Stain zawiyah cot kala 2010 geometri bidang ke 6 7 segi tiga dan teoremanya
Ipm aceh timur 2012
1.
2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2011
Katalog BPS
: 4102002.1105
Ukuran buku
: 17,6 x 25 cm
Jumlah halaman
: v + 48 halaman
Tim Penulis
Pengarah
: Kepala BPS Kabupaten Aceh Timur
Editor
: Kepala BPS Kabupaten Aceh Timur
Seksi IPDS
Seksi Statistik Distribusi
Penulis
: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Seksi Statistik Sosial
Seksi Statistik Produksi
Diterbitkan oleh
:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Timur
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
3. KATA SAMBUTAN
Ketersediaan data dan informasi statistik yang akurat sangat
dibutuhkan oleh pemerintah dalam mengevaluasi dan
merencanakan pembangunan. Untuk itu Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) bekerja sama dengan
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Timur telah
berhasil menyusun publikasi Indikator Pembangunan
Manusia (IPM) Kabupaten Aceh Timur. Publikasi IPM ini
dimaksudkan untuk melengkapi berbagai publikasi yang sudah diterbitkan
sebelumnya hasil kerjasama kedua lembaga.
Saya menyambut baik penerbitan publikasi ini yang menyajikan indikator komposit
dibidang kesehatan, pendidikan dan kemampuan ekonomi masyarakat dan
berharap gambaran yang diberikan oleh data-data tersebut dapat menjadi acuan
bagi pemerintah daerah dalam melihat tingkat pencapaian pembangunan manusia
di Kabupaten Aceh Timur.
Terima kasih disampaikan kepada BPS Kabupaten Aceh Timur atas kerjasama yang
baik, dan semua pihak yang ikut berkontribusi dalam penyusunan publikasi ini.
Semoga bermanfaat.
Idi Rayeuk, September 2012
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN ACEH TIMUR
Ir. Husni Thamrin, MM
NIP. 19591231 199103 1 035
4. KATA PENGANTAR
Pembangunan manusia adalah sebuah proses yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia sehingga mampu
memiliki banyak pilihan terutama dalam tiga dimensi yaitu
pendapatan,
kesehatan, dan pendidikan. Dimensi
pendapatan direpresentasikan oleh indikator daya beli
sebagai refleksi dari kehidupan yang layak. Dimensi
pendidikan direpresentasikan oleh indikator angka melek
huruf dan rata-rata lama sekolah sebagai refleksi dari akses
masyarakat terhadap layanan pendidikan. Sementara itu
dimensi kesehatan direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup sebagai
refleksi dari derajat kesehatan yang sudah dinikmati oleh masyarakat. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit yang dapat
menggambarkan capaian pembangunan pada ketiga dimensi.
Publikasi IPM Kabupaten Aceh Timur 2011 menyajikan informasi mengenai
capaian pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Timur tahun 2007-2011.
Publikasi ini juga menguraikan perbandingan capaian IPM Aceh Timur dengan IPM
Provinsi Aceh dan kabupaten/kota se Provinsi Aceh. Dengan demikian
memungkinkan bagi Kabupaten Aceh Timur dan setiap kabupaten/kota
mengetahui peta pembangunan manusia baik pencapaian, posisi maupun
disparitas antar daerah, sehingga terpacu untuk meningkatkan kinerja
pembangunan.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang ikut berkontribusi dalam
penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan
publikasi ini dimasa yang akan datang. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi
semua kalangan.
Idi Rayeuk, September 2012
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN ACEH TIMUR
MUNIR ILYAS, SE
NIP. 19680601 199212 1 001
5. DAFTAR ISI
Halaman
KATA SAMBUTAN.................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................
v
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................
vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
2
1.2 Tujuan Penulisan ..........................................................................
4
1.3 Sistematika Penulisan ...................................................................
4
1.4 Sumber Data .................................................................................
4
BAB II. METODOLOGI
2.1 Pengertian .....................................................................................
7
2.2 Indeks Pembangunan Manusia ....................................................
7
2.3 Penyusunan Indek ........................................................................ 11
BAB III. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN ACEH TIMUR
3.1 Kependudukan ............................................................................. 15
3.2 Kesehatan .................................................................................... 18
3.3 Pendidikan ................................................................................... 24
3.4 Ekonomi ...................................................................................... 27
BAB IV. CAPAIAN IPM KABUPATEN ACEH TIMUR
4.1 Capaian IPM Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007-2011 ............... 30
4.2 Reduksi Shortfall IPM Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007-2008 32
4.3 Perkembangan Komponen IPM Kabupaten Aceh Timur ............... 34
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 45
5.2 Rekomendasi ................................................................................. 46
LAMPIRAN ........................................................................................................... 48
iv
6. DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Komoditi Kebutuhan Pokok Sebagai Dasar Penghitungan
Daya Beli (PPP) ................................................................................. 10
Tabel 2.2
Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM .......... 11
Tabel 2.3
Stastus Pembangunan Manusia Berdasarkan
Klasifikasi Nilai IPM ......................................................................... 13
Tabel 3.1
Perkembangan Data Kelahiran dan Kematian Balita Di Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2009-2011 ........................................................ 20
Tabel 3.2
Jumlah Sekolah, Kelas, Murid dan Guru Menurut Jenjang Sekolah
Di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011 ........................................... 24
v
7. DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 3.1
Piramida Penduduk Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011 ............... 16
Grafik 3.2
Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Balita di Kabupaten Aceh
Timur Tahun 2011 .......................................................................... 21
Grafik 3.3
Persentase Keluhan Kesehatan menurut Jenis di Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2011 .................................................................. 22
Grafik 3.4
Persentase Tempat Berobat Jalan menurut Jenis di Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2011 .................................................................. 23
Grafik 3.5
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Usia Sekolah
di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011 ........................................... 26
Grafik 4.1
Perkembangan IPM Kabupaten Aceh Timur dan Provinsi Aceh
Tahun 2007-2011 ............................................................................ 30
Grafik 4.2
IPM Kabupaten/Kota se Provinsi Aceh dan IPM Provinsi Aceh,
Tahun 2011 ..................................................................................... 31
Grafik 4.3
Perkembangan Reduksi Shortfall IPM Aceh Timur dan Provinsi
Aceh Tahun 2008 s/d 2011 ............................................................. 32
Grafik 4.4
Reduksi Shortfall IPM Kabupaten Kota dan Prov. Aceh,
Tahun 2011 ..................................................................................... 33
Grafik 4.5
Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten
Aceh Timur Dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011 .......................... 35
Grafik 4.6
Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/Kota dan Provinsi
AcehTahun 2011 ............................................................................. 36
Grafik 4.7
Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten
Aceh Timur Dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011 .......................... 37
vi
8. Halaman
Grafik 4.8
Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota dan Provinsi Aceh
Tahun 2011 ..................................................................................... 38
Grafik 4.9
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten
Aceh Timur Dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011 ........................... 39
Grafik 4.10 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota dan Provinsi Aceh
Tahun 2011 .................................................................................... 40
Grafik 4.11 Pengeluaran Perkapita Perbulan Kabupaten Aceh Timur Dan
Provinsi Aceh Tahun 2007-2011 ..................................................... 42
Grafik 4.12 Pengeluaran Perkapita Perbulan Kabupaten/Kota dan Provinsi
Aceh Tahun 2011 ............................................................................ 43
vii
10. Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat
dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling
mendasar di masyarakat tersebut dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan
tersebut diantaranya adalah kemiskinan, penganguran, buta huruf, ketahanan
pangan, dan penegakan demokrasi. Namun persoalannya adalah capaian
pembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi dimana beberapa aspek
pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek pembangunan lainnya gagal.
Selanjutnya bagaimana menilai keberhasilan pembangunan manusia secara
keseluruhan.
Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah
menjadi
perhatian
para
penyelenggara
pemerintahan.
Berbagai
ukuran
pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai
ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau antar negara. Oleh
karena itu Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran
standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Index (HDI). Indeks Pembangunan Manusia mencakup 3
(tiga) komponen yaitu: angka harapan hidup saat lahir (life expectancy at birth
(eo)) yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat; angka melek
huruf dewasa (adult literacy rate (Lit)) dan rata-rata lama sekolah (mean years of
schooling
(MYS)),
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
pendidikan
dan
pengetahuan; dan kemampuan daya beli (purchasing power parity (PPP)) yang
merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli,
digunakan untuk mengukur dimensi daya beli.
IPM Kabupaten Aceh Timur
2
11. Pendahuluan
Luasnya cakupan pembangunan manusia menjadikan peningkatan IPM
sebagai manifestasi dari pembangunan manusia dapat ditafsirkan sebagai
keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan
(enlarging the choices of the people). Seperti diketahui, beberapa faktor penting
dalam pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan manusia adalah
pendidikan dan kesehatan. Dua faktor penting ini merupakan kebutuhan dasar
manusia yang perlu dimiliki agar mampu meningkatkan potensinya. Umumnya,
semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki suatu daerah atau suatu bangsa,
semakin tinggi pula peluang untuk meningkatkan potensi daerah/bangsa tersebut.
Untuk meningkatkan IPM semata-mata tidak hanya pada pertumbuhan
ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi baru merupakan syarat perlu. Agar
pertumbuhan
ekonomi
sejalan
dengan
pembangunan
manusia,
maka
pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan syarat cukup yaitu pemerataan
pembangunan. Dengan pemerataan pembangunan terdapat jaminan bahwa
semua penduduk dapat menikmati hasil-hasil pembangunan.
Saat
ini
tampaknya
pemerintah
sangat
perhatian
dengan
isue
pembangunan manusia. Hal ini ditandai dengan diikutkannya IPM sebagai salah
satu alokator Dana Alokasi Umum (DAU) untuk mengatasi kesenjangan keuangan
wilayah (fiscal gap). Alokator lainnya adalah luas wilayah, jumlah penduduk,
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
Seyogyanya, wilayah dengan IPM rendah secara perlahan dapat mengejar
ketertinggalannya dengan memperoleh alokasi dana yang berlebih. Meskipun
demikian, hal itu masih sangat tergantung dengan strategi pembangunan yang
dijalankan oleh wilayah tersebut.
Dengan
demikian,
cukup
menarik
untuk
melihat
pencapaian
pembangunan manusia yang telah dilakukan selama ini di Aceh. Selain itu, menarik
pula untuk dilihat perkembangan masing-masing komponen IPK dalam
memberikan konstribusi terhadap peningkatan IPM. Terkait dengan pelaksanaan
IPM Kabupaten Aceh Timur
3
12. Pendahuluan
desentralisasi pemerintahan, barang kali perlu dilihat hasil-hasil pemerataan
pembangunan manusia antar wilayah pada level kabupaten/kota.
1.2 Tujuan Penulisan
Secara umum, publikasi ini akan menyajikan data dan analisa IPM
Kabupaten Aceh Timur selama tahun 2006 – 2010. Untuk melihat perkembangan
IPM juga digunakan data IPM tahun sebelumnya. Selain itu publikasi ini juga akan
menganalisis perkembangan masing-masing komponen IPM. Selanjutnya akan
diulas disparitas IPM antar wilayah kabupaten/kota sebagai perbandingan,
sehingga diperoleh gambaran posisi
IPM Kabupaten Aceh Timur diantara
kabupaten/kota se Aceh.
Secara khusus, publikasi ini bertujuan menyajikan perkembangan IPM
Kabupaten Aceh Timur menurut menurut komponennya serta menyajikan analisis
perbandingan perkembangan IPM antar kabupaten/kota.
1.3 Sistematika Penulisan
Publikasi ini terdiri dari empat bab. Bab I, menyajikan latar belakang
penulisan. Bab ini menguraikan pentingnya IPM sebagai ukuran melihat kemajuan
dalam pembangunan manusia. Metodologi penghitungan akan disajikan pada Bab
II, yang menguraikan tentang metode pengitungan masing-masing komponen
sampai terbentuknya IPM. Selanjutnya pada Bab III akan disajikan capaian IPM
Kabupaten Aceh Timur dan perkembangan komponennya. Kemudian Bab IV
menguraikan disparitas IPM antar wilayah dan pada Bab V akan ditampilkan
beberapa kesimpulan serta rekomendasi untuk pemerintah daerah.
1.4
Sumber Data
Sumber data utama yang digunakan adalah data hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) Kor dan Susenas Modul Konsumsi. Sebagi penunjang
IPM Kabupaten Aceh Timur
4
13. Pendahuluan
digunakan data Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) tahun 2005, Proyeksi
Penduduk, dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Data Susenas Kor digunakan untuk
menghitung dua indikator pembentuk IPM yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan
Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling). Sementara Angka Harapan
Hidup (eo) dihitung menggunakan data Susenas yang dikoreksi dengan data SPAN
dan Proyeksi Penduduk. Sedangkan indikator daya beli atau PPP (Purchasing
Power Parity) dihitung menggunakan data Susenas modul Konsumsi yang
didasarkan pada 27 komoditi (lihat Tabel 2.1) dan Susenas Kor untuk mendapatkan
pengeluaran per kapita riil.
IPM Kabupaten Aceh Timur
5
15. Metodologi
BAB II
M E T O D O L O GI
2.1 Pengertian
Secara khusus, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM
dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu
angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan; dan
kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang
dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan
pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
2.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga
dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan
dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian yang
sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan,
digunakan angka umur harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi
pengetahuan digunakan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan
daya beli (Purchasing Power Parity).
2.2.1
Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun
yang ditempuh oleh seseorang selama hidup. Angka harapan hidup dihitung
menggunakan pendekatan tidak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data
IPM Kabupaten Aceh Timur
7
16. Metodologi
yang digunakan dalam penghitungan angka harapan hidup yaitu Anak Lahir Hidup
(ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk
menghitung angka harapan hidup berdasarkan input data ALH dan AMH.
Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori
kependudukan dan kondisi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara umumnya.
Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masing-masing
komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara
(175 negara di dunia). Pada komponen angka harapan hidup, angka tertinggi
sebagai batas atas untuk penghitungan indeks di pakai 85 tahun dan terendah
adalah 25 tahun. Angka ini diambil dari standar UNDP (Tabel 2.2).
2.2.2
Tingkat Pendidikan
Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua
indikator, yaitu rata-rata lama sekolah (mean years schooling) dan angka melek
huruf. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sedangkan
angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
membaca
dan
menulis
huruf
latin
dan
atau
huruf
lainnya.
Proses
penghitungannya, kedua indikator tersebut digabung setelah masing-masing
diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga dan angka melek
huruf diberi bobot dua per-tiga.
Untuk penghitungan indeks pendidikan, dua batasan dipakai sesuai
kesepakatan beberapa negara. Batas maksimum untuk angka melek huruf, adalah
100 sedangkan batas minimum adalah 0. Hal ini menggambarkan kondisi 100
persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai 0
mencerminkan kondisi sebaliknya. Sementara batas maksimum untuk rata-rata
lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum adalah 0 tahun. Batas
IPM Kabupaten Aceh Timur
8
17. Metodologi
maksimum 15 tahun mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum setara lulus
Sekolah Menengah Atas.
2.2.3
Standar Hidup Layak
Selanjutnya dimensi ketiga dari ukuran kualitas hidup manusia adalah
standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinimati oleh penduduk sebagai
dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak
menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil yang disesuaikan,
sedangkan BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata
pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.
C (I)
= C(i)
= Z + 2 (C(i) – Z)
Jika C(i) < Z
1/2
Jika Z < C(i) < 2Z
= Z + 2(Z)1/2 + 3 (C(i) – 2Z)1/3
Jika 2Z < C(i) < 3Z
= Z + 2(z)1/2 + 3 (Z)1/3 +
4(C(i) – 3 Z)1/4
Jika 3Z < C(i) < 4Z
Dimana
C(i) = PPP dari nilai pengeluaran per kapita
Z
= Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar
Rp.549.500,- perkapita pertahun atau Rp.1.500,- perkapita perhari.
Penghitungan indeks daya beli dilakukan berdasar 27 komoditas
kebutuhan pokok seperti terlihat dalam Tabel 2.1. Batas maksimum dan minimum
penghitungan daya beli digunakan seperti terlihat dalam Tabel 2.2. Batas
maksimum daya beli adalah sebesar Rp.737.200,- sementara sampai dengan tahun
1996 batas minimumnya adalah Rp.300.000,-. Pada tahun 2002 dengan mengikuti
IPM Kabupaten Aceh Timur
9
18. Metodologi
kondisi pasca krisis ekonomi batas minimum penghitungan PPP diubah dan
disepakati menjadi Rp.360.000,-.
Tabel 2.1
Komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Penghitungan Daya Beli (PPP)
Komoditas
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Unit
(2)
Kg
Kg
Kg
Kg
Ons
Kg
Kg
Butir
397 gram
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Butir
Ons
Ons
Ons
Ons
80 gram
10 batang
Kwh
M3
Liter
Liter
Unit
Beras lokal
Tepung terigu
Ketela pohon
Ikan tongkol/tuna/cakalang
Ikan teri
Daging sapi
Daging ayam kampung
Telur ayam
Susu kental manis
Bayam
Kacang panjang
Kacang tanah
Tempe
Jeruk
Pepaya
Kelapa
Gula pasir
Kopi bubuk
Garam
Merica/lada
Mie instant
Rokok kretek filter
Listrik
Air minum
Bensin
Minyak tanah
Sewa rumah
Total
IPM Kabupaten Aceh Timur
Proporsi dari Total
Konsumsi (%)
(3)
7,25
0,10
0,22
0,50
0,32
0,78
0,65
1,48
0,48
0,30
0,32
0,22
0,79
0,39
0,18
0,56
1,61
0,60
0,15
0,13
0,79
2,86
2,06
0,46
1,02
1.74
11.56
37.52
10
19. Metodologi
2.3 Penyusunan Indeks
Sebelum penghitungan IPM, setiap komponen harus dihitung indeksnya.
Formula yang digunakan sebagi berikut:
Indeks
X
(i , j )
=
X (i , j )
X (i
m aks)
X (i
min)
X (i
.............. (1)
min)
X(i,j)
= Indeks komponen ke-i dari daerah j
X (i-min)
= Nilai Minimum dari X(i)
X (i-maks)
= Nilai Maksimum dari X(i)
Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan
batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM
Indikator IPM
(1)
Nilai
Maximum
(2)
Nilai Minimum
Keterangan
(3)
(4)
Angka Harapan Hidup
85,0
25,0
Standar UNDP
Angka Melek Huruf
100
0
Standar UNDP
Rata-rata Lama Sekolah
15
0
Standar UNDP
300.000 (1996)
360.000 b) (1999,
2002))
UNDP menggunakan
PDB riil yang
disesuaikan
Konsumsi per kapita yang
disesuaikan
732.720
a)
Keterangan :
a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018
b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru.
IPM Kabupaten Aceh Timur
11
20. Metodologi
Gambar 2.1
Diagram Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Angka
Harapan
Hidup pada
saat lahir
Angka
Melek
Huruf (Lit)
Indeks
Lit
Indeks
Harapan
Hidup
Rata2 Lama
Sekolah
(MYS)
Pengeluaran
per Kapita Riil
yg Disesuaikan
(PPP rupiah)
Indeks MYS
Indeks
Pendidikan
Indeks
Pendapatan
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa untuk menghitung IPM, terlebih
dahulu dihitung Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Pendapatan.
Penghitungan masing-masing indeks dilakukan mengikuti rumus (1). Selanjutnya
nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut:
IPM Kabupaten Aceh Timur
12
21. Metodologi
IPMj
1
3
IndeksX (i. j )
.......... (2)
j
dimana :
Indeks X(i,j) = Indeks komponen IPM ke i untuk wilayah ke j;
i = 1, 2, 3
j = 1, 2 ....... k wilayah
UNDP menetapkan status pembangunan manusia berdasarkan nilai Indeks
Pembangunan Manusia sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3
Status Pembangunan Manusia Berdasarkan Klasifikasi Nilai IPM
Nilai IPM
Status Pembangunan Manusia*)
(1)
(2)
< 50
Tidak 50 belum 66 pernah
/ IPM <
sekolah66 IPM < 80
Rendah
Menengah Bawah
80
*)
Menengah Atas
Tinggi
modifikasi terhadap klasifikasi UNDP, dengan memecah klasifikasi menengah, semula UNDP
hanya membagi status pembangunan manusia menjadi kriteria Rendah, Menengah dan Tinggi .
IPM Kabupaten Aceh Timur
13
23. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
BAB III
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
KABUPATEN ACEH TIMUR
Gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Aceh Timur
yang lebih detail merupakan faktor yang sangat penting dalam mencermati kondisi
kesejahteraan masarakat. Hal ini terkait dengan implementasi pembangunan di
tingkat kecamatan dan desa (gampong) yang merupakan upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia secara nyata dan berkelanjutan (sustainable).
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan suatu indikator
komposit yang dibangun dari berbagai indikator tunggal yaitu indikator di bidang
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan
untuk mengakselerasi indikator IPM tersebut harus dilakukan terhadap indikatorindikator tunggalnya. Uraian berikut akan memaparkan hasil pembangunan
manusia di Kabupaten Aceh Timur yang mencakup berbagai bidang pembangunan,
khususnya yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan indikator IPM.
3.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Timur berdasarkan Sensus Penduduk
Tahun 2010 tercatat sebanyak 360.475 jiwa. Pada tahun 2011 jumlah penduduk
kabupaten ini mengalami peningkatan sebanyak 8.253 jiwa menjadi 368.728 jiwa,
sehingga laju pertumbuhan penduduk tahun 2011 adalah sebesar 2,29 persen.
Penduduk tahun 2011 ini terdiri dari 184.527 jiwa laki-laki dan 184.201
jiwa perempuan. Jumlah ini mendiami wilayah Aceh Timur seluas 6.040,60 km2,
sehingga rata-rata kepadatan penduduk sebesar 61 jiwa/km2.
Jumlah rumahtangga yang ada pada tahun 2011 sebanyak 83.444
rumahtangga. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka rata-rata satu
rumahtangga terdiri dari 4 jiwa.
IPM Kabupaten Aceh Timur
15
24. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
Komposisi penduduk Kabupaten Aceh Timur tahun 2011 juga dapat
digambarkan melalui grafik piramida penduduk. Piramida penduduk menunjukkan
distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, serta tingkat perkembangan
penduduk pada setiap kelompok umur yang berbeda.
Grafik 3.1
Piramida Penduduk Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011
75+
70-74
PEREMPUAN
LAKI-LAKI
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
25.000 20.000 15.000 10.000
(25.000) (20.000) (15.000) (10.000) 5.000
(5.000)
-
-
5.000 10.000 15.000 20.000 25.000
Secara umum, dari gambaran piramida penduduk Kabupaten Aceh Timur
masih termasuk golongan penduduk muda. Hal ini diperlihatkan oleh panjang
batang piramida untuk kelompok umur penduduk muda (0-4, 5-9 dan 10-14 tahun)
yang lebih panjang dari kelompok umur lainnya (mencapai 35,23 % dari total
penduduk). Dan batang piramida untuk kelompok umur tua (60 tahun ke atas)
yang cukup pendek (mencapai 5,01 % dari total penduduk). Suatu penduduk
digolongkan penduduk “muda” apabila proporsi penduduk dibawah 15 tahun
sekitar 40 persen dari total penduduk.
IPM Kabupaten Aceh Timur
16
25. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
Sedangkan apabila proporsi penduduk diatas 60 tahun mencapai 10
persen, maka digolongkan penduduk “tua”.
Apabila upaya pengendalian
penduduk terus dilakukan, yaitu ditunjukkan dengan terus menurunnya tingkat
fertilitas dan dilakukan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan, maka pada
masa mendatang komposisi penduduk akan didominasi oleh usia produktif.
Bila mencermati perbandingan panjang batang piramida pada kelompok
umur 0-4 tahun yang hampir sama bahkan sedikit lebih panjang dibandingkan
kelompok umur 5-9 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat fertilitas selama
kurun waktu lima tahun terakhir tidak mengalami perubahan. Hal ini berarti bahwa
upaya Kabupaten Aceh Timur dalam mengendalikan jumlah kelahiran belum
menunjukkan keberhasilannya.
Informasi penting lainnya yang dapat diperoleh dari priramida penduduk
adalah angka beban ketergantungan (Dependency Ratio). Angka beban
ketergantungan
menunjukkan
seberapa
jauh
penduduk
yang
berusia
produktif/aktif secara ekonomi harus menanggung penduduk yang belum
produktif dan pasca produktif. Angka beban ketergantungan merupakan
perbandingan antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 – 14 tahun dan
usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 – 64
tahun).
Pada tahun 2011 angka beban ketergantungan Kabupaten Aceh Timur
sebesar 62,38. Hal ini berarti pada setiap 100 penduduk usia produktif harus
menanggung sebanyak 63 penduduk tidak produktif. Suatu beban tanggungan
yang cukup besar dibandingkan dengan rata-rata beban ketergantungan Provinsi
Aceh sebesar 56. Untuk mengatasi hal ini maka program pengendalian jumlah
penduduk dan kampanye rumah tangga sejahtera dan berkualitas harus terus
digencarkan, sehingga pada tahun-tahun berikutnya tingkat fertilitas penduduk
dapat diturunkan.
IPM Kabupaten Aceh Timur
17
26. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
3.2 Kesehatan
Tujuan dari pembangunan manusia dibidang kesehatan adalah untuk
mencapai umur panjang yang sehat. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduknya. Menurut Henrik
L Blum, peningkatan derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor penentu,
yaitu : faktor lingkungan berpengaruh sebesar 45 persen, perilaku kesehatan
sebesar
30
persen,
pelayanan
kesehatan
sebesar
20
persen
dan
kependudukan/keturunan berpengaruh sebesar 5 persen. Hubungan derajat
kesehatan dengan keempat faktornya digambarkan sebagai berikut:
Analisis Derajat Kesehatan
Berdasarkan bagan di atas, maka peningkatan kesehatan lingkungan dan
pelayanan kesehatan merupakan faktor yang sangat memungkinkan untuk
diintervensi dengan cepat, dan kontribusinyapun mencapai 65 persen. Sedangkan
perubahan perilaku, meskipun dapat diintervensi, namun perubahannya
memerlukan waktu yang cukup lama.
Departemen Kesehatan telah mencanangkan visi pembangunan
kesehatan, yaitu tercapainya penduduk dengan perilaku hidup sehat, memiliki
IPM Kabupaten Aceh Timur
18
27. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
wilayah Republik Indonesia. Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan arah
kebijakan bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial yang dirangkum ke dalam
sembilan butir kebijakan sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 25 Tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Kesembilan butir tersebut
antara lain: meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, memelihara dan meningkatkan
mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan SDM, dan lainlain. Selanjutnya kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam tujuh program kesehatan
pokok, antara lain: peningkatan lingkungan sehat, perilaku sehat dan
pemberdayaan masyarakat, upaya kesehatan, perbaikan gizi masyarakat,
peningkatan kemampuan dan pengadaan sumber daya kesehatan, dan lain-lain.
Dalam mendukung berbagai program pemerintah dalam bidang
kesehatan, ketersediaan fasilitas kesehatan baik berupa sarana maupun tenaga
medis yang tersedia di Kabupaten Aceh Timur terus ditingkatkan. Jumlah sarana
kesehatan berupa Puskesmas pada tahun 2011 terdapat sebanyak 26 unit,
mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 yang berjumlah 23 unit. Sedangkan
Pustu yang merupakan sarana kesehatan di setiap desa pada tahun 2011
berjumlah 68 unit dari tahun sebelumnya hanya berjumlah 46 unit.
Sementara itu jumlah tenaga medis di Kabupaten Aceh Timur pada
tahun 2011 terdapat 20 orang dokter spesialis, 83 orang dokter umum dan 16
orang dokter gigi. Selain itu juga terdapat 877 orang tenaga bidan dan 479 orang
tenaga perawat. Disamping itu juga terdapat tenaga farmasi sebanyak 38 orang
dan ahli gizi 24 orang. Untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan terdapat
30 orang tenaga penyuluh kesehatan. Seluruh tenaga medis tersebut sebagian
berbakti di rumah sakit umum Idi Rayek dan sebagian lagi tersebar di Puskesmas
yang sudah ada di setiap kecamatan yang berjumlah 24 kecamatan.
IPM Kabupaten Aceh Timur
19
28. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang semakin bertambah dan
semakin baik tidak serta merta akan membawa perbaikan terhadap kondisi
kesehatan masyarakat. Perlu kerjasama dan pemahaman dari semua pihak akan
pentingnya masalah kesehatan, baik penyedia pelayanan maupun masyarakat
yang memanfaatkan pelayanan. Jika dilihat dari perkembangan data selama tiga
tahun terakhir, tujuan ini belum tercapai. Terbukti dengan peningkatan jumlah
kematian bayi yang terjadi pada tahun 2011 jauh meningkat dibanding tahuntahun sebelumnya.
Jumlah kelahiran bayi hidup pada tahun 2011 sebanyak 7.678 kelahiran,
sebanyak 100 bayi diantaranya mengalami kematian. Sedangkan tahun
sebelumnya dari 7.018 kelahiran terjadi kematian sebanyak 9 bayi. Demikian juga
pada tahun 2009 jumlah kelahiran sebanyak 6.812 dan yang meninggal sebanyak
12 bayi. Dilihat dari perkembangan data kelahiran dan kematian bayi tersebut
selama tiga tahun terakhir ternyata kondisi kesehatan di Aceh Timur semakin
memburuk. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak terkait.
Tabel 3.1.
Perkembangan Data Kelahiran dan Kematian Balita
Di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2009-2011
Uraian
2009
2010
2011
1. Jumlah Persalinan
6.812
7.018
7.678
2. Jumlah Bayi Lahir Hidup
6.800
7.009
7.578
3. Jumlah Bayi Lahir Mati
12
9
100
4. Jumlah Kematian Bayi
12
9
100
Sumber : Aceh Timur Dalam Angka 2012; Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur
IPM Kabupaten Aceh Timur
20
29. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
Grafik 3.2
Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Balita
di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011
Tenaga
Paramedis lain
0,36%
Dukun Bersalin
13,29%
Dokter
2,07%
Bidan
84,28%
Sumber : BPS, Susenas KOR 2011
Penolong kelahiran balita mempunyai peranan penting dalam usaha
mencegah kematian balita baik selama proses kelahiran maupun pasca kelahiran.
Berdasarkan data tahun 2011 penolong kelahiran terakhir balita oleh tenaga medis
(dokter, bidan dan paramedis) sudah mencapai 86,71 persen dari total kelahiran
balita di Aceh Timur. Sebagian besar penolong kelahiran dilakukan oleh Bidan yaitu
sebesar 84,28 persen. Kelahiran yang dibantu oleh Dokter baru mencapai 2,07
persen dan oleh tenaga paramedis lainnya sebesar 0,36 persen. Sedangkan sisanya
sebanyak 13,29 persen adalah kelahiran yang dibantu oleh dukun bersalin.
Berdasarkan data BPS hasil pendataan Survei Sosial Nasional (SUSENAS)
tahun 2011, persentase penduduk Aceh Timur yang mengalami keluhan kesehatan
sebanyak 39,45 persen. Secara persentase angka ini menempati posisi ketiga
terbanyak dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Persentase tertinggi ditempati
oleh Kabupaten Pidie Jaya dengan jumlah penduduk yang mengeluh kesehatan
sebanyak 47,55 persen, kemudian kabupaten Bener Meriah 40,66 persen.
IPM Kabupaten Aceh Timur
21
30. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
Jumlah keluhan kesehatan terbanyak di Kabupaten Aceh Timur tahun
2011 adalah sakit batuk, mencapai 54,18 persen. Kemudian sakit panas 48,80
persen dan sakit pilek 46,64 persen. Namun sebagian besar dari penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan tersebut hanya mengobati sendiri yaitu mencapai
62,13 persen. Pilihan ini kemungkinan disebabkan oleh keluhan yang dirasakan
tidak terlalu serius mengganggu aktifitas mereka. Namun berdasarkan data tahun
2011 dari total penduduk yang mengeluh tentang kesehatannya, sebanyak 52,54
persen mengaku keluhan tersebut telah mengganggu aktifitasnya sehari-hari.
Grafik 3.3
Persentase Keluhan Kesehatan menurut Jenis
di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011
60,00
Persen
50,00
54,18
48,80
46,64
40,00
33,86
30,00
17,02
20,00
10,00
5,72
6,50
7,32
0,00
Sumber : BPS, Susenas KOR 2011
Banyak faktor yang menjadi alasan kenapa penduduk yang sakit memilih
untuk berobat sendiri, antara lain karena ketidakmampuan secara ekonomi,
kesibukan dalam mencari nafkah sehingga mengabaikan penyakit yang diderita,
dan fasilitas kesehatan yang jauh dari tempat mereka tinggal. Disamping itu
membeli obat sendiri dianggap lebih murah dan mudah, dan obat yang diperlukan
sangat mudah diperoleh di apotek atau depot obat, bahkan di warung-warung
kelontong untuk jenis obat tertentu pun tersedia. Biaya yang dikeluarkan pun
IPM Kabupaten Aceh Timur
22
31. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
tergolong lebih murah. Disamping itu sebagian besar hanya mengalami keluhan
kesehatan yang diderita selama 3 hari atau kurang yaitu sebanyak 71,79 persen.
Namun demikian sebanyak 59,37 persen dari total penduduk yang
mengalami keluhan penyakit juga memilih berobat jalan ke sarana kesehatan yang
tersedia seperti puskesmas/pustu, praktek tenaga kesehatan, rumah sakit dan
praktek dokter/poliklinik.
Grafik 3.4
Persentase Tempat Berobat Jalan menurut Jenis
di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011
Praktek batra
0,79%
Lainnya
0,86%
RS pemerintah
5,90%
Praktek
RS Swasta
Dokter/
0,81%
poliklinik
5,13%
Praktek nakes
42,50%
Puskesmas/
pustu
43,99%
Sumber : BPS, Susenas KOR 2011
Untuk pilihan berobat jalan, sebagian besar penduduk Aceh Timur yang
menderita sakit memilih berobat di Puskesmas/Pustu yaitu mencapai 43,99
persen. Kemudian berobat di Praktek Tenaga Kesehatan seperti mantri kesehatan
sebanyak 42,50 persen. Sedangkan yang berobat ke tempat praktek Dokter atau ke
Poliklinik baru mencapai 5,13 persen, dan yang berobat ke Rumah Sakit
Pemerintah masih dibawah 6 persen. Masih ada yang memilih tempat berobat
selain sarana kesehatan secara medis, namun jumlahnya masih dibawah satu
persen.
IPM Kabupaten Aceh Timur
23
32. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
3.3 Pendidikan
Sebagaimana digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu
tujuan berbangsa dan bernegara adalah ” mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Tujuan ini hanya akan dapat dicapai melalui pendidikan, oleh karena itu pada UUD
1945 pasal 31 ayat 1 dinyatakan bahwa: setiap warga Negara berhak mendapat
pendidikan dan kemudian dalam ayat 2 ditegaskan: setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai
subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat
pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi
pembangunan pendidikan secara formal maupun non-formal.
Dunia pendidikan di Kabupaten Aceh Timur, bahkan di Provinsi Aceh masih
menghadapi banyak masalah, salah satunya adalah keluhan mengenai sarana dan
prasarana pendidikan yang kurang memadai dan tenaga pengajar yang kurang
berkualitas. Untuk itu berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya
dengan mengembangkan kurikulum, sertifikasi guru dan berbagai pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga pengajar, sehingga diharapkan dapat menciptakan lulusan
yang lebih berkualitas yang dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia.
Tabel 3.2.
Jumlah Sekolah, Kelas, Murid dan Guru Menurut Jenjang Sekolah
Di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011
Jenjang Sekolah
Jumlah
Sekolah
Kelas
Guru
Murid
SD/MI
262
1.645
3.511
49.850
SMP/MTs
81
516
1.204
14.821
SMU/SMK/MA
28
355
943
10.733
Sumber : Aceh Timur Dalam Angka 2012, ditabulasi ulang
IPM Kabupaten Aceh Timur
24
33. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
Dari data pada Tabel 3.2 diperoleh informasi bahwa rata-rata jumlah
murid di setiap sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI sebanyak 190 murid.
Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs sebanyak 183 murid, dan jenjang
pendidikan SMU/Sederajat sebanyak 383 murid. Jumlah murid untuk satu orang
guru yang merupakan indikator beban tanggungan guru pada jenjang pendidikan
SD/MI sebesar 14-15 orang. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP/MTs sebesar
12-13 orang, dan pada jenjang pendidikan SMU/Sederajat sebesar 11-12 orang.
Data rasio antara jumlah murid terhadap sekolah dan jumlah murid
terhadap guru di Kabupaten Aceh Timur kondisi tahun 2011 ternyata memberikan
informasi bahwa beban satu sekolah maupun beban seorang guru pada setiap
jenjang pendidikan relatif cukup memadai.
Informasi lain yang dapat dijadikan dasar untuk melihat keberhasilan
pendidikan di Kabupaten Aceh Timur adalah indikator Angka Partisipasi Sekolah
menurut kelompok usia sekolah. Angka partisipasi sekolah (APS) digunakan untuk
melihat seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan
fasilitas pendidikan yang ada, yaitu persentase penduduk yang masih bersekolah.
Meningkatnya APS berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan
terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan
pendidikan.
APS dibagi menjadi kelompok-kelompok usia pendidikan, sesuai dengan
jenjang pendidikannya yaitu kelompok usia 7-12 tahun untuk jenjang pendidikan
SD/sederajat, 13-15 tahun untuk jenjang SMP/sederajat, 16-18 tahun untuk
jenjang SMU/sederajat, dan 19-24 tahun untuk tingkat pendidikan perguruan
tinggi/universitas. Jika APS sebesar 100 persen berarti tidak ada penduduk yang
tidak bersekolah. Namun demikian yang sangat diharapkan adalah pada kelompok
usia wajib sekolah yaitu pendidikan dasar sembilan tahun (7-12 dan 13-15 tahun)
APS bisa mencapai angka 100 persen.
IPM Kabupaten Aceh Timur
25
34. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
Grafik 3.5
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Usia Sekolah
di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011
100,00
98,51
90,41
90,00
80,00
Persen
70,00
59,28
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
9,88
10,00
0,00
7-12
13-15
16-18
19-24
Sumber : BPS, Susenas KOR 2011
APS Kabupaten Aceh Timur tahun 2011 pada kelompok usia 7-12 tahun
sudah mencapai 98,51 persen. Artinya masih ada sekitar 1,49 persen penduduk
usia 7-12 tahun yang berstatus tidak bersekolah yaitu belum bersekolah atau tidak
bersekolah lagi (putus sekolah). Sedangkan untuk kelompok usia 13-15 tahun APS
sebesar 90,41 persen, yang berarti penduduk yang berstatus tidak bersekolah
pada kelompok usia ini sebanyak 9,59 persen. Dengan dua nilai APS tersebut dapat
disimpulkan bahwa wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Kabupaten Aceh
Timur belum tercapai 100 persen.
Untuk kelompok usia 16-18 tahun atau kelompok usia jenjang pendidikan
SMU/sederajat di Aceh Timur baru mencapai 59,28 persen. Artinya penduduk yang
berstatus remaja ini di Aceh Timur mencapai 40 persen lebih yang tidak
bersekolah. Mereka bisa jadi hanya menamatkan pendidikan SMP bahkan juga
hanya tamat SD atau putus sekolah di tingkat SD atau SMP. Dari sisi keterampilan
dan keahlian yang dimiliki tentu masih minim untuk diandalkan untuk terjun ke
IPM Kabupaten Aceh Timur
26
35. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
dunia kerja. Oleh karena itu semua pihak terkait perlu memikirkan jalan keluar dari
permasalahan ini sehingga tidak menambah jumlah pengangguran berpendidikan
rendah yang akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial di masyarakat.
3.4 Ekonomi
Banyak indikator yang bisa dijadikan rujukan untuk menilai kemampuan
penduduk secara ekonomi di suatu daerah. Jumlah penduduk miskin, jumlah
pengangguran, kondisi perumahan dan fasilitas perumahan yang dimiliki, tingkat
pendapatan, lapangan pekerjaan dan lain sebagainya. Semua indikator tersebut
merujuk pada kondisi perekonomian penduduk atau rumah tangga yang pada
hakikatnya menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut.
Berbagai program sudah diluncurkan oleh pemerintah untuk membantu
perekonomian masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemberian bantuan secara langsung bisa berupa uang tunai, bantuan pendidikan,
bantuan perumahan dan pemberian beras murah yang ditujukan langsung pada
objek sasaran yaitu mereka yang benar-benar berada pada kondisi yang tidak
mampu secara ekonomi. Penduduk yang tidak mampu secara ekonomi memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan non makanan, itulah yang dikatakan penduduk
miskin.
Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Aceh Timur dari tahun ke
tahun terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 tercatat penduduk miskin
sebanyak 28,15 persen (84,9 ribu jiwa). Pada tahun 2008 mengalami sedikit
penurunan menjadi 24,05 persen 76,2 ribu jiwa). Jumlah penduduk miskin kembali
berkurang pada tahun 2009 sehingga menjadi 21,33 persen (68,3 ribu jiwa). Pada
tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Aceh Timur tinggal 18,43 persen (66,5 ribu
jiwa).
Berdasarkan data Susenas 2011, jumlah rumah tangga yang membeli beras
miskin (raskin) 89,79 persen. Jumlah ini jauh melebihi angka kemiskinan di
IPM Kabupaten Aceh Timur
27
36. Gambaran Sosial Ekonomi Aceh Timur
Kabupaten Aceh Timur yang pada tahun 2010 sebesar 18,43 persen. Hal ini
kemungkinan besar terjadi karena adanya kebijakan membagi jatah beras miskin
kepada rumah tangga yang seharusnya tidak berhak menerima. Sehingga setiap
rumah tangga miskin yang seharusnya menerima raskin sebanyak 15 kilogram per
rumah tangga perbulan menjadi kurang dari jumlah tersebut. Pada tahun 2011
terdapat 56,59 persen rumah tangga penerima raskin yang memperoleh raskin
kurang dari 10 kilogram per bulan.
Untuk rumah tangga yang memiliki fasilitas rumah tangga berupa sepeda
motor roda terdapat sebanyak 52,40 persen. Namun demikian tidak berarti semua
rumah tangga yang memiliki kendaraan motor roda dua ini tergolong mampu
secara ekonomi. Terkadang tuntutan pekerjaan yang mengharuskan punya
kenderaan untuk menuju tempat kerja. Mereka memiliki kendaraan ini dengan
berbagai cara seperti meminjam uang atau membeli secara kredit. Sedangkan
rumah tangga yang memiliki mobil hanya sebanyak 1,58 persen.
Fasilitas perumahan berupa kepemilikan berbagai peralatan rumah tangga
juga bisa dijadikan rujukan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Jumlah
rumah tangga yang memeliki lemari es pada tahun 2011 sebanyak 23,13 persen,
yang memiliki AC sebanyak 0,27 persen dan yang memiliki jaringan TV Kabel
sebanyak 21,60 persen. Indikator kepemilikan fasilitas jenis ini bisa dianggap
sebagai rumah tangga yang mampu secara ekonomi.
IPM Kabupaten Aceh Timur
28
37. CAPAIAN IPM KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2007-2011
REDUKSI SHORTFALL IPM ACEH TIMUR TAHUN 2007-2011
PENCAPAIAN KOMPONEN IPM TAHUN 2011
38. Capaian IPM Aceh Timur
BAB IV
CAPAIAN IPM KABUPATEN ACEH TIMUR
4.1. CAPAIAN IPM KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2007-2011
Periode tahun 2007-2011 perkembangan IPM Kabupaten Aceh Timur
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 IPM Kabupaten Aceh
Timur sebesar 69,40 dan meningkat menjadi 69,55 pada tahun 2008. Tahun 2009
meningkat lagi menjadi 70,19 dan 70,55 pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun
2011 IPM Kabupaten Aceh Timur sudah mencapai angka 70,94. Jika dibandingkan
dengan capaian IPM secara Provinsi, IPM Kabupaten Aceh Timur periode 20072011 masih berada dibawah angka IPM Provinsi Aceh setiap tahunnya. Hal ini
berarti keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Timur masih
dibawah rata-rata keberhasilan pembangunan manusia secara Provinsi selama
lima tahun terakhir.
Grafik 4.1
Perkembangan IPM Kabupaten Aceh Timur dan Provinsi Aceh
Tahun 2007-2011
IPM
73,00
72,16
71,70
72,00
71,00
70,00
71,31
70,76
70,35
69,40
70,19
70,94
70,55
69,55
69,00
68,00
2007
2008
2009
Aceh Timur
IPM Kabupaten Aceh Timur
2010
2011
Provinsi Aceh
30
39. Capaian IPM Aceh Timur
Berdasarkan peringkat IPM setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang
dikeluarkan oleh BPS RI, posisi IPM Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2007
berada pada peringkat ke-12 dari 23 kabupaten/kota yang ada. Pada tahun tahun
2008 - 2010 peringkat IPM Kabupaten Aceh Timur turun pada posisi ke-15.
Sedangkan pada tahun 2011 kembali turun pada posisi ke-16. Hal ini disebabkan
ada kabupaten/kota yang mengalami peningkatan IPM lebih tinggi dibanding Aceh
Timur, sehingga walaupun Kabupaten Aceh Timur mengalami peningkatan angka
IPM setiap tahunnya, namun secara peringkat kabupaten/kota se Provinsi Aceh
ternyata mengalami penurunan.
Kabupaten/Kota dengan IPM tertinggi di Aceh pada tahun 2011 adalah
Kota Banda Aceh dengan IPM mencapai 78,00, kemudian diikuti oleh Kota
Lhokseumawe dengan nilai IPM sebesar 76,68. Sedangkan posisi terakhir adalah
Kabupaten Gayo Lues dengan angka IPM sebesar 68,22.
Kota Banda Aceh disamping berada pada peringkat pertama IPM se
Provinsi Aceh, juga merupakan Kota dengan peringkat pertama IPM tertinggi
selama kurun waktu 2007-2011 se Aceh.
Grafik 4.2
IPM Kabupaten/Kota se Provinsi Aceh dan IPM Provinsi Aceh,
Tahun 2011
80,00
78,00
78,00
IPM Aceh = 72,16
76,00
74,00
72,00
70,00
70,94
68,22
68,00
66,00
64,00
62,00
IPM Kabupaten Aceh Timur
31
40. Capaian IPM Aceh Timur
4.2. REDUKSI SHORTFALL IPM KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2007-2011
Perubahan nilai IPM dari tahun ke tahun pada dasarnya merupakan
pengurangan jarak IPM terhadap nilai idealnya yaitu 100. Besarnya perubahan
tersebut digambarkan oleh angka reduksi shortfall. Angka ini juga menjelaskan
seberapa besar atau seberapa cepat terjadi perubahan pembangunan yang terjadi
selama satu tahun di suatu wilayah. Semakin besar nilai reduksi shortfall semakin
besar terjadinya peningkatan angka IPM. Angka reduksi shortfall juga
menggambarkan pesatnya pembangunan yang terjadi di suatu wilayah terutama
pada dimensi penghitungan IPM yaitu bidang kesehatan, pendidikan dan standar
hidup layak, yang berdampak pada capaian peningkatan kualitas hidup.
Reduksi shortfall Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2011 (perubahan IPM
dari 2010 ke 2011) mencapai angka 1,35. Angka ini mengalami peningkatan
dibanding kondisi tahun 2010 yang mencapai angka 1,21, tahun 2009 sebesar 2,09
dan tahun 2008 sebesar 0,49. Hal ini berarti capaian peningkatan kualitas hidup
penduduk selama lima tahun terakhir terus meningkat dan semakin membaik.
Grafik 4.3
Perkembangan Reduksi Shortfall IPM Aceh Timur dan Provinsi Aceh
Tahun 2008 s/d 2011
2,50
2,09
2,00
1,50
1,90
1,39
1,00
1,64
1,36
1,21
1,35
0,50
0,49
2008
2009
Aceh Timur
IPM Kabupaten Aceh Timur
2010
2011
Provinsi Aceh
32
41. Capaian IPM Aceh Timur
Terjadinya perubahan IPM selama periode 2007-2011 disebabkan karena
adanya perubahan pada satu atau lebih komponen penghitungan IPM. Perubahan
dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran persen/rate dari
komponen IPM yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah dan pengeluaran riil per-kapita. Perubahan dari masing-masing komponen
ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor.
Pada tahun 2009 capaian reduksi shortfall Kabupaten Aceh Timur lebih
besar dari pada reduksi shortfall Provinsi Aceh. Sedangkan pada tahun 2010 dan
2011 terjadi sebaliknya yaitu reduksi shortfall Provinsi Aceh lebih tinggi dari
Kabupaten Aceh Timur. Reduksi shortfall Provinsi Aceh pada tahun 2010 dan 2011
masing-masing sebesar 1,36 dan 1,64 sedangkan di Aceh Timur pada tahun yang
sama sebesar 1,21 dan 1,35 sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 3.3.
Sementara itu jika dilihat capaian reduksi shortfall IPM se Aceh tahun
2011, Kabupaten Aceh Timur berada pada posisi ke-16 yaitu sebesar 1,35.
Sedangkan posisi teratas ditempati oleh Kota Lhokseumawe dengan reduksi
shortfall sebesar 2,68. Sementara itu rata-rata Aceh sebesar 1,41. Hal ini berarti
perubahan capaian kualitas pembangunan manusia selama tahun 2011 di
Kabupaten Aceh Timur masih dibawah rata-rata.
Grafik 4.4
Reduksi Shortfall IPM Kabupaten Kota dan Prov. Aceh, Tahun 2011
3,00
2,50
Shortfall Aceh = 1,64
2,44
2,00
1,50
1,35
1,13
1,00
0,50
0,00
IPM Kabupaten Aceh Timur
33
42. Capaian IPM Aceh Timur
4.3. PERKEMBANGAN KOMPONEN IPM KABUPATEN ACEH TIMUR
4.3.1. Angka Harapan Hidup
Kemajuan
pembangunan
khususnya
dibidang
kesehatan
akan
meningkatkan jaminan kepada masyarakat untuk mendapat layanan kesehatan
yang lebih baik. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap dan pelayanan yang
profesional akan memberikan rasa aman dan kepuasan terhadap masyarakat.
Berbagai indikator seperti angka kematian balita (AKABA), angka kematian bayi
(AKB), angka kematian ibu (AKI), proporsi pertolongan kelahiran (PPK), angka
harapan hidup (AHH), dan sebagainya dapat dijadikan indikator dalam menilai
keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan.
Angka harapan hidup (life expectancy) merupakan salah satu indikator
untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.
Angka harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program
pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pengentasan kemiskinan.
Kualitas kesehatan penduduk Kabupaten Aceh Timur yang dilihat menurut
Angka Harapan Hidup (AHH) menunjukkan peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan
AHH Kabupaten Aceh Timur periode 2007-2011 yang mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Pada tahun 2007 AHH Kabupaten Aceh Timur mencapai angka
69,41 tahun, kemudian meningkat menjadi 69,52 pada tahun 2008, dan meningkat
lagi menjadi 69,63 pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 naik lagi menjadi
69,74 tahun dan 69,80 tahun pada tahun 2011. Dengan demikian selama kurun
waktu lima tahun terjadi peningkatan AHH di Kabupaten Aceh Timur sebesar 0,39
tahun seperti dapat dilihat pada Grafik 3.5.
Sementara itu selama periode lima tahun tersebut AHH Kabupaten Aceh
Timur selalu lebih besar dari AHH Provinsi Aceh. Artinya AHH Kabupaten Aceh
Timur lebih tinggi dari rata-rata AHH Provinsi Aceh. AHH Provinsi Aceh pada tahun
IPM Kabupaten Aceh Timur
34
43. Capaian IPM Aceh Timur
2007 sebesar 68,40 tahun dan pada tahun 2011 sebesar 68,80 tahun, atau terjadi
peningkatan sebesar 0,40 tahun selama periode lima tahun.
AHH Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2011 sebesar 69,80 tahun dapat
didefinisikan sebagai rata-rata lama hidup yang akan dijalani oleh seseorang yang
lahir pada tahun 2011, dalam suatu situasi morbilitas yang berlaku di lingkungan
Kabupaten Aceh Timur. Atau dengan kata lain penduduk Aceh Timur yang berumur
0 tahun pada tahun 2011 diperkirakan akan mencapai usia 69,80 tahun, meningkat
sebesar 0,06 tahun dibanding dengan perkiraan pada tahun 2010 yang mencapai
69,74 tahun.
Grafik 4.5
Perkembangan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Aceh Timur
Dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
70,00
Tahu n
69,50
69,52
69,41
69,63
69,74
69,00
68,50
68,50
68,40
68,70
68,60
69,80
68,80
68,00
67,50
2007
2008
Aceh Timur
2009
2010
2011
Provinsi Aceh
Jika dilihat AHH 23 kabupaten/kota se Provinsi Aceh, pada tahun 2011
AHH Kabupaten Aceh Timur sebesar 69,80 berada pada peringkat ke-8 tertinggi.
Sedangkan AHH tertinggi berada di Kabupaten Bireuen mencapai 72,39 tahun, dan
terendah di Kabupaten Simeulue sebesar 63,05. Terdapat 14 kabupaten/kota
dengan AHH diatas angka provinsi dan sebanyak 9 kabupaten/kota dengan AHH
berada dibawah angka provinsi.
IPM Kabupaten Aceh Timur
35
44. Capaian IPM Aceh Timur
Grafik 4.6
Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/Kota
dan Provinsi AcehTahun 2011
74,00
72,39
72,00
70,00
AHH Prov.Aceh = 68,80
69,80
Tahun
68,00
66,00
64,00
63,05
62,00
60,00
58,00
3.3.2. Angka Melek Huruf
Angka melek huruf (AMH) sering digunakan sebagai indikator keberhasilan
pembangunan dibidang pendidikan, karena dapat merefleksikan out come
pelaksanaan pendidikan dasar di suatu daerah. Disamping itu, AMH dapat
dijadikan alat ukur keberhasilah program-program pengentasan buta huruf,
kemampuan penduduk menyerap informasi dari berbagai media, dan kemampuan
untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
Capaian AMH Kabupaten Aceh Timur selama lima tahun terakhir sudah
cukup baik. Pada tahun 2011 AMH penduduk Aceh Timur mencapai 98,25 persen.
Angka ini merefleksikan jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang bisa
membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam kehidupan
sehari-hari. Namun masih terdapat 1,75 persen penduduk Aceh Timur usia 15
tahun atau lebih yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf. Yang
termasuk kelompok ini kemungkinan besar berasal dari penduduk yang sudah
berumur lanjut.
IPM Kabupaten Aceh Timur
36
45. Capaian IPM Aceh Timur
Capaian AMH Kabupaten Aceh Timur juga lebih baik dari angka Provinsi
Aceh dimana pada tahun 2011 mencapai angka 96,95 persen. Artinya di seluruh
Provinsi Aceh masih ada penduduknya sebanyak 3,05 persen yang buta huruf.
Perkembangan AMH Kabupaten Aceh Timur dan Provinsi Aceh selama lima tahun
terakhir dapat dilihat pada Grafik 3.7.
Grafik 4.7
Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Aceh Timur
Dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
98,00
Persen
97,50
98,25
98,21
98,50
97,24
97,35
97,51
96,88
97,00
96,95
96,39
96,50
96,20
96,20
96,00
95,50
95,00
2007
2008
Aceh Timur
2009
2010
2011
Provinsi Aceh
Perbandingan capaian AMH kabupaten/kota se Provinsi Aceh tahun 2011
dapat dilihat pada Grafik 3.8, dimana Kabupaten Aceh Timur berada pada posisi
ke-10 tertinggi. Posisi teratas diraih oleh Kota Lhokseumawe dengan AMH sebesar
99,64 persen. Sedangkan posisi terakhir ditempati oleh Kabupaten Gayo Lues
dengan AMH sebesar 87,38 persen. Dari 23 kabupaten/kota masih terdapat 10
kabupaten/kota yang mempunyai AMH dibawah angka Proviinsi Aceh yang
mencapai angka 96,88 persen pada tahun 2011.
IPM Kabupaten Aceh Timur
37
46. Capaian IPM Aceh Timur
Grafik 4.8
Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota
dan Provinsi Aceh Tahun 2011
100,00
99,64
98,25
AMH Prov.Aceh = 96,88
98,00
96,00
Persen
94,00
92,00
90,00
88,00
87,38
86,00
84,00
82,00
80,00
4.3.3. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling/MYS) dapat dijadikan
indikator rata-rata tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk. Semakin
tinggi angka rata-rata sekolah, semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan.
Target yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama sekolah sebesar 15 tahun,
atau setara dengan tingkat pendidikan Diploma III atau Akademi di Indonesia. Jika
dirinci, sembilan tahun untuk pendidikan dasar, tiga tahun tingkat pendidikan
menengah, dan selama tiga tahun pada tingkat Akademi/D3.
Perkembangan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Aceh Timur selama
lima tahun terakhir sudah cukup baik yaitu 8,40 tahun periode 2007-2008 dan
sedikit meningkat menjadi 8,49 tahun pada periode 2009-2010. Sedangkan pada
tahun 2011 meningkat lagi menjadi 8,51 tahun. Namun capaian rata-rata lama
sekolah ini sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata Provinsi Aceh yang
mencapai angka 8,90 tahun pada tahun 2011.
IPM Kabupaten Aceh Timur
38
47. Capaian IPM Aceh Timur
Jika dibandingkan dengan target UNDP yaitu 15 tahun, capaian rata-rata
lama sekolah di Kabupaten Aceh Timur maupun di Provinsi Aceh masih jauh
tertinggal. Angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Aceh Timur tahun 2011
sebesar 8,51 tahun mengandung pengertian bahwa tingkat pendidikan seluruh
penduduk Kabupaten Aceh Timur secara rata-rata belum menamatkan pendidikan
dasar sembilan tahun yang sudah dicanangkan oleh pemerintah 18 tahun yang
lalu yaitu pada tahun 1994.
Grafik 4.9
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Aceh Timur
Dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
8,90
9
8,81
Tahun
8,8
8,6
8,50
8,40
8,50
8,40
2007
2008
8,63
8,49
8,49
8,51
2009
2011
8,4
8,2
8
Aceh Timur
2010
Provinsi Aceh
Perbandingan capaian rata-rata lama sekolah di kabupaten/kota se
Provinsi Aceh tahun 2011 dapat dilihat pada Grafik 3.10. Angka rata-rata lama
sekolah di Kabupaten Aceh Timur menempati urutan ke-18 dari 23
kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Hal ini menunjukkan masih banyak penduduk
Aceh Timur yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Dengan capaian RLS
sebesar 8,49 tahun berarti secara rata-rata penduduk Aceh Timur berpendidikan
sampai kelas 3 SMP/Sederajat.
IPM Kabupaten Aceh Timur
39
48. Capaian IPM Aceh Timur
Grafik 4.10
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota
dan Provinsi Aceh Tahun 2011
14,00
12,20
RLS Prov.Aceh = 8,90
12,00
Tahun
10,00
8,51
8,00
7,61
6,00
4,00
2,00
0,00
Rata-rata lama sekolah tertinggi pada tahun 2011 ditempati oleh Kota
Banda Aceh yaitu sebesar 12,20 tahun. Hal ini mengandung pengertian bahwa
secara rata-rata penduduk Kota Banda Aceh sudah bersekolah selama 12 tahun,
atau setingkat tamatan SLTA/Sederajat. Sedangkan rata-rata lama sekolah
terendah ditempati oleh Kota Subulussalam yaitu selama 7,61 tahun.
4.3.4. Daya Beli
Indikator yang digunakan dalam mengukur standar hidup layak adalah
daya beli. Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan
uangnya untuk memenuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa. Disamping tingkat
pendapatan masyarakat, kemampuan daya beli ini sangat dipengaruhi oleh harga
riil yang berlaku di suatu wilayah karena nilai tukar yang berlaku di masing-masing
wilayah dapat menaikkan atau menurunkan daya beli.
Seyogianya daya beli masyarakat dihitung berdasarkan besarnya
pendapatan perkapita perbulan. Namun survei mengenai pendapatan seseorang
IPM Kabupaten Aceh Timur
40
49. Capaian IPM Aceh Timur
sering tidak diperoleh data yang akurat. Adanya kecenderungan seseorang untuk
tidak memberikan data yang benar mengenai pendapatannya mengakibatkan data
yang diperoleh menjadi bias. Oleh karena itu BPS menggunakan data pengeluaran
rumah tangga sebagai proxy data pendapatan.
Karena data pengeluaran yang dipakai untuk penghitungan daya beli
masyarakat, maka tingkat harga komoditi yang menjadi acuan penghitungan
(sebanyak 27 komoditi; lihat Bab II) sangat berpengaruh terhadap angka yang
dihasilkan. Jika harga riil komoditi tersebut di suatu daerah relatif murah maka
besarnya pengeluaran masyarakat untuk memperoleh komoditi tersebut juga akan
lebih kecil. Artinya angka yang diperoleh untuk menggambarkan daya beli belum
tentu karena disebabkan pendapatan mereka yang rendah, tetapi bisa jadi karena
harga yang lebih murah sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang yang
lebih banyak. Sementara untuk daerah dengan tingkat harga yang lebih tinggi
tentu akan mengeluarkan uang lebih banyak untuk memperoleh sejumlah
komoditi yang sama.
Pengeluaran perkapita perbulan masyarakat Kabupaten Aceh Timur
periode 2007-2011 terus mengalami peningkatan seiiring dengan meningkatnya
pendapatan masyarakat. Pada tahun 2007 tercatat pengeluaran perkapita
perbulan masyarakat Aceh Timur sebesar 579,33 ribu rupiah perjiwa perbulan.
Pada tahun 2011 naik menjadi 592,58 ribu rupiah, atau mengalami peningkatan
sekitar 2,29 persen selama kurun waktu lima tahun. Peningkatan ini relatif rendah
jika dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Aceh yang mengalami peningkatan
sebesar 2,44 persen yaitu dari 600,95 ribu rupiah pada tahun 2007 menjadi 615,60
ribu rupiah pada tahun 2011.
IPM Kabupaten Aceh Timur
41
50. Capaian IPM Aceh Timur
Grafik 4.11
Pengeluaran Perkapita Perbulan Kabupaten Aceh Timur
Dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
570,00
592,58
588,15
611,42
610,27
586,29
580,16
600,95
590,00
580,00
605,56
600,00
579,33
Ribu Rupiah
610,00
615,60
620,00
560,00
2007
2008
Aceh Timur
2009
2010
2011
Provinsi Aceh
Pengeluaran perkapita perbulan masyarakat Aceh Timur tahun 2011
sebesar 592,58 ribu rupiah perjiwa perbulan jika dikalikan dengan rata-rata jumlah
jiwa satu rumah tangga sebanyak 4 jiwa, maka perkiraan pengeluaran perkapita
perbulan masyarakat Aceh Timur sekitar 2,37 juta rupiah per rumah tangga
perbulan. Namun demikian masih banyak rumah tangga di Aceh Timur yang
mempunyai pengeluaran perbulannya dibawah dua juta rupiah.
Jika dibandingkan daya beli masyarakat di setiap kabupaten/kota seProvinsi Aceh, pada tahun 2011 masyarakat di Aceh Timur mempunyai
kemampuan daya beli menempati posisi paling terakhir dari 23 kabupaten/kota.
Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata masyarakat Aceh Timur mempunyai
kemampuan secara finansial berada dibawah masyarakat di kabupaten/kota
lainnya.
IPM Kabupaten Aceh Timur
42
51. Capaian IPM Aceh Timur
Grafik 4.12
Pengeluaran Perkapita Perbulan Kabupaten/Kota
dan Provinsi Aceh Tahun 2011
650,00
640,00
638,45
Prov.Aceh = 615,60
Ribu Rupiah
630,00
620,00
610,00
600,00
592,58
590,00
580,00
570,00
560,00
IPM Kabupaten Aceh Timur
43
53. Kesimpulan dan Rekomendasi
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1.
Kesimpulan
Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI) merupakan salah satu alat statistik yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan pembangunan manusia. IPM juga digunakan oleh UNDP untuk
menilai keberhasilan pembangunan manusia di setiap negara.
Angka IPM Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2011 sebesar 70,94 yang
berarti berada pada klasifikasi “menengah atas”. Jika dilihat perkembangan lima
tahun terakhir, capaian IPM Kabupaten Aceh Timur masih dibawah angka rata-rata
Provinsi Aceh. IPM Kabupaten Aceh Timur dari 23 kabupaten/kota di Provinsi
Aceh menduduki peringkat ke-12 pada tahun 2007, kemudian turun ke peringkat
15 pada tahun 2008-2010, dan turun lagi pada posisi ke-16 pada tahun 2011.
Sedangkan cepat/lambatnya perubahan pembangunan yang digambarkan oleh
angka reduksi shortfall, juga menduduki posisi ke-16 pada tahun 2011.
Sedangkan komponen-komponen pembentukan IPM Kabupaten Aceh
Timur pada tahun 2011 untuk Angka Harapan Hidup (AHH) sudah mencapai 69,80
tahun, Angka Melek Huruf (AMH) sebesar 98,25 persen, Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) sebesar 8,51 tahun, dan pengeluaran perkapita perbulan sebesar 592 ribu
rupiah. Jika dibandingkan dengan angka rata-rata Provinsi Aceh, baru AMH dan
AHH yang berada diatas rata-rata.
Dengan melihat perkembangan angka IPM Kabupaten Aceh Timur
beserta komponen-komponennya selama lima tahun terakhir dapat disimpulkan
bahwa capaian pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Timur terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, namun masih tertinggal jika dibandingkan
dengan beberapa kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
IPM Kabupaten Aceh Timur
45
54. Kesimpulan dan Rekomendasi
5.2.
Rekomendasi
Usaha Pemerintah Kabupaten Aceh Timur terhadap pembangunan
manusia masih perlu ditingkatkan, terutama pada komponen pembangunan
manusia di bidang kesehatan, pendidikan, dan kehidupan yang layak yang
merupakan komponen penghitungan IPM. Dengan pembiayaan pembangunan
yang tidak sedikit pada beberapa tahun terakhir, selayaknya Kabupaten Aceh
Timur tidak jauh tertinggal dari kabupaten/kota lainnya se-Provinsi Aceh.
Perencanaan pembangunan yang berimbang antar wilayah kecamatan
dan antar perkotaan/perdesaan harus menjadi perhatian serius Pemerintah Aceh
Timur sehingga kedepan tidak terlihat lagi kesenjangan pencapaian pembangunan
manusia. Kemudahan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kebutuhan dasar
dibidang pendidikan dan kesehatan perlu diutamakan dengan mendekatkan
fasilitas tersebut dengan masyarakat dan dengan meningkatkan sumber daya
manusia yang memberikan pelayanan.
Daya beli masyarakat Aceh Timur yang digambarkan oleh besarnya
pengeluaran perkapita perbulan masih rendah, bahkan menempati posisi terakhir
dari 23 kabupaten/kota. Oleh karena itu perlu adanya program-progam yang
berdampak langsung pada peningkatan pendapatan masyarakat, seperti membuka
lapangan pekerjaan, menaikkan upah minimum regional (UMR), dan memberikan
bantuan modal usaha bagi masyarakat dengan akses dan prosedur yang lebih
mudah. Diharapkan ada program-program pro masyarakat ekonomi lemah yang
direncanakan dan dibiayai oleh pemerintah daerah disamping program-program
yang bersifat nasional dan dibiayai oleh APBN, sehingga masyarakat benar-benar
dapat merasakan adanya peningkatan kesejehteraan dan kondisi yang lebih baik
dari sebelumnya.
IPM Kabupaten Aceh Timur
46
55.
56. Lampiran
Tabel Lampiran 1
Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota
dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
(Tahun)
Tahun
No.
Kabupaten/Kota
2007
(1)
(2)
2008
2009
2010
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Simeulue
62,75
62,84
62,91
62,98
63,05
2
Aceh Singkil
64,27
64,46
64,69
64,92
65,10
3
Aceh Selatan
66,61
66,71
66,82
66,93
67,03
4
Aceh Tenggara
69,11
69,16
69,19
69,22
69,26
5
Aceh Timur
69,41
69,52
69,63
69,74
69,80
6
Aceh Tengah
69,31
69,42
69,53
69,64
69,70
7
Aceh Barat
69,69
69,78
69,87
69,97
70,06
8
Aceh Besar
70,42
70,52
70,64
70,75
70,81
9
Pidie
68,94
69,11
69,32
69,53
69,68
10
Bireuen
72,22
72,28
72,32
72,35
72,39
11
Aceh Utara
69,41
69,52
69,63
69,74
69,80
12
Aceh Barat Daya
66,30
66,49
66,74
66,99
67,19
13
Gayo Lues
66,73
66,84
66,96
67,08
67,15
14
Aceh Tamiang
68,09
68,18
68,27
68,37
68,47
15
Nagan Raya
69,31
69,42
69,53
69,64
69,70
16
Aceh Jaya
67,84
67,91
67,97
68,02
68,08
17
Bener Meriah
67,31
67,41
67,52
67,63
67,69
18
Pidie Jaya
68,91
69,02
69,13
69,24
69,30
19
Kota Banda Aceh
69,99
70,24
70,56
70,88
71,15
20
Kota Sabang
70,10
70,36
70,69
71,02
71,30
21
Kota Langsa
69,96
70,14
70,36
70,58
70,75
22
Kota Lhokseumawe
69,70
70,00
70,41
70,81
71,17
23
Subulussalam
65,40
65,54
65,71
65,89
66,01
68,40
68,50
68,60
68,70
68,80
ACEH
IPM Kabupaten Aceh Timur
48
57. Lampiran
Tabel Lampiran 2
Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota
dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
(Persen)
Tahun
No.
Kabupaten/Kota
2007
(1)
(2)
2008
2009
2010
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Simeulue
98,30
98,30
98,58
98,66
98,85
2
Aceh Singkil
96,20
96,20
96,22
96,24
96,25
3
Aceh Selatan
96,42
96,42
96,47
96,53
96,55
4
Aceh Tenggara
96,94
96,94
97,10
97,95
97,97
5
Aceh Timur
97,24
97,35
97,51
98,21
98,25
6
Aceh Tengah
97,47
98,08
98,13
98,60
98,65
7
Aceh Barat
94,06
94,06
94,08
94,53
94,60
8
Aceh Besar
96,93
96,93
96,95
96,96
96,98
9
Pidie
94,53
95,51
95,56
95,91
96,30
10
Bireuen
98,34
98,34
98,37
98,47
98,51
11
Aceh Utara
96,04
96,04
96,42
97,81
97,83
12
Aceh Barat Daya
95,70
96,22
96,25
96,34
96,47
13
Gayo Lues
86,70
86,70
86,97
87,27
87,38
14
Aceh Tamiang
98,00
98,00
98,25
98,27
98,32
15
Nagan Raya
89,70
89,70
89,78
89,85
89,89
16
Aceh Jaya
91,78
93,73
93,78
93,99
94,12
17
Bener Meriah
97,19
97,19
97,45
98,50
98,79
18
Pidie Jaya
94,20
94,20
94,23
95,45
95,48
19
Kota Banda Aceh
99,03
99,03
99,10
99,16
99,18
20
Kota Sabang
98,26
98,78
98,81
98,99
99,08
21
Kota Langsa
98,75
98,75
99,10
99,20
99,30
22
Kota Lhokseumawe
98,82
98,82
99,22
99,62
99,64
23
Subulussalam
96,50
96,50
96,53
96,54
96,55
96,20
96,20
96,39
96,88
96,95
ACEH
IPM Kabupaten Aceh Timur
49
58. Lampiran
Tabel Lampiran 3
Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota
dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
(Tahun)
Tahun
No.
Kabupaten/Kota
2007
(1)
(2)
2008
2009
2010
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Simeulue
7,60
8,00
8,30
8,52
8,62
2
Aceh Singkil
7,70
7,70
7,74
7,76
7,77
3
Aceh Selatan
8,20
8,20
8,28
8,43
8,44
4
Aceh Tenggara
9,30
9,30
9,34
9,35
9,36
5
Aceh Timur
8,40
8,40
8,49
8,49
8,51
6
Aceh Tengah
9,27
9,29
9,44
9,52
9,70
7
Aceh Barat
8,20
8,20
8,23
8,48
8,54
8
Aceh Besar
9,48
9,48
9,51
9,55
9,77
9
Pidie
8,60
8,60
8,65
8,67
8,72
10
Bireuen
9,20
9,20
9,23
9,26
9,28
11
Aceh Utara
9,10
9,10
9,12
9,15
9,19
12
Aceh Barat Daya
7,50
7,50
7,63
7,72
8,01
13
Gayo Lues
8,70
8,70
8,71
8,71
8,73
14
Aceh Tamiang
8,40
8,40
8,77
8,78
8,85
15
Nagan Raya
7,32
7,32
7,34
7,57
7,75
16
Aceh Jaya
8,70
8,70
8,71
8,72
8,73
17
Bener Meriah
8,49
8,49
8,53
8,77
8,81
18
Pidie Jaya
8,00
8,00
8,38
8,64
8,68
19
Kota Banda Aceh
11,86
11,86
11,91
12,09
12,20
20
Kota Sabang
10,13
10,23
10,36
10,55
10,59
21
Kota Langsa
9,70
9,88
10,04
10,45
10,51
22
Kota Lhokseumawe
9,70
9,70
9,91
9,99
10,04
23
Subulussalam
7,50
7,50
7,58
7,59
7,61
8,50
8,50
8,63
8,81
8,90
ACEH
IPM Kabupaten Aceh Timur
50
59. Lampiran
Tabel Lampiran 4
Pengeluaran Perkapita Disesuaikan
Kabupaten/Kota dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
(000 Rupiah)
Tahun
No.
Kabupaten/Kota
2007
(1)
(2)
2008
2009
2010
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Simeulue
613,41
617,07
617,10
618,86
622,72
2
Aceh Singkil
607,59
608,18
608,22
610,14
613,88
3
Aceh Selatan
596,92
600,21
604,59
606,47
610,56
4
Aceh Tenggara
593,99
594,03
596,01
597,96
602,06
5
Aceh Timur
579,33
580,16
586,29
588,15
592,58
6
Aceh Tengah
606,22
612,61
615,51
618,69
622,73
7
Aceh Barat
586,91
591,18
598,72
600,36
604,24
8
Aceh Besar
605,60
606,50
608,63
610,30
614,39
9
Pidie
606,32
608,11
611,05
612,56
616,29
10
Bireuen
587,78
589,40
592,06
593,96
597,44
11
Aceh Utara
601,82
602,19
605,69
607,90
612,04
12
Aceh Barat Daya
601,49
611,73
614,26
617,50
621,49
13
Gayo Lues
596,10
596,44
600,15
601,96
605,62
14
Aceh Tamiang
583,72
591,29
595,40
598,26
602,79
15
Nagan Raya
589,38
599,28
601,67
604,08
608,27
16
Aceh Jaya
588,36
591,47
596,69
598,56
602,50
17
Bener Meriah
587,03
597,84
603,78
605,49
610,71
18
Pidie Jaya
602,87
618,56
620,18
622,16
626,89
19
Kota Banda Aceh
626,44
630,25
630,63
632,24
636,28
20
Kota Sabang
620,65
623,14
625,82
627,35
631,10
21
Kota Langsa
595,18
599,51
600,66
603,34
607,95
22
Kota Lhokseumawe
628,30
630,77
631,63
634,07
638,45
23
Subulussalam
604,56
605,35
608,74
612,77
616,48
600,95
605,56
610,27
611,42
615,60
ACEH
IPM Kabupaten Aceh Timur
51
60. Lampiran
Tabel Lampiran 5
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten/Kota dan Provinsi Aceh Tahun 2007-2011
Tahun
No.
Kabupaten/Kota
2007
(1)
(2)
2008
2009
2010
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Simeulue
67,97
68,60
68,92
69,28
69,73
2
Aceh Singkil
67,97
68,12
68,29
68,58
68,98
3
Aceh Selatan
68,87
69,18
69,64
69,97
70,36
4
Aceh Tenggara
70,96
70,99
71,23
71,70
71,94
5
Aceh Timur
69,40
69,55
70,19
70,55
70,94
6
Aceh Tengah
72,11
72,81
73,22
73,69
74,18
7
Aceh Barat
69,28
69,66
70,32
70,79
71,20
8
Aceh Besar
72,71
72,84
73,10
73,32
73,83
9
Pidie
70,76
71,21
71,60
71,92
72,43
10
Bireuen
72,45
72,60
72,86
73,07
73,38
11
Aceh Utara
71,39
71,47
71,90
72,46
72,85
12
Aceh Barat Daya
68,37
69,38
69,81
70,29
70,95
13
Gayo Lues
67,08
67,17
67,59
67,86
68,22
14
Aceh Tamiang
69,17
69,81
70,50
70,79
71,26
15
Nagan Raya
67,64
68,47
68,74
69,18
69,68
16
Aceh Jaya
68,23
68,94
69,39
69,63
69,99
17
Bener Meriah
68,88
69,77
70,38
70,98
71,51
18
Pidie Jaya
69,96
71,23
71,71
72,38
72,82
19
Kota Banda Aceh
76,31
76,74
77,00
77,45
78,00
20
Kota Sabang
74,48
75,00
75,49
75,98
76,47
21
Kota Langsa
72,22
72,79
73,20
73,85
74,37
22
Kota Lhokseumawe
74,65
75,00
75,54
76,10
76,68
23
Subulussalam
68,28
68,42
68,85
69,26
69,63
70,35
70,76
71,31
71,70
72,16
ACEH
IPM Kabupaten Aceh Timur
52
61. Lampiran
Tabel Lampiran 6
Reduksi Shortfall IPM
Kabupaten/Kota dan Provinsi Aceh Tahun 2008-2011
Tahun
No.
Kabupaten/Kota
2008
(1)
(2)
2009
2010
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Simeulue
1,96
1,04
1,16
1,45
2
Aceh Singkil
0,46
0,52
0,91
1,28
3
Aceh Selatan
1,00
1,51
1,09
1,28
4
Aceh Tenggara
0,12
0,81
1,63
1,22
5
Aceh Timur
0,49
2,09
1,21
1,35
6
Aceh Tengah
2,50
1,50
1,76
1,84
7
Aceh Barat
1,24
2,16
1,58
1,41
8
Aceh Besar
0,47
0,94
0,82
1,92
9
Pidie
1,54
1,36
1,13
1,79
10
Bireuen
0,58
0,93
0,77
1,14
11
Aceh Utara
0,31
1,50
1,99
1,40
12
Aceh Barat Daya
3,20
1,41
1,59
2,23
13
Gayo Lues
0,27
1,28
0,83
1,13
14
Aceh Tamiang
2,06
2,31
0,98
1,60
15
Nagan Raya
2,54
0,88
1,41
1,61
16
Aceh Jaya
2,24
1,46
0,78
1,21
17
Bener Meriah
2,86
2,01
2,03
1,83
18
Pidie Jaya
4,22
1,66
2,37
1,58
19
Kota Banda Aceh
1,82
1,10
1,96
2,44
20
Kota Sabang
2,03
1,97
2,00
2,04
21
Kota Langsa
2,04
1,51
2,43
2,00
22
Kota Lhokseumawe
1,41
2,16
2,29
2,44
23
Subulussalam
0,45
1,34
1,32
1,22
1,39
1,90
1,36
1,64
ACEH
IPM Kabupaten Aceh Timur
53
62. Lampiran
Tabel Lampiran 7
Peringkat IPM Kabupaten/Kota Se Provinsi Aceh
Tahun 2007-2011
Tahun
No.
Kabupaten/Kota
2007
(1)
(2)
2008
2009
2010
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Simeulue
21
19
19
19
19
2
Aceh Singkil
20
22
22
22
22
3
Aceh Selatan
16
17
17
17
17
4
Aceh Tenggara
9
11
11
11
11
5
Aceh Timur
12
15
15
15
16
6
Aceh Tengah
7
5
4
5
5
7
Aceh Barat
13
14
14
14
14
8
Aceh Besar
4
4
6
6
6
9
Pidie
10
10
10
10
10
10
Bireuen
5
7
7
7
7
11
Aceh Utara
8
8
8
8
8
12
Aceh Barat Daya
17
16
16
16
15
13
Gayo Lues
23
23
23
23
23
14
Aceh Tamiang
14
12
12
13
13
15
Nagan Raya
22
20
21
21
20
16
Aceh Jaya
19
18
18
18
18
17
Bener Meriah
15
13
13
12
12
18
Pidie Jaya
11
9
9
9
9
19
Kota Banda Aceh
1
1
1
1
1
20
Kota Sabang
3
3
3
3
3
21
Kota Langsa
6
6
5
4
4
22
Kota Lhokseumawe
2
2
2
2
2
23
Subulussalam
18
21
20
20
21
IPM Kabupaten Aceh Timur
54