SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  50
ANALISIS REALANALISIS REAL
By:By:
Siti KhotijahSiti Khotijah
SISTEM BILANGAN REAL (R)
Sifat-Sifat yang akan dikaji:
Sifat Aljabar
Sifat Urutan
Sifat Kelengkapan
OpERASI BINER
Yang dimaksud dengan operasi
biner pada himpunan A adalah
fungsi dari AxA ke A.
Contoh
+ : R x R → R
(x,y) → +(x,y) = x + y
AkSIOMA 1.1.1
(SIfAT ALjABAR dARI R)
Untuk setiap a, b, c ∈ R, dengan 2 operasi biner penjumlahan (+) dan
Perkalian (.) berlaku sifat:
(A1) a + b = b + a
(A2) (a + b) + c = a + (b + c)
(A3) terdapat 0 ∈ R, sehingga a + 0 = a = 0 + a;
(A4) terdapat -a ∈ R, sehingga a + (-a) = 0 = (-a) + a;
(M1) a. b = b . a
(M2) (a.b).c = a.(b.c)
(M3) terdapat 1 ∈ R, 1 ≠ 0, sehingga a.1 = a = 1.a
(M4) untuk a ≠ 0, terdapat 1/a ∈ R, sehingga a.1/a = 1 = a.1/a;
(D) a.(b+c) = a.b + a.c
Selanjutnya (R,+.) disebut lapangan (field),
0 disebut elemen nol dan 1 disebut elemen satuan
Teorema 1.1.2
(1). Jika z, a ∈ R sehingga z + a = a , maka z = 0
(2). Jika u, b ∈ R; u.b = b dan b ≠ 0 , maka u = 1
Bukti (1) Diketahui bahwa z + a = a . Dengan menambahkan (-
a) pada kedua ruas diperoleh
(z + a) + (-a) = a + (-a)
Jika berturut-turut diaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri
maka diperoleh
(z + a) + (-a) = z + (a + (-a)) sifat A2
= z + 0 sifat A4
= z sifat A3
Selanjutnya, jika diaplikasikan (A4) pada ruas kanan maka
diperoleh
a + (-a) = 0
Jadi disimpulkan bahwa z = 0.
Dari sifat ini berarti bahwa elemen nol tunggal.
BukTI: (2).
Diketahui u, b ∈ R; u.b = b dan b ≠ 0. Berdasarkan (M4) terdapat
1/b di R sedemikian hingga b.(1/b) = 1.
Jika kedua ruas dari u.b = b dikalikan dengan 1/b maka diperoleh:
(u.b).(1/b) = b.(1/b) (*)
Selanjutnya jika diaplikasikan berturut-turut (M2), (M4) dan (M3)
pada ruas kiri, maka diperoleh
(u.b).(1/b) = u.( b.(1/b)) sifat M2
= u.1 sifat M4
= u sifat M3
Jika diaplikasikan (M4) pada ruas kanan, maka diperoleh
b.(1/b) = 1
Jadi dari hubungan (*) disimpulkan bahwa u = 1.
Dari sifat ini berarti elemen satuan 1 tunggal.
Teorema 1.1.3
(1). Jika a, b ∈ R sehingga a + b = 0 , maka b = -a
(2). Jika a, b ∈ R; a ≠ 0 sehingga a.b = 1 , maka b = 1/a
Bukti (1) Diketahui bahwa a + b = 0 . Dengan
menambahkan -a pada kedua ruas, maka diperoleh
(-a) + (a + b) = (-a) + 0
Dengan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri, diperoleh
(-a) + (a + b) = ((-a) + a) + b = 0 + b = b
Jika diaplikasikan (A3) pada ruas kanan, maka
(-a) + 0 = -a
Jadi disimpulkan bahwa b = -a.
Dari sifat ini berarti elemen invers thd (+) tunggal
Teorema 1.1.4 Jika a, b ∈ R, maka:
(1). Persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (-a)
+ b.
(2). Jika a ≠ 0 maka persamaan ax = b mempunyai penyelesaian
tunggal x = (1/a)b.
Bukti (1) Dengan mengaplikasikan (A2), (A4), (A3), diperoleh
a + (-a + b) = (a + (-a)) + b = 0 + b = b
yang berakibat(-a + b) penyelesaian dari a + x = b.
Selanjutnya ditunjukkan penyelesaian tersebut tunggal.
Misalkan z penyelesaian lain persamaan tersebut, maka a + z = b ,
dan jika ditambahkan (-a) pada kedua ruas, maka diperoleh
(-a) + (a + z) = (-a) + b
Selanjutnya dengan mengaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas
kiri, maka
(-a) + (a + z) = ((-a) + a) + z = 0 + z = z
Jadi disimpulkan bahwa z = (-a) + b.
Teorema 1.1.5
Jika a ∈ R; maka
(1). a.0 = 0 (2). (-1).a = -a
(3). –(-a) = a (4). (-1)(-1) = 1
Bukti (1) Dari (M3), a.1 = a, sehingga dengan
menambahkan a.0 dan menerapkan (D) dan
(M3) akan diperoleh
a + a.0 = a.1 + a.0 = a.(1+0) = a.1 = a .
Dengan Teorema 1.1.2 (1), disimpulkan a.0 =
0.
Teorema 1.1.6
Misalkan a, b, c ∈ R,
(1). Jika a ≠ 0 , maka 1/a ≠ 0 dan 1/(1/a)
= a.
(2). Jika ab = ac dan a ≠ 0 , maka b = c.
(3). Jika ab = 0 , maka a = 0 atau b = 0
Bukti: (1). Untuk a ≠ 0 , maka 1/a ada.
Jika 1/a = 0, maka 1 = a.(1/a) = a. 0 = 0,
sehingga bertentangan dengan (M3).
Jadi 1/a ≠ 0. Selanjutnya karena (1/a).a = 1,
maka dengan Teorema 1.1.3 (2) diperoleh 1/
(1/a) = a.
Teorema 1.1.7
Tidak ada bilangan rasional r
sehingga r2
= 2.
Bukti: Andaikan terdapat bilangan rasional r sehingga r2
= 2 . Oleh
karena itu terdapat bilangan bulat p dan q dengan q ≠ 0 sehingga
(p/q)2
= 2. Tanpa mengurangi keumuman diasumsikan p, q bilangan
positif dengan faktor persekutuan terbesar 1. Karena p2
= 2q2
, maka
p2
bilangan genap. Akibatnya p juga bilangan genap. Karena jika p
ganjil, maka p2
juga ganjil. Karena 2 bukan faktor persekutuan dari p
dan q, maka q bilangan ganjil. Selanjutnya, karena p genap, maka p =
2m untuk suatu m ∈ Z. Akibatnya 2m2
= q2.
Jadi q2
bilangan genap,
sehingga q juga bilangan genap. Terdapat kontradiksi bahwa q adalah
bilangan asli yang genap sekaligus ganjil. Jadi, pengandaian di atas
salah.
Aksioma 1.2.1
(Sifat–Sifat Urutan dari R)
Terdapat himpunan bagian tak kosong P dari R
yang disebut himpunan bilangan real positif,
yang memenuhi sifat-sifat berikut :
 Jika a, b ∈ P maka a + b ∈ P.
 Jika a, b ∈ P maka a.b ∈ P.
 Jika a ∈ R maka tepat satu dari di bawah
ini akan dipenuhi:
a ∈ P, a = 0 -a ∈ P
Definisi 1.2.2
Jika a ∈ P, maka dikatakan bahwa a
bilangan real positif dan ditulis a > 0.
Jika a ∈ P ∪ {0} , maka dikatakan
bahwa a bilangan real nonnegatif
dan ditulis a ≥ 0.
 Jika -a ∈ P, maka dikatakan bahwa
a bilangan real negatif dan ditulis a
< 0.
Jika -a ∈ P ∪ {0} , maka dikatakan
bahwa a bilangan real nonpositif dan
ditulis a ≤ 0.
Definisi 1.2.3
Misalkan a, b ∈ R .
(a) Jika a – b ∈ P, maka kita tulis a > b
atau b < a.
(b) Jika a – b ∈ P ∪ {0}, maka ditulis a ≥ b
atau b ≤ a.
Teorema 1.2.4
Misalkan a, b, c ∈ R.
(a)Jika a > b dan b > c, maka a > c.
(b) Dipenuhi tepat satu dari:
a > b, a = b atau a < b.
(c) Jika a ≥ b dan a ≤ b, maka a = b.
Teorema 1.2.5
(a) Jika a ∈ R dan a ≠ 0, maka a2
> 0.
(b) 1 > 0.
(c) Jika n ∈ N, maka n > 0.
Teorema 1.2.6
Misalkan a, b,c, d ∈ R.
(a) Jika a > b, maka a + c > b + c.
(b) Jika a > b dan c > d, maka a + c
> b + d.
(c) Jika a > b dan c > 0, maka ca >
cb
Jika a > b dan c < 0, maka ca <
cb.
(d) Jika a > 0, maka 1/a > 0
Jika a < 0, maka 1/a < 0.
Teorema 1.2.7
Jika a, b ∈ ℜ dan a < b, maka a < ½ (a
+ b) < b.
Akibat 1.2.8
Jika b ∈ ℜ dan b > 0, maka 0 < ½ b < b.
Teorema 1.2.9
Jika a ∈ ℜ dan 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0,
maka a = 0.
Example 1
Show that for real numbers a > 0
and b > 0, we have the inequality
chain
min(a,b) ≤ ≤ ≤ ≤
≤ max(a,b).
ba
ab
+
2
ab
2
ba +
2
22
ba +
Example 2
Bernaulli’s Inequality.
Prove that if x > -1, then
(1 + x)n
≥ 1 + nx, for all n ∈ N.
Example 3
Cauchy’s Inequality.
Prove that if n ∈ N and a1, a2, …, an and b1,
b2, …, bn are real numbers, then
(a1b1 + … + anbn)2
≤ (a1
2
+ … + an
2
) (b1
2
+ … +
bn
2
)
Definisi 1.3.1Definisi 1.3.1
UntukUntuk aa ∈∈ RR,, harga mutlak dariharga mutlak dari aa,,
dinotasikandinotasikan ||aa||, dan didefinisikan, dan didefinisikan
dengandengan
|a| = a jika a ≥ 0 dan|a| = a jika a ≥ 0 dan
= -a jika a < 0.= -a jika a < 0.
Teorema 1.3.2
(a) |a| = 0 jika dan hanya jika a = 0.
(b) |-a| = |a| untuk semua a ∈ R.
(c) |ab| = |a| |b| untuk semua a, b ∈
R .
(d) Jika c ≥ 0, maka |a| ≤ c jika dan
hanya jika –c ≤ a ≤ c.
(e) - |a| ≤ a ≤ |a| untuk semua a ∈ R.
Bukti Teorema 1.3.2
(a) Dari definisi, jika a = 0, maka |a| = 0. Sebaliknya, jika
a ≠ 0 maka –a ≠ 0, sehingga |a| ≠ 0. Jadi, jika |a| =
0, maka a = 0.
(b) Jika a = 0, maka |0| = 0 = |-0|. Jika a > 0, maka –a <
0 sehingga |a| = a = -(-a) = |-a|. Jika a < 0 maka –a >
0 sehingga |a| = -a = |-a|.
(c) Jika salah satu dari a,b bernilai nol, maka baik |ab|
maupun |a| |b| sama-sama bernilai nol. Jika a > 0 dan
b > 0 maka |ab| = ab = |a| |b|. Jika a > 0 dan b < 0
maka ab < 0 sehingga |ab| = -(ab) = a (-b) = |a| |b|,
Sedangkan untuk dua kasus yang lain dapat dikerjakan
dengan cara yang sama.
(d) Jika |a| ≤ c, maka diperoleh a ≤ c dan –a ≤ c. Hasil ini
memberikan a ≤ c dan –c ≤ a, sehingga -c ≤ a ≤ c.
Sebaliknya, jika –c ≤ a ≤ c, maka a ≤ c dan –a ≤ c
yang berarti |a| ≤ c.
(e) Substitusikan c = |a| ke dalam (d).
Teorema 1.3.3 Ketaksamaan Segitiga
Untuk sebarang bilangan real a dan b berlaku
|a + b| ≤ |a| + |b|
Bukti: Dari Teorema 1.3.2 (e), diperoleh
-|a| ≤ a ≤ |a| dan -|b| ≤ b ≤ |b|.
Dengan menjumlahkan keduanya dan
menerapkan Teorema 1.2.6 (b) akan
diperoleh
-(|a| + |b|) ≤ a + b ≤ |a| + |b|
Dengan Teorema 1.3.2 (d), disimpulkan
bahwa |a + b| ≤ |a| + |b| 
Akibat 1.3.4
Jika a dan b sebarang bilangan real, maka
(a) ||a| - |b|| ≤ |a – b|
(b) |a – b| ≤ |a| + |b|
Bukti (a) Perhatikan a = a – b + b. Dengan Ketaksamaan
Segitiga diperoleh
|a| = |a – b + b| ≤ |a – b| + |b| atau |a| - |b| ≤ |a - b|.
Dengan cara yang sama
|b| = |b – a + a| ≤ |b – a| + |a|
Akibatnya
-|a – b| = -|b – a| ≤ |a| - |b|.
Dengan menggabungkan kedua ketaksamaan ini dan
menerapkan Teorema 1.3.2 (d), maka disimpulkan bahwa
||a| - |b|| ≤ |a – b|.
(b) Dengan mengganti b pada Ketaksamaan Segitiga
dengan –b maka dihasilkan |a – b| ≤ |a| + |-b|. Karena
|-b| = |b| maka disimpulkan |a – b| ≤ |a| + |b|.
Akibat 1.3.5
Untuk sebarang bilangan a1, a2, ..., an di dalam R berlaku
| a1 + a2 + ... + an| ≤ |a1| + |a2| + ... + |an|
Bukti : Diserahkan pembaca sebagai
latihan.
Definisi 1.3.7
Misalkan a ∈ R dan ε > 0. Persekitaran- ε dari a
didefinisikan sebagai himpunan
Vε(a) = {x ∈ R : |x – a| < ε}.
Teorema 1.3.8
Misalkan a ∈ R. Jika x anggota dari
persekitaran Vε(a) untuk setiap ε > 0, maka
x = a.
Bukti: Jika x memenuhi |x – a| < ε untuk
setiap ε > 0, maka menurut Teorema
1.2.9 berlaku |x – a| = 0, yaitu x = a.
1.4 Sifat Kelengkapan dari R1.4 Sifat Kelengkapan dari R
Definisi 1.4.1Definisi 1.4.1
MisalkanMisalkan SS himpunan bagian darihimpunan bagian dari RR..
(a) Bilangan(a) Bilangan uu ∈∈ RR dikatakandikatakan batas atas daribatas atas dari SS
jika berlaku sjika berlaku s ≤ u≤ u untuk setiap suntuk setiap s ∈∈ S.S.
(b) Bilangan(b) Bilangan vv ∈∈ RR dikatakandikatakan batas bawah daribatas bawah dari SS
jika berlaku vjika berlaku v ≤ s≤ s untuk setiap suntuk setiap s ∈∈ S.S.
Definisi 1.4.2
Misalkan S himpunan bagian dari R.
(a) Jika S terbatas di atas, maka batas atas
u disebut supremum (batas atas terkecil)
dari S jika tidak ada bilangan yang lebih
kecil dari u yang merupakan batas atas
dari S.
(b) Jika S terbatas di bawah, maka batas
bawah v adalah infimum (batas bawah
terbesar) dari S jika tidak ada bilangan
yang lebih besar dari v yang merupakan
batas bawah dari S.
Lemma 1.4.3
Bilangan u adalah supremum dari
himpunan tak kosong S ⊂ R, jika dan
hanya jika memenuhi:
(a) s ≤ u untuk setiap s ∈ S.
(b) jika w < u,maka terdapat s’ ∈ S
sehingga
w < s’.
Bukti : Bukti ditinggalkan bagi pembaca.
Lemma 1.4.4
(a) Batas atas u dari himpunan tak
kosong S ⊂ R, merupakan supremum
dari S jika dan hanya jika untuk
setiap ε > 0 terdapat sε sehingga u -
ε < sε.
(b) Batas bawah v dari himpunan tak
kosong S ⊂ R, merupakan infimum
dari S jika dan hanya jika untuk
setiap ε > 0 terdapat sε sehingga sε
< v + ε.
Teorema 1.4.6 (Sifat Supremum
dari ℜ)
Setiap himpunan tak kosong di dalam ℜ
yang mempunyai batas atas pasti
mempunyai supremum di dalam ℜ.
Teorema 1.4.7 (Sifat Infimum
dari ℜ)
Setiap himpunan tak kosong di dalam ℜ
yang mempunyai batas bawah pasti
mempunyai infimum di dalam ℜ.
Contoh 1.4.8
Misalkan S himpunan bagian tak kosong
di dalam ℜ yang terbatas di atas dan
misalkan a ∈ ℜ. Didefinisikan himpunan
a + S = {a + s : s ∈ S}. Akan
ditunjukkan bahwa
sup (a + S) = a + sup S.
Soal 1
Misalkan S himpunan tak kosong terbatas di
dalam ℜ.
(a) Jika a > 0 dan aS = {as : s ∈ S}. Buktikan
bahwa
inf aS = a inf S dan sup aS = a sup S.
(b) Jika b < 0 dan bS = {bs : s ∈ S}. Buktikan
bahwa
inf bS = b sup S dan sup bS = b inf S.
Soal 2
Misalkan X himpunan tak kosong dan f : X
→ ℜ mempunyai range yang terbatas di
dalam ℜ. Jika a ∈ ℜ, maka tunjukkan
bahwa
sup {a + f(x) : x ∈ X} = a + sup {f(x) : x
∈ X}
dan
inf {a + f(x) : x ∈ X} = a + inf {f(x) : x ∈
X}.
Soal 3
Misalkan X himpunan tak kosong dan f, g : X → ℜ
mempunyai range yang terbatas di dalam ℜ.
Tunjukkan bahwa
sup{f(x) + g(x) : x∈X} ≤ sup{f(x) : x∈X} +
sup{g(x) : x∈X}
dan
inf {f(x) : x∈X} + inf {g(x) : x∈X} ≤ inf {f(x) +
g(x) : x∈X}.
Sifat Archimides
Teorema (Sifat Archimides)
Jika x ∈ R maka terdapat nx ∈ N
sehingga x < nx
Bukti (Sifat Archimides):
Andaikan teorema tidak benar, yaitu untuk
setiap n ∈ N terdapat x ∈ R sehingga n < x.
Oleh karena itu x adalah batas atas dari N,
sehingga dengan sifat supremum, maka
himpunan tak kosong N mempunyai
supremum u di dalam R. Akibatnya terdapat
m ∈ N sehingga u – 1 < m. Selanjutnya
diperoleh m + 1 ∈ N. Hal ini kontradiksi
dengan asumsi u adalah batas atas dari N.
Akibat Sifat Archimides
Jika y dan z bilangan real positif, maka :
(a) Terdapat n ∈ N sehingga z < ny.
(b) Terdapat n ∈ N sehingga 0 < 1/n < y.
(c) Terdapat n ∈ N sehingga n – 1 ≤ z < n.
Bukti Akibat Sifat Archimides:
(a) Karena x = z/y > 0, maka terdapat n ∈ N
sehingga z/y = x < n yang berarti z < ny.
(b) Dengan mengganti z = 1 pada (a), maka 1 < ny,
sehingga `1/n < y. Jadi 0 < 1/n < y.
(c) Sifat Archimides menjamin bahwa himpunan
bagian {m ∈ N : z < m} di dalam N merupakan
himpunan tak kosong. Misalkan n adalah elemen
terkecil dari himpunan tersebut, maka n - 1
bukan anggota dari himpunan tersebut,
sehingga n – 1 ≤ z < n
Eksistensi Bilangan √2
Teorema
Terdapat bilangan real positif x sehingga
x2
= 2.
Bukti :
Misalkan S = {s ∈ ℜ : 0 ≤ s, s2
< 2}, karena 1 ∈
S, maka S tidak kosong. Selanjutnya, jika t > 2
maka t2
> 2 , sehingga t ∉ S. Jadi 2 merupakan
batas atas dari S. Dengan sifat supremum, maka
S mempunyai supremum di dalam R. Sekarang
dimisalkan x = sup S. Perhatikan bahwa x > 1.
Akan ditunjukkan bahwa x2
= 2, dengan
menunjukkan bahwa tidak dipenuhi x2
< 2
maupun x2
> 2.
Andaikan x2
< 2.
Perhatikan bahwa untuk setiap n ∈ N,
berlaku 1/n2
≤ 1/n, sehingga
)12(
1121 2
2
2
2
++≤++=





+ x
n
x
nn
x
x
n
x
Karena 0 < x dan x2
< 2, maka (2 - x2
)/(2x + 1) > 0.
Akibatnya terdapat bilangan asli n sehingga
2
1 2
.
2 1
x
n x
−
<
+
Akibatnya untuk bilangan asli n berlaku
2 2 2
( 1/ ) (2 ) 2.x n x x+ < + − =
Jadi (x + 1/n) ∈ S. Kontradiksi dengan x = sup S
Andaikan x2
> 2
Perhatikan bahwa untuk sebarang bilangan asli
m2
2 2
2
1 2 1 2
.
x x
x x x
m m mm
 
− = − + > − 
 
Selanjutnya karen x > 0 dan x2
> 2, maka (x2
– 2)/2x > 0.
Sehingga terdapat bilangan asli m sehingga
2
1 2
2
x
m x
−
<
Akibatnya untuk bilangan asli m ini berlaku
2 2 2
( 1/ ) ( 2) 2.x m x x− > − − =
Ini berarti (x – 1/m) merupakan batas atas S.
Kontradiksi dengan x = sup S.
Sifat Kerapatan Bilangan Real
Teorema (Kerapatan Bilangan Rasional)
Jika x dan y bilangan real dengan x < y,
maka terdapat bilangan rasional r sehingga
x < r < y.
Bukti:
Tanpa mengurangi keumuman bukti, diasumsikan
x > 0. Dengan Sifat Archimides, terdapat bilangan
asli n sehingga n > 1/(y-x). Untuk n yang
demikian, diperoleh (ny – nx) > 1. Selanjutnya,
karena nx > 0, maka terdapat bilangan asli m
sehingga m – 1 ≤ nx < m. Sehingga m ≤ nx + 1 <
ny. Akibatnya nx < m < ny. Jadi r = m/n adalah
bilangan rasional yang memenuhi kondisi x < r <
y.
Akibat
Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka
terdapat bilangan irrasional z sehingga x < z < y.
Bukti:
Dengan menggunakan Teorema Kerapatan
Bilangan Rasional, pada bilangan real x/√2 dan
y/√2, terdapat bilangan rasional r sehingga
x/√2 < r < y/√2
Jadi z = r√2 adalah bilangan irrasional yang
memenuhi x < z < y.
Facebook : Citzy Fujiezchy Twitter
: @citzyfujiezchy
Skype : Citzy.fujiezchy Instagram :
citzyfujiezchy
Facebook : Citzy Fujiezchy Twitter
: @citzyfujiezchy
Skype : Citzy.fujiezchy Instagram :
citzyfujiezchy

Contenu connexe

Tendances

Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
Ummu Zuhry
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
Charro NieZz
 

Tendances (20)

Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Grup Siklik
Grup SiklikGrup Siklik
Grup Siklik
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi Rekurensi
 
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Modul Kalkulus Lanjut
Modul Kalkulus LanjutModul Kalkulus Lanjut
Modul Kalkulus Lanjut
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskrit
 
VD-108 klmpk 5: Operasi Biner dan Grup
VD-108 klmpk 5: Operasi Biner dan GrupVD-108 klmpk 5: Operasi Biner dan Grup
VD-108 klmpk 5: Operasi Biner dan Grup
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
 
KELOMPOK 5_SIFAT ARCHIMEDES.pptx
KELOMPOK 5_SIFAT ARCHIMEDES.pptxKELOMPOK 5_SIFAT ARCHIMEDES.pptx
KELOMPOK 5_SIFAT ARCHIMEDES.pptx
 

En vedette

Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
Ferry Angriawan
 
Pertidaksamaan Rasional, Irrasional dan Mutlak
Pertidaksamaan Rasional, Irrasional dan MutlakPertidaksamaan Rasional, Irrasional dan Mutlak
Pertidaksamaan Rasional, Irrasional dan Mutlak
arifakartikasari
 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Christian Lokas
 
Persamaan dan pertidaksamaan eksponen, logaritma, akar dan pangkat
Persamaan dan pertidaksamaan eksponen, logaritma, akar dan pangkatPersamaan dan pertidaksamaan eksponen, logaritma, akar dan pangkat
Persamaan dan pertidaksamaan eksponen, logaritma, akar dan pangkat
Rahmah Salsabila
 
Menyelesaikan persamaan logaritma
Menyelesaikan persamaan logaritmaMenyelesaikan persamaan logaritma
Menyelesaikan persamaan logaritma
vionk
 
Sistem Pertidaksamaan Kuadrat Dua Variabel
Sistem Pertidaksamaan Kuadrat Dua VariabelSistem Pertidaksamaan Kuadrat Dua Variabel
Sistem Pertidaksamaan Kuadrat Dua Variabel
RyunRun
 

En vedette (14)

Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Pertidaksamaan Nilai Mutlak, Irasional, dan Pecahan
Pertidaksamaan Nilai Mutlak, Irasional, dan PecahanPertidaksamaan Nilai Mutlak, Irasional, dan Pecahan
Pertidaksamaan Nilai Mutlak, Irasional, dan Pecahan
 
Pertidaksamaan Rasional, Irrasional dan Mutlak
Pertidaksamaan Rasional, Irrasional dan MutlakPertidaksamaan Rasional, Irrasional dan Mutlak
Pertidaksamaan Rasional, Irrasional dan Mutlak
 
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlak
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlakPersamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlak
Persamaan dan pertidaksamaan nilai harga mutlak
 
Modul sistem pertidaksamaan linear dan permasalahannya
Modul sistem pertidaksamaan linear dan permasalahannyaModul sistem pertidaksamaan linear dan permasalahannya
Modul sistem pertidaksamaan linear dan permasalahannya
 
Bahan Ajar Fungsi Logaritma dan Eksponen (Kelas XII)
Bahan Ajar Fungsi Logaritma dan Eksponen (Kelas XII)Bahan Ajar Fungsi Logaritma dan Eksponen (Kelas XII)
Bahan Ajar Fungsi Logaritma dan Eksponen (Kelas XII)
 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
 
Persamaan dan pertidaksamaan eksponen, logaritma, akar dan pangkat
Persamaan dan pertidaksamaan eksponen, logaritma, akar dan pangkatPersamaan dan pertidaksamaan eksponen, logaritma, akar dan pangkat
Persamaan dan pertidaksamaan eksponen, logaritma, akar dan pangkat
 
PERTIDAKSAMAAN PECAHAN, MUTLAK, DAN IRRASIONAL
PERTIDAKSAMAAN PECAHAN, MUTLAK, DAN IRRASIONALPERTIDAKSAMAAN PECAHAN, MUTLAK, DAN IRRASIONAL
PERTIDAKSAMAAN PECAHAN, MUTLAK, DAN IRRASIONAL
 
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabelRpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
Rpp sistem pertidaksamaan linear dua variabel
 
Menyelesaikan persamaan logaritma
Menyelesaikan persamaan logaritmaMenyelesaikan persamaan logaritma
Menyelesaikan persamaan logaritma
 
Splkdv (Sistem Persamaan Linear dan kuadrat Dua Variabel)
Splkdv (Sistem Persamaan Linear dan kuadrat Dua Variabel)Splkdv (Sistem Persamaan Linear dan kuadrat Dua Variabel)
Splkdv (Sistem Persamaan Linear dan kuadrat Dua Variabel)
 
Persamaan logaritma
Persamaan logaritmaPersamaan logaritma
Persamaan logaritma
 
Sistem Pertidaksamaan Kuadrat Dua Variabel
Sistem Pertidaksamaan Kuadrat Dua VariabelSistem Pertidaksamaan Kuadrat Dua Variabel
Sistem Pertidaksamaan Kuadrat Dua Variabel
 

Similaire à Analisis Real

Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
Hyronimus Lado
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
HamzaHamid27
 
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Agoeng Siswantara
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilangan
Mas Becak
 

Similaire à Analisis Real (20)

Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkSistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
 
Analisis real alternatif
Analisis real   alternatifAnalisis real   alternatif
Analisis real alternatif
 
Relasi dan Hasil Kali Cartesius
Relasi dan Hasil Kali CartesiusRelasi dan Hasil Kali Cartesius
Relasi dan Hasil Kali Cartesius
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Struktur Aljabar Doc
Struktur Aljabar DocStruktur Aljabar Doc
Struktur Aljabar Doc
 
Analisis Riel 1
Analisis Riel 1Analisis Riel 1
Analisis Riel 1
 
1. keterbagian
1. keterbagian1. keterbagian
1. keterbagian
 
Keterbagian
KeterbagianKeterbagian
Keterbagian
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
 
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
Telaah kisi kisi (materi) ukg kompetensi profesional matematika smp 2013 bagi...
 
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkapKumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
 
keterbagian
keterbagianketerbagian
keterbagian
 
Ring
RingRing
Ring
 
Ring
RingRing
Ring
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilangan
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Materi Relasi dan Fungsi
 Materi Relasi dan Fungsi Materi Relasi dan Fungsi
Materi Relasi dan Fungsi
 
Sistem Bilangan
Sistem BilanganSistem Bilangan
Sistem Bilangan
 
vektor
vektorvektor
vektor
 

Plus de Citzy Fujiezchy (7)

Aljabar linear-4
Aljabar linear-4Aljabar linear-4
Aljabar linear-4
 
Aljabar linier 4
Aljabar linier 4Aljabar linier 4
Aljabar linier 4
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Fpb dan-kpk
Fpb dan-kpkFpb dan-kpk
Fpb dan-kpk
 
Matriks awal
Matriks awalMatriks awal
Matriks awal
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 

Dernier

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Dernier (20)

MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 

Analisis Real

  • 2. SISTEM BILANGAN REAL (R) Sifat-Sifat yang akan dikaji: Sifat Aljabar Sifat Urutan Sifat Kelengkapan
  • 3. OpERASI BINER Yang dimaksud dengan operasi biner pada himpunan A adalah fungsi dari AxA ke A. Contoh + : R x R → R (x,y) → +(x,y) = x + y
  • 4. AkSIOMA 1.1.1 (SIfAT ALjABAR dARI R) Untuk setiap a, b, c ∈ R, dengan 2 operasi biner penjumlahan (+) dan Perkalian (.) berlaku sifat: (A1) a + b = b + a (A2) (a + b) + c = a + (b + c) (A3) terdapat 0 ∈ R, sehingga a + 0 = a = 0 + a; (A4) terdapat -a ∈ R, sehingga a + (-a) = 0 = (-a) + a; (M1) a. b = b . a (M2) (a.b).c = a.(b.c) (M3) terdapat 1 ∈ R, 1 ≠ 0, sehingga a.1 = a = 1.a (M4) untuk a ≠ 0, terdapat 1/a ∈ R, sehingga a.1/a = 1 = a.1/a; (D) a.(b+c) = a.b + a.c Selanjutnya (R,+.) disebut lapangan (field), 0 disebut elemen nol dan 1 disebut elemen satuan
  • 5. Teorema 1.1.2 (1). Jika z, a ∈ R sehingga z + a = a , maka z = 0 (2). Jika u, b ∈ R; u.b = b dan b ≠ 0 , maka u = 1 Bukti (1) Diketahui bahwa z + a = a . Dengan menambahkan (- a) pada kedua ruas diperoleh (z + a) + (-a) = a + (-a) Jika berturut-turut diaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri maka diperoleh (z + a) + (-a) = z + (a + (-a)) sifat A2 = z + 0 sifat A4 = z sifat A3 Selanjutnya, jika diaplikasikan (A4) pada ruas kanan maka diperoleh a + (-a) = 0 Jadi disimpulkan bahwa z = 0. Dari sifat ini berarti bahwa elemen nol tunggal.
  • 6. BukTI: (2). Diketahui u, b ∈ R; u.b = b dan b ≠ 0. Berdasarkan (M4) terdapat 1/b di R sedemikian hingga b.(1/b) = 1. Jika kedua ruas dari u.b = b dikalikan dengan 1/b maka diperoleh: (u.b).(1/b) = b.(1/b) (*) Selanjutnya jika diaplikasikan berturut-turut (M2), (M4) dan (M3) pada ruas kiri, maka diperoleh (u.b).(1/b) = u.( b.(1/b)) sifat M2 = u.1 sifat M4 = u sifat M3 Jika diaplikasikan (M4) pada ruas kanan, maka diperoleh b.(1/b) = 1 Jadi dari hubungan (*) disimpulkan bahwa u = 1. Dari sifat ini berarti elemen satuan 1 tunggal.
  • 7. Teorema 1.1.3 (1). Jika a, b ∈ R sehingga a + b = 0 , maka b = -a (2). Jika a, b ∈ R; a ≠ 0 sehingga a.b = 1 , maka b = 1/a Bukti (1) Diketahui bahwa a + b = 0 . Dengan menambahkan -a pada kedua ruas, maka diperoleh (-a) + (a + b) = (-a) + 0 Dengan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri, diperoleh (-a) + (a + b) = ((-a) + a) + b = 0 + b = b Jika diaplikasikan (A3) pada ruas kanan, maka (-a) + 0 = -a Jadi disimpulkan bahwa b = -a. Dari sifat ini berarti elemen invers thd (+) tunggal
  • 8. Teorema 1.1.4 Jika a, b ∈ R, maka: (1). Persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (-a) + b. (2). Jika a ≠ 0 maka persamaan ax = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (1/a)b. Bukti (1) Dengan mengaplikasikan (A2), (A4), (A3), diperoleh a + (-a + b) = (a + (-a)) + b = 0 + b = b yang berakibat(-a + b) penyelesaian dari a + x = b. Selanjutnya ditunjukkan penyelesaian tersebut tunggal. Misalkan z penyelesaian lain persamaan tersebut, maka a + z = b , dan jika ditambahkan (-a) pada kedua ruas, maka diperoleh (-a) + (a + z) = (-a) + b Selanjutnya dengan mengaplikasikan (A2), (A4), dan (A3) pada ruas kiri, maka (-a) + (a + z) = ((-a) + a) + z = 0 + z = z Jadi disimpulkan bahwa z = (-a) + b.
  • 9. Teorema 1.1.5 Jika a ∈ R; maka (1). a.0 = 0 (2). (-1).a = -a (3). –(-a) = a (4). (-1)(-1) = 1 Bukti (1) Dari (M3), a.1 = a, sehingga dengan menambahkan a.0 dan menerapkan (D) dan (M3) akan diperoleh a + a.0 = a.1 + a.0 = a.(1+0) = a.1 = a . Dengan Teorema 1.1.2 (1), disimpulkan a.0 = 0.
  • 10. Teorema 1.1.6 Misalkan a, b, c ∈ R, (1). Jika a ≠ 0 , maka 1/a ≠ 0 dan 1/(1/a) = a. (2). Jika ab = ac dan a ≠ 0 , maka b = c. (3). Jika ab = 0 , maka a = 0 atau b = 0 Bukti: (1). Untuk a ≠ 0 , maka 1/a ada. Jika 1/a = 0, maka 1 = a.(1/a) = a. 0 = 0, sehingga bertentangan dengan (M3). Jadi 1/a ≠ 0. Selanjutnya karena (1/a).a = 1, maka dengan Teorema 1.1.3 (2) diperoleh 1/ (1/a) = a.
  • 11. Teorema 1.1.7 Tidak ada bilangan rasional r sehingga r2 = 2. Bukti: Andaikan terdapat bilangan rasional r sehingga r2 = 2 . Oleh karena itu terdapat bilangan bulat p dan q dengan q ≠ 0 sehingga (p/q)2 = 2. Tanpa mengurangi keumuman diasumsikan p, q bilangan positif dengan faktor persekutuan terbesar 1. Karena p2 = 2q2 , maka p2 bilangan genap. Akibatnya p juga bilangan genap. Karena jika p ganjil, maka p2 juga ganjil. Karena 2 bukan faktor persekutuan dari p dan q, maka q bilangan ganjil. Selanjutnya, karena p genap, maka p = 2m untuk suatu m ∈ Z. Akibatnya 2m2 = q2. Jadi q2 bilangan genap, sehingga q juga bilangan genap. Terdapat kontradiksi bahwa q adalah bilangan asli yang genap sekaligus ganjil. Jadi, pengandaian di atas salah.
  • 12. Aksioma 1.2.1 (Sifat–Sifat Urutan dari R) Terdapat himpunan bagian tak kosong P dari R yang disebut himpunan bilangan real positif, yang memenuhi sifat-sifat berikut :  Jika a, b ∈ P maka a + b ∈ P.  Jika a, b ∈ P maka a.b ∈ P.  Jika a ∈ R maka tepat satu dari di bawah ini akan dipenuhi: a ∈ P, a = 0 -a ∈ P
  • 13. Definisi 1.2.2 Jika a ∈ P, maka dikatakan bahwa a bilangan real positif dan ditulis a > 0. Jika a ∈ P ∪ {0} , maka dikatakan bahwa a bilangan real nonnegatif dan ditulis a ≥ 0.  Jika -a ∈ P, maka dikatakan bahwa a bilangan real negatif dan ditulis a < 0. Jika -a ∈ P ∪ {0} , maka dikatakan bahwa a bilangan real nonpositif dan ditulis a ≤ 0.
  • 14. Definisi 1.2.3 Misalkan a, b ∈ R . (a) Jika a – b ∈ P, maka kita tulis a > b atau b < a. (b) Jika a – b ∈ P ∪ {0}, maka ditulis a ≥ b atau b ≤ a.
  • 15. Teorema 1.2.4 Misalkan a, b, c ∈ R. (a)Jika a > b dan b > c, maka a > c. (b) Dipenuhi tepat satu dari: a > b, a = b atau a < b. (c) Jika a ≥ b dan a ≤ b, maka a = b.
  • 16. Teorema 1.2.5 (a) Jika a ∈ R dan a ≠ 0, maka a2 > 0. (b) 1 > 0. (c) Jika n ∈ N, maka n > 0.
  • 17. Teorema 1.2.6 Misalkan a, b,c, d ∈ R. (a) Jika a > b, maka a + c > b + c. (b) Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d. (c) Jika a > b dan c > 0, maka ca > cb Jika a > b dan c < 0, maka ca < cb. (d) Jika a > 0, maka 1/a > 0 Jika a < 0, maka 1/a < 0.
  • 18. Teorema 1.2.7 Jika a, b ∈ ℜ dan a < b, maka a < ½ (a + b) < b. Akibat 1.2.8 Jika b ∈ ℜ dan b > 0, maka 0 < ½ b < b. Teorema 1.2.9 Jika a ∈ ℜ dan 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0, maka a = 0.
  • 19. Example 1 Show that for real numbers a > 0 and b > 0, we have the inequality chain min(a,b) ≤ ≤ ≤ ≤ ≤ max(a,b). ba ab + 2 ab 2 ba + 2 22 ba +
  • 20. Example 2 Bernaulli’s Inequality. Prove that if x > -1, then (1 + x)n ≥ 1 + nx, for all n ∈ N.
  • 21. Example 3 Cauchy’s Inequality. Prove that if n ∈ N and a1, a2, …, an and b1, b2, …, bn are real numbers, then (a1b1 + … + anbn)2 ≤ (a1 2 + … + an 2 ) (b1 2 + … + bn 2 )
  • 22. Definisi 1.3.1Definisi 1.3.1 UntukUntuk aa ∈∈ RR,, harga mutlak dariharga mutlak dari aa,, dinotasikandinotasikan ||aa||, dan didefinisikan, dan didefinisikan dengandengan |a| = a jika a ≥ 0 dan|a| = a jika a ≥ 0 dan = -a jika a < 0.= -a jika a < 0.
  • 23. Teorema 1.3.2 (a) |a| = 0 jika dan hanya jika a = 0. (b) |-a| = |a| untuk semua a ∈ R. (c) |ab| = |a| |b| untuk semua a, b ∈ R . (d) Jika c ≥ 0, maka |a| ≤ c jika dan hanya jika –c ≤ a ≤ c. (e) - |a| ≤ a ≤ |a| untuk semua a ∈ R.
  • 24. Bukti Teorema 1.3.2 (a) Dari definisi, jika a = 0, maka |a| = 0. Sebaliknya, jika a ≠ 0 maka –a ≠ 0, sehingga |a| ≠ 0. Jadi, jika |a| = 0, maka a = 0. (b) Jika a = 0, maka |0| = 0 = |-0|. Jika a > 0, maka –a < 0 sehingga |a| = a = -(-a) = |-a|. Jika a < 0 maka –a > 0 sehingga |a| = -a = |-a|. (c) Jika salah satu dari a,b bernilai nol, maka baik |ab| maupun |a| |b| sama-sama bernilai nol. Jika a > 0 dan b > 0 maka |ab| = ab = |a| |b|. Jika a > 0 dan b < 0 maka ab < 0 sehingga |ab| = -(ab) = a (-b) = |a| |b|, Sedangkan untuk dua kasus yang lain dapat dikerjakan dengan cara yang sama. (d) Jika |a| ≤ c, maka diperoleh a ≤ c dan –a ≤ c. Hasil ini memberikan a ≤ c dan –c ≤ a, sehingga -c ≤ a ≤ c. Sebaliknya, jika –c ≤ a ≤ c, maka a ≤ c dan –a ≤ c yang berarti |a| ≤ c. (e) Substitusikan c = |a| ke dalam (d).
  • 25. Teorema 1.3.3 Ketaksamaan Segitiga Untuk sebarang bilangan real a dan b berlaku |a + b| ≤ |a| + |b| Bukti: Dari Teorema 1.3.2 (e), diperoleh -|a| ≤ a ≤ |a| dan -|b| ≤ b ≤ |b|. Dengan menjumlahkan keduanya dan menerapkan Teorema 1.2.6 (b) akan diperoleh -(|a| + |b|) ≤ a + b ≤ |a| + |b| Dengan Teorema 1.3.2 (d), disimpulkan bahwa |a + b| ≤ |a| + |b| 
  • 26. Akibat 1.3.4 Jika a dan b sebarang bilangan real, maka (a) ||a| - |b|| ≤ |a – b| (b) |a – b| ≤ |a| + |b| Bukti (a) Perhatikan a = a – b + b. Dengan Ketaksamaan Segitiga diperoleh |a| = |a – b + b| ≤ |a – b| + |b| atau |a| - |b| ≤ |a - b|. Dengan cara yang sama |b| = |b – a + a| ≤ |b – a| + |a| Akibatnya -|a – b| = -|b – a| ≤ |a| - |b|. Dengan menggabungkan kedua ketaksamaan ini dan menerapkan Teorema 1.3.2 (d), maka disimpulkan bahwa ||a| - |b|| ≤ |a – b|. (b) Dengan mengganti b pada Ketaksamaan Segitiga dengan –b maka dihasilkan |a – b| ≤ |a| + |-b|. Karena |-b| = |b| maka disimpulkan |a – b| ≤ |a| + |b|.
  • 27. Akibat 1.3.5 Untuk sebarang bilangan a1, a2, ..., an di dalam R berlaku | a1 + a2 + ... + an| ≤ |a1| + |a2| + ... + |an| Bukti : Diserahkan pembaca sebagai latihan.
  • 28. Definisi 1.3.7 Misalkan a ∈ R dan ε > 0. Persekitaran- ε dari a didefinisikan sebagai himpunan Vε(a) = {x ∈ R : |x – a| < ε}. Teorema 1.3.8 Misalkan a ∈ R. Jika x anggota dari persekitaran Vε(a) untuk setiap ε > 0, maka x = a. Bukti: Jika x memenuhi |x – a| < ε untuk setiap ε > 0, maka menurut Teorema 1.2.9 berlaku |x – a| = 0, yaitu x = a.
  • 29. 1.4 Sifat Kelengkapan dari R1.4 Sifat Kelengkapan dari R Definisi 1.4.1Definisi 1.4.1 MisalkanMisalkan SS himpunan bagian darihimpunan bagian dari RR.. (a) Bilangan(a) Bilangan uu ∈∈ RR dikatakandikatakan batas atas daribatas atas dari SS jika berlaku sjika berlaku s ≤ u≤ u untuk setiap suntuk setiap s ∈∈ S.S. (b) Bilangan(b) Bilangan vv ∈∈ RR dikatakandikatakan batas bawah daribatas bawah dari SS jika berlaku vjika berlaku v ≤ s≤ s untuk setiap suntuk setiap s ∈∈ S.S.
  • 30. Definisi 1.4.2 Misalkan S himpunan bagian dari R. (a) Jika S terbatas di atas, maka batas atas u disebut supremum (batas atas terkecil) dari S jika tidak ada bilangan yang lebih kecil dari u yang merupakan batas atas dari S. (b) Jika S terbatas di bawah, maka batas bawah v adalah infimum (batas bawah terbesar) dari S jika tidak ada bilangan yang lebih besar dari v yang merupakan batas bawah dari S.
  • 31. Lemma 1.4.3 Bilangan u adalah supremum dari himpunan tak kosong S ⊂ R, jika dan hanya jika memenuhi: (a) s ≤ u untuk setiap s ∈ S. (b) jika w < u,maka terdapat s’ ∈ S sehingga w < s’. Bukti : Bukti ditinggalkan bagi pembaca.
  • 32. Lemma 1.4.4 (a) Batas atas u dari himpunan tak kosong S ⊂ R, merupakan supremum dari S jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat sε sehingga u - ε < sε. (b) Batas bawah v dari himpunan tak kosong S ⊂ R, merupakan infimum dari S jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat sε sehingga sε < v + ε.
  • 33. Teorema 1.4.6 (Sifat Supremum dari ℜ) Setiap himpunan tak kosong di dalam ℜ yang mempunyai batas atas pasti mempunyai supremum di dalam ℜ.
  • 34. Teorema 1.4.7 (Sifat Infimum dari ℜ) Setiap himpunan tak kosong di dalam ℜ yang mempunyai batas bawah pasti mempunyai infimum di dalam ℜ.
  • 35. Contoh 1.4.8 Misalkan S himpunan bagian tak kosong di dalam ℜ yang terbatas di atas dan misalkan a ∈ ℜ. Didefinisikan himpunan a + S = {a + s : s ∈ S}. Akan ditunjukkan bahwa sup (a + S) = a + sup S.
  • 36. Soal 1 Misalkan S himpunan tak kosong terbatas di dalam ℜ. (a) Jika a > 0 dan aS = {as : s ∈ S}. Buktikan bahwa inf aS = a inf S dan sup aS = a sup S. (b) Jika b < 0 dan bS = {bs : s ∈ S}. Buktikan bahwa inf bS = b sup S dan sup bS = b inf S.
  • 37. Soal 2 Misalkan X himpunan tak kosong dan f : X → ℜ mempunyai range yang terbatas di dalam ℜ. Jika a ∈ ℜ, maka tunjukkan bahwa sup {a + f(x) : x ∈ X} = a + sup {f(x) : x ∈ X} dan inf {a + f(x) : x ∈ X} = a + inf {f(x) : x ∈ X}.
  • 38. Soal 3 Misalkan X himpunan tak kosong dan f, g : X → ℜ mempunyai range yang terbatas di dalam ℜ. Tunjukkan bahwa sup{f(x) + g(x) : x∈X} ≤ sup{f(x) : x∈X} + sup{g(x) : x∈X} dan inf {f(x) : x∈X} + inf {g(x) : x∈X} ≤ inf {f(x) + g(x) : x∈X}.
  • 39. Sifat Archimides Teorema (Sifat Archimides) Jika x ∈ R maka terdapat nx ∈ N sehingga x < nx
  • 40. Bukti (Sifat Archimides): Andaikan teorema tidak benar, yaitu untuk setiap n ∈ N terdapat x ∈ R sehingga n < x. Oleh karena itu x adalah batas atas dari N, sehingga dengan sifat supremum, maka himpunan tak kosong N mempunyai supremum u di dalam R. Akibatnya terdapat m ∈ N sehingga u – 1 < m. Selanjutnya diperoleh m + 1 ∈ N. Hal ini kontradiksi dengan asumsi u adalah batas atas dari N.
  • 41. Akibat Sifat Archimides Jika y dan z bilangan real positif, maka : (a) Terdapat n ∈ N sehingga z < ny. (b) Terdapat n ∈ N sehingga 0 < 1/n < y. (c) Terdapat n ∈ N sehingga n – 1 ≤ z < n.
  • 42. Bukti Akibat Sifat Archimides: (a) Karena x = z/y > 0, maka terdapat n ∈ N sehingga z/y = x < n yang berarti z < ny. (b) Dengan mengganti z = 1 pada (a), maka 1 < ny, sehingga `1/n < y. Jadi 0 < 1/n < y. (c) Sifat Archimides menjamin bahwa himpunan bagian {m ∈ N : z < m} di dalam N merupakan himpunan tak kosong. Misalkan n adalah elemen terkecil dari himpunan tersebut, maka n - 1 bukan anggota dari himpunan tersebut, sehingga n – 1 ≤ z < n
  • 43. Eksistensi Bilangan √2 Teorema Terdapat bilangan real positif x sehingga x2 = 2.
  • 44. Bukti : Misalkan S = {s ∈ ℜ : 0 ≤ s, s2 < 2}, karena 1 ∈ S, maka S tidak kosong. Selanjutnya, jika t > 2 maka t2 > 2 , sehingga t ∉ S. Jadi 2 merupakan batas atas dari S. Dengan sifat supremum, maka S mempunyai supremum di dalam R. Sekarang dimisalkan x = sup S. Perhatikan bahwa x > 1. Akan ditunjukkan bahwa x2 = 2, dengan menunjukkan bahwa tidak dipenuhi x2 < 2 maupun x2 > 2.
  • 45. Andaikan x2 < 2. Perhatikan bahwa untuk setiap n ∈ N, berlaku 1/n2 ≤ 1/n, sehingga )12( 1121 2 2 2 2 ++≤++=      + x n x nn x x n x Karena 0 < x dan x2 < 2, maka (2 - x2 )/(2x + 1) > 0. Akibatnya terdapat bilangan asli n sehingga 2 1 2 . 2 1 x n x − < + Akibatnya untuk bilangan asli n berlaku 2 2 2 ( 1/ ) (2 ) 2.x n x x+ < + − = Jadi (x + 1/n) ∈ S. Kontradiksi dengan x = sup S
  • 46. Andaikan x2 > 2 Perhatikan bahwa untuk sebarang bilangan asli m2 2 2 2 1 2 1 2 . x x x x x m m mm   − = − + > −    Selanjutnya karen x > 0 dan x2 > 2, maka (x2 – 2)/2x > 0. Sehingga terdapat bilangan asli m sehingga 2 1 2 2 x m x − < Akibatnya untuk bilangan asli m ini berlaku 2 2 2 ( 1/ ) ( 2) 2.x m x x− > − − = Ini berarti (x – 1/m) merupakan batas atas S. Kontradiksi dengan x = sup S.
  • 47. Sifat Kerapatan Bilangan Real Teorema (Kerapatan Bilangan Rasional) Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka terdapat bilangan rasional r sehingga x < r < y.
  • 48. Bukti: Tanpa mengurangi keumuman bukti, diasumsikan x > 0. Dengan Sifat Archimides, terdapat bilangan asli n sehingga n > 1/(y-x). Untuk n yang demikian, diperoleh (ny – nx) > 1. Selanjutnya, karena nx > 0, maka terdapat bilangan asli m sehingga m – 1 ≤ nx < m. Sehingga m ≤ nx + 1 < ny. Akibatnya nx < m < ny. Jadi r = m/n adalah bilangan rasional yang memenuhi kondisi x < r < y.
  • 49. Akibat Jika x dan y bilangan real dengan x < y, maka terdapat bilangan irrasional z sehingga x < z < y. Bukti: Dengan menggunakan Teorema Kerapatan Bilangan Rasional, pada bilangan real x/√2 dan y/√2, terdapat bilangan rasional r sehingga x/√2 < r < y/√2 Jadi z = r√2 adalah bilangan irrasional yang memenuhi x < z < y.
  • 50. Facebook : Citzy Fujiezchy Twitter : @citzyfujiezchy Skype : Citzy.fujiezchy Instagram : citzyfujiezchy Facebook : Citzy Fujiezchy Twitter : @citzyfujiezchy Skype : Citzy.fujiezchy Instagram : citzyfujiezchy