1. PERNIKAHAN DINI PADA SUKU
ANAK DALAM
ELSA CINDRYA, M.Pd
FAHMI. M.Pd.I
Dosen PRODI PIAUD FITK UIN RF
Seminar internasional
ISSHMIC 2018
Di hotel aston palembang
10-10-2018
2. Dalam penelitian Marcos Delprato tentang “On the impact
of early marriage on schooling outcomes in Sub-Saharan
Africa and South West Asia”, Pernikahan usia muda ini
didorong oleh faktor-faktor sosial-ekonomi dan budaya.
Dalam penelitian Hakam Sarican meneliti sikap
membesarkan anak pada keluarga yang tinggal di daerah
pedesaan dan perkotaan sehubungan dengan
demographice yang berbeda dan Anak Pemeliharaan
Skala (PARI) digunakan memahami sikap orang tua.
Dalam kehidupan Suku Anak Dalam peranan dan tanggung
jawab pria Suku Anak Dalam sangat tinggi, keputusannya
pun sulit diganggu gugat, bahkan untuk memutuskan jodoh
anak gadisnya pihak orang tua yang laki-laki sangat selektif
menentukan, secara umum usia perkawinan Suku Anak
Dalam yang relatif muda.
Latar belakang
3. SUKU ANAK DALAM
Menurut Saudagar, SAD
orang tetap tinggal di dalam
hutan yang
mempertahankan diri baik
dari penjajahan maupun
mempertahankan keaslian
adat istiadat mereka
Dalam pendapat Rangkuti,
Diawali dengan sebutan
suku terasing, yang
merupakan generalisasi
untuk semua suku yang
masih dianggap “belum
hidup normal
Suku Anak Dalam Adalah
sekelompok manusia
yang tinggal menetap di
kawasan hutan wilayah
Povinsi Jambi, mereka
sangat tergantung pada
hutan, bagi mereka hutan
adalah rumah mereka.
Dan mereka
menggantungkan hidup
juga dari hasil hutan.
4. 1. Berbentuk komunitas relatif kecil, tertutup, dan homogeni.
2. Organisasi sosialnya bertumpu pada hubungan kekerabatan.
3. Pada umumnya terpencil secara geografis dan secara sosial budaya tertingga
dengan masyarakat lain yang lebih luas.
4. Pada umumnya masih hidup meramu dengan sistem ekonomi subsisten.
5. Peralatan dan teknologi sangat sederhana.
6. Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam rekatif tinggi.
7. Terbatasnya akses pelayanan sosial dasar.
8. Pada umumnya belum ada sarana transfortasi umum, dan hanya dapat ditempuh
melalui jalur transportasi tertentu.
9. Pengaruh kepemimpinan adat masih kuat dalam berbagai aspek kehidupan.
10. Kepemilikan diperoleh dari warisan atau berdasarkan ketentuan adat.
11. Kehidupan masih diwarnai oleh tradisi/kebiasaan turun temurun dan telah
mengenal keyakinan.
12. Pranata kesehatan masih mengandalkan kemampuan tradisional seperti dukun
atau obat-obatan tradisional lainnya.
13. Pengetahuan diperoleh secara turun temurun dari orang tua tokoh adat atau dari
mereka yang dianggap ahli.
14. Pada umumnya hidup dalam satu garis keturunan suku atau subsuku.
15. Hubungan dengan komunitas lain didasarkan pada kepentingan terbatas seperti
urusan adat istiadat, mata pencarian hidup, dan perkawinan
Karakteristik Suku Anak
Dalam
5. Suku anak dalam
hidup nomaden
Jika ada salah satu yang
meninggal dunia, maka
kelompok tersebut
berpindah
Mereka ini masih berpakaian minim,
bagi laki-laki hanya memakai cawat
penutup alat kelamin, sedangkan
wanita hanya memakai kain
seadanya, mereka terlihat kumuh
Watak orang kubu adalah tidak
menyukai pekerjaan, mereka
sulit untuk diatur, mereka
mempunyai kecenderungan
untuk mengembara dan meramu
hasil hutan.
Suku Anak Dalam Termasuk ras
Mongoloid yang termasuk dalam
migrasi pertama dari manusia Proto
Melayu. Perawakannya rata-rata
sedang, kulit sawo matang, rambut
agak keriting, telapak kaki tebal,
laki-laki dan perempuan biasa
banyak makan sirih.
6. Adat dan kebiasaan Suku Anak Dalam
Untuk mengetahui bahwa hidup
seseorang itu tidak bisa ditahan lagi,
diadakan upacara “besale”, yaitu suatu
pengobatan terakhir bagi seseorang
yang dalam keadaan sakit, apabila
dengan besale itu sudah tidak bisa
disembuhkan, maka sisakit sudah
mereka anggap sebagai mayat. Yang
dimaksud dengan besale adalah suatu
pengobatan dilakukan oleh dukun,
dengan meminta roh-roh gaib. Besale ini
dilakukan apabila si sakit sudah tak
mempan lagi diobati dengan ramuan-
ramuan yang biasa diberikan oleh sang
dukun. Untuk melaksanakan pengobatan
dengan besale ini biasanya sang dukun
minta disiapkan peralatan dan bahan-
bahan
Hal lain yang melekat pada
mereka adalah lamban menerima
perubahan dan sikap apatis atau
cuek bebek bila mereka tidak
menyukai sesuatu. Penyebab
semua ini karena budaya curiga
yang berlebihan dalam kehidupan
mereka. Mereka akan menerima
orang di luar lingkungannya, jika
mereka yakin tidak akan
dibohongi. Kecurigaan akan
hilang manakala jika kehadiran
orang lain dilingkungan mereka
tidak akan mencelakai mereka
7. Pernikahan Dini Pada Suku Anak Dalam
Pernikahan yang umum dilakukan di dalam masyarakat SAD Jambi
adalah perkawinan dari hasil perundingan atau persetujuan diantara
pihak keluarga pemuda dengan keluarga pemudi. Pola perkawinan
yang palin disukai adalah perkawinan seorang pemuda dengan gadis
anak saudara laki-laki dari pihak ibu
Ada pula cara perkawinan yang disebut “kawin lari” hal ini terjadi
karena faktor biaya yang tidak disanggupi (termasuk mas kawin) yang
harus dipikul oleh pihak laki-laki, sedangkan kedua remaja yang akan
menikah sudah sepakat untuk menikah.
Usia pernikahan yang mayoritas dilakukan laki-laki
13 tahun perempuan 15 tahun
8. Berbisik merupakan pengungkapan adat pertama seorang
pemuda untuk mengenal atau memilih calon pasangannya,
biasanya seorang pemuda mencari kesempatan untuk mencari
waktu yang tempat untuk bertemu dengan gadis impiannya,
apakah di ladang sedang menugal (membuang tunggul kayu
kecil) atau sewaktu mengambil air kesungai
Melamar atau Melambai.
Sebelum datang kerumah si gadis untuk melamar biasanya
didahului dengan berunding mengenai wakt yang tepat untuk
melamar dan siapa yang ditunjuk untuk melamat dan barang-
barang apa saja yang akan dibawa. Supaya keluarga pihak si
gadis bersiap-siap maka diutuslah dari pihak laki-laki untuk
memberitahukan kepada keluarga si gadis.
Pertunangan.
Setelah kesepakatan diambil, maka dalam waktu yang telah
ditentukan pihak keluarga laki-laki mengatur Mudo (tanda) yang
berupa cincin dan bahan lainnya
9. Masa produktif remaja biasanya
mengganggu perolehan aset penting
bagi remaja untuk berhasil menuju
dewasa. Selain berdampak pada
kesehatan fisik atau emosional ibu
remaja atau ayah, ada juga dampak
yang signifikan pada anak dan
masyarakat mereka.
Status kesehatan anak pada Suku Anak Dalam dapat terlihat dalam kondisi ibu
yang cukup muda saat melahirkan dengan kondisi Rahim dan panggul belum
berkemang optimal, mengakibatkan kesakitan dan kematian ibu dan bayinya,
Cara menghindari anak yang jaraknya dekat adalah dengan cara
menggunakan alat kontrasepsi. Pada Suku Anak Dalam tidak memakai alat
kontrasepsi seperi yang biasa digunakan masyarakat terang, mereka
mengantisipasi dengan cara tidak “berhubungan” dengan istrinya selama lebih
kurang 3 tahun. Karena anak yang sehat lahir dari ibu yang sehat.