3. - Orang Kanekes atau orang
Baduy/Badui adalah suatu
kelompok masyarakat adat sub-
etnis Sunda di wilayah
Kabupaten Lebak, Banten.
- Populasi mereka sekitar 5.000
hingga 8.000 orang, dan mereka
merupakan salah satu suku
yang menerapkan isolasi dari
dunia luar.
- Selain itu mereka juga memiliki
keyakinan tabu untuk difoto,
khususnya penduduk wilayah
Baduy dalam.
4. Masyarakat suku Baduy
sendiri suka menyebut
dirinya urang Kanekes.
Sebutan "Baduy" merupakan
sebutan yang diberikan oleh
penduduk luar kepada
kelompok masyarakat
tersebut, berawal dari
sebutan para peneliti
Belanda yang agaknya
mempersamakan mereka
dengan kelompok Arab
Badawi yang merupakan
masyarakat yang berpindah-
pindah (nomaden).
5. - Wilayah Kanekes secara
geografis terletak pada
koordinat 6°27’27” – 6°30’0”
LS dan 108°3’9” – 106°4’55”
BT (Permana, 2001).
- Mereka bermukim tepat di
kaki pegunungan Kendeng
di desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten
Lebak-Rangkasbitung,
Banten, berjarak sekitar 40
km dari kota Rangkasbitung.
6. Agama yang dianut masyarakat
Baduy adalah agama Sunda
Wiwitan, yakni sebuah
kepercayaan yang dianut
masyarakat Sunda jaman
dahulu yang mendapatkan
pengaruh besar dari budaya
Hindu.
Namun ada juga sebagian
masyarakat Baduy Kanekes
yang memeluk agama Islam dan
Budha.
7. Yang paling pokok dalam
sistem kepercayaan mereka,
apapun agamanya adalah
bahwa segala macam sesuatu
yang berkaitan dengan pola
kehidupan mereka tidak boleh
atau pantang untuk diubah.
Moto masyarakat Kanekes
adalah “Lojor henteu beunang
dipotong, pendek henteu
beunang disambung”, mereka
menganggap segala hal yang
sudah ada di dunia ini tidak
boleh diubah dalam bentuk
apapun, sehingga mereka tidak
menerima kemajuan dalam
bentuk apapun.
8. Sedangkan mata
pencaharian masyarakat
Baduy adalah menjadi
petani.
Petani di Kanekes tidaklah
sama seperti petani pada
umumnya karena mereka
tidak membajak untuk
menggemburkan tanah,
tidak membuat sengkedan
untuk pengairan dan lain-
lain.
9. Mereka menanam secara apa
adanya, tidak mengubah atau
mengolah tanah.
Sistem kepercayaan mereka
yang mendorong mereka
berlaku demikian.
Hal ini berkautan dengan
semboyan mereka diatas, bahwa
apa yang sudah ada tidak boleh
dirubah-rubah dalam bentuk
apapun.
Sehingga dalam hal pertanian
pun mereka tidak mengubah
tanah.
10. Selain itu mereka juga
mendapatkan penghasilan
tambahan dari
menjual buah-buahan yang
mereka dapatkan di hutan
seperti durian dan asam
keranji, serta madu hutan.
11. Baduy Luar merupakan orang-
orang yang telah keluar dari
adat dan wilayah Baduy Dalam.
Ada beberapa hal yang
menyebabkan dikeluarkanya
warga Baduy Dalam ke Baduy
Luar.
Pada dasarnya, peraturan yang
ada di baduy luar dan baduy
dalam itu hampir sama, tetapi
baduy luar lebih mengenal
teknologi dibanding baduy
dalam.
12. Penyebab warga Baduy masuk
menjadi golongan Baduy Luar,
adalah:
Mereka telah melanggar adat
masyarakat Baduy Dalam.
Berkeinginan untuk keluar
dari Baduy Dalam
Menikah dengan anggota
Baduy Luar
13. Ciri-ciri masyarakat Baduy Luar:
Mereka telah mengenal teknologi,
seperti peralatan elektronik,
meskipun penggunaannya tetap
merupakan larangan untuk setiap
warga Baduy, termasuk warga
Baduy Luar. Mereka menggunakan
peralatan tersebut dengan cara
sembunyi-sembunyi agar tidak
ketahuan pengawas dari Baduy
Dalam.
Proses Pembangunan Rumah
penduduk Baduy Luar telah
menggunakan alat-alat bantu,
seperti gergaji, palu, paku, dll, yang
sebelumnya dilarang oleh adat
Baduy Dalam.
Menggunakan pakaian adat dengan
warna hitam atau biru tua (untuk
laki-laki), yang menandakan bahwa
mereka tidak suci.
Kadang menggunakan pakaian
modern seperti kaos oblong dan
celana jeans.
Menggunakan peralatan rumah
tangga modern, seperti kasur,
bantal, piring & gelas kaca & plastik.
Mereka tinggal di luar wilayah
Baduy Dalam.
14. Baduy Dalam adalah bagian
dari keseluruhan Suku
Baduy.
Tidak seperti Baduy Luar,
warga Baduy Dalam masih
memegang teguh adat
istiadat nenek moyang
mereka.
15. Sebagian peraturan yang dianut
oleh suku Baduy Dalam antara lain:
Tidak diperkenankan
menggunakan kendaraan untuk
sarana transportasi
Tidak diperkenankan
menggunakan alas kaki
Pintu rumah harus menghadap
ke utara/selatan (kecuali rumah
sang Puun)
Larangan menggunakan alat
elektronik (teknologi)
Menggunakan Kain berwarna
hitam/putih sebagai pakaian
yang ditenun dan dijahit sendiri
serta tidak diperbolehkan
menggunakan pakaian modern.