SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
Télécharger pour lire hors ligne
1
SALINAN
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 03 TAHUN 2010
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup
perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang berpotensi mencemari
lingkungan hidup;
b. bahwa kawasan industri berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan pencemaran air dengan menetapkan
baku mutu air limbahnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kawasan Industri;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548);
2
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3816);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3838);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4747);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4987);
10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN
INDUSTRI.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang
telah memiliki izin usaha kawasan industri.
2. Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan yang mengusahakan
pengembangan dan/atau pengelolaan kawasan industri.
3
3. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
4. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air,
sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.
5. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.
6. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar
dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air.
7. Kuantitas air limbah maksimum adalah sejumlah air limbah tertinggi
yang masih diperbolehkan dibuang ke sumber air setiap satuan produk.
8. Debit maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke lingkungan.
9. Titik penaatan adalah satu lokasi atau lebih yang dijadikan acuan
untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah.
10. Lahan kawasan terpakai adalah total luas lahan yang dimiliki atau
dikuasai oleh pemakai lahan industri (tenant) yang tercantum dalam
perjanjian jual beli atau sewa lahan di dalam kawasan industri yang
membuang air limbahnya ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) kawasan industri.
11. Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat yang selanjutnya disebut
IPAL terpusat adalah instalasi yang digunakan untuk mengolah air
limbah yang berasal dari seluruh industri dan aktivitas pendukungnya
yang ada dalam kawasan industri.
12. Kejadian tidak normal adalah kondisi dimana peralatan proses
produksi dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi
sebagaimana mestinya karena adanya kerusakan dan/atau tidak
berfungsi secara normal peralatan tersebut.
13. Keadaan darurat adalah kondisi tidak berfungsinya peralatan proses
produksi dan/atau tidak beroperasinya instalasi pengolahan air limbah
sebagaimana mestinya karena adanya bencana alam, kebakaran,
dan/atau huru-hara.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
(1) Setiap kawasan industri yang telah mempunyai IPAL terpusat wajib
menaati baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(2) Dalam hal kawasan industri belum mempunyai IPAL terpusat, berlaku
baku mutu air limbah bagi jenis usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan peraturan menteri yang mengatur mengenai baku mutu air
limbah.
(3) Baku mutu air limbah bagi kawasan industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kadar dan kuantitas air limbah
maksimum.
4
Pasal 3
Baku mutu air limbah kawasan industri sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini setiap saat tidak boleh dilampau.
Pasal 4
(1) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1),
khusus untuk parameter amoniak (NH3) tidak berlaku bagi kawasan
industri yang sebagian besar industrinya menggunakan bahan baku
utama mengandung amoniak (NH3).
(2) Parameter Amoniak (NH3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pasal 5
(1) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan:
a. baku mutu air limbah bagi kawasan industri dengan ketentuan sama
atau lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini; dan/atau
b. parameter tambahan di luar parameter sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini setelah mendapat persetujuan
Menteri.
(2) Menteri dapat menyetujui atau menolak permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lama 90 (sembilan puluh) hari
kerja sejak diterimanya permohonan tersebut dengan memperhatikan
saran dan pertimbangan instansi teknis terkait.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) Menteri
tidak memberikan keputusan terhadap permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, permohonan dianggap disetujui.
(4) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai
dengan alasan penolakan.
(5) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan peraturan daerah provinsi.
Pasal 6
Dalam hal pemerintah daerah provinsi menetapkan baku mutu air limbah
bagi kawasan industri lebih ketat dari baku mutu air limbah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), diberlakukan baku mutu air limbah yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.
Pasal 7
Dalam hal hasil kajian kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL) atau rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dari kawasan
industri mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air
limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 5 ayat (1),
diberlakukan baku mutu air limbah bagi kawasan industri sebagaimana
yang dipersyaratkan oleh AMDAL atau rekomendasi UKL dan UPL.
Pasal 8
Dalam hal hasil kajian mengenai pembuangan air limbah bagi kawasan
industri mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air
5
limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), atau
Pasal 7, diberlakukan baku mutu air limbah berdasarkan hasil kajian.
Pasal 9
Penanggung jawab kawasan industri wajib:
a. menaati baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri ini;
b. melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu air limbah yang
dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air limbah yang
telah ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri ini;
c. menggunakan saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan;
d. tidak melakukan pengenceran air limbah, termasuk mencampur
buangan air bekas pendingin ke dalam aliran buangan air limbah yang
berasal dari IPAL terpusat;
e. memisahkan saluran buangan air limbah dengan saluran limpasan air
hujan;
f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji;
g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan
pencatatan debit harian air limbah tersebut;
h. melakukan pemantauan harian kadar parameter baku mutu air limbah,
untuk parameter pH dan COD;
i. memeriksakan kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan ke laboratorium yang telah
terakreditasi dan teregistrasi di Kementerian Lingkungan Hidup;
j. menyampaikan laporan debit harian air limbah, pemantauan harian
kadar parameter air limbah, dan hasil analisa laboratorium terhadap
baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf g, huruf h,
dan huruf i secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada gubernur, Menteri,
dan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundangan-undangan;
dan
k. melaporkan kepada bupati/walikota dengan tembusan gubernur dan
Menteri mengenai terjadinya keadaan darurat dan/atau kejadian tidak
normal yang mengakibatkan baku mutu air limbah dilampaui serta
upaya penanggulangannya paling lama 2 x 24 jam.
Pasal 10
(1) Bupati/walikota wajib mencantumkan baku mutu air limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 7,
atau Pasal 8 dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke
dalam izin pembuangan air limbah bagi kawasan industri yang
membuang air limbahnya ke sumber air.
(2) Menteri atau gubernur yang diberikan delegasi oleh Menteri sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang mengatur
mengenai persyaratan dan tata cara perizinan pembuangan air limbah ke
laut wajib mencantumkan baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, atau Pasal 8 dan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke dalam izin
6
pembuangan air limbah bagi kawasan industri yang membuang air
limbahnya ke laut.
Pasal 11
Baku mutu air limbah bagi kawasan industri yang ditetapkan lebih longgar
dari Peraturan Menteri ini wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan.
Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: KEP-03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kawasan Industri dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku 1 (satu) tahun pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal : 18 Januari 2010
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad.
Lampiran
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 03 Tahun 2010
Tanggal : 18 Januari 2010
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6 – 9
2 TSS mg/L 150
3 BOD mg/L 50
4 COD mg/L 100
5 Sulfida mg/L 1
6 Amonia (NH3-N) mg/L 20
7 Fenol mg/L 1
8 Minyak & Lemak mg/L 15
9 MBAS mg/L 10
10 Kadmium mg/L 0,1
11 Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,5
12 Krom total (Cr) mg/L 1
13 Tembaga (Cu) mg/L 2
14 Timbal (Pb) mg/L 1
15 Nikel (Ni) mg/L 0,5
16 Seng (Zn) mg/L 10
17 Kuantitas Air Limbah
Maksimum
0,8 L perdetik per Ha Lahan
Kawasan Terpakai
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad.

Contenu connexe

Tendances

Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkunganModul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkunganjohnmaking
 
Sni terkait sanitasi
Sni terkait sanitasiSni terkait sanitasi
Sni terkait sanitasiIwan Kusuma
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...infosanitasi
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
faktor-faktor penentu design pengelolaan limbah b3
faktor-faktor penentu design pengelolaan limbah b3faktor-faktor penentu design pengelolaan limbah b3
faktor-faktor penentu design pengelolaan limbah b3virga ristya putri
 
Permen lh 5 2014 baku mutu air limbah
Permen lh 5 2014 baku mutu air limbahPermen lh 5 2014 baku mutu air limbah
Permen lh 5 2014 baku mutu air limbahArdi Yanson
 
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...Rizki Darmawan
 
Baku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air LimbahBaku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air LimbahJoy Irman
 
Diseminasi Pergub 122thn2005 Jan
Diseminasi  Pergub 122thn2005  JanDiseminasi  Pergub 122thn2005  Jan
Diseminasi Pergub 122thn2005 JanYose Rizal
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatinfosanitasi
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Opsi Teknologi  Pengelolaan Air Limbah Permukiman Opsi Teknologi  Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman infosanitasi
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukimaninfosanitasi
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Penataan Ruang
 
Pencegahan pencemaran air tanah akibat limbah rumah tangga
Pencegahan pencemaran air tanah akibat limbah rumah tanggaPencegahan pencemaran air tanah akibat limbah rumah tangga
Pencegahan pencemaran air tanah akibat limbah rumah tanggaGilang Rupaka
 
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPeople Power
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 

Tendances (20)

Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkunganModul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
 
Sni terkait sanitasi
Sni terkait sanitasiSni terkait sanitasi
Sni terkait sanitasi
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
 
faktor-faktor penentu design pengelolaan limbah b3
faktor-faktor penentu design pengelolaan limbah b3faktor-faktor penentu design pengelolaan limbah b3
faktor-faktor penentu design pengelolaan limbah b3
 
Permen lh 5 2014 baku mutu air limbah
Permen lh 5 2014 baku mutu air limbahPermen lh 5 2014 baku mutu air limbah
Permen lh 5 2014 baku mutu air limbah
 
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
 
Baku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air LimbahBaku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air Limbah
 
PERATURAN pengelolaan air limbah
PERATURAN pengelolaan air limbahPERATURAN pengelolaan air limbah
PERATURAN pengelolaan air limbah
 
Bapedal031995
Bapedal031995Bapedal031995
Bapedal031995
 
Diseminasi Pergub 122thn2005 Jan
Diseminasi  Pergub 122thn2005  JanDiseminasi  Pergub 122thn2005  Jan
Diseminasi Pergub 122thn2005 Jan
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Opsi Teknologi  Pengelolaan Air Limbah Permukiman Opsi Teknologi  Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
 
Pencegahan pencemaran air tanah akibat limbah rumah tangga
Pencegahan pencemaran air tanah akibat limbah rumah tanggaPencegahan pencemaran air tanah akibat limbah rumah tangga
Pencegahan pencemaran air tanah akibat limbah rumah tangga
 
SISTEM AIR BUANGAN
SISTEM AIR BUANGANSISTEM AIR BUANGAN
SISTEM AIR BUANGAN
 
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Limbah industri
Limbah industriLimbah industri
Limbah industri
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 

Similaire à Baku Mutu Air Limbah Kawasan Industri

Permen-LHK-Nomor-P59-Tentang-Baku-Mutu-Lindi-TPA.pdf
Permen-LHK-Nomor-P59-Tentang-Baku-Mutu-Lindi-TPA.pdfPermen-LHK-Nomor-P59-Tentang-Baku-Mutu-Lindi-TPA.pdf
Permen-LHK-Nomor-P59-Tentang-Baku-Mutu-Lindi-TPA.pdflilyoktavia2
 
permen lingkungan hidup no 19 tahun 2010 bakumutu air limbah industri minyak ...
permen lingkungan hidup no 19 tahun 2010 bakumutu air limbah industri minyak ...permen lingkungan hidup no 19 tahun 2010 bakumutu air limbah industri minyak ...
permen lingkungan hidup no 19 tahun 2010 bakumutu air limbah industri minyak ...WahyuHidayat345993
 
Permen LH No 5 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Pertek dan SLO Air Limbah da...
Permen LH No 5 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Pertek dan SLO Air Limbah da...Permen LH No 5 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Pertek dan SLO Air Limbah da...
Permen LH No 5 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Pertek dan SLO Air Limbah da...Johari Mr
 
Sosialisasi KajianStandar PBMAL REV.pptx
Sosialisasi KajianStandar PBMAL REV.pptxSosialisasi KajianStandar PBMAL REV.pptx
Sosialisasi KajianStandar PBMAL REV.pptxAmin638839
 
Copy Peraturan Gubernur NTB nomor 63 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan N...
Copy Peraturan Gubernur NTB nomor 63 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan N...Copy Peraturan Gubernur NTB nomor 63 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan N...
Copy Peraturan Gubernur NTB nomor 63 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan N...R. Ferro Aviyanto
 
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012dodysp
 
201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdfPancaNababan1
 
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013SamsonSupeno2
 
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013SamsonSupeno2
 
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptxKEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptxalifiafitrifadli1
 
1 Identifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah.pdf
1 Identifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah.pdf1 Identifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah.pdf
1 Identifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah.pdfAriSutrisno5
 
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanahP.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanahSani Saragih
 
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...infosanitasi
 
Presentasi_Limbah_Domestik_New.ppt
Presentasi_Limbah_Domestik_New.pptPresentasi_Limbah_Domestik_New.ppt
Presentasi_Limbah_Domestik_New.pptAnnaFarida9
 
20220816-Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes.pptx
20220816-Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes.pptx20220816-Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes.pptx
20220816-Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes.pptxrahayusafitri8
 
Dlh Perling dan Pertek
Dlh   Perling dan PertekDlh   Perling dan Pertek
Dlh Perling dan PertekEra Wibowo
 
Per menkes 416 90 baku mutu air
Per menkes 416 90 baku mutu airPer menkes 416 90 baku mutu air
Per menkes 416 90 baku mutu airMohamad Amin
 

Similaire à Baku Mutu Air Limbah Kawasan Industri (20)

Permen-LHK-Nomor-P59-Tentang-Baku-Mutu-Lindi-TPA.pdf
Permen-LHK-Nomor-P59-Tentang-Baku-Mutu-Lindi-TPA.pdfPermen-LHK-Nomor-P59-Tentang-Baku-Mutu-Lindi-TPA.pdf
Permen-LHK-Nomor-P59-Tentang-Baku-Mutu-Lindi-TPA.pdf
 
permen lingkungan hidup no 19 tahun 2010 bakumutu air limbah industri minyak ...
permen lingkungan hidup no 19 tahun 2010 bakumutu air limbah industri minyak ...permen lingkungan hidup no 19 tahun 2010 bakumutu air limbah industri minyak ...
permen lingkungan hidup no 19 tahun 2010 bakumutu air limbah industri minyak ...
 
Permen LH No 5 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Pertek dan SLO Air Limbah da...
Permen LH No 5 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Pertek dan SLO Air Limbah da...Permen LH No 5 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Pertek dan SLO Air Limbah da...
Permen LH No 5 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Pertek dan SLO Air Limbah da...
 
Sosialisasi KajianStandar PBMAL REV.pptx
Sosialisasi KajianStandar PBMAL REV.pptxSosialisasi KajianStandar PBMAL REV.pptx
Sosialisasi KajianStandar PBMAL REV.pptx
 
Copy Peraturan Gubernur NTB nomor 63 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan N...
Copy Peraturan Gubernur NTB nomor 63 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan N...Copy Peraturan Gubernur NTB nomor 63 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan N...
Copy Peraturan Gubernur NTB nomor 63 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan N...
 
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
 
201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf
 
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
 
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
Modul 03 al dasar-dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2013
 
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptxKEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
 
PERUMAHAN (1).pptx
PERUMAHAN (1).pptxPERUMAHAN (1).pptx
PERUMAHAN (1).pptx
 
1 Identifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah.pdf
1 Identifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah.pdf1 Identifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah.pdf
1 Identifikasi Sumber Pencemaran Air Limbah.pdf
 
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanahP.15  2017 tata cara pengukuran muka air tanah
P.15 2017 tata cara pengukuran muka air tanah
 
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
Kepdirjen Cipta Karya No. 61/KPTS/CK/1998 Petunjuk Teknis Perencanaan, Pelaks...
 
Presentasi_Limbah_Domestik_New.ppt
Presentasi_Limbah_Domestik_New.pptPresentasi_Limbah_Domestik_New.ppt
Presentasi_Limbah_Domestik_New.ppt
 
20220816-Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes.pptx
20220816-Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes.pptx20220816-Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes.pptx
20220816-Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes.pptx
 
Dlh Perling dan Pertek
Dlh   Perling dan PertekDlh   Perling dan Pertek
Dlh Perling dan Pertek
 
Per menkes 416 90
Per menkes 416 90Per menkes 416 90
Per menkes 416 90
 
Per menkes 416 90
Per menkes 416 90Per menkes 416 90
Per menkes 416 90
 
Per menkes 416 90 baku mutu air
Per menkes 416 90 baku mutu airPer menkes 416 90 baku mutu air
Per menkes 416 90 baku mutu air
 

Dernier

Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxAudyNayaAulia
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 

Dernier (10)

Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 

Baku Mutu Air Limbah Kawasan Industri

  • 1. 1 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan hidup; b. bahwa kawasan industri berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan pencemaran air dengan menetapkan baku mutu air limbahnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
  • 2. 2 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4747); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. 2. Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan/atau pengelolaan kawasan industri.
  • 3. 3 3. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan. 4. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. 5. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. 6. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air. 7. Kuantitas air limbah maksimum adalah sejumlah air limbah tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke sumber air setiap satuan produk. 8. Debit maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan. 9. Titik penaatan adalah satu lokasi atau lebih yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah. 10. Lahan kawasan terpakai adalah total luas lahan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemakai lahan industri (tenant) yang tercantum dalam perjanjian jual beli atau sewa lahan di dalam kawasan industri yang membuang air limbahnya ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kawasan industri. 11. Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat yang selanjutnya disebut IPAL terpusat adalah instalasi yang digunakan untuk mengolah air limbah yang berasal dari seluruh industri dan aktivitas pendukungnya yang ada dalam kawasan industri. 12. Kejadian tidak normal adalah kondisi dimana peralatan proses produksi dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi sebagaimana mestinya karena adanya kerusakan dan/atau tidak berfungsi secara normal peralatan tersebut. 13. Keadaan darurat adalah kondisi tidak berfungsinya peralatan proses produksi dan/atau tidak beroperasinya instalasi pengolahan air limbah sebagaimana mestinya karena adanya bencana alam, kebakaran, dan/atau huru-hara. 14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 2 (1) Setiap kawasan industri yang telah mempunyai IPAL terpusat wajib menaati baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (2) Dalam hal kawasan industri belum mempunyai IPAL terpusat, berlaku baku mutu air limbah bagi jenis usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan peraturan menteri yang mengatur mengenai baku mutu air limbah. (3) Baku mutu air limbah bagi kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kadar dan kuantitas air limbah maksimum.
  • 4. 4 Pasal 3 Baku mutu air limbah kawasan industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini setiap saat tidak boleh dilampau. Pasal 4 (1) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), khusus untuk parameter amoniak (NH3) tidak berlaku bagi kawasan industri yang sebagian besar industrinya menggunakan bahan baku utama mengandung amoniak (NH3). (2) Parameter Amoniak (NH3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah. Pasal 5 (1) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan: a. baku mutu air limbah bagi kawasan industri dengan ketentuan sama atau lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini; dan/atau b. parameter tambahan di luar parameter sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini setelah mendapat persetujuan Menteri. (2) Menteri dapat menyetujui atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan tersebut dengan memperhatikan saran dan pertimbangan instansi teknis terkait. (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) Menteri tidak memberikan keputusan terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, permohonan dianggap disetujui. (4) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan alasan penolakan. (5) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi. Pasal 6 Dalam hal pemerintah daerah provinsi menetapkan baku mutu air limbah bagi kawasan industri lebih ketat dari baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), diberlakukan baku mutu air limbah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi. Pasal 7 Dalam hal hasil kajian kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dari kawasan industri mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 5 ayat (1), diberlakukan baku mutu air limbah bagi kawasan industri sebagaimana yang dipersyaratkan oleh AMDAL atau rekomendasi UKL dan UPL. Pasal 8 Dalam hal hasil kajian mengenai pembuangan air limbah bagi kawasan industri mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat dari baku mutu air
  • 5. 5 limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), atau Pasal 7, diberlakukan baku mutu air limbah berdasarkan hasil kajian. Pasal 9 Penanggung jawab kawasan industri wajib: a. menaati baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini; b. melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri ini; c. menggunakan saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan; d. tidak melakukan pengenceran air limbah, termasuk mencampur buangan air bekas pendingin ke dalam aliran buangan air limbah yang berasal dari IPAL terpusat; e. memisahkan saluran buangan air limbah dengan saluran limpasan air hujan; f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji; g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan pencatatan debit harian air limbah tersebut; h. melakukan pemantauan harian kadar parameter baku mutu air limbah, untuk parameter pH dan COD; i. memeriksakan kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan ke laboratorium yang telah terakreditasi dan teregistrasi di Kementerian Lingkungan Hidup; j. menyampaikan laporan debit harian air limbah, pemantauan harian kadar parameter air limbah, dan hasil analisa laboratorium terhadap baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf g, huruf h, dan huruf i secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada gubernur, Menteri, dan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundangan-undangan; dan k. melaporkan kepada bupati/walikota dengan tembusan gubernur dan Menteri mengenai terjadinya keadaan darurat dan/atau kejadian tidak normal yang mengakibatkan baku mutu air limbah dilampaui serta upaya penanggulangannya paling lama 2 x 24 jam. Pasal 10 (1) Bupati/walikota wajib mencantumkan baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, atau Pasal 8 dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke dalam izin pembuangan air limbah bagi kawasan industri yang membuang air limbahnya ke sumber air. (2) Menteri atau gubernur yang diberikan delegasi oleh Menteri sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang mengatur mengenai persyaratan dan tata cara perizinan pembuangan air limbah ke laut wajib mencantumkan baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, atau Pasal 8 dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke dalam izin
  • 6. 6 pembuangan air limbah bagi kawasan industri yang membuang air limbahnya ke laut. Pasal 11 Baku mutu air limbah bagi kawasan industri yang ditetapkan lebih longgar dari Peraturan Menteri ini wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan. Pasal 12 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 13 Peraturan Menteri ini mulai berlaku 1 (satu) tahun pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal : 18 Januari 2010 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.
  • 7. Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI No. Parameter Satuan Kadar Maksimum 1 pH - 6 – 9 2 TSS mg/L 150 3 BOD mg/L 50 4 COD mg/L 100 5 Sulfida mg/L 1 6 Amonia (NH3-N) mg/L 20 7 Fenol mg/L 1 8 Minyak & Lemak mg/L 15 9 MBAS mg/L 10 10 Kadmium mg/L 0,1 11 Krom Heksavalen (Cr6+) mg/L 0,5 12 Krom total (Cr) mg/L 1 13 Tembaga (Cu) mg/L 2 14 Timbal (Pb) mg/L 1 15 Nikel (Ni) mg/L 0,5 16 Seng (Zn) mg/L 10 17 Kuantitas Air Limbah Maksimum 0,8 L perdetik per Ha Lahan Kawasan Terpakai MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad.