM
dengan perusahaan besar dan kaitan interaktif yang relevan lainnya,
sehingga membentuk jaringan industri dan struktur yang mendukung
peningkatan nilai tambah melalui peningkatan produktivitas. Disamping
itu, kebijakan dasar yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
pembentukan klaster adalah mendorong tumbuhnya related
industries yang memerlukan suplai bahan baku dan penolong yang
sama, sehingga memperkuat partnership antara core, supporting, dan
related industries, serta memfasilitasi upaya-upaya pemasaran
internasional dalam peningkatan ekspor;
b. ……
3. ……
77. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Rencana Tindak Jangka Menengah Meneg
UKM
Cuplikan Lampiran D
• RENCANA TINDAK JANGKA MENENGAH UNTUK
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN UKM
BERKEUNGGULAN KOMPETITIF
– Pendekatan klaster sebagai kerangka acuan perumusan UKM
berkeunggulan kompetitif dan penyediaan BDS yang efektif
• Membimbing dan koordinasi inisiatif pengembangan klaster pada
tingkat nasional dan regional
87. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Partisipan Lokakarya Awal
• Perwakilan sektor dan kelompok dalam kamar dagang
• Perwakilan pemerintah daerah
• Perwakilan pendidikan teknik, universitas, R&D dan lembaga
MSTQ, inkubator teknologi dan sejenisnya
• Perwakilan UKM dan lembaga pendukung bisnis
• Perwakilan asosiasi bisnis dan profesi
• Perwakilan asosiasi dagang dan LSM yg tertarik dengan isu
ekonomi
• Perwakilan bank dan perusahaan penting (besar)
• Perwakilan media lokal dan regional. Informasi tentang proyek
harus disebarluaskan sebelumnya.
88. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Proses Pengembangan Klaster
Implementasi
Peren-
canaan
aksi
Pengem-
bangan
Strategi
Kolaborasi
dengan
Stakeholder
Pelibatan
Stakeholder
Mobilisasi
Stakeholder
Pengum-
pulan
Data
Pendefi-
nisian
lingkup
Pem-
bentukan
Tim
Inisiasi
Pembelajaran dan Kepemimpinan
Pengelolaan keterlibatan dan Komunikasi
evaluasi
Pengamanan
kesepakatan
Pengeloalaan
Tugas, SDM dan
hubungan
Penentuan SDM dan
Sumber dana
89. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Proses Pengembangan Klaster
Inisiasi
Pendefinisian lingkup
Pembentukan tim
Pengumpulan data
Pelibatan stakeholder
Mobilisasi stakeholder
Pembelajaran dan kepemimpinan
Kolaborasi dengan stakeholder
Pengembangan strategi
Pengelolaan keterlibatan dan komunikasi
Perencanaan aksi
Implementasi
Penentuan SDM dan sumber dana
Pengelolaan tugas, SDM dan hubungan
Pengamanan kesepakatan
Evaluasi
90. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Lembaga Kolaborasi
• Kamar Dagang
• Asosiasi Profesional
• Jaringan kerja Sekolah
• Kelompok kemitraan Universitas
• Jaringan kerja keagamaan
• Gabungan dewan penasihat
swasta/pemerintah
• Dewan Daya Saing
Umum
• Asosiasi Industri
• Asosiasi dan masyarakat profesional
khusus
• Kelompok alumni dari perusahaan inti
klaster
• Inkubator
Klaster-spesifik
• Lembaga kolaborasi adalah organisasi
formal dan informal yang
- Memfasilitasi pertukaran informasi dan
teknologi
- Memelihara kerjasama dan koordinasi
• Lembaga Kolaborasi dapat meningkatkan
lingkungan bisnis dengan cara
- Menciptakan hubungan dan tingkat
kepercayaan (trust) yang mendukung
- Menguatkan standard bersama
- Memfasilitasi organisasi dalam
membuat aksi kolektif
- Mendukung komunikasi antar faham
dan perilaku
- Memberikan mekanisme untuk
mengembangkan agenda ekonomi atau
agenda klaster secara bersama
91. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Apakah terdapat aktivitas
sektoral yang telah terdefinisi?
STOP Apakah sektor ini cukup kompetitif, saling
terhubung dan memiliki potensi ekspor?
Diskusikan dengan
Komite Klaster
Tidak
Ya
Tidak Tahu
Apakah terdapat peluang komersial
tertentu yang memiliki hasil?
Tidak
Apakah terdapat aktivitas yang memiliki
rantai nilai yang cukup untuk membuat
kompetensinya meningkat?
Ya
Apakah sektor ini signifikan
secara nasional/regional?
Diskusikan dengan
Komite Klaster
Tidak Tahu
STOP
Tidak Ya
STOP
Tidak
Teridentifikasi
Potensi Klaster
Regional
Teridentifikasi
Potensi Klaster
Komersial
Tidak Ya
Teridentifikasi Potensi
Klaster Nasional
Ya
1…
Tahapan Klasifikasi Klaster Industri
92. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
1…
Apakah ada dukungan dari
Pemerintah setempat?
Apakah potensi klaster telah dianalisis
dan rantai nilai telah dipetakan?
Diskusikan dengan
Komite Klaster
Tidak Ya
Apakah ada dukungan dari industri
lokal, institusi riset dan pendidikan?
Tidak
Ya
Apakah peluang ekspor beserta
tantangannya telah teridentifikasi?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Klaster pada
tahap Inisiasi
Klaster meningkat ke
tahap Inkubasi
2…
Tahapan Klasifikasi Klaster Industri
93. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Apakah telah dilakukan benchmark untuk mengukur kemajuan?
2…
Apakah terdapat fasilitator terlatih, netral dan diterima oleh klaster telah dilibatkan?
Apakah struktur organisasi telah teridentifikasi?
Tidak
Ya
Apakah agenda aksi bersama telah terdefinisi?
Tidak
Ya
Apakah kemampuan klaster telah dikaji?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Klaster pada tahap
Inkubasi
Klaster dapat dilanjutkan ke
tahap Implementasi
3…
Apakah rencana aksi spesifik telah diimplementasikan?
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tahapan Klasifikasi Klaster Industri
94. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Apakah sudah ada pendapatan yang dihasilkan oleh klaster?
Apakah jumlah tenaga kerja dalam klaster meningkat?
Apakah produk hasil inovasi telah dihasilkan oleh prakarsa kolaborasi?
3…
Apakah fasilitator masih terlibat dalam proses?
Apakah pasar prioritas telah ditentukan?
Tidak
Ya
Apakah keanggotaan klaster meningkat?
Tidak
Ya
Apakah aliansi bisnis baru terbentuk di dalam klaster?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Klaster pada tahap
Implementasi
Klaster dapat ditingkatkan
ke tahap Improvement
4…
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tahapan Klasifikasi Klaster Industri
95. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Apakah dihasilkan bisnis atau investasi baru?
4…
Apakah reputasi klaster menghasilkan peluang pasar baru?
Apakah klaster baru telah terbentuk?
Tidak
Ya
Apakah pendapatan klaster dapat membuat klaster berkelanjutan?
Tidak
Ya
Apakah momentum klaster masih ada?
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Klaster pada tahap
Perbaikan (Improvement)
Apakah terdapat tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan klaster?
Tidak
Ya
Tahapan Klasifikasi Klaster Industri
96. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Beberapa penyebab kegagalan prakarsa
pengembangan klaster
• Memberikan prioritas klaster berdasar pada klasifikasi generik (mis.:
nilai tambah yang tinggi) daripada potensi lokal dan keinginan untuk
mengembangkan diri.
• Mempertentangkan antara klaster yang digerakkan oleh pemerintah
(government-driven) dan oleh swasta (private sector-driven)
• Menggunakan konsep klaster hanya sebagai „selubung‟ untuk
intervensi dan kebijakan industri.
• Definisi klaster terlalu luas atau terlalu sempit
• Pertimbangan geografis terlalu luas atau terlalu sempit
• Berorientasi kepada subsidi atau pembatasan persaingan.
• Mengabaikan klaster yang kecil, baru muncul atau tradisional.
• Mencoba untuk menciptakan klaster tanpa adanya landasan kuat.
101. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Agropolitan
• AGROPOLITAN (Agro = pertanian : Politan = kota) adalah kota
pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu
berkembangnya sistem & usaha agribisnis sehingga dapat melayani,
mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya.
• KAWASAN AGROPOLITAN, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa
sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang
tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih
ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan
kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang
memiliki fasilitas perkotaan.
• PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN, adalah pembangunan
ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada
untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi,
yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.
102. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Lokasi Agropolitan - 2002
No Provinsi Kabupaten Basis
1 Sumatera Barat Agam Ternak sapi
2 Bengkulu Rejang Lebong jagung dan sayuran
3 Jawa Barat Cianjur sayuran dan bungaan
4 DI Yogyakarta Kulon Progo Biofarmaka
5 Bali Bangli Kopi dan jeruk
6 Sulawesi Selatan Barru sapi
7 Gorontalo Boalemo Jagung (+ sapi)
8 Kalimantan Timur Kutai Timur Coklat dan jagung
103. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Lokasi Agropolitan - 2003
No Provinsi Kabupaten Basis
1
Nanggroe Aceh
Darussalam
Aceh Besar sapi
2 Sumatera Utara
Karo, Simalungun,
Dairi, Toba Samosir,
tapanuli Utara
sayuran
3 Lampung Lampung tengah Padi, jagung, kedelai
4 Bangka Belitung Belitung Manggis dan lada
5 Riau Indragiri Hilir Kelapa dan padi
6 Jambi Tanjung jabung Timur
Kedelai dan sapi
potong
7 Sumatera Selatan
Ogan Komering Ulu,
Ogan Komering Ilir
Padi dan hortikultura
8 Banten Pandeglang Palawija dan Durian
9 Jawa Barat Kuningan sapi
10 Jawa Tengah Semarang, Pemalang palawija
104. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Lokasi Agropolitan - 2003
No Provinsi Kabupaten Basis
11 Jawa Timur
Mojokerto,
Banyuwangi
palawija
12 Bali Tabanan peternakan
13 Nusa Tenggara Barat Dompu sapi
14 Nusa Tenggara Timur Kupang sapi
15 Sulawesi Utara Minahasa
Kentang, wortel,
sayuran
16 Sulawesi Tengah Donggala Kakao, sapi, ikan
17 Sulawesi Tenggara Kendari sapi
18 Kalimantan Selatan
Hulu Sungai
Tengah
Jeruk dan sayuran
19 Kalimantan Tengah Kapuas sapi
20 Barru sapi
21 Papua Jayapura kakao
105. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
One Stop Service
• Merupakan layanan publik yang terletak dalam satu atap, dimaksudkan
untuk membuat proses pengurusan dapat lebih efisien.
• Yang biasanya dimasukkan dalam layanan ini di antaranya adalah:
perijinan usaha, pendaftaran penduduk.
• Daerah yang memiliki lembaga pelayanan satu atap:
– Kota & kabupaten Kediri,Magetan, Ngawi, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo,
Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo, Kab. Banyuwangi, Kot Blitar, Kota & Kab.
Malang, Gresik, Pare-pare, Gianyar,
108. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Rantai Nilai
Logistik masuk
(penyimpanan
material datang,
Pengumpulan
data,
Pelayanan,
Akses thd
konsumen)
Infrastruktur Perusahaan
(pembiayaan, perencanaan, hubungan investor)
Operasi
(perakitan,
Fabrikasi
komponen,
Branch
Operations)
Logistik Keluar
(pengolahan
order,
penggudangan,
Penyusunan
laporan)
Pemasaran &
Penjualan
(tenaga penjualan,
Promosi,
iklan,
Penulisan
proposal, Web
site)
Layanan Purna
Jual
(instalasi,
Dukungan kpd
konsumen,
Penanganan
keluhan,
Perbaikan)
Manajemen SDM
(rekrut, pelatihan, sistem kompensasi)
Pengembangan Teknologi
(desain produk, pengujian, desain proses, riset material, riset pasar)
Pembelian
(komponen, permesinan, iklan, pelayanan)
Value
Pembeli
bersedia
untuk
membeli
• Perusahaan adalah kumpulan kegiatan yang berbeda dan unik,
tempat keunggulan kompetitif berada.
KegiatanPendukung
Kegiatan Utama
109. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Rangkaian Rantai Nilai
perusahaan
Inbound
Logistics
Operations
Outbound
Logistics
Marketing
& Sales
Service
Procurement
Technology Development
Human Resource Management
Firm Infrastructure
MarginMargin
Inbound
Logistics
Operations
Outbound
Logistics
Marketing
& Sales
Service
Procurement
Technology Development
Human Resource Management
Firm Infrastructure
MarginMarginMarginMargin
perusahaan
Inbound
Logistics
Operations
Outbound
Logistics
Marketing
& Sales
Service
Procurement
Technology Development
Human Resource Management
Firm Infrastructure
MarginMargin
Inbound
Logistics
Operations
Outbound
Logistics
Marketing
& Sales
Service
Procurement
Technology Development
Human Resource Management
Firm Infrastructure
MarginMarginMarginMargin
110. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org Perusahaan C
Perusahaan B
Perusahaan A
Perusahaan P
Inbound
Logistics
Operations
Outbound
Logistics
Marketing
& Sales
Service
Procurement
Technology Development
Human Resource Management
Firm Infrastructure MarginMargin
Inbound
Logistics
Operations
Outbound
Logistics
Marketing
& Sales
Service
Procurement
Technology Development
Human Resource Management
Firm Infrastructure MarginMarginMarginMargin
Logistik
masuk
operasi
Logistik
keluar
Pemasaran
& penjualan
pelayanan
Pembelian
Pengembangan Teknologi
Manajemen SDM
Infrastruktur Perusahaan
MarginMarginMarginMargin
Logistik
masuk
operasi
Logistik
keluar
Pemasaran
& penjualan
pelayanan
Pembelian
Pengembangan Teknologi
Manajemen SDM
Infrastruktur Perusahaan
MarginMarginMarginMargin
Logistik
masuk
operasi
Logistik
keluar
Pemasaran
& penjualan
pelayanan
Pembelian
Pengembangan Teknologi
Manajemen SDM
Infrastruktur Perusahaan
MarginMarginMarginMargin
117. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Meta study
• Dilakukan oleh Dr. Claas van der Linde dari
Institute for Strategy and Competitiveness,
Harvard Business School & Research Institute
for International Management, University of St.
Gallen
• Meliputi 833 klaster dari 49 negara, termasuk 24
negara berkembang.
118. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Berdaya saing vs. tak berdaya saing
38,8
21,3
16,3
20
3,8
0
10
20
30
40
50
60
faktor penentu
52,2
30,4
8,7
0
8,7
0
10
20
30
40
50
60
faktor penentu
Klaster berdaya saing Klaster tak berdaya saing
Faktor input
Permintaan
Industri pendukung & terkait
Strategi & persaingan
Lainnya: pemerintah & peluang
Sumber: Cluster Meta-Study, Institute for
Strategy and Competitiveness, Harvard
Business School
119. Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Berdaya saing vs. tak berdaya saing
38,3%
16%
20,0%
20,0%
52,2%
30,4%
8,7%
Kondisi
faktor
Industri
terkait &
pendukung
Strategi &
Persaingan
Kondisi
permintaan
Kondisi
faktor
Industri
terkait &
pendukung
Strategi &
Persaingan
Kondisi
permintaan
0%
Klaster berdaya saing, mengandalkan berbagai bagian dari Diamond, Klaster tak
berdaya saing biasanya hanya mengandalkan kondisi faktor
9,7%
3,8%
lainnya lainnya