1. AMALIA DWI PRASTIWI
Case Report
Acute Decompensated Heart Failure dengan Atrial
Fibrilasi Rapid Ventrikular Respon
Pembimbing :
dr. Mirza Failasufi, Sp.JP. FIHA
PROGRAM INTERNSIP DOKTER
RUMAH SAKIT UMUM DARMAYU
PONOROGO
2021
2. LATAR BELAKANG
Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering ditemui
dalam praktik sehari-hari, dengan prevalensi yang mencapai 1-
2% dan akan terus meningkat
Pasien dengan FA memiliki risiko stroke 5 kali lebih tinggi dan
risiko gagal jantung 3 kali lebih tinggi dibanding pasien tanpa FA
(PERKI, 2019)
Gagal jantung dapat didefinisikan sebagai abnormalitas dari
struktur jantung atau fungsi yang menyebabkan kegagalan dari
jantung untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh
Laporan kasus ini menyajikan kasus pasien IGD RSU Darmayu
dengan kecurigaan mengalami ADHF danAF
3. LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 52 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Ponorogo
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Agama : Islam
7. Suku : Jawa
8. Tanggal Masuk
RG
: 21 Juni 2021
Tanggal
Pemeriksaan
: 21-26 Juni 2021
4. ANAMNESIS
Keluha
Utama Sesak Napas
Riwayat
Penyakit
Sekarang
Pasien datang ke IGD RSU
Darmayu.dengan keluhan sesak nafas
sejak ± 2 minggu SMRS dan semakin
memberat sejak ± 2 hari SMRS. Sesak
semakin memberat saat beraktivitas.
Pasien mengatakan bahwa pasien tidur
dengan 2 bantal dan sering terbangun
dikarenakan sesak pada malam hari.
Pasien juga mengeluhkan kedua kaki
pasien bengkak. Keluhan kaki bengkak
lebih dulu muncul sebelum pasien sesak.
Nyeri pada kaki disangkal. Keluhan nyeri
5. Riwayat
Penyaki
t
Dahulu
Riwayat Keluhan Serupa : diakui ( sesak dan
bengkak pernah
dikeluhkan beberapa kali sebelum ini)
Riwayat Berdebar-debar : Diakui
Riwayat penyakit Tiroid : Disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangka
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat
Pribadi
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat konsumsi jamu : disangkal
Riwayat konsumsi obat-obatan : disangkal
Riwaya
t
Penyak
it
Keluar
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pasien tampak sesak
Kesadaran
Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 125 x/menit
RR : 25 x/menit
Suhu : 36,6 0C
SPO2 : 96 % bebas
7. Kepala
• Konjungtiva anemis (-/-)
• Sklera ikterik (-/-)
• Pupil isokor
• Otorrhagia/Otorrhea (-/-)
Leher
• Pembesaran kelenjar limfe
regional tidak ditemukan.
• JVP dalam batas normal
• Deviasi trachea tidak ditemukan
• Pembesaran Tiroid tidak
ditemukan
8.
9. Pemeriksaan Fisik Dada :
JANTUNG
Inspeksi
• Ictus Cordis tidak tampak, tidak terlihat massa dan tanda jejas.
Palpasi
• Ictus Cordis teraba dan kuat angkat di SIC V linea axillaris
anterior
Perkusi
• Batas jantung kanan pada ICS IV linea para sternalis dextra,
batas jantung kiri pada ICS VI linea Axillaris Anterior, kesan
melebar ke lateral
Auskultasi
• Bunyi jantung I dan II dalam batas normal, reguler, S3 Gallop
(+), S4 (-)
10. Pemeriksaan Fisik Dada : PARU
Inspeksi
• Pengembangan dada kiri dan kanan simetris, ketinggalan gerak dada tidak
ditemukan. Tidak terlihat massa dan tanda jejas
Palpasi
• Ketinggalan gerak (-/-), Fremitus simetris (+/+) menurun
Perkusi
• Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
Lapang Paru Kanan Lapang Paru Kanan
- -
+ Rhonki -
+ Rhonki + Rhonki
+ Rhonki + Rhonki
12. Pemeriksaan Penunjang : Kimia Darah
Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Kadar Gula Darah 124 90-139 N
Kolesterol Total 188 <200 N
HDL Kolesterol 28 35-45 L
LDL Kolesterol 143 < 155 N
Trigliserida 85 70-140 N
Faal Ginjal
BUN 25.8 4.7-23.0 H
Creatinin 2.0 0.7-1.2 H
Asam Urat 3 3.4-7 L
Ureum 55.4 10-50 H
Natrium 137.8 135-148 N
Kalium 5.13 3.5-5.3 N
Kalsium 1.3 1.1-1.3 N
Clorida 97.1 98-107 N
Kesan : Didapatkan hasil HDL rendah, Peningkatan
BUN Kreatinin tidak signifikan, elektrolit dalam batas
normal
13. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium
Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Leukosit 8.07 4.00-10.0 N
Neutrofil 74.9 50.0-70.0 H
Lymposit 13.0 20.0-40.0 L
Monosit 11.8 3.0-12.0 N
Eusinofil 0.2 0.5-5 L
Basofil 0.1 0.0-1.0 N
Eritrosit 5.77 4.00-5.5 H
Hemoglobin 16.8 12.0-16.0 H
Hematokrit 48 40-54 N
Indeks eritrosit
MCV 83.2 80-100 N
MCH 29.1 26-35 N
MCHC 33.8 32-37 N
Trombosit 1 73 100-300 N
RDW-CV 12.5 11.5-14.5
N
PDW 15.0 9-17 N
MPV 9.7 6.5-12 N
P-LCR 24.4 11.0-45 N
Kesan : Pemeriksaan Darah Lengkap dalam batas
14. Pemeriksaan Penunjang : Elektrokardiografi
Irama : Bukan Sinus ( P tidak diikuti
QRS )
Axis : (+) di Lead 1 (-) di AvF : LAD
Gel. P : Sulit di Evaluasi
HR : 148x/menit
Kesan : Atrial Fibrilasi dengan RVR
19. Tanggal 21 Juni 2021 di Bangsal Flamboyan 4.6
S :
Pasien masih mengeluh sesak dan dada berdebar. Posisi
masien masih belum dapat berbaring terlentang karena
sesak
A :
Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
Respon
Acute Decompensated Heart
Failure
O :
KU : Sesak, GCS : E4V5M6
TD : 140/90 mmHg
HR : 124 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 360C
SPO2 : 97% canul 2 lpm
Px Fisik :
K/L : CA (-/-), SI (-/-), Udem Palpebra (-/-), ↑JVP (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV (+/+)↓, Fremitus (+/+) ↓, Rhonki (--++/--
-+), Whezing (-/-)
Cor : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-), BJ 1 2
reguler, Gallop (+)
Abd : Peristaltik (+), timpani (+), NT (-), organomegali
(-)
Ext : Udem kaki (+/+)
P :
Canul O2 2 lpm
Inf. NaCl 0.9 % 500cc/24
jam
Inj. Furosemide 3x40mg
Inj. Topazol 1x40mg
Oral :
Concor 1x1.25mg
Notisil 0-0-4mg
Candesartan 1x4mg
Spironolacton 1x25mg
Extra Inj. Fargoxin ½ amp
20. Lampiran EKG jam 17.00 post Inj. Fargoxin 1 amp
Irama : Bukan Sinus ( P tidak diikuti
QRS )
Axis : (+) di Lead 1 (-) di AvF : LAD
Gel. P : Sulit di Evaluasi
R-R : Irreguler
HR : 105 x/menit
Kesan : Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
21. Tanggal 22 Juni 2021 di Bangsal Flamboyan 4.6
S :
Pasien masih mengeluh sesak. Rasa berdebar sudah
berkurang.
A :
Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
Respon
Acute Decompensated Heart
Failure
O :
KU : Sesak, GCS : E4V5M6
TD : 140/90 mmHg
HR : 105 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 360C
SPO2 : 97% canul 2 lpm
Px Fisik :
K/L : CA (-/-), SI (-/-), Udem Palpebra (-/-), ↑JVP (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV (+/+)↓, Fremitus (+/+) ↓, Rhonki (--++/--
-+), Whezing (-/-)
Cor : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-), BJ 1 2
reguler, Gallop (+)
Abd : Peristaltik (+), timpani (+), NT (-), organomegali
(-)
Ext : Udem kaki (+/+)
P :
Canul O2 2 lpm
Inf. NaCl 0.9 % 500cc/24
jam
Inj. Furosemide 3x40mg
Inj. Topazol 1x40mg
Oral :
Concor 1x1.25mg
Notisil 0-0-4mg
Candesartan 1x4mg
Spironolacton 1x25mg
Check PTT/INR
Rencana Echocardiografi
hari ini
22. Lampiran EKG jam 23.00 post Inj. Fargoxin 1/2
amp
Irama : Bukan Sinus ( P tidak diikuti
QRS )
Axis : (+) di Lead 1 (-) di AvF : LAD
Gel. P : Sulit di Evaluasi
R-R : Irreguler
HR : 98 x/menit
Kesan : Atrial Fibrilasi Normo Ventricular
23. Tanggal 23 Juni 2021 di Bangsal Flamboyan 4.6
S
Pasien masih mengeluh sesak. Rasa berdebar sudah
berkurang. Keringat dingin (+), lemas
A :
Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
Respon
Acute Decompensated Heart
Failure
O :
KU : Sesak, GCS : E4V5M6
TD : 90/70 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 360C
SPO2 : 96% canul 2 lpm
Px Fisik :
K/L : CA (-/-), SI (-/-), Udem Palpebra (-/-), ↑JVP (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV (+/+)↓, Fremitus (+/+) ↓, Rhonki (--++/--
-+), Whezing (-/-)
Cor : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-), BJ 1 2
reguler, Gallop (+)
Abd : Peristaltik (+), timpani (+), NT (-), organomegali
(-)
Ext : Udem kaki (+/+), akral dingin (+/+)
P :
Canul O2 2 lpm
Protab ICU
Inf. NaCl 0.9 % 500cc/24
jam
Drip Furosemide 5mg/jam
Inj. Topazol 1x40mg
Oral :
Concor 1x1.25mg ( Tunda
)
Notisil 0-0-4mg
Candesartan 1x4mg
Spironolacton 1x25mg
Digoxin 1x0.25mg
Sukralfat syrup 3xC1
24. Lampiran Hasil Check
PTT/INR
PTT (Pasien) : 15.2 (N)
INR (Pasien) : 1.12 (N)
PTT (Kontrol) : 13.9
INR (Kontrol) : 0.98
Kesan : PTT/INR Dalam batas
Normal
25. Lampiran Hasil Echocardiografi
Dilatasi RA-RV-LV; LVH Eksentrik
Gambaran Dilated Cardiomyopaty
Disfungsi Diastolik LV Karena Irama AF
Fungsi Sistolik LV Menurun ( EF 44%)
Fungsi Sistolik RV Menurun
26. S
Pasien masih mengeluh sesak. Lemas (+), badan
panas dan menggigil
A :
Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
Respon
Acute Decompensated Heart
Failure
O :
KU : Sesak, GCS : E4V5M6
TD : 90/70 mmHg
HR : 83 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 380C
SPO2 : 96% canul 2 lpm
Px Fisik :
K/L : CA (-/-), SI (-/-), Udem Palpebra (-/-), ↑JVP (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV (+/+)↓, Fremitus (+/+) ↓, Rhonki (--++/--
-+), Whezing (-/-)
Cor : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-), BJ 1 2
reguler, Gallop (+)
Abd : Peristaltik (+), timpani (+), NT (-), organomegali
(-)
Ext : Udem kaki (+/+), akral dingin (+/+)
P :
Canul O2 2 lpm
Inf. NaCl 0.9 % 500cc/24
jam
Drip Furosemide 5mg/jam
Inj. Topazol 1x40mg
Oral :
Notisil 0-0-4mg
Candesartan 1x4mg
Spironolacton 1x25mg
Digoxin 1x0.25mg
Sukralfat syrup 3xC1
Drip Paracetamol 3x1gr
kp demam
Tanggal 23 Juni 2021 di ICU Bed 1
27. S
Pasien mengeluh dada ampeg (+) seperti tertekan,
nafas tidak plong. Nyeri dada (-), keringat dingin (-)
Demam (-)
A :
Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
Respon
Acute Decompensated Heart
Failure
O :
KU : Sesak, GCS : E4V5M6
TD : 110/70 mmHg
HR : 98 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5 C
SPO2 : 97% canul 2 lpm
Px Fisik :
K/L : CA (-/-), SI (-/-), Udem Palpebra (-/-), ↑JVP (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV (+/+)↓, Fremitus (+/+) ↓, Rhonki (---+/---
+), Whezing (-/-)
Cor : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-), BJ 1 2
reguler, Gallop (+)
Abd : Peristaltik (+), timpani (+), NT (-), organomegali
(-)
Ext : Udem kaki (+/+)↓, akral dingin (-/-)
P :
Pindah Ruang Biasa
02 2lpm
Inf. NaCl 0.9 % 500cc/24
jam
Drip Furosemide 5mg/jam
STOP Inj.
Furosemide 3x40mg
Inj. Topazol 1x40mg
Oral :
Notisil 0-0-4mg
Candesartan 1x4mg
Spironolacton 1x25mg
Digoxin 1x0.25mg
Sukralfat syrup 3xC1
Tanggal 24 Juni 2021 di ICU Bed 1
28. S
Pasien mengeluh sesak sudah berkurang. Berdebar (-
)
A :
Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
Respon
Acute Decompensated Heart
Failure
O :
KU : Sedang, GCS : E4V5M6
TD : 110/70 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 C
SPO2 : 97% canul 2 lpm
Px Fisik :
K/L : CA (-/-), SI (-/-), Udem Palpebra (-/-), ↑JVP (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV (+/+), Fremitus (+/+) , Rhonki (---+/---+)
minimal, Whezing (-/-)
Cor : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-), BJ 1 2
reguler, Gallop (+)
Abd : Peristaltik (+), timpani (+), NT (-), organomegali
(-)
Ext : Udem kaki (+/+)↓, akral dingin (-/-)
P :
Canul O2 2 lpm
Inf. NaCl 0.9 % 500cc/24
jam
Inj. Furosemide 3x40mg
Inj. Topazol 1x40mg
Oral :
Notisil 0-0-4mg
Candesartan 1x4mg
Spironolacton 1x25mg
Digoxin 1x0.25mg
Sukralfat syrup 3xC1
Tanggal 25 Juni 2021 di Bangsal Flamboyan
29. S
Pasien mengeluh sesak sudah berkurang. Berdebar (-
)
A :
Atrial Fibrilasi Rapid Ventricular
Respon
Acute Decompensated Heart
Failure
O :
KU : Sedang, GCS : E4V5M6
TD : 130/80 mmHg
HR : 91 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 C
SPO2 : 98% canul 2 lpm
Px Fisik :
K/L : CA (-/-), SI (-/-), Udem Palpebra (-/-), ↑JVP (-/-)
Thorax :
Pulmo : SDV (+/+), Fremitus (+/+) , Rhonki (---+/---+)
minimal, Whezing (-/-)
Cor : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill (-), BJ 1 2
reguler, Gallop (+)
Abd : Peristaltik (+), timpani (+), NT (-), organomegali
(-)
Ext : Udem kaki (+/+)↓, akral dingin (-/-)
P :
BLPL ( KOntrol Rawat
Jalan)
Furosemide 40mg-0-0
Spironolacton 25mg-0-0
Digoxin 1.25mg-0-0
Notisil 0-0-4mg
Candesartan 4mg-0-0
Lanzoprazole 30mg-0-0
Tanggal 26 Juni 2021 di Bangsal Flamboyan
30. TINJAUN PUSTAKA
ATRIAL
FIBRILASI takiaritmia supraventrikular yang ditandai
dengan tidak terkontrolnya aktivasi atrium
sehingga menyebabkan kontraksi yang
sangat cepat dan tidak teratur (fibrilasi),
akibatnya darah terkumpul di atrium dan tidak
benar-benar dipompa ke ventrikel. Hal ini
ditandai dengan heart rate yang sangat cepat
sehingga gelombang P pada EKG dapat
menghilang dan digantikan oleh gelombang
fibrilasi yang bervariasi ukuran, bentuk, dan
waktu munculnya serta berhubungan dengan
respon ventrikel interval R-R ireguler
32. Epidemiologi dan Etiologi Atrium Fibrilasi
Epidemiologi Atrial Fibrilasi
• Framingham Heart Study, menunjukkan bahwa dalam periode 20 tahun,
angka kejadian AF adalah 2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada perempuan
• Pada studi yang sama, angka kejadian AF meningkat seiring dengan
pertambahan usia, yaitu sekitar 70% pada usia 65-85 tahun dan 84% pada
usia di atas 85 tahun
Etiologi
• peningkatan tekanan atau resistensi atrium (peningkatan katub jantung,
kelainan pengisian dan pengosongan ruang atrium, hipertrofi jantung,
kardiomiopati, hipertensi pulmo serta tumor intracardiac)
• iskemik atrium (infark myocardial
• proses infiltratif dan inflamasi (pericarditis atau myocarditis, miloidosis dan
sarcoidosis, serta faktor peningkatan usia
• kelainan endokrin (hipertiroid, feokromotisoma)
• neurogenik (stroke, perdarahan subarachnoid),
• obat-obatan (alkohol, kafein) dan genetik
40. Tatalaksanan antitrombolitik
Antitrombotik terdiri atas antiplatelet, antikoagulan, dan
trombolitik. Target dari pemberian antikoagulan
mempertimbangkan keseimbangan dari pencegahan
stroke iskemia dan menghindari komplikasi perdarahan.
41. TINJAUN PUSTAKA
Gagal
Jantung
Akut
Gagal jantung dapat didefinisikan sebagai
abnormalitas dari struktur jantung atau
fungsi yang menyebabkan kegagalan dari
jantung untuk mendistribusikan oksigen
ke seluruh tubuh
Ada 2 jenis persentasi gagal jantung akut,
yaitu gagal jantung akut yang baru terjadi
pertama kali (de novo) dan gagal jantung
dekompensasi akut pada gagal jantung
kronis yang sebelumnya stabil.
47. Atrial fibrilasi adalah takiaritmia supraventrikular yang ditandai dengan
tidak
terkontrolnya aktivasi atrium sehingga menyebabkan kontraksi yang
cepat dan tidak teratur. Atrial fibriasi sering ditemukan pada 30-40%
pasien dengan gagal jantung. (PERKI, 2019) Salah satu faktor pencetus
dan penyebab keadaan gagal jantung dekompensasi akut yaitu
gangguan takiaritmia atau bradikardi yang berat
Pasien datang ke IGD RSU Darmayu.dengan keluhan sesak nafas
sejak ± 2 minggu SMRS dan semakin memberat sejak ± 2 hari SMRS.
Sesak semakin memberat saat beraktivitaas. Dada berdebar-debar.
Pasien mengatakan bahwa pasien nyaman tidur dengan 2 bantal dan
sering terbangun dikarenakan sesak pada malam hari. Pasien
mengakui sering mengeluhkan keluhan serupa. Riwayat dada berdebar
diakui.
Pada kasus ini, pasien datang dengan keadaan atrial fibrilasi dan gagal
jantung
dekompensasi akut, Hal ini sesuai dengan sumber bahwa, gangguan
takiaritmia seperti atrial fibrilasi dapat menjadi faktor pencetus keadaan
gagal jantung dekompensasi akut
48. Berdasarkan data dari Indonesian Atrial Fibrilation
Registry/ OneAF yang
dilakukan di 10 Rumah sakit di Indonesia dengan jumlah
pasien 615 orang, didapatkan gejala yang paling sering
dikeluhkan yaitu sesak napas (42%) dan berdebar (41%),
serta keringat dingin. (PERKI, 2019) Gejala-gejala khas
pada gagal jantung berupa sesaknafas saat istrahat atau
aktifitas, kelelahan, dan edema tungkai.
Pada kasus ini, pasien juga mengeluhkan gejala sesak
napas saat melakukan
aktifitas, disertai dada berdebar dan keringat dingin.
Riwayat gejala yang serupa juga dikeluhkan pasien satu
tahun lalu disertai edema pada tungkai. Hal ini sesuai
dengan gejala-gejala yang sering dikeluhkan pasien
takiaritmia dan pasien gagal jantung.
49. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk menyingkirkan anemia
sebagai
penyebab susah bernafas dan untuk mengetahui adanya penyakit
dasar serta komplikasi. Selanjutnya, pemeriksaan foto thorax
merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung.
Rontgen thorax dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi
pleura dan dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang
menyebabkan atau memperberat sesak nafas. Selain itu, kesan
kardiomegali dapat ditemukan pada gagal jantung akut dan kronik
(PERKI, 2019)
Hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus ini tidak didapatkan
anemia maupun
tanda infeksi, hemoglobin sebesar 16.8 g/dl dan leukosit sebesar
8.070 mm3.
Pemeriksaan natriuretik peptida tidak tersedia sehingga tidak
dilakukan. Pada
pemeriksaan foto thorax pasien ini, ditemukan kesan kardiomegali,
hal ini sesuai
dengan salah satu tanda abnormalitas pada pasien gagal jantung.
50. ekg pada pasien gagal jantung dapat ditemukan gambaran
abnormalias antara lain sinus takikardi, sinus bradikardi,
atrial fibrilasi, aritmia ventrikel, iskemia/ infark, gelombang
Q, abnormalitas gelombang ST- T, hipertrofi ventrikel kiri,
blok atrioventricular, dan bundle brunch block. Pemeriksaan
lebih lanjut dengan Ekokardiografi untuk evaluasi penyakit
jantung katup, evaluasi ukuran atrium, pengukuran fungsi
ventrikel untuk membedakan pasien disfungi ejeksi sistolik
atau normal
Pada pasien ini, pemeriksaan EKG menunjukan gambaran
irama atrial fibrilasi, dengan heart rate 149x/ dan
Pergeseran axis ke Kiri. Berdasarkan hasil Echocardiografi
ditemukan hasil Disfungsi Ejection Friction Sistolik 44% (
Penurunan), Dilatasi RA-RV-LV, Dilated Cardiomyopaty, dan
Disfungsi Diastolik LV karena irama AF.
51. Tatalaksana umum pada pasien AF dengan gagal
jantung tidak jauh berbeda dengan pasien tanpa
gagal jantung, dengan mempertimbangkan pemilihan
obat dan penggunaan antikoagulan yang sesuai.
Fokus tatalaksana pada AF yaitu mengontrol irama
jantung, mengendalikan laju jantung, dan mencegah
adanya komplikasi tromboemboli. (PERKI,2019).
Pada pasien ini, diberikan tatalaksana awal yaitu
pemberian oksigen 3 lpm via nasal canul, infus cairan
Nacl 0.9% 500cc/24 jam, tatalaksana irama jantung
dan kendali laju dengan pemberian Injeksi Fargoxin 1
ampul. Setelah pemberian Fargoxin, dilakukan
pemeriksaan EKG ulang, hasil pemeriksaan
menunjukan irama atrial fibrilasi, laju jantung menjadi
105x/m ireguler
52. Pendekatan awal untuk manajemen kongesti
melibatkan injeksi diuretik dengan penambahan
vasodilator untuk menghilangkan dispnea jika
tekanan darah memungkinkan. Furosemide
adalah diuretik lini pertama yang paling umum
digunakan dengan dosis 20-40 mg IV.
Pada pasien ini, diberikan diuretik furosemide
40mg IV, sesuai dengan pedoman tatalaksana
gagal jantung dari PERKI
53. Rekomendasi antihipertensi untuk semua pasien gagal
jantung sistolik simptomatik (NYHA fc II-IV) yaitu ACEI
dan penyekat β. ACEI merupakan kelas rekomendasi I,
dengan tingkatan bukti A. Pemberian penyekat β,
setelah pemberian ACEI atau ARB pada semua pasien
dengan EF≤40% untuk menurunkan resiko hospitalisasi
akibat gagal jantung. Dosis pemberian golongan
penyekat β, bisoprolol 1.25mg (1x/hari). (PERKI, 2015)
Terapi antihipertensi yang diberikan pada pasien ini
yaitu candesartanl 1x4mg PO, Spironolacton 1x25mg
dan golongan penyekat β concor 1x2.5mg PO. Selain
itu, diberikan juga anti-trombitik notisil 1x4mg PO dan
obat antiemetik injeksi topazole 1x40 mg IV.
54. Digoksin atau amiodaron direkomendasikan
untuk mengontrol laju ventrikel pada pasien
dengan AF dan gagal jantung atau
hipotensi. Pemberian Beta blocker harus
dipertimbangkan untuk ditunda pada
kondisi simtomatik.
Pada masa perawatan hari ke 2 pasien
mengalami hipoperfusi dengan tanda
penurunan tekanan darah dan akral dingin.
Direncanakan terapi intensif di ruang ICU,
pemberian digoxin oral, drip fusosemde dan
penundaan pemberian concor.
55. Penilaian faktor risiko terjadinya stroke pada AF (Skor
CHA2DS2-VASc)
HURUF KONDISI SCORE
C
Gagal Jantung
Kongestif (1)
0
H Hipertensi (1) 1
A Usia 65-74(1) 0
A Usia ≥75 (2) 0
D
Diabetes
mellitus (1)
0
S
Adanya Stroke
atau TIA (2)
0
VA
Penyakit
vaskular(1)
0
Sc
Jenis Kelamin
:Perempuan
(1)
0
TOTAL 1
AF juga dapat menyebabkan gangguan hemodinamik,
kardiomiopati yang diinduksi oleh takikardia,
tromboembolisme sistemik dan resiko stroke.
56. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis berupa sesak dan rasa
berdebar (palpitasi), disertai dengan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis Acute
Decompensate Heart Failure dengan Atrial Fibrilasi dengan
diagnosis etiologi berupa Kardiomiopati Dilatasi /
Kardiomegali
57. DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI)., 2020.
Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2nd
ed. Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI), 2019.
Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium. 2nd
ed. Jakarta: PT. Trans Medical
International.
Ponikowski, P..e.a., 2016. 2016 ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment
of acute and chronic heart failure: The Task
Force for the diagnosis and treatment of
acute and chronic heart failure of the
European Society of Cardiology (ESC). Eur
Hearth J, 37(27), pp.129-2200.