SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  64
Télécharger pour lire hors ligne
1
MODEL PERENCANAAN
KAWASAN AGROFORESTRY BAMBU
Bahan kajian MK. Perencanaan Lingkungan dan Wilayah
PM PSLP PPSUB oktober 2010
diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS
1. PENDAHULUAN
Bambu, merupakan hasil hutan non kayu yang potensial untuk dikembangkan
menjadi sumber bahan baku industri. Di bidang kehutanan tanaman bambu dapat
meningkatkan kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan baku industri perkayuan
nasional melalui substitusi atau keanekaragaman bahan baku, mengingat potensi hutan
kayu semakin langka sedangkan industri sudah telanjur ada dengan kapasitas besar,
maka tuntutan pemenuhan bahan baku industri kehutanan menjadi agenda prioritas
penyelamat aset kehutanan nasional.
Sebetulnya perhatian pemerintah terhadap tanaman bambu muncul setelah kebakaran
hutan besar tahun 1997 di Kalimantan yang meluluh lantakkan lebih dari 1 juta ha.
Di masa yang akan datang tanaman bambu dapat mendukung selain sebagai bahan
baku sarana tradisional (bangunan, alat rumah tangga, kerajinan, kesenian dll.) dapat
pula mendukung kapasitas dan kualitas hutan alam/hutan tanaman yang selama ini
menjadi sumber bahan baku industri perkayuan nasional. Bentuk dukungan tersebut
melalui substitusi produk atau keseragaman sumber bahan baku industri, mengingat
potensi kayu semakin langka, memerlukan waktu yang relatif panjang rehabilitasinya,
sedangkan bambu pada umur 4-5 tahun sudah memenuhi persyaratan yang layak.
Besarnya kebutuhan bahan baku bambu tidak mampu lagi dipenuhi oleh hutan alam
bambu dan bambu rakyat, karena itu untuk menunjang kebutuhan bahan baku industri
bambu diperlukan pengembangan hutan tanaman bambu yang dikelola secara
profesional.
Dalam pada itu gejala yang dihadapi adalah masalah bibit yang secara tradisional
memerlukan waktu yang cukup lama dan berkaitan dengan jenis bambu yang
diinginkan. Dalam hal ini jalan pintas yang terbaik sejak dini didirikan Laboratorium
Kultur Jaringan Bambu yang dapat memenuhi penyediaan bibit bambu yang memiliki
persyaratan yang diperlukan jenis, kualitas, kuantitas dan waktu.
Sasaran lahan kritis yang perlu direhabilitasi dengan bambu adalah sebagian
lahan kritis masyarakat yang disatupadukan dengan GERHAN dan GRLK yang
berlokasi di pedesaan. Pemasyarakatan bambu kepada petani di pedesaan tersebut
dinilai tidak terlalu penting karena sifat komoditi bambu sudah merupakan bagian dari
kehidupannya, bahkan dalam forum internasional dikatakan "Bamboo is timber of the
poor" (bambu adalah kayu kaum duafa) sehingga bambu merupakan produk hasil
hutan yang murah.
2
Pada Kongres Bambu Internasional bulan Juli 1995 di Denpasar Bali, istilah itu
dihapus karena masyarakat modern kota pun menghargai bambu dan bambu dapat
menjadi bahan baku industri maju seperti untuk kertas, papan lapis, papan serat atau
bahan konstruksi bangunan.
Tingkat keterlibatan masyarakat akan semakin tinggi bila rumpun bambu tumbuh di
lahan milik masyarakat dengan sistem keterpaduan antara tanaman pertanian dan
tanaman bambu (sistem tumpangsari/sisipan atau tanaman lorong).
Keterlibatan masyarakat dalam skema ekonomi menjadi persyaratan pokok dan dapat
dikembangkan melalui perpaduan antara usaha tani perkebunan inti rakyat (PIR), pola
hutan tanaman industri (PHTI) dan pola pemberian kredit, di mana di dalamnya
terlibat masyarakat, pemerintah dan penjamin pemasaran produk.
Selain produk batang bambu, hutan tanaman bambu juga menghasilkan produk
rebung. Selama satu tahun penanaman dapat dihasilkan 10-20 tunas tiap rumpun,
sehingga apabila dalam 1 ha terdapat = 30 rumpun, maka dapat dihasilkan sekira
6.000 rebung yang dapat menghasilkan sedikitnya Rp 15 juta, yang merupakan hasil
tambahan masyarakat penggarap.
Bambu- Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 menunjukkan bahwa di
Indonesia tercatat sekitar 4,73 juta rumah tangga yang mengusai tanaman bambu
dengan populasi yang dikuasai mencapai 37,93 juta rumpun atau rata-rata
penguasaan per rumah tangganya sebesar 8,03 rumpun. Dari total sebanyak 37,93 juta
rumpun tanaman bambu, sekitar 27,88 juta rumpun atau 73,52 persen diantaranya
adalah merupakan tanaman bambu yang siap tebang.
Bambu- Apabila diamati lebih lanjut, seperti halnya tanaman akasia, tanaman
bambu lebih banyak di tanam di Jawa yaitu mencapai 29,14 juta rumpun atau sekitar
76,83 % dari total populasi bambu Indonesia, sedangkan sisanya sekitar 8,79 juta
rumpun (23,17 %) berada di luar Jawa. Tanaman bambu di Jawa terkonsentrasi di
tiga propinsi berturut-turut adalah di Jawa Barat (28,09 %), Jawa Tengah (21,59 %),
dan Jawa Timur (19,38 %), sementara di Luar Jawa di propinsi Sulawesi Selatan
(3,69 %). Meskipun persentase jumlah rumah tangga yang mengusai tanaman bambu
di Jawa jauh lebih besar dibanding di Luar Jawa yaitu mencapai 75,69 persen dari
total Indonesia, tetapi rata-rata pengusaan tanaman per rumah tangga baik di Jawa
maupun di Luar Jawa tidak ada perbedaan yang berarti yaitu 8,15 rumpun (di Jawa)
dan 7,65 rumpun (di Luar Jawa). Sedangkan untuk kondisi tanaman bambu, di Jawa
persentase tanaman bambu yang siap tebang terhadap total jumlah rumpun seluruhnya
mencapai sekitar 72,62 persen sedangkan di Luar Jawa persentasenya sedikit lebih
besar mencapai 76,50 persen.
Bambu- Rumah tangga pertanian tanaman bambu di Indonesia pada tahun 2003
tercatat sebanyak 521,52 ribu dengan populasi rumpun yang diusahakan sebanyak
22,84 juta. Dari 521,52 ribu rumah tangga pertanian bambu, sekitar 74,62 persen
(389,17 ribu) rumah tangga berdomisili di Jawa, sedangkan sisanya sekitar 132,35
3
ribu di Luar Jawa. Populasi bambu yang diusahakan mencapai 22,84 juta rumpun,
sekitar 71,67 persen atau 16,37 juta rumpun diantaranya merupakan tanaman yang
siap tebang. Di Jawa populasi bambu yang diusahakan mencapai 17,97 juta rumpun
dengan kondisi tanaman yang siap tebang sebanyak 12,62 juta rumpun, sementara di
Luar Jawa populasi bambu yang diusahakan hanya sekitar 4,86 juta dimana sekitar
3,75 juta rumpun diantaranya tanaman yang siap tebang.
BUDI DAYA BAMBU UNTUK MENCEGAH LONGSOR
Bulan Januari 2006, ditandai dengan bencana tanah longsor dan banjir. Badai (siklon)
tropis yang terjadi di Australia Utara, telah mengakibatkan adanya curah hujan yang
sangat tinggi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Curah hujan yang sangat tinggi
inilah sebenarnya penyebab utama datangnya bencana banjir dan tanah longsor.
Namun bencana demikian, sebenarnya bisa dicegah. Seandainya hutan di Indonesia,
khususnya di pulau Jawa tidak diobabat habis, maka bencana banjir dan longsor itu
pasti bisa diminimalkan.
Selama 20 tahun terakhir, penghijauan lahan gundul memang banyak dilakukan secara
swadaya oleh masyarakat. Tanaman penghijauan favorit yang paling banyak
dibudidayakan masyarakat adalah albisia, sengon alias jeungjing (Albizia falcataria).
Minat masyarakat untuk membudidayakan albisia semakin tinggi, setelah beberapa
pabrik pengolahan kayu modern berdiri. Pabrik ini akan mengolah kayu albisia hingga
siap untuk diekspor ke Jepang. Di satu pihak, albisia memang telah berhasil
menghijaukan lahan rakyat yang selama ini gundul. Namun di lain pihak, justru
tanaman inilah yang menjadi salah satu penyebab bencana longsor.
Albisia merupakan tanaman kayu yang pertumbuhannya sangat cepat. Hingga umur di
bawah 10 tahun, pasti sudah ditebang habis. Karena tidak pernah menjadi tua, maka
akar tunggang albisia belum sempat untuk menembus lapisan tanah yang lebih keras.
Tanah di bawah tegakan albisia, terutama tanah liat, akan menjadi jenuh air apabila
curah hujan cukup tinggi. Beban batang dan tajuk tanaman di atas permukaan tanah,
juga ikut mendorong terjadiya longsor. Terlebih kalau tingkat kecuraman lahan yang
ditanamai albisia itu di atas 30°. Dari foto-foto dan tayangan tivi, tampak jelas bahwa
bagian tanah yang lungsor itu banyak ditumbuhi albisia.
* * *
Sebenarnya masyarakat akan lebih diuntungkan, kalau lahan kritis itu ditanami bambu.
Bukan albisia. Keuntungan yang diperoleh masyarakat dari tanaman bambu ada dua.
Pertama, secara finansial hasil dari 1 hektar lahan yang ditanami bambu, lebih besar
dibanding dengan lahan yang ditanami albisia. Sebab bambu sudah mulai bis dipanen
pada tahun III, dan selanjutnya akan bisa dipanen terus tanpa perlu penanaman ulang.
Hasil dari tanaman bambu bukan hanya berupa kayu (batang bambu), melainkan juga
rebung. Asalkan, bambu yang dibudidayakan dari jenis yang rebungnya enak.
Indonesia tercatat memiliki 142 jenis bambu yang sebagian besar rebungnya enak
dimakan.
Keuntungan kedua dari budidaya bambu di lahan kritis adalah, lahan tersebut menjadi
aman dari bencana tanah longsor. Sebab bambu akan membentuk rumpun, bukan
merupakan tanaman tunggal seperti halnya albisia. Akar bambu juga merupakan akar
serabut yang tumbuh sangat rapat. Akar bambu yang mati karena tanamannya telah
ditebang, akan tetap membentuk serabut, hingga tanah itu menjadi sangat gembur dan
4
menyerap air dengan sangar cepat. Dalam kondisi curah hujan sangat tinggi, tanah di
sekitar rumpun bambu tidak akan jenuh air. Sebab air dari curah hujan yang sangat
tinggi itu akan diresapkan dalam jangka waktu sangat cepat.
Dengan sifat perakaran demikian, bambu bisa sengaja dibudidayakan sebagai sabuk
gunung (atau bukit), untuk mencegah longsor. Tanaman bambu yang dibudidayakan
melingkari sebuah bukit, akan bisa dengan aman menahan gerakan tanah. Sifat
menahan longsor ini akan lebih kuat kalau penanamannya dilakukan dalam tiga lapis
atau lebih, kemudian ditanam pula deretan memenjang dari atas ke bawah. Hingga dari
atas, bentuk deretan rumpun bambu itu akan tampak seperti anyaman tali, yang
melingkari pinggang bukit. Jarak ke atas maupun menyamping antar deretan rumpun
bambu ini bisa dibuat 30 sd. 60 m. hingga bagian tengahnya tetap bisa ditumbuhi
tanaman semusim.
Dengan pola penanaman demikian, masyarakat akan sangat diuntungkan. Sebab bukit
dengan tingkat kecuraman sampai lebih dari 45° pun akan tetap aman dari longsor.
Warga masyarakat yang tinggal di bawah bukit tersebut tidak perlu khawatir
tertimbun longsoran, meski hujan turun dengan intensitas sangat tinggi. Praktek
menanami tebing terjal dengan bambu, selalu diterapkan oleh nenek-moyang kita.
Kalau kita perhatikan tebing-tebing terjal (jurang) di pinggir kali, selalu ditumbuhi
bambu. Sebab dengan adanya rumpun bambu yang saling bergandengan akarnya,
maka tanah di bawahnya akan diikat dengan sangat erat.
* * *
Selama ini, faktor benih memang telah menjadi kendala utama budidaya bambu. Di
Indonesia, bambu selalu ditanam dengan benih bonggol (batang dalam tanah) berikut
satu meter batang dan ranting. Membongkar rumpun bambu untuk memperoleh
bonggolnya cukup berat. Hasil benih yang didapat juga terbatas. Dari satu rumpun
bambu dengan 10 batang, kalau dibongkar semua hanya akan menghasilkan 10 benih.
Itu pun harus dengan mengorbankan rumpun yang produktif. Mengangkut 10 bonggol
bambu juga makan tempat dengan bobot yang cukup besar. Hingga seluruh pekerjaan
mulai dari membongkar, mengangkut dan menanam benih bonggol itu akan menjadi
cukup berat.
Sebanarnya, bambu juga bisa dikembangbiakkan dengan biji serta kultur jaringan.
Namun upaya menumbuhkan bunga dan biji bambu juga tidak mudah. Demikian pula
dengan kultur jaringan. Selain itu, dua cara ini biayanya tinggi dan perlu waktu lama.
Untuk mengecambahkan biji sampai dengan siap tanam, diperlukan waktu paling cepat
2 tahun. Kultur jaringan, makan waktu lebih lama lagi. Untuk mengatasi hal ini para
petani Thailand biasa menggunakan benih "cangkokan" dari cabang (ranting). Cara
yang mereka lakukan, mirip dengan petani Sleman, DIY, ketika mencangkok salak
pondoh.
Selain mudah dan murah, teknik perbanyakan dengan memanfaatkan ranting ini, juga
mampu mempercepat pengadaan benih secara massal. Sebab dari satu batang bambu
bisa dihasilkan sekitar 10 benih, tanpa mengorbankan batang bambu tersebut dan
produktifitas rumpun. Mengambil dan mengangkut benih ranting juga tidak makan
tempat dan ringan. Tidak seperti pengambilan dan pengangkutan benih bonggol. Bahan
yang digunakan petani Thailand untuk "mencangkok" bambu adalah kantung plastik
bening 0,5 kg. atau 1 kg, dengan media gabus sabut kelapa (cocodush). Gabus sabut
5
direndam air, lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik.
Setelah dipadatkan dan ujungnya diikat, kantung berisi media tersebut disayat
sebagian. Pangkal cabang yang akan "dicangkok" dimasukkan ke bagian yang tersayat
ini lalu diikat erat-erat. Dalam waktu kurang dari satu bulan akar sudah tumbuh.
Cabang baru bisa diambil setelah akar yang kelihatan pada bungkus plastik itu
berwarna cokelat. Ujung cabang harus dipotong hingga tersisa 1,5 m sebelum disemai
di polybag. Media semai paling ideal berupa tanah bercampur humus bambu. Tanah
ini bisa diambil dari bawah tegakan rumpun bambu. Setelah benih dalam polybag
tersebut menumbuhkan tunas dan anakan berupa rebung kecil), benih bisa ditanam di
lapangan.
* * *
Dalam rubrik ini beberapa tahun silam, pernah ditulis peluang budidaya bambu,
khusus untuk menghasilkan rebung. Jenis yang ditanam adalah bambu yang rebungnya
enak seperti bambu ater (Gigantochloa atter), bambu betung (Dendrocalamus asper),
bambu duri (Bambusa blumeana) dan bambu hitam (Gigantochloa atriviolacea).
Dalam satu rumpun, secara konstan dipelihara hanya 5 batang bambu. Kalau satu
batang ditebang, satu rebung harus dipelihara, agar menjadi individu tanman baru.
Selebihnya rebung dipanen. Tiap 36 hari, satu rumpun akan menghasilkan satu
rebung. Dengan jarak tanam 4 X 6 m, populasi per hektar mencapai 400 rumpun. Dari
tiap hektar kebun bambu ini, tiap harinya dapat dipanen 10 rebung.
Tiap tahunnya, dari tiap hektar lahan dapat dipanen 4.000 rebung dan 800 batang
bambu (satu rumpun ditebang 2 disisakan 3 batang). Setelah dibersihkan dan bagian
pangkalnya dibuang, bobot satu rebung hanya sekitar 1 sd. 1,5 kg. Hingga hasil per
hektar per tahun sekitar 20 sd. 30 ton rebung yang sudah terkupas dan dibuang bagian
pangkalnya yang berkayu. Dengan harga sekitar Rp 2.000,- per kg. maka dari satu
hektar lahan itu akan dapat diperoleh pendapatan kotor dari rebung Rp 40.000.000,-
sd. Rp 60.000.000,- dalam setahun. Sebagian besar dari pendapatan tersebut akan
digunakan untuk biaya penyusutan, tenaga kerja (pengambilan rebung dan
pengupasan). Pendapatan bersih bisa separo dari pendapatan kotor tersebut.
Dengan adanya dua keuntungan tersebut, yakni keuntungan finansial dan keuntungan
ideal, maka budidaya bambu untuk mencegah longsor menjadi sangat strategis. Sudah
saatnya pemerintah melalui BUMNnya, baik Perum Perhutani maupun PT Perkebunan
Nusantara (PTPN), mempelopori hal ini. Sebab lahan dengan tingkat kecuraman tinggi
di Jawa, umumnya dikuasai oleh Perum Perhutani dan PTPN. Setelah melihat contoh,
biasanya masyarakat akan dengan mudah mengukuti contoh tersebut. Bencana longsor
dan banjir pada awal tahun 2006 ini sudah sangat meluas dan memprohatinkan. Sudah
saatnya kita semua kembali membudidayakan bambu, memanfaatkan rebung dan
batangnya, serta memperoleh perlindungan dari bencana longsor.
6
2. TANAMAN BAMBU
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang mempunyai batang
berongga dan beruas-ruas, banyak sekali jenisnya dan banyak juga memberikan
manfaat pada manusia. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini
bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat . Karena
memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang
60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia
ditanam.
2.1. Ekologi Bambu
Sebaran jenis bambu. Di dunia terdapat lebih dari 1.250 jenis bambu yang
berasal dari 75 marga. Dari jumlah tersebut di Indonesia terdapat 39 jenis bambu yang
berasal dari 8 marga. Bambu tumbuh di daerah tropis, sub tropis dan beriklim sedang
kecuali di Eropa dan Asia Barat, dari dataran rendah sampai pada ketinggian 4.000 m
dpl. Tempat tumbuhnya pada tanah aluvial dengan tekstur tanah berpasir sampai
berlampung, berdrainase baik, beriklim A/B (tipe FS) dengan ketinggian optimal 0-500
m dpl.
Ada lima factor ekologis yang sangat berpenagartuh terhadap kehidupan
tanaman bamboo, yaitu: IKLIM, RADIASI MATAHARI, TANAH, ANGIN , DAN
RUANG.
IKLIM - The very first concern for a bamboo grower is the local climate. Our
hardiness chart is a great resource to determine which species will thrive in your area.
Bamboos tend to favor tropical and warm temperate climates, although it is possible to
grow bamboo in adverse conditions, such as deserts and cold mountain regions.
RADIASI MATAHARI – Most bamboos will flourish in full sunlight. This
is especially true for giant bamboo. Some tropical species, however, may require some
shade during the hottest parts of the day. Surprisingly, shade is the most important
during the winter months. When frost is combined with direct sunlight it accelerates the
depletion of water from the plant. If frost is common in the winter, we advise that you
choose an area that receives at least partial shade at some part of the day.
TANAH – Bamboo is not particularly selective when it comes to soil, but
there are a few basic guidelines to follow. Nearly all bamboos will do well in either
loam or marly soil. Loam is a type of soil composted of sand, silt, and clay, with the
concentration being 40%, 40%, and 20%, respectively. Loam generally has a high
amount of nutrients and provides a greater amount of drainage than silty soils. In
general, bamboos prefer a slightly acidic to moderately acidic soil. Rocky and/or soggy
soils should be avoided. Heavy and impermeable soils are also undesirable due to their
tendency to slow the growth of bamboos and can also lead to water pondage and
rhizome rotting. This tends to be a problem on a flat landscape and can be avoided by
installing a drainage system before planting. If you already have a garden growing in
7
your area, there should be little soil preparation needed to get a bamboo plant
established.
Rebung, anakan bambu, di sela-sela mulsa daun bambu.
It is a desirable to create a layer of mulch around the bamboo to protect its
roots and rhizomes, which are especially vulnerable during the early stages of growth.
Mulch is used as a protective layer to shield the base of the plant from the effects of a
harsh environment. In areas with heavy storms, wind, or heat, using a layer of mulch is
a highly recommended practice. For bamboo growing, organic mulch is the ideal
choice. You can create your own blend of mulch by mixing together 1 part dried leaves
and 1 part organic compost. This will give the plant sufficient protection, while also
feeding the bamboo nutrients.
ANGIN – Bamboos have a fairly shallow root system. Conversely, they grow
tall and fast. This makes bamboo susceptible to wind damage. Not only does wind
have the potential to uproot a bamboo plant, but it can also lead to dehydration.
Bamboos require a high amount of water and constant winds will dry them out.
Gardens with surrounding hedges or trees are excellent for wind protection. It is also
possible to create a makeshift wind barrier.
8
Pagar bamboo hidup untuk pelindung keamanan dan kenyamanan
TATA RUANG – Spacing multiple bamboo plants in extremely important,
especially when building a hedge or privacy screen. The general rule of thumb on a
hedge is to space the bamboo 3-5 feet from each other. This will create a fairly dense
privacy screen. If money or availability is a concern, you can space the plants farther
apart, but expect to wait up to a couple years for the hedge to fill out completely.
9
Bambusa vulgaris (sumber: http://toptropicals.com/)
Bambusa vulgaris, a stylish oriental plant, is the bamboo to thrive indoors.
With an excellent life expectancy it can be relied upon to create a long and
lasting impression. There are 3 varieties sold under Bambusa vulgaris:
Bambusa vulgaris (yellow stems), Bambusa ventricosa (green, bumpy
stems), and Bambusa siamensis (smooth green stems). It is advisable to
plant them in a large pot because they can die if the root ball is allowed to
dry out. Can torerate a small amount of light. B. melangensis - one of the
most fast and tall growing varieties. Most of bamboo are hardy to frost, and
some are hardy to as low as 16-18F.
10
Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.Wendl.
(SUMBER: http://database.prota.org/dbtw-wpd/exec/)
Properties
For both green-stem and yellow-stem cultivars the density of the stem wall is about 0.63
g/cm³ at 12% moisture content. Shrinkage from green to 11.3% moisture content is 9.7–
14.0% radial and 6.0–11.9% tangential. For green-stem cultivars at 17% moisture content,
the modulus of rupture is 84 N/mm², compression parallel to grain 25 N/mm² and shear 7
N/mm². For yellow-stem cultivars at 16% moisture contents the modulus of rupture is 86
N/mm², compression parallel to grain 32 N/mm² and shear 4 N/mm².
Description
Bamboo with a short, thick rhizome and not closely tufted stems; stem (culm) erect,
sinuous or slightly zig-zag, up to 20 m tall, up to 12 cm in diameter, hollow, wall (3–)7–16(–
20) mm thick, glossy green, yellow, or yellow with green stripes, internodes 20–45 cm long,
with appressed dark hairs and white waxy when young, becoming glabrous, smooth and
shiny with age, nodes oblique, slightly swollen, basal ones covered with aerial roots; young
shoots dark brown to yellow-green.
Growth and development
Bambusa vulgaris clumps expand rapidly during the first 5–6 years (from 0.5 m diameter in
the first year to 4.5 m in the 6th
year) and slower thereafter (to 7 m diameter after 10
years). Young shoots grow rapidly. In 2 weeks they can develop into stems 3–4 m tall,
reaching 20 m in length in 3 months. Stems reach maximum diameters after 9 years. The
number of young shoots per clump that develop into full-grown stems increases on average
from 1.6 in the first year to a maximum of 5.3 in the 4
th
year and decreases to 2.5–3.5 from
11
the 9
th
year onward. On average, a mature clump produces 3–4 new stems per year and
bears 30–90 stems. In the Niari valley in Congo (average annual temperature 25.5°C,
average annual rainfall around 1000 mm), 4.5-year-old Bambusa vulgaris planted at a
spacing of 6 m × 6 m, with surviving density of 226 plants/ha, on average had 31 stems per
clump and 7000 stems per ha. Flowering is uncommon in Bambusa vulgaris. When a stem
flowers, it produces a large number of flowers, but no fruits. Low pollen viability due to
irregular meiosis seems to be one of the reasons for the absence of fruiting. Eventually the
stem dies, but the clump usually survives.
Ecology
Bambusa vulgaris grows best at lower altitudes; above 1000 m altitude stems become
smaller in length and diameter. It thrives under a wide range of moisture and soil
conditions, growing in almost permanently humid conditions along rivers and lakes, but also
in areas with a severe dry season, where the plants may become completely defoliated. It is
frost hardy down to –3°C.
Yield
Yields recorded for tropical Africa are 10 t dry weight per ha per year for Côte d’Ivoire and
15 t for Congo. In trials in Congo, yields were higher for Bambusa vulgaris than for
Oxytenanthera abyssinica (A.Rich.) Munro. For the Philippines the annual yield per ha is
estimated at 2250 stems or 20 t dry weight. The dry weight ratio for stem, branches and
leaves is about 70%, 22% and 8% respectively. The ratio of paperpulp/stem production is
about 1:3.
12
Bambusa multiplex 'Alphonse Karr'
Common Name: Alphonse Karr Maximum Height: 30 feet
Container Height: 12 to 20 feet
Diameter: 1.5 inches
Hardiness: 15° F
The culms on this bamboo are golden with random green stripes of
variable width. The golden color of the culms takes on a magenta cast
when exposed to bright sunlight, as visible on the large culm in this
picture. This bamboo makes a wonderful container plant. It, like other
forms of Bambusa multiplex, are among the best bamboos for a well lit
area indoors. Bambusas generally grow a very tight cluster of canes, and
'Alphonse Karr' is no exception, making it an excellent choice for a privacy
screen where a clumping bamboo is desired. Tolerance of full sun makes it
versatile, though the canes will show significant die back in the winter if
exposed to temperature colder than 20 F.
Bambusa Blumeana
(sumber: http://www.agnet.org/library/pt/2005002/)
Efforts have been done to rehabilitate, regenerate, revegetate, and reforest
mined-out and mine tailings-covered areas to bring back their productivity.
Planting fast-growing, drought- and fire-resistant species with multiple
uses, and species that can adapt to harsh conditions has been one of the
remedial measures developed. One of these rehabilitation plants is the
versatile bamboo, which can grow almost anywhere, be it upland or
lowland, provided proper establishment and management techniques are
observed.
A study by the Department of Environment and Natural Resources and a
mining company in Benguet Province identified the following bamboo
species as suitable for mine tailings-covered areas: giant bamboo
13
(Dendrocalamus asper), "kauyan tinik" (Bambusa blumeana), and "bayog"
(Bambusa blumeana var. luzoniensis).
The species were planted at a spacing of 7 m x 7 m. B. blumeana and B.
blumeana var. luzoniensis, were raised from two-node cuttings while D.
asper was propagated from branch cuttings with two to three nodes.
The drought-resistant species B. blumeana and B. blumeana var.
luzoniensis had survival rates of 99% and 97% survival rates, respectively,
and they could tolerate water logging up to 63 days.
Over three years, the mean height and diameter growth of B. blumeana was
4.57 m and 4.86 cm, respectively, while those of B. blumeana var.
luzoniensis were 4.3 m and 4.41 cm, respectively. On average, culms
produced by B. blumeana, B. blumeana var. luzoniensis, and D. asper were
52, 51, and 26.
Rehabilitating mined-out areas using bamboo does not only improve the
environment but also provides additional income. However, the bamboo
shoots emerging from bamboos planted in the mined-out areas are not yet
recommended for consumption. Further studies have to be done on their
heavy metal content.
Bambusa balcooa
14
Bambusa oldhamii (sumber: http:// www.thepeaceofbamboo.com.au/photos.html)
Bambusa oldhamii - 'Giant Timber Bamboo'
A non-invasive subtropical clumping timber bamboo with straight, erect
culms and large leaves. Suitable for use as a hedge. New shoots
15
grow during summer and fall in the Houston area. Culms and branches are
green. Culms grow to 4 inches in diameter and 55 feet tall. Hardy to 21
degrees F.
Gigantachloa apus (sumber: http:// www.thepeaceofbamboo.com.au/photos.html)
16
Bambusa textilis (sumber: http:// www.thepeaceofbamboo.com.au/photos.html)
Bambusa Textilis“Weaver’s Bamboo”
Max. Height: 40 feet; Max. Diameter: 2 inches; Min. Temperature 18°.
Grows in tight clumps. An extremely handsome plant that arches gracefully. Medium-sized
clumper, non-invasive. The largest cold-tolerant clumper. This bamboo is rare because it's
more difficult to propagate than other giant tropicals. It has been used to weaving (the culms
are thin-walled enough that they can be split and woven), but most collect it for its landscape
appeal. Native to the Guangxi & Guangdong Provinces in South-east China.
17
Dendrocalamus latiflorus (sumber: http://www.thepeaceofbamboo.com.au/photos.html)
18
2.2. Taksonomi dan Biologi Bambu
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Monocots
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Upafamili: Bambusoideae
Superbangsa: Bambusodae
Bangsa: Bambuseae
Kunth ex Dumort.
Diversitas
Sekitar 92 genera dan 5.000 spesies
Arthrostylidiinae
Arundinariinae
Bambusinae
Chusqueinae
Guaduinae
Melocanninae
Nastinae
Racemobambodinae
Shibataeinae.
The rhizome system of bamboo is divided into two distinct categories:
Running/ Monopodial (Leptomorph rhizome system), and Clumping/
Sympodial (Pachymorph rhizome system). The type of rhizome system will
determine the growth behavior of the bamboo. Clumping bamboos will
generally stay in close proximity to the domain plant. Some common genera of
clumping bamboos include: Bambusa, Dendrocalamus, and Fargesia.
Running bamboos are invasive by nature and have the ability to spread over
considerable distances each year. Some species can spread up to 20 feet each
year, often requiring growers to implement control methods, such as a rhizome
barrier. Some common genera of running bamboos include: Arundinaria,
Phyllostachys, Pleioblastus, and Pseudosasa.
Clumping Bamboo (Bambu Tipe Rumpun)
The pachymorph rhizome system, which is found in clumping bamboos,
expands horizontally only by short distances each year. The rhizomes are generally
short and thick in appearance. They curve upwards in close proximity to the domain
plant. At the nodes, new rhizomes or roots can be produced. New culms can only form
at the very tip of the rhizome. It is this feature that causes them to curve upwards and
exhibit the clumping behavior. An advanced pachymorph system is very compact near
the base of the plant, making removal or transplant of the bamboo exceptionally
difficult.
19
Bambusa multiplex : Bambu Tipe Rumpun
Clumping bamboos are characterized as having upward curving rhizomes
that grow off of each other. The rhizomes are thicker and shorter than
those found in running bamboos, and lack the ability to spread over wide
areas. They curve upwards and new culms can only form from the tip of
the rhizome, which causes the culms to remain in close proximity to the
central plant. This makes clumping bamboos the ideal choice for creating
hedges and privacy screens. The most common genus is Bambusa and is
primarily found in tropical regions. Clumping bamboos are generally less
cold hardy than running bamboos and extra precautions must be taken if
the plant will be exposed to frost and freezing temperatures.
BATANG BAMBU (Culms) – Culms are the most visibly distinguishable
feature of a bamboo plant. Culms can vary in size, shape, color, and even
smell. The appearance can range from thick or thin, tall or short, erect or
bent, and can exhibit irregular patterns such as those found in Tortoise
Shell Bamboo (P. heterocycla f . heterocycla ‘Kiko’). Most culms are round
in shape, but some species can take on a square like appearance. The color
of the culms also has a wide range of characteristics. Although the majority
of bamboos are green, they can also be brown, black, yellow, or striped.
One of the most popular garden bamboos, Black Bamboo (Phyllostachys
nigra), is unique in the fact that the culms exhibit a nearly jet black color.
The culms can also very in smell. One of the most interesting examples is
Incense Bamboo (Phyllostachys atrovaginata), which has a waxy coat on
the culms that emits a pleasant fragrance similar to incense.
20
New culms will generally emerge in the springtime, however timing will
vary among species. A new culm is very vulnerable to damage from the
environment in the first several weeks after shooting. In fact, it takes
nearly 3 growing seasons for most culms to become fully hardened. It is
good practice to keep new culms protected from possibly destructive
agents, such as wind or animals. It is also easy to accidentally step on top
of a shoot within the first couple days of emergence. Extra care needs to
be taken when walking near the bamboo during the weeks new shoots
start to develop. A newly sprouting bamboo shoot will be covered by
overlapping sheaths which are usually brown in color with a layer of fuzz.
These sheaths help protect the soft outer tissue of the culm and provide
the hormones necessary for rapid growth. Growth of the culm will be
inhibited if these sheaths are removed. Eventually they will fall of naturally
and can even be collected for use in an organic mulch mixture.
Batang bambu: Moso Bamboo Culms.
Running Bamboo: Bambu Tipe Batangan Monopodial
The leptomorph rhizome system is found in running bamboos. The rhizomes
are generally long and thin in appearance and some species can send the rhizomes up to
20 feet away in a single growing season. At the nodes, they have the ability to produce
buds that will form either new culms or rhizomes. Bamboos with a pachymorph
rhizome system will be spaced over a wide area. They are invasive by design and it can
be extremely difficult to remove a well established plant.
21
Perilaku pertumbuhan bamboo tipe :Running Bamboo, Phyllostachys.
Running bamboos are characterized as having self-propagating rhizomes
which travel underground, and eventually breech the surface to create a
Culm. The rhizomes travel horizontally, and have the ability to move
through 20 feet of soil in a single season. The direction and distance of
rhizome growth is unpredictable. They are most commonly found naturally
in temperate regions, with the most notable genera being Phyllostachys and
Pleioblastus. Most varieties are cold hardy and are able to survive in below
freezing temperatures. Running bamboos are invasive by nature and will
spread rapidly if not controlled. This can be a problem when attempting to
grow running bamboos in an isolated section of your garden. The most
common remedy is to install a rhizome barrier around central plant stop
the spread.
Karakteristik bambu
Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant
Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang
tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada
umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas
berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata
tunas atau cabang. Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizon) berbuku dan beruas,
pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang.
22
2.3. Fungsi dan manfaat bambu
Menurut Rivai, Suryo Kusumo dan Nugoro (1994), kegunaan dan manfaat
bambu bervariasi mulai dari perabotan rumah, perabotan dapur dan kerajinan, bahan
bangunan serta peralatan lainnya dari yang sederhana sampai dengan industri bambu
lapis, laminasi bambu, maupun industri kertas yang sudah modern. Dari sekilas
gambaran manfaat tersebut menyiratkan suatu harapan, bahwa kebutuhan terhadap
bambu akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Manfaat Ekologis
Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang
yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga
sistem hidronologis sebagai pengijat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai
tanaman konservasi. Rumpun bambu di Tatar Sunda disebut dapuran awi juga akan
menciptakan iklim mikro di sekitarnya, sedangkan hutan bambu dalam skala luas pada
usia yang cukup dapat dikategorikan sebagai satu satuan ekosistem yang lengkap.
Kondisi hutan bambu memungkinkan mikro organisme dapat berkembang bersama
dalam jalinan rantai makanan yang saling bersimbiosis.
Manfaat Sosial, ekonomi, budaya
Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai
ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyarakat menggunakan bambu dalam berbagai
aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan sebagai multipurpose free
species (MPTS = jenis pohon yang serbaguna). Pemanfaatan bambu secara tradisional
masih terbatas sebagai bahan bangunan dan kebutuhan keluarga lainnya (alat rumah
tangga, kerajinan, alat kesenian seperti angklung, calung, suling, gambang, bahan
makanan seperti rebung dll.).
Pada umumnya jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang
berdiameter besar dan berdinding tebal. Jenis-jenis tersebut diwakili oleh warga
Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8 jenis).
Dari jenis-jenis tersebut dapat dibudidayakan secara massal untuk menunjang industri
kertas, chopstick, flowerstick, ply bamboo, particle board dan papan semen serat
bambu serta kemungkinan dikembangkan bangunan dari bahan bambu yang tahan
gempa dll.
Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat bambu menjadi salah satu kelengkapan
yang tidak bisa ditinggalkan, misalnya dalam upacara adat, upacara perkawinan,
hajatan keluarga bahkan bahan baku bambu menjadi alat musik khas komunitas
tertentu. Lebih dari itu perkembangan sosial budaya masyarakat ditandai dengan
perkembangannya aksesori bambu dalam pembuatan perabot rumah tangga dan
cindera mata yang bernilai seni tinggi. Di beberapa tempat species bambu tentu
menjadi bagian mitos dan kelengkapan ritual masyarakat yang bernilai magis.
23
Analisis ekonomi hutan tanaman bambu
Berdasarkan penelitian PT Persada Alnita Lestari (2003), pembangunan
Hutan Tanaman Bambu pada tahun pertama memerlukan, biaya Rp 10.137.000,00
dari mulai perencanaan sampai pemeliharaan. Pada tahun ke 2 sampai tahun ke 4
diperlukan biaya sebesar Rp 1.402.900,00 per ha. Apabila daur pengusaha hutan
bambu selama 20 tahun, maka kebutuhan dana total mencapai Rp 87.960.100,00 per
ha. Dengan perolehan hasil sebesar Rp 767.520.000,00. (Bambu, Tanaman
Tradisional yang Terlupakan; OTJO DANAATMADJA, 2006. http:// www.pikiran-
rakyat.com /cetak / 2006/092006/02/10wacana. htm).
Secara analisis finansial investasi pembangunan hutan tanaman bambu dengan
indikator interest 18% per tahun dan dengan metode discounting dari tahun pertama
sampai tahun akhir daur perusahaan (20 tahun) menghasilkan Net Present Valute
(NPV) sebesar 56% sehingga pengusaha bambu ini dikategorikan layak.
Ditinjau dari perhitungan B/C ratio didapat hasil 5,65 dengan payback period
dicapai pada tahun ke-4
24
3. POLA DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA
3.1. Tanaman Utama: Bambu
Bambu tumbuh hampir di semua daerah dan memiliki banyak manfaat penting
bagi masyarakat. Secara garis besar, bambu terbagi menjadi 2 jenis: bambu rumpun
(sympodial) dan bambu rambat (monopodial). Bambu rumpun tumbuh di daerah tropis
dan umumnya ada di daerah kita, sedangkan bambu rambat tumbuh di daerah sub-
tropis.
Bambu memberikan:
• Pendapatan.
• Bahan bangunan.
• Bahan furnitur.
• Makanan, bagi manusia dan ternak.
• Sebagai pagar, pagar hidup atau teralis.
• Penahan angin.
• Pipa irigasi.
• Arang bambu untuk mememasak.
• Bahan alat musik.
• Bahan wadah.
• Bahan kerajinan tangan masyrakat, dan banyak lagi.
Proses menanam dan mengelola rumpun bambu secara benar merupakan
langkah pertama untuk menghasilkan batang berkualitas tinggi dan memudahkan
pemanenan.
Perbanyakan Bambu
Ada beberapa teknik untuk memperbanyak bambu, yaitu perbanyakan
rimpang (rhizoma), potongan batang, atau menggunakan cabang dan biji untuk
beberapa jenis bambu besar. Teknik mana yang akan Anda pakai tergantung pada jenis
bambunya, dan untuk apa bambu itu akan digunakan. Untuk daerah kering, awal
musim hujan adalah waktu terbaik untuk perbanyakan bambu. Namun, jika tersedia
cukup air, perbanyakan ini bisa dilakukan kapan saja.
25
Perbanyakan dengan Rimpang (Rhizoma)
Perbanyakan dengan rimpang cocok untuk penanaman skala kecil karena
tingkat keberhasilannya tinggi. Namun, cara ini sedikit lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lebih banyak. Perbanyakan dengan rimpang bisa dilakukan pada hampir
semua jenis bambu, namun rimpang dari spesies bambu yang besar biasanya terlalu
sulit untuk digali. Oleh karenanya, perbanyakan dengan rimpang paling cocok
diterapkan pada spesies-spesies bambu yang kecil dengan banyak rimpang dan
rumpun.
Langkah-langkah perbanyakan dengan rimpang:
1. Pilihlah rimpang dan rumpun bambu yang ingin Anda perbanyak, batang
berumur satu tahun dari rumpun bambu bagian luar adalah yang paling
gampang dan paling baik.
2. Potonglah batang itu tiga atau empat buku di atas permukaan tanah.
3. Potong lagi pada rimpang, di bagian rimpang itu menyatu dengan rimpang
berikutnya. Biasanya ini mengarah ke tengah rumpun. Galilah akar dan
tanahnya sekitar 10-15 cm dari pangkalnya sehingga ketika Anda
mencabut rimpangnya, masih ada akar dan tanah yang melekat.
4. Jagalah agar rimpang dan akarnya tetap basah hingga penanaman, atau
sebaiknya langsung ditanam. Basahi juga daunnya dengan air. Jagalah
agar rimpang dan akarnya tidak terkena sinar matahari.
5. Tanamlah rimpang itu sedalam kira-kira 15 cm, dan sirami dengan air.
Berikan pupuk atau kompos dan lapisan mulsa di sekitarnya.
Daun dan cabang yang baru akan tumbuh dari ruas-ruas bambu dan pada
awal musim hujan akan tumbuh tunas baru dari rimpan tersebut.
Terkadang tunas baru akan langsung tumbuh.
26
Menanam bambu dengan bahan tanam
berupa rimpang-bambu
Perbanyakan dengan Potongan Batang
Perbanyakan dengan potongan batang baik untuk perkebunan besar dan untuk
penahan angin karena lebih mudah dan memerlukan waktu yang lebih singkat. Namun,
tingkat keberhasilan teknik perbanyakan ini lebih kecil. Teknik ini paling cocok untuk
jenis bambu besar, yang terlalu sulit untuk diperbanyak dengan rimpang.
Langkah-langkah perbanyakan dengan batang:
1. Pilihlah batang bambu yang berumur sekitar 2-3 tahun dan memiliki
banyak cabang.
2. Potonglah sedekat mungkin dengan tanah, dan kemudian potong-potonglah
batangnya sepanjang 1,5 sampai 2 meter.
3. Bersihkan cabang-cabang dan daunnya setelah buku pertama pada tiap
potongan, tapi sisakan 2 atau 3 cabang pada satu sisinya.
4. Galilah parit dan kuburlah batang bambu itu sedalam kira-kira 15 cm.
Setelah penanaman, potonglah cabang-cabang yang tersisa pada 2 buku di
atas tanah. Ini akan membantu Anda mengetahui di mana bambu itu
ditanam.
5. Sirami setiap hari selama satu minggu pertama. Setelah itu, sirami dua
kali seminggu selama satu bulan. Ketika batang bambu itu sudah mulai
bertunas, batang itu sudah siap untuk digali, dipotong, dan ditanam
kembali ke tempat yang telah ditetapkan.
27
Menyiapkan bahan tanam bambu dari batang bambu
Perbanyakan dengan Cabang
Beberapa cabang bambu yang besar dapat dipilih untuk bahan tanam, mereka
biasanya ada diujung atas bambu dewasa. Potong cabang ini sedekat mungkin dengan
batang utama, sepanjang kira-kira 1m (minimum ada 3 mata tunas). Perlakukan
cabang ini seperti menanam stek pada tanah yang subur. Sebaiknya ditanam sedikit
miring.
Pembibitan Bambu
Perbanyakan dengan potongan batang dan cabang dapat juga digunakan untuk
menanam bambu di koker. Perbanyakan dengan rimpang tidak cocok untuk ditanam di
koker, sebaiknya harus ditanam langsung ke lahan.
28
Pengaturan Tanaman Monokultur
Beberapa cara pengaturan tanaman dalam hutan/kebun bambu monokultur
yang disarankan adalah :
(1). Cara bujung sangkar
A* B* * * * * * * * * *
D* C* * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
Pengaturan cara bujursangkar lebih mudah dibandingkan cara yang lain.
Panjang AB = BC = CD = AD. Seandainya jarak tanaman bambu 8 - 10 m, luas
ABCD = 64 - 100 m2.
(2). Cara diagonal
A* B* * * * * * * * * *
D* C* * * * * * * * * *
E* F* * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
Panjang AB = BC = CD = AD, titik E terletak pada titik potong diagonal.
Cara ini sebenarnya sama dengan cara bujursangkar, hanya pada titik potong diagonal
diberi tanaman berumur pendek yang kemudian hari tanaman tersebut dibongkar.
Jarak tanam yang dianjurkan 10-12.5 m.
(3). Cara Garis Tinggi (Contour)
Cara garis tinggi ini dikerjakan bila tanah untuk perkebunan bambu terletak
pada tanah yang miring. Saat penanaman sebaiknya tanah dibuat teras lebih dahulu.
Karena tanahnya miring maka sulit untuk dibuat cara bujur sangkar atau segitiga sama
sisi. Jarak dalam baris pada tinggi yang sama dapat ditentukan misalnya 10-15 m,
tetapi jarak dari teras yang satu ke teras yang lain mungkin sulit disamakan. Dalam hal
ini perlu disesuaikan dengan keadaan.
Jarak Tanam
29
Jarak tanam bambu tergantung beberapa faktor di antaranya jenis tanah, berat
ringannya tanah, kesuburan tanah, dan varietas tanaman bambu. Pada tanah yang tan-
dus, pertumbuhan tanaman kurang subur sehingga dapat ditanam pada jarak yang
lebih dekat. Tanaman yang berasal dari biji pada umumnya lebih besar daripada yang
berasal dari semai atau stek, sehingga ditanam dengan jarak yang lebih lebar. Jarak
tanam bambu yang baik adalah 8 - 10 m, sehingga pada waktu tanaman bambu sudah
besar tidak akan berdempetan dan akan mengurangi timbulnya penyakit .
Pembuatan Lubang Tanam
Setelah ajir dipasang sesuai dengan cara tanam yang dikehendaki, kemudian
dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm. Pada waktu penggalian lubang,
titik tengahnya tepat pada ajir. Tanah bagian bawah dipisahkan dari tanah bagian atas,
karena pada saat pengisian lubang, yang dimasukkan terutama adalah tanah bagian
atas yang baik, sedangkan tanah bawah tidak perlu dimasukkan tetapi telah diganti
dengan kompos atau pupuk kandang yang telah jadi, dan dicampur dengan tanah
bagian atas, superphosphat dan abu bakar. Tanah bagian bawah yang tidak digunakan,
dibiarkan diatas tanah disekitar lubang dan akan menjadi tanah yang baik karena
pelapukan. Pemberian superphosphat + 300 - 500 gram tiap lubang dan abu kayu
bakar + 3 - 5 kg. Pupuk kandang sebanyak dua kaleng minyak tanah yang
dicampurkan pada kedua macam tanah galian. Kemudian tanah bagian bawah
dikembalikan ke bawah, dan yang atas ditaruh kembali diatasnya. Setelah diisi, lubang
diberi air kompos air pupuk kadang secukupnya. Pembuatan lubang sebaiknya
dilakukan pada musim kemarau sehingga akan mendapat banyak sinar matahari yang
dapat mematikan penyakit yang ada.
Penanaman bibit stek
Penanaman sebaiknya dilakukan sore hari pada musim hujan, sehingga tidak
perlu menyiram dan udara tidak terlalu panas pada siang hari. Hal ini akan
mengurangi kematian bibit tanaman yang baru ditanam. Sebelum bibit ditanam, lubang
yang telah diisi tanah dibiarkan beberapa hari sampai tanah betul- betul tidak turun
lagi. Kalau tanah masih turun di tambah tanah lagi yang telah dicampur kompos,
pupuk kandang dan superphosphat. Pemberian tanah sedikit lebih tinggi dari tanah
disekitarnya sehingga tidak tergenang air hujan. Di tempat ajir, dibuat lubang yang
sedikit lebih besar dari keranjang bibit, kemudian ditaburi dengan furadan, curaterr,
temik atau mipzinon + 10 - 25 gram tiap lubang guna mencegah gangguan rayap atau
semut yang mungkin ada. Waktu penanaman sebaiknya keranjang dilepas supaya
tidak didatangi rayap. Pada waktu menanam diusahakan leher akar tetap seperti pada
waktu di pesemaian dan tempat mata tempel atau sambung jangan sampai tertimbun
tanah. Setelah tanam segera disiram sampai betul-betul basah lalu dibuat peneduh
yang terbuat dari daun kelapa, alang-alang atau yang lainnya sehingga tidak terkena
sinar matahari secara langsung. Peneduh (kalau perlu) tetap dipakai selama 2 - 3
minggu, setelah itu peneduh dibuka sedikit demi sedikit. Apabila yang ditanam bibit
stek cabutan, akar yang rusak atau sakit dipotong sampai di tempat yang sehat, dan
luka diolesi obat luka. Pada waktu menanam diusahakan akar tersebar seperti keadaan
aslinya, apabila akar terlalu panjang bisa dipotong sehingga tidak bengkok waktu dita-
nam. Bila terdapat hama putih pada akar harus dibersihkan jangan sampai ikut
30
ditanam, demikian pula hama yang lain. Daun dipotong 1/3 sampai 2/3 bagian dari
panjangnya untuk menghidari penguapan yang berlebihan. Pada waktu menanam,
tanah diberikan sedikit demi sedikit sehingga bisa masuk di antara akar.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman. Bibit yang baru ditanam sebaiknya disiram secara teratur setiap
hari, lebih-lebih yang berasal dari stek cabutan. Disamping itu juga diperlukan
naungan untuk melindungi dari terik sinar matahari sehingga daun dan batang tidak
kering .
Pengendalian gangguan hama, penyakit dan gulma. Karena penanaman
dilakukan pada musim hujan di mana keadaan udara selalu berawan dan lembab,
sehingga selalu ada kemungkinan timbul penyakit. Untuk pencegahannya bisa
disemprot dengan fungisida misalnya dengan Bubur Burdeaux (BB). BB ini melekat
lebih kuat dibandingkan fungisida lainnya, tidak lekas larut bila terkena hujan, dan
masih bisa melekat beberapa lama. Bila ada tumbuhan epifit walaupun bukan parasit
segera dihilangkan karena mungkin menjadi inang hama atau penyakit. Gulma harus
segera disiang karena dapat menyaingi tanaman bambudalam menyerap makanan,
sehingga mungkin bambukalah cepat apalagi bila tanaman bambumasih muda. Selain
itu gulma dapat menjadi inang penyakit yang kemudian bisa menyerang tanaman
bambu.
Pengelolaan Rumpun
Pengelolaan rumpun bambu yang baik akan menghasilkan batang bambu
berkualitas tinggi, serta memudahkan pemanenan. Satu rumpun bambu yang dikelola
dengan baik akan memiliki batang umurnya bervariasi, dari umur 3, 2, dan 1 tahun,
serta tunas-tunas baru. Sebaiknya terdapat 6-8 batang yang seumur pada tiap
rumpunnya, jadi ada sekitar 24-32 batang per rumpun. Semuanya harus mendapatkan
ruang yang cukup untuk bisa tumbuh dengan baik dan mudah dipanen.
Membuka Rumpun Bambu
Rumpun bambu yang dikelola dengan baik akan terlihat terbuka dan sehat
sehingga memudahkan kita untuk memilih dan menata mana bambu yang siap dipanen
dan mana yang masih muda. Rumpun yang tidak dikelola akan terlihat padat dan
semrawut, sulit untuk memilih dan mencapai mana batang yang siap dipanen, dan
sering ada batang yang mati atau kering di tengah rumpun. Situasi seperti ini akan
menyulitkan kita ketika memanennya. Langkah pertama dalam mengelola rumpun
adalah dengan memotong semua batang yang sudah tua atau mati. Ini memang sulit
dilakukan karena letaknya kadang di tengah-tengah rumpun. Salah satu cara untuk
melakukannya adalah dengan memotong satu sisi rumpun hingga ke tengahnya,
kemudian memotong batang yang tua atau mati. Potonglah sedekat mungkin dengan
permukaan tanah. Ini akan menciptakan bentuk yang memungkinkan kita untuk
memanen batang yang tua dari tengah rumpun tanpa merusak tunas baru yang
biasanya berada di luar rumpun.
31
Membuka rumpun dengan jalan menebang sejumlah batang bamboo
Penjarangan rumpun bambu
Menghilangkan batang-batang yang rusak, bengkok, atau terlalu berdekatan
satu sama lain. Jika rumpun itu pernah dipanen sebelumnya, akan ada
banyak bekas-bekas pangkal bambu, sisa-sisa ini sebaiknya dibersihkan
dengan memotongnya sedekat mungkin dengan permukaan tanah. Ini akan
memudahkan kita untuk mencapai bagian tengah rump[un bambu.
Pemangkasan Cabang
32
Pangkaslah cabang-cabang yang lebih rendah untuk memudahkan akses ke
dalam rumpun. Pemotongan sebaiknya di buku kedua atau ketiga pada
cabang yang dipangkas sehingga dapat mencegah jamur untuk mencapai
batang.
Pemangkasan tunas.
Bila tanaman muda sudah mulai tumbuh sebaiknya jumlah junas dikurangi.
Ranting / cabang yang kering atau terkena penyakit sebaiknya dipotong, tetapi jangan
terlalu banyak memangkas daun yang masih sehat, karena akan mengurangi
fotosintesis sehingga pertumbuhan akan terhambat .
Memilih dan Menandai Tunas
Saat musim tunas, pilihlah 6-8 tunas yang sehat dan berada dalam posisi yang
baik. Tunas lainnya bisa dihilangkan, ini akan merangsang pertumbuhan tunas baru
kemudian hari. Tunas yang dihilangkan dapat dimanfaatkan sebagai sayur rebung atau
pakan ternak. Tunas baru bisa ditandai untuk mengetahui umurnya kelak. Batang
bambu yang kuat, keras, dan tahan terhadap serangga adalah batang yang dipanen
pada saat berumur 3 tahun atau lebih. Cara menandai batang adalah dengan
menggoresnya pada tunas sebelum memiliki daun, goresan ini akan meninggalkan
bekas yang permanen. Tandai semua tunasnya pada ketinggian yang sama, sekitar 1
meter di atas permukaan tanah. Misalnya, untuk tahun 2000, tandai dengan 4, bambu
ini akan siap panen pada tahun 2003. Maka pada tahun 2003, akan diketahui batang
mana saja dengan tanda 4 yang telah berumur 3 tahun.
Penggemburan Tanah. Apabila tanah padat sebaiknya digemburkan,
sehingga dapat terjadi pertukaran udara dalam tanah. Akar tanaman yang mendapat
cukup udara akan tumbuh sehat dan dapat menyerap makanan cukup banyak sehingga
33
tanaman akan tumbuh pesat. Penggemburan tanah jangan terlalu dalam karena dapat
memutuskan akar .
Pemangkasan (kalau dianggap perlu). Pemangkasan daun tua sebagai
pemeliharaan dapat dilakukan sewaktu-waktu. Pemangkasan ini ditujukan untuk
membuang daun tua yang patah, rusak, yang mengganggu cabang lain, atau cabang
yang tidak dikehendaki. Sedangkan pemangkasan peremajaan dilakukan dengan
memangkas semua cabang yang kecil-kecil, kecuali satu batang paling atas untuk
memelihara kelanjutan hidup tanaman. Tunas-tunas baru yang tumbuh disisakan 2 - 3
batang.
Pemupukan. Program pemupukan yang dianjurkan untuk kebun bambu
adalah :
(a). Tanaman muda
1. Pada permulaan tanam : pupuk kandang 2 - 3 kg/tanaman
2. Kemudian : 0.25 - 1.25 kg ZA (20 %)
0.0 - 0.5 kg Superphosphat (18 % P2O5)
0.1 - 0.25 kg Kaliumsulphat (50 % K2O)
(b). Tanaman Desawa:
1.1 - 5.0 kg ZA;
0.4 - 0.8 kg Superphosphat;
0.5 - 0.75 kg Kalisulphat;
Disamping itu dapat juga diberikan pupuk campuran dengan aturan sebagai berikut :
a. pada tanaman muda : 0.5 - 1.5 kg (15 N : 5 P : 15 K)
b. pada tanaman tua : 2 - 3 kg ( 12 N : 8 P : 18 K)
Tanaman sela. Di sela-sela tanaman bambu muda dapat ditanami aneka
tanaman sayuran sewaktu tanaman bambu tersebut masih kecil (hingga umur 5 tahun).
Jenis tanaman sela yang dapat digunakan yaitu sayuran, kedelai, kacangtanah atau
jagung.
Panen Bambu.
Tanaman bambu yang berasal dari bibit stek diharapkan panen setelah umur
+ 1-1.5 tahun, dan hasil terbanyak diberikan oleh rumpun tanaman bambu yang
berumur lebih dari 5 - 6 tahun. Tanaman bambu dapat dipanen bila kulit batang yang
semula berwarna hijau muda sudah berubah menjadi hijau tua atau kebiru-biruan, dan
kulit seakan-akan tertutup oleh lapisan lilin yang akhirnya akan menghilang. Batang
yang demikian keadaannya masih keras tetapi sudah cukup tua.
Batang Bambu Berkualitas Tinggi
Batang bambu berkualitas tinggi tergantung pada beberapa hal, antara lain:
1. Spesies bambu.
2. Usia batang bambu.
3. Waktu panen.
4. Perawatan dan penyimpanan.
34
5. Pengawetan.
1. Spesies Bambu
Beberapa jenis bambu secara alamiah lebih kuat dan lebih tahan terhadap
hama penggerek daripada jenis bambu lainnya. Di Indonesia, jenis-jenis bambu yang
umum ditanam dan dimanfaatkan, antara lain: bambu betung/petung, bambu tali/apus,
bambu gombong, bambu item, bambu ampel, bambu duri, bambu santong, bambu
tutul, bambu kuning, dan masih banyak lagi.
2. Umur Batang Bambu
Bambu sebaiknya dipanen setelah berumur 3 tahun. Untuk beberapa jenis
bambu, bahkan harus dipanen saat berumur 4, 5, atau 6 tahun. Jenis bambu tali/apus
paling baik dipanen setelah 3 tahun, jenis bambu petung setelah 4 atau 5 tahun. Bila
batang bambu masih berumur 1-2 tahun, kandungan bubuk gula/bubuk patinya
banyak sehingga hama penggerek atau kutu bubuk (Dinoderus sp.) sangat
menyukainya. Setelah 3 tahun, bubuk itu akan berkurang dan silikanya akan menjadi
dominan. Silika merupakan suatu mineral yang membuat batang bambu menjadi lebih
keras dan tidak disukai hama. Bambu yang dipanen pada umur kurang dari 3 tahun
akan mudah mengkerut dan patah, serta memiliki kutu bubuk dan hama penggerek
yang lebih banyak. Bambu yang dipanen pada umur 3 tahun atau lebih akan lebih kuat
dan tahan hama.
3. Waktu Panen
Waktu pemanenan yang baik adalah selama musim kemarau. Pilihlah waktu
ketika tunas baru yang ada di rumpun berada dalam kondisi ketinggian maksimum dan
mulai mengembangkan daun-daunnya di bagian atas. Pada saat seperti ini batang
bambu dewasa dalam kondisi yang paling kuat. Ada suatu kebiasaan umum di Asia,
yaitu melakukan pemanenan bambu di saat bulan purnama. Ini bertujuan untuk
membantu mencegah hama penggerek pada bambu dan juga bambu berkurang kadar
airnya ketika bulan purnama. Kebiasaan ini akan menghasilkan bambu yang
berkualitas baik. Hindari pemanenan di saat musim rebung karena bambu sedang
„menyusui‟ anaknya pada waktu ini. Saat ini kandungan air dan gula pada bambu
sedang tinggi. Di samping itu, penebangan bambu akan merusak rebung-rebung
tersebut.
35
4. EKOSISTEM HUTAN BAMBU
4.1. Konservasi Tanah dan Air
Selama tahun 2010 banyak terjadi bencana tanah longsor dan banjir.
Perubahan iklim global, telah mengakibatkan adanya curah hujan yang sangat tinggi
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Curah hujan yang sangat tinggi inilah sebenarnya
penyebab utama datangnya bencana banjir dan tanah longsor. Namun bencana
demikian, sebenarnya bisa dicegah. Seandainya hutan di Indonesia, khususnya di pulau
Jawa tidak diobabat habis, maka bencana banjir dan longsor itu pasti bisa
diminimalkan.
Selama 20 tahun terakhir, penghijauan lahan gundul memang banyak
dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Tanaman penghijauan favorit yang paling
banyak dibudidayakan masyarakat adalah albisia, sengon alias jeungjing (Albizia
falcataria). Minat masyarakat untuk membudidayakan albisia semakin tinggi, setelah
beberapa pabrik pengolahan kayu modern berdiri. Pabrik ini akan mengolah kayu
albisia hingga siap untuk diekspor ke Jepang. Di satu pihak, albisia memang telah
berhasil menghijaukan lahan rakyat yang selama ini gundul. Namun di lain pihak,
justru tanaman inilah yang menjadi salah satu penyebab bencana longsor.
Albisia merupakan tanaman kayu yang pertumbuhannya sangat cepat. Hingga
umur di bawah 10 tahun, pasti sudah ditebang habis. Karena tidak pernah menjadi tua,
maka akar tunggang albisia belum sempat untuk menembus lapisan tanah yang lebih
keras. Tanah di bawah tegakan albisia, terutama tanah liat, akan menjadi jenuh air
apabila curah hujan cukup tinggi. Beban batang dan tajuk tanaman di atas permukaan
tanah, juga ikut mendorong terjadiya longsor. Terlebih kalau tingkat kecuraman lahan
yang ditanamai albisia itu di atas 30°. Dari foto-foto dan tayangan tivi, tampak jelas
bahwa bagian tanah yang lungsor itu banyak ditumbuhi albisia.
Sebenarnya masyarakat akan lebih diuntungkan, kalau lahan kritis itu
ditanami bambu. Keuntungan yang diperoleh masyarakat dari tanaman bambu ada
dua. Pertama, secara finansial hasil dari 1 hektar lahan yang ditanami bambu, lebih
besar dibanding dengan lahan yang ditanami albisia. Sebab bambu sudah mulai bis
dipanen pada tahun III, dan selanjutnya akan bisa dipanen terus tanpa perlu
penanaman ulang. Hasil dari tanaman bambu bukan hanya berupa kayu (batang
bambu), melainkan juga rebung. Asalkan, bambu yang dibudidayakan dari jenis yang
rebungnya enak. Indonesia tercatat memiliki 142 jenis bambu yang sebagian besar
rebungnya enak dimakan.
Keuntungan kedua dari budidaya bambu di lahan kritis adalah, lahan tersebut
menjadi aman dari bencana tanah longsor. Sebab bambu akan membentuk rumpun,
bukan merupakan tanaman tunggal seperti halnya albisia. Akar bambu juga
merupakan akar serabut yang tumbuh sangat rapat. Akar bambu yang mati karena
tanamannya telah ditebang, akan tetap membentuk serabut, hingga tanah itu menjadi
sangat gembur dan menyerap air dengan sangar cepat. Dalam kondisi curah hujan
sangat tinggi, tanah di sekitar rumpun bambu tidak akan jenuh air. Sebab air dari
curah hujan yang sangat tinggi itu akan diresapkan dalam jangka waktu sangat cepat.
Dengan sifat perakaran demikian, bambu bisa sengaja dibudidayakan sebagai
sabuk gunung (atau bukit), untuk mencegah longsor. Tanaman bambu yang
36
dibudidayakan melingkari sebuah bukit, akan bisa dengan aman menahan gerakan
tanah. Sifat menahan longsor ini akan lebih kuat kalau penanamannya dilakukan dalam
tiga lapis atau lebih, kemudian ditanam pula deretan memenjang dari atas ke bawah.
Hingga dari atas, bentuk deretan rumpun bambu itu akan tampak seperti anyaman tali,
yang melingkari pinggang bukit. Jarak ke atas maupun menyamping antar deretan
rumpun bambu ini bisa dibuat 30 sd. 60 m. hingga bagian tengahnya tetap bisa
ditumbuhi tanaman semusim.
Dengan pola penanaman demikian, masyarakat akan sangat diuntungkan.
Sebab bukit dengan tingkat kecuraman sampai lebih dari 45° pun akan tetap aman dari
longsor. Warga masyarakat yang tinggal di bawah bukit tersebut tidak perlu khawatir
tertimbun longsoran, meski hujan turun dengan intensitas sangat tinggi. Praktek
menanami tebing terjal dengan bambu, selalu diterapkan oleh nenek-moyang kita.
Kalau kita perhatikan tebing-tebing terjal (jurang) di pinggir kali, selalu ditumbuhi
bambu. Sebab dengan adanya rumpun bambu yang saling bergandengan akarnya,
maka tanah di bawahnya akan diikat dengan sangat erat.
Selama ini, faktor benih memang telah menjadi kendala utama budidaya
bambu. Di Indonesia, bambu selalu ditanam dengan benih bonggol (batang dalam
tanah) berikut satu meter batang dan ranting. Membongkar rumpun bambu untuk
memperoleh bonggolnya cukup berat. Hasil benih yang didapat juga terbatas. Dari
satu rumpun bambu dengan 10 batang, kalau dibongkar semua hanya akan
menghasilkan 10 benih. Itu pun harus dengan mengorbankan rumpun yang produktif.
Mengangkut 10 bonggol bambu juga makan tempat dengan bobot yang cukup besar.
Hingga seluruh pekerjaan mulai dari membongkar, mengangkut dan menanam benih
bonggol itu akan menjadi cukup berat.
Sebanarnya, bambu juga bisa dikembangbiakkan dengan biji serta kultur
jaringan. Namun upaya menumbuhkan bunga dan biji bambu juga tidak mudah.
Demikian pula dengan kultur jaringan. Selain itu, dua cara ini biayanya tinggi dan
perlu waktu lama. Untuk mengecambahkan biji sampai dengan siap tanam, diperlukan
waktu paling cepat 2 tahun. Kultur jaringan, makan waktu lebih lama lagi. Untuk
mengatasi hal ini para petani Thailand biasa menggunakan benih "cangkokan" dari
cabang (ranting). Cara yang mereka lakukan, mirip dengan petani Sleman, DIY,
ketika mencangkok salak pondoh.
Selain mudah dan murah, teknik perbanyakan dengan memanfaatkan ranting
ini, juga mampu mempercepat pengadaan benih secara massal. Sebab dari satu batang
bambu bisa dihasilkan sekitar 10 benih, tanpa mengorbankan batang bambu tersebut
dan produktifitas rumpun. Mengambil dan mengangkut benih ranting juga tidak makan
tempat dan ringan. Tidak seperti pengambilan dan pengangkutan benih bonggol. Bahan
yang digunakan petani Thailand untuk "mencangkok" bambu adalah kantung plastik
bening 0,5 kg. atau 1 kg, dengan media gabus sabut kelapa (cocodush). Gabus sabut
direndam air, lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik.
Setelah dipadatkan dan ujungnya diikat, kantung berisi media tersebut disayat
sebagian. Pangkal cabang yang akan "dicangkok" dimasukkan ke bagian yang tersayat
ini lalu diikat erat-erat. Dalam waktu kurang dari satu bulan akar sudah tumbuh.
Cabang baru bisa diambil setelah akar yang kelihatan pada bungkus plastik itu
berwarna cokelat. Ujung cabang harus dipotong hingga tersisa 1,5 m sebelum disemai
di polybag. Media semai paling ideal berupa tanah bercampur humus bambu. Tanah
37
ini bisa diambil dari bawah tegakan rumpun bambu. Setelah benih dalam polybag
tersebut menumbuhkan tunas dan anakan berupa rebung kecil), benih bisa ditanam di
lapangan.
Budidaya bambu dapat dilakukan secara khusus untuk menghasilkan rebung.
Jenis bambu yang dapat ditanam untuk tujuan ini adalah bambu yang rebungnya enak
seperti bambu ater (Gigantochloa atter), bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu
duri (Bambusa blumeana) dan bambu hitam (Gigantochloa atriviolacea). Dalam satu
rumpun, secara konstan dipelihara hanya 5 batang bambu. Kalau satu batang
ditebang, satu rebung harus dipelihara, agar menjadi individu tanman baru. Selebihnya
rebung dipanen. Tiap 36 hari, satu rumpun akan menghasilkan satu rebung. Dengan
jarak tanam 4 X 6 m, populasi per hektar mencapai 400 rumpun. Dari tiap hektar
kebun bambu ini, tiap harinya dapat dipanen 10 rebung.
Setiap tahun, dari setiap hektar lahan dapat dipanen 4.000 rebung dan 800
batang bambu (satu rumpun ditebang 2 disisakan 3 batang). Setelah dibersihkan dan
bagian pangkalnya dibuang, bobot satu rebung hanya sekitar 1 sd. 1,5 kg. Hingga hasil
per hektar per tahun sekitar 20 sd. 30 ton rebung yang sudah terkupas dan dibuang
bagian pangkalnya yang berkayu. Dengan harga sekitar Rp 2.000,- per kg. maka dari
satu hektar lahan itu akan dapat diperoleh pendapatan kotor dari rebung Rp
40.000.000,- sd. Rp 60.000.000,- dalam setahun. Sebagian besar dari pendapatan
tersebut akan digunakan untuk biaya penyusutan, tenaga kerja (pengambilan rebung
dan pengupasan). Pendapatan bersih bisa separo dari pendapatan kotor tersebut.
Dengan adanya dua keuntungan tersebut, yakni keuntungan finansial dan
keuntungan ideal, maka budidaya bambu untuk mencegah longsor menjadi sangat
strategis. Sudah saatnya pemerintah melalui BUMNnya, baik Perum Perhutani
maupun PT Perkebunan Nusantara (PTPN), mempelopori hal ini. Sebab lahan dengan
tingkat kecuraman tinggi di Jawa, umumnya dikuasai oleh Perum Perhutani dan
PTPN. Setelah melihat contoh, biasanya masyarakat akan dengan mudah mengukuti
contoh tersebut. Bencana longsor dan banjir pada awal tahun 2006 ini sudah sangat
meluas dan memprohatinkan. Sudah saatnya kita semua kembali membudidayakan
bambu, memanfaatkan rebung dan batangnya, serta memperoleh perlindungan dari
bencana longsor.
4.2. Pelestarian Hutan BAMBU
4.2.1. Kelebihan Bambu
Bambu merupakan tanaman yang secara botanis dapat digolongkan pada
famili Gramineae (rumput). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah
dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3800 m di
atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan memiliki akar rimpang, yaitu
semacam buhul yang bukan akar maupun tandang. Bambu memiliki ruas dan buku.
Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar-akar yang memungkingkan
untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap ruasnya, disamping
tunas-tunas rimpangnya.
38
Bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari benda
kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi. Diantara
pemanfaatan bambu antara lain digunakan sebagai topi, kursi, meja, lemari, alat musik
angklung, sayur (rebung), kertas, dan bahan bangunan. Kegunaan ini tidak hanya
dikenal dibeberapa negara saja melainkan hampir di seluruh dunia sejak dahulu kala.
Setidaknya ada tiga kelebihan bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan
antara lain:
1. Pertumbuhannya Cepat
Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang
singkat dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu
dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk
mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu
memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi. Bambu yang telah
dipanen akan segera tergantikan oleh batang bambu yang baru. Hal ini
berlangsung secara terus menerus secara cepat sehingga tidak perlu
dikhawatirkan bambu ini akan mengalami kepunahan karena dipanen.
Berbeda dengan kayu, setelah ditebang akan memerlukan waktu yang
cukup lama untuk menggantinya dengan pohon yang baru.
2. Tebang Pilih
Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk
digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih.
Tebang habis yaitu menebang semua batang bambu dalam satu rumpun
baik batang yang tua maupun yang muda. Metode ini kurang
menguntungkan karena akan didapatkan kualitas bambu yang berbeda-
beda dan tidak sesuai dengan yang diinginkan, selain itu akan memutuskan
regenarasi bambu itu sendiri. Metode tebang pilih adalah metode
penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat efektif karena
akan didapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan
kelansungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan.
3. Meningkatkan Simpanan Air Tanah
Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar
ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik.
Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40%
air hujan, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 %.
4.2.2. Penanggulangan Illegal Logging dengan Hutan Bambu
Sebagaimana kita ketahui bahwa illegal logging telah mengakibatkan rusaknya
hutan di Indonesia. Hingga tahun 2005, Indonesia telah merusak 61 juta hektar hutan.
Perusakan hutan tersebut banyak terjadi Papua, Kalimantan, Jambi, dan Sulawesi.
39
Berbagai upaya telah dilakukan utuk memberantas illegal logging sampai kepada akar-
akarnya, tetapi hasilnya tak kunjung terselesaikan.
Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam memberantas pelaku-pelaku
illegal logging sehingga pengrusakan hutan akibat pembalakan liar ini dapat
dihentikan. Akan tetapi, hal yang tak kalah pentingnya dilakukan adalah bagaimana
mengembalikan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan mahluk hidup di muka
bumi. Fungsi hutan yang telah hilang yaitu sebagai tempat hidup berbagai hewan dan
tempat persediaan air tanah dan udara bersih. Untuk mengembalikan fungsi hutan yang
telah rusak tersebut dapat dilakukan dengan melestarikan tanaman bambu sebagai
tanaman reboisasi dan rehabilitasi. Dengan melestarikan bambu, hutan yang telah
rusak akan kembali memberikan fungsinya dengan baik dalam waktu yang cukup
cepat.
Rusaknya hutan akibat illegal logging mengakibatkan sebagian hewan hampir
punah. Hal ini karena hutan merupakan tempat hidup mereka. Untuk mengembalikan
tempat hidup hewan tersebut, pelestarian hutan bambu merupakan alternatif yang
sangat tepat. Hutan bambu tumbuh berumpun sehingga akan membuat hutan kembali
lebat.
Fungsi hutan yang kedua yaitu sebagai tempat persediaan air tanah dan udara
bersih. Akibat rusaknya hutan, kita menjadi kekurangan air bersih di dalam tanah
apalagi saat musim kemarau, sedangkan saat musim hujan terjadi longsor dan banjir
karena air tersebut tidak lagi terserap ke dalam tanah. Fungsi hutan ini akan dicapai
dengan melestarikan hutan bambu. Bambu rata-rata menyerap air hujan hingga 90%.
Ini merupakan jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan pepohonan yang hanya
menyerap air hujan 35-40 % air hujan.
4.2.3. Penanggulangan Global Warming dengan Hutan Bambu
Pemanasan global merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan kehidupan
di bumi. Beberapa fakta menunjukkan akan kebenaran hal ini diantaranya es di kutub
utara dan selatan telah mencair, naiknya permukaan air laut, perubahan iklim,
terjadinya gelombang panas, dan habisnya sumber air bersih dunia. Semua itu akibat
dari pemanasan global.
Penyebab terbesar terjadinya pemanasan global yaitu gas Karbon Dioksida
(CO2), metana (CH4), Nitrogen Oksida (NO), dan Chlorofluorocarbon (CFC). Hutan
yang diharapkan menjadi tempat penimbunan gas CO2 telah rusak. Bahkan rusaknya
hutan ini menambah jumlah CO2 di udara. Pohon-pohon yang telah mati akan
menghasilkan gas CO2 dan melepasnya ke atmosfer. Oleh karena itu, yang harus
dilakukan adalah menghilangkan Karbon Dioksida di udara yang dapat menumpuk di
lapisan atmosfer. Untuk menghilangkan gas Karbon Dioksida di udara dilakukan
penghijauan yaitu memperbanyak menanam pohon sehingga gas-gas CO2 dari
berbagai sumbernya dapat diserap dan tidak sampai ke atmosfer. Gas-gas CO2
tersebut diserap dalam proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman hijau tersebut.
Berkaitan dengan upaya penghijauan maka tanaman hijau yang sebaiknya
ditanam adalah tanaman bambu, bukan tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan.
Alasan ini berdasarkan pada prediksi seorang ahli iklim NASA bernama dr. H. J.
40
Zwally yang mengatakan bahwa hampir semua es di kutub utara akan lenyap pada
akhir musim panas 2012 akibat pemanasan global. Tanaman bambu dapat tumbuh
dengan cepat yang hanya membutuhkan waktu sekitar tiga tahun saja, dibandingkan
dengan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan yang memerlukan waktu yang cukup
lama untuk mencapai usia dewasa. Selain itu, dalam hal penyerapan Karbon Dioksida,
bambu lebih banyak menyerap Karbon Dioksida dari pada tanaman kayu-kayuan
ataupun buah-buahan. Studi menunjukkan bahwa satu hektar tanaman bambu dapat
menyerap lebih dari 12 ton karbon dioksida di udara. Ini merupakan jumlah yang
cukup besar. Dengan melestarikan hutan bambu, berarti kita telah memiliki mesin
penyedot karbon dioksida dalam kapasitas yang besar.
Pelestarian hutan bambu merupan langkah yang sangat efektif dan efisien
dalam upaya penanggulangan masalah pemanasan global dan pembalakan liar.
Pelestarian hutan bambu seyogianya dilakukan di seluruh dunia. Dengan hutan bambu,
fungsi hutan sebagai penopang kehidupan mahluk hidup di muka bumi dapat
dikembalikan dengan cepat. Dalam pelestariannya tidak dibutuhkan waktu yang cukup
lama karena bambu dapat mencapai usia dewasa pada umur 3-6 tahun. Selain itu,
penanaman bambu tidak memerlukan biaya yang cukup besar seperti kayu-kayuan
karena tanaman bambu merupakan tanaman rakyat yang mudah dan murah didapatkan
dibandingkan dengan kayu-kayuan.
41
5. Kelembagaan Pengelola Sistem Produksi
5.1. Jenis dan Sebaran Kelompok Usaha Bersama (KUBA)
a. DASAR-DASAR PEMBENTUKAN KELOMPOK
a.1. Dasar Filosofis
Manusia ditakdirkan Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri. Sejak lahir manusia membutuhkan kasih sayang, persaudaraan dan kerjasama
dengan orang lain untuk dapat berkembang. Pada sisi lain, setiap orang ingin agar
kebutuhan ekonomi terpenuhi. Manusia mengejar kepuasan dan kemakmuran bagi
diri sendiri. Naluri untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya juga menjadi
fitrah manusia yang normal. Secara utuh manusia memang harus diterima dalam
fitrahnya sebagai insan sosial yang haus kasih sayang dan persaudaraan, sekaligus
juga makhluk ekonomi yang mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri.
a.2. Mengapa Kelompok diperlukan?
Secara sendiri-sendiri tidak mudah bagi penduduk miskin untuk mengem-
bangkan kehidupan ekonomi keluarganya. Keterbatasan pengeta huan, kelangkaan
sumberdaya dan sempitnya pelkuang, membelenggu mereka tetap dalam
kemiskinannya. Kerjasama, saling membantu, terbukti dapat memeperkuat posisinya,
meningkatkan kepercayaan diri dan kepercayaan orang lain. Saling menolong dan
bekerjasama memperkuat penum pukan sumber pelayanan ekonomi dan memperluas
kesempatan untuk mencapai kemajuan. Oleh karenanya pendekatan kelompok
diperlukan agar:
a. memperoleh persahabatan dan kerjasama
b. mewujudkan semangat saling membantu
c. melatih diri berfikir bersama dan bermusyawarah
d. mengembangkan sikap dan motivasi untuk maju
e. belajar memimpin dan bertanggung-jawab
f. belajar memutuskan tujuan dan rencana hidup yang jelas
g. mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung
h. mengembangkan usaha produktif
i. memperoleh pelayanan pinjaman untuk modal usaha
j. meningkatkan pelayanan pihak lain (misalnya Bank)
k. memperluas hubungan pergaulan dan kesempatan-kesempatan
l. memperoleh bimbingan dan pembinaan.
b. Kelompok Sasaran
POKSAR progarm ini adalah penduduk yang bermukim di desa lahan kering
di sekitar kawasan hutan. Mereka merupakan kelompok masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan terbatas kemampuan serta aksesnya dalam mendapatkan
pelayanan, pra-sarana, dan permodalan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya atau
menghadapi masalah khusus dan mendesak yang segera memerlukan penanganan dan
bantuan.
42
b.1. Pengertian kelompok
Kelompok merupakan kumpulan penduduk setempat yang menyatukan diri
dalam usaha di bidang sosial-ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan,
keswadayaan, dan kegotong-royongan mereka. Kelompok merupakan milik anggota,
untuk mengatasi masalah bersama serta mengembangkan usaha bersama anggota.
Kelompok beranggotakan sekitar 20-30 KK dan berada di desa/kelurahan, atau di
bawah tingkat desa/ kelurahan yaitu dusun, lingkungan, RW, atau RT. Dalam satu
desa/kelurahan dapat tumbuh beberapa kelompok seusai dengan kebutuhan.
Kelompok dapat tumbuh dari kelompok tradisional yang telah ada, seperti kelompok
arisan, aseptor KB, kelompok sinoman, kelompok paketan, dan kalau belum ada
segera ditumbuhkan dan dibina secara khusus.
Kelompok dapat dipandang sebagai wadah kebersamaan dalam mengelola
kegiatan sosial-ekonomi. Dalam melaksanakan prinsip kebersamaan setiap anggota
ikut bertanggung-jawab, saling mempercayai dan saling melayani. Dalam
kebersamaan terbuka peluang untuk menghimpun dana dari anggota, mengelola dana
secara bersama oleh anggota, dan memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan
seluruh anggota. Kebersamaan ini menunjukkan semangat dan kegiatan kooperatif
yang menjadi dasar bagi gerakan koperasi yang mandiri dan handal.
b.2. Pembentukan kelompok
Untuk memperlancar dan mengefektifkan upaya mempercepat penanggu-
langan kemiskinan, penduduk miskin diharapkan membentuk kelompok. Pembentuk
kelompok sebagai wadah usahatani bambu dimaksudkan agar penanganan tenagakerja
dapat terarah, interaksi di antara masyaraat dapat ditingkatkan dan kesetia-kawanan
serta kegotong-royongan dapat dibangun dan dikembangkan. Kesatuan dan
persatuan di dalam kelompok bermanfaat untuk mengenali permasalahan bersama
serta merumuskan langkah penanganan masalah di antara anggota. Kehadiran
kelompok memungkinkan terjadinya pengawasan pelaksanaan program agribisnis
bambu oleh masyarakat sendiri.
Ketetapan dalam penentuan KUBA akan sangat menentukan keberhasilan
program tsb. Oleh karena itu, pembentukan KUBA harus melibatkan pihak yang
paling mengetahui mengenai penduduk yang tergolong miskin di lingkungan setempat.
Pembentukan kelompok penduduk miskin yang menjadi sasaran program pertama-
tama diprakarsai oleh kepala desa/lurah dengan dibantu LKMD, PKK, KPD, dan para
pemuka masyarakat setempat.
Dalam rangka pembentukan kelompok, perlu dilakukan pendataan pendu-
duk/keluarga miskin dengan memakai kriteria yang disepakati penduduk setempat dan
dibahas dalam musyawarah desa dalam wadah LKMD. Pendataan keluarga miskin
dilaksanakan oleh kepala desa/lurah denagn dibantu LKMD, PKK, KPD dan
dilakukan sedini mungkin sehingga pada saat program dimulai, telah terbentuk
kelompok di setiap desa/kelurahan tertinggal. Pendataan keluarga sejahtera oleh
BKKBN, jika telah dilakukan di desa yang bersangkutan dapat digunakan sebagai
salah satu bahan acuan, sesuai dengan kondisi setempat.
Pembentukan kelompok sebaiknya dilaukan pula melalui musyawarah
desa/dusun/lingkungan/RW/RT dan disarankan pada daftar penduduk miskin yang
43
telah dibuat dan disepakati bersama. Dalam pembentukan kelompok, rujukan berikut
ini dapat digunakan:
a. Pembentukan kelompok didasarkan pada kebutuhan keluarga miskin untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota
b. Harus dihindari pembentukan kelompok yang dipaksakan
c. Dalam wadah kelompok diselenggarakan kegiatan sosial ekonomi, yaitu usaha
produktif, pemupukan modal dan tabungan, sehingga bermanfaat bagi semua
anggota secara berkelanjutan
d. Kelompok dapat merupakan kelompok yang sudah ada, atau dapat pula
disiapkan, ditumbuhkan dan dibina secara khusus oleh aparat desa/kelurahan dan
masyarakat setempat.
Dalam pembentukan kelompok, keluarga miskin dapat digolongkan menjadi
ependuduk yang sudah mempunyai usaha produktif meskipun kecil- kecilan dan
penduduk yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan tetap dan dengan demikian
juga tidak mempunyai penghasilan tetap. Bagi mereka yang mempunyai usaha
produktif, kelompok dibentuk dengan memilih pengurus yang kemudian bersama
anggota merencanakan kegiatan simpan-pinjam dengan modal kerja dari sumberdana.
Bagi penduduk lainnya diupayakan untuk menciptakan lapangan usaha dan lapangan
kerja, dengan bantuan pendamping, baik yang ditugaskan oleh camat, dari aparat desa
dan kalangan petugas lapangan berbagai instansi yang ada di desa, maupun dari
kalangan masyarakat desa yang telah lebih sejahtera dan berhasil dalam kehidupan
ekonominya. Untuk ini perlu ditemukenali kegiatan stimulan yang dapat membuka
lapangan usaha dan lapangan kerja penduduk miskin.
Mengingat dana program yang jumlahnya terbatas, apabila belum semua
kelompok masyarakat dapat menggunakannya, maka perlu mengatur prioritas
kelompok miskin yang didahulukan memperolehnya.
b.3. Pembinaan kelompok
Untuk mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi, dalam kelompok perlu
diupayakan peningkatan pendapatan, peningkatan keterbukaan wawasan dan sikap
bekerjasama, dan peningkatan sifat demokratis- partisipatif dalam penyelenggaraan
kelompok. Adanya upaya peningkatan pendapatan ditandai dengan dilenggara kannya
pemupukan modal, tabungan, serta usaha produktif anggota. Adanya keterbukaan
ditandai dengan kesediaan anggota kelompok untuk menerima gagasan dan kelemba-
gaan baru. Adanya kegotong-royongan ditandai dengan upaya pemberian bantuan
dari keluarga yang sudah sejahtera kepada keluarga yang belum sejahtera. Adanya
demokrasi ditandai dengan kepemimpinan kelompok yang dipilih dari dan oleh
anggota, dan pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah.
Kelompok yang disiapkan dan dibina secara baik akan berfungsi sebagai
wahana proses belajar-mengajar anggotanya,wahana untuk menajamkan masalah
bersama yang dihadapi, wahana pengambilan keputusan untuk menentukan strategi
menghadapi masalah bersama, dan wahana mobilisasi sumberdaya para anggota.
Kelompok sebagaimana dimaksud belum tentu telah ada di semua desa/kelurahan.
Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan program di desa/kelurahan yang
bersangkutan, perlu ditumbuh-kembangkan kelompok masyarakat dengan
memanfaatkan kelompok nyang sudah ada seperti kelompok akseptor KB, kelompok
44
tani/nelayan, kelompok pendengar-pembaca-pemirsa (kelompencapir) sebagai wahana
kebersamaan penduduk miskin.
c. Manfaat KUBA
a. Meningkatkan kesejahteraan para anggota
b. Mengembangkan sikap hidup hemat, ekonomis dan berpandangan ke depan
c. Memberikan pelayanan modal kepada anggota
d. Mengembangkan usaha produktif anggota
e. Melatih diri berfikir dan bermusyawarah
f. Belajar memimpin dan mengembangkan tanggung-jawab
g. Mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung
h. Meningkatkan kepercayaan pihak lain (seperti Bank).
d. PERSYARATAN PEMBENTUKAN KUBA
KUBA yang dicirikan oelh adanya sekelompok orang yang saling mengenal
dan bersepakat untuk saling membantu satu sama lain akan alhir kalau syarat berikut
ini terpenuhi:
a. Adanya ikatan pemersatu yang jelas, yaitu salah satu atau beberapa unsur berikut
ini:
- Kesamaan tempat tinggal
- Kesamaan tempat pekerjaan
- Kesamaan jenis pekerjaan atau profesi
- Kesamaan hobi atau kesenangan
- Kesamaan organisasi
- Kesamaan tempat asal (paguyuban)
- Kesamaan status (pemuda, wanita, dll)
b. Ada kesamaan kebutuhan ekonomi tertentu, seperti:
- Kebutuhan modal usaha
- Kebutuhan bahan baku atau barang dagangan tertentu
- Kebutuhan sarana tempat usaha
- Kebutuhan kelancaran penjualan barang produksi/jasa.
c. Adanya pemrakarsa atau sekelompok kecil orang inti yang memiliki peranan
paling berpengaruh dan dipercaya orang lain di sekelilingnya
d. Ada orang yang dengan sukarela bersedia mengelola dan melakukan kegiatan
pelayanan kepada para anggota
e. Ada lembaga atau perorangan yang memberikan bimbingan dalam
pengembangan program kegiatan kepada kelompok
f. Ada tujuan bersma yang disepakati dan memberikan manfaat nyata kepada
anggotanya.
e. Prinsip Dasar KUBA
45
a. KUBA bekerja atas dasar dari, oleh dan untuk anggota
b. Keanggotaan KUBA berdasarkan kesadaran, dan terbuka untuk umum
c. KUBA bergerak dalam bidang sosial-ekonomi, khususnya pelayanan tabungan
dan kredit bagi para anggota
d. Menyelenggarakan pertemuan secara teratur
e. Menyelenggarakan ependidikan serta epengembangan pengetahuan anggota
secara terus menerus
f. Manajemen KUBA Bersifat terbuka
Kelompok usaha bersama mempunyai ciri-ciri:
1. Merupakan kelompok kecil yang efektif untuk bekerjasama dalam hal:
a. belajar teknologi, manajemen usahatani dan lainnya
b. mengambil keputusan dan bertanggung-jawab atas pelaksanaannya
c. berproduksi dan memelihara kelestarian sumberdaya lahan
d. kegiatan lainnya yang menyangkut kepentingan bersama
2. Anggotanya adalah petani-petani yang mempunyai minat dan kepentingan yang
sama, terutama dalam hal agribisnis
3. Para anggotanya biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam hal
radisi/kebiasaan, domisili, lokasi, usahatani, status ekonomi, bahasa, pendidikan
dan usia.
4. Dipimpin oleh salah seorang anggota terpilih
5. Bersifat informal, artinya:
a. Kelompok terbentuk atas keinginan dan pemufakatan mereka sendiri
b. Memiliki peraturan, sanksi dan tanggung-jawab, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis
c. Ada pembagian tugas/kerja yang jelas
d. Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan terdapat
solidaritas.
Ciri-ciri kelompok yang baik, yaitu sudah menguasai 10 macam kemampuan:
1. Meningkatkan kemampuan menyerap pengetahuan dan ketrampilan
2. Membimbing dalam menyusun rencana kerja agribisnis
3. Meningkatkan kemampuan kerjasama
4. Mengembangkan kemampuan pemilikan sarana kerja
5. Mendorong usaha pemupukan modal
6. Meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan dan mentaati perjanjian
7. Meningkatkan kerjasama dalam menghadapi keadaan darurat
8. Merintis kader kepemimpinan dan keahlian dari anggota kelompok
9. Menyadarkan pentingnya melembaga dengan Koperasi
10. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok dalam rangka
peningkatan produktivitas anggota yang bersangkutan.
f. Kesepakatan Kekompok Dalam Pengelolaan Usaha
46
Dalam rangka meningkatkan uisaha bersama dalam KUBA, perlu diambil
suatu kesepakatan bersama yang dapat dipakai sebagai ketentuan/ aturan yang harus
dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
Kesepakatan ini harus dibuat untuk menjaga dan menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan di kemudian hari. Kesepakatan tersebut diambil atau diputuskan
dalam rapat anggota, a.l.
- Kesepakatan tentang besarnya pinjaman, simpanan, angsuran dll
- Kesepakatan tentang jadwal pertemuan rapat anggota
- Kesepakatan tentang musyawarah kelompok untuk pengambilan keputusan
- Kesepakatan tentang pemanfaatan bantuan teknik.
g. Prinsip Dasar Organisasi KUBA
a. Kekuasaan tertinggi dalam KUBA berada pada rapat anggota (RA)
b. Pengurus dan badan pemeriksa dipilih dari , oleh dan di dalam rapat anggota
c. Pengurus dan badan pemeriksa hanya dapat diberhentikan melalui rapat anggota
d. Pengurus dan badan pemeriksa bertanggung-jawab kepada rapata anggota
e. Organisasi KUBA hanya dapat dibubarkan oleh rapat anggota
f. Tugas dan wewenang pengurus diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga
g. Tugas tanggungjawab pengurus: mengelola organisasi usaha kelompok,
melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama KUBA, dan mewakili
KUBA di luar dan dihadapan pengadilan.
h. Masa jabatan pengurus hendaknya diatur secara jelas, misalnya dua atau tiga
tahun.
i. Pengurus minimal eterdiri atas tiga orang, di antaranya sekretaris dan bendahara.
j. Jika dipandang perlu pengurus dengan persetujuan RA dapat mengangkat seksi-
seksi, seperti seksi kredit, seksi usaha, dll.
k. Kewajiban anggota: menghadiri pertemuan anggota, menabung secara teratur,
membayar kembali pinjaman sesuai dengan ketentuan, menghadiri/melibatkan
diri dalam kegiatan KUBA.
4.2. Pembinaan Kelembagaan KUBA
a. Pengertian
Pembinaan / pemberdayaan juga sering disebut dengan supervisi, pada
dasarnya merupakan proses kegiatan yang bersifat tindak lanjut. Hal ini karena ada
proses kegiatan sebelumnya yang menmdahului proses pembinaan. Proses kegiatan
yang mendahului pembinaan adalah kegiatan pemantauan. Ini berarti kegiatan
pembinaan dilakukan apabila ada sejumlah data atau informasi hasil pemantauan
yang dipandang tidak sesuai dengan penampilan prohgram yang diharapkan.
Misalnya data atau informasi hasil pemantauan terhadap cara penilaian calom KUBA
tidak sesuai dengan prosedur dan kriteria yang sudah ditetapkan. Memperoleh data
47
dan informasi semacam ini perlu ditindak-lanjuti dengan kegiatan pembinaan terhadap
pelaksanaan pemilihan calon KUBA tersebut.
Dengan contoh ini, pengertian pembinaan adalah suatu proses kegiatan
sebagai tindak lanjut kegiatan pemantauan, dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan dan mendidik penampilan bagian-bagian program agar sesuai dengan
kriteria yang sudah ditetapkan.
b. Sasaran Pembinaan
Sasaran pembinaan adalah manusia yang digolongkan menjadi panitia
pelaksana dan khalayak sasaran dari program
(a). KUBA. Siapa saja yang termasuk ke dalam KUBA, apa peran dari setiap anggota
KUBA.
(b). Khalayak sasaran. Siapa saja yang terlibat dalam program tersebut dan apa
peranannya.
c. Syarat-syarat pembinaan
(a). Data masalah
Pembinaan dapat dilakukan apabila ada sejumlah data atau informasi yang
berupa masalah dari hasil pemantauan
(b). Data penyebab masalah
Penyebab masalah harus digali melalui pemantauan, karena kegiatan pembinaan
tidak terlebih dahulu mengetahui penyebabnya akan sulit mengadakan pembinaan
atau dengan kata lain pembinaan tidak didasari oleh penyebab maslaah maka
kegiatan pembinaan akan dikira-kira.
(c). Alternatif pemecahan masalah/penyebab masalah
Dalam pembiaan diperlukan beberapa alternatif pemecahan masalah. Hal ini
dimaksudkan apabila alternatif yang satu gagal dapat dicoba alternatif lain
sehingga masalah dapat dipecahkan.
d. Sifat Pembinaan
(a). Memperbaiki: Memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh para pelaksana,
sehingga program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
(b). Meningkatkan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pelaksana
program
(c). Mendidik: pembina sebagai pendorong memberi bantuan pemilihan apabila ada
masalah yang dihadapi oleh para pelaksana. Sehingga pembina bukan sebagai
man dor, tetapi sebagai manajer.
e. Arti Motivasi
Kata motivasi berasal to motive, yang berarti dasar, alasan, dorongan,
rangsangan atau sebab. Sehingga istilah motivasi diartikan sebagai dasar pikiran atau
alasan bagi seseorang untuk bebruat atau melakukan sesuatu untuk mencapai harapan
atau tujuan yang diinginkan.
f. Tujuan motivasi
48
Memotivasi adalah mempengaruhi orang lain agar ia mau melakukan sesuatu
yang dianggap sebagai kebutuhan, baik untuk dirinya atau untuk orang lain.
Misalnya memotivasi KUBA dengan berbagai alasan untuk meningkatkan taraf hidup.
Dengan demikian, yang dimotivasi mau berfikir dan berusaha melakukannya.
g. Cara Memotivasi
(a). Cara yang bersifat menyadarkan.
Cara ini juga disebut cara persuasif. Motivator lebih banyak berdialog dengan
kelompok sasaran dan bahkan mendiskusikan berbagai masalah atau kebutuhan
yang hendak dipecahkan atau dipenuhi melalui motivasi.
(b). Cara yang bersifat memberikan imbalan atau janji
Dalam pelaksanaan cara ini, disamping menyadarkan juga dibayang- bayangi
dengan imbalan atau janji tertentu. Cara ini disebut cara dengan pemberian
insentif.
(c). Cara yang bersifat memaksa.
Penggunaan cara ini biasanya memanfaatkan kekuasaan yang ada pada diri
motivator atau atasannya yang berpengaruh atau memiliki kekuasaan. Pemaksaan
ini dapat bersifat "halus" atau "keras".
h. Langkah-langkah memotivasi
Kegiatan memotivasi tidak lepas dari suatu rangkaian program-program yang
sedang dilaksanakan. Kegiatan memotivasi merupakan bagian program yang
bermaksud untuk mendukung tercapainya tujuan program yang akan atau sedang
dilaksanakan.
Agar pelaksanaan motivasi dapat terarah, motivator perlu menempuh langkah-
langkah berikut:
(a). Identifikasi: tujuan program, masalah yang dihadapi, dan kebutuhan motivasi
yang diperlukan
(b). Penentuan tujuan motivasi, isi kegiatan, kelompok sasaran, waktu, tempat, cara
dan sarana motivasi.
(c). Persiapan lokasi dan kelompok sasaran
(d). Penilaian motivasi dan penilaian prosesnya.
(e). Penilaian hasil motivasi dan tindak lanjutnya, dan dalam hal ini lihatlah kaitannya
dengan program.
i. Teknik Pencatatan dan Pelaporan
Pada prinsipnya pengawasan pelaksanaan program KUBA dilakukan sendiri
oleh masyarakat dalam wadah kelompok. Pelaksana kelompok membuat catatan-
catatan harian yang berisi kegiatan yang dilaksanakan. Catatan harian ini mencakup:
nama kelompok, jenis usaha, jumlah rumahtangga dalam kelompok, rincian
penerimaan dan pengeluaran kelompok.
Berdasarkan catatan harian tersebut, ketua kelompok dibantu pendamping
menyusun laporan dan mengirimkannya kepada KOPERASI. Dari formulir tersebut
diperoleh informasi tentang jenis usaha setiap kelompok, jumlah keluarga yang
menjadi anggota kelompok, besarnya alokasi dana, rincian penerimaan dan
pengeluaran, serta masalah yang ditemui dan alternatif pemecahannya. Pengurus
49
KOPERASI menyusun laporan bulanan . Laporan bulanan tersebut memberikan
informasi: nama kelompok, lokasi desa, jenis usaha yang dilakukan oleh kelompok,
jumlah keluarga yang menerima dana, alokasi dana, perkembangan poenggunaan dana
(penerimaan dan pengeluaran) dan maslaah serta alternatif pemecahannya.
j. Mekanisme Pelaporan Kegiatan
Pelaporan pelaksanaan program KUBA dilakukan secara berjenjang mulai
dari anggota kelompok, ketua kelompok , dan KOPERASI menyusun laporan bulanan
dan menyampaikannya kepada pihak-pihak yang terkait. Rangkuman laporan bulanan
dari KOPERASI dijadikan bahan laporan Triwulan kepada pihak-pihak yang terkait .
4.3. Organisasi dan Manajemen: KOPERASI
A. Model Pembinaan dan Pemberdayaan
a.1. Pembinaan oleh KANDEP Perindustrian dan Perdagangan
Pembinaan yang dilakukan tidak hanya pada produsen agribisnis/agroindustri
(KUBA), namun juga pada industri kecil lainnya yang produknya berkaitan.
Pembinaan terhadap usaha agribisnis/agroindustri dilakukan pada unit-unit usaha
(KUBA) yang sudah ada dengan melalui pendekatan daerah sentra produksi (SPAKU).
Akibatnya usaha agribisnis yang belum ada ataupun belum berkembang juga harus
menjadi perhaitan dalam pembinaannya.
a.2. Pembinaan oleh Mitra Kerja Teknis: Dinas PKT
Pembinaan oleh mitra teknis di wilayah pedesaan dapat dilakukan oleh Dinas
PKT dan Instansi teknis terkait. Mereka dapat membina usaha-usaha agroindustri
yang terkait dengan KIMHUT-BAMBU. Aspek yang dibina adalah mengenai
teknologi produksi, budidaya tanaman, konservasi sumberdaya, dan pemasaran, serta
pembinaan kelembagaan.
Pendekatan yang dilakukan melalui pendekatan wilayah daerah sentra
pengembangan agribisnis komoditas unggulan BAMBU. Model pembinaannya adalah
langsung kepada sasaran agribisnis tanpa melibatkan Dinas perindustrian ataupun
instansi lain yang terkait. Umumnya usaha yang dibina adalah jenis agroindustri yang
potensial ditinjau dari segi permintaannya serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
a.3. KEMITRAAN Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi mempunyai potensi untuk melakukan pembinaan, walaupun
sifatnya insidentil. Pembinaan yang dilakukan umumnya dalam aspek informasi
inovasi-teknologi. Teknologi yang ditransfer kepada masyarakat, baik pada usaha
agribisnis/ agroindustri yang telah ada maupun usaha yang belum ada. Kelemahan
isstem pembinaan yang dilakukan umumnya : (a). Tidak rutin; (b) Kurang memikirkan
aspek pemasaran; (c) kurang melibatkan instansi lain yang terlibat.
a.4. Pembinaan Instansi Lainnya
50
Instansi lain yang juga terlibat seperti PEMDA, Dinas Pertanian, Dinas
Perkebunan, dll. Pembinaan yang dilakukan umumnya bersifat insidentil. Pembinaan
dalam bidang agribisnis bagi Dinas/Instansi tersebut tampaknya sebagai tugas
sampingan, sehingga menimbulkan kesan dalam pembinaannya tidak serius.
a.5. Dinas Koperasi dan Pengusaha Kecil & Menengah
Koperasi dalam pembinaan usaha agribisnis/agroindustri selama ini bertumpu
pada Model Kopinkra. Sehingga dalam pembinaannya, Koperasi pesantren hanya
ditekankan pada kegiatan pengadaan pangan. Namun dengan adanya perubahan tugas
Departemen Koperasi & PKM, dimana saat ini bertugas pula dalam pengembangan
dan pembinaan pengusaha kecil, koperasi mulai terlibat dalam pembinaan usaha
agribisnis/agroindustri.
Sejalan dengan adanya kebijakan pengembangan agribisnis /agroindustri Di
Jawa Timur dimana sebelumnya pengembangan kurang mendapat perhatian, maka
saat ini telah ada langkah-langkah kongkrit dalam pengembangan agribisnis/ agroin-
dusri Di Jawa Timur. Pembinaan dimulai dengan perencanaan yang dikoordinasikan
oleh Bappeda Tk I dengan cara membuat peta wilayah pengembangan
agribisnis/agroindustri di Wilayah Kecamatan. Dalam pelaksanaannya diserahkan
sepenuhnya pada Bappeda Tk II. Direncanakan dalam pelaksanaan pembinaan
dilakukan dengan jalur :
(a). Dinas Perindustrian & Perdagangan sebagai pembina Teknologi
(b). Dinas Koperasi & PKM sebagai Pembina dalam perkreditan, kelembagaan, dan
pemasaran.
(c). Bappeda sebagai perencana jalinan dengan dengan Bapak angkat, serta segabai
koordinasi dengan sektor terkait.
(d). Dinas pertanian terkait sebagai pembina dalam aspek penyediaan bahan baku
B. Pendekatan
Tujuan sistem managemen Unit Usaha otonom KOPERASI untuk menangani
usaha agribisnis/agroindustri di pedesaan ini diuraikan sebagai berikut :
(a). Pengentasan kelompok masyarakat miskin di pedesaan melalui kegiatan usaha di
bidang agribisnis/agroindustri komoditas unggulan.
(b). Peningkatan peran KOPERASI sebagai badan usaha ekonomi rakyat, khususnya
dalam pengembangan agribisnis/agroindustri.
(c). Memudahkan pembinaan dalam pengembangan agribisnis/ agroindustri pedesaan,
bagi instansi terkait baik dalam segi transfer teknologi, perkreditan, pengor-
ganisasian, pemasaran, dll.
(d). Meningkatkan nilai tambah hasil-hasil pertanian.
Konsepsi Rekayasa Managemen Unit Usaha Otonom KOPERASI guna
menangani usaha agribisnis/agroindustri di wilaayh pedesaan sebagaimana
digambarkan sebagai berikut :
(1). Komponen Kegiatan Utama
51
Komponen kegiatan utama disain managemen KOPERASI guna menangani
KIMHUT Bambu adalah :
(a). Disain sistem pengorganisasian Kelompok Usaha Bersama (KUBA)
(b). Disain sistem usaha agribisnis BAMBU.
(c). Disain sistem Lembaga Keuangan/Simpan-pinjam
(d). Disain sistem pemasaran / Warung Pengecer/WASERDA
(e). Disain sistem pembinaan dan transfer teknologi
(f). Disain Paket Tekhnologi
(2). Komponen Kegiatan Penunjang
(a). Disain koordinasi Instansi Terkait
(b). Disain peranan tenaga pendamping
C. Rancangan Sistem
c.1. Disain sistem pengorganisasian
Strukrur organisasi sebagaimana di atas secara operasional fungsinya
diuraikan sebagai berikut :
(a). Pada KOPERASI ada unit usaha agribisnis/agroindustri, yang terdiri dari bagian
bina usaha dan teknologi, pemasaran, dan bagian modal dan kerjasama. Fungsi
dari unit usaha ini adalah :
- mencari jenis-jenis usaha agribisnis/agroindustri yang akan dikembangkan.
- membina kelompok masyarakat miskin dalam usaha agribisnis/ agroindustri.
- mengusahakan modal/ peralatan dan kerjasama dengan pihak luar
- Sebagai wahana dalam transfer teknologi dari pihak luar.
- mengusahakan adanya sistem pemasaran
- Sebagai pengontrol penentuan kwalitas dan harga
- mengembangkan perguliran kelompok yang mampu bagi masyarakat miskin
yang lain baik pada usaha yang sejenis amaupun usaha agribisnis/agroindustri
baru.
(b). Pada KOPERASI terdiri Kelompok Agribisnis dapat sejenis atau berbeda.
Kelompok ini terdiri dari masyarakat miskin yang berusaha di bidang
agribisnis/agroindustri. Paling sedikit kelompok ini terdiri dari 5 orang yang
terbagi dalam bagian produksi dan bagian pemasaran, serta seorang ketua
kelompok.
Keberhasilan KOPERASI guna mengembangkan agribisnis/ agroindustri ini
sangat tergantung pada kelompok ini. Penambahan jumlah anggota kelompok
dimungkinkan dilakukan apabila usaha yang dilakukan memang meningkat skala
usahanya sampai mencapai 10 orang. Apabila usaha yang dilakukan berkembang,
maka dimungkinkan adanya pembentukan kelompok agroindustri baru dimana
ketuanya adalah dari salahasatu kelompok yang telah berhasil.
(c). Hubungan antara KOPERASI dengan Kelompok-kelompok usaha agribisnis/
agroindustri adalah sebagai mitra kerja . Oleh karenanya ukuran keberhasilan
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor
Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor

Contenu connexe

Tendances

KLASIFIKASI GULMA-1-OKE.pptx
KLASIFIKASI GULMA-1-OKE.pptxKLASIFIKASI GULMA-1-OKE.pptx
KLASIFIKASI GULMA-1-OKE.pptxmaryati62
 
Pedoman budidaya merica atau lada
Pedoman budidaya merica atau ladaPedoman budidaya merica atau lada
Pedoman budidaya merica atau ladabobby denil
 
respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganmaya safitri
 
T ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikT ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikRibca Laoli
 
5 panca usaha tani
5 panca usaha tani5 panca usaha tani
5 panca usaha taniWarnet Raha
 
Laporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awanLaporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awanFerli Dian SAputra
 
Manajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroManajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroBeta Iriawan
 
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhanPengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhanBMKG
 
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumb...
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumb...Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumb...
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumb...Biology Education
 
Tri dharma perguruan tinggi
Tri dharma perguruan tinggiTri dharma perguruan tinggi
Tri dharma perguruan tinggiAndi Ahmad Irfa
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoShinta R Naibaho
 

Tendances (20)

Jurnal kultur jaringan
Jurnal kultur jaringanJurnal kultur jaringan
Jurnal kultur jaringan
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
KLASIFIKASI GULMA-1-OKE.pptx
KLASIFIKASI GULMA-1-OKE.pptxKLASIFIKASI GULMA-1-OKE.pptx
KLASIFIKASI GULMA-1-OKE.pptx
 
Pedoman budidaya merica atau lada
Pedoman budidaya merica atau ladaPedoman budidaya merica atau lada
Pedoman budidaya merica atau lada
 
respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkungan
 
T ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politikT ugas makalah sosiologi politik
T ugas makalah sosiologi politik
 
5 panca usaha tani
5 panca usaha tani5 panca usaha tani
5 panca usaha tani
 
Laporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awanLaporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awan
 
Manajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroManajemen sampah zero
Manajemen sampah zero
 
HARUN YAHYA : AL-QURAN DAN SAINS
HARUN YAHYA : AL-QURAN DAN SAINSHARUN YAHYA : AL-QURAN DAN SAINS
HARUN YAHYA : AL-QURAN DAN SAINS
 
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhanPengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh suhu dan matahari terhadap tumbuhan
 
10 irigasi permukaan
10   irigasi permukaan10   irigasi permukaan
10 irigasi permukaan
 
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumb...
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumb...Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumb...
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumb...
 
Dormansi
DormansiDormansi
Dormansi
 
Mengenal pirit
Mengenal piritMengenal pirit
Mengenal pirit
 
Hama coleoptera
Hama coleopteraHama coleoptera
Hama coleoptera
 
Laporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkgLaporan kunjungan bmkg
Laporan kunjungan bmkg
 
Mangga
ManggaMangga
Mangga
 
Tri dharma perguruan tinggi
Tri dharma perguruan tinggiTri dharma perguruan tinggi
Tri dharma perguruan tinggi
 
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca NaibahoLaporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
Laporan Praktikum Klimatologi Acara 7 Shinta Rebecca Naibaho
 

En vedette

Estufa ecologica-feita-de-bambu
Estufa ecologica-feita-de-bambuEstufa ecologica-feita-de-bambu
Estufa ecologica-feita-de-bambuJuci Santos
 
Construcción con Bambú en el Peru
Construcción con Bambú en el PeruConstrucción con Bambú en el Peru
Construcción con Bambú en el Perulorenanolte
 
Bambu alternativa de material de construcción sostenible
Bambu alternativa de material de construcción sostenibleBambu alternativa de material de construcción sostenible
Bambu alternativa de material de construcción sosteniblelorenanolte
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierIzhan Nassuha
 
Bamboo Architectonics
Bamboo ArchitectonicsBamboo Architectonics
Bamboo ArchitectonicsCarmen Reyes
 
Use of Bamboo in Sustainable Building
Use of Bamboo in Sustainable BuildingUse of Bamboo in Sustainable Building
Use of Bamboo in Sustainable BuildingSandipan Sinha
 
Bamboo Construction - Natuurlijk bouwen kun jij ook - Juan Carlos Gaviria Mo...
Bamboo Construction - Natuurlijk bouwen kun jij ook  - Juan Carlos Gaviria Mo...Bamboo Construction - Natuurlijk bouwen kun jij ook  - Juan Carlos Gaviria Mo...
Bamboo Construction - Natuurlijk bouwen kun jij ook - Juan Carlos Gaviria Mo...Max Verhoeven
 

En vedette (16)

Estufa ecologica-feita-de-bambu
Estufa ecologica-feita-de-bambuEstufa ecologica-feita-de-bambu
Estufa ecologica-feita-de-bambu
 
Bambu Bikes_Guod for pana ad-2016
Bambu Bikes_Guod for pana ad-2016Bambu Bikes_Guod for pana ad-2016
Bambu Bikes_Guod for pana ad-2016
 
Construcciones con bambu en Etiopia
Construcciones con bambu en EtiopiaConstrucciones con bambu en Etiopia
Construcciones con bambu en Etiopia
 
Bambú
BambúBambú
Bambú
 
Construcción con Bambú en el Peru
Construcción con Bambú en el PeruConstrucción con Bambú en el Peru
Construcción con Bambú en el Peru
 
Bambu alternativa de material de construcción sostenible
Bambu alternativa de material de construcción sostenibleBambu alternativa de material de construcción sostenible
Bambu alternativa de material de construcción sostenible
 
Bambu material de construccion
Bambu material de construccionBambu material de construccion
Bambu material de construccion
 
Bambu
BambuBambu
Bambu
 
Beehive tables
Beehive tablesBeehive tables
Beehive tables
 
Tabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsiTabel.biseksi.regula falsi
Tabel.biseksi.regula falsi
 
The potential of Ethiopian bamboo development and future cooperation with oth...
The potential of Ethiopian bamboo development and future cooperation with oth...The potential of Ethiopian bamboo development and future cooperation with oth...
The potential of Ethiopian bamboo development and future cooperation with oth...
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
 
Bamboo Construction
Bamboo Construction Bamboo Construction
Bamboo Construction
 
Bamboo Architectonics
Bamboo ArchitectonicsBamboo Architectonics
Bamboo Architectonics
 
Use of Bamboo in Sustainable Building
Use of Bamboo in Sustainable BuildingUse of Bamboo in Sustainable Building
Use of Bamboo in Sustainable Building
 
Bamboo Construction - Natuurlijk bouwen kun jij ook - Juan Carlos Gaviria Mo...
Bamboo Construction - Natuurlijk bouwen kun jij ook  - Juan Carlos Gaviria Mo...Bamboo Construction - Natuurlijk bouwen kun jij ook  - Juan Carlos Gaviria Mo...
Bamboo Construction - Natuurlijk bouwen kun jij ook - Juan Carlos Gaviria Mo...
 

Similaire à Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor

Makalah bambu hasil hutan bukan kayu
Makalah bambu hasil hutan bukan kayuMakalah bambu hasil hutan bukan kayu
Makalah bambu hasil hutan bukan kayuعفان الغفري
 
Sustainability Ekologi
Sustainability EkologiSustainability Ekologi
Sustainability EkologiTri Cahyono
 
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okkyKbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okkyKiki Zakiyah
 
Teknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveTeknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveChristina Sinaga
 
Tugas ips nadya
Tugas ips nadyaTugas ips nadya
Tugas ips nadyanadyavero
 
bamboo craft
bamboo craftbamboo craft
bamboo craftyoseakm
 
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanTerjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanEDIS BLOG
 
Agroforestri kelas a (angga, dio, jiyan)
Agroforestri kelas a (angga, dio, jiyan)Agroforestri kelas a (angga, dio, jiyan)
Agroforestri kelas a (angga, dio, jiyan)Dio Pratama
 
Penebangan hutan
Penebangan hutanPenebangan hutan
Penebangan hutanshasa_natha
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariGilang Putra
 
Laporan kbm takalar
Laporan kbm takalarLaporan kbm takalar
Laporan kbm takalarAskar Sohoku
 
Hutan rawa gambut
Hutan rawa gambutHutan rawa gambut
Hutan rawa gambutmusnadil
 
5 Pilar Kelayakan Green Property
5 Pilar Kelayakan Green Property5 Pilar Kelayakan Green Property
5 Pilar Kelayakan Green PropertyGreen Warrior
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5necromotion
 
Apa sih lahan gambut itu.pdf
Apa sih lahan gambut itu.pdfApa sih lahan gambut itu.pdf
Apa sih lahan gambut itu.pdfPT Taharica
 

Similaire à Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor (20)

Makalah bambu hasil hutan bukan kayu
Makalah bambu hasil hutan bukan kayuMakalah bambu hasil hutan bukan kayu
Makalah bambu hasil hutan bukan kayu
 
Sustainability Ekologi
Sustainability EkologiSustainability Ekologi
Sustainability Ekologi
 
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okkyKbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
Kbb_UII _arsi 14_a kiki cs_bambu_okky
 
Teknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveTeknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangrove
 
Tugas etnobotanibali ningsih
Tugas etnobotanibali ningsihTugas etnobotanibali ningsih
Tugas etnobotanibali ningsih
 
Etnobotani ppt
Etnobotani ppt Etnobotani ppt
Etnobotani ppt
 
Tugas ips nadya
Tugas ips nadyaTugas ips nadya
Tugas ips nadya
 
bamboo craft
bamboo craftbamboo craft
bamboo craft
 
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanTerjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
 
Sumber daya hutan
Sumber daya hutanSumber daya hutan
Sumber daya hutan
 
Agroforestri kelas a (angga, dio, jiyan)
Agroforestri kelas a (angga, dio, jiyan)Agroforestri kelas a (angga, dio, jiyan)
Agroforestri kelas a (angga, dio, jiyan)
 
Penebangan hutan
Penebangan hutanPenebangan hutan
Penebangan hutan
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
 
Laporan kbm takalar
Laporan kbm takalarLaporan kbm takalar
Laporan kbm takalar
 
Hutan rawa gambut
Hutan rawa gambutHutan rawa gambut
Hutan rawa gambut
 
Kehutanan
KehutananKehutanan
Kehutanan
 
E 06
E 06E 06
E 06
 
5 Pilar Kelayakan Green Property
5 Pilar Kelayakan Green Property5 Pilar Kelayakan Green Property
5 Pilar Kelayakan Green Property
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5
 
Apa sih lahan gambut itu.pdf
Apa sih lahan gambut itu.pdfApa sih lahan gambut itu.pdf
Apa sih lahan gambut itu.pdf
 

Plus de Izhan Nassuha

Pendaftaran perawat (careworker) ke jepang
Pendaftaran perawat (careworker) ke jepangPendaftaran perawat (careworker) ke jepang
Pendaftaran perawat (careworker) ke jepangIzhan Nassuha
 
Buku panduan-seminar-nasional-terbaru
Buku panduan-seminar-nasional-terbaruBuku panduan-seminar-nasional-terbaru
Buku panduan-seminar-nasional-terbaruIzhan Nassuha
 
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografimatakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografiIzhan Nassuha
 
rundown-acara-pernikahan
rundown-acara-pernikahanrundown-acara-pernikahan
rundown-acara-pernikahanIzhan Nassuha
 
Lirik dan makna lagu lir ilir dan gundul-gundul pacul
Lirik dan makna lagu lir ilir dan gundul-gundul paculLirik dan makna lagu lir ilir dan gundul-gundul pacul
Lirik dan makna lagu lir ilir dan gundul-gundul paculIzhan Nassuha
 
Bab1 mata kuliah metode numerik
Bab1 mata kuliah metode numerik Bab1 mata kuliah metode numerik
Bab1 mata kuliah metode numerik Izhan Nassuha
 
Jurnal tugas akhir (skirpsi) poltekpos teknik informatika
Jurnal tugas akhir (skirpsi) poltekpos teknik informatikaJurnal tugas akhir (skirpsi) poltekpos teknik informatika
Jurnal tugas akhir (skirpsi) poltekpos teknik informatikaIzhan Nassuha
 
Materi mata kuliah teknik Simulasi antrian
Materi mata kuliah teknik Simulasi antrianMateri mata kuliah teknik Simulasi antrian
Materi mata kuliah teknik Simulasi antrianIzhan Nassuha
 
Buku panduan cara menggelar acara resepsi pernikahan
Buku panduan cara menggelar acara resepsi pernikahanBuku panduan cara menggelar acara resepsi pernikahan
Buku panduan cara menggelar acara resepsi pernikahanIzhan Nassuha
 
Buku pedoman magang jepang
Buku pedoman magang jepangBuku pedoman magang jepang
Buku pedoman magang jepangIzhan Nassuha
 
Contoh cv magang jepang
Contoh cv magang jepangContoh cv magang jepang
Contoh cv magang jepangIzhan Nassuha
 
Praktikum fungsi dasar bahasa c
Praktikum fungsi dasar bahasa cPraktikum fungsi dasar bahasa c
Praktikum fungsi dasar bahasa cIzhan Nassuha
 
Materi matakuliah bahasa c
Materi matakuliah bahasa cMateri matakuliah bahasa c
Materi matakuliah bahasa cIzhan Nassuha
 
Kisi kisi uas sistem informasi manajemen (sim)
Kisi kisi uas sistem informasi manajemen (sim) Kisi kisi uas sistem informasi manajemen (sim)
Kisi kisi uas sistem informasi manajemen (sim) Izhan Nassuha
 
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)Izhan Nassuha
 
metode numerik kurva fitting dan regresi
metode numerik kurva fitting dan regresimetode numerik kurva fitting dan regresi
metode numerik kurva fitting dan regresiIzhan Nassuha
 
Metode Numerik Bab 2 Sistem bilangan dan kesalahan
Metode Numerik Bab 2 Sistem bilangan dan kesalahanMetode Numerik Bab 2 Sistem bilangan dan kesalahan
Metode Numerik Bab 2 Sistem bilangan dan kesalahanIzhan Nassuha
 
Ebook kumpulan cerita motivasi
Ebook kumpulan cerita motivasi Ebook kumpulan cerita motivasi
Ebook kumpulan cerita motivasi Izhan Nassuha
 
Info beasiswa ke jepang
Info beasiswa ke jepangInfo beasiswa ke jepang
Info beasiswa ke jepangIzhan Nassuha
 

Plus de Izhan Nassuha (20)

Pendaftaran perawat (careworker) ke jepang
Pendaftaran perawat (careworker) ke jepangPendaftaran perawat (careworker) ke jepang
Pendaftaran perawat (careworker) ke jepang
 
Buku panduan-seminar-nasional-terbaru
Buku panduan-seminar-nasional-terbaruBuku panduan-seminar-nasional-terbaru
Buku panduan-seminar-nasional-terbaru
 
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografimatakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
matakuliah Teknik dasar dan pengenalan fotografi
 
rundown-acara-pernikahan
rundown-acara-pernikahanrundown-acara-pernikahan
rundown-acara-pernikahan
 
Lirik dan makna lagu lir ilir dan gundul-gundul pacul
Lirik dan makna lagu lir ilir dan gundul-gundul paculLirik dan makna lagu lir ilir dan gundul-gundul pacul
Lirik dan makna lagu lir ilir dan gundul-gundul pacul
 
Bab1 mata kuliah metode numerik
Bab1 mata kuliah metode numerik Bab1 mata kuliah metode numerik
Bab1 mata kuliah metode numerik
 
Jurnal tugas akhir (skirpsi) poltekpos teknik informatika
Jurnal tugas akhir (skirpsi) poltekpos teknik informatikaJurnal tugas akhir (skirpsi) poltekpos teknik informatika
Jurnal tugas akhir (skirpsi) poltekpos teknik informatika
 
Materi mata kuliah teknik Simulasi antrian
Materi mata kuliah teknik Simulasi antrianMateri mata kuliah teknik Simulasi antrian
Materi mata kuliah teknik Simulasi antrian
 
Buku panduan cara menggelar acara resepsi pernikahan
Buku panduan cara menggelar acara resepsi pernikahanBuku panduan cara menggelar acara resepsi pernikahan
Buku panduan cara menggelar acara resepsi pernikahan
 
Desain web
Desain webDesain web
Desain web
 
Buku pedoman magang jepang
Buku pedoman magang jepangBuku pedoman magang jepang
Buku pedoman magang jepang
 
Contoh cv magang jepang
Contoh cv magang jepangContoh cv magang jepang
Contoh cv magang jepang
 
Praktikum fungsi dasar bahasa c
Praktikum fungsi dasar bahasa cPraktikum fungsi dasar bahasa c
Praktikum fungsi dasar bahasa c
 
Materi matakuliah bahasa c
Materi matakuliah bahasa cMateri matakuliah bahasa c
Materi matakuliah bahasa c
 
Kisi kisi uas sistem informasi manajemen (sim)
Kisi kisi uas sistem informasi manajemen (sim) Kisi kisi uas sistem informasi manajemen (sim)
Kisi kisi uas sistem informasi manajemen (sim)
 
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
 
metode numerik kurva fitting dan regresi
metode numerik kurva fitting dan regresimetode numerik kurva fitting dan regresi
metode numerik kurva fitting dan regresi
 
Metode Numerik Bab 2 Sistem bilangan dan kesalahan
Metode Numerik Bab 2 Sistem bilangan dan kesalahanMetode Numerik Bab 2 Sistem bilangan dan kesalahan
Metode Numerik Bab 2 Sistem bilangan dan kesalahan
 
Ebook kumpulan cerita motivasi
Ebook kumpulan cerita motivasi Ebook kumpulan cerita motivasi
Ebook kumpulan cerita motivasi
 
Info beasiswa ke jepang
Info beasiswa ke jepangInfo beasiswa ke jepang
Info beasiswa ke jepang
 

Budidaya Bambu untuk Mencegah Longsor

  • 1. 1 MODEL PERENCANAAN KAWASAN AGROFORESTRY BAMBU Bahan kajian MK. Perencanaan Lingkungan dan Wilayah PM PSLP PPSUB oktober 2010 diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS 1. PENDAHULUAN Bambu, merupakan hasil hutan non kayu yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bahan baku industri. Di bidang kehutanan tanaman bambu dapat meningkatkan kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan baku industri perkayuan nasional melalui substitusi atau keanekaragaman bahan baku, mengingat potensi hutan kayu semakin langka sedangkan industri sudah telanjur ada dengan kapasitas besar, maka tuntutan pemenuhan bahan baku industri kehutanan menjadi agenda prioritas penyelamat aset kehutanan nasional. Sebetulnya perhatian pemerintah terhadap tanaman bambu muncul setelah kebakaran hutan besar tahun 1997 di Kalimantan yang meluluh lantakkan lebih dari 1 juta ha. Di masa yang akan datang tanaman bambu dapat mendukung selain sebagai bahan baku sarana tradisional (bangunan, alat rumah tangga, kerajinan, kesenian dll.) dapat pula mendukung kapasitas dan kualitas hutan alam/hutan tanaman yang selama ini menjadi sumber bahan baku industri perkayuan nasional. Bentuk dukungan tersebut melalui substitusi produk atau keseragaman sumber bahan baku industri, mengingat potensi kayu semakin langka, memerlukan waktu yang relatif panjang rehabilitasinya, sedangkan bambu pada umur 4-5 tahun sudah memenuhi persyaratan yang layak. Besarnya kebutuhan bahan baku bambu tidak mampu lagi dipenuhi oleh hutan alam bambu dan bambu rakyat, karena itu untuk menunjang kebutuhan bahan baku industri bambu diperlukan pengembangan hutan tanaman bambu yang dikelola secara profesional. Dalam pada itu gejala yang dihadapi adalah masalah bibit yang secara tradisional memerlukan waktu yang cukup lama dan berkaitan dengan jenis bambu yang diinginkan. Dalam hal ini jalan pintas yang terbaik sejak dini didirikan Laboratorium Kultur Jaringan Bambu yang dapat memenuhi penyediaan bibit bambu yang memiliki persyaratan yang diperlukan jenis, kualitas, kuantitas dan waktu. Sasaran lahan kritis yang perlu direhabilitasi dengan bambu adalah sebagian lahan kritis masyarakat yang disatupadukan dengan GERHAN dan GRLK yang berlokasi di pedesaan. Pemasyarakatan bambu kepada petani di pedesaan tersebut dinilai tidak terlalu penting karena sifat komoditi bambu sudah merupakan bagian dari kehidupannya, bahkan dalam forum internasional dikatakan "Bamboo is timber of the poor" (bambu adalah kayu kaum duafa) sehingga bambu merupakan produk hasil hutan yang murah.
  • 2. 2 Pada Kongres Bambu Internasional bulan Juli 1995 di Denpasar Bali, istilah itu dihapus karena masyarakat modern kota pun menghargai bambu dan bambu dapat menjadi bahan baku industri maju seperti untuk kertas, papan lapis, papan serat atau bahan konstruksi bangunan. Tingkat keterlibatan masyarakat akan semakin tinggi bila rumpun bambu tumbuh di lahan milik masyarakat dengan sistem keterpaduan antara tanaman pertanian dan tanaman bambu (sistem tumpangsari/sisipan atau tanaman lorong). Keterlibatan masyarakat dalam skema ekonomi menjadi persyaratan pokok dan dapat dikembangkan melalui perpaduan antara usaha tani perkebunan inti rakyat (PIR), pola hutan tanaman industri (PHTI) dan pola pemberian kredit, di mana di dalamnya terlibat masyarakat, pemerintah dan penjamin pemasaran produk. Selain produk batang bambu, hutan tanaman bambu juga menghasilkan produk rebung. Selama satu tahun penanaman dapat dihasilkan 10-20 tunas tiap rumpun, sehingga apabila dalam 1 ha terdapat = 30 rumpun, maka dapat dihasilkan sekira 6.000 rebung yang dapat menghasilkan sedikitnya Rp 15 juta, yang merupakan hasil tambahan masyarakat penggarap. Bambu- Dari hasil listing Sensus Pertanian 2003 menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar 4,73 juta rumah tangga yang mengusai tanaman bambu dengan populasi yang dikuasai mencapai 37,93 juta rumpun atau rata-rata penguasaan per rumah tangganya sebesar 8,03 rumpun. Dari total sebanyak 37,93 juta rumpun tanaman bambu, sekitar 27,88 juta rumpun atau 73,52 persen diantaranya adalah merupakan tanaman bambu yang siap tebang. Bambu- Apabila diamati lebih lanjut, seperti halnya tanaman akasia, tanaman bambu lebih banyak di tanam di Jawa yaitu mencapai 29,14 juta rumpun atau sekitar 76,83 % dari total populasi bambu Indonesia, sedangkan sisanya sekitar 8,79 juta rumpun (23,17 %) berada di luar Jawa. Tanaman bambu di Jawa terkonsentrasi di tiga propinsi berturut-turut adalah di Jawa Barat (28,09 %), Jawa Tengah (21,59 %), dan Jawa Timur (19,38 %), sementara di Luar Jawa di propinsi Sulawesi Selatan (3,69 %). Meskipun persentase jumlah rumah tangga yang mengusai tanaman bambu di Jawa jauh lebih besar dibanding di Luar Jawa yaitu mencapai 75,69 persen dari total Indonesia, tetapi rata-rata pengusaan tanaman per rumah tangga baik di Jawa maupun di Luar Jawa tidak ada perbedaan yang berarti yaitu 8,15 rumpun (di Jawa) dan 7,65 rumpun (di Luar Jawa). Sedangkan untuk kondisi tanaman bambu, di Jawa persentase tanaman bambu yang siap tebang terhadap total jumlah rumpun seluruhnya mencapai sekitar 72,62 persen sedangkan di Luar Jawa persentasenya sedikit lebih besar mencapai 76,50 persen. Bambu- Rumah tangga pertanian tanaman bambu di Indonesia pada tahun 2003 tercatat sebanyak 521,52 ribu dengan populasi rumpun yang diusahakan sebanyak 22,84 juta. Dari 521,52 ribu rumah tangga pertanian bambu, sekitar 74,62 persen (389,17 ribu) rumah tangga berdomisili di Jawa, sedangkan sisanya sekitar 132,35
  • 3. 3 ribu di Luar Jawa. Populasi bambu yang diusahakan mencapai 22,84 juta rumpun, sekitar 71,67 persen atau 16,37 juta rumpun diantaranya merupakan tanaman yang siap tebang. Di Jawa populasi bambu yang diusahakan mencapai 17,97 juta rumpun dengan kondisi tanaman yang siap tebang sebanyak 12,62 juta rumpun, sementara di Luar Jawa populasi bambu yang diusahakan hanya sekitar 4,86 juta dimana sekitar 3,75 juta rumpun diantaranya tanaman yang siap tebang. BUDI DAYA BAMBU UNTUK MENCEGAH LONGSOR Bulan Januari 2006, ditandai dengan bencana tanah longsor dan banjir. Badai (siklon) tropis yang terjadi di Australia Utara, telah mengakibatkan adanya curah hujan yang sangat tinggi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Curah hujan yang sangat tinggi inilah sebenarnya penyebab utama datangnya bencana banjir dan tanah longsor. Namun bencana demikian, sebenarnya bisa dicegah. Seandainya hutan di Indonesia, khususnya di pulau Jawa tidak diobabat habis, maka bencana banjir dan longsor itu pasti bisa diminimalkan. Selama 20 tahun terakhir, penghijauan lahan gundul memang banyak dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Tanaman penghijauan favorit yang paling banyak dibudidayakan masyarakat adalah albisia, sengon alias jeungjing (Albizia falcataria). Minat masyarakat untuk membudidayakan albisia semakin tinggi, setelah beberapa pabrik pengolahan kayu modern berdiri. Pabrik ini akan mengolah kayu albisia hingga siap untuk diekspor ke Jepang. Di satu pihak, albisia memang telah berhasil menghijaukan lahan rakyat yang selama ini gundul. Namun di lain pihak, justru tanaman inilah yang menjadi salah satu penyebab bencana longsor. Albisia merupakan tanaman kayu yang pertumbuhannya sangat cepat. Hingga umur di bawah 10 tahun, pasti sudah ditebang habis. Karena tidak pernah menjadi tua, maka akar tunggang albisia belum sempat untuk menembus lapisan tanah yang lebih keras. Tanah di bawah tegakan albisia, terutama tanah liat, akan menjadi jenuh air apabila curah hujan cukup tinggi. Beban batang dan tajuk tanaman di atas permukaan tanah, juga ikut mendorong terjadiya longsor. Terlebih kalau tingkat kecuraman lahan yang ditanamai albisia itu di atas 30°. Dari foto-foto dan tayangan tivi, tampak jelas bahwa bagian tanah yang lungsor itu banyak ditumbuhi albisia. * * * Sebenarnya masyarakat akan lebih diuntungkan, kalau lahan kritis itu ditanami bambu. Bukan albisia. Keuntungan yang diperoleh masyarakat dari tanaman bambu ada dua. Pertama, secara finansial hasil dari 1 hektar lahan yang ditanami bambu, lebih besar dibanding dengan lahan yang ditanami albisia. Sebab bambu sudah mulai bis dipanen pada tahun III, dan selanjutnya akan bisa dipanen terus tanpa perlu penanaman ulang. Hasil dari tanaman bambu bukan hanya berupa kayu (batang bambu), melainkan juga rebung. Asalkan, bambu yang dibudidayakan dari jenis yang rebungnya enak. Indonesia tercatat memiliki 142 jenis bambu yang sebagian besar rebungnya enak dimakan. Keuntungan kedua dari budidaya bambu di lahan kritis adalah, lahan tersebut menjadi aman dari bencana tanah longsor. Sebab bambu akan membentuk rumpun, bukan merupakan tanaman tunggal seperti halnya albisia. Akar bambu juga merupakan akar serabut yang tumbuh sangat rapat. Akar bambu yang mati karena tanamannya telah ditebang, akan tetap membentuk serabut, hingga tanah itu menjadi sangat gembur dan
  • 4. 4 menyerap air dengan sangar cepat. Dalam kondisi curah hujan sangat tinggi, tanah di sekitar rumpun bambu tidak akan jenuh air. Sebab air dari curah hujan yang sangat tinggi itu akan diresapkan dalam jangka waktu sangat cepat. Dengan sifat perakaran demikian, bambu bisa sengaja dibudidayakan sebagai sabuk gunung (atau bukit), untuk mencegah longsor. Tanaman bambu yang dibudidayakan melingkari sebuah bukit, akan bisa dengan aman menahan gerakan tanah. Sifat menahan longsor ini akan lebih kuat kalau penanamannya dilakukan dalam tiga lapis atau lebih, kemudian ditanam pula deretan memenjang dari atas ke bawah. Hingga dari atas, bentuk deretan rumpun bambu itu akan tampak seperti anyaman tali, yang melingkari pinggang bukit. Jarak ke atas maupun menyamping antar deretan rumpun bambu ini bisa dibuat 30 sd. 60 m. hingga bagian tengahnya tetap bisa ditumbuhi tanaman semusim. Dengan pola penanaman demikian, masyarakat akan sangat diuntungkan. Sebab bukit dengan tingkat kecuraman sampai lebih dari 45° pun akan tetap aman dari longsor. Warga masyarakat yang tinggal di bawah bukit tersebut tidak perlu khawatir tertimbun longsoran, meski hujan turun dengan intensitas sangat tinggi. Praktek menanami tebing terjal dengan bambu, selalu diterapkan oleh nenek-moyang kita. Kalau kita perhatikan tebing-tebing terjal (jurang) di pinggir kali, selalu ditumbuhi bambu. Sebab dengan adanya rumpun bambu yang saling bergandengan akarnya, maka tanah di bawahnya akan diikat dengan sangat erat. * * * Selama ini, faktor benih memang telah menjadi kendala utama budidaya bambu. Di Indonesia, bambu selalu ditanam dengan benih bonggol (batang dalam tanah) berikut satu meter batang dan ranting. Membongkar rumpun bambu untuk memperoleh bonggolnya cukup berat. Hasil benih yang didapat juga terbatas. Dari satu rumpun bambu dengan 10 batang, kalau dibongkar semua hanya akan menghasilkan 10 benih. Itu pun harus dengan mengorbankan rumpun yang produktif. Mengangkut 10 bonggol bambu juga makan tempat dengan bobot yang cukup besar. Hingga seluruh pekerjaan mulai dari membongkar, mengangkut dan menanam benih bonggol itu akan menjadi cukup berat. Sebanarnya, bambu juga bisa dikembangbiakkan dengan biji serta kultur jaringan. Namun upaya menumbuhkan bunga dan biji bambu juga tidak mudah. Demikian pula dengan kultur jaringan. Selain itu, dua cara ini biayanya tinggi dan perlu waktu lama. Untuk mengecambahkan biji sampai dengan siap tanam, diperlukan waktu paling cepat 2 tahun. Kultur jaringan, makan waktu lebih lama lagi. Untuk mengatasi hal ini para petani Thailand biasa menggunakan benih "cangkokan" dari cabang (ranting). Cara yang mereka lakukan, mirip dengan petani Sleman, DIY, ketika mencangkok salak pondoh. Selain mudah dan murah, teknik perbanyakan dengan memanfaatkan ranting ini, juga mampu mempercepat pengadaan benih secara massal. Sebab dari satu batang bambu bisa dihasilkan sekitar 10 benih, tanpa mengorbankan batang bambu tersebut dan produktifitas rumpun. Mengambil dan mengangkut benih ranting juga tidak makan tempat dan ringan. Tidak seperti pengambilan dan pengangkutan benih bonggol. Bahan yang digunakan petani Thailand untuk "mencangkok" bambu adalah kantung plastik bening 0,5 kg. atau 1 kg, dengan media gabus sabut kelapa (cocodush). Gabus sabut
  • 5. 5 direndam air, lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik. Setelah dipadatkan dan ujungnya diikat, kantung berisi media tersebut disayat sebagian. Pangkal cabang yang akan "dicangkok" dimasukkan ke bagian yang tersayat ini lalu diikat erat-erat. Dalam waktu kurang dari satu bulan akar sudah tumbuh. Cabang baru bisa diambil setelah akar yang kelihatan pada bungkus plastik itu berwarna cokelat. Ujung cabang harus dipotong hingga tersisa 1,5 m sebelum disemai di polybag. Media semai paling ideal berupa tanah bercampur humus bambu. Tanah ini bisa diambil dari bawah tegakan rumpun bambu. Setelah benih dalam polybag tersebut menumbuhkan tunas dan anakan berupa rebung kecil), benih bisa ditanam di lapangan. * * * Dalam rubrik ini beberapa tahun silam, pernah ditulis peluang budidaya bambu, khusus untuk menghasilkan rebung. Jenis yang ditanam adalah bambu yang rebungnya enak seperti bambu ater (Gigantochloa atter), bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu duri (Bambusa blumeana) dan bambu hitam (Gigantochloa atriviolacea). Dalam satu rumpun, secara konstan dipelihara hanya 5 batang bambu. Kalau satu batang ditebang, satu rebung harus dipelihara, agar menjadi individu tanman baru. Selebihnya rebung dipanen. Tiap 36 hari, satu rumpun akan menghasilkan satu rebung. Dengan jarak tanam 4 X 6 m, populasi per hektar mencapai 400 rumpun. Dari tiap hektar kebun bambu ini, tiap harinya dapat dipanen 10 rebung. Tiap tahunnya, dari tiap hektar lahan dapat dipanen 4.000 rebung dan 800 batang bambu (satu rumpun ditebang 2 disisakan 3 batang). Setelah dibersihkan dan bagian pangkalnya dibuang, bobot satu rebung hanya sekitar 1 sd. 1,5 kg. Hingga hasil per hektar per tahun sekitar 20 sd. 30 ton rebung yang sudah terkupas dan dibuang bagian pangkalnya yang berkayu. Dengan harga sekitar Rp 2.000,- per kg. maka dari satu hektar lahan itu akan dapat diperoleh pendapatan kotor dari rebung Rp 40.000.000,- sd. Rp 60.000.000,- dalam setahun. Sebagian besar dari pendapatan tersebut akan digunakan untuk biaya penyusutan, tenaga kerja (pengambilan rebung dan pengupasan). Pendapatan bersih bisa separo dari pendapatan kotor tersebut. Dengan adanya dua keuntungan tersebut, yakni keuntungan finansial dan keuntungan ideal, maka budidaya bambu untuk mencegah longsor menjadi sangat strategis. Sudah saatnya pemerintah melalui BUMNnya, baik Perum Perhutani maupun PT Perkebunan Nusantara (PTPN), mempelopori hal ini. Sebab lahan dengan tingkat kecuraman tinggi di Jawa, umumnya dikuasai oleh Perum Perhutani dan PTPN. Setelah melihat contoh, biasanya masyarakat akan dengan mudah mengukuti contoh tersebut. Bencana longsor dan banjir pada awal tahun 2006 ini sudah sangat meluas dan memprohatinkan. Sudah saatnya kita semua kembali membudidayakan bambu, memanfaatkan rebung dan batangnya, serta memperoleh perlindungan dari bencana longsor.
  • 6. 6 2. TANAMAN BAMBU Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang mempunyai batang berongga dan beruas-ruas, banyak sekali jenisnya dan banyak juga memberikan manfaat pada manusia. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat . Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. 2.1. Ekologi Bambu Sebaran jenis bambu. Di dunia terdapat lebih dari 1.250 jenis bambu yang berasal dari 75 marga. Dari jumlah tersebut di Indonesia terdapat 39 jenis bambu yang berasal dari 8 marga. Bambu tumbuh di daerah tropis, sub tropis dan beriklim sedang kecuali di Eropa dan Asia Barat, dari dataran rendah sampai pada ketinggian 4.000 m dpl. Tempat tumbuhnya pada tanah aluvial dengan tekstur tanah berpasir sampai berlampung, berdrainase baik, beriklim A/B (tipe FS) dengan ketinggian optimal 0-500 m dpl. Ada lima factor ekologis yang sangat berpenagartuh terhadap kehidupan tanaman bamboo, yaitu: IKLIM, RADIASI MATAHARI, TANAH, ANGIN , DAN RUANG. IKLIM - The very first concern for a bamboo grower is the local climate. Our hardiness chart is a great resource to determine which species will thrive in your area. Bamboos tend to favor tropical and warm temperate climates, although it is possible to grow bamboo in adverse conditions, such as deserts and cold mountain regions. RADIASI MATAHARI – Most bamboos will flourish in full sunlight. This is especially true for giant bamboo. Some tropical species, however, may require some shade during the hottest parts of the day. Surprisingly, shade is the most important during the winter months. When frost is combined with direct sunlight it accelerates the depletion of water from the plant. If frost is common in the winter, we advise that you choose an area that receives at least partial shade at some part of the day. TANAH – Bamboo is not particularly selective when it comes to soil, but there are a few basic guidelines to follow. Nearly all bamboos will do well in either loam or marly soil. Loam is a type of soil composted of sand, silt, and clay, with the concentration being 40%, 40%, and 20%, respectively. Loam generally has a high amount of nutrients and provides a greater amount of drainage than silty soils. In general, bamboos prefer a slightly acidic to moderately acidic soil. Rocky and/or soggy soils should be avoided. Heavy and impermeable soils are also undesirable due to their tendency to slow the growth of bamboos and can also lead to water pondage and rhizome rotting. This tends to be a problem on a flat landscape and can be avoided by installing a drainage system before planting. If you already have a garden growing in
  • 7. 7 your area, there should be little soil preparation needed to get a bamboo plant established. Rebung, anakan bambu, di sela-sela mulsa daun bambu. It is a desirable to create a layer of mulch around the bamboo to protect its roots and rhizomes, which are especially vulnerable during the early stages of growth. Mulch is used as a protective layer to shield the base of the plant from the effects of a harsh environment. In areas with heavy storms, wind, or heat, using a layer of mulch is a highly recommended practice. For bamboo growing, organic mulch is the ideal choice. You can create your own blend of mulch by mixing together 1 part dried leaves and 1 part organic compost. This will give the plant sufficient protection, while also feeding the bamboo nutrients. ANGIN – Bamboos have a fairly shallow root system. Conversely, they grow tall and fast. This makes bamboo susceptible to wind damage. Not only does wind have the potential to uproot a bamboo plant, but it can also lead to dehydration. Bamboos require a high amount of water and constant winds will dry them out. Gardens with surrounding hedges or trees are excellent for wind protection. It is also possible to create a makeshift wind barrier.
  • 8. 8 Pagar bamboo hidup untuk pelindung keamanan dan kenyamanan TATA RUANG – Spacing multiple bamboo plants in extremely important, especially when building a hedge or privacy screen. The general rule of thumb on a hedge is to space the bamboo 3-5 feet from each other. This will create a fairly dense privacy screen. If money or availability is a concern, you can space the plants farther apart, but expect to wait up to a couple years for the hedge to fill out completely.
  • 9. 9 Bambusa vulgaris (sumber: http://toptropicals.com/) Bambusa vulgaris, a stylish oriental plant, is the bamboo to thrive indoors. With an excellent life expectancy it can be relied upon to create a long and lasting impression. There are 3 varieties sold under Bambusa vulgaris: Bambusa vulgaris (yellow stems), Bambusa ventricosa (green, bumpy stems), and Bambusa siamensis (smooth green stems). It is advisable to plant them in a large pot because they can die if the root ball is allowed to dry out. Can torerate a small amount of light. B. melangensis - one of the most fast and tall growing varieties. Most of bamboo are hardy to frost, and some are hardy to as low as 16-18F.
  • 10. 10 Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.Wendl. (SUMBER: http://database.prota.org/dbtw-wpd/exec/) Properties For both green-stem and yellow-stem cultivars the density of the stem wall is about 0.63 g/cm³ at 12% moisture content. Shrinkage from green to 11.3% moisture content is 9.7– 14.0% radial and 6.0–11.9% tangential. For green-stem cultivars at 17% moisture content, the modulus of rupture is 84 N/mm², compression parallel to grain 25 N/mm² and shear 7 N/mm². For yellow-stem cultivars at 16% moisture contents the modulus of rupture is 86 N/mm², compression parallel to grain 32 N/mm² and shear 4 N/mm². Description Bamboo with a short, thick rhizome and not closely tufted stems; stem (culm) erect, sinuous or slightly zig-zag, up to 20 m tall, up to 12 cm in diameter, hollow, wall (3–)7–16(– 20) mm thick, glossy green, yellow, or yellow with green stripes, internodes 20–45 cm long, with appressed dark hairs and white waxy when young, becoming glabrous, smooth and shiny with age, nodes oblique, slightly swollen, basal ones covered with aerial roots; young shoots dark brown to yellow-green. Growth and development Bambusa vulgaris clumps expand rapidly during the first 5–6 years (from 0.5 m diameter in the first year to 4.5 m in the 6th year) and slower thereafter (to 7 m diameter after 10 years). Young shoots grow rapidly. In 2 weeks they can develop into stems 3–4 m tall, reaching 20 m in length in 3 months. Stems reach maximum diameters after 9 years. The number of young shoots per clump that develop into full-grown stems increases on average from 1.6 in the first year to a maximum of 5.3 in the 4 th year and decreases to 2.5–3.5 from
  • 11. 11 the 9 th year onward. On average, a mature clump produces 3–4 new stems per year and bears 30–90 stems. In the Niari valley in Congo (average annual temperature 25.5°C, average annual rainfall around 1000 mm), 4.5-year-old Bambusa vulgaris planted at a spacing of 6 m × 6 m, with surviving density of 226 plants/ha, on average had 31 stems per clump and 7000 stems per ha. Flowering is uncommon in Bambusa vulgaris. When a stem flowers, it produces a large number of flowers, but no fruits. Low pollen viability due to irregular meiosis seems to be one of the reasons for the absence of fruiting. Eventually the stem dies, but the clump usually survives. Ecology Bambusa vulgaris grows best at lower altitudes; above 1000 m altitude stems become smaller in length and diameter. It thrives under a wide range of moisture and soil conditions, growing in almost permanently humid conditions along rivers and lakes, but also in areas with a severe dry season, where the plants may become completely defoliated. It is frost hardy down to –3°C. Yield Yields recorded for tropical Africa are 10 t dry weight per ha per year for Côte d’Ivoire and 15 t for Congo. In trials in Congo, yields were higher for Bambusa vulgaris than for Oxytenanthera abyssinica (A.Rich.) Munro. For the Philippines the annual yield per ha is estimated at 2250 stems or 20 t dry weight. The dry weight ratio for stem, branches and leaves is about 70%, 22% and 8% respectively. The ratio of paperpulp/stem production is about 1:3.
  • 12. 12 Bambusa multiplex 'Alphonse Karr' Common Name: Alphonse Karr Maximum Height: 30 feet Container Height: 12 to 20 feet Diameter: 1.5 inches Hardiness: 15° F The culms on this bamboo are golden with random green stripes of variable width. The golden color of the culms takes on a magenta cast when exposed to bright sunlight, as visible on the large culm in this picture. This bamboo makes a wonderful container plant. It, like other forms of Bambusa multiplex, are among the best bamboos for a well lit area indoors. Bambusas generally grow a very tight cluster of canes, and 'Alphonse Karr' is no exception, making it an excellent choice for a privacy screen where a clumping bamboo is desired. Tolerance of full sun makes it versatile, though the canes will show significant die back in the winter if exposed to temperature colder than 20 F. Bambusa Blumeana (sumber: http://www.agnet.org/library/pt/2005002/) Efforts have been done to rehabilitate, regenerate, revegetate, and reforest mined-out and mine tailings-covered areas to bring back their productivity. Planting fast-growing, drought- and fire-resistant species with multiple uses, and species that can adapt to harsh conditions has been one of the remedial measures developed. One of these rehabilitation plants is the versatile bamboo, which can grow almost anywhere, be it upland or lowland, provided proper establishment and management techniques are observed. A study by the Department of Environment and Natural Resources and a mining company in Benguet Province identified the following bamboo species as suitable for mine tailings-covered areas: giant bamboo
  • 13. 13 (Dendrocalamus asper), "kauyan tinik" (Bambusa blumeana), and "bayog" (Bambusa blumeana var. luzoniensis). The species were planted at a spacing of 7 m x 7 m. B. blumeana and B. blumeana var. luzoniensis, were raised from two-node cuttings while D. asper was propagated from branch cuttings with two to three nodes. The drought-resistant species B. blumeana and B. blumeana var. luzoniensis had survival rates of 99% and 97% survival rates, respectively, and they could tolerate water logging up to 63 days. Over three years, the mean height and diameter growth of B. blumeana was 4.57 m and 4.86 cm, respectively, while those of B. blumeana var. luzoniensis were 4.3 m and 4.41 cm, respectively. On average, culms produced by B. blumeana, B. blumeana var. luzoniensis, and D. asper were 52, 51, and 26. Rehabilitating mined-out areas using bamboo does not only improve the environment but also provides additional income. However, the bamboo shoots emerging from bamboos planted in the mined-out areas are not yet recommended for consumption. Further studies have to be done on their heavy metal content. Bambusa balcooa
  • 14. 14 Bambusa oldhamii (sumber: http:// www.thepeaceofbamboo.com.au/photos.html) Bambusa oldhamii - 'Giant Timber Bamboo' A non-invasive subtropical clumping timber bamboo with straight, erect culms and large leaves. Suitable for use as a hedge. New shoots
  • 15. 15 grow during summer and fall in the Houston area. Culms and branches are green. Culms grow to 4 inches in diameter and 55 feet tall. Hardy to 21 degrees F. Gigantachloa apus (sumber: http:// www.thepeaceofbamboo.com.au/photos.html)
  • 16. 16 Bambusa textilis (sumber: http:// www.thepeaceofbamboo.com.au/photos.html) Bambusa Textilis“Weaver’s Bamboo” Max. Height: 40 feet; Max. Diameter: 2 inches; Min. Temperature 18°. Grows in tight clumps. An extremely handsome plant that arches gracefully. Medium-sized clumper, non-invasive. The largest cold-tolerant clumper. This bamboo is rare because it's more difficult to propagate than other giant tropicals. It has been used to weaving (the culms are thin-walled enough that they can be split and woven), but most collect it for its landscape appeal. Native to the Guangxi & Guangdong Provinces in South-east China.
  • 17. 17 Dendrocalamus latiflorus (sumber: http://www.thepeaceofbamboo.com.au/photos.html)
  • 18. 18 2.2. Taksonomi dan Biologi Bambu Kerajaan: Plantae (tidak termasuk) Monocots (tidak termasuk) Commelinids Ordo : Poales Famili : Poaceae Upafamili: Bambusoideae Superbangsa: Bambusodae Bangsa: Bambuseae Kunth ex Dumort. Diversitas Sekitar 92 genera dan 5.000 spesies Arthrostylidiinae Arundinariinae Bambusinae Chusqueinae Guaduinae Melocanninae Nastinae Racemobambodinae Shibataeinae. The rhizome system of bamboo is divided into two distinct categories: Running/ Monopodial (Leptomorph rhizome system), and Clumping/ Sympodial (Pachymorph rhizome system). The type of rhizome system will determine the growth behavior of the bamboo. Clumping bamboos will generally stay in close proximity to the domain plant. Some common genera of clumping bamboos include: Bambusa, Dendrocalamus, and Fargesia. Running bamboos are invasive by nature and have the ability to spread over considerable distances each year. Some species can spread up to 20 feet each year, often requiring growers to implement control methods, such as a rhizome barrier. Some common genera of running bamboos include: Arundinaria, Phyllostachys, Pleioblastus, and Pseudosasa. Clumping Bamboo (Bambu Tipe Rumpun) The pachymorph rhizome system, which is found in clumping bamboos, expands horizontally only by short distances each year. The rhizomes are generally short and thick in appearance. They curve upwards in close proximity to the domain plant. At the nodes, new rhizomes or roots can be produced. New culms can only form at the very tip of the rhizome. It is this feature that causes them to curve upwards and exhibit the clumping behavior. An advanced pachymorph system is very compact near the base of the plant, making removal or transplant of the bamboo exceptionally difficult.
  • 19. 19 Bambusa multiplex : Bambu Tipe Rumpun Clumping bamboos are characterized as having upward curving rhizomes that grow off of each other. The rhizomes are thicker and shorter than those found in running bamboos, and lack the ability to spread over wide areas. They curve upwards and new culms can only form from the tip of the rhizome, which causes the culms to remain in close proximity to the central plant. This makes clumping bamboos the ideal choice for creating hedges and privacy screens. The most common genus is Bambusa and is primarily found in tropical regions. Clumping bamboos are generally less cold hardy than running bamboos and extra precautions must be taken if the plant will be exposed to frost and freezing temperatures. BATANG BAMBU (Culms) – Culms are the most visibly distinguishable feature of a bamboo plant. Culms can vary in size, shape, color, and even smell. The appearance can range from thick or thin, tall or short, erect or bent, and can exhibit irregular patterns such as those found in Tortoise Shell Bamboo (P. heterocycla f . heterocycla ‘Kiko’). Most culms are round in shape, but some species can take on a square like appearance. The color of the culms also has a wide range of characteristics. Although the majority of bamboos are green, they can also be brown, black, yellow, or striped. One of the most popular garden bamboos, Black Bamboo (Phyllostachys nigra), is unique in the fact that the culms exhibit a nearly jet black color. The culms can also very in smell. One of the most interesting examples is Incense Bamboo (Phyllostachys atrovaginata), which has a waxy coat on the culms that emits a pleasant fragrance similar to incense.
  • 20. 20 New culms will generally emerge in the springtime, however timing will vary among species. A new culm is very vulnerable to damage from the environment in the first several weeks after shooting. In fact, it takes nearly 3 growing seasons for most culms to become fully hardened. It is good practice to keep new culms protected from possibly destructive agents, such as wind or animals. It is also easy to accidentally step on top of a shoot within the first couple days of emergence. Extra care needs to be taken when walking near the bamboo during the weeks new shoots start to develop. A newly sprouting bamboo shoot will be covered by overlapping sheaths which are usually brown in color with a layer of fuzz. These sheaths help protect the soft outer tissue of the culm and provide the hormones necessary for rapid growth. Growth of the culm will be inhibited if these sheaths are removed. Eventually they will fall of naturally and can even be collected for use in an organic mulch mixture. Batang bambu: Moso Bamboo Culms. Running Bamboo: Bambu Tipe Batangan Monopodial The leptomorph rhizome system is found in running bamboos. The rhizomes are generally long and thin in appearance and some species can send the rhizomes up to 20 feet away in a single growing season. At the nodes, they have the ability to produce buds that will form either new culms or rhizomes. Bamboos with a pachymorph rhizome system will be spaced over a wide area. They are invasive by design and it can be extremely difficult to remove a well established plant.
  • 21. 21 Perilaku pertumbuhan bamboo tipe :Running Bamboo, Phyllostachys. Running bamboos are characterized as having self-propagating rhizomes which travel underground, and eventually breech the surface to create a Culm. The rhizomes travel horizontally, and have the ability to move through 20 feet of soil in a single season. The direction and distance of rhizome growth is unpredictable. They are most commonly found naturally in temperate regions, with the most notable genera being Phyllostachys and Pleioblastus. Most varieties are cold hardy and are able to survive in below freezing temperatures. Running bamboos are invasive by nature and will spread rapidly if not controlled. This can be a problem when attempting to grow running bamboos in an isolated section of your garden. The most common remedy is to install a rhizome barrier around central plant stop the spread. Karakteristik bambu Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizon) berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang.
  • 22. 22 2.3. Fungsi dan manfaat bambu Menurut Rivai, Suryo Kusumo dan Nugoro (1994), kegunaan dan manfaat bambu bervariasi mulai dari perabotan rumah, perabotan dapur dan kerajinan, bahan bangunan serta peralatan lainnya dari yang sederhana sampai dengan industri bambu lapis, laminasi bambu, maupun industri kertas yang sudah modern. Dari sekilas gambaran manfaat tersebut menyiratkan suatu harapan, bahwa kebutuhan terhadap bambu akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan masyarakat. Manfaat Ekologis Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidronologis sebagai pengijat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Rumpun bambu di Tatar Sunda disebut dapuran awi juga akan menciptakan iklim mikro di sekitarnya, sedangkan hutan bambu dalam skala luas pada usia yang cukup dapat dikategorikan sebagai satu satuan ekosistem yang lengkap. Kondisi hutan bambu memungkinkan mikro organisme dapat berkembang bersama dalam jalinan rantai makanan yang saling bersimbiosis. Manfaat Sosial, ekonomi, budaya Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyarakat menggunakan bambu dalam berbagai aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan sebagai multipurpose free species (MPTS = jenis pohon yang serbaguna). Pemanfaatan bambu secara tradisional masih terbatas sebagai bahan bangunan dan kebutuhan keluarga lainnya (alat rumah tangga, kerajinan, alat kesenian seperti angklung, calung, suling, gambang, bahan makanan seperti rebung dll.). Pada umumnya jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang berdiameter besar dan berdinding tebal. Jenis-jenis tersebut diwakili oleh warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8 jenis). Dari jenis-jenis tersebut dapat dibudidayakan secara massal untuk menunjang industri kertas, chopstick, flowerstick, ply bamboo, particle board dan papan semen serat bambu serta kemungkinan dikembangkan bangunan dari bahan bambu yang tahan gempa dll. Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat bambu menjadi salah satu kelengkapan yang tidak bisa ditinggalkan, misalnya dalam upacara adat, upacara perkawinan, hajatan keluarga bahkan bahan baku bambu menjadi alat musik khas komunitas tertentu. Lebih dari itu perkembangan sosial budaya masyarakat ditandai dengan perkembangannya aksesori bambu dalam pembuatan perabot rumah tangga dan cindera mata yang bernilai seni tinggi. Di beberapa tempat species bambu tentu menjadi bagian mitos dan kelengkapan ritual masyarakat yang bernilai magis.
  • 23. 23 Analisis ekonomi hutan tanaman bambu Berdasarkan penelitian PT Persada Alnita Lestari (2003), pembangunan Hutan Tanaman Bambu pada tahun pertama memerlukan, biaya Rp 10.137.000,00 dari mulai perencanaan sampai pemeliharaan. Pada tahun ke 2 sampai tahun ke 4 diperlukan biaya sebesar Rp 1.402.900,00 per ha. Apabila daur pengusaha hutan bambu selama 20 tahun, maka kebutuhan dana total mencapai Rp 87.960.100,00 per ha. Dengan perolehan hasil sebesar Rp 767.520.000,00. (Bambu, Tanaman Tradisional yang Terlupakan; OTJO DANAATMADJA, 2006. http:// www.pikiran- rakyat.com /cetak / 2006/092006/02/10wacana. htm). Secara analisis finansial investasi pembangunan hutan tanaman bambu dengan indikator interest 18% per tahun dan dengan metode discounting dari tahun pertama sampai tahun akhir daur perusahaan (20 tahun) menghasilkan Net Present Valute (NPV) sebesar 56% sehingga pengusaha bambu ini dikategorikan layak. Ditinjau dari perhitungan B/C ratio didapat hasil 5,65 dengan payback period dicapai pada tahun ke-4
  • 24. 24 3. POLA DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA 3.1. Tanaman Utama: Bambu Bambu tumbuh hampir di semua daerah dan memiliki banyak manfaat penting bagi masyarakat. Secara garis besar, bambu terbagi menjadi 2 jenis: bambu rumpun (sympodial) dan bambu rambat (monopodial). Bambu rumpun tumbuh di daerah tropis dan umumnya ada di daerah kita, sedangkan bambu rambat tumbuh di daerah sub- tropis. Bambu memberikan: • Pendapatan. • Bahan bangunan. • Bahan furnitur. • Makanan, bagi manusia dan ternak. • Sebagai pagar, pagar hidup atau teralis. • Penahan angin. • Pipa irigasi. • Arang bambu untuk mememasak. • Bahan alat musik. • Bahan wadah. • Bahan kerajinan tangan masyrakat, dan banyak lagi. Proses menanam dan mengelola rumpun bambu secara benar merupakan langkah pertama untuk menghasilkan batang berkualitas tinggi dan memudahkan pemanenan. Perbanyakan Bambu Ada beberapa teknik untuk memperbanyak bambu, yaitu perbanyakan rimpang (rhizoma), potongan batang, atau menggunakan cabang dan biji untuk beberapa jenis bambu besar. Teknik mana yang akan Anda pakai tergantung pada jenis bambunya, dan untuk apa bambu itu akan digunakan. Untuk daerah kering, awal musim hujan adalah waktu terbaik untuk perbanyakan bambu. Namun, jika tersedia cukup air, perbanyakan ini bisa dilakukan kapan saja.
  • 25. 25 Perbanyakan dengan Rimpang (Rhizoma) Perbanyakan dengan rimpang cocok untuk penanaman skala kecil karena tingkat keberhasilannya tinggi. Namun, cara ini sedikit lebih sulit dan memerlukan waktu yang lebih banyak. Perbanyakan dengan rimpang bisa dilakukan pada hampir semua jenis bambu, namun rimpang dari spesies bambu yang besar biasanya terlalu sulit untuk digali. Oleh karenanya, perbanyakan dengan rimpang paling cocok diterapkan pada spesies-spesies bambu yang kecil dengan banyak rimpang dan rumpun. Langkah-langkah perbanyakan dengan rimpang: 1. Pilihlah rimpang dan rumpun bambu yang ingin Anda perbanyak, batang berumur satu tahun dari rumpun bambu bagian luar adalah yang paling gampang dan paling baik. 2. Potonglah batang itu tiga atau empat buku di atas permukaan tanah. 3. Potong lagi pada rimpang, di bagian rimpang itu menyatu dengan rimpang berikutnya. Biasanya ini mengarah ke tengah rumpun. Galilah akar dan tanahnya sekitar 10-15 cm dari pangkalnya sehingga ketika Anda mencabut rimpangnya, masih ada akar dan tanah yang melekat. 4. Jagalah agar rimpang dan akarnya tetap basah hingga penanaman, atau sebaiknya langsung ditanam. Basahi juga daunnya dengan air. Jagalah agar rimpang dan akarnya tidak terkena sinar matahari. 5. Tanamlah rimpang itu sedalam kira-kira 15 cm, dan sirami dengan air. Berikan pupuk atau kompos dan lapisan mulsa di sekitarnya. Daun dan cabang yang baru akan tumbuh dari ruas-ruas bambu dan pada awal musim hujan akan tumbuh tunas baru dari rimpan tersebut. Terkadang tunas baru akan langsung tumbuh.
  • 26. 26 Menanam bambu dengan bahan tanam berupa rimpang-bambu Perbanyakan dengan Potongan Batang Perbanyakan dengan potongan batang baik untuk perkebunan besar dan untuk penahan angin karena lebih mudah dan memerlukan waktu yang lebih singkat. Namun, tingkat keberhasilan teknik perbanyakan ini lebih kecil. Teknik ini paling cocok untuk jenis bambu besar, yang terlalu sulit untuk diperbanyak dengan rimpang. Langkah-langkah perbanyakan dengan batang: 1. Pilihlah batang bambu yang berumur sekitar 2-3 tahun dan memiliki banyak cabang. 2. Potonglah sedekat mungkin dengan tanah, dan kemudian potong-potonglah batangnya sepanjang 1,5 sampai 2 meter. 3. Bersihkan cabang-cabang dan daunnya setelah buku pertama pada tiap potongan, tapi sisakan 2 atau 3 cabang pada satu sisinya. 4. Galilah parit dan kuburlah batang bambu itu sedalam kira-kira 15 cm. Setelah penanaman, potonglah cabang-cabang yang tersisa pada 2 buku di atas tanah. Ini akan membantu Anda mengetahui di mana bambu itu ditanam. 5. Sirami setiap hari selama satu minggu pertama. Setelah itu, sirami dua kali seminggu selama satu bulan. Ketika batang bambu itu sudah mulai bertunas, batang itu sudah siap untuk digali, dipotong, dan ditanam kembali ke tempat yang telah ditetapkan.
  • 27. 27 Menyiapkan bahan tanam bambu dari batang bambu Perbanyakan dengan Cabang Beberapa cabang bambu yang besar dapat dipilih untuk bahan tanam, mereka biasanya ada diujung atas bambu dewasa. Potong cabang ini sedekat mungkin dengan batang utama, sepanjang kira-kira 1m (minimum ada 3 mata tunas). Perlakukan cabang ini seperti menanam stek pada tanah yang subur. Sebaiknya ditanam sedikit miring. Pembibitan Bambu Perbanyakan dengan potongan batang dan cabang dapat juga digunakan untuk menanam bambu di koker. Perbanyakan dengan rimpang tidak cocok untuk ditanam di koker, sebaiknya harus ditanam langsung ke lahan.
  • 28. 28 Pengaturan Tanaman Monokultur Beberapa cara pengaturan tanaman dalam hutan/kebun bambu monokultur yang disarankan adalah : (1). Cara bujung sangkar A* B* * * * * * * * * * D* C* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * Pengaturan cara bujursangkar lebih mudah dibandingkan cara yang lain. Panjang AB = BC = CD = AD. Seandainya jarak tanaman bambu 8 - 10 m, luas ABCD = 64 - 100 m2. (2). Cara diagonal A* B* * * * * * * * * * D* C* * * * * * * * * * E* F* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * Panjang AB = BC = CD = AD, titik E terletak pada titik potong diagonal. Cara ini sebenarnya sama dengan cara bujursangkar, hanya pada titik potong diagonal diberi tanaman berumur pendek yang kemudian hari tanaman tersebut dibongkar. Jarak tanam yang dianjurkan 10-12.5 m. (3). Cara Garis Tinggi (Contour) Cara garis tinggi ini dikerjakan bila tanah untuk perkebunan bambu terletak pada tanah yang miring. Saat penanaman sebaiknya tanah dibuat teras lebih dahulu. Karena tanahnya miring maka sulit untuk dibuat cara bujur sangkar atau segitiga sama sisi. Jarak dalam baris pada tinggi yang sama dapat ditentukan misalnya 10-15 m, tetapi jarak dari teras yang satu ke teras yang lain mungkin sulit disamakan. Dalam hal ini perlu disesuaikan dengan keadaan. Jarak Tanam
  • 29. 29 Jarak tanam bambu tergantung beberapa faktor di antaranya jenis tanah, berat ringannya tanah, kesuburan tanah, dan varietas tanaman bambu. Pada tanah yang tan- dus, pertumbuhan tanaman kurang subur sehingga dapat ditanam pada jarak yang lebih dekat. Tanaman yang berasal dari biji pada umumnya lebih besar daripada yang berasal dari semai atau stek, sehingga ditanam dengan jarak yang lebih lebar. Jarak tanam bambu yang baik adalah 8 - 10 m, sehingga pada waktu tanaman bambu sudah besar tidak akan berdempetan dan akan mengurangi timbulnya penyakit . Pembuatan Lubang Tanam Setelah ajir dipasang sesuai dengan cara tanam yang dikehendaki, kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm. Pada waktu penggalian lubang, titik tengahnya tepat pada ajir. Tanah bagian bawah dipisahkan dari tanah bagian atas, karena pada saat pengisian lubang, yang dimasukkan terutama adalah tanah bagian atas yang baik, sedangkan tanah bawah tidak perlu dimasukkan tetapi telah diganti dengan kompos atau pupuk kandang yang telah jadi, dan dicampur dengan tanah bagian atas, superphosphat dan abu bakar. Tanah bagian bawah yang tidak digunakan, dibiarkan diatas tanah disekitar lubang dan akan menjadi tanah yang baik karena pelapukan. Pemberian superphosphat + 300 - 500 gram tiap lubang dan abu kayu bakar + 3 - 5 kg. Pupuk kandang sebanyak dua kaleng minyak tanah yang dicampurkan pada kedua macam tanah galian. Kemudian tanah bagian bawah dikembalikan ke bawah, dan yang atas ditaruh kembali diatasnya. Setelah diisi, lubang diberi air kompos air pupuk kadang secukupnya. Pembuatan lubang sebaiknya dilakukan pada musim kemarau sehingga akan mendapat banyak sinar matahari yang dapat mematikan penyakit yang ada. Penanaman bibit stek Penanaman sebaiknya dilakukan sore hari pada musim hujan, sehingga tidak perlu menyiram dan udara tidak terlalu panas pada siang hari. Hal ini akan mengurangi kematian bibit tanaman yang baru ditanam. Sebelum bibit ditanam, lubang yang telah diisi tanah dibiarkan beberapa hari sampai tanah betul- betul tidak turun lagi. Kalau tanah masih turun di tambah tanah lagi yang telah dicampur kompos, pupuk kandang dan superphosphat. Pemberian tanah sedikit lebih tinggi dari tanah disekitarnya sehingga tidak tergenang air hujan. Di tempat ajir, dibuat lubang yang sedikit lebih besar dari keranjang bibit, kemudian ditaburi dengan furadan, curaterr, temik atau mipzinon + 10 - 25 gram tiap lubang guna mencegah gangguan rayap atau semut yang mungkin ada. Waktu penanaman sebaiknya keranjang dilepas supaya tidak didatangi rayap. Pada waktu menanam diusahakan leher akar tetap seperti pada waktu di pesemaian dan tempat mata tempel atau sambung jangan sampai tertimbun tanah. Setelah tanam segera disiram sampai betul-betul basah lalu dibuat peneduh yang terbuat dari daun kelapa, alang-alang atau yang lainnya sehingga tidak terkena sinar matahari secara langsung. Peneduh (kalau perlu) tetap dipakai selama 2 - 3 minggu, setelah itu peneduh dibuka sedikit demi sedikit. Apabila yang ditanam bibit stek cabutan, akar yang rusak atau sakit dipotong sampai di tempat yang sehat, dan luka diolesi obat luka. Pada waktu menanam diusahakan akar tersebar seperti keadaan aslinya, apabila akar terlalu panjang bisa dipotong sehingga tidak bengkok waktu dita- nam. Bila terdapat hama putih pada akar harus dibersihkan jangan sampai ikut
  • 30. 30 ditanam, demikian pula hama yang lain. Daun dipotong 1/3 sampai 2/3 bagian dari panjangnya untuk menghidari penguapan yang berlebihan. Pada waktu menanam, tanah diberikan sedikit demi sedikit sehingga bisa masuk di antara akar. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman. Bibit yang baru ditanam sebaiknya disiram secara teratur setiap hari, lebih-lebih yang berasal dari stek cabutan. Disamping itu juga diperlukan naungan untuk melindungi dari terik sinar matahari sehingga daun dan batang tidak kering . Pengendalian gangguan hama, penyakit dan gulma. Karena penanaman dilakukan pada musim hujan di mana keadaan udara selalu berawan dan lembab, sehingga selalu ada kemungkinan timbul penyakit. Untuk pencegahannya bisa disemprot dengan fungisida misalnya dengan Bubur Burdeaux (BB). BB ini melekat lebih kuat dibandingkan fungisida lainnya, tidak lekas larut bila terkena hujan, dan masih bisa melekat beberapa lama. Bila ada tumbuhan epifit walaupun bukan parasit segera dihilangkan karena mungkin menjadi inang hama atau penyakit. Gulma harus segera disiang karena dapat menyaingi tanaman bambudalam menyerap makanan, sehingga mungkin bambukalah cepat apalagi bila tanaman bambumasih muda. Selain itu gulma dapat menjadi inang penyakit yang kemudian bisa menyerang tanaman bambu. Pengelolaan Rumpun Pengelolaan rumpun bambu yang baik akan menghasilkan batang bambu berkualitas tinggi, serta memudahkan pemanenan. Satu rumpun bambu yang dikelola dengan baik akan memiliki batang umurnya bervariasi, dari umur 3, 2, dan 1 tahun, serta tunas-tunas baru. Sebaiknya terdapat 6-8 batang yang seumur pada tiap rumpunnya, jadi ada sekitar 24-32 batang per rumpun. Semuanya harus mendapatkan ruang yang cukup untuk bisa tumbuh dengan baik dan mudah dipanen. Membuka Rumpun Bambu Rumpun bambu yang dikelola dengan baik akan terlihat terbuka dan sehat sehingga memudahkan kita untuk memilih dan menata mana bambu yang siap dipanen dan mana yang masih muda. Rumpun yang tidak dikelola akan terlihat padat dan semrawut, sulit untuk memilih dan mencapai mana batang yang siap dipanen, dan sering ada batang yang mati atau kering di tengah rumpun. Situasi seperti ini akan menyulitkan kita ketika memanennya. Langkah pertama dalam mengelola rumpun adalah dengan memotong semua batang yang sudah tua atau mati. Ini memang sulit dilakukan karena letaknya kadang di tengah-tengah rumpun. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memotong satu sisi rumpun hingga ke tengahnya, kemudian memotong batang yang tua atau mati. Potonglah sedekat mungkin dengan permukaan tanah. Ini akan menciptakan bentuk yang memungkinkan kita untuk memanen batang yang tua dari tengah rumpun tanpa merusak tunas baru yang biasanya berada di luar rumpun.
  • 31. 31 Membuka rumpun dengan jalan menebang sejumlah batang bamboo Penjarangan rumpun bambu Menghilangkan batang-batang yang rusak, bengkok, atau terlalu berdekatan satu sama lain. Jika rumpun itu pernah dipanen sebelumnya, akan ada banyak bekas-bekas pangkal bambu, sisa-sisa ini sebaiknya dibersihkan dengan memotongnya sedekat mungkin dengan permukaan tanah. Ini akan memudahkan kita untuk mencapai bagian tengah rump[un bambu. Pemangkasan Cabang
  • 32. 32 Pangkaslah cabang-cabang yang lebih rendah untuk memudahkan akses ke dalam rumpun. Pemotongan sebaiknya di buku kedua atau ketiga pada cabang yang dipangkas sehingga dapat mencegah jamur untuk mencapai batang. Pemangkasan tunas. Bila tanaman muda sudah mulai tumbuh sebaiknya jumlah junas dikurangi. Ranting / cabang yang kering atau terkena penyakit sebaiknya dipotong, tetapi jangan terlalu banyak memangkas daun yang masih sehat, karena akan mengurangi fotosintesis sehingga pertumbuhan akan terhambat . Memilih dan Menandai Tunas Saat musim tunas, pilihlah 6-8 tunas yang sehat dan berada dalam posisi yang baik. Tunas lainnya bisa dihilangkan, ini akan merangsang pertumbuhan tunas baru kemudian hari. Tunas yang dihilangkan dapat dimanfaatkan sebagai sayur rebung atau pakan ternak. Tunas baru bisa ditandai untuk mengetahui umurnya kelak. Batang bambu yang kuat, keras, dan tahan terhadap serangga adalah batang yang dipanen pada saat berumur 3 tahun atau lebih. Cara menandai batang adalah dengan menggoresnya pada tunas sebelum memiliki daun, goresan ini akan meninggalkan bekas yang permanen. Tandai semua tunasnya pada ketinggian yang sama, sekitar 1 meter di atas permukaan tanah. Misalnya, untuk tahun 2000, tandai dengan 4, bambu ini akan siap panen pada tahun 2003. Maka pada tahun 2003, akan diketahui batang mana saja dengan tanda 4 yang telah berumur 3 tahun. Penggemburan Tanah. Apabila tanah padat sebaiknya digemburkan, sehingga dapat terjadi pertukaran udara dalam tanah. Akar tanaman yang mendapat cukup udara akan tumbuh sehat dan dapat menyerap makanan cukup banyak sehingga
  • 33. 33 tanaman akan tumbuh pesat. Penggemburan tanah jangan terlalu dalam karena dapat memutuskan akar . Pemangkasan (kalau dianggap perlu). Pemangkasan daun tua sebagai pemeliharaan dapat dilakukan sewaktu-waktu. Pemangkasan ini ditujukan untuk membuang daun tua yang patah, rusak, yang mengganggu cabang lain, atau cabang yang tidak dikehendaki. Sedangkan pemangkasan peremajaan dilakukan dengan memangkas semua cabang yang kecil-kecil, kecuali satu batang paling atas untuk memelihara kelanjutan hidup tanaman. Tunas-tunas baru yang tumbuh disisakan 2 - 3 batang. Pemupukan. Program pemupukan yang dianjurkan untuk kebun bambu adalah : (a). Tanaman muda 1. Pada permulaan tanam : pupuk kandang 2 - 3 kg/tanaman 2. Kemudian : 0.25 - 1.25 kg ZA (20 %) 0.0 - 0.5 kg Superphosphat (18 % P2O5) 0.1 - 0.25 kg Kaliumsulphat (50 % K2O) (b). Tanaman Desawa: 1.1 - 5.0 kg ZA; 0.4 - 0.8 kg Superphosphat; 0.5 - 0.75 kg Kalisulphat; Disamping itu dapat juga diberikan pupuk campuran dengan aturan sebagai berikut : a. pada tanaman muda : 0.5 - 1.5 kg (15 N : 5 P : 15 K) b. pada tanaman tua : 2 - 3 kg ( 12 N : 8 P : 18 K) Tanaman sela. Di sela-sela tanaman bambu muda dapat ditanami aneka tanaman sayuran sewaktu tanaman bambu tersebut masih kecil (hingga umur 5 tahun). Jenis tanaman sela yang dapat digunakan yaitu sayuran, kedelai, kacangtanah atau jagung. Panen Bambu. Tanaman bambu yang berasal dari bibit stek diharapkan panen setelah umur + 1-1.5 tahun, dan hasil terbanyak diberikan oleh rumpun tanaman bambu yang berumur lebih dari 5 - 6 tahun. Tanaman bambu dapat dipanen bila kulit batang yang semula berwarna hijau muda sudah berubah menjadi hijau tua atau kebiru-biruan, dan kulit seakan-akan tertutup oleh lapisan lilin yang akhirnya akan menghilang. Batang yang demikian keadaannya masih keras tetapi sudah cukup tua. Batang Bambu Berkualitas Tinggi Batang bambu berkualitas tinggi tergantung pada beberapa hal, antara lain: 1. Spesies bambu. 2. Usia batang bambu. 3. Waktu panen. 4. Perawatan dan penyimpanan.
  • 34. 34 5. Pengawetan. 1. Spesies Bambu Beberapa jenis bambu secara alamiah lebih kuat dan lebih tahan terhadap hama penggerek daripada jenis bambu lainnya. Di Indonesia, jenis-jenis bambu yang umum ditanam dan dimanfaatkan, antara lain: bambu betung/petung, bambu tali/apus, bambu gombong, bambu item, bambu ampel, bambu duri, bambu santong, bambu tutul, bambu kuning, dan masih banyak lagi. 2. Umur Batang Bambu Bambu sebaiknya dipanen setelah berumur 3 tahun. Untuk beberapa jenis bambu, bahkan harus dipanen saat berumur 4, 5, atau 6 tahun. Jenis bambu tali/apus paling baik dipanen setelah 3 tahun, jenis bambu petung setelah 4 atau 5 tahun. Bila batang bambu masih berumur 1-2 tahun, kandungan bubuk gula/bubuk patinya banyak sehingga hama penggerek atau kutu bubuk (Dinoderus sp.) sangat menyukainya. Setelah 3 tahun, bubuk itu akan berkurang dan silikanya akan menjadi dominan. Silika merupakan suatu mineral yang membuat batang bambu menjadi lebih keras dan tidak disukai hama. Bambu yang dipanen pada umur kurang dari 3 tahun akan mudah mengkerut dan patah, serta memiliki kutu bubuk dan hama penggerek yang lebih banyak. Bambu yang dipanen pada umur 3 tahun atau lebih akan lebih kuat dan tahan hama. 3. Waktu Panen Waktu pemanenan yang baik adalah selama musim kemarau. Pilihlah waktu ketika tunas baru yang ada di rumpun berada dalam kondisi ketinggian maksimum dan mulai mengembangkan daun-daunnya di bagian atas. Pada saat seperti ini batang bambu dewasa dalam kondisi yang paling kuat. Ada suatu kebiasaan umum di Asia, yaitu melakukan pemanenan bambu di saat bulan purnama. Ini bertujuan untuk membantu mencegah hama penggerek pada bambu dan juga bambu berkurang kadar airnya ketika bulan purnama. Kebiasaan ini akan menghasilkan bambu yang berkualitas baik. Hindari pemanenan di saat musim rebung karena bambu sedang „menyusui‟ anaknya pada waktu ini. Saat ini kandungan air dan gula pada bambu sedang tinggi. Di samping itu, penebangan bambu akan merusak rebung-rebung tersebut.
  • 35. 35 4. EKOSISTEM HUTAN BAMBU 4.1. Konservasi Tanah dan Air Selama tahun 2010 banyak terjadi bencana tanah longsor dan banjir. Perubahan iklim global, telah mengakibatkan adanya curah hujan yang sangat tinggi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Curah hujan yang sangat tinggi inilah sebenarnya penyebab utama datangnya bencana banjir dan tanah longsor. Namun bencana demikian, sebenarnya bisa dicegah. Seandainya hutan di Indonesia, khususnya di pulau Jawa tidak diobabat habis, maka bencana banjir dan longsor itu pasti bisa diminimalkan. Selama 20 tahun terakhir, penghijauan lahan gundul memang banyak dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Tanaman penghijauan favorit yang paling banyak dibudidayakan masyarakat adalah albisia, sengon alias jeungjing (Albizia falcataria). Minat masyarakat untuk membudidayakan albisia semakin tinggi, setelah beberapa pabrik pengolahan kayu modern berdiri. Pabrik ini akan mengolah kayu albisia hingga siap untuk diekspor ke Jepang. Di satu pihak, albisia memang telah berhasil menghijaukan lahan rakyat yang selama ini gundul. Namun di lain pihak, justru tanaman inilah yang menjadi salah satu penyebab bencana longsor. Albisia merupakan tanaman kayu yang pertumbuhannya sangat cepat. Hingga umur di bawah 10 tahun, pasti sudah ditebang habis. Karena tidak pernah menjadi tua, maka akar tunggang albisia belum sempat untuk menembus lapisan tanah yang lebih keras. Tanah di bawah tegakan albisia, terutama tanah liat, akan menjadi jenuh air apabila curah hujan cukup tinggi. Beban batang dan tajuk tanaman di atas permukaan tanah, juga ikut mendorong terjadiya longsor. Terlebih kalau tingkat kecuraman lahan yang ditanamai albisia itu di atas 30°. Dari foto-foto dan tayangan tivi, tampak jelas bahwa bagian tanah yang lungsor itu banyak ditumbuhi albisia. Sebenarnya masyarakat akan lebih diuntungkan, kalau lahan kritis itu ditanami bambu. Keuntungan yang diperoleh masyarakat dari tanaman bambu ada dua. Pertama, secara finansial hasil dari 1 hektar lahan yang ditanami bambu, lebih besar dibanding dengan lahan yang ditanami albisia. Sebab bambu sudah mulai bis dipanen pada tahun III, dan selanjutnya akan bisa dipanen terus tanpa perlu penanaman ulang. Hasil dari tanaman bambu bukan hanya berupa kayu (batang bambu), melainkan juga rebung. Asalkan, bambu yang dibudidayakan dari jenis yang rebungnya enak. Indonesia tercatat memiliki 142 jenis bambu yang sebagian besar rebungnya enak dimakan. Keuntungan kedua dari budidaya bambu di lahan kritis adalah, lahan tersebut menjadi aman dari bencana tanah longsor. Sebab bambu akan membentuk rumpun, bukan merupakan tanaman tunggal seperti halnya albisia. Akar bambu juga merupakan akar serabut yang tumbuh sangat rapat. Akar bambu yang mati karena tanamannya telah ditebang, akan tetap membentuk serabut, hingga tanah itu menjadi sangat gembur dan menyerap air dengan sangar cepat. Dalam kondisi curah hujan sangat tinggi, tanah di sekitar rumpun bambu tidak akan jenuh air. Sebab air dari curah hujan yang sangat tinggi itu akan diresapkan dalam jangka waktu sangat cepat. Dengan sifat perakaran demikian, bambu bisa sengaja dibudidayakan sebagai sabuk gunung (atau bukit), untuk mencegah longsor. Tanaman bambu yang
  • 36. 36 dibudidayakan melingkari sebuah bukit, akan bisa dengan aman menahan gerakan tanah. Sifat menahan longsor ini akan lebih kuat kalau penanamannya dilakukan dalam tiga lapis atau lebih, kemudian ditanam pula deretan memenjang dari atas ke bawah. Hingga dari atas, bentuk deretan rumpun bambu itu akan tampak seperti anyaman tali, yang melingkari pinggang bukit. Jarak ke atas maupun menyamping antar deretan rumpun bambu ini bisa dibuat 30 sd. 60 m. hingga bagian tengahnya tetap bisa ditumbuhi tanaman semusim. Dengan pola penanaman demikian, masyarakat akan sangat diuntungkan. Sebab bukit dengan tingkat kecuraman sampai lebih dari 45° pun akan tetap aman dari longsor. Warga masyarakat yang tinggal di bawah bukit tersebut tidak perlu khawatir tertimbun longsoran, meski hujan turun dengan intensitas sangat tinggi. Praktek menanami tebing terjal dengan bambu, selalu diterapkan oleh nenek-moyang kita. Kalau kita perhatikan tebing-tebing terjal (jurang) di pinggir kali, selalu ditumbuhi bambu. Sebab dengan adanya rumpun bambu yang saling bergandengan akarnya, maka tanah di bawahnya akan diikat dengan sangat erat. Selama ini, faktor benih memang telah menjadi kendala utama budidaya bambu. Di Indonesia, bambu selalu ditanam dengan benih bonggol (batang dalam tanah) berikut satu meter batang dan ranting. Membongkar rumpun bambu untuk memperoleh bonggolnya cukup berat. Hasil benih yang didapat juga terbatas. Dari satu rumpun bambu dengan 10 batang, kalau dibongkar semua hanya akan menghasilkan 10 benih. Itu pun harus dengan mengorbankan rumpun yang produktif. Mengangkut 10 bonggol bambu juga makan tempat dengan bobot yang cukup besar. Hingga seluruh pekerjaan mulai dari membongkar, mengangkut dan menanam benih bonggol itu akan menjadi cukup berat. Sebanarnya, bambu juga bisa dikembangbiakkan dengan biji serta kultur jaringan. Namun upaya menumbuhkan bunga dan biji bambu juga tidak mudah. Demikian pula dengan kultur jaringan. Selain itu, dua cara ini biayanya tinggi dan perlu waktu lama. Untuk mengecambahkan biji sampai dengan siap tanam, diperlukan waktu paling cepat 2 tahun. Kultur jaringan, makan waktu lebih lama lagi. Untuk mengatasi hal ini para petani Thailand biasa menggunakan benih "cangkokan" dari cabang (ranting). Cara yang mereka lakukan, mirip dengan petani Sleman, DIY, ketika mencangkok salak pondoh. Selain mudah dan murah, teknik perbanyakan dengan memanfaatkan ranting ini, juga mampu mempercepat pengadaan benih secara massal. Sebab dari satu batang bambu bisa dihasilkan sekitar 10 benih, tanpa mengorbankan batang bambu tersebut dan produktifitas rumpun. Mengambil dan mengangkut benih ranting juga tidak makan tempat dan ringan. Tidak seperti pengambilan dan pengangkutan benih bonggol. Bahan yang digunakan petani Thailand untuk "mencangkok" bambu adalah kantung plastik bening 0,5 kg. atau 1 kg, dengan media gabus sabut kelapa (cocodush). Gabus sabut direndam air, lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik. Setelah dipadatkan dan ujungnya diikat, kantung berisi media tersebut disayat sebagian. Pangkal cabang yang akan "dicangkok" dimasukkan ke bagian yang tersayat ini lalu diikat erat-erat. Dalam waktu kurang dari satu bulan akar sudah tumbuh. Cabang baru bisa diambil setelah akar yang kelihatan pada bungkus plastik itu berwarna cokelat. Ujung cabang harus dipotong hingga tersisa 1,5 m sebelum disemai di polybag. Media semai paling ideal berupa tanah bercampur humus bambu. Tanah
  • 37. 37 ini bisa diambil dari bawah tegakan rumpun bambu. Setelah benih dalam polybag tersebut menumbuhkan tunas dan anakan berupa rebung kecil), benih bisa ditanam di lapangan. Budidaya bambu dapat dilakukan secara khusus untuk menghasilkan rebung. Jenis bambu yang dapat ditanam untuk tujuan ini adalah bambu yang rebungnya enak seperti bambu ater (Gigantochloa atter), bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu duri (Bambusa blumeana) dan bambu hitam (Gigantochloa atriviolacea). Dalam satu rumpun, secara konstan dipelihara hanya 5 batang bambu. Kalau satu batang ditebang, satu rebung harus dipelihara, agar menjadi individu tanman baru. Selebihnya rebung dipanen. Tiap 36 hari, satu rumpun akan menghasilkan satu rebung. Dengan jarak tanam 4 X 6 m, populasi per hektar mencapai 400 rumpun. Dari tiap hektar kebun bambu ini, tiap harinya dapat dipanen 10 rebung. Setiap tahun, dari setiap hektar lahan dapat dipanen 4.000 rebung dan 800 batang bambu (satu rumpun ditebang 2 disisakan 3 batang). Setelah dibersihkan dan bagian pangkalnya dibuang, bobot satu rebung hanya sekitar 1 sd. 1,5 kg. Hingga hasil per hektar per tahun sekitar 20 sd. 30 ton rebung yang sudah terkupas dan dibuang bagian pangkalnya yang berkayu. Dengan harga sekitar Rp 2.000,- per kg. maka dari satu hektar lahan itu akan dapat diperoleh pendapatan kotor dari rebung Rp 40.000.000,- sd. Rp 60.000.000,- dalam setahun. Sebagian besar dari pendapatan tersebut akan digunakan untuk biaya penyusutan, tenaga kerja (pengambilan rebung dan pengupasan). Pendapatan bersih bisa separo dari pendapatan kotor tersebut. Dengan adanya dua keuntungan tersebut, yakni keuntungan finansial dan keuntungan ideal, maka budidaya bambu untuk mencegah longsor menjadi sangat strategis. Sudah saatnya pemerintah melalui BUMNnya, baik Perum Perhutani maupun PT Perkebunan Nusantara (PTPN), mempelopori hal ini. Sebab lahan dengan tingkat kecuraman tinggi di Jawa, umumnya dikuasai oleh Perum Perhutani dan PTPN. Setelah melihat contoh, biasanya masyarakat akan dengan mudah mengukuti contoh tersebut. Bencana longsor dan banjir pada awal tahun 2006 ini sudah sangat meluas dan memprohatinkan. Sudah saatnya kita semua kembali membudidayakan bambu, memanfaatkan rebung dan batangnya, serta memperoleh perlindungan dari bencana longsor. 4.2. Pelestarian Hutan BAMBU 4.2.1. Kelebihan Bambu Bambu merupakan tanaman yang secara botanis dapat digolongkan pada famili Gramineae (rumput). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3800 m di atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan memiliki akar rimpang, yaitu semacam buhul yang bukan akar maupun tandang. Bambu memiliki ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar-akar yang memungkingkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya.
  • 38. 38 Bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi. Diantara pemanfaatan bambu antara lain digunakan sebagai topi, kursi, meja, lemari, alat musik angklung, sayur (rebung), kertas, dan bahan bangunan. Kegunaan ini tidak hanya dikenal dibeberapa negara saja melainkan hampir di seluruh dunia sejak dahulu kala. Setidaknya ada tiga kelebihan bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan antara lain: 1. Pertumbuhannya Cepat Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi. Bambu yang telah dipanen akan segera tergantikan oleh batang bambu yang baru. Hal ini berlangsung secara terus menerus secara cepat sehingga tidak perlu dikhawatirkan bambu ini akan mengalami kepunahan karena dipanen. Berbeda dengan kayu, setelah ditebang akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menggantinya dengan pohon yang baru. 2. Tebang Pilih Bambu yang telah dewasa yakni umur 3-6 tahun dapat dipanen untuk digunakan dalam berbagai keperluan. Dalam pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode tebang habis dan tebang pilih. Tebang habis yaitu menebang semua batang bambu dalam satu rumpun baik batang yang tua maupun yang muda. Metode ini kurang menguntungkan karena akan didapatkan kualitas bambu yang berbeda- beda dan tidak sesuai dengan yang diinginkan, selain itu akan memutuskan regenarasi bambu itu sendiri. Metode tebang pilih adalah metode penebangan berdasarkan umur bambu. Metode ini sangat efektif karena akan didapatkan mutu bambu sesuai dengan yang diinginkan dan kelansungan pertumbuhan bambu akan tetap berjalan. 3. Meningkatkan Simpanan Air Tanah Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40% air hujan, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 %. 4.2.2. Penanggulangan Illegal Logging dengan Hutan Bambu Sebagaimana kita ketahui bahwa illegal logging telah mengakibatkan rusaknya hutan di Indonesia. Hingga tahun 2005, Indonesia telah merusak 61 juta hektar hutan. Perusakan hutan tersebut banyak terjadi Papua, Kalimantan, Jambi, dan Sulawesi.
  • 39. 39 Berbagai upaya telah dilakukan utuk memberantas illegal logging sampai kepada akar- akarnya, tetapi hasilnya tak kunjung terselesaikan. Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam memberantas pelaku-pelaku illegal logging sehingga pengrusakan hutan akibat pembalakan liar ini dapat dihentikan. Akan tetapi, hal yang tak kalah pentingnya dilakukan adalah bagaimana mengembalikan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan mahluk hidup di muka bumi. Fungsi hutan yang telah hilang yaitu sebagai tempat hidup berbagai hewan dan tempat persediaan air tanah dan udara bersih. Untuk mengembalikan fungsi hutan yang telah rusak tersebut dapat dilakukan dengan melestarikan tanaman bambu sebagai tanaman reboisasi dan rehabilitasi. Dengan melestarikan bambu, hutan yang telah rusak akan kembali memberikan fungsinya dengan baik dalam waktu yang cukup cepat. Rusaknya hutan akibat illegal logging mengakibatkan sebagian hewan hampir punah. Hal ini karena hutan merupakan tempat hidup mereka. Untuk mengembalikan tempat hidup hewan tersebut, pelestarian hutan bambu merupakan alternatif yang sangat tepat. Hutan bambu tumbuh berumpun sehingga akan membuat hutan kembali lebat. Fungsi hutan yang kedua yaitu sebagai tempat persediaan air tanah dan udara bersih. Akibat rusaknya hutan, kita menjadi kekurangan air bersih di dalam tanah apalagi saat musim kemarau, sedangkan saat musim hujan terjadi longsor dan banjir karena air tersebut tidak lagi terserap ke dalam tanah. Fungsi hutan ini akan dicapai dengan melestarikan hutan bambu. Bambu rata-rata menyerap air hujan hingga 90%. Ini merupakan jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40 % air hujan. 4.2.3. Penanggulangan Global Warming dengan Hutan Bambu Pemanasan global merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan kehidupan di bumi. Beberapa fakta menunjukkan akan kebenaran hal ini diantaranya es di kutub utara dan selatan telah mencair, naiknya permukaan air laut, perubahan iklim, terjadinya gelombang panas, dan habisnya sumber air bersih dunia. Semua itu akibat dari pemanasan global. Penyebab terbesar terjadinya pemanasan global yaitu gas Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4), Nitrogen Oksida (NO), dan Chlorofluorocarbon (CFC). Hutan yang diharapkan menjadi tempat penimbunan gas CO2 telah rusak. Bahkan rusaknya hutan ini menambah jumlah CO2 di udara. Pohon-pohon yang telah mati akan menghasilkan gas CO2 dan melepasnya ke atmosfer. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah menghilangkan Karbon Dioksida di udara yang dapat menumpuk di lapisan atmosfer. Untuk menghilangkan gas Karbon Dioksida di udara dilakukan penghijauan yaitu memperbanyak menanam pohon sehingga gas-gas CO2 dari berbagai sumbernya dapat diserap dan tidak sampai ke atmosfer. Gas-gas CO2 tersebut diserap dalam proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman hijau tersebut. Berkaitan dengan upaya penghijauan maka tanaman hijau yang sebaiknya ditanam adalah tanaman bambu, bukan tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan. Alasan ini berdasarkan pada prediksi seorang ahli iklim NASA bernama dr. H. J.
  • 40. 40 Zwally yang mengatakan bahwa hampir semua es di kutub utara akan lenyap pada akhir musim panas 2012 akibat pemanasan global. Tanaman bambu dapat tumbuh dengan cepat yang hanya membutuhkan waktu sekitar tiga tahun saja, dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai usia dewasa. Selain itu, dalam hal penyerapan Karbon Dioksida, bambu lebih banyak menyerap Karbon Dioksida dari pada tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan. Studi menunjukkan bahwa satu hektar tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 12 ton karbon dioksida di udara. Ini merupakan jumlah yang cukup besar. Dengan melestarikan hutan bambu, berarti kita telah memiliki mesin penyedot karbon dioksida dalam kapasitas yang besar. Pelestarian hutan bambu merupan langkah yang sangat efektif dan efisien dalam upaya penanggulangan masalah pemanasan global dan pembalakan liar. Pelestarian hutan bambu seyogianya dilakukan di seluruh dunia. Dengan hutan bambu, fungsi hutan sebagai penopang kehidupan mahluk hidup di muka bumi dapat dikembalikan dengan cepat. Dalam pelestariannya tidak dibutuhkan waktu yang cukup lama karena bambu dapat mencapai usia dewasa pada umur 3-6 tahun. Selain itu, penanaman bambu tidak memerlukan biaya yang cukup besar seperti kayu-kayuan karena tanaman bambu merupakan tanaman rakyat yang mudah dan murah didapatkan dibandingkan dengan kayu-kayuan.
  • 41. 41 5. Kelembagaan Pengelola Sistem Produksi 5.1. Jenis dan Sebaran Kelompok Usaha Bersama (KUBA) a. DASAR-DASAR PEMBENTUKAN KELOMPOK a.1. Dasar Filosofis Manusia ditakdirkan Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Sejak lahir manusia membutuhkan kasih sayang, persaudaraan dan kerjasama dengan orang lain untuk dapat berkembang. Pada sisi lain, setiap orang ingin agar kebutuhan ekonomi terpenuhi. Manusia mengejar kepuasan dan kemakmuran bagi diri sendiri. Naluri untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya juga menjadi fitrah manusia yang normal. Secara utuh manusia memang harus diterima dalam fitrahnya sebagai insan sosial yang haus kasih sayang dan persaudaraan, sekaligus juga makhluk ekonomi yang mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri. a.2. Mengapa Kelompok diperlukan? Secara sendiri-sendiri tidak mudah bagi penduduk miskin untuk mengem- bangkan kehidupan ekonomi keluarganya. Keterbatasan pengeta huan, kelangkaan sumberdaya dan sempitnya pelkuang, membelenggu mereka tetap dalam kemiskinannya. Kerjasama, saling membantu, terbukti dapat memeperkuat posisinya, meningkatkan kepercayaan diri dan kepercayaan orang lain. Saling menolong dan bekerjasama memperkuat penum pukan sumber pelayanan ekonomi dan memperluas kesempatan untuk mencapai kemajuan. Oleh karenanya pendekatan kelompok diperlukan agar: a. memperoleh persahabatan dan kerjasama b. mewujudkan semangat saling membantu c. melatih diri berfikir bersama dan bermusyawarah d. mengembangkan sikap dan motivasi untuk maju e. belajar memimpin dan bertanggung-jawab f. belajar memutuskan tujuan dan rencana hidup yang jelas g. mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung h. mengembangkan usaha produktif i. memperoleh pelayanan pinjaman untuk modal usaha j. meningkatkan pelayanan pihak lain (misalnya Bank) k. memperluas hubungan pergaulan dan kesempatan-kesempatan l. memperoleh bimbingan dan pembinaan. b. Kelompok Sasaran POKSAR progarm ini adalah penduduk yang bermukim di desa lahan kering di sekitar kawasan hutan. Mereka merupakan kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah dan terbatas kemampuan serta aksesnya dalam mendapatkan pelayanan, pra-sarana, dan permodalan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya atau menghadapi masalah khusus dan mendesak yang segera memerlukan penanganan dan bantuan.
  • 42. 42 b.1. Pengertian kelompok Kelompok merupakan kumpulan penduduk setempat yang menyatukan diri dalam usaha di bidang sosial-ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan, keswadayaan, dan kegotong-royongan mereka. Kelompok merupakan milik anggota, untuk mengatasi masalah bersama serta mengembangkan usaha bersama anggota. Kelompok beranggotakan sekitar 20-30 KK dan berada di desa/kelurahan, atau di bawah tingkat desa/ kelurahan yaitu dusun, lingkungan, RW, atau RT. Dalam satu desa/kelurahan dapat tumbuh beberapa kelompok seusai dengan kebutuhan. Kelompok dapat tumbuh dari kelompok tradisional yang telah ada, seperti kelompok arisan, aseptor KB, kelompok sinoman, kelompok paketan, dan kalau belum ada segera ditumbuhkan dan dibina secara khusus. Kelompok dapat dipandang sebagai wadah kebersamaan dalam mengelola kegiatan sosial-ekonomi. Dalam melaksanakan prinsip kebersamaan setiap anggota ikut bertanggung-jawab, saling mempercayai dan saling melayani. Dalam kebersamaan terbuka peluang untuk menghimpun dana dari anggota, mengelola dana secara bersama oleh anggota, dan memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan seluruh anggota. Kebersamaan ini menunjukkan semangat dan kegiatan kooperatif yang menjadi dasar bagi gerakan koperasi yang mandiri dan handal. b.2. Pembentukan kelompok Untuk memperlancar dan mengefektifkan upaya mempercepat penanggu- langan kemiskinan, penduduk miskin diharapkan membentuk kelompok. Pembentuk kelompok sebagai wadah usahatani bambu dimaksudkan agar penanganan tenagakerja dapat terarah, interaksi di antara masyaraat dapat ditingkatkan dan kesetia-kawanan serta kegotong-royongan dapat dibangun dan dikembangkan. Kesatuan dan persatuan di dalam kelompok bermanfaat untuk mengenali permasalahan bersama serta merumuskan langkah penanganan masalah di antara anggota. Kehadiran kelompok memungkinkan terjadinya pengawasan pelaksanaan program agribisnis bambu oleh masyarakat sendiri. Ketetapan dalam penentuan KUBA akan sangat menentukan keberhasilan program tsb. Oleh karena itu, pembentukan KUBA harus melibatkan pihak yang paling mengetahui mengenai penduduk yang tergolong miskin di lingkungan setempat. Pembentukan kelompok penduduk miskin yang menjadi sasaran program pertama- tama diprakarsai oleh kepala desa/lurah dengan dibantu LKMD, PKK, KPD, dan para pemuka masyarakat setempat. Dalam rangka pembentukan kelompok, perlu dilakukan pendataan pendu- duk/keluarga miskin dengan memakai kriteria yang disepakati penduduk setempat dan dibahas dalam musyawarah desa dalam wadah LKMD. Pendataan keluarga miskin dilaksanakan oleh kepala desa/lurah denagn dibantu LKMD, PKK, KPD dan dilakukan sedini mungkin sehingga pada saat program dimulai, telah terbentuk kelompok di setiap desa/kelurahan tertinggal. Pendataan keluarga sejahtera oleh BKKBN, jika telah dilakukan di desa yang bersangkutan dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan, sesuai dengan kondisi setempat. Pembentukan kelompok sebaiknya dilaukan pula melalui musyawarah desa/dusun/lingkungan/RW/RT dan disarankan pada daftar penduduk miskin yang
  • 43. 43 telah dibuat dan disepakati bersama. Dalam pembentukan kelompok, rujukan berikut ini dapat digunakan: a. Pembentukan kelompok didasarkan pada kebutuhan keluarga miskin untuk meningkatkan kesejahteraan anggota b. Harus dihindari pembentukan kelompok yang dipaksakan c. Dalam wadah kelompok diselenggarakan kegiatan sosial ekonomi, yaitu usaha produktif, pemupukan modal dan tabungan, sehingga bermanfaat bagi semua anggota secara berkelanjutan d. Kelompok dapat merupakan kelompok yang sudah ada, atau dapat pula disiapkan, ditumbuhkan dan dibina secara khusus oleh aparat desa/kelurahan dan masyarakat setempat. Dalam pembentukan kelompok, keluarga miskin dapat digolongkan menjadi ependuduk yang sudah mempunyai usaha produktif meskipun kecil- kecilan dan penduduk yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan tetap dan dengan demikian juga tidak mempunyai penghasilan tetap. Bagi mereka yang mempunyai usaha produktif, kelompok dibentuk dengan memilih pengurus yang kemudian bersama anggota merencanakan kegiatan simpan-pinjam dengan modal kerja dari sumberdana. Bagi penduduk lainnya diupayakan untuk menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja, dengan bantuan pendamping, baik yang ditugaskan oleh camat, dari aparat desa dan kalangan petugas lapangan berbagai instansi yang ada di desa, maupun dari kalangan masyarakat desa yang telah lebih sejahtera dan berhasil dalam kehidupan ekonominya. Untuk ini perlu ditemukenali kegiatan stimulan yang dapat membuka lapangan usaha dan lapangan kerja penduduk miskin. Mengingat dana program yang jumlahnya terbatas, apabila belum semua kelompok masyarakat dapat menggunakannya, maka perlu mengatur prioritas kelompok miskin yang didahulukan memperolehnya. b.3. Pembinaan kelompok Untuk mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi, dalam kelompok perlu diupayakan peningkatan pendapatan, peningkatan keterbukaan wawasan dan sikap bekerjasama, dan peningkatan sifat demokratis- partisipatif dalam penyelenggaraan kelompok. Adanya upaya peningkatan pendapatan ditandai dengan dilenggara kannya pemupukan modal, tabungan, serta usaha produktif anggota. Adanya keterbukaan ditandai dengan kesediaan anggota kelompok untuk menerima gagasan dan kelemba- gaan baru. Adanya kegotong-royongan ditandai dengan upaya pemberian bantuan dari keluarga yang sudah sejahtera kepada keluarga yang belum sejahtera. Adanya demokrasi ditandai dengan kepemimpinan kelompok yang dipilih dari dan oleh anggota, dan pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Kelompok yang disiapkan dan dibina secara baik akan berfungsi sebagai wahana proses belajar-mengajar anggotanya,wahana untuk menajamkan masalah bersama yang dihadapi, wahana pengambilan keputusan untuk menentukan strategi menghadapi masalah bersama, dan wahana mobilisasi sumberdaya para anggota. Kelompok sebagaimana dimaksud belum tentu telah ada di semua desa/kelurahan. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan program di desa/kelurahan yang bersangkutan, perlu ditumbuh-kembangkan kelompok masyarakat dengan memanfaatkan kelompok nyang sudah ada seperti kelompok akseptor KB, kelompok
  • 44. 44 tani/nelayan, kelompok pendengar-pembaca-pemirsa (kelompencapir) sebagai wahana kebersamaan penduduk miskin. c. Manfaat KUBA a. Meningkatkan kesejahteraan para anggota b. Mengembangkan sikap hidup hemat, ekonomis dan berpandangan ke depan c. Memberikan pelayanan modal kepada anggota d. Mengembangkan usaha produktif anggota e. Melatih diri berfikir dan bermusyawarah f. Belajar memimpin dan mengembangkan tanggung-jawab g. Mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung h. Meningkatkan kepercayaan pihak lain (seperti Bank). d. PERSYARATAN PEMBENTUKAN KUBA KUBA yang dicirikan oelh adanya sekelompok orang yang saling mengenal dan bersepakat untuk saling membantu satu sama lain akan alhir kalau syarat berikut ini terpenuhi: a. Adanya ikatan pemersatu yang jelas, yaitu salah satu atau beberapa unsur berikut ini: - Kesamaan tempat tinggal - Kesamaan tempat pekerjaan - Kesamaan jenis pekerjaan atau profesi - Kesamaan hobi atau kesenangan - Kesamaan organisasi - Kesamaan tempat asal (paguyuban) - Kesamaan status (pemuda, wanita, dll) b. Ada kesamaan kebutuhan ekonomi tertentu, seperti: - Kebutuhan modal usaha - Kebutuhan bahan baku atau barang dagangan tertentu - Kebutuhan sarana tempat usaha - Kebutuhan kelancaran penjualan barang produksi/jasa. c. Adanya pemrakarsa atau sekelompok kecil orang inti yang memiliki peranan paling berpengaruh dan dipercaya orang lain di sekelilingnya d. Ada orang yang dengan sukarela bersedia mengelola dan melakukan kegiatan pelayanan kepada para anggota e. Ada lembaga atau perorangan yang memberikan bimbingan dalam pengembangan program kegiatan kepada kelompok f. Ada tujuan bersma yang disepakati dan memberikan manfaat nyata kepada anggotanya. e. Prinsip Dasar KUBA
  • 45. 45 a. KUBA bekerja atas dasar dari, oleh dan untuk anggota b. Keanggotaan KUBA berdasarkan kesadaran, dan terbuka untuk umum c. KUBA bergerak dalam bidang sosial-ekonomi, khususnya pelayanan tabungan dan kredit bagi para anggota d. Menyelenggarakan pertemuan secara teratur e. Menyelenggarakan ependidikan serta epengembangan pengetahuan anggota secara terus menerus f. Manajemen KUBA Bersifat terbuka Kelompok usaha bersama mempunyai ciri-ciri: 1. Merupakan kelompok kecil yang efektif untuk bekerjasama dalam hal: a. belajar teknologi, manajemen usahatani dan lainnya b. mengambil keputusan dan bertanggung-jawab atas pelaksanaannya c. berproduksi dan memelihara kelestarian sumberdaya lahan d. kegiatan lainnya yang menyangkut kepentingan bersama 2. Anggotanya adalah petani-petani yang mempunyai minat dan kepentingan yang sama, terutama dalam hal agribisnis 3. Para anggotanya biasanya memiliki kesamaan-kesamaan dalam hal radisi/kebiasaan, domisili, lokasi, usahatani, status ekonomi, bahasa, pendidikan dan usia. 4. Dipimpin oleh salah seorang anggota terpilih 5. Bersifat informal, artinya: a. Kelompok terbentuk atas keinginan dan pemufakatan mereka sendiri b. Memiliki peraturan, sanksi dan tanggung-jawab, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis c. Ada pembagian tugas/kerja yang jelas d. Hubungan antar anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan terdapat solidaritas. Ciri-ciri kelompok yang baik, yaitu sudah menguasai 10 macam kemampuan: 1. Meningkatkan kemampuan menyerap pengetahuan dan ketrampilan 2. Membimbing dalam menyusun rencana kerja agribisnis 3. Meningkatkan kemampuan kerjasama 4. Mengembangkan kemampuan pemilikan sarana kerja 5. Mendorong usaha pemupukan modal 6. Meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan dan mentaati perjanjian 7. Meningkatkan kerjasama dalam menghadapi keadaan darurat 8. Merintis kader kepemimpinan dan keahlian dari anggota kelompok 9. Menyadarkan pentingnya melembaga dengan Koperasi 10. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok dalam rangka peningkatan produktivitas anggota yang bersangkutan. f. Kesepakatan Kekompok Dalam Pengelolaan Usaha
  • 46. 46 Dalam rangka meningkatkan uisaha bersama dalam KUBA, perlu diambil suatu kesepakatan bersama yang dapat dipakai sebagai ketentuan/ aturan yang harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Kesepakatan ini harus dibuat untuk menjaga dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Kesepakatan tersebut diambil atau diputuskan dalam rapat anggota, a.l. - Kesepakatan tentang besarnya pinjaman, simpanan, angsuran dll - Kesepakatan tentang jadwal pertemuan rapat anggota - Kesepakatan tentang musyawarah kelompok untuk pengambilan keputusan - Kesepakatan tentang pemanfaatan bantuan teknik. g. Prinsip Dasar Organisasi KUBA a. Kekuasaan tertinggi dalam KUBA berada pada rapat anggota (RA) b. Pengurus dan badan pemeriksa dipilih dari , oleh dan di dalam rapat anggota c. Pengurus dan badan pemeriksa hanya dapat diberhentikan melalui rapat anggota d. Pengurus dan badan pemeriksa bertanggung-jawab kepada rapata anggota e. Organisasi KUBA hanya dapat dibubarkan oleh rapat anggota f. Tugas dan wewenang pengurus diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga g. Tugas tanggungjawab pengurus: mengelola organisasi usaha kelompok, melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama KUBA, dan mewakili KUBA di luar dan dihadapan pengadilan. h. Masa jabatan pengurus hendaknya diatur secara jelas, misalnya dua atau tiga tahun. i. Pengurus minimal eterdiri atas tiga orang, di antaranya sekretaris dan bendahara. j. Jika dipandang perlu pengurus dengan persetujuan RA dapat mengangkat seksi- seksi, seperti seksi kredit, seksi usaha, dll. k. Kewajiban anggota: menghadiri pertemuan anggota, menabung secara teratur, membayar kembali pinjaman sesuai dengan ketentuan, menghadiri/melibatkan diri dalam kegiatan KUBA. 4.2. Pembinaan Kelembagaan KUBA a. Pengertian Pembinaan / pemberdayaan juga sering disebut dengan supervisi, pada dasarnya merupakan proses kegiatan yang bersifat tindak lanjut. Hal ini karena ada proses kegiatan sebelumnya yang menmdahului proses pembinaan. Proses kegiatan yang mendahului pembinaan adalah kegiatan pemantauan. Ini berarti kegiatan pembinaan dilakukan apabila ada sejumlah data atau informasi hasil pemantauan yang dipandang tidak sesuai dengan penampilan prohgram yang diharapkan. Misalnya data atau informasi hasil pemantauan terhadap cara penilaian calom KUBA tidak sesuai dengan prosedur dan kriteria yang sudah ditetapkan. Memperoleh data
  • 47. 47 dan informasi semacam ini perlu ditindak-lanjuti dengan kegiatan pembinaan terhadap pelaksanaan pemilihan calon KUBA tersebut. Dengan contoh ini, pengertian pembinaan adalah suatu proses kegiatan sebagai tindak lanjut kegiatan pemantauan, dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan dan mendidik penampilan bagian-bagian program agar sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan. b. Sasaran Pembinaan Sasaran pembinaan adalah manusia yang digolongkan menjadi panitia pelaksana dan khalayak sasaran dari program (a). KUBA. Siapa saja yang termasuk ke dalam KUBA, apa peran dari setiap anggota KUBA. (b). Khalayak sasaran. Siapa saja yang terlibat dalam program tersebut dan apa peranannya. c. Syarat-syarat pembinaan (a). Data masalah Pembinaan dapat dilakukan apabila ada sejumlah data atau informasi yang berupa masalah dari hasil pemantauan (b). Data penyebab masalah Penyebab masalah harus digali melalui pemantauan, karena kegiatan pembinaan tidak terlebih dahulu mengetahui penyebabnya akan sulit mengadakan pembinaan atau dengan kata lain pembinaan tidak didasari oleh penyebab maslaah maka kegiatan pembinaan akan dikira-kira. (c). Alternatif pemecahan masalah/penyebab masalah Dalam pembiaan diperlukan beberapa alternatif pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan apabila alternatif yang satu gagal dapat dicoba alternatif lain sehingga masalah dapat dipecahkan. d. Sifat Pembinaan (a). Memperbaiki: Memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh para pelaksana, sehingga program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan (b). Meningkatkan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pelaksana program (c). Mendidik: pembina sebagai pendorong memberi bantuan pemilihan apabila ada masalah yang dihadapi oleh para pelaksana. Sehingga pembina bukan sebagai man dor, tetapi sebagai manajer. e. Arti Motivasi Kata motivasi berasal to motive, yang berarti dasar, alasan, dorongan, rangsangan atau sebab. Sehingga istilah motivasi diartikan sebagai dasar pikiran atau alasan bagi seseorang untuk bebruat atau melakukan sesuatu untuk mencapai harapan atau tujuan yang diinginkan. f. Tujuan motivasi
  • 48. 48 Memotivasi adalah mempengaruhi orang lain agar ia mau melakukan sesuatu yang dianggap sebagai kebutuhan, baik untuk dirinya atau untuk orang lain. Misalnya memotivasi KUBA dengan berbagai alasan untuk meningkatkan taraf hidup. Dengan demikian, yang dimotivasi mau berfikir dan berusaha melakukannya. g. Cara Memotivasi (a). Cara yang bersifat menyadarkan. Cara ini juga disebut cara persuasif. Motivator lebih banyak berdialog dengan kelompok sasaran dan bahkan mendiskusikan berbagai masalah atau kebutuhan yang hendak dipecahkan atau dipenuhi melalui motivasi. (b). Cara yang bersifat memberikan imbalan atau janji Dalam pelaksanaan cara ini, disamping menyadarkan juga dibayang- bayangi dengan imbalan atau janji tertentu. Cara ini disebut cara dengan pemberian insentif. (c). Cara yang bersifat memaksa. Penggunaan cara ini biasanya memanfaatkan kekuasaan yang ada pada diri motivator atau atasannya yang berpengaruh atau memiliki kekuasaan. Pemaksaan ini dapat bersifat "halus" atau "keras". h. Langkah-langkah memotivasi Kegiatan memotivasi tidak lepas dari suatu rangkaian program-program yang sedang dilaksanakan. Kegiatan memotivasi merupakan bagian program yang bermaksud untuk mendukung tercapainya tujuan program yang akan atau sedang dilaksanakan. Agar pelaksanaan motivasi dapat terarah, motivator perlu menempuh langkah- langkah berikut: (a). Identifikasi: tujuan program, masalah yang dihadapi, dan kebutuhan motivasi yang diperlukan (b). Penentuan tujuan motivasi, isi kegiatan, kelompok sasaran, waktu, tempat, cara dan sarana motivasi. (c). Persiapan lokasi dan kelompok sasaran (d). Penilaian motivasi dan penilaian prosesnya. (e). Penilaian hasil motivasi dan tindak lanjutnya, dan dalam hal ini lihatlah kaitannya dengan program. i. Teknik Pencatatan dan Pelaporan Pada prinsipnya pengawasan pelaksanaan program KUBA dilakukan sendiri oleh masyarakat dalam wadah kelompok. Pelaksana kelompok membuat catatan- catatan harian yang berisi kegiatan yang dilaksanakan. Catatan harian ini mencakup: nama kelompok, jenis usaha, jumlah rumahtangga dalam kelompok, rincian penerimaan dan pengeluaran kelompok. Berdasarkan catatan harian tersebut, ketua kelompok dibantu pendamping menyusun laporan dan mengirimkannya kepada KOPERASI. Dari formulir tersebut diperoleh informasi tentang jenis usaha setiap kelompok, jumlah keluarga yang menjadi anggota kelompok, besarnya alokasi dana, rincian penerimaan dan pengeluaran, serta masalah yang ditemui dan alternatif pemecahannya. Pengurus
  • 49. 49 KOPERASI menyusun laporan bulanan . Laporan bulanan tersebut memberikan informasi: nama kelompok, lokasi desa, jenis usaha yang dilakukan oleh kelompok, jumlah keluarga yang menerima dana, alokasi dana, perkembangan poenggunaan dana (penerimaan dan pengeluaran) dan maslaah serta alternatif pemecahannya. j. Mekanisme Pelaporan Kegiatan Pelaporan pelaksanaan program KUBA dilakukan secara berjenjang mulai dari anggota kelompok, ketua kelompok , dan KOPERASI menyusun laporan bulanan dan menyampaikannya kepada pihak-pihak yang terkait. Rangkuman laporan bulanan dari KOPERASI dijadikan bahan laporan Triwulan kepada pihak-pihak yang terkait . 4.3. Organisasi dan Manajemen: KOPERASI A. Model Pembinaan dan Pemberdayaan a.1. Pembinaan oleh KANDEP Perindustrian dan Perdagangan Pembinaan yang dilakukan tidak hanya pada produsen agribisnis/agroindustri (KUBA), namun juga pada industri kecil lainnya yang produknya berkaitan. Pembinaan terhadap usaha agribisnis/agroindustri dilakukan pada unit-unit usaha (KUBA) yang sudah ada dengan melalui pendekatan daerah sentra produksi (SPAKU). Akibatnya usaha agribisnis yang belum ada ataupun belum berkembang juga harus menjadi perhaitan dalam pembinaannya. a.2. Pembinaan oleh Mitra Kerja Teknis: Dinas PKT Pembinaan oleh mitra teknis di wilayah pedesaan dapat dilakukan oleh Dinas PKT dan Instansi teknis terkait. Mereka dapat membina usaha-usaha agroindustri yang terkait dengan KIMHUT-BAMBU. Aspek yang dibina adalah mengenai teknologi produksi, budidaya tanaman, konservasi sumberdaya, dan pemasaran, serta pembinaan kelembagaan. Pendekatan yang dilakukan melalui pendekatan wilayah daerah sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan BAMBU. Model pembinaannya adalah langsung kepada sasaran agribisnis tanpa melibatkan Dinas perindustrian ataupun instansi lain yang terkait. Umumnya usaha yang dibina adalah jenis agroindustri yang potensial ditinjau dari segi permintaannya serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. a.3. KEMITRAAN Perguruan Tinggi Perguruan tinggi mempunyai potensi untuk melakukan pembinaan, walaupun sifatnya insidentil. Pembinaan yang dilakukan umumnya dalam aspek informasi inovasi-teknologi. Teknologi yang ditransfer kepada masyarakat, baik pada usaha agribisnis/ agroindustri yang telah ada maupun usaha yang belum ada. Kelemahan isstem pembinaan yang dilakukan umumnya : (a). Tidak rutin; (b) Kurang memikirkan aspek pemasaran; (c) kurang melibatkan instansi lain yang terlibat. a.4. Pembinaan Instansi Lainnya
  • 50. 50 Instansi lain yang juga terlibat seperti PEMDA, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, dll. Pembinaan yang dilakukan umumnya bersifat insidentil. Pembinaan dalam bidang agribisnis bagi Dinas/Instansi tersebut tampaknya sebagai tugas sampingan, sehingga menimbulkan kesan dalam pembinaannya tidak serius. a.5. Dinas Koperasi dan Pengusaha Kecil & Menengah Koperasi dalam pembinaan usaha agribisnis/agroindustri selama ini bertumpu pada Model Kopinkra. Sehingga dalam pembinaannya, Koperasi pesantren hanya ditekankan pada kegiatan pengadaan pangan. Namun dengan adanya perubahan tugas Departemen Koperasi & PKM, dimana saat ini bertugas pula dalam pengembangan dan pembinaan pengusaha kecil, koperasi mulai terlibat dalam pembinaan usaha agribisnis/agroindustri. Sejalan dengan adanya kebijakan pengembangan agribisnis /agroindustri Di Jawa Timur dimana sebelumnya pengembangan kurang mendapat perhatian, maka saat ini telah ada langkah-langkah kongkrit dalam pengembangan agribisnis/ agroin- dusri Di Jawa Timur. Pembinaan dimulai dengan perencanaan yang dikoordinasikan oleh Bappeda Tk I dengan cara membuat peta wilayah pengembangan agribisnis/agroindustri di Wilayah Kecamatan. Dalam pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya pada Bappeda Tk II. Direncanakan dalam pelaksanaan pembinaan dilakukan dengan jalur : (a). Dinas Perindustrian & Perdagangan sebagai pembina Teknologi (b). Dinas Koperasi & PKM sebagai Pembina dalam perkreditan, kelembagaan, dan pemasaran. (c). Bappeda sebagai perencana jalinan dengan dengan Bapak angkat, serta segabai koordinasi dengan sektor terkait. (d). Dinas pertanian terkait sebagai pembina dalam aspek penyediaan bahan baku B. Pendekatan Tujuan sistem managemen Unit Usaha otonom KOPERASI untuk menangani usaha agribisnis/agroindustri di pedesaan ini diuraikan sebagai berikut : (a). Pengentasan kelompok masyarakat miskin di pedesaan melalui kegiatan usaha di bidang agribisnis/agroindustri komoditas unggulan. (b). Peningkatan peran KOPERASI sebagai badan usaha ekonomi rakyat, khususnya dalam pengembangan agribisnis/agroindustri. (c). Memudahkan pembinaan dalam pengembangan agribisnis/ agroindustri pedesaan, bagi instansi terkait baik dalam segi transfer teknologi, perkreditan, pengor- ganisasian, pemasaran, dll. (d). Meningkatkan nilai tambah hasil-hasil pertanian. Konsepsi Rekayasa Managemen Unit Usaha Otonom KOPERASI guna menangani usaha agribisnis/agroindustri di wilaayh pedesaan sebagaimana digambarkan sebagai berikut : (1). Komponen Kegiatan Utama
  • 51. 51 Komponen kegiatan utama disain managemen KOPERASI guna menangani KIMHUT Bambu adalah : (a). Disain sistem pengorganisasian Kelompok Usaha Bersama (KUBA) (b). Disain sistem usaha agribisnis BAMBU. (c). Disain sistem Lembaga Keuangan/Simpan-pinjam (d). Disain sistem pemasaran / Warung Pengecer/WASERDA (e). Disain sistem pembinaan dan transfer teknologi (f). Disain Paket Tekhnologi (2). Komponen Kegiatan Penunjang (a). Disain koordinasi Instansi Terkait (b). Disain peranan tenaga pendamping C. Rancangan Sistem c.1. Disain sistem pengorganisasian Strukrur organisasi sebagaimana di atas secara operasional fungsinya diuraikan sebagai berikut : (a). Pada KOPERASI ada unit usaha agribisnis/agroindustri, yang terdiri dari bagian bina usaha dan teknologi, pemasaran, dan bagian modal dan kerjasama. Fungsi dari unit usaha ini adalah : - mencari jenis-jenis usaha agribisnis/agroindustri yang akan dikembangkan. - membina kelompok masyarakat miskin dalam usaha agribisnis/ agroindustri. - mengusahakan modal/ peralatan dan kerjasama dengan pihak luar - Sebagai wahana dalam transfer teknologi dari pihak luar. - mengusahakan adanya sistem pemasaran - Sebagai pengontrol penentuan kwalitas dan harga - mengembangkan perguliran kelompok yang mampu bagi masyarakat miskin yang lain baik pada usaha yang sejenis amaupun usaha agribisnis/agroindustri baru. (b). Pada KOPERASI terdiri Kelompok Agribisnis dapat sejenis atau berbeda. Kelompok ini terdiri dari masyarakat miskin yang berusaha di bidang agribisnis/agroindustri. Paling sedikit kelompok ini terdiri dari 5 orang yang terbagi dalam bagian produksi dan bagian pemasaran, serta seorang ketua kelompok. Keberhasilan KOPERASI guna mengembangkan agribisnis/ agroindustri ini sangat tergantung pada kelompok ini. Penambahan jumlah anggota kelompok dimungkinkan dilakukan apabila usaha yang dilakukan memang meningkat skala usahanya sampai mencapai 10 orang. Apabila usaha yang dilakukan berkembang, maka dimungkinkan adanya pembentukan kelompok agroindustri baru dimana ketuanya adalah dari salahasatu kelompok yang telah berhasil. (c). Hubungan antara KOPERASI dengan Kelompok-kelompok usaha agribisnis/ agroindustri adalah sebagai mitra kerja . Oleh karenanya ukuran keberhasilan