SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  13
BAB I

                                        PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG

       Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak
Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis. Anak autis juga merupakan pribadi individu
yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara akademik.
Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis
tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian
tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya.

       Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat
nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat
mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia
belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita kengetahui
anak autis tersebut.

B. BATASAN MASALAH

   Dalam penulisan makalah ini penulis akan membatasi masalahnya yaitu :

   1. Pengertian autis
   2. Karakteristik / ciri-ciri autis
   3. Penyebab autis
   4. Gejala-gejala anak autis
   5. Macam-macam terapi penunjang bagi anak autis
   6. Bentuk layanan pendidikan anak autis
   7. Klasifikasi anak autis




                                                                                           1
C. RUMUSAN MASALAH
          Dari batasan masalah yang telah dibuat maka perumusan masalah makalah ini, antara
  lain:
          1. Apa yang dimaksud dengan anak Autis?
          2. Apa klasifikasi / ciri-ciri yang menandakan anak teridentifikasi autis?
          3. Apa yang menyebabkan anak menjadi autis?
          4. Apa gejala-gejala yang menandakan anak teridentifikasi autis?
          5. Apa sajakah macam-macam terapi penunjang bagi anak autis?
          6. Bagaimanakah bentuk layanan pendidikan bagi anak autis?
          7. Siapa sajakah yang dikatakan anak autis?


D. TUJUAN
           Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
  bagaimana anak luar biasa, terutama anak autis. Yang mana ingin mengetahui:
           1. Pengertian autis
           2. Karakteristik / ciri-ciri autis
           3. Penyebab autisme
           4. Gejala-gejala anak autis
           5. Macam-macam terapi penunjang bagi anak autis
           6. Bentuk layanan pendidikan anak autisme
           7. Klasifikasi anak autis




                                                                                         2
BAB II
                                       PEMBAHASAN




A. PENGERTIAN AUTIS
          Pengertian autis telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara harfiah
   autisme berasal dari kata autos =diri dan isme= paham/aliran. Autisme dari kata auto
   (sendiri), Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan
   perkembangan dalam dunianya sendiri.
          Seperti kita ketahui banyak istilah yang muncul mengenai gangguan
   perkembangan :
 Autism = autisme yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada
   anak (Leo Kanner & Asperger, 1943).
 Autist = autis : Anak yang mengalami ganguan autisme.
 Autistic child = anak autistik : Keadaan anak yang mengalami gangguan autisme.
 Autistic disorder = gangguan autistic= anak-anak yang mengalami gangguan
   perkembangan dalam criteria DSM-IV ( Diagnostic and Statictical Manual-IV).
          Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan suatu jenis gangguan
   perkembangan pada anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri.
   Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan
   personal atau diri sendiri (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan
   sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
          American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak
   yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
   keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman
   Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000)
   Anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social;
   Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain;
   Gangguan sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Penampakan gejala
   dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun)
   (Power, 1983). Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36
   bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
   Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
   balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi

                                                                                       3
yang normal. Hal ini mngekibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masih
  dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Jadi anak
  autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat
  kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang
  komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya.
         Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami
  gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria
  DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus
  sejak dini.
         Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami
  gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
  perilaku      sesuai   dengan   kriteria   DSM-IV   sehingga   anak   ini   memerlukan
  penanganan/terapi secara klinis.
         Ditinjau dari segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
  perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial,
  perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.
         Ditinjau dari segi sosial : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
  perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga
  anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan
  lingkungannya.
         Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak
  yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku,
  komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.


B. KARAKTERISTIK / CIRI-CIRI AUTIS
  Anak autis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
  1. Komunikasi:
       Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
       Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian
          sirna,
       Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
       Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti
          orang lain
       Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

                                                                                        4
 Senang meniru atau membeo (echolalia)
    Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa
       mengerti artinya
    Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang
       verbal) sampai usia dewasa
    Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan,
       misalnya bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi sosial:
    Penyandang autistik lebih suka menyendiri
    Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
    Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
    Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris:
    sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
    bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
    senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
    tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
    Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
    Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
    tidak kreatif, tidak imajinatif
    tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di
       putar-putar
    senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda, dll.
    dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
       kemana-mana
5. Perilaku:
    Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
    Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan
       tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV,
       lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
    Tidak suka pada perubahan
    Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong


                                                                                      5
6. Emosi:
      sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
      temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan
         keinginannya
      kadang suka menyerang dan merusak
      Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
      tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain



C. PENYEBAB AUTIS
     Terjadinya kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus rubella, toxoplasma,
    herpes, jamur, pendarahan, keracunan makanan.
    Faktor genetik (ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada sistem limbic.
    Faktor sensory interpretation errors
       Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal
  timbulnya gangguan autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di mungkinkan
  dapat menjadi penyebab timbulnya autisme. berikut:
  1. Menurut Teori Psikososial
     Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat
     hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga
     dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan
     dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.
  2. Teori Biologis
        Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi
       dibanding populasi keluarga normal.
        Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat-
       obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
        Neuro anatomi yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam
       kandugan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan,
       atau infeksi.
       Struktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel Purkinje
       yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan
       serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dapomin
       atau opioid dalam darah.

                                                                                        6
3. Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu
     bara, dlsb.
  4. Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60 %
     anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan
     timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan
     penglihatan


  Perbedaan antara gangguan perkembangan satu dengan yang lain :
  1. gangguan autis untuk kasus yang berat dan memenuhi kriteria DSM IV atau ICD-10
  2. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder not Otherwise Specified) untuk kasus
     yang tidak menunjukkan kriteria lengkap DSM-IV untuk gangguan autis namun
     gangguan interaksi dan komunikasi merupakan ganggun primer. Bila menggunakan
     istilah autisme atipik dijelaskan istilah tersebut berasal dari klasifikasi ICD-10 yang
     mempunyai arti sama dengan PDD-NOS
  3. MSDD       (Multisystem       Developmental    Disorder)   untuk   kasus-kasus    yang
     menunjukkan bahwa gangguan interaksi sosial dan komunikasi bukan hal primer,
     namun diduga merupakan hal sekunder akibat gangguan pemprosesan sensoris dan
     perencanaan gerak motoris.Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi
     penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme.


D. GEJALA-GEJALA ANAK AUTIS
  Gejala anak autis antara lain:
  1. Interaksi sosial
        Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
        Lebih suka menyendiri
        Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
        Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan
  2. Komunikasi
        Perkembangan bahasa lambat
        Senang meniru atau membeo
        Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
        Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
        Mengoceh tanpa arti berulang-ulang

                                                                                          7
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
  3. Pola Bermain
        Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
        Senang akan benda-benda yang berputar
        Tidak bermain sesuai fungsi mainan
        Tidak kreatif, tidak imajinatif
        Dapat sangat lekat dengan benda tertentu
  4. Gangguan Sensoris
        Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
        Sering menggunakan indera pencium dan perasanya
        Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
        Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
  5. Perkembangan Terlambat
         Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi
        Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun
      bahkan sirna
  6. Gejala Muncul
        Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil
        Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurang


E. MACAM-MACAM TERAPI PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS
  Anak autisme dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak
  antara lain:
  1. Terapi Wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik.
  2. Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak.
  3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
  4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak
      melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
  5. Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan
      autisme.
  6. Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak
      autis (pendengaran, penglihatan, perabaan)


                                                                                         8
7. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih
    sempurna
 8. Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar
    terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek
    casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb)
 9. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan
    pada diri anak melalui aktifitas di air.
 10. Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan
    konsentrasi.



F. BENTUK LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISME

       Pendidikan untuk anak autistik usia sekolah bisa dilakukan di berbagai
 penempatan. Berbagai model antara lain:
 1. Kelas transisi
    Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi memerlukan layanan
    khusus termasuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas
    transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak
    dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan
    pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai
    kebutuhan anak.
 2. Program Pendidikan Inklusi
    Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan
    bagi anak autistik. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi
    persyaratan antara lain:
       Guru terkait telah siap menerima anak autistik
       Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
       Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
       Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.
 3. Program Pendidikan Terpadu
    Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu
    tertentu, anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain




                                                                                        9
yang diperlukan. Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau
   sepanjang hari tergantung kemampuan anak.
4. Sekolah Khusus Autis
   Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak
   memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini
   sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka.
   Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat,
   dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.
5. Program Sekolah di Rumah
   Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti
   pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non
   verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya
   dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan
   mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan
   masyarakat.
6. Panti Rehabilitasi Autis.
   Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat
   mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi
   lebih terfokus pada pengembangan:
      Pengenalan diri
      Sensori motor dan persepsi
      Motorik kasar dan halus
      Kemampuan berbahasa dan komunikasi
      Bina diri, kemampuan sosial
      Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.
      Dari beberapa model layanan pendidikan di atas yang sudah eksis di lapangan
adalah Kelas transisi, sekolah khusus autistik dan panti rehabilitasi.




                                                                                      10
G. KLASIFIKASI ANAK AUTISME

           Menurut Yatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antara
  lain :

           1.       Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah
                    timbul sebelum lahir. Ketidakmapuan anak berbahasa termasuk pada
                    penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga
                    ketidakmampuan anak bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak
                    bersikap masa bodoh.
           2.       Autisme Reaksi : terjadi karena beberapa permasalahan yang
                    menimbulkan kecemasan seperti orangtua meninggal, sakit berat, pindah
                    rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memumculkan
                    gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang kadang-kadang disertai kejang-
                    kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar 6-7 tahun sebelum anak
                    memasuki tahapan berpikir logis.
           3.       Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar,
                    dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal
                    akan mempersulit dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan
                    pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat.




                                                                                        11
BAB III

                                         PENUTUP



A. KESIMPULAN

       Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang
bersifat pervasive yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan
gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.

       Layanan pendidikan bagi anak autis bagitu beragam antara lain; kelas transisi,
program pendidikan inklusi, program pendidikan terpadu, program sekolah di rumah, panti
rehabilitasi autis. Bentuk layanan ini rasanya begitu cocok diterapkan bagi anak autis tersebut
agar ia kelak lebih mandiri dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.



B. SARAN

       Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih peduli
kepada anak-anak barkebutuhan khusus terutama bagi anak autis. Sebagai manyarakat secara
umum kita harus bisa menerima anak-anak tersebut.

       Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan
pendidikan bagai anak-anak autis.




                                                                                            12
DAFTAR PUSTAKA




Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa Suara

Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan
       Pendidikan Khusus, Jakarta: Dikti

Soetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Sutadi Rudi, Bawazir L.A. Tanjung Nia, Adeline Rina (2003) Penatalaksanaan Holistik
       autisme. Jakarta Pusat Informasii dan Penerbitan Bagian Ilmu penyakit Dalam.
       Jakarta: FK UI

Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas

www.ditplb.or.id

http://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-tentang-autisme.html




                                                                                 13

Contenu connexe

Tendances

STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)Nur Arifaizal Basri
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaOva Opayanti
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniMichelle Rumawir
 
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
 
makalah observasi sekolah
makalah observasi sekolahmakalah observasi sekolah
makalah observasi sekolahHildadp
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Ali Murfi
 
Kelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitasKelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitaswiddietyas
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasialvinnoor
 
Intelegensi dan Kreativitas
Intelegensi dan KreativitasIntelegensi dan Kreativitas
Intelegensi dan Kreativitaspjj_kemenkes
 
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatModel dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatMichaelLee1007
 
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bkUpaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bkNur Arifaizal Basri
 
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1Ir. Zakaria, M.M
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSIlma Urrutyana
 
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifContoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifStevany Sinaga
 

Tendances (20)

STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
MASA KANAK-KANAK AWAL
MASA KANAK-KANAK AWALMASA KANAK-KANAK AWAL
MASA KANAK-KANAK AWAL
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
 
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
 
makalah observasi sekolah
makalah observasi sekolahmakalah observasi sekolah
makalah observasi sekolah
 
Konsep diri
Konsep  diriKonsep  diri
Konsep diri
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
 
Ciri ciri masa bayi
Ciri ciri masa bayiCiri ciri masa bayi
Ciri ciri masa bayi
 
Tahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlbergTahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlberg
 
Kelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitasKelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitas
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
 
Intelegensi dan Kreativitas
Intelegensi dan KreativitasIntelegensi dan Kreativitas
Intelegensi dan Kreativitas
 
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatModel dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
 
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bkUpaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bk
 
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan 1
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
 
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifContoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
 
Contoh Review Jurnal
Contoh Review JurnalContoh Review Jurnal
Contoh Review Jurnal
 

En vedette

Perkembangan kognitif pada penderita autis
Perkembangan kognitif pada penderita autisPerkembangan kognitif pada penderita autis
Perkembangan kognitif pada penderita autisSiti Nur Khotimah
 
Pengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autis
Pengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autisPengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autis
Pengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autisTiya Widiyanti
 
Hasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguHasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguArina Latifah
 
Laporan observasi slb
Laporan observasi slbLaporan observasi slb
Laporan observasi slbiwan Alit
 
Rett Disorder Syndrome
Rett Disorder SyndromeRett Disorder Syndrome
Rett Disorder SyndromeErYz Johaizal
 
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatigahambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN SalatigaALphind's Adaadaaja
 
Unsur jasmani n rohani
Unsur jasmani n rohaniUnsur jasmani n rohani
Unsur jasmani n rohanishimahelmi
 
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahPendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahHon Shan Shan
 

En vedette (12)

Perkembangan kognitif pada penderita autis
Perkembangan kognitif pada penderita autisPerkembangan kognitif pada penderita autis
Perkembangan kognitif pada penderita autis
 
Pengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autis
Pengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autisPengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autis
Pengembangan interaksi sosial dan komunikasi anak autis
 
Hasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguHasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak Tunarungu
 
Artikel autisme arif
Artikel autisme arifArtikel autisme arif
Artikel autisme arif
 
Deteksi autis gambar
Deteksi autis gambarDeteksi autis gambar
Deteksi autis gambar
 
Laporan observasi slb
Laporan observasi slbLaporan observasi slb
Laporan observasi slb
 
Rett Disorder Syndrome
Rett Disorder SyndromeRett Disorder Syndrome
Rett Disorder Syndrome
 
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatigahambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
 
makalah NPWP
makalah NPWPmakalah NPWP
makalah NPWP
 
Adhd
AdhdAdhd
Adhd
 
Unsur jasmani n rohani
Unsur jasmani n rohaniUnsur jasmani n rohani
Unsur jasmani n rohani
 
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahPendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
 

Similaire à Makalah autis (20)

Autis
AutisAutis
Autis
 
Autis
AutisAutis
Autis
 
Mengenal Autisme
Mengenal AutismeMengenal Autisme
Mengenal Autisme
 
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI
KANAK-KANAK AUTISME DAN KECELARUAN TINGKAH LAKU DAN EMOSI
 
BAHASA KANAK-KANAK AUTISME
BAHASA KANAK-KANAK AUTISMEBAHASA KANAK-KANAK AUTISME
BAHASA KANAK-KANAK AUTISME
 
Autisme
AutismeAutisme
Autisme
 
AUTISME (2).pdf
AUTISME (2).pdfAUTISME (2).pdf
AUTISME (2).pdf
 
Kbk 3073
Kbk 3073Kbk 3073
Kbk 3073
 
Makalah permasalahan anak rasna
Makalah permasalahan anak rasnaMakalah permasalahan anak rasna
Makalah permasalahan anak rasna
 
Autisme
AutismeAutisme
Autisme
 
Autisme
AutismeAutisme
Autisme
 
Pp autis
Pp autisPp autis
Pp autis
 
Makalah permasalahan anak pgaud
Makalah permasalahan anak pgaudMakalah permasalahan anak pgaud
Makalah permasalahan anak pgaud
 
Autisme
AutismeAutisme
Autisme
 
Makalah permasalahan anak pgaud
Makalah permasalahan anak pgaudMakalah permasalahan anak pgaud
Makalah permasalahan anak pgaud
 
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)
Kebijakan pemerintah-tt-autis-(baru)
 
Orped anak autis
Orped anak autisOrped anak autis
Orped anak autis
 
Orped anak autis
Orped anak autisOrped anak autis
Orped anak autis
 
Bahasa kanakkanak-autisme
Bahasa kanakkanak-autismeBahasa kanakkanak-autisme
Bahasa kanakkanak-autisme
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 

Makalah autis

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis. Anak autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita kengetahui anak autis tersebut. B. BATASAN MASALAH Dalam penulisan makalah ini penulis akan membatasi masalahnya yaitu : 1. Pengertian autis 2. Karakteristik / ciri-ciri autis 3. Penyebab autis 4. Gejala-gejala anak autis 5. Macam-macam terapi penunjang bagi anak autis 6. Bentuk layanan pendidikan anak autis 7. Klasifikasi anak autis 1
  • 2. C. RUMUSAN MASALAH Dari batasan masalah yang telah dibuat maka perumusan masalah makalah ini, antara lain: 1. Apa yang dimaksud dengan anak Autis? 2. Apa klasifikasi / ciri-ciri yang menandakan anak teridentifikasi autis? 3. Apa yang menyebabkan anak menjadi autis? 4. Apa gejala-gejala yang menandakan anak teridentifikasi autis? 5. Apa sajakah macam-macam terapi penunjang bagi anak autis? 6. Bagaimanakah bentuk layanan pendidikan bagi anak autis? 7. Siapa sajakah yang dikatakan anak autis? D. TUJUAN Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam bagaimana anak luar biasa, terutama anak autis. Yang mana ingin mengetahui: 1. Pengertian autis 2. Karakteristik / ciri-ciri autis 3. Penyebab autisme 4. Gejala-gejala anak autis 5. Macam-macam terapi penunjang bagi anak autis 6. Bentuk layanan pendidikan anak autisme 7. Klasifikasi anak autis 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN AUTIS Pengertian autis telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara harfiah autisme berasal dari kata autos =diri dan isme= paham/aliran. Autisme dari kata auto (sendiri), Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri. Seperti kita ketahui banyak istilah yang muncul mengenai gangguan perkembangan :  Autism = autisme yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak (Leo Kanner & Asperger, 1943).  Autist = autis : Anak yang mengalami ganguan autisme.  Autistic child = anak autistik : Keadaan anak yang mengalami gangguan autisme.  Autistic disorder = gangguan autistic= anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan dalam criteria DSM-IV ( Diagnostic and Statictical Manual-IV). Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri. American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000) Anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social; Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain; Gangguan sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Penampakan gejala dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun) (Power, 1983). Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36 bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III) Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi 3
  • 4. yang normal. Hal ini mngekibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masih dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya. Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini. Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis. Ditinjau dari segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis. Ditinjau dari segi sosial : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri. B. KARAKTERISTIK / CIRI-CIRI AUTIS Anak autis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang: 1. Komunikasi:  Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.  Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,  Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.  Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain  Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi 4
  • 5.  Senang meniru atau membeo (echolalia)  Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya  Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa  Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu 2. Interaksi sosial:  Penyandang autistik lebih suka menyendiri  Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan  Tidak tertarik untuk bermain bersama teman  Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh 3. Gangguan sensoris:  sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk  bila mendengar suara keras langsung menutup telinga  senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda  tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut 4. Pola bermain:  Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,  Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,  tidak kreatif, tidak imajinatif  tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar  senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda, dll.  dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana 5. Perilaku:  Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)  Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang  Tidak suka pada perubahan  Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong 5
  • 6. 6. Emosi:  sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan  temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya  kadang suka menyerang dan merusak  Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri  tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain C. PENYEBAB AUTIS Terjadinya kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus rubella, toxoplasma, herpes, jamur, pendarahan, keracunan makanan. Faktor genetik (ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada sistem limbic. Faktor sensory interpretation errors Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di mungkinkan dapat menjadi penyebab timbulnya autisme. berikut: 1. Menurut Teori Psikososial Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik. 2. Teori Biologis Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding populasi keluarga normal. Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat- obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia. Neuro anatomi yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi. Struktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah. 6
  • 7. 3. Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara, dlsb. 4. Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan. Menurut data yang ada 60 % anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik karena adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatan Perbedaan antara gangguan perkembangan satu dengan yang lain : 1. gangguan autis untuk kasus yang berat dan memenuhi kriteria DSM IV atau ICD-10 2. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder not Otherwise Specified) untuk kasus yang tidak menunjukkan kriteria lengkap DSM-IV untuk gangguan autis namun gangguan interaksi dan komunikasi merupakan ganggun primer. Bila menggunakan istilah autisme atipik dijelaskan istilah tersebut berasal dari klasifikasi ICD-10 yang mempunyai arti sama dengan PDD-NOS 3. MSDD (Multisystem Developmental Disorder) untuk kasus-kasus yang menunjukkan bahwa gangguan interaksi sosial dan komunikasi bukan hal primer, namun diduga merupakan hal sekunder akibat gangguan pemprosesan sensoris dan perencanaan gerak motoris.Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme. D. GEJALA-GEJALA ANAK AUTIS Gejala anak autis antara lain: 1. Interaksi sosial Tidak tertarik untuk bermain bersama teman Lebih suka menyendiri Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan 2. Komunikasi Perkembangan bahasa lambat Senang meniru atau membeo Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya Mengoceh tanpa arti berulang-ulang 7
  • 8. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi 3. Pola Bermain Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya Senang akan benda-benda yang berputar Tidak bermain sesuai fungsi mainan Tidak kreatif, tidak imajinatif Dapat sangat lekat dengan benda tertentu 4. Gangguan Sensoris Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga Sering menggunakan indera pencium dan perasanya Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut 5. Perkembangan Terlambat Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan sirna 6. Gejala Muncul Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurang E. MACAM-MACAM TERAPI PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS Anak autisme dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain: 1. Terapi Wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik. 2. Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak. 3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain. 4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang. 5. Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan autisme. 6. Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra anak autis (pendengaran, penglihatan, perabaan) 8
  • 9. 7. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna 8. Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb) 9. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak melalui aktifitas di air. 10. Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi. F. BENTUK LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISME Pendidikan untuk anak autistik usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model antara lain: 1. Kelas transisi Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai kebutuhan anak. 2. Program Pendidikan Inklusi Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain: Guru terkait telah siap menerima anak autistik Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping. Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik. 3. Program Pendidikan Terpadu Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu tertentu, anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain 9
  • 10. yang diperlukan. Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung kemampuan anak. 4. Sekolah Khusus Autis Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka. 5. Program Sekolah di Rumah Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat. 6. Panti Rehabilitasi Autis. Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan: Pengenalan diri Sensori motor dan persepsi Motorik kasar dan halus Kemampuan berbahasa dan komunikasi Bina diri, kemampuan sosial Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya. Dari beberapa model layanan pendidikan di atas yang sudah eksis di lapangan adalah Kelas transisi, sekolah khusus autistik dan panti rehabilitasi. 10
  • 11. G. KLASIFIKASI ANAK AUTISME Menurut Yatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antara lain : 1. Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Ketidakmapuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh. 2. Autisme Reaksi : terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti orangtua meninggal, sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memumculkan gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang kadang-kadang disertai kejang- kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar 6-7 tahun sebelum anak memasuki tahapan berpikir logis. 3. Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal akan mempersulit dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat. 11
  • 12. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri. Layanan pendidikan bagi anak autis bagitu beragam antara lain; kelas transisi, program pendidikan inklusi, program pendidikan terpadu, program sekolah di rumah, panti rehabilitasi autis. Bentuk layanan ini rasanya begitu cocok diterapkan bagi anak autis tersebut agar ia kelak lebih mandiri dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. B. SARAN Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih peduli kepada anak-anak barkebutuhan khusus terutama bagi anak autis. Sebagai manyarakat secara umum kita harus bisa menerima anak-anak tersebut. Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan pendidikan bagai anak-anak autis. 12
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa Suara Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan Pendidikan Khusus, Jakarta: Dikti Soetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana. Sutadi Rudi, Bawazir L.A. Tanjung Nia, Adeline Rina (2003) Penatalaksanaan Holistik autisme. Jakarta Pusat Informasii dan Penerbitan Bagian Ilmu penyakit Dalam. Jakarta: FK UI Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas www.ditplb.or.id http://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-tentang-autisme.html 13