SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  33
http://bejocommunity.blogspot.com/2010/05/kti-
tingkat-pengetahuan-remaja-putri.html
Minggu, 02 Mei 2010
KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DALAM
MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH GENETALIA
KTI
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DALAM
MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH GENETALIA
DI SMA NEGERI 1 GLENMORE KECAMATAN GLENMORE
KABUPATEN BANYUWANGI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak kaum hawa yang tidak percaya diri dengan area pribadi mereka. Karena itu
mereka berlomba-lomba menggunakan sabun pembersih khusus untuk area pribadi.
(sehingga mereka mudah tergoda dengan beragam produk yang ditawarkan di iklan
(Junita, 2009).
Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini
membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan
berlipat. Dalam keadaan normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi, bila ada infeksi
atau keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang mengganggu. Seperti bau
yang tidak sedap, menyengat, dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman
lainnya. Jika infeksi yang terjadi divagina dibiarkan bisa masuk sampai kerahim (Junita,
2009).
1
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Amerika mengungkapkan lebih dari 20 juta
perempuan Amerika menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara rutin. Sekitar
37% perempuan Amerika yang berusia 15-44 tahun menggunakan cairan pembersih
kedalam vagina secara teratur separoh dari perempuan yang menggunakan cairan
pembersih kedalam vagina secara teratur seminggu sekali. Data penelitian tentang
kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di Indonesia pernah menggunakan
cairan pembersih dalam vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis mereka
yang dilakukan secara rutin. Bahkan yang biasa digunakan adalah (51%) sabun (18%)
pembersih cair dengan berbagai merek (Septian, 2009).
Diketahui bahwa perempuan yang secara rutin menggunakan cairan pembersih
kedalam vagina cenderung mempunyai lebih banyak masalah yang berhubungan dengan
kesehatan vaginanya. Masalah – masalah yang dapat ditimbulkan karena menggunakan
cairan pembersih kedalam vagina adalah iritasi vagina, infeksi vagina serta dapat
mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya.
Untuk menjaga organ intim wanita agar selalu sehat dan juga terhindar dari berbagai
macam penyakit kelamin maka hindarilah penggunaan sabun apapun diwilayah vagina dan
hindari penggunaan cairan kimia pewangi (cairan yang khusus untuk membersihkan
vagina). Karena hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Jika
terlalu sering menggunakannya, malah bisa membunuh bakteri baik yang terdapat di
vagina. Efeknya justru akan menimbulkan tumbuhnya jamur, sehingga akan timbul gatal-
gatal di daerah organ intim. Dan jangan pernah menyemprotkan minyak wangi ke dalam
vagina (Septian, 2009).
Berdasarkan surve awal jumlah penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1
Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Jumlah remaja putri kelas 2
dan 3 banyak 204 orang. Jumlah remaja putra 186 orang. Jadi jumlah remaja total 390
orang. Dalam penelitian ini yang diambil adalah remaja putri yang menggunakan cairan
pembersih genetalia sebanyak 51 responden.
Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan bagaimana cara merawat organ
kewanitaan secara baik dan benar. Dengan adanya masalah tersebut peneliti ingin meneliti
tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan yaitu :
Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan
pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten
Banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan
pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten
Banyuwangi.
D. Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Diharapkan dalam melaksanakan penelitian memiliki tingkat pengetahuan dalam
menggunakan cairan pembersih genetalia.
2. Secara Praktis
Meningkatan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya dalam menggunakan cairan
pembersih genetalia.
3. Secara Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai tingkat
pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Konsep Pengetahuan
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang
melakukan suatu pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan tejadi
melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan
pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan
telinga (Notoadmodjo, 2005 : 3).
Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung 2 aspek positif dan
aspek negatif. Ke-2 aspek inilah yang akan menentukan sikap sesorang terhadap
obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek di ketahui maka
menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tesebut.
Menurut Long yang di kutip oleh (NurSalam, 2003: 134), makin tua umur
seseorang, makin konstruktif dalam menghadapi masalah yang di hadapi.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoadmodjo, 2005: 31), tahap pengetahuan di dalam domain
kognitif terdiri dari 6 tahap :
Tahu ( Know )
Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali ( Recall ) terhadap yang spesifik dari seluruh bahan yang di
pelajari atau rangsangan yang telah di terima, oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaska secara
benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat di interpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
Aplikasi ( Aplication )
Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya ).
Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi
yang lain.
Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan,
membedakan, dan sebagainya.
Sintesis ( Syntesis )
Sintesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi - formulasi yang ada misal : dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya. Terhadap suatu teori atau rumusan - rumusan yang telah ada.
Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian - penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Usia
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai
dengan pengetahuan yang di dapat.
Pendidikan
Pendidikan sesorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan
lingkungannya. Sehingga akan berbeda sikap orang yang berpendidikan lebih
tinggi dengan yang berpendidikan rendah.
Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.
Media Massa
Dengan masuknya tehnologi akan tersedia pula bermacam – macam media
massa. Media massa tersebut merupakan alat saluran (Channel) untuk
menyampaikan sejumlah informasi sehingga mempermudah masyarakat
menerima pesan. Dengan demikian akan mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inofasi baru (Notoadmodjo, 2005 : 13).
Sosial Budaya
Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi selalu
melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang mereka sendiri
tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga sebagai jalan arah di dalam
bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang sudah dimilikinya.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pula pengetahuannya.
Cara mengukur tingkat pengetahuan
Menurut (Arikunto, 2006 : 97), bahwa pengukuran pengetahuan dapat diperoleh
dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas.
Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat
dilakukan dengan skoring yaitu :
Tingkat pengetahuan baik bila skore atau nilai 76 – 100 %
Tingkat pengetahuan cukup baik bila skore atau nilai 56 – 75 %
Tingkat pengetahuan kurang baik bila skore atau nilai 40 – 55 %
Tingkat pengetahuan tidak baik bila skore atau nilai < style="">
Konsep Remaja
Pengertian Remaja
Secara psikologis remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa. Usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang
yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya
tentang masalah hak (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
Menurut WHO, remaja adalah :
1) Individu berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-
anak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Menurut pendapat Friedman yang dikutip oleh Hendriati Agustiani masa
remaja merupakan masa remaja transisi atau peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun psikis. Perubahan yang jelas tampak adalah perubahan fisik, dimana
tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang
disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja
juga berubah secara koknitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang
dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepas diri secara emosional dari
orang tua dalam rangka menjalankan sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
b. Ciri - Ciri Remaja
Adalah beberapa ciri yang harus diketahui, diantaranya adalah :
1) Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa untuk mengimbangi
pertumbuhan yang cepat ini, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih
banyak.
2) Perkembangan Seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah
dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri.
3) Cara Berpikir Kualitas
Ciri ketiga menyangkut hubungan sebab dan akibat. Disini remaja sudah
berpikir sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil.
4) Emosi yang Meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon. Emosi remaja kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran
yang realistis.
5) Mulai Tertarik Pada lawan Jenisnya
Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya
dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti, kemudian
melarangnya, akan menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup
terhadap orang tuanya.
6) Menarik perhatian lingkungan
Pada masa ini remaja mulai mencari perubahan dari lingkunganya, berusaha
mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja dikampung-kampung
yang diberi peranan remaja akan berusaha mencari peranan diluar rumah bila
orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena menganggapnya sebagai
anak kecil.
7) Terikat dengan kelompok
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya
sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya
dinomor satukan (Zulkifli, 2001).
3. Konsep Pembersih
a. Pembersih Daerah Genetalia Eksterna
Tinggal didaerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat, keringat
ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi.
Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem di vagina terganggu
sehingga menimbulkan bau tidak sedap serta infeksi, untuk itulah kita perlu
menjaga keseimbangan ekosistem vagina.
Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina. Ekosistem
ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu pathogen dan laktobasillus (bakteri
baik) jika keseimbangan ini terganggu , baktei laktobasillus akan mati dan bakteri
pathogen akan tumbuh subur dan bakteri pathogen ekosistem vagina adalah
penggunaan sabun pembersih organ intim yang terlalu sering. Sangat banyak
pilihan produk pembersih vagina di pasaran, bahkan, hampir setiap hari
bermunculan iklan yang menawarkan khasiat ampuh produk pembersih vagina itu.
Dari sekian banyak merek yang beredar rata-rata memiliki tiga bahan dasar.
1) Yang berasal dari ekstrak daun sirih yang sangat efektif sebagai anti septik,
membasmi jamur candida albicans dan mengurangi sekresi cairan pada vagina.
Jika pembersih berbahan daun sirih ini digunakan dalam waktu lama, semua
bakteri di vagina ikut mati, termasuk bakteri laktobasillus sehingga
keseimbangan ekosistem menjadi terganggu.
2) Produk - produk pembersih kewanitaan yang mengandung bahan providone.
Bahan ini merupakan anti infeksi untuk terapi jamur dan berbagai bakteri. Efek
samping yang mengandung bahan ini adalah reaksi alergi berat. Biasanya
mengandung providone iodine sekitar 1% yang tergolong antiseptik kuat.
3) Produk yang merupakan kombinasi laktoserum dan asam laktat laktoserum
berasal dari hasil fermentasi susu sapi dan mengandung senyawa laktat - laktosa
sebagai nutrisi yang diperlukan untuk ekosistem vagina. Sedangkan asam laktat
berfungsi menjaga tingkat PH di vagina pada kisaran 3,8 – 4,2.
Didalam vagina terdapat berbagai macam bakteri 95% laktobasillus, 5% Pathogen,
dalam ekosistem vagina seimbang, bakteri pathogen tidak akan mengganggu.
Misalnya tingkat keasaman menurun. Pertahanan alamiah turun dari rentan
mengalami infeksi (Junita, 2009).
Sedangkan penggunaan sabun pembersih vagina secara berlebihan, dapat
mengurangi keasaman vagina, sehingga mudah terinfeksi pada area pribadi wanita.
Karena sabun umumnya bersifat basa yang tidak sesuai dengan daerah pribadi yang
bersifat asam (Septian, 2009).
b. Cara Merawat Organ Intim Wanita Yang Baik dan Benar
Kebiasaan menjaga kebersihan organ - organ seksual atau reproduksi
merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan kita. Apalagi kita tinggal di daerah
tropis yang panas dan membuat kita berkeringat. Keringat ini membuat tubuh
lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup seperti itulah
bakteri mudah berkembang biak hingga menimbulkan bau dan penyakit. Karena itu
kita harus menjaga, antara lain dengan cara :
1) Mandi dua kali sehari.
2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah buang air kecil
dan buang air besar.
3) Mencuci bagian - bagian luar organ - organ seksual kita dengan air
terutama selesai buang air kecil dan besar.
4) Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.
5) Hindari celana ketat karena dapat menyebabkan permukaan organ
reproduksi mudah berkeringat.
6) Sebaiknya kenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun
karena menyerap keringat dengan baik.
7) Dianjurkan untuk mencukur / merapikan rambut kemaluan,
jika tidak wilayah rahasia kita berpotensi ditumbuhi sejenis jamur atau kutu yang
dapat menimbulkan gatal cara menjaga kebersihan saat menstruasi.
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi
karena itu kebersihan wilayah kewanitaan kita harus lebih dijaga karena kuman
masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Untuk menjaga
kebersihan gantilah pembalut secara teratur 3 sampai 4 kali sehari atau setelah
buang air kecil dan mandi untuk menghindari pertumbuhan bakteri, sebaiknya
pilih pembalut yang lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung
bahan yang bikin alergi (Misalnya parfum atau Gel) dan dapat melekat dengan
baik pada pakaian dalam (Septian, 2009).
Faktor yang menyebabkan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia.
1) Faktor Intern
Faktor intern dalam hal ini adalah pengetahuan yang merupakan hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoadmodjo, 2005).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
perilaku seseorang dimana perilaku yang didasari oleh pengetahuan kesadaran
dan sikap yang positif maka perilaku akan bersifat langgeng. Pengetahuan
seseorang juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang dapat berasal dari
media masa elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat (Latipun, 2001).
2) Faktor Ekstern
a) Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang
berpengaruh pada diri individu dan berperilaku. Lingkungan turut
berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia.
Lingkungan dapat di golongkan menjadi :
(1) Lingkungan manusia yang termasuk kedalam ini adalah
keluarga, sekolah dan masyarakat termasuk didalamnya kebudayaan, agama,
taraf kehidupan dan sebagainya.
(2) Lingkungan benda yaitu benda yang terdapat disekitar
manusia yang turun memberi warna pada jiwa manusia yang berada
disekitarnya.
(3) Lingkungan geografis
Latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia
masyarakat yang tinggal di daerah pantai mempunyai keahlian,
kegemaran dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang tinggal
di daerah gersang. dengan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku
manusia sehingga kenyataanya akan menuntut suatu keharusan sebagai
makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya
(Purwanto,1999).
b) Keputihan
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan
darah, keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi,
pada saat keinginan seks meningkat dan pada waktu hamil, penyebab
keputihan antara lain adanya infeksi, benda asing. (Manuaba, 2002)
Menurut Dr. Boyke Dian Nugroho, Sp.Og, ada dua jenis keputihan.
(1) Fisiologis
Dengan Ciri
(a) Tidak gatal, tidak berbau
(b) Lendir berwarna bening
(c) Terjadi hanya pada masa subur
(d) Terjadi menjelang haid
(e) Terjadi saat hamil karena terkait dengan faktor
hormonal
(f) Terjadi sehabis berhubungan seks
(g) Karena stres, kelelahan dan celana dalam terlalu
ketat.
(2) Patologis
Dengan Ciri
(a) Keluar lendir berlebihan disertai infeksi
(b) Gatal, pedih, vagina kemerahan
(c) Lendir berubah warna kuning kehijau-hijauan
(Septian,2009)
B. Kerangka Konseptual
Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan :
Usia
Pendidikan
Pengalaman
Media massa
Sosial budaya
Faktor penyebab menggunakan cairan pembersih genetalia :
Lingkungan
Lingkungan manusia
Lingkungan benda
- Lingkunga geografis
Keputihan
Fisiologis
Patologis
Tingkat pengetahuan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia
Baik
76-100%
Cukup Baik 56-75%
Kurang Baik 40-55%
Tidak Baik <40%
Keterangan :
= Variabel yang tidak diteliti
= Variabel yang diteliti
Sumber : Modifikasi Arikunto (2006) dan Manuaba (2002).
Gambar : 1. kerangka konseptual variabel penelitian
Penjelasan : Dalam penelitian kerangka konseptual variabel yang tidak
diteliti Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan terdiri dari : Usia,
Pendidikan, Pengalaman, Media massa, Sosial budaya
Sedangkan variabel yang diteliti Faktor penyebab menggunakan cairan
pembersih genetalia terdiri dari : lingkungan manusia, lingkungan benda,
lingkunga geografis dan keputihan fisiologis, keputihan patologis Serta
tingkat pengetahuan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia
dengan kriteria : baik, cukup baik, kurang baik, tidak baik.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancang bangun Penelitian
Jenis dan Rancang Bangun ini adalah sesuatu yang vital dalam penelitian, yang
memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
validitas suatu hasil (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Jenis penelitian kuantitatif yang
berbentuk angka, desain dalam penelitian ini adalah suatu metode penelitian deskriptif
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran suatu keadaan secara
obyektif (Notoadmodjo, 2005 : 138).
B. Variabel dan Devinisi Operasional
Variabel
Variabel penelitian adalah suatu variabel yang digunakan sebagai ciri / sifat /
ukuran yang dimiliki / didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu / variabel penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 70). Penelitian ini
variabelnya adalah tingkat pengetahuan remaja putri menggunakan cairan pembersih
genetalia.
21
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional menjelaskan semua variabel dan istilah yang digunakan
dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan pembaca atau penguji
dalam mengingatkan makna penelitian
Tabel 3.1 Tabel Difinisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional kriteria
Skala
Ukur
Tingkat pengetahuan remaja
putri
Hasil dari tahu yang
terjadi setelah seseorang
melakukan suatu
pengindraan terhadap
penggunaan cairan
pembersih genetalia
Sumber : Notoadmojdo
(2005)
Baik 76-100%
Cukup baik 56-75%
Kurang baik 40-55%
Tidak baik <40%
Sumber : Arikunto (2006)
Ordinal
C. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoadmodjo, 2005 : 79)
Dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu remaja putri yang menggunakan cairan
pembersih genetalia sebanyak 204 orang di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore
Kabupaten Banyuwangi.
Sampel
Sampel adalah sebagian / wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006 : 113).
Jika subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan
penelitian populasi tetapi jika subyeknya lebih dari 100 diambil 10 – 15% atau 20 – 25%.
Dalam penelitian ini sampelnya adalah 51 orang.
Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi
Merupakan karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003 : 96).
Remaja putri SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten
Banyuwangi
Remaja yang bersedia menjadi responden
Kriteria Eklusi
Yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi
dari studi karena berbagai sebab. Dalam penelitian ini kriteria eklusinya yaitu :
Remaja yang tidak bersedia menjadi responden
Remaja putri yang tidak ada pada saat pengambilan sampel
Besarnya Sampel
Besarnya sampel adalah besar kecilnya sampel atau banyak
sedikitnya sampel yang di ambil dari populasi (Notoadmodjo, 2005). Untuk
menentukan besarnya sampel menggunkan rumus :
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan (Ketetapan yang diinginkan 0,05)
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi
(Nursalam,2003 : 97). Dalam penelitian ini menggunakan jenis random sampling
dengan teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel secara acak stratifikasi.
(Notoadmodjo, 2005 : 86).
Lokasi dan waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten
Banyuwangi.
Waktu Penelitian
Penelitian pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2009.
Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden.
Sebelumnya responden diberi penjelasan perihal penelitian yang akan dilakukan bila
responden bersedia maka diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah
disediakan.
Teknik Analisa Data
1. Editing
Memeriksa kembali semua data yang telah terkumpul melalui kuesioner dan
memastikan semua jawaban responden terisi sesuai pernyataan, selama pengisian
kuesioner peneliti mendampingi sehingga apabila hal-hal yang kurang jelas dapat
langsung ditanyakan kepada peneliti. Setelah kuesioner diisi oleh responden,
dikumpulkn kembali pada peneliti untuk diperiksa.
2. Coding
Memberikan kode pada jawaban responden dengan memberi kode 1,0 sesuai dengan
kategori.
3. Transfering
Memindahkan jawaban dalam media tetentu (master sheet).
4. Tabulating
Yaitu menyusun data dalam bentuk tabel-tabel (dummy table).
Setelah dilakukan editing,koding, transfering, tabulating untuk memberi kode jawaban
responden. Untuk pengetahuan angka satu (1) untuk jawaban ya dan (0) untuk jawaban tidak,
kemudian ditabulasi kedalam tabel. Selanjutnya data di analisa menggunakan teknik deskriptif
dengan prosentase yaitu menggunakan rumus :
Keterangan :
P : Prosentase
X : Jumlah Pertanyaan yang benar
Y : Jumlah seluruh pertanyaan
Nilai P mempunyai indeks sebagai berikut :
76 % - 100% : Baik
56 % - 75% : Cukup Baik
40% - 55% : Kurang Baik
<40% : Tidak Baik
(Arikunto, 2006).
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penelitian mengajukan ijin kepada kepala sekolah SMA
Negeri 1 Glenmore, Kabupaten Banyuwangi untuk mendapatkan persetujuan melakukan
penelitian agar dapat mengirimkan kuesioner pada subyek yaitu siswi di SMA Negeri 1
Glenmore Kabupaten Banyuwangi dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
Lembar Persetujuan Penelitian
Diberikan kepada responden jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak
akan memaksa dan peneliti menghormati haknya.
Anonymity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak mencantumkan nama
subyek, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informan yang jelas diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.
Keterbatasan Penelitian
Alat Ukur
Pengumpulan data dengan angket yang dipengaruhi oleh sikap dan harapan yang
bersifat subjektif, sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang terbatas mempengaruhi jumlah sampel yang didapat, sehingga
hasilnya kurang maksimal.
Keterbatasan peneliti dalam riset
Hal ini akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri
dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan
Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Data diambil pada bulan Juli 2009 dengan responden
sebanyak 51 orang pada siswi kelas 2 dan 3 di SMA Negeri 1 Glenmore. Dimana responden
berumur antara 16 – 18 tahun.
Gambaran umum lokasi penelitian SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore
Kabupaten Banyuwangi.
Batas wilayah SMA Negeri 1 Glenmore yaitu :
Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan
Sebelah Barat berbatasan dengan rumah sakit Bakti Husada
Sebelah Selatan berbatasan dengan pondok pesantren
Sebelah Timur berbatasan dengan SMP Negeri 3 Glenmore
Tenega didik di SMA Negeri 1 Glenmore antara lain
Kepala Sekolah : 1 Orang
Wakil Kepala Sekolah : 1 Orang
Guru PNS : 17 Orang
Guru Tidak Tetap : 17 Orang
Guru Bantu : 4 Orang
28
Staf TU : 8 Orang
Sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore
Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 15 kelas, 1 Laboratorium bahasa Inggris, 1
Perpustakaan dan 3 Kantin
Analisa data dalam penelitian ini di tabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi
kemudian dihitung menurut jumlah dan presentase lalu disajikan dalam bentuk deskriptif
dan langkah berikutnya menjelaskan hasil pegolahan data secara naratif.
Data Umum
Dari tabel penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri tentang kriteria usia remaja
putri di dapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi umur remaja putri kelas 2 dan 3 usia (16 - 18) di SMA Negeri 1
Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.
No Umur (Tahun) Jumlah Prosentase
1 16 Tahun 24 47,05%
2 17 Tahun 16 31,38%
3 18 Tahun 11 21,57%
Total 51 100%
Sumber : Data Penelitian 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa remaja putri kelas 2 dan 3 yang
berumur 16 tahun sebanyak 24 orang (47,05%) yang berumur 17 tahun sebanyak 16
orang (31,38%) dan yang berumur 18 tahun sebanyak 11 orang (21,57%).
Data Khusus
Tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
Dari tabel penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dalam
menggunakan cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 dan 3 dalam
menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore
Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.
No Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase
Remaja Putri
1 Baik 8 15,69%
2 Cukup Baik 15 29,41%
3 Kurang Baik 26 50,98%
4 Tidak Baik 2 3,92%
Total 51 100%
Sumber : Data Penelitian 2009
Dapat diketahui berdasarakan tabel diatas bahwa memiliki tingkat pengetahuaan
baik sebanyak 8 (15,69%) responden, yang memiliki tingkat pengetahuan cukup baik
15 (29,41%) responden, yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik 26 (50,98%)
responden dan yang memiliki tingkat pengetahuan tidak baik 2 (3,92%) responden.
Alasan Lingkungan
Dari hasil penelitian tentang alasan lingkungan sebagai faktor penyebab
penggunaan cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi pendapat remaja putri kelas 2 dan 3 dalam menggunakan cairan
pembersih genetalia dengan alasan lingkungan di SMA Negeri 1
Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.
No Alasan Lingkungan Jumlah Prosentase
1 Orang tua, teman, media massa 35 68,6%
2 Dia Sendiri 7 13,7%
3 Memilih dua pilihan 9 17,7%
Total 51 100%
Sumber : Data Penelitian 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui alasan remaja putri yang memakai cairan
pembersih genetalia karena orang tua, teman, media massa. Sebanyak 35 (68,6%)
responden, diri sendiri sebanyak 7 (13,7%) responden dan yang memilih dua pilihan
sebanyak 9 (17,7%) responden.
Alasan Keputihan
Dari hasil penelitian tentang alasan keputihan sebagai faktor penyebab penggunaan
cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.3 Ditribusi pendapat remaja putri kelas 2 dan 3 dalam menggunakan cairan
pembersih genetalia dengan alasan keputihan di SMA Negeri 1 Glenmore
Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi.
No Alasan Keputihan Jumlah Prosentase
1 Memakai cairan pembersih genetalia 36 70,59%
2 Tidak memakai cairan pembersih genetalia 15 29,41%
Total 51 100%
Sumber : Data Penelitian 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui alasan remaja putri yang memakai cairan
pembersih genetalia sebanyak 36 (70,59%) responden. Sedangkan yang tidak
memakai cairan pembersih genetalia sebnayak 15 (29,41%) responden.
Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian tentang faktor penyebab remaja putri
dalam menggunakan cairan pembersih genetalia. Adapun tujuan pembahasan adalah sebagai
berikut :
Identifikasi tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih
genetalia.
Berdasarkan tabel 4.1 mengenai tingkat pengetahuan tentang cairan pambersih
genetalia yang termasuk dalam kategori kurang baik 26 responden (50,98%). Dari jumlah
kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam kategori kurang baik, pertanyaan
tentang fungsi ekstrak daun sirih sebanyak 28 responden (54,90%), tentang ekosistem
vagina dan penyebab keputihan sebanyak 26 responden (50,98%), tentang keputihan
yang gatal dan berbau sebanyak 25 responden (49,02%), tentang penyebab iritasi 23
responden (45,09%), tentang kuman dan bakteri dapat hidup subur jika keasaman vagina
berkurang dan macam – macam bakteri dalam vagina sebanyak 21 responden (41,17%).
Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 122). Dapat dilihat bahwa remaja putri yang mempunyai
tingkat pengetahuan dalam kategori kurang baik lebih banyak dibanding kategori yang
lain. Ini dapat terjadi karena kurangnya informasi yang didapat. Pengetahuan seseorang
biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya : media
massa, media elektronik, buku petunjuk, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini
dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seorang berprilaku didasari oleh
pengetahuan tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya jika tidak didasari oleh
pengetahuan tersebut tidak akan berlangsung lama.
Para remaja putri yang termasuk dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 15
responden (29,41%) dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam
kategori cukup baik, pertanyaan tentang selalu menggunakan cairan pembersih jika
keputihan sebanyak 36 responden (70,58%), tentang cara menjaga organ kewanitaan
dengan baik dan infeksi karena keputihan sebanyak 34 responden (66,66%), tentang
pengertian keputihan sebanyak 32 responden (62,74%), tentang PH dalam vagina
sebanyak 31 responden (60,78%), tentang pengaruh sabun pembersih terhadap keasaman
vagina sebanyak 29 responden (56,86%). Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 120).
Menunjukan tingkat pengetahuan cukup baik berarti mereka mampu mengingat materi
yang telah dipelajari sebelumnya ini dimungkinkan karena respon dari responden kurang
baik dalam penerimaan materi. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang
bersangkutan, misalnya tingkat kecerdasan atau tingkat emosional seseorang. Jadi
meskipun stimulasi sama bagi beberapa orang namun responden tiap – tiap orang akan
berbeda.
Para remaja putri yang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 8 responden
(15,69%) dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan termasuk dalam kategori baik,
pertanyaan merawat organ intim dengan baik dan benar sebanyak 50 responden
(98,04%), tentang informasi dari orang tua, teman dan media masa sebanyak 43
responden (84,31%), tentang sifat sabun pembersih bersifat basa sebanyak 42 responden
(82,35%), tentang efek samping penggunaan sabun pembersih sebanyak 39 responden
(76,47%). Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 123). Menunjukkan tingkat pengetahuan baik
berarti mereka mempunyai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen – komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lainnya.
Sedangkan para remaja putri yang termasuk dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak
2 responden (3,92%), dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam
kategori tidak baik, pertanyaan perbedaan keputihan normal dan abnormal sebanyak 6
responden (31,37%), tentang penggunaan sabun berdasarkan keinginan diri sendiri
sebanyak 15 responden (29,41%), tentang ciri – ciri keputian sebanyak 9 responden
(17,64%). Tingkat pengetahuan tidak baik berarti mereka tidak mempunyai kemampuan
untuk memjabarkan materi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, cara fikir dan
keyakinan yang dimiliki oleh masing - masing remaja berbeda sehingga remaja putri sulit
untuk menerima hal – hal yang baru yang diperkenalkan oleh tenaga kesehatan. Hal ini
juga dapat terjadi karena kurangnya informasi yang didapat (Notoadmodjo, 2003 : 124).
Tingkat pengetahuan remaja putri tentang cairan pembersih genetalia berbeda – beda,
hal ini dapat mempengaruhi remaja putri untuk menggunakan atau tidak menggunakan
cairan pembersih genetalia. Sebagian besar remaja putri mempunyai pengetahuan yang
kurang baik ini dapat dipengaruhi oleh usia remaja putri yang berkisar antara 16 – 18
tahun. Selain itu karena remaja putri tersebut masih dalam jenjang SMA yaitu siswi kelas
2 dan 3, dimana jenjang tersebut belum ada pendidikan mengenai kesehatan reproduksi
wanita. Sehingga pengetahuan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri
menggunakan cairan pembersih genetalia.
Identifikasi Alasan Lingkungan
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil 35 remaja putri (68,6%) memakai cairan
pembersih karena orang tua, teman dan media massa, 9 remaja putri (17,7%) memakai
karena orang tua dan diri sendiri dan 7 remaja putri (13,7%) memakai cairan pembersih
karena diri sendiri.
Lingkungan adalah segala apa yang berpengaruh pada individu dan berprilaku.
Karena turut mempengaruhi perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia,
lingkungan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu lingkungan manusia, lingkungan benda
dan lingkungan geografis. Ketiga lingkungan tersebut saling mempengaruhi, sehingga
dapat mempengaruhi prilaku manusia dan kenyataannya akan menuntut suatu keharusan
sebagai mahkluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
(Purwanto, 1999).
Dari data diatas yaitu alasan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia
karena lingkungan. Dimana orang tua dan teman memakai cairan pembersih tersebut
sehingga remaja putri terpengaruh untuk menggunakannya. Di dukung dan berbagai
media massa yang mempromosikan produk – produk tersebut sehingga remaja putri
terpengaruh untuk menggunakannya. Oleh karena itu lingkungan merupakan faktor
penyebab remaja putri menggunakan cairan pembersih genetelia.
Identifikasi Alasan Keputihan
Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan hasil 36 remaja putri (70,59%) memakai cairan
pembersih genetalia karena keputihan dan 15 remaja putri (29,41%) tidak memakai
cairan pembersih genetalia.
Secara psikis menjadi cantik luar dan dalam umumnya didambakan oleh setiap
wanita. Selain faktor penampilan dan kepribadian, sebaiknya wanita juga memperhatikan
kesehatan terutama mengenai kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan adalah
keputihan. Tidak jarang keputihan dapat begitu mengganggu hingga menyebabkan
ketidak nyamanan dalam malakukan aktivitas sehari – hari (Ayurai, 2009).
Dalam keadaan normal, vagina memproduksi cairan yang berwarna bening tidak
berwarna dan jumlahnya tidak berlebihan. Jika sifatnya abnormal yang dapat
menimbulkan gejala – gejala yang dapat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan
menjadi kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, berbau tidak sedap, terasa sangat
gatal dan menimbulkan luka didaerah mulut vagina. Jika itu yang terjadi, lebih baik
konsultasi kedokter kandungan. Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium
dengan cara mengambil sedikit cairan untuk diperiksa (Junita, 2009).
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja putri menggunakan cairan
pembersih genetalia karena keputihan. Remaja putri menggunakan cairan pembersih
tersebut agar daerah intim mereka tidak berbau, bersih, wangi dan nyaman. Selain itu
mereka menggunakan cairan pembersih tersebut karena banyak media massa yang
mempromosikan produk – produk tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keputihan
merupakan salah satu penyebab remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia.
Keterbatasan
Waktu terbatas, sehingga hasil penelitian kurang sempurna.
Jawaban pada kuesioner kurang valid, karena dalam menjawab kuesioner ada
kemungkinan jawaban dipengaruhi oleh orang lain.
Kemampuan dan pengetahuan peneliti sebagian peneliti pemula sehingga hasil masih
jauh dari kesempurnaan.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari penelitian dan saran yang dapat diberikan oleh
penulis.
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tentang
tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA
Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah responden
51 orang yang di ambil bulan Juli 2009 yaitu sebagian besar remaja putri di SMA Negeri 1
Glenmore mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang cairan pembersih genetalia.
Hal ini ditunjukan dengan prosentase 50,98%.
Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian hendaknya dapat dijadikan sebagai gambaran bagi peneliti lain dan dapat
dikembangkan lebih dalam mengingat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti.
2. Bagi Responden (Remaja Putri)
Diharapkan berusaha menambah pengetahuan melalui berbagai media informasi (cetak
dan elektronik).
39
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Informasi tentang penggunaan cairan pembersih genetalia harus tetap disosialisasikan
lebih luas dan lebih optimal dan tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan dalam
memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya remaja putri bahwa penggunaan
cairan pembersih genetalia secara rutin dapat menimbulkan masalah dengan kesehatan
organ intim pada wanita.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, (2006). Produser Penelitian, Soekarto: Rineka Cipta.
Ayurai, (2002). Hubungan Antara Volua Hygienes Dengan Kejadian Keputihan.
(http://www.situskespro.com. Diakses 6 April 2009)
Elizabeth, Hurlook, (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Tentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Junita, (2009). Kesehatan Vagina. (http://www.dechacare.com.
Diakses 17 Januari 2009)
Latipun. (2001). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Maimunah, S. (2005). Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta : EGC.
Manuaba, IBG. (2003). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Ercon.
Notoadmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip Dasar). Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Notoadmodjo, (2005). Metodologi Konseling. Malang: UMM press.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Septian, (2009). Cara merawat Organ Intim dengan Baik dan Benar.
(http://ti-an.co.cc. Diakses 10 Februari 2009).
Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC.
Zulkifli, (2001). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
REMAJA PUTRI PENGETAHUAN

Contenu connexe

Similaire à REMAJA PUTRI PENGETAHUAN

Similaire à REMAJA PUTRI PENGETAHUAN (20)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii kti ..
Bab ii kti ..Bab ii kti ..
Bab ii kti ..
 
pengetahuan narkoba pada remaja
pengetahuan narkoba pada remajapengetahuan narkoba pada remaja
pengetahuan narkoba pada remaja
 
Pengetahuan dan keputihan
Pengetahuan dan keputihanPengetahuan dan keputihan
Pengetahuan dan keputihan
 
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docxGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
 
uas the perkembangan peserta didik.docx
uas the perkembangan peserta didik.docxuas the perkembangan peserta didik.docx
uas the perkembangan peserta didik.docx
 
Presentationagama
PresentationagamaPresentationagama
Presentationagama
 
uas the perkembangan peserta didik.pdf
uas the perkembangan peserta didik.pdfuas the perkembangan peserta didik.pdf
uas the perkembangan peserta didik.pdf
 
BAB II
BAB IIBAB II
BAB II
 
Kb 3 imunisasi
Kb 3 imunisasiKb 3 imunisasi
Kb 3 imunisasi
 
Proposal menyusui AKPER PEMKAB MUNA
Proposal menyusui  AKPER PEMKAB MUNA Proposal menyusui  AKPER PEMKAB MUNA
Proposal menyusui AKPER PEMKAB MUNA
 
perkembangan mempengaruhi bahasa
perkembangan mempengaruhi bahasaperkembangan mempengaruhi bahasa
perkembangan mempengaruhi bahasa
 
Kb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangKb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembang
 
Teori perkembangan kanak2
Teori perkembangan kanak2Teori perkembangan kanak2
Teori perkembangan kanak2
 
murid-alam-belajar
murid-alam-belajarmurid-alam-belajar
murid-alam-belajar
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Karya tulis ilmiah kesehatan
Karya tulis ilmiah kesehatanKarya tulis ilmiah kesehatan
Karya tulis ilmiah kesehatan
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdf
 

Plus de Chenk Alie Patrician (20)

Senam hamil
Senam hamilSenam hamil
Senam hamil
 
Ibu bayi sehat
Ibu bayi sehatIbu bayi sehat
Ibu bayi sehat
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bblTanda tanda bahaya nifasdan bbl
Tanda tanda bahaya nifasdan bbl
 
Senam nifas
Senam nifasSenam nifas
Senam nifas
 
Senam hamil
Senam hamilSenam hamil
Senam hamil
 
Memandikan bayi
Memandikan bayiMemandikan bayi
Memandikan bayi
 
Memandikan bayi haha
Memandikan bayi hahaMemandikan bayi haha
Memandikan bayi haha
 
Liflet payudara kel 7
Liflet payudara kel 7Liflet payudara kel 7
Liflet payudara kel 7
 
Leaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhyaLeaflet tnda bhya
Leaflet tnda bhya
 
Leaflet senam hamil
Leaflet senam hamilLeaflet senam hamil
Leaflet senam hamil
 
Leaflet pemeriksaan ibu hamil
Leaflet pemeriksaan ibu hamilLeaflet pemeriksaan ibu hamil
Leaflet pemeriksaan ibu hamil
 
Leaflet panduan pijat bayi cie
Leaflet panduan pijat bayi cieLeaflet panduan pijat bayi cie
Leaflet panduan pijat bayi cie
 
Leaflet imunisasi
Leaflet imunisasiLeaflet imunisasi
Leaflet imunisasi
 
Leaflet hamil berkualitas
Leaflet hamil berkualitasLeaflet hamil berkualitas
Leaflet hamil berkualitas
 
Leaflet bersalin
Leaflet bersalinLeaflet bersalin
Leaflet bersalin
 
Leaflet perawatan payudarah
Leaflet   perawatan payudarahLeaflet   perawatan payudarah
Leaflet perawatan payudarah
 
Ketidaknyamanan masa kehamilan
Ketidaknyamanan masa kehamilanKetidaknyamanan masa kehamilan
Ketidaknyamanan masa kehamilan
 
Kb kumplit
Kb kumplitKb kumplit
Kb kumplit
 
Kb k omplit
Kb k omplitKb k omplit
Kb k omplit
 

REMAJA PUTRI PENGETAHUAN

  • 1. http://bejocommunity.blogspot.com/2010/05/kti- tingkat-pengetahuan-remaja-putri.html Minggu, 02 Mei 2010 KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DALAM MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH GENETALIA KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DALAM MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH GENETALIA DI SMA NEGERI 1 GLENMORE KECAMATAN GLENMORE KABUPATEN BANYUWANGI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak kaum hawa yang tidak percaya diri dengan area pribadi mereka. Karena itu mereka berlomba-lomba menggunakan sabun pembersih khusus untuk area pribadi. (sehingga mereka mudah tergoda dengan beragam produk yang ditawarkan di iklan (Junita, 2009). Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Dalam keadaan normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi, bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang mengganggu. Seperti bau yang tidak sedap, menyengat, dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman
  • 2. lainnya. Jika infeksi yang terjadi divagina dibiarkan bisa masuk sampai kerahim (Junita, 2009). 1 Dari hasil penelitian yang dilakukan di Amerika mengungkapkan lebih dari 20 juta perempuan Amerika menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara rutin. Sekitar 37% perempuan Amerika yang berusia 15-44 tahun menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara teratur separoh dari perempuan yang menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara teratur seminggu sekali. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di Indonesia pernah menggunakan cairan pembersih dalam vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis mereka yang dilakukan secara rutin. Bahkan yang biasa digunakan adalah (51%) sabun (18%) pembersih cair dengan berbagai merek (Septian, 2009). Diketahui bahwa perempuan yang secara rutin menggunakan cairan pembersih kedalam vagina cenderung mempunyai lebih banyak masalah yang berhubungan dengan kesehatan vaginanya. Masalah – masalah yang dapat ditimbulkan karena menggunakan cairan pembersih kedalam vagina adalah iritasi vagina, infeksi vagina serta dapat mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Untuk menjaga organ intim wanita agar selalu sehat dan juga terhindar dari berbagai macam penyakit kelamin maka hindarilah penggunaan sabun apapun diwilayah vagina dan hindari penggunaan cairan kimia pewangi (cairan yang khusus untuk membersihkan vagina). Karena hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Jika terlalu sering menggunakannya, malah bisa membunuh bakteri baik yang terdapat di vagina. Efeknya justru akan menimbulkan tumbuhnya jamur, sehingga akan timbul gatal-
  • 3. gatal di daerah organ intim. Dan jangan pernah menyemprotkan minyak wangi ke dalam vagina (Septian, 2009). Berdasarkan surve awal jumlah penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Jumlah remaja putri kelas 2 dan 3 banyak 204 orang. Jumlah remaja putra 186 orang. Jadi jumlah remaja total 390 orang. Dalam penelitian ini yang diambil adalah remaja putri yang menggunakan cairan pembersih genetalia sebanyak 51 responden. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan bagaimana cara merawat organ kewanitaan secara baik dan benar. Dengan adanya masalah tersebut peneliti ingin meneliti tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia. Pembatasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan yaitu : Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. D. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Diharapkan dalam melaksanakan penelitian memiliki tingkat pengetahuan dalam menggunakan cairan pembersih genetalia.
  • 4. 2. Secara Praktis Meningkatan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya dalam menggunakan cairan pembersih genetalia. 3. Secara Teoritis Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Konsep Pengetahuan Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan tejadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa, raba, dan pengecapan. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2005 : 3). Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung 2 aspek positif dan aspek negatif. Ke-2 aspek inilah yang akan menentukan sikap sesorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tesebut. Menurut Long yang di kutip oleh (NurSalam, 2003: 134), makin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menghadapi masalah yang di hadapi. b. Tingkat Pengetahuan
  • 5. Menurut (Notoadmodjo, 2005: 31), tahap pengetahuan di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tahap : Tahu ( Know ) Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( Recall ) terhadap yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Memahami ( Comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaska secara benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat di interpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. Aplikasi ( Aplication ) Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya ). Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau kondisi yang lain. Analisis ( Analysis )
  • 6. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja seperti : pengelompokan, membedakan, dan sebagainya. Sintesis ( Syntesis ) Sintesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi - formulasi yang ada misal : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya. Terhadap suatu teori atau rumusan - rumusan yang telah ada. Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Usia Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang di dapat. Pendidikan Pendidikan sesorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungannya. Sehingga akan berbeda sikap orang yang berpendidikan lebih tinggi dengan yang berpendidikan rendah.
  • 7. Pengalaman Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. Media Massa Dengan masuknya tehnologi akan tersedia pula bermacam – macam media massa. Media massa tersebut merupakan alat saluran (Channel) untuk menyampaikan sejumlah informasi sehingga mempermudah masyarakat menerima pesan. Dengan demikian akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inofasi baru (Notoadmodjo, 2005 : 13). Sosial Budaya Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi selalu melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang mereka sendiri tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga sebagai jalan arah di dalam bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Dengan demikian seseorang akan bertambah pula pengetahuannya. Cara mengukur tingkat pengetahuan Menurut (Arikunto, 2006 : 97), bahwa pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan tersebut diatas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing – masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :
  • 8. Tingkat pengetahuan baik bila skore atau nilai 76 – 100 % Tingkat pengetahuan cukup baik bila skore atau nilai 56 – 75 % Tingkat pengetahuan kurang baik bila skore atau nilai 40 – 55 % Tingkat pengetahuan tidak baik bila skore atau nilai < style=""> Konsep Remaja Pengertian Remaja Secara psikologis remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya tentang masalah hak (Elizabeth B. Hurlock, 1999). Menurut WHO, remaja adalah : 1) Individu berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak- anak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Menurut pendapat Friedman yang dikutip oleh Hendriati Agustiani masa remaja merupakan masa remaja transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang jelas tampak adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja
  • 9. juga berubah secara koknitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepas diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. b. Ciri - Ciri Remaja Adalah beberapa ciri yang harus diketahui, diantaranya adalah : 1) Pertumbuhan Fisik Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat ini, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak. 2) Perkembangan Seksual Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri. 3) Cara Berpikir Kualitas Ciri ketiga menyangkut hubungan sebab dan akibat. Disini remaja sudah berpikir sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. 4) Emosi yang Meluap-luap Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Emosi remaja kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. 5) Mulai Tertarik Pada lawan Jenisnya
  • 10. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti, kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya. 6) Menarik perhatian lingkungan Pada masa ini remaja mulai mencari perubahan dari lingkunganya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja dikampung-kampung yang diberi peranan remaja akan berusaha mencari peranan diluar rumah bila orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena menganggapnya sebagai anak kecil. 7) Terikat dengan kelompok Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya dinomor satukan (Zulkifli, 2001). 3. Konsep Pembersih a. Pembersih Daerah Genetalia Eksterna Tinggal didaerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat, keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap serta infeksi, untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina. Ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu pathogen dan laktobasillus (bakteri
  • 11. baik) jika keseimbangan ini terganggu , baktei laktobasillus akan mati dan bakteri pathogen akan tumbuh subur dan bakteri pathogen ekosistem vagina adalah penggunaan sabun pembersih organ intim yang terlalu sering. Sangat banyak pilihan produk pembersih vagina di pasaran, bahkan, hampir setiap hari bermunculan iklan yang menawarkan khasiat ampuh produk pembersih vagina itu. Dari sekian banyak merek yang beredar rata-rata memiliki tiga bahan dasar. 1) Yang berasal dari ekstrak daun sirih yang sangat efektif sebagai anti septik, membasmi jamur candida albicans dan mengurangi sekresi cairan pada vagina. Jika pembersih berbahan daun sirih ini digunakan dalam waktu lama, semua bakteri di vagina ikut mati, termasuk bakteri laktobasillus sehingga keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. 2) Produk - produk pembersih kewanitaan yang mengandung bahan providone. Bahan ini merupakan anti infeksi untuk terapi jamur dan berbagai bakteri. Efek samping yang mengandung bahan ini adalah reaksi alergi berat. Biasanya mengandung providone iodine sekitar 1% yang tergolong antiseptik kuat. 3) Produk yang merupakan kombinasi laktoserum dan asam laktat laktoserum berasal dari hasil fermentasi susu sapi dan mengandung senyawa laktat - laktosa sebagai nutrisi yang diperlukan untuk ekosistem vagina. Sedangkan asam laktat berfungsi menjaga tingkat PH di vagina pada kisaran 3,8 – 4,2. Didalam vagina terdapat berbagai macam bakteri 95% laktobasillus, 5% Pathogen, dalam ekosistem vagina seimbang, bakteri pathogen tidak akan mengganggu. Misalnya tingkat keasaman menurun. Pertahanan alamiah turun dari rentan mengalami infeksi (Junita, 2009).
  • 12. Sedangkan penggunaan sabun pembersih vagina secara berlebihan, dapat mengurangi keasaman vagina, sehingga mudah terinfeksi pada area pribadi wanita. Karena sabun umumnya bersifat basa yang tidak sesuai dengan daerah pribadi yang bersifat asam (Septian, 2009). b. Cara Merawat Organ Intim Wanita Yang Baik dan Benar Kebiasaan menjaga kebersihan organ - organ seksual atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan kita. Apalagi kita tinggal di daerah tropis yang panas dan membuat kita berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup seperti itulah bakteri mudah berkembang biak hingga menimbulkan bau dan penyakit. Karena itu kita harus menjaga, antara lain dengan cara : 1) Mandi dua kali sehari. 2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar. 3) Mencuci bagian - bagian luar organ - organ seksual kita dengan air terutama selesai buang air kecil dan besar. 4) Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari. 5) Hindari celana ketat karena dapat menyebabkan permukaan organ reproduksi mudah berkeringat. 6) Sebaiknya kenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun karena menyerap keringat dengan baik. 7) Dianjurkan untuk mencukur / merapikan rambut kemaluan,
  • 13. jika tidak wilayah rahasia kita berpotensi ditumbuhi sejenis jamur atau kutu yang dapat menimbulkan gatal cara menjaga kebersihan saat menstruasi. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi karena itu kebersihan wilayah kewanitaan kita harus lebih dijaga karena kuman masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Untuk menjaga kebersihan gantilah pembalut secara teratur 3 sampai 4 kali sehari atau setelah buang air kecil dan mandi untuk menghindari pertumbuhan bakteri, sebaiknya pilih pembalut yang lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang bikin alergi (Misalnya parfum atau Gel) dan dapat melekat dengan baik pada pakaian dalam (Septian, 2009). Faktor yang menyebabkan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia. 1) Faktor Intern Faktor intern dalam hal ini adalah pengetahuan yang merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2005). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang dimana perilaku yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku akan bersifat langgeng. Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang dapat berasal dari media masa elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat (Latipun, 2001). 2) Faktor Ekstern
  • 14. a) Lingkungan Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri individu dan berperilaku. Lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia. Lingkungan dapat di golongkan menjadi : (1) Lingkungan manusia yang termasuk kedalam ini adalah keluarga, sekolah dan masyarakat termasuk didalamnya kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebagainya. (2) Lingkungan benda yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turun memberi warna pada jiwa manusia yang berada disekitarnya. (3) Lingkungan geografis Latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia masyarakat yang tinggal di daerah pantai mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang tinggal di daerah gersang. dengan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia sehingga kenyataanya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya (Purwanto,1999). b) Keputihan Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah, keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan seks meningkat dan pada waktu hamil, penyebab
  • 15. keputihan antara lain adanya infeksi, benda asing. (Manuaba, 2002) Menurut Dr. Boyke Dian Nugroho, Sp.Og, ada dua jenis keputihan. (1) Fisiologis Dengan Ciri (a) Tidak gatal, tidak berbau (b) Lendir berwarna bening (c) Terjadi hanya pada masa subur (d) Terjadi menjelang haid (e) Terjadi saat hamil karena terkait dengan faktor hormonal (f) Terjadi sehabis berhubungan seks (g) Karena stres, kelelahan dan celana dalam terlalu ketat. (2) Patologis Dengan Ciri (a) Keluar lendir berlebihan disertai infeksi (b) Gatal, pedih, vagina kemerahan (c) Lendir berubah warna kuning kehijau-hijauan (Septian,2009) B. Kerangka Konseptual Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : Usia Pendidikan Pengalaman Media massa
  • 16. Sosial budaya Faktor penyebab menggunakan cairan pembersih genetalia : Lingkungan Lingkungan manusia Lingkungan benda - Lingkunga geografis Keputihan Fisiologis Patologis Tingkat pengetahuan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia Baik 76-100% Cukup Baik 56-75% Kurang Baik 40-55% Tidak Baik <40% Keterangan : = Variabel yang tidak diteliti = Variabel yang diteliti Sumber : Modifikasi Arikunto (2006) dan Manuaba (2002). Gambar : 1. kerangka konseptual variabel penelitian
  • 17. Penjelasan : Dalam penelitian kerangka konseptual variabel yang tidak diteliti Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan terdiri dari : Usia, Pendidikan, Pengalaman, Media massa, Sosial budaya Sedangkan variabel yang diteliti Faktor penyebab menggunakan cairan pembersih genetalia terdiri dari : lingkungan manusia, lingkungan benda, lingkunga geografis dan keputihan fisiologis, keputihan patologis Serta tingkat pengetahuan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia dengan kriteria : baik, cukup baik, kurang baik, tidak baik. BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis dan Rancang bangun Penelitian Jenis dan Rancang Bangun ini adalah sesuatu yang vital dalam penelitian, yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validitas suatu hasil (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Jenis penelitian kuantitatif yang berbentuk angka, desain dalam penelitian ini adalah suatu metode penelitian deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran suatu keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2005 : 138). B. Variabel dan Devinisi Operasional Variabel Variabel penelitian adalah suatu variabel yang digunakan sebagai ciri / sifat / ukuran yang dimiliki / didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu / variabel penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 70). Penelitian ini variabelnya adalah tingkat pengetahuan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia. 21 2. Definisi Operasional
  • 18. Definisi Operasional menjelaskan semua variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan pembaca atau penguji dalam mengingatkan makna penelitian Tabel 3.1 Tabel Difinisi Operasional Variabel Variabel Definisi Operasional kriteria Skala Ukur Tingkat pengetahuan remaja putri Hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap penggunaan cairan pembersih genetalia Sumber : Notoadmojdo (2005) Baik 76-100% Cukup baik 56-75% Kurang baik 40-55% Tidak baik <40% Sumber : Arikunto (2006) Ordinal C. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoadmodjo, 2005 : 79) Dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu remaja putri yang menggunakan cairan pembersih genetalia sebanyak 204 orang di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Sampel Sampel adalah sebagian / wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006 : 113). Jika subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi tetapi jika subyeknya lebih dari 100 diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Dalam penelitian ini sampelnya adalah 51 orang. Kriteria Sampel Kriteria Inklusi Merupakan karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003 : 96).
  • 19. Remaja putri SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi Remaja yang bersedia menjadi responden Kriteria Eklusi Yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Dalam penelitian ini kriteria eklusinya yaitu : Remaja yang tidak bersedia menjadi responden Remaja putri yang tidak ada pada saat pengambilan sampel Besarnya Sampel Besarnya sampel adalah besar kecilnya sampel atau banyak sedikitnya sampel yang di ambil dari populasi (Notoadmodjo, 2005). Untuk menentukan besarnya sampel menggunkan rumus : Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar sampel d = Tingkat kepercayaan (Ketetapan yang diinginkan 0,05) Sampling
  • 20. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam,2003 : 97). Dalam penelitian ini menggunakan jenis random sampling dengan teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel secara acak stratifikasi. (Notoadmodjo, 2005 : 86). Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Waktu Penelitian Penelitian pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2009. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data Pada penelitian ini data diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Sebelumnya responden diberi penjelasan perihal penelitian yang akan dilakukan bila responden bersedia maka diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang telah disediakan. Teknik Analisa Data 1. Editing Memeriksa kembali semua data yang telah terkumpul melalui kuesioner dan memastikan semua jawaban responden terisi sesuai pernyataan, selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi sehingga apabila hal-hal yang kurang jelas dapat langsung ditanyakan kepada peneliti. Setelah kuesioner diisi oleh responden, dikumpulkn kembali pada peneliti untuk diperiksa. 2. Coding
  • 21. Memberikan kode pada jawaban responden dengan memberi kode 1,0 sesuai dengan kategori. 3. Transfering Memindahkan jawaban dalam media tetentu (master sheet). 4. Tabulating Yaitu menyusun data dalam bentuk tabel-tabel (dummy table). Setelah dilakukan editing,koding, transfering, tabulating untuk memberi kode jawaban responden. Untuk pengetahuan angka satu (1) untuk jawaban ya dan (0) untuk jawaban tidak, kemudian ditabulasi kedalam tabel. Selanjutnya data di analisa menggunakan teknik deskriptif dengan prosentase yaitu menggunakan rumus : Keterangan : P : Prosentase X : Jumlah Pertanyaan yang benar Y : Jumlah seluruh pertanyaan Nilai P mempunyai indeks sebagai berikut : 76 % - 100% : Baik 56 % - 75% : Cukup Baik 40% - 55% : Kurang Baik <40% : Tidak Baik (Arikunto, 2006). Etika Penelitian
  • 22. Dalam melakukan penelitian, penelitian mengajukan ijin kepada kepala sekolah SMA Negeri 1 Glenmore, Kabupaten Banyuwangi untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian agar dapat mengirimkan kuesioner pada subyek yaitu siswi di SMA Negeri 1 Glenmore Kabupaten Banyuwangi dengan menekankan masalah etika yang meliputi : Lembar Persetujuan Penelitian Diberikan kepada responden jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan peneliti menghormati haknya. Anonymity (Tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak mencantumkan nama subyek, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan informan yang jelas diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti. Keterbatasan Penelitian Alat Ukur Pengumpulan data dengan angket yang dipengaruhi oleh sikap dan harapan yang bersifat subjektif, sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif. Waktu Penelitian Waktu penelitian yang terbatas mempengaruhi jumlah sampel yang didapat, sehingga hasilnya kurang maksimal. Keterbatasan peneliti dalam riset Hal ini akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  • 23. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Data diambil pada bulan Juli 2009 dengan responden sebanyak 51 orang pada siswi kelas 2 dan 3 di SMA Negeri 1 Glenmore. Dimana responden berumur antara 16 – 18 tahun. Gambaran umum lokasi penelitian SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Batas wilayah SMA Negeri 1 Glenmore yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan Sebelah Barat berbatasan dengan rumah sakit Bakti Husada Sebelah Selatan berbatasan dengan pondok pesantren Sebelah Timur berbatasan dengan SMP Negeri 3 Glenmore Tenega didik di SMA Negeri 1 Glenmore antara lain Kepala Sekolah : 1 Orang Wakil Kepala Sekolah : 1 Orang Guru PNS : 17 Orang Guru Tidak Tetap : 17 Orang Guru Bantu : 4 Orang 28 Staf TU : 8 Orang
  • 24. Sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 15 kelas, 1 Laboratorium bahasa Inggris, 1 Perpustakaan dan 3 Kantin Analisa data dalam penelitian ini di tabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi kemudian dihitung menurut jumlah dan presentase lalu disajikan dalam bentuk deskriptif dan langkah berikutnya menjelaskan hasil pegolahan data secara naratif. Data Umum Dari tabel penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri tentang kriteria usia remaja putri di dapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi umur remaja putri kelas 2 dan 3 usia (16 - 18) di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. No Umur (Tahun) Jumlah Prosentase 1 16 Tahun 24 47,05% 2 17 Tahun 16 31,38% 3 18 Tahun 11 21,57% Total 51 100% Sumber : Data Penelitian 2009 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa remaja putri kelas 2 dan 3 yang berumur 16 tahun sebanyak 24 orang (47,05%) yang berumur 17 tahun sebanyak 16 orang (31,38%) dan yang berumur 18 tahun sebanyak 11 orang (21,57%). Data Khusus Tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia. Dari tabel penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi tingkat pengetahuan remaja putri kelas 2 dan 3 dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. No Tingkat Pengetahuan Jumlah Prosentase
  • 25. Remaja Putri 1 Baik 8 15,69% 2 Cukup Baik 15 29,41% 3 Kurang Baik 26 50,98% 4 Tidak Baik 2 3,92% Total 51 100% Sumber : Data Penelitian 2009 Dapat diketahui berdasarakan tabel diatas bahwa memiliki tingkat pengetahuaan baik sebanyak 8 (15,69%) responden, yang memiliki tingkat pengetahuan cukup baik 15 (29,41%) responden, yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik 26 (50,98%) responden dan yang memiliki tingkat pengetahuan tidak baik 2 (3,92%) responden. Alasan Lingkungan Dari hasil penelitian tentang alasan lingkungan sebagai faktor penyebab penggunaan cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi pendapat remaja putri kelas 2 dan 3 dalam menggunakan cairan pembersih genetalia dengan alasan lingkungan di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. No Alasan Lingkungan Jumlah Prosentase 1 Orang tua, teman, media massa 35 68,6% 2 Dia Sendiri 7 13,7% 3 Memilih dua pilihan 9 17,7% Total 51 100% Sumber : Data Penelitian 2009 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui alasan remaja putri yang memakai cairan pembersih genetalia karena orang tua, teman, media massa. Sebanyak 35 (68,6%) responden, diri sendiri sebanyak 7 (13,7%) responden dan yang memilih dua pilihan sebanyak 9 (17,7%) responden. Alasan Keputihan Dari hasil penelitian tentang alasan keputihan sebagai faktor penyebab penggunaan cairan pembersih genetalia didapatkan data sebagai berikut :
  • 26. Tabel 4.3 Ditribusi pendapat remaja putri kelas 2 dan 3 dalam menggunakan cairan pembersih genetalia dengan alasan keputihan di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. No Alasan Keputihan Jumlah Prosentase 1 Memakai cairan pembersih genetalia 36 70,59% 2 Tidak memakai cairan pembersih genetalia 15 29,41% Total 51 100% Sumber : Data Penelitian 2009 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui alasan remaja putri yang memakai cairan pembersih genetalia sebanyak 36 (70,59%) responden. Sedangkan yang tidak memakai cairan pembersih genetalia sebnayak 15 (29,41%) responden. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian tentang faktor penyebab remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia. Adapun tujuan pembahasan adalah sebagai berikut : Identifikasi tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia. Berdasarkan tabel 4.1 mengenai tingkat pengetahuan tentang cairan pambersih genetalia yang termasuk dalam kategori kurang baik 26 responden (50,98%). Dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam kategori kurang baik, pertanyaan tentang fungsi ekstrak daun sirih sebanyak 28 responden (54,90%), tentang ekosistem vagina dan penyebab keputihan sebanyak 26 responden (50,98%), tentang keputihan yang gatal dan berbau sebanyak 25 responden (49,02%), tentang penyebab iritasi 23 responden (45,09%), tentang kuman dan bakteri dapat hidup subur jika keasaman vagina berkurang dan macam – macam bakteri dalam vagina sebanyak 21 responden (41,17%). Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 122). Dapat dilihat bahwa remaja putri yang mempunyai tingkat pengetahuan dalam kategori kurang baik lebih banyak dibanding kategori yang
  • 27. lain. Ini dapat terjadi karena kurangnya informasi yang didapat. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya : media massa, media elektronik, buku petunjuk, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seorang berprilaku didasari oleh pengetahuan tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya jika tidak didasari oleh pengetahuan tersebut tidak akan berlangsung lama. Para remaja putri yang termasuk dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 15 responden (29,41%) dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam kategori cukup baik, pertanyaan tentang selalu menggunakan cairan pembersih jika keputihan sebanyak 36 responden (70,58%), tentang cara menjaga organ kewanitaan dengan baik dan infeksi karena keputihan sebanyak 34 responden (66,66%), tentang pengertian keputihan sebanyak 32 responden (62,74%), tentang PH dalam vagina sebanyak 31 responden (60,78%), tentang pengaruh sabun pembersih terhadap keasaman vagina sebanyak 29 responden (56,86%). Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 120). Menunjukan tingkat pengetahuan cukup baik berarti mereka mampu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya ini dimungkinkan karena respon dari responden kurang baik dalam penerimaan materi. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang bersangkutan, misalnya tingkat kecerdasan atau tingkat emosional seseorang. Jadi meskipun stimulasi sama bagi beberapa orang namun responden tiap – tiap orang akan berbeda. Para remaja putri yang termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 8 responden (15,69%) dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan termasuk dalam kategori baik, pertanyaan merawat organ intim dengan baik dan benar sebanyak 50 responden
  • 28. (98,04%), tentang informasi dari orang tua, teman dan media masa sebanyak 43 responden (84,31%), tentang sifat sabun pembersih bersifat basa sebanyak 42 responden (82,35%), tentang efek samping penggunaan sabun pembersih sebanyak 39 responden (76,47%). Menurut (Notoadmodjo, 2003 : 123). Menunjukkan tingkat pengetahuan baik berarti mereka mempunyai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen – komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Sedangkan para remaja putri yang termasuk dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak 2 responden (3,92%), dari jumlah kuesioner yaitu 20 pertanyaan yang termasuk dalam kategori tidak baik, pertanyaan perbedaan keputihan normal dan abnormal sebanyak 6 responden (31,37%), tentang penggunaan sabun berdasarkan keinginan diri sendiri sebanyak 15 responden (29,41%), tentang ciri – ciri keputian sebanyak 9 responden (17,64%). Tingkat pengetahuan tidak baik berarti mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memjabarkan materi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, cara fikir dan keyakinan yang dimiliki oleh masing - masing remaja berbeda sehingga remaja putri sulit untuk menerima hal – hal yang baru yang diperkenalkan oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dapat terjadi karena kurangnya informasi yang didapat (Notoadmodjo, 2003 : 124). Tingkat pengetahuan remaja putri tentang cairan pembersih genetalia berbeda – beda, hal ini dapat mempengaruhi remaja putri untuk menggunakan atau tidak menggunakan cairan pembersih genetalia. Sebagian besar remaja putri mempunyai pengetahuan yang kurang baik ini dapat dipengaruhi oleh usia remaja putri yang berkisar antara 16 – 18 tahun. Selain itu karena remaja putri tersebut masih dalam jenjang SMA yaitu siswi kelas 2 dan 3, dimana jenjang tersebut belum ada pendidikan mengenai kesehatan reproduksi
  • 29. wanita. Sehingga pengetahuan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia. Identifikasi Alasan Lingkungan Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil 35 remaja putri (68,6%) memakai cairan pembersih karena orang tua, teman dan media massa, 9 remaja putri (17,7%) memakai karena orang tua dan diri sendiri dan 7 remaja putri (13,7%) memakai cairan pembersih karena diri sendiri. Lingkungan adalah segala apa yang berpengaruh pada individu dan berprilaku. Karena turut mempengaruhi perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia, lingkungan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu lingkungan manusia, lingkungan benda dan lingkungan geografis. Ketiga lingkungan tersebut saling mempengaruhi, sehingga dapat mempengaruhi prilaku manusia dan kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai mahkluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya. (Purwanto, 1999). Dari data diatas yaitu alasan remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia karena lingkungan. Dimana orang tua dan teman memakai cairan pembersih tersebut sehingga remaja putri terpengaruh untuk menggunakannya. Di dukung dan berbagai media massa yang mempromosikan produk – produk tersebut sehingga remaja putri terpengaruh untuk menggunakannya. Oleh karena itu lingkungan merupakan faktor penyebab remaja putri menggunakan cairan pembersih genetelia. Identifikasi Alasan Keputihan
  • 30. Berdasarkan tabel 4.3 di dapatkan hasil 36 remaja putri (70,59%) memakai cairan pembersih genetalia karena keputihan dan 15 remaja putri (29,41%) tidak memakai cairan pembersih genetalia. Secara psikis menjadi cantik luar dan dalam umumnya didambakan oleh setiap wanita. Selain faktor penampilan dan kepribadian, sebaiknya wanita juga memperhatikan kesehatan terutama mengenai kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan. Tidak jarang keputihan dapat begitu mengganggu hingga menyebabkan ketidak nyamanan dalam malakukan aktivitas sehari – hari (Ayurai, 2009). Dalam keadaan normal, vagina memproduksi cairan yang berwarna bening tidak berwarna dan jumlahnya tidak berlebihan. Jika sifatnya abnormal yang dapat menimbulkan gejala – gejala yang dapat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal dan menimbulkan luka didaerah mulut vagina. Jika itu yang terjadi, lebih baik konsultasi kedokter kandungan. Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium dengan cara mengambil sedikit cairan untuk diperiksa (Junita, 2009). Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia karena keputihan. Remaja putri menggunakan cairan pembersih tersebut agar daerah intim mereka tidak berbau, bersih, wangi dan nyaman. Selain itu mereka menggunakan cairan pembersih tersebut karena banyak media massa yang mempromosikan produk – produk tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keputihan merupakan salah satu penyebab remaja putri menggunakan cairan pembersih genetalia. Keterbatasan Waktu terbatas, sehingga hasil penelitian kurang sempurna.
  • 31. Jawaban pada kuesioner kurang valid, karena dalam menjawab kuesioner ada kemungkinan jawaban dipengaruhi oleh orang lain. Kemampuan dan pengetahuan peneliti sebagian peneliti pemula sehingga hasil masih jauh dari kesempurnaan. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari penelitian dan saran yang dapat diberikan oleh penulis. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dalam menggunakan cairan pembersih genetalia di SMA Negeri 1 Glenmore Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah responden 51 orang yang di ambil bulan Juli 2009 yaitu sebagian besar remaja putri di SMA Negeri 1 Glenmore mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang cairan pembersih genetalia. Hal ini ditunjukan dengan prosentase 50,98%. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian hendaknya dapat dijadikan sebagai gambaran bagi peneliti lain dan dapat dikembangkan lebih dalam mengingat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti. 2. Bagi Responden (Remaja Putri) Diharapkan berusaha menambah pengetahuan melalui berbagai media informasi (cetak dan elektronik).
  • 32. 39 3. Bagi Tenaga Kesehatan Informasi tentang penggunaan cairan pembersih genetalia harus tetap disosialisasikan lebih luas dan lebih optimal dan tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya remaja putri bahwa penggunaan cairan pembersih genetalia secara rutin dapat menimbulkan masalah dengan kesehatan organ intim pada wanita. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, (2006). Produser Penelitian, Soekarto: Rineka Cipta. Ayurai, (2002). Hubungan Antara Volua Hygienes Dengan Kejadian Keputihan. (http://www.situskespro.com. Diakses 6 April 2009) Elizabeth, Hurlook, (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Tentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Junita, (2009). Kesehatan Vagina. (http://www.dechacare.com. Diakses 17 Januari 2009) Latipun. (2001). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. Maimunah, S. (2005). Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta : EGC. Manuaba, IBG. (2003). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Ercon. Notoadmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip Dasar). Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoadmodjo, (2005). Metodologi Konseling. Malang: UMM press. Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Septian, (2009). Cara merawat Organ Intim dengan Baik dan Benar. (http://ti-an.co.cc. Diakses 10 Februari 2009). Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC. Zulkifli, (2001). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya