SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat Apresiasi merupakan tindakan menggauli karya sastra, maka mengkaji
ialah tindakan menganalisis yang membutuhkan ilmu atau teori yang
melandasinya. Tentang penjelasan mengkaji seperti yang diungkapkan oleh
Aminudin (1995:39) kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan
hubungan antarunsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori,
dan cara kerja tertentu.
Dengan adanya kajian drama inilah, peminat sastra melakukan analisis yaitu
membedah karya sastra seperti drama yang dibacanya. Sehingga unsur-unsur yang
menyusun drama tersebut dapat diketahui. Juga rangkaian hikmah yang ada di
dalamnya. Apakah ada kecenderungan penyingkapan realitas sosial oleh sang
pengarang? ataukah ada hal-hal lain yang bisa pengkaji sastra temukan dari kajian
tersebut? hal ini bisa dianalisis dengan beberapa pendekatan. karena kajian sastra
memiliki berbagai pendekatan. pendekatan-pendekatan itu ialah objektif
(struktural dan struktural semiotik), mimesis (sosiologi sastra), ekspresif
(hermeuneutik), pragmatik (resepsi sastra & intertekstual), posmodernisme
(dekonstruksi, poskolonial, studi kultural, dan feminisme)
Dalam makalah ini akan dilakukan pengkajian drama, yaitu penulis akan
mengkaji naskah drama yang berjudul “Nyonya-Nyonya” Karya Wisran Hadi
menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Akan tetapi, sebelumnya penulis akan
menjelaskan terlebih dahulu mengenai hakikat drama absurd dan contohnya.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang akan dijawab oleh makalah ini adalah “Bagaimana hakikat
drama absurd dan cara menganalisis drama yang berjudul Nyonya-Nyonya?”
sebuah analisis mengenai drama yang akan mengarah pada sebuah usulan untuk
memahami drama lebih mendalam. Dengan begitu, penikmat sastra seperti drama
1
tidak akan kesulitan dalam memahami makna yang terkandung di dalam sebuah
drama khususnya drama absurd dan drama realis.
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dari
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hakikat drama serta contohnya.
Mengidentifikasi jenis-jenis drama dan cara menganalisisnya.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoretis maupun praktis. Secara teoretis makalah ini diharapkan dapat berguna
sebagai pengetahuan mengenai kajian drama. Secara praktis makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis adalah sebagai tambahan pengetahuan
mengenai hakikat drama dan jenisnya. Bagi pembaca adalah sebagai media
informasi mengenai drama beserta jenis-jenisnya.
E. Kerangka Teori
1. Hakikat Drama
a. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak. Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis
yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon
mereka tentang kehidupan kelas menengah. Berikut pengertian drama menurut
beberapa sumber.
a. Menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life
presented in action).
b. Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat dan
sifat manusia dengan gerak.
c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama adalah komposisi
syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak
pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan.
2
Jadi, drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-
dialog para tokohnya.
b. Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno.
Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the Theatre
menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah
kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Teks Piramid yang
bertanggal 4000SM adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja
para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston
Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi
berbagai tokohnya. Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama:
1) Teori Pertama
Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara religius
primitif yang dipentaskan untuk minta pertolongan dari Dewa. Upacara ini
mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk super
alami atau binatang dan kadang – kadang meniru akting berburu, misalnya. kisah-
kisah berkembang sekitar beberapa ratus dan tetap hidup bahkan setelah upacara
itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari
banyak drama.
2) Teori Kedua
Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama
didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan
memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu.
Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi.
Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makin lama makin kurang
penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara
diatas panggung.
3) Teori Ketiga
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia
untuk bercerita. Kisah–kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan
3
menciptakan kembali kisah–kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan
gagah seorang pahlawan yang telah gugur.
c. Jenis-jenis Drama
Menurut jenisnya, drama dibagi menjadi empat, di antaranya sebagai berikut.
1) Drama tragedi, yaitu drama yang menayangkan kisah sedih. Tokoh dalam
drama tragedi ini disebut tragic hero artinya pahlawan yang mengalami nasib
tragis.
2) Drama komedi, yaitu drama yang sifatnya menghibur, menayangkan cerita-
cerita lucu, didalamnya terdapat dialog kocak yang besifat menyindir dan
biasanya berakhir dengan kebahagiaan.
3) Melodrama, yaitu cerita yang sentimental. Artinya tokoh dan cerita yang
disuguhkan mendebarkan dan mengharukan.
4) Dagelan (farce), yaitu drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan
arus situasi dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatic serta
perkembangan cerita sang tokoh.
Menurut teknik pementasannya, drama dibagi menjadi tiga. Berikut
pembagiannya.
1) Drama tradisional adalah seni drama yang berakar dan bersumber dari tradisi
masyarakat, bersifat spontan dan improvisatoris.
2) Drama modern adalah drama yang bertolak dari hasil sastra yang disusun
untuk suatu pementasan.
3) Jadi, perbedaan utama antara drama tradisional dengan drama modern terletak
pada tidak ada atau adanya naskah.
2. Drama Absurd
a. Absurdisme dalam Drama
Absurdisme merupakan mazhab sastra yang berkembang selepas Perang
Dunia II. Membahas tentang absurdisme tidak akan terlepas dengan salah satu
mazhab filsafat, yaitu mazhab eksistensialisme, yang berkembang sebelum Perang
Dunia I. Tokoh eksistensialisme dan juga peletak dasar eksistensialisme,
4
Kierkegaard (1812—1815). Menurut Hasan, tokoh lainnya di antaranya
Heidegger, Jaspers, Sartre, dan Camus (Sumiyadi, 2012: 94). Nama-nama tokoh
yang telah disebutkan tersebut merupakan tokoh yang dikenal sebagai seorang
filsuf. Jadi, tidak salah jika mazhab absurdisme dalam sastra berkaitan dengan
mazhab eksistensialisme dalam filsafat.
Camus (1913—1960) merupakan tokoh yang menghubungkan mata rantai
absurdisme dengan eksistensialisme. Camus pernah membuat karya sastra yang
bercorak absurd, di antaranya novel Sampar dan Orang Asing. Akan tetapi,
konsep absurd sendiri dimunculkan Camus dalam sebuah esainya yang terkenal,
Mitos Sisipus. Mitos Sisipus kemudian menjadi dasar pemikiran dalam karya
sastra drama, bahkan dalam pertunjukan teaternya. Tokoh-tokoh terkemuka dalam
teater absurd di antaranya Beckett (1906—1989), Ionesco (1912—1994), dan
Adamov.
Di atas telah dijelaskan bahwa mazhab absurdisme dalam sastra berkaitan
dengan mazhab eksistensialisme dalam filsafat. Salah satu konsep
eksistensialisme menyatakan bahwa alam semesta tidak memiliki tujuan dan
absurd. Dalam filsafat eksistensialisme absurd merujuk pada ketiadaan makna
hidup, ketiadaan struktur, dan tidak adanya kosistensi. Dalam drama absurd
penonton dihadapkan dengan kelakuan-kelakuan yang kurang jelas motivasinya,
tokoh-tokoh yangterus-menerus berubah, dan sering kali peristiwa-peristiwa jelas
berada di luar pengalaman rasional.
b. Asal-Usul Absurdisme
Pada bahasan sebelumnya sudah dibahas bahwa konsep absurd dimunculkan
Albert Camus dalam buku easainya yang berjudul Mitos Sisipus dalam bahasa
Prancis. Inti cerita Mitos Sisipus diambil dari mitologi Yunani Kuno. Dalam cerita
itu dikisahkan bahwa Sisipus dihukum para dewa. Hukuman yang harus
dilakukain Sisipus adalah mengangkut batu besar ke atas gunung yang terjal.
Akan tetapi, setelah mengangkut batu yang berakhir di puacak, batu itu
menggelinding kembali, kemudian Sisipus mengangkut batu itu kembali ke
puncak. Hukuman itu terus berulang dilakukan oleh Sisipus. Hukuman Sisipus itu
dimaknai oleh Camus sebagal amsal hidup manusia.
5
Asal-usul absurdisme tidaklah bersumber tunggal dari Mitos Sisipus-nya
Camus atau fllsafat eksistensialisme-nya Sartre. Menurut Esslin (Sumiyadi, 2012:
97), kajian tentang gejala absurd sebagai sastra, teknik panggung, dan
manifestasi dari pemikiran zamanya harus didahului dengan pengujian karya-
karya tersebut. Dengan demikian, kita dapat membuktikan bahwa karya-karya
yang dikaji merupakan bagian dari tradisi atau kebudayaan lama yang pada
tertentu telah tenggelam, akan tetapi masih dapat diusut kembali sampai zaman
purba. Dengan melakukan kajian historis ini, kemungkinan besar kita dapat
menafsirkan dan menetapkan pentingnya fenomena absurd dalam pola pemikiran
masyarakat modern.
Berdasarkan kajian historis yang dilakukan oleh Esslin (Sumiyadi, 2012: 98),
dapatlah diketahui bahwa teater absurd sebenarnya kembali pada tradisi lampau.
Kebaruannya hanya terletak pada kombinasi baru (tidak biasa) dari tradisi-tradisi
yang mendahuluinya itu. Tradisi zaman lampau yang oleh teater absurd
ditampilkan dalam kombinasi yang berbeda, dalam arti baru dan masing-masing
mempunyai kekhasan, dapat dikelompokkan ke dalam (1) teater "murni", yaitu
efek-efek adegan yang bersifat abstrak seperti yang ditampakkan dalam
pertunjukan sirkus, sulap, akrobat, adu banteng dengan manusia--yang pelakunya
biasa disebut dengan matador; (2) unsur badut, kelucuan, dan adegan gila-gilaan;
(3) kata-kata nonsens atau tanpa makna; dan (4) kesusastraan mimpi dan fantasi,
yang sering kali memiliki unsur alegori yang kuat.
Keempat unsur tradisi zaman lampau tersebut dalam pertunjukan acap kali
bertumpang tindih. Misalnya, unsur badut menyandarkan diri pada kata-kata
nonsens dan efek adegan abstrak, sedangkan pertunjukan teater yang bersifat
abstrak dan tanpa plot sering kali diliputi oleh makna alegoris. Unsur murni teater
abstrak dalam teater absurd merupakan satu aspek sikap yang antisastra dan sikap
penolakan terhadap bahasa sebagai alat ekspresi makna. Hal inilah yang sering
kali dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh teater absurd seperti Genet, Ionesco,
Adamov, Tardieu, dan Beckett. Mereka tampaknya dilandasi oleh suatu
kesadaran bahwa teater bukanlah sekedar bahasa. Bahasa sendiri dapat dibaca,
akan tetapi teater sejati hanya dapat mewujud dalam "pertunjukan".Unsur-unsur
6
murni teater abstrak, yang efek teatrikalnya sering muncul dalam teater absurd
adalah arena sebagai pusat permainan sang matador, prosesi atau pawai
partisipan pada pembukaan olimpiade, lakuan pendeta dalam perayaan misa, dan
iring-iringan kendaraan kebesaran raja atau ratu yang melalui jalan- jalan kota.
Tradisi teater abstrak atau pertunjukan keterampilan tanpa kata (sulap,
akrobat dengan berjalan pada seutas tali di udara, dan sirkus binatang yang
terlatih), selalu ada hubungannya dengan peran badut. Tradisi ini pun membuat
panggung terus-menerus memiliki daya Tarik dan kekuatan terhadap
penontonnya. Tradisi ini berasal dari tradisi mimus yang telah berkembang pada
zaman kuno. Mimus adalah salah satu bentuk teater populer, yang pada
zamannya berdampingan dengan teater klasik, yaitu tragedi dan komedi. Teater
mimus sering kali jauh lebih populer dan berpengaruh daripada kedua teater
klasik tersebut. Mimus merupakan pertunjukan yang berisi dansa, nyanyi, dan
sulap, akan tetapi selalu dilandasi tipe-tipe tokoh yang penuh dengan kelucuan,
spontanitas, dan improvisasi.
c. Karekterisasi Sastra dan Teater Absurd
Menurut Sudjiman (Sumiyadi, 2012: 99) Absurd dalam konteks musik
adalah"tidak harmonis". Dalam kamus istilah sastra disebutkan, “tidak masuk
akal, mustahil. Yang disebut karya sastra absurd ialah karya sastra (drama atau
cerkan) yang berlandaskan anggapan bahwa pada dasarnya kondisi manusia itu
absurd, dan pada kondisi ini secara tepat hanya dapat dilukiskan dalam karya
yang juga absurd”.
Dalam tulisan Esslin (Sumiyadi, 2012: 99), dikutip pendapat Ionesco
mengenal absurditas dalam karya-karya Kafka yaitu "absurd adalah, apabila
tanpa tujuan... terenggut dari akal religi, metafisik, dan transendental, manusia
menjadi kehilangan; segala tindakannya tidak masuk akal, absurd, sia-sia”.
Pendapat ini seolah-olah menjadi sebuah pembenaran mana kala kita membaca
dan menyaksikan lakon-lakon dari Ionesco sendiri, Beckett, dan Adamov, yang
dicap sebagai dramawan/teaterawan dan pengarang absurd.
Konsep absurd dalam sastra dan teater dapat dijelaskan dengan
membandingkannya dengan sastra/teater konvensional sebab kelahiran
7
sastra/teater absurd pun di antaranya sebagai reaksi dari sastra/teater
konvensional. Namun, sebelum membandingkan kedua kelompok sastra/teater
ini, perlulah dijelaskan bahwa teater dapat merupakan kelanjutan dari sastra.
Misalnya, Ionesco menulis karya sastra drama berjudul Biduanita Botak. Apabila
karya Ini dipentaskan, maka pementasannya itu merupakan teater absurd. Akan
tetapi, teater absurd tidak selamanya bertolak dari sastra absurd.Bahkan, terdapat
perbedaan yang tegas antara teater absurd dan karya-karya sastra absurd dari
Sartre dan Camus.
Menurut Esslin (Sumiyadi, 2012: 99), Sartre dan Camus menyajikan
pengertian tentang irasionalitas keadaan manusia dalam bentuk serta alasan yang
jelas dan logis, sementara teater absurd (Beckett dan Ionesco) berusaha
mengekspresikan keadaan manusia itu dengan cara yang lepas bebas dan acak.
Sartre dan Camus mengekspresikan sikap baru itu dengan cara yang
konvensional, sedangkan teater absurd melangkah lebih jauh dengan mencoba
untuk mencapai kesatuan antara pikiran-piklran dasar dan bentuk
pemanggungannya. Dengan kata laln, teater absurd tidak lagi membicarakan
absurditas keadaan manusia, akan tetapi langsung menyajikannya dalam sebuah
bentuk, yaitu ungkapan-ungkapan panggung yang kongkret.
Dalam sumber lain Esslin (Sumiyadi, 2012: 100) menyatakan, apabila kita
membaca dan menyaksikan drama atau teater konvensional, maka kita dapat
menemukan bahwa dalam karya tersebut terdapat tujuan yang pasti. Karya
konvensional juga mengajukan masalah-masalah tertentu yang pemecahan atau
jawabannya telah tersedia.
Berbeda dengan sastra drama/teater konvensional, dalam sastra/teater absurd
lakuan-lakuan tokoh tidak diarahkan melalui silogisme yang logis. Sastra dan
teater absurd tidak berjalan dari A ke B (kecuali karya Sartre dan Camus),
melainkan bergerak dari premis yang tak dapat diketahui untuk menuju konklusi
Y. Memang, para penonton tidak mengetahui maksud pengarang atau sutradara.
Akan tetapi, mereka tidak merasakan ketegangan seperti yang ada pada teater
konvensional. Sebaliknya, hal-hal yang paling tidak diharapkan dan tidak
diperkirakan betul-betul terjadi. Dengan demikian, penonton mendapatkan
8
ketegangan lain yang tentunya berbeda dengan suspense karya konvensional.
Dari penjelasan di atas dapat menyimpulkan dengan singkat bahwa sebagai
pengganti ketegangan dari "apa yang akan terjadi selanjutnya", teater absurd
meletakkan ketegangan itu pada "apa makna yang mungkin". Ketegangan ini
terus berlangsung bahkan setelah layar panggung diturunkan. Absurditas dalam
teater absurd yang ditampakkan oleh Beckett,lonesco, dan Adamov tidaklah
sama. Beckettcenderung melankolisyang diwarnai olehkesia-siaandan nihil-
nyaharapan. Adamov cenderung aktif, agresif,membumi, terkadang disertai
sindiran-sindiran sosial dan politis. Sementaraitu, Ionesco cenderung bersuasana
lucu, kasar, ribut, dan fantastis.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa teater
absurd adalah suatu bukti. Bukti yang ditunjukkannya adalah bahwa panggung
mempunyai daya magis tersendiri, meskipun di luar kerangka rasionalitas.
Selain Itu, teater absurd mencoba untuk menunjukkan bahwa dunia itu
merupakan tempat yang tidak dapat terpahami. Hasilnya, penonton akan merasa
hidup di sebuah negeri yang bahasanya begitu asing, sehingga menimbulkan
"efek alienasi". Istilah efek alienasi sebenarnya bukan konsep teater absurd,
akan tetapi konsep teater epik yang yang dikembangkan olehBrecht. Menurut
Sumardjo (Sumiyadi, 2012: 102), yang dimaksudalienasiadalah bahwa penonton
tidak boleh mencampuradukkan yang terjadi di atas pentas dengan kenyataan
hidupnya, bahkan mengingatnya pun tidak boleh. Pentas hanyalah tontonan yang
mesti dihadapi secara kritis. Melalui alienasi inilah penonton dapat memperoleh
hiburan yang tidak sekedar hiburan melainkan hiburan yang lebih tinggi berupa
partisipan.
3. Sosiologi Sastra sebagai Pendekatan Menganalisis Karya Sastra
Sosiologi adalah ilmu objektf kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi
dewasa ini (das sain) bukan apa yang seharusnya terjadi (das solen). Sebaliknya
karya sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif. Menurut Ratna (2003: 2)
ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan
9
dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan
masyarakat.
Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih
mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi sosial Wellek dan Warren (1956:
84, 1990: 111) membagi sosiologi sastra sebagai berikut:
a. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang
berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial
status pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan
pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga
masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang
adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat
tinggal dan berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga,
atau posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan
masalah sosiologi pengarang (Wellek dan Warren,1990:112)
b. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang
menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan
apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini
mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial.
(Wellek dan Warren, 1990:122). Beranggapan dengan berdasarkan pada
penelitian Thomas Warton (penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama)
bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya. Bagi
Warton dan para pengikutnya sastra adalah gudang adat-istiadat, buku sumber
sejarah peradaban.
c. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra,
pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tidak hanya
meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya
hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya.
Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt (dalam
Damono, 1989: 3-4) yang meliputi hal-hal berikut.
10
a. Konteks sosial pengarang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi sosial
sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat pembaca
termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya,
yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan : (a) bagaimana pengarang
mendapat mata pencahariannya, apakah ia mendapatkan dari pengayoman
masyarakat secara langsung, atau pekerjaan yang lainnya, (b) profesionalisme
dalam kepengaragannya, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang.
b. Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya seberapa jauh sastra dapat
dianggap carmin keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalam hal ini masih
kabur, karena itu, banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Yang harus
diperhatikan dalam klasifikasi sastra sebagai cermin masyarakat adalah (a)
sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu
ditulis, sebab banyak ciri-ciri masyarakat ditampilkan dalam karya itu sudah
tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis, (b) sifat “lain dari yang lain” seorang
pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial
dalam karyanya, (c) genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok
tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh mayarakat, (d) sastra yang berusaha
untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja
tidak dapat dipercaya sebagai cermin masyarakat. Sebaliknya, sastra yang sama
sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat mungkin masih
dapat digunakan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi tentang
masyarakat tertentu. Dengan demikian, pandangan sosial pengarang
diperhitungkan jika peneliti karya sastra sebagai cermin masyarakat.
c. Fungsi sosial sastra, maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan
nilai-nilai sosial. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang harus diperhatikan (1)
sudut pandang ekstrim kaum Romantik yang menganggap sastra sama
derajatnya dengan karya pendeta atau nabi. Karena itu, sastra harus berfungsi
sebagai pengbaharu dan perombak, (2) sastra sebagai penghibur saja, dan (3)
sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.
11
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sinopsis Drama Biduanita Botak
Dialog antara Bu Dini dan Pak Didi sebagai pasangan suami istri berisi
tentang makanan yang dimasak oleh pembantunya, Minah. Kemudian berlanjut
dengan pembicaraan dokter keluarga tetangga, dokter Jo. Lalu, dilanjutkan dengan
membicarakan Bambang PI, tetangganya yang semua anggota keluarganya
bernama Bambang. Gara-gara membicarakan tentang Bambang PI, keluarganya,
dan pekerjaannya, Bu Dini sempat marah kepada Pak Didi. Namun kemarahannya
surut saat Minah dating setelah berplesir. Tak lama, Pak Tonodan Bu Tino,
pasangan suami istri yang merupakan tamu Pak Didi dan Bu Dini datang. Sambil
menunggu Pak Didi dan Bu Dini berganti pakaian, Pak Tono dan Bu Tino
berbincang-bincang. Perbincangannya aneh dan tidak penting. Intinya, Pak Tono
dan bu Tino seperti baru saling mengenal, dan mengira kesamaan-kesamaan yang
terjadi pada keduanya merupakan suatu keajaiban. Dialog Pak Tono dan bu Tino
berakhir bersamaan dengan kedatangan Pak Didi dan Bu Dini.
Dialog dua pasangan suami istri ini dimulai dengan pengisahan pengalaman
Bu Tino saat di perjalanan. Terdengar ada yang mengetuk pintu, namun setelah
dilihat tidak ada orang yang mengetuknya. Hal ini menjadi perbincangan mereka.
Setelah terdengar beberapa kali ketukan pintu, ternyata yang mengetuknya
Petugas Keamanan. Ini juga menjadi perbincangan yang alot di antara mereka.
Setelah lama berbincang-bincang, ternyata kedatangan Petugas Keamanan
mendatangi kediaman Pak Didi dan Bu Dini hanya ingin menanyakan ada
penggarongan atau tidak. Dari penggarongan, perbincangan beralih topik menjadi
pengisahan dongeng oleh lima orang tersebut secara bergiliran. Minah hadir,
membacakan puisi tentang penggarongan. Ternyata Minah mengenal Petugas
Keamanan. Petugas Keamanan pergi dan dialog pun tetap berjalan. Malah, sangat
berlebihan hingga akhirnya berakhir drama. Semua marah-marah dan berteriak-
teriak pada telinga satu sama lain.
12
B. Absurditas dalam Drama Biduanita Botak
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa absurditas dalam drama bisa terlihat dari
unsur-unsur intrinsiknya seperti alur, tokoh dan latar, dan bisa terlihat juga ketika
drama itu dipentaskan. Pada makalah ini keabsurdan drama tidak dilihat dari
pementasannya, tetapi hanya dari segi teksnya saja.
Drama Biduanita Botak dikatakan sebagai drama absurd karena terlihat dari
alur ceritanya yang mengekspresikan keadaan atau cerita drama dengan cara yang
lepas, bebas, dan acak, itu terlihat dari dialog para tokoh yang tanpa aturan dan
tanpa tujuan jelas, semua hal mulai dari hal-hal kecil hingga menimbulkan konflik
yang besar.
Kebebasan itu menimbulkan rasa bingung dan sulit untuk memahami alur
cerita pada pembaca. Lakuan-lakuan tokoh tidak diarahkan melalui silogisme
yang logis. Ceritanya tidak berjalan dari A ke B melainkan bergerak dari premis
yang tak dapat diketahui untuk menuju konklusi Y. Penulis beranggapan drama
ini tidak bermaksud menyampaikan informasi atau menyajikan berbagai persoalan
atau takdir tokoh-tokohnya yang ada di luar dunia batin sang penulis, dan drama
ini juga tidak berurusan dengan representasi berbagai peristiwa, narasi nasib atau
petualangan para tokoh, tapi lebih pada usaha menghadirkan situasi dasar
individu.
C. Sinopsis Drama Nyonya-Nyonya
Seorang Tuan pedagang barang antik sedang berdiri di teras depan rumah
seorang Nyonya sambil menggerutu sendiri tentang cuaca, keadaan dirinya, dan
tentang perilaku orang-orang terhadap dirinya. Hal yang dilakukan Tuan
pedagang barang antik itu menyulut emosi Nyonya pemilik rumah. Nyonya
meminta Tuan untuk pergi dari teras rumahnya karena takut keberadaan Tuan
akan menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat. Tuan mengelak
kekhawatiran Nyonya dengan mengemukakan banyak alasan. Akhirnya, Tuan
membeli empat buah marmer tempat dia berdiri agar ia bisa bebas berdiri di sana
tanpa didesak-desak untuk pergi oleh Nyonya.
Tuan pedagang barang antik terus mengusik ketenangan Nyonya, dari mulai
berdiri di teras rumah sampai berani masuk ke dalam rumah dan membeli barang-
13
barang milik Nyonya supaya dirinya dapat leluasa berada di dalam rumah
Nyonya. Selain ketenangannya diusik oleh Tuan pedagang barang antik, Nyonya
juga berkonflik dengan tiga keponakan suaminya, saat ini tengah terbaring sakit di
rumah sakit karena penyakit kanker lidah, yang menagih uang hasil penjualan
tanah pusaka yang dijual oleh Datuk, suami Nyonya, namun uang hasil
penjualannya tidak dibagi-bagikan kepada keponakan-keponakannya.
D. Unsur Sosial dalam Drama Nyonya-Nyonya, Kajian Sosiologi Sastra
Unsur-unsur sosial membangun suatu kesatuan dan berhubungan antara satu
dengan lainnya di dalam kehidupan masyarakat. Apabila terjadi perubahan di
salah satu unsur, maka unsur yang lain akan mengalami perubahan juga. Unsur-
unsur sosial tersebut di antaranya adalah kelas sosial, agama, dan budaya.
Perspektif pengkajiaan sosiologi sastra yang akan diterapkan pada drama Nyonya-
Nyonya adalah perspektif teks sastra, yaitu teks dianalisis sebagai sebuah refleksi
kehidupan masyarakat. Teks akan diklasifikasikan dan dijelaskan makna
sosiologisnya.
1. Kelas Sosial
Penggambaran unsur sosial dalam drama ini meliputi kelas sosial. Kelas sosial
berarti pengelompokan orang berdasarkan sikap, perilaku sosial yang secara
umum sama. Misalnya masyarakat kelas menengah ke atas berbeda karakteristik
dengan masyarakat menengah ke bawah. Di Minangkabau, kelas sosial dilihat dari
tingkatan kekayaan seseorang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
TUAN
Benar juga firasat saya. Di mana pun juga di atas dunia ini,rumah mewah
selalu tidak ramah pada tamu! Suamiku! Ah, ekor
NYONYA
Tuan jangan bicara macam-macam di sini. Rumahku yang mewah ini
dibuat untuk kepentingan ramah-tamah, tapi untuk kesenanganku dengan
suamiku! Ah, ekornya Tuan. Ekornya, kritik Tuan itu sangat
menggelisahkan pemilik rumah mewah lainnya. Pergilah, Tuan! Pergi. Aku
14
benci dengan orang-orang yang suka mengkritik, apalagi hanya untuk
melindungi hanya untuk melindungi kepentingannya sendiri.
Kelas sosial tidak lain dilihat dari segi ekonomi. Faktor ekonomi adalah salah
satu syarat yang mutlak bagi sebuah bangsa. Maka, setiap daerah dan kebudayaan
pun memiliki ekonomi masyarakat yang berbeda-beda. Contohnya dalam drama
ini adalah budaya Minangkabau yang memiliki sistem ekonomi masyarakat yang
dikenal dengan harta pusaka. Harta pusaka adalah segala kekayaan yang
berwujud (materi), diwariskan nantinya kepada anak kemenakan. Harta
pusaka di Minangkabau disebut juga sebagai alat pemersatu di dalam keluarga,
sampai sekarang harta pusaka masih berfungsi sebagaimana mestinya. Tidak
hanya sebagai alat pemersatu terkadang harta pusaka sebagai milik bersama
sering pula menimbulkan perselisihan dan sengketa dalam keluarga di
Minangkabau.
Bentuk perilaku materialistis tokoh Nyonya dalam naskah Nyonya-
Nyonya karya Wisran Hadi sangat dipengaruhi oleh kelas sosial dari tokoh
tersebut. Tokoh Nyonya termasuk ke dalam kelas sosial menengah ke atas,
maka dari itu tentu saja bahwa tokoh Nyonya sangat syarat dengan materi dan
keuangan. Perilaku materialistis tokoh Nyonya mengacu kepada dua macam,
yaitu: orientasi terhadap uang dan orientasi terhadap harta benda (pusaka).
Orientasi terhadap uang jelas terbukti pada tokoh Nyonya yang tidak mampu
menjaga nama baiknya, bahkan Nyonya tidak sadar telah menjual harga dirinya.
Orientasi terhadap uang dapat dilihat dalam kutipan berikut:
TUAN
Lima ratus ribu. Terserah Nyonya. Nyonya lebih suka memilih penjara
atau dimarahi suami?
NYONYA
Ibuku tentu akan memaki-makiku.
TUAN
Terserah Nyonya, kata saya. Masuk penjara dan nama baik Nyonya hancur
atau…? (MENYERAHKAN UANG DENGAN PAKSA)
15
NYONYA
(MENERIMA UANG ITU DENGAN GUGUP) Ya Tuhan.
(MENCIUM UANG ITU BEBERAPA KALI) Jadi, tuan tidak
mengatakan pada siapa pun juga, bukan?
Orientasi terhadap harta benda (pusaka) telah membuktikan tokoh
Nyonya bahwa dia berperilaku metirialistis. Dilihat dari beberapa harta benda
Nyonya yang dia gadaikan kepada Tuan kerena tergiur akan tawaran-tawaran dari
Tuan. Terbukti dari beberapa harta benda yang terjual seperti satu meter persegi
tanah pekarangan rumah sampai beberapa isi di dalam rumah Nyonya. Dapat
dilhat dalam kutipan berikut:
NYONYA
Tuan, kenaikan dua puluh lima dari tawarn Tuan memperlambat
proses jual beli. Terbukti Tuan bukanlah pedagang yang pintar.
TUAN
(MENGELUARKAN UANG DARI TASNYA) Ini.
Tujuh ratus ribu!
NYONYA
O, o, Tuan. Apa itu? Uang? Tujuh ratus ribu?
TUAN
Tidak kurang serupiah pun! (MENYERAHKAN UANG)
NYONYA
(MENERIMA UANG ITU DENGAN PENUH NAFSU, TAPI PURA-
PURA GUGUP) Jadi, tuan membeli sebuah kursi seharga tujuh ratus
ribu? Tuan. Tuan. (PURA- PURA MENANGIS) Aku tidak akan
menjualnya, Tuan. (MENANGIS)
Dampak perilaku materialistis tokoh Nyonya yaitu dampak terhadap
dirinya dan dampak terhadap keluarga Nyonya. Dampak terhadap diri Nyonya
sendiri merupakan dalam keseharian Nyonya yang dirasakan adalah tidak
merdeka hati dan selalu resah ketika menghadapi Tuan dan ketiga keponakannya.
16
2. Budaya
Budaya timur muncul di dalam drama ini dengan berbagai norma ketimuran.
Norma-norma tersebut di antaranya adalah:
a. Ajaran yang baik dan buruk. Dapat dilihat dalam kutipan berikut:
TUAN
Astaga! Merugikan orang lain, suatu pekerjaan yang paling tercela! Saya
belum pernah merugikan orang lain, nyonya. Tidak percaya? Tanya istri
saya.
b. Sanksi tidak tegas, menyesal, malu. Dapat dilihat dalam kutipan berikut:
NYONYA
Apa itu? Uang? Apa tuan kira saya mau menjual marmer terasku?
TUAN
Ingat, nyonya. Kita telah tawar-menawar. Saya telah memenuhi harga
yang telah nyonya tetapkan. Nyonya tidak dapat menolak begitu saja. Ini.
Terima.
NYONYA
Tidak bisa.
TUAN
Jadi, nyonya membatalkan transaksi ini secara sepihak? Nyonya bisa
ditintut di pengadilan. Nyonya tahu undang-undang perdagangan bukan?
NYONYA
Jadi, tuan memperdagangkan undang-undang?
TUAN
Jangan mengalihkan persoalan nyonya. Kalau nyonya tidak mematuhi
undang-undang perdagangan, saya akan pergi ke pengadilan sekarang
juga! Nyonya akan saya tuntut telah berbuat seenaknya terhadap
konsumen. Nama nyonya akan jatuh. Nyonya akan di penjara! Bahkan,
nama suami nyonya sendiri akan dilibatkan. Rumah ini akan disita. Apa
nyonya mau resiko begitu?
17
NYONYA
aku dapat berlindung di bawah lembaga bantuan hukum!
TUAN
Tentu saja. Tapi sementara bantuan datang, nyonya telah di penjarakan.
Potret Nyonya akan terpampang di koran-koran dalam box kriminal!
NYONYA
Tuan jangan menakut-nakuti. Aku cukup berani dengan gertak sambal
laki-laki.
TUAN
Kalau Nyonya tidak percaya, sekarang juga akan saya buktikan! Biar hari
telah larut malam begini, biar malariaku kambuh lagi, tidak jadi soal bagi
saya. Saya akan berlari-lari ke pengadilan! Baru nyonya tahu rasa!
NYONYA
Tuan akan benar-benar mengadukan ke pengadilan?
TUAN
Tidak pandang bulu Nyonya!
NYONYA
Ekornya, tuan. Ekornya!
TUAN
Tidak pandang ekor nyonya!
c. Contoh berlaku jujur, menghargai orang lain. Dapat dilihat dalam kutipan
berikut:
NYONYA
Rumah ini masih punya pemilik, Tuan. Jangan seenaknya tuan di sini.
TUAN
Oh, tentu. Pemilik rumah ini, nyonya bukan?
NYONYA
Kalau tuan tahu rumah ini punya pemilik, mestinya tuan minta izin lebih
dulu, tahu! Mentang-mentang aku menyediakan kursi tamu, lalu tuan
anggap kursi itu bisa diduduki dengan gampang tanpa prosedur.
TUAN
Kalau begitu izinkan saya duduk, nyonya. (berdiri dan duduk kembali)
18
Unsur budaya yang terdapat dalam drama lakon Nyonya-Nyonya adalah
budaya dengan nilai-nilai ketimuran. Kepatuhan seorang istri dalam menjaga
nama baiknya dan suaminya adalah budaya Indonesia atau ketimuran. Telah
berlangsung sejak zaman kerajaan hingga saat ini mengenai tingkah laku seorang
istri. Terdapat hal yang menarik ketika memaca drama ini. Terdapat hal-hal terkait
dengan persoalan budaya negatif. Setiap babak memperlihatkan keinginan kuat
dari Nyonya untuk menjaga nama baiknya sebagai seorang istri agar jangan
sampai ada laki-laki yang masuk ke dalam rumah. Terkait dengan nilai ketimuran,
seorang istri terlohat dari dialog-dialognya denga Tuan.
3. Agama
Selanjutnya aspek sosial tentang faktor agama. Eksistensi agama tetap diakui,
manakala para pemeluknya, apapun agamanya, masing-masing memiliki peran
dan kontribusi yang nyata di tengah-tengah masyarakat, dengan berbagai struktur
sosial yang ada. Sehingga agama, mampu memberikan arti dalam kehidupan dan
makna manusia seutuhnya, atau dalam istilah L. Berger suatu keharusan
fungsional (Functional Imperative) dalam struktur sosialnya.
Faktor agama dalam drama ini mengenai kewajiban seorang istri dalam
menjaga nama baik suami dan menjaga dirinya sendiri. Seorang istri harus
mendapat izin dari suaminya dalam melakukan kegiatan. Bila suami bepergian,
baik jauh maupun dekat, maka istri harus dapat menjaga diri supaya tidak
menimbulkan fitnah , seperti menerima tamu yang bukan muhrimnya. Hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut:
NYONYA
Kejam atau tidak, yang penting aku harus menjaga nama baikku. Coba
tuan pikir. Suamiku sedang ada di rumah sakit. Bila serang istri sendirian
lalu didatangi lelaki tuan tentutau ekornya bukan?
Mengenai kewajiban suami-istri dalam kompilasi hukum Islam dijelaskan:
Bagian kesatu
Umum
Pasal 77 ayat 4
19
Suami istri wajib memelihara kehormatan
4. Politik
Aspek yang terakhir adalah politik. Dalam aspek ini meninjau bagaimana
politik tergambar dari alur cerita drama. Secara tersirat rupakan ada beberapa
dialog yang merupakan bentuk sindiran pada kehidupan politik pada masa itu,
tepatnya pada tahun 2000-an tepat ketika naskah drama ini dibuat. Dalam drama
ada dialog yang menyinggung tentang perebutan kursi yang diujarkan oleh tokoh
Tuan kepada Istri, sebagai berikut.
TUAN
Siasat, kataku. Siasat. Siasat dagang, saying. Kalau kita tidak punya kursi lagi di
rumah. Semua anak-anak kita akan aman. Mereka tidak akan berkelahi
memperebutkan kursi. Betapa ributnya rumah kita setiap hari. Kita mau tidur,
mereka berebutan kursi. Dan celakanya, kursi itu mereka jadikan mobil-mobilan,
kereta api=kereta apian, kapak-kapalan, rumah-rumahan. Erus terang, aku tidak
suka anak-anak kita mempergunaka kursi untuk mendapatkan mobil, rumah, kapal
dan sebagainya itu!
ISTRI
Kalau mereka masih anak-anak, tidak apa.
TUAN
Kalau kita biarkan, mereka akan rebutan kursi sampai tua!
ISTRI
Teorimu baik sekali. Tapi, apa kau tahu yang terjadi siang tadi?
Dari potongan drama tersebut dapat terlihat sebuah sindiran kepada pemerintah
atau pada politisi yang pekerjaannya hanya memperebutkan kursi pemerintahan
dan menjadikan kedudukan itu sebagai alat untuk mencari harta dan kekuasaan
semata. Kritik ini sangan cocok dengan kondisi pada masa itu, yang mana sedang
terjadinya gejolak perebutan kursi yang ditandai dengan munculnya partai-partai
politik baru yang mengusung calon dewan masing-masing.
Dalam drama juga terdapat aktivitas jual beli kursi yang diartikan sebagai
gambaran adanya politik uang. Jual beli suara untuk mendapatkan kekuasaan
sudah terjadi pada masa itu dan itu yang dimungkinkan menjadi objek kritikan
penulis drama.
20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari rangkaian pembahasan yang telah disampaikan dapat diambil simpulan
sebagai berikut.
1. Drama adalah drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui
dialog-dialog para tokohnya.
2. Drama absurd adalah drama yang memiliki ketidakteraturan dalam hal alur
cerita, tokoh, dan hal lainnya.
3. Drama Biduanita Botak termasuk jenis drama absurd, karena memiliki
beberapa unsur yang tidak teratur dalam segi penceritaan sehingga sulit untuk
dipahami.
4. Sosiologi sastra sebagai salah satu model pengkajian drama adalah sebuah
model pengkajian yang memandang sastra dari segi sosial, berupa kelas
sosial, budaya, agama, dan politik.
5. Aspek sosial dalam drama Nyonya-nyonya dapat dilihat dari unsur kelas
sosial, budaya, agama, dan politik.
B. Saran
Pembaca, sebagai peminat karya sastra hendaknya juga dapat
melakukan pengkajian karya sastra supaya dapat lebih memahami unsur-
unsur karya sastra secara lebih mendalam serta mendapatkan rangkaian
hikmah yang ada, dan untuk mengetahui lebih dekat macam-macam teori
pengkajian sastra agar dapat menambah wawasan pembaca
21

Contenu connexe

Tendances

Teori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksiTeori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksi
Laila Purnamasari
 
111679437 teori-sosiologi-klasik
111679437 teori-sosiologi-klasik111679437 teori-sosiologi-klasik
111679437 teori-sosiologi-klasik
Ardaniah II
 
Prosa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan DramaProsa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan Drama
Ifwhar Yuhono
 
tugas sosped fix
tugas sosped fixtugas sosped fix
tugas sosped fix
sulai men
 
Public Sphere Theory
Public Sphere TheoryPublic Sphere Theory
Public Sphere Theory
mankoma2012
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaran
rizka_pratiwi
 
Pengertian kebudayaan menurut para ahli
Pengertian kebudayaan menurut para ahliPengertian kebudayaan menurut para ahli
Pengertian kebudayaan menurut para ahli
joko46
 
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
Coral Reef
 
Tri dharma perguruan tinggi
Tri dharma perguruan tinggiTri dharma perguruan tinggi
Tri dharma perguruan tinggi
Andi Ahmad Irfa
 

Tendances (20)

aliran teori sastra
aliran teori sastraaliran teori sastra
aliran teori sastra
 
Interaksi manusia dengan lingkungan budaya
Interaksi manusia dengan lingkungan budayaInteraksi manusia dengan lingkungan budaya
Interaksi manusia dengan lingkungan budaya
 
Tindakan komunikasi
Tindakan komunikasiTindakan komunikasi
Tindakan komunikasi
 
Hubungan Masyarakat Asimetris dan Simetris
Hubungan Masyarakat Asimetris dan SimetrisHubungan Masyarakat Asimetris dan Simetris
Hubungan Masyarakat Asimetris dan Simetris
 
Teori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksiTeori strukturalisme prosa fiksi
Teori strukturalisme prosa fiksi
 
Makalah teknologi pembelajaran
Makalah teknologi pembelajaranMakalah teknologi pembelajaran
Makalah teknologi pembelajaran
 
111679437 teori-sosiologi-klasik
111679437 teori-sosiologi-klasik111679437 teori-sosiologi-klasik
111679437 teori-sosiologi-klasik
 
Prosa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan DramaProsa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan Drama
 
tugas sosped fix
tugas sosped fixtugas sosped fix
tugas sosped fix
 
PENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIFPENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIF
 
Public Sphere Theory
Public Sphere TheoryPublic Sphere Theory
Public Sphere Theory
 
METODOLOGI PENELITIAN (Contoh Karya Ilmiah)
METODOLOGI PENELITIAN (Contoh Karya Ilmiah)METODOLOGI PENELITIAN (Contoh Karya Ilmiah)
METODOLOGI PENELITIAN (Contoh Karya Ilmiah)
 
Politik sebagai seni
Politik sebagai seniPolitik sebagai seni
Politik sebagai seni
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaran
 
Pengertian kebudayaan menurut para ahli
Pengertian kebudayaan menurut para ahliPengertian kebudayaan menurut para ahli
Pengertian kebudayaan menurut para ahli
 
Teori ilmu sosial & realitas sosial
Teori ilmu sosial & realitas sosialTeori ilmu sosial & realitas sosial
Teori ilmu sosial & realitas sosial
 
Makna kata
Makna kataMakna kata
Makna kata
 
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
8. beberapa masalah kritik sastra indonesia modern
 
Tri dharma perguruan tinggi
Tri dharma perguruan tinggiTri dharma perguruan tinggi
Tri dharma perguruan tinggi
 
Menulis essay
Menulis essayMenulis essay
Menulis essay
 

En vedette

Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Nisha Komik
 
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Raden Mas Fatah
 

En vedette (20)

Aliran aliran drama
Aliran aliran dramaAliran aliran drama
Aliran aliran drama
 
Struktur drama pentas
Struktur drama pentasStruktur drama pentas
Struktur drama pentas
 
Pendekatan aliran drama
Pendekatan aliran dramaPendekatan aliran drama
Pendekatan aliran drama
 
Teori drama
Teori dramaTeori drama
Teori drama
 
Drama pengertian dasar
Drama pengertian dasarDrama pengertian dasar
Drama pengertian dasar
 
Pengantar Pengkajian Sastra
Pengantar Pengkajian SastraPengantar Pengkajian Sastra
Pengantar Pengkajian Sastra
 
Pendekatan mimetis kel 1
Pendekatan mimetis kel 1Pendekatan mimetis kel 1
Pendekatan mimetis kel 1
 
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastraBahan presentasi mata kuliah teori sastra
Bahan presentasi mata kuliah teori sastra
 
Tugas pak hadi
Tugas pak hadiTugas pak hadi
Tugas pak hadi
 
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
Materi kuliah pengantar kajian sastra ii, 'pendekatan dalam pengkajian sastra' 1
 
Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)
 
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
 
149418771 case-report-chairul-epilepsi
149418771 case-report-chairul-epilepsi149418771 case-report-chairul-epilepsi
149418771 case-report-chairul-epilepsi
 
sistem peredaran darah manusia
sistem peredaran darah manusiasistem peredaran darah manusia
sistem peredaran darah manusia
 
' Waiting For Godot- As an Absurd Theatre '
' Waiting For Godot- As  an Absurd Theatre '' Waiting For Godot- As  an Absurd Theatre '
' Waiting For Godot- As an Absurd Theatre '
 
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy LuarDinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar
 
MOG BURGER KING 2016
MOG BURGER KING 2016MOG BURGER KING 2016
MOG BURGER KING 2016
 
Teori dasar pompa
Teori dasar pompaTeori dasar pompa
Teori dasar pompa
 
Geografi politik negara kanada
Geografi politik negara kanadaGeografi politik negara kanada
Geografi politik negara kanada
 
Tari Serampang 12 (powerpoint XI IPA4)
Tari Serampang 12 (powerpoint XI IPA4)Tari Serampang 12 (powerpoint XI IPA4)
Tari Serampang 12 (powerpoint XI IPA4)
 

Similaire à KAJIAN DRAMA ABSURD & REALIS DENGAN MODEL PENGKAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
TiaBronte
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Lailin Luthfiana
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Marliena An
 
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docxALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
NurKarina1
 
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorbanKajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Alfian Rokhmansyah
 
periodisasi sastra Indonesia
periodisasi sastra Indonesiaperiodisasi sastra Indonesia
periodisasi sastra Indonesia
Rifqannisa Divaby
 

Similaire à KAJIAN DRAMA ABSURD & REALIS DENGAN MODEL PENGKAJIAN SOSIOLOGI SASTRA (20)

Makalah drama1
Makalah drama1Makalah drama1
Makalah drama1
 
Teori mimetik 1
Teori mimetik 1Teori mimetik 1
Teori mimetik 1
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
 
Karya sastra klasik
Karya sastra klasikKarya sastra klasik
Karya sastra klasik
 
Analisis struktural dalam drama kejahatan membalas dendam karya A. Idrus
Analisis struktural dalam drama kejahatan membalas dendam karya A. IdrusAnalisis struktural dalam drama kejahatan membalas dendam karya A. Idrus
Analisis struktural dalam drama kejahatan membalas dendam karya A. Idrus
 
MODUL IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
MODUL IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORERMODUL IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
MODUL IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
 
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docxALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
ALIRAN DAN PENDEKATAN SASTRA . KELOMPOK.6.docx
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastra
 
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorbanKajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
Kajian bandingan novel dan film perempuan b erkalung sorban
 
Aaaaaaaa
AaaaaaaaAaaaaaaa
Aaaaaaaa
 
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
Tahap Kehidupan Manusia dan Spiritualisme dalam Puisi Voyelles Karya Athur Ri...
 
Jurnal novi
Jurnal noviJurnal novi
Jurnal novi
 
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
CITRA PEREMPUAN  DALAM  NOVEL  PEREMPUAN  BERKALUNG  SORBAN  CITRA PEREMPUAN  DALAM  NOVEL  PEREMPUAN  BERKALUNG  SORBAN
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
 
periodisasi sastra Indonesia
periodisasi sastra Indonesiaperiodisasi sastra Indonesia
periodisasi sastra Indonesia
 
Segi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra BandinganSegi-segi Sastra Bandingan
Segi-segi Sastra Bandingan
 
PROSA LAMA DAN BARU
PROSA LAMA DAN BARUPROSA LAMA DAN BARU
PROSA LAMA DAN BARU
 
Makalah sosiologi
Makalah sosiologiMakalah sosiologi
Makalah sosiologi
 

Plus de Dedi Irawan

Pengantar Teknologi Informasi - Jaringan
Pengantar Teknologi Informasi - JaringanPengantar Teknologi Informasi - Jaringan
Pengantar Teknologi Informasi - Jaringan
Dedi Irawan
 
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Komunikasi Data
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Komunikasi DataPengantar Teknologi Informasi - Sistem Komunikasi Data
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Komunikasi Data
Dedi Irawan
 
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Bilangan dan Kode Data
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Bilangan dan Kode DataPengantar Teknologi Informasi - Sistem Bilangan dan Kode Data
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Bilangan dan Kode Data
Dedi Irawan
 
Pengantar Teknologi Informasi - Prosesor dan Memori
Pengantar Teknologi Informasi - Prosesor dan MemoriPengantar Teknologi Informasi - Prosesor dan Memori
Pengantar Teknologi Informasi - Prosesor dan Memori
Dedi Irawan
 
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Keras (Hardware)
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Keras (Hardware)Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Keras (Hardware)
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Keras (Hardware)
Dedi Irawan
 
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Lunak (Software)
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Lunak (Software)Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Lunak (Software)
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Lunak (Software)
Dedi Irawan
 
Kalimat aktif-pasif & kalimat langsung-taklangsung
Kalimat aktif-pasif & kalimat langsung-taklangsungKalimat aktif-pasif & kalimat langsung-taklangsung
Kalimat aktif-pasif & kalimat langsung-taklangsung
Dedi Irawan
 

Plus de Dedi Irawan (19)

Analisis Penggunaan Preposisi dalam Artikel
Analisis Penggunaan Preposisi dalam ArtikelAnalisis Penggunaan Preposisi dalam Artikel
Analisis Penggunaan Preposisi dalam Artikel
 
Pedoman penulisan laporan PKL - SMK IFSU
Pedoman penulisan laporan PKL - SMK IFSUPedoman penulisan laporan PKL - SMK IFSU
Pedoman penulisan laporan PKL - SMK IFSU
 
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
PEMBAHASAN CONTOH SOAL UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA SMK 2015
 
CARA MEMBUAT SOAL ULANGAN (KALIMAT ELIPS)
CARA MEMBUAT SOAL ULANGAN (KALIMAT ELIPS)CARA MEMBUAT SOAL ULANGAN (KALIMAT ELIPS)
CARA MEMBUAT SOAL ULANGAN (KALIMAT ELIPS)
 
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABAR
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABARANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABAR
ANALISIS PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM ARTIKEL SURAT KABAR
 
KAITAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT ILMU
KAITAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT ILMUKAITAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT ILMU
KAITAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT ILMU
 
Pengantar Teknologi Informasi - Jaringan
Pengantar Teknologi Informasi - JaringanPengantar Teknologi Informasi - Jaringan
Pengantar Teknologi Informasi - Jaringan
 
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Komunikasi Data
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Komunikasi DataPengantar Teknologi Informasi - Sistem Komunikasi Data
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Komunikasi Data
 
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Bilangan dan Kode Data
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Bilangan dan Kode DataPengantar Teknologi Informasi - Sistem Bilangan dan Kode Data
Pengantar Teknologi Informasi - Sistem Bilangan dan Kode Data
 
Pengantar Teknologi Informasi - Prosesor dan Memori
Pengantar Teknologi Informasi - Prosesor dan MemoriPengantar Teknologi Informasi - Prosesor dan Memori
Pengantar Teknologi Informasi - Prosesor dan Memori
 
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Keras (Hardware)
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Keras (Hardware)Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Keras (Hardware)
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Keras (Hardware)
 
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Lunak (Software)
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Lunak (Software)Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Lunak (Software)
Pengantar Teknologi Informasi - Perangkat Lunak (Software)
 
Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra IndonesiaPeriodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi Sastra Indonesia
 
Kurikulum 2013 (Silabus) untuk SMK
Kurikulum 2013 (Silabus) untuk SMKKurikulum 2013 (Silabus) untuk SMK
Kurikulum 2013 (Silabus) untuk SMK
 
Kalimat aktif-pasif & kalimat langsung-taklangsung
Kalimat aktif-pasif & kalimat langsung-taklangsungKalimat aktif-pasif & kalimat langsung-taklangsung
Kalimat aktif-pasif & kalimat langsung-taklangsung
 
Cara Menulis Kutipan dan Daftar Pustaka Karya Tulis Ilmiah
Cara Menulis Kutipan dan Daftar Pustaka Karya Tulis IlmiahCara Menulis Kutipan dan Daftar Pustaka Karya Tulis Ilmiah
Cara Menulis Kutipan dan Daftar Pustaka Karya Tulis Ilmiah
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
Paragraf naratif
Paragraf naratifParagraf naratif
Paragraf naratif
 
Membaca memindai
Membaca memindaiMembaca memindai
Membaca memindai
 

Dernier

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Dernier (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 

KAJIAN DRAMA ABSURD & REALIS DENGAN MODEL PENGKAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat Apresiasi merupakan tindakan menggauli karya sastra, maka mengkaji ialah tindakan menganalisis yang membutuhkan ilmu atau teori yang melandasinya. Tentang penjelasan mengkaji seperti yang diungkapkan oleh Aminudin (1995:39) kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antarunsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu. Dengan adanya kajian drama inilah, peminat sastra melakukan analisis yaitu membedah karya sastra seperti drama yang dibacanya. Sehingga unsur-unsur yang menyusun drama tersebut dapat diketahui. Juga rangkaian hikmah yang ada di dalamnya. Apakah ada kecenderungan penyingkapan realitas sosial oleh sang pengarang? ataukah ada hal-hal lain yang bisa pengkaji sastra temukan dari kajian tersebut? hal ini bisa dianalisis dengan beberapa pendekatan. karena kajian sastra memiliki berbagai pendekatan. pendekatan-pendekatan itu ialah objektif (struktural dan struktural semiotik), mimesis (sosiologi sastra), ekspresif (hermeuneutik), pragmatik (resepsi sastra & intertekstual), posmodernisme (dekonstruksi, poskolonial, studi kultural, dan feminisme) Dalam makalah ini akan dilakukan pengkajian drama, yaitu penulis akan mengkaji naskah drama yang berjudul “Nyonya-Nyonya” Karya Wisran Hadi menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Akan tetapi, sebelumnya penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai hakikat drama absurd dan contohnya. B. Rumusan Masalah Pertanyaan yang akan dijawab oleh makalah ini adalah “Bagaimana hakikat drama absurd dan cara menganalisis drama yang berjudul Nyonya-Nyonya?” sebuah analisis mengenai drama yang akan mengarah pada sebuah usulan untuk memahami drama lebih mendalam. Dengan begitu, penikmat sastra seperti drama 1
  • 2. tidak akan kesulitan dalam memahami makna yang terkandung di dalam sebuah drama khususnya drama absurd dan drama realis. C. Tujuan Penulisan Makalah Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hakikat drama serta contohnya. Mengidentifikasi jenis-jenis drama dan cara menganalisisnya. D. Manfaat Penulisan Makalah Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai pengetahuan mengenai kajian drama. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis adalah sebagai tambahan pengetahuan mengenai hakikat drama dan jenisnya. Bagi pembaca adalah sebagai media informasi mengenai drama beserta jenis-jenisnya. E. Kerangka Teori 1. Hakikat Drama a. Pengertian Drama Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Berikut pengertian drama menurut beberapa sumber. a. Menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). b. Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak. c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. 2
  • 3. Jadi, drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog- dialog para tokohnya. b. Sejarah Drama Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the Theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Teks Piramid yang bertanggal 4000SM adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya. Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama: 1) Teori Pertama Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara religius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolongan dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk super alami atau binatang dan kadang – kadang meniru akting berburu, misalnya. kisah- kisah berkembang sekitar beberapa ratus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama. 2) Teori Kedua Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu. Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makin lama makin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas panggung. 3) Teori Ketiga Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah–kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan 3
  • 4. menciptakan kembali kisah–kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang pahlawan yang telah gugur. c. Jenis-jenis Drama Menurut jenisnya, drama dibagi menjadi empat, di antaranya sebagai berikut. 1) Drama tragedi, yaitu drama yang menayangkan kisah sedih. Tokoh dalam drama tragedi ini disebut tragic hero artinya pahlawan yang mengalami nasib tragis. 2) Drama komedi, yaitu drama yang sifatnya menghibur, menayangkan cerita- cerita lucu, didalamnya terdapat dialog kocak yang besifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. 3) Melodrama, yaitu cerita yang sentimental. Artinya tokoh dan cerita yang disuguhkan mendebarkan dan mengharukan. 4) Dagelan (farce), yaitu drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatic serta perkembangan cerita sang tokoh. Menurut teknik pementasannya, drama dibagi menjadi tiga. Berikut pembagiannya. 1) Drama tradisional adalah seni drama yang berakar dan bersumber dari tradisi masyarakat, bersifat spontan dan improvisatoris. 2) Drama modern adalah drama yang bertolak dari hasil sastra yang disusun untuk suatu pementasan. 3) Jadi, perbedaan utama antara drama tradisional dengan drama modern terletak pada tidak ada atau adanya naskah. 2. Drama Absurd a. Absurdisme dalam Drama Absurdisme merupakan mazhab sastra yang berkembang selepas Perang Dunia II. Membahas tentang absurdisme tidak akan terlepas dengan salah satu mazhab filsafat, yaitu mazhab eksistensialisme, yang berkembang sebelum Perang Dunia I. Tokoh eksistensialisme dan juga peletak dasar eksistensialisme, 4
  • 5. Kierkegaard (1812—1815). Menurut Hasan, tokoh lainnya di antaranya Heidegger, Jaspers, Sartre, dan Camus (Sumiyadi, 2012: 94). Nama-nama tokoh yang telah disebutkan tersebut merupakan tokoh yang dikenal sebagai seorang filsuf. Jadi, tidak salah jika mazhab absurdisme dalam sastra berkaitan dengan mazhab eksistensialisme dalam filsafat. Camus (1913—1960) merupakan tokoh yang menghubungkan mata rantai absurdisme dengan eksistensialisme. Camus pernah membuat karya sastra yang bercorak absurd, di antaranya novel Sampar dan Orang Asing. Akan tetapi, konsep absurd sendiri dimunculkan Camus dalam sebuah esainya yang terkenal, Mitos Sisipus. Mitos Sisipus kemudian menjadi dasar pemikiran dalam karya sastra drama, bahkan dalam pertunjukan teaternya. Tokoh-tokoh terkemuka dalam teater absurd di antaranya Beckett (1906—1989), Ionesco (1912—1994), dan Adamov. Di atas telah dijelaskan bahwa mazhab absurdisme dalam sastra berkaitan dengan mazhab eksistensialisme dalam filsafat. Salah satu konsep eksistensialisme menyatakan bahwa alam semesta tidak memiliki tujuan dan absurd. Dalam filsafat eksistensialisme absurd merujuk pada ketiadaan makna hidup, ketiadaan struktur, dan tidak adanya kosistensi. Dalam drama absurd penonton dihadapkan dengan kelakuan-kelakuan yang kurang jelas motivasinya, tokoh-tokoh yangterus-menerus berubah, dan sering kali peristiwa-peristiwa jelas berada di luar pengalaman rasional. b. Asal-Usul Absurdisme Pada bahasan sebelumnya sudah dibahas bahwa konsep absurd dimunculkan Albert Camus dalam buku easainya yang berjudul Mitos Sisipus dalam bahasa Prancis. Inti cerita Mitos Sisipus diambil dari mitologi Yunani Kuno. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa Sisipus dihukum para dewa. Hukuman yang harus dilakukain Sisipus adalah mengangkut batu besar ke atas gunung yang terjal. Akan tetapi, setelah mengangkut batu yang berakhir di puacak, batu itu menggelinding kembali, kemudian Sisipus mengangkut batu itu kembali ke puncak. Hukuman itu terus berulang dilakukan oleh Sisipus. Hukuman Sisipus itu dimaknai oleh Camus sebagal amsal hidup manusia. 5
  • 6. Asal-usul absurdisme tidaklah bersumber tunggal dari Mitos Sisipus-nya Camus atau fllsafat eksistensialisme-nya Sartre. Menurut Esslin (Sumiyadi, 2012: 97), kajian tentang gejala absurd sebagai sastra, teknik panggung, dan manifestasi dari pemikiran zamanya harus didahului dengan pengujian karya- karya tersebut. Dengan demikian, kita dapat membuktikan bahwa karya-karya yang dikaji merupakan bagian dari tradisi atau kebudayaan lama yang pada tertentu telah tenggelam, akan tetapi masih dapat diusut kembali sampai zaman purba. Dengan melakukan kajian historis ini, kemungkinan besar kita dapat menafsirkan dan menetapkan pentingnya fenomena absurd dalam pola pemikiran masyarakat modern. Berdasarkan kajian historis yang dilakukan oleh Esslin (Sumiyadi, 2012: 98), dapatlah diketahui bahwa teater absurd sebenarnya kembali pada tradisi lampau. Kebaruannya hanya terletak pada kombinasi baru (tidak biasa) dari tradisi-tradisi yang mendahuluinya itu. Tradisi zaman lampau yang oleh teater absurd ditampilkan dalam kombinasi yang berbeda, dalam arti baru dan masing-masing mempunyai kekhasan, dapat dikelompokkan ke dalam (1) teater "murni", yaitu efek-efek adegan yang bersifat abstrak seperti yang ditampakkan dalam pertunjukan sirkus, sulap, akrobat, adu banteng dengan manusia--yang pelakunya biasa disebut dengan matador; (2) unsur badut, kelucuan, dan adegan gila-gilaan; (3) kata-kata nonsens atau tanpa makna; dan (4) kesusastraan mimpi dan fantasi, yang sering kali memiliki unsur alegori yang kuat. Keempat unsur tradisi zaman lampau tersebut dalam pertunjukan acap kali bertumpang tindih. Misalnya, unsur badut menyandarkan diri pada kata-kata nonsens dan efek adegan abstrak, sedangkan pertunjukan teater yang bersifat abstrak dan tanpa plot sering kali diliputi oleh makna alegoris. Unsur murni teater abstrak dalam teater absurd merupakan satu aspek sikap yang antisastra dan sikap penolakan terhadap bahasa sebagai alat ekspresi makna. Hal inilah yang sering kali dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh teater absurd seperti Genet, Ionesco, Adamov, Tardieu, dan Beckett. Mereka tampaknya dilandasi oleh suatu kesadaran bahwa teater bukanlah sekedar bahasa. Bahasa sendiri dapat dibaca, akan tetapi teater sejati hanya dapat mewujud dalam "pertunjukan".Unsur-unsur 6
  • 7. murni teater abstrak, yang efek teatrikalnya sering muncul dalam teater absurd adalah arena sebagai pusat permainan sang matador, prosesi atau pawai partisipan pada pembukaan olimpiade, lakuan pendeta dalam perayaan misa, dan iring-iringan kendaraan kebesaran raja atau ratu yang melalui jalan- jalan kota. Tradisi teater abstrak atau pertunjukan keterampilan tanpa kata (sulap, akrobat dengan berjalan pada seutas tali di udara, dan sirkus binatang yang terlatih), selalu ada hubungannya dengan peran badut. Tradisi ini pun membuat panggung terus-menerus memiliki daya Tarik dan kekuatan terhadap penontonnya. Tradisi ini berasal dari tradisi mimus yang telah berkembang pada zaman kuno. Mimus adalah salah satu bentuk teater populer, yang pada zamannya berdampingan dengan teater klasik, yaitu tragedi dan komedi. Teater mimus sering kali jauh lebih populer dan berpengaruh daripada kedua teater klasik tersebut. Mimus merupakan pertunjukan yang berisi dansa, nyanyi, dan sulap, akan tetapi selalu dilandasi tipe-tipe tokoh yang penuh dengan kelucuan, spontanitas, dan improvisasi. c. Karekterisasi Sastra dan Teater Absurd Menurut Sudjiman (Sumiyadi, 2012: 99) Absurd dalam konteks musik adalah"tidak harmonis". Dalam kamus istilah sastra disebutkan, “tidak masuk akal, mustahil. Yang disebut karya sastra absurd ialah karya sastra (drama atau cerkan) yang berlandaskan anggapan bahwa pada dasarnya kondisi manusia itu absurd, dan pada kondisi ini secara tepat hanya dapat dilukiskan dalam karya yang juga absurd”. Dalam tulisan Esslin (Sumiyadi, 2012: 99), dikutip pendapat Ionesco mengenal absurditas dalam karya-karya Kafka yaitu "absurd adalah, apabila tanpa tujuan... terenggut dari akal religi, metafisik, dan transendental, manusia menjadi kehilangan; segala tindakannya tidak masuk akal, absurd, sia-sia”. Pendapat ini seolah-olah menjadi sebuah pembenaran mana kala kita membaca dan menyaksikan lakon-lakon dari Ionesco sendiri, Beckett, dan Adamov, yang dicap sebagai dramawan/teaterawan dan pengarang absurd. Konsep absurd dalam sastra dan teater dapat dijelaskan dengan membandingkannya dengan sastra/teater konvensional sebab kelahiran 7
  • 8. sastra/teater absurd pun di antaranya sebagai reaksi dari sastra/teater konvensional. Namun, sebelum membandingkan kedua kelompok sastra/teater ini, perlulah dijelaskan bahwa teater dapat merupakan kelanjutan dari sastra. Misalnya, Ionesco menulis karya sastra drama berjudul Biduanita Botak. Apabila karya Ini dipentaskan, maka pementasannya itu merupakan teater absurd. Akan tetapi, teater absurd tidak selamanya bertolak dari sastra absurd.Bahkan, terdapat perbedaan yang tegas antara teater absurd dan karya-karya sastra absurd dari Sartre dan Camus. Menurut Esslin (Sumiyadi, 2012: 99), Sartre dan Camus menyajikan pengertian tentang irasionalitas keadaan manusia dalam bentuk serta alasan yang jelas dan logis, sementara teater absurd (Beckett dan Ionesco) berusaha mengekspresikan keadaan manusia itu dengan cara yang lepas bebas dan acak. Sartre dan Camus mengekspresikan sikap baru itu dengan cara yang konvensional, sedangkan teater absurd melangkah lebih jauh dengan mencoba untuk mencapai kesatuan antara pikiran-piklran dasar dan bentuk pemanggungannya. Dengan kata laln, teater absurd tidak lagi membicarakan absurditas keadaan manusia, akan tetapi langsung menyajikannya dalam sebuah bentuk, yaitu ungkapan-ungkapan panggung yang kongkret. Dalam sumber lain Esslin (Sumiyadi, 2012: 100) menyatakan, apabila kita membaca dan menyaksikan drama atau teater konvensional, maka kita dapat menemukan bahwa dalam karya tersebut terdapat tujuan yang pasti. Karya konvensional juga mengajukan masalah-masalah tertentu yang pemecahan atau jawabannya telah tersedia. Berbeda dengan sastra drama/teater konvensional, dalam sastra/teater absurd lakuan-lakuan tokoh tidak diarahkan melalui silogisme yang logis. Sastra dan teater absurd tidak berjalan dari A ke B (kecuali karya Sartre dan Camus), melainkan bergerak dari premis yang tak dapat diketahui untuk menuju konklusi Y. Memang, para penonton tidak mengetahui maksud pengarang atau sutradara. Akan tetapi, mereka tidak merasakan ketegangan seperti yang ada pada teater konvensional. Sebaliknya, hal-hal yang paling tidak diharapkan dan tidak diperkirakan betul-betul terjadi. Dengan demikian, penonton mendapatkan 8
  • 9. ketegangan lain yang tentunya berbeda dengan suspense karya konvensional. Dari penjelasan di atas dapat menyimpulkan dengan singkat bahwa sebagai pengganti ketegangan dari "apa yang akan terjadi selanjutnya", teater absurd meletakkan ketegangan itu pada "apa makna yang mungkin". Ketegangan ini terus berlangsung bahkan setelah layar panggung diturunkan. Absurditas dalam teater absurd yang ditampakkan oleh Beckett,lonesco, dan Adamov tidaklah sama. Beckettcenderung melankolisyang diwarnai olehkesia-siaandan nihil- nyaharapan. Adamov cenderung aktif, agresif,membumi, terkadang disertai sindiran-sindiran sosial dan politis. Sementaraitu, Ionesco cenderung bersuasana lucu, kasar, ribut, dan fantastis. Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa teater absurd adalah suatu bukti. Bukti yang ditunjukkannya adalah bahwa panggung mempunyai daya magis tersendiri, meskipun di luar kerangka rasionalitas. Selain Itu, teater absurd mencoba untuk menunjukkan bahwa dunia itu merupakan tempat yang tidak dapat terpahami. Hasilnya, penonton akan merasa hidup di sebuah negeri yang bahasanya begitu asing, sehingga menimbulkan "efek alienasi". Istilah efek alienasi sebenarnya bukan konsep teater absurd, akan tetapi konsep teater epik yang yang dikembangkan olehBrecht. Menurut Sumardjo (Sumiyadi, 2012: 102), yang dimaksudalienasiadalah bahwa penonton tidak boleh mencampuradukkan yang terjadi di atas pentas dengan kenyataan hidupnya, bahkan mengingatnya pun tidak boleh. Pentas hanyalah tontonan yang mesti dihadapi secara kritis. Melalui alienasi inilah penonton dapat memperoleh hiburan yang tidak sekedar hiburan melainkan hiburan yang lebih tinggi berupa partisipan. 3. Sosiologi Sastra sebagai Pendekatan Menganalisis Karya Sastra Sosiologi adalah ilmu objektf kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini (das sain) bukan apa yang seharusnya terjadi (das solen). Sebaliknya karya sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif. Menurut Ratna (2003: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan 9
  • 10. dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat. Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi sosial Wellek dan Warren (1956: 84, 1990: 111) membagi sosiologi sastra sebagai berikut: a. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial status pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi pengarang (Wellek dan Warren,1990:112) b. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial. (Wellek dan Warren, 1990:122). Beranggapan dengan berdasarkan pada penelitian Thomas Warton (penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama) bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya. Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban. c. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra, pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tidak hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya. Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt (dalam Damono, 1989: 3-4) yang meliputi hal-hal berikut. 10
  • 11. a. Konteks sosial pengarang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat pembaca termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya, yang terutama harus diteliti yang berkaitan dengan : (a) bagaimana pengarang mendapat mata pencahariannya, apakah ia mendapatkan dari pengayoman masyarakat secara langsung, atau pekerjaan yang lainnya, (b) profesionalisme dalam kepengaragannya, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang. b. Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya seberapa jauh sastra dapat dianggap carmin keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalam hal ini masih kabur, karena itu, banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Yang harus diperhatikan dalam klasifikasi sastra sebagai cermin masyarakat adalah (a) sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ditulis, sebab banyak ciri-ciri masyarakat ditampilkan dalam karya itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis, (b) sifat “lain dari yang lain” seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya, (c) genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh mayarakat, (d) sastra yang berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak dapat dipercaya sebagai cermin masyarakat. Sebaliknya, sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat mungkin masih dapat digunakan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat tertentu. Dengan demikian, pandangan sosial pengarang diperhitungkan jika peneliti karya sastra sebagai cermin masyarakat. c. Fungsi sosial sastra, maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai-nilai sosial. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang harus diperhatikan (1) sudut pandang ekstrim kaum Romantik yang menganggap sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi. Karena itu, sastra harus berfungsi sebagai pengbaharu dan perombak, (2) sastra sebagai penghibur saja, dan (3) sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur. 11
  • 12. BAB II PEMBAHASAN A. Sinopsis Drama Biduanita Botak Dialog antara Bu Dini dan Pak Didi sebagai pasangan suami istri berisi tentang makanan yang dimasak oleh pembantunya, Minah. Kemudian berlanjut dengan pembicaraan dokter keluarga tetangga, dokter Jo. Lalu, dilanjutkan dengan membicarakan Bambang PI, tetangganya yang semua anggota keluarganya bernama Bambang. Gara-gara membicarakan tentang Bambang PI, keluarganya, dan pekerjaannya, Bu Dini sempat marah kepada Pak Didi. Namun kemarahannya surut saat Minah dating setelah berplesir. Tak lama, Pak Tonodan Bu Tino, pasangan suami istri yang merupakan tamu Pak Didi dan Bu Dini datang. Sambil menunggu Pak Didi dan Bu Dini berganti pakaian, Pak Tono dan Bu Tino berbincang-bincang. Perbincangannya aneh dan tidak penting. Intinya, Pak Tono dan bu Tino seperti baru saling mengenal, dan mengira kesamaan-kesamaan yang terjadi pada keduanya merupakan suatu keajaiban. Dialog Pak Tono dan bu Tino berakhir bersamaan dengan kedatangan Pak Didi dan Bu Dini. Dialog dua pasangan suami istri ini dimulai dengan pengisahan pengalaman Bu Tino saat di perjalanan. Terdengar ada yang mengetuk pintu, namun setelah dilihat tidak ada orang yang mengetuknya. Hal ini menjadi perbincangan mereka. Setelah terdengar beberapa kali ketukan pintu, ternyata yang mengetuknya Petugas Keamanan. Ini juga menjadi perbincangan yang alot di antara mereka. Setelah lama berbincang-bincang, ternyata kedatangan Petugas Keamanan mendatangi kediaman Pak Didi dan Bu Dini hanya ingin menanyakan ada penggarongan atau tidak. Dari penggarongan, perbincangan beralih topik menjadi pengisahan dongeng oleh lima orang tersebut secara bergiliran. Minah hadir, membacakan puisi tentang penggarongan. Ternyata Minah mengenal Petugas Keamanan. Petugas Keamanan pergi dan dialog pun tetap berjalan. Malah, sangat berlebihan hingga akhirnya berakhir drama. Semua marah-marah dan berteriak- teriak pada telinga satu sama lain. 12
  • 13. B. Absurditas dalam Drama Biduanita Botak Sebagaimana telah dijelaskan bahwa absurditas dalam drama bisa terlihat dari unsur-unsur intrinsiknya seperti alur, tokoh dan latar, dan bisa terlihat juga ketika drama itu dipentaskan. Pada makalah ini keabsurdan drama tidak dilihat dari pementasannya, tetapi hanya dari segi teksnya saja. Drama Biduanita Botak dikatakan sebagai drama absurd karena terlihat dari alur ceritanya yang mengekspresikan keadaan atau cerita drama dengan cara yang lepas, bebas, dan acak, itu terlihat dari dialog para tokoh yang tanpa aturan dan tanpa tujuan jelas, semua hal mulai dari hal-hal kecil hingga menimbulkan konflik yang besar. Kebebasan itu menimbulkan rasa bingung dan sulit untuk memahami alur cerita pada pembaca. Lakuan-lakuan tokoh tidak diarahkan melalui silogisme yang logis. Ceritanya tidak berjalan dari A ke B melainkan bergerak dari premis yang tak dapat diketahui untuk menuju konklusi Y. Penulis beranggapan drama ini tidak bermaksud menyampaikan informasi atau menyajikan berbagai persoalan atau takdir tokoh-tokohnya yang ada di luar dunia batin sang penulis, dan drama ini juga tidak berurusan dengan representasi berbagai peristiwa, narasi nasib atau petualangan para tokoh, tapi lebih pada usaha menghadirkan situasi dasar individu. C. Sinopsis Drama Nyonya-Nyonya Seorang Tuan pedagang barang antik sedang berdiri di teras depan rumah seorang Nyonya sambil menggerutu sendiri tentang cuaca, keadaan dirinya, dan tentang perilaku orang-orang terhadap dirinya. Hal yang dilakukan Tuan pedagang barang antik itu menyulut emosi Nyonya pemilik rumah. Nyonya meminta Tuan untuk pergi dari teras rumahnya karena takut keberadaan Tuan akan menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat. Tuan mengelak kekhawatiran Nyonya dengan mengemukakan banyak alasan. Akhirnya, Tuan membeli empat buah marmer tempat dia berdiri agar ia bisa bebas berdiri di sana tanpa didesak-desak untuk pergi oleh Nyonya. Tuan pedagang barang antik terus mengusik ketenangan Nyonya, dari mulai berdiri di teras rumah sampai berani masuk ke dalam rumah dan membeli barang- 13
  • 14. barang milik Nyonya supaya dirinya dapat leluasa berada di dalam rumah Nyonya. Selain ketenangannya diusik oleh Tuan pedagang barang antik, Nyonya juga berkonflik dengan tiga keponakan suaminya, saat ini tengah terbaring sakit di rumah sakit karena penyakit kanker lidah, yang menagih uang hasil penjualan tanah pusaka yang dijual oleh Datuk, suami Nyonya, namun uang hasil penjualannya tidak dibagi-bagikan kepada keponakan-keponakannya. D. Unsur Sosial dalam Drama Nyonya-Nyonya, Kajian Sosiologi Sastra Unsur-unsur sosial membangun suatu kesatuan dan berhubungan antara satu dengan lainnya di dalam kehidupan masyarakat. Apabila terjadi perubahan di salah satu unsur, maka unsur yang lain akan mengalami perubahan juga. Unsur- unsur sosial tersebut di antaranya adalah kelas sosial, agama, dan budaya. Perspektif pengkajiaan sosiologi sastra yang akan diterapkan pada drama Nyonya- Nyonya adalah perspektif teks sastra, yaitu teks dianalisis sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat. Teks akan diklasifikasikan dan dijelaskan makna sosiologisnya. 1. Kelas Sosial Penggambaran unsur sosial dalam drama ini meliputi kelas sosial. Kelas sosial berarti pengelompokan orang berdasarkan sikap, perilaku sosial yang secara umum sama. Misalnya masyarakat kelas menengah ke atas berbeda karakteristik dengan masyarakat menengah ke bawah. Di Minangkabau, kelas sosial dilihat dari tingkatan kekayaan seseorang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: TUAN Benar juga firasat saya. Di mana pun juga di atas dunia ini,rumah mewah selalu tidak ramah pada tamu! Suamiku! Ah, ekor NYONYA Tuan jangan bicara macam-macam di sini. Rumahku yang mewah ini dibuat untuk kepentingan ramah-tamah, tapi untuk kesenanganku dengan suamiku! Ah, ekornya Tuan. Ekornya, kritik Tuan itu sangat menggelisahkan pemilik rumah mewah lainnya. Pergilah, Tuan! Pergi. Aku 14
  • 15. benci dengan orang-orang yang suka mengkritik, apalagi hanya untuk melindungi hanya untuk melindungi kepentingannya sendiri. Kelas sosial tidak lain dilihat dari segi ekonomi. Faktor ekonomi adalah salah satu syarat yang mutlak bagi sebuah bangsa. Maka, setiap daerah dan kebudayaan pun memiliki ekonomi masyarakat yang berbeda-beda. Contohnya dalam drama ini adalah budaya Minangkabau yang memiliki sistem ekonomi masyarakat yang dikenal dengan harta pusaka. Harta pusaka adalah segala kekayaan yang berwujud (materi), diwariskan nantinya kepada anak kemenakan. Harta pusaka di Minangkabau disebut juga sebagai alat pemersatu di dalam keluarga, sampai sekarang harta pusaka masih berfungsi sebagaimana mestinya. Tidak hanya sebagai alat pemersatu terkadang harta pusaka sebagai milik bersama sering pula menimbulkan perselisihan dan sengketa dalam keluarga di Minangkabau. Bentuk perilaku materialistis tokoh Nyonya dalam naskah Nyonya- Nyonya karya Wisran Hadi sangat dipengaruhi oleh kelas sosial dari tokoh tersebut. Tokoh Nyonya termasuk ke dalam kelas sosial menengah ke atas, maka dari itu tentu saja bahwa tokoh Nyonya sangat syarat dengan materi dan keuangan. Perilaku materialistis tokoh Nyonya mengacu kepada dua macam, yaitu: orientasi terhadap uang dan orientasi terhadap harta benda (pusaka). Orientasi terhadap uang jelas terbukti pada tokoh Nyonya yang tidak mampu menjaga nama baiknya, bahkan Nyonya tidak sadar telah menjual harga dirinya. Orientasi terhadap uang dapat dilihat dalam kutipan berikut: TUAN Lima ratus ribu. Terserah Nyonya. Nyonya lebih suka memilih penjara atau dimarahi suami? NYONYA Ibuku tentu akan memaki-makiku. TUAN Terserah Nyonya, kata saya. Masuk penjara dan nama baik Nyonya hancur atau…? (MENYERAHKAN UANG DENGAN PAKSA) 15
  • 16. NYONYA (MENERIMA UANG ITU DENGAN GUGUP) Ya Tuhan. (MENCIUM UANG ITU BEBERAPA KALI) Jadi, tuan tidak mengatakan pada siapa pun juga, bukan? Orientasi terhadap harta benda (pusaka) telah membuktikan tokoh Nyonya bahwa dia berperilaku metirialistis. Dilihat dari beberapa harta benda Nyonya yang dia gadaikan kepada Tuan kerena tergiur akan tawaran-tawaran dari Tuan. Terbukti dari beberapa harta benda yang terjual seperti satu meter persegi tanah pekarangan rumah sampai beberapa isi di dalam rumah Nyonya. Dapat dilhat dalam kutipan berikut: NYONYA Tuan, kenaikan dua puluh lima dari tawarn Tuan memperlambat proses jual beli. Terbukti Tuan bukanlah pedagang yang pintar. TUAN (MENGELUARKAN UANG DARI TASNYA) Ini. Tujuh ratus ribu! NYONYA O, o, Tuan. Apa itu? Uang? Tujuh ratus ribu? TUAN Tidak kurang serupiah pun! (MENYERAHKAN UANG) NYONYA (MENERIMA UANG ITU DENGAN PENUH NAFSU, TAPI PURA- PURA GUGUP) Jadi, tuan membeli sebuah kursi seharga tujuh ratus ribu? Tuan. Tuan. (PURA- PURA MENANGIS) Aku tidak akan menjualnya, Tuan. (MENANGIS) Dampak perilaku materialistis tokoh Nyonya yaitu dampak terhadap dirinya dan dampak terhadap keluarga Nyonya. Dampak terhadap diri Nyonya sendiri merupakan dalam keseharian Nyonya yang dirasakan adalah tidak merdeka hati dan selalu resah ketika menghadapi Tuan dan ketiga keponakannya. 16
  • 17. 2. Budaya Budaya timur muncul di dalam drama ini dengan berbagai norma ketimuran. Norma-norma tersebut di antaranya adalah: a. Ajaran yang baik dan buruk. Dapat dilihat dalam kutipan berikut: TUAN Astaga! Merugikan orang lain, suatu pekerjaan yang paling tercela! Saya belum pernah merugikan orang lain, nyonya. Tidak percaya? Tanya istri saya. b. Sanksi tidak tegas, menyesal, malu. Dapat dilihat dalam kutipan berikut: NYONYA Apa itu? Uang? Apa tuan kira saya mau menjual marmer terasku? TUAN Ingat, nyonya. Kita telah tawar-menawar. Saya telah memenuhi harga yang telah nyonya tetapkan. Nyonya tidak dapat menolak begitu saja. Ini. Terima. NYONYA Tidak bisa. TUAN Jadi, nyonya membatalkan transaksi ini secara sepihak? Nyonya bisa ditintut di pengadilan. Nyonya tahu undang-undang perdagangan bukan? NYONYA Jadi, tuan memperdagangkan undang-undang? TUAN Jangan mengalihkan persoalan nyonya. Kalau nyonya tidak mematuhi undang-undang perdagangan, saya akan pergi ke pengadilan sekarang juga! Nyonya akan saya tuntut telah berbuat seenaknya terhadap konsumen. Nama nyonya akan jatuh. Nyonya akan di penjara! Bahkan, nama suami nyonya sendiri akan dilibatkan. Rumah ini akan disita. Apa nyonya mau resiko begitu? 17
  • 18. NYONYA aku dapat berlindung di bawah lembaga bantuan hukum! TUAN Tentu saja. Tapi sementara bantuan datang, nyonya telah di penjarakan. Potret Nyonya akan terpampang di koran-koran dalam box kriminal! NYONYA Tuan jangan menakut-nakuti. Aku cukup berani dengan gertak sambal laki-laki. TUAN Kalau Nyonya tidak percaya, sekarang juga akan saya buktikan! Biar hari telah larut malam begini, biar malariaku kambuh lagi, tidak jadi soal bagi saya. Saya akan berlari-lari ke pengadilan! Baru nyonya tahu rasa! NYONYA Tuan akan benar-benar mengadukan ke pengadilan? TUAN Tidak pandang bulu Nyonya! NYONYA Ekornya, tuan. Ekornya! TUAN Tidak pandang ekor nyonya! c. Contoh berlaku jujur, menghargai orang lain. Dapat dilihat dalam kutipan berikut: NYONYA Rumah ini masih punya pemilik, Tuan. Jangan seenaknya tuan di sini. TUAN Oh, tentu. Pemilik rumah ini, nyonya bukan? NYONYA Kalau tuan tahu rumah ini punya pemilik, mestinya tuan minta izin lebih dulu, tahu! Mentang-mentang aku menyediakan kursi tamu, lalu tuan anggap kursi itu bisa diduduki dengan gampang tanpa prosedur. TUAN Kalau begitu izinkan saya duduk, nyonya. (berdiri dan duduk kembali) 18
  • 19. Unsur budaya yang terdapat dalam drama lakon Nyonya-Nyonya adalah budaya dengan nilai-nilai ketimuran. Kepatuhan seorang istri dalam menjaga nama baiknya dan suaminya adalah budaya Indonesia atau ketimuran. Telah berlangsung sejak zaman kerajaan hingga saat ini mengenai tingkah laku seorang istri. Terdapat hal yang menarik ketika memaca drama ini. Terdapat hal-hal terkait dengan persoalan budaya negatif. Setiap babak memperlihatkan keinginan kuat dari Nyonya untuk menjaga nama baiknya sebagai seorang istri agar jangan sampai ada laki-laki yang masuk ke dalam rumah. Terkait dengan nilai ketimuran, seorang istri terlohat dari dialog-dialognya denga Tuan. 3. Agama Selanjutnya aspek sosial tentang faktor agama. Eksistensi agama tetap diakui, manakala para pemeluknya, apapun agamanya, masing-masing memiliki peran dan kontribusi yang nyata di tengah-tengah masyarakat, dengan berbagai struktur sosial yang ada. Sehingga agama, mampu memberikan arti dalam kehidupan dan makna manusia seutuhnya, atau dalam istilah L. Berger suatu keharusan fungsional (Functional Imperative) dalam struktur sosialnya. Faktor agama dalam drama ini mengenai kewajiban seorang istri dalam menjaga nama baik suami dan menjaga dirinya sendiri. Seorang istri harus mendapat izin dari suaminya dalam melakukan kegiatan. Bila suami bepergian, baik jauh maupun dekat, maka istri harus dapat menjaga diri supaya tidak menimbulkan fitnah , seperti menerima tamu yang bukan muhrimnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: NYONYA Kejam atau tidak, yang penting aku harus menjaga nama baikku. Coba tuan pikir. Suamiku sedang ada di rumah sakit. Bila serang istri sendirian lalu didatangi lelaki tuan tentutau ekornya bukan? Mengenai kewajiban suami-istri dalam kompilasi hukum Islam dijelaskan: Bagian kesatu Umum Pasal 77 ayat 4 19
  • 20. Suami istri wajib memelihara kehormatan 4. Politik Aspek yang terakhir adalah politik. Dalam aspek ini meninjau bagaimana politik tergambar dari alur cerita drama. Secara tersirat rupakan ada beberapa dialog yang merupakan bentuk sindiran pada kehidupan politik pada masa itu, tepatnya pada tahun 2000-an tepat ketika naskah drama ini dibuat. Dalam drama ada dialog yang menyinggung tentang perebutan kursi yang diujarkan oleh tokoh Tuan kepada Istri, sebagai berikut. TUAN Siasat, kataku. Siasat. Siasat dagang, saying. Kalau kita tidak punya kursi lagi di rumah. Semua anak-anak kita akan aman. Mereka tidak akan berkelahi memperebutkan kursi. Betapa ributnya rumah kita setiap hari. Kita mau tidur, mereka berebutan kursi. Dan celakanya, kursi itu mereka jadikan mobil-mobilan, kereta api=kereta apian, kapak-kapalan, rumah-rumahan. Erus terang, aku tidak suka anak-anak kita mempergunaka kursi untuk mendapatkan mobil, rumah, kapal dan sebagainya itu! ISTRI Kalau mereka masih anak-anak, tidak apa. TUAN Kalau kita biarkan, mereka akan rebutan kursi sampai tua! ISTRI Teorimu baik sekali. Tapi, apa kau tahu yang terjadi siang tadi? Dari potongan drama tersebut dapat terlihat sebuah sindiran kepada pemerintah atau pada politisi yang pekerjaannya hanya memperebutkan kursi pemerintahan dan menjadikan kedudukan itu sebagai alat untuk mencari harta dan kekuasaan semata. Kritik ini sangan cocok dengan kondisi pada masa itu, yang mana sedang terjadinya gejolak perebutan kursi yang ditandai dengan munculnya partai-partai politik baru yang mengusung calon dewan masing-masing. Dalam drama juga terdapat aktivitas jual beli kursi yang diartikan sebagai gambaran adanya politik uang. Jual beli suara untuk mendapatkan kekuasaan sudah terjadi pada masa itu dan itu yang dimungkinkan menjadi objek kritikan penulis drama. 20
  • 21. BAB III PENUTUP A. Simpulan Dari rangkaian pembahasan yang telah disampaikan dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Drama adalah drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. 2. Drama absurd adalah drama yang memiliki ketidakteraturan dalam hal alur cerita, tokoh, dan hal lainnya. 3. Drama Biduanita Botak termasuk jenis drama absurd, karena memiliki beberapa unsur yang tidak teratur dalam segi penceritaan sehingga sulit untuk dipahami. 4. Sosiologi sastra sebagai salah satu model pengkajian drama adalah sebuah model pengkajian yang memandang sastra dari segi sosial, berupa kelas sosial, budaya, agama, dan politik. 5. Aspek sosial dalam drama Nyonya-nyonya dapat dilihat dari unsur kelas sosial, budaya, agama, dan politik. B. Saran Pembaca, sebagai peminat karya sastra hendaknya juga dapat melakukan pengkajian karya sastra supaya dapat lebih memahami unsur- unsur karya sastra secara lebih mendalam serta mendapatkan rangkaian hikmah yang ada, dan untuk mengetahui lebih dekat macam-macam teori pengkajian sastra agar dapat menambah wawasan pembaca 21