Kebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannya
1. KEBUTUHAN SUBJEK DIDIK DAN PROSES
PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PEMENUHANNYA
A. Pentingnya Kebutuhan bagi Perilaku Manusia
Salah satu aspek psikologi yang berperan penting dalam menggerakkan
manusia untuk berbuat sesuatu adalah “motivasi”. Konsep lain yang sering
disejajarkan dengan motivasi itu adalah yang dikenal dengan “drive” (dorongan)
dan “desire” (keinginan). Namun, sejauh perkembangan pengkajian mengenai
tingkah laku manusia adalah motivasi. Teori motivasi yang amat terkenal itu
dibangun dan dikembangkan oleh seorang yang bernama Abraham H. Maslow.
Sedemikian masyhurnya teori ini, Goble (1987) bahkan sampai pada suatu
kesimpulan bahwa teori Maslow tentang motivasi manusia itu dapat diterapkan
pada hampir seluruh aspek kehidupan pribadi serta kehidupan sosial.
Satu konsep fundamental yang khas dari pendirian teori motivasi yang
dikemukakan oleh Maslow adalah bahwa manusia dimotivasikan oleh sejumlah
“kebutuhan” dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan
berasal dari sumber genetis atau naluriah (Goble, 1987). Kebutuhan-kebutuhan itu
tidak semata-mata bersifat fisiologis, melainkan juga bersifat psikologis.
Kebutuhan-kebutuhan itu sesungguhnya merupakan inti kodrat manusia, hanya
saja mereka itu lemah serta mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses
belajar, kebiasaan atau tradisi yang keliru. Menurut Maslow, kebutuhankebutuhan itu merupakan aspek-aspek intrinsik kodrat manusia yang tidak
dimatikan oleh kebudayaan, hanya saja tidak jarang ditindas oleh kebudayaan.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan itu dapat dengan mudah
diabaikan atau ditekan, tidak bersifat jahat melainkan netral atau justru baik.
Menurut Maslow, suatu sifat dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar
jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ketidak-hadirannya atau ketidak-adanya menimbulkan penyakit.
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
1
2. 2. Kehadirannya mencegah timbulnya penyakit.
3. Pemulihannya menyembuhkan penyakit.
4. Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan orang bebas memilih,
orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu
dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya.
5. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah, dan secara fungsional tidak terdapat pada
orang yang tidak sehat.
B. Teori Kebutuhan Hidup
Meskipun ada beberapa teori kebutuhan individu, namun yang paling
dikenal luas adalah teori kebutuhan Abraham H. Maslow. Dalam konteks ini,
Maslow mengemukakan hirarki kebutuhan dari yang paling dasar sampai yang
paling tinggi, yaitu sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang
4. Kebutuhan penghargaan
5. Kebutuhan rasa ingin tahu
6. Kebutuhan estetik
7. Kebutuhan pertumbuhan
8. Kebutuhan aktualisasi diri
Penjabaran masing-masing kebutuhan itu dapat dijelaskan dan diskusikan
berikut ini.
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini merupakan kebutuhan yang paling dasar, paling kuat, dan paling jelas
dari sekian banyak kebutuhan manusia karena merupakan kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan,
minuman, sandang, tempat tinggal, seks, tidur, dan oksigen. Seseorang yang
mengalami kekurangan makanan, maka pertama-tama yang akan dilakukan adalah
memburu makanan terlebih dahulu. Kebutuhan-kebutuhan yang lain akan ditekan
lebih dahulu dan akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan fisiologisnya. Bagi
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
2
3. orang yang dalam keadaan lapar berat dan membahayakan dirinya, maka minat
utamanya adalah makanan untuk menghilangkan rasa laparnya itu. Bahkan
Maslow mengatakan “Ia bermimpi tentang makanan, emosinya tergerak oleh
makanan dan tertuju kepada makanan, pikirannya tertuju kepada makanan,
keinginannya juga tertuju kepada makanan”.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Di atas kebutuhan fisiologis atau dapat dikatakan sebagai kebutuhan yang
lebih tinggi dari kebutuhan fisilogis adalah kebutuhan akan rasa aman. Segera
setelah kebutuhan fisiologisnya terpenuhi, maka akan muncul pada diri seseorang
akan kebutuhan rasa aman itu. Menurut Goble (1987), dalam penelitiannya
mendapati bahwa para psikolog dan pendidik menemukan bahwa anak-anak
membutuhkan dunia yang jelas dan dapat diramalkan. Seorang anak menyukai
konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika kejelasan, dapat
diramalkan, dan konsistensi itu tidak ditemukan dalam dunianya, maka akan
menyebabkan kecemasan dan merasa tidak aman. Kebebasan yang ada batasnya
lebih disukai daripada kebebasan yang tanpa batas atau serba dibiarkan sama
sekali. Menurut Maslow, kebebasan yang ada batasnya semacam itu
sesungguhnya sangat diperlukan bagi perkembangan anak ke arah penyesuaian
diri yang lebih baik.
Orang dewasa yang senantiasa merasa dirinya tidak aman akan cenderung
neurotik dan bertingkah laku seperti anak yang tidak aman. Orang semacam itu,
kata Maslow, akan cenderung bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan
terancam bencana besar. Seseorang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan
yang berlebihan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras
menghindari segala sesuatu yang dipandang asing bagi dirinya dan yang tidak
diharapkan oleh dirinya. Apakah orang yang sehat atau merasa aman tidak
memerlukan keteraturan dan stabilitas, tetapi tidak berlebihan sebagaimana orang
yang neurotik atau orang yang merasa dirinya tidak aman.
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
3
4. 3. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang
Bagi Maslow, cinta dan kasih sayang merupakan sesuatu yang hakiki dan
sangat berharga dalam kehidupan manusia karena di dalamnya menyangkut suatu
hubungan erat, sehat, dan penuh kasih antara dua orang atau lebih, serta
menumbuhkan sikap saling percaya. Carl Rogers merumuskan cinta dan kasih
sayang sebagai “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan
sepenuh hati”. Dalam hubungan antarmanusia yang dilandasi rasa kasih sayang
dan rasa memiliki akan menumbuhkan hubungan yang sejati. Dalam hubungan
yang sejati tidak akan ada rasa takut, tidak aman, atau cemas yang seringkali
menjadi penyebab rusaknya hubungan manusia satu sama lain. Maslow bahkan
menemukan bahwa tanpa cinta dan kasih sayang, pertumbuhan dan perkembangan
individu akan terhambat. Para ahli psikopatologi mengatakan bahwa terhalangnya
pemuasan kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang merupakan penyebab
utama terjadinya salah satu (maladjustment). Jadi, kebutuhan akan rasa cinta dan
kasih sayang serta rasa memiliki dan dimiliki ini merupakan kebutuhan yang
sangat diperlukan sejak masih bayi sampai tua.
4. Kebutuhan Penghargaan
Ada dua kategori tentang kebutuhan akan penghargaan pada manusia,
yaitu:
a. Kebutuhan akan harga diri
b. Kebutuhan akan penghargaan dari orang lain.
Kebutuhan akan harga diri meliputi:
1) Kepercayaan diri
2) Kompetensi
3) Penguasaan
4) Kecukupan
5) Prestasi
6) Ketidak-tergantungan
7) Kebebasan.
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
4
5. Kebutuhan akan penghargaan dari orang lain meliputi:
1) Prestise
2) Pengakuan
3) Penerimaan
4) Perhatian
5) Kedudukan
6) Nama baik
Kebutuhan akan harga diri dan penghargaan dari orang lain juga tidak
kalah pentingnya dari kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seseorang yang memiliki
cukup harga diri akan lebih percaya diri, merasa lebih mampu, dan lebih
produktif. Sebaliknya, orang yang tidak cukup memiliki harga diri akan
cenderung merasa rendah diri, tidak percaya diri, tidak berdaya, dan bahkan
kehilangan inisiatif atau mengalami kebuntuan berpikir. Perlu ditegaskan di sini
bahwa harga diri yang paling stabil dan paling sehat adalah yang tumbuh dan
berkembang dari penghargaan yang wajar dari orang lain, bukan penghargaan
karena kedudukan, kemasyhuran, atau sanjungan kosong.
5. Kebutuhan Rasa Ingin Tahu
Salah satu ciri kondisi psikis yang sehat, menurut Maslow, adalah adanya
rasa ingin tahu. Ada sejumlah argumentasi yang dikemukakan oleh Maslow
bahwa rasa ingin tahu merupakan kebutuhan hidup manusia, yaitu:
a. Rasa ingin tahu seringkali tampak juga pada binatang, apalagi pada manusia
yang dilengkapi dengan kelengkapan daya pikir yang lebih kompleks.
b. Pada anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang bersifat alamiah.
c. Sejarah telah mecatat bahwa banyak orang yang dengan berani menantang
bahaya besar untuk memenuhi rasa ingin tahunya dengan memburu
pengetahuan, misalnya: Galileo, Colombus, Socrates, dll.
d. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang telah
mencapai kematangan psikologis menunjukkan bahwa mereka sangat tertarik
kepada hal-hal yang penuh rahasia, penuh ketidak-pastian, dan belum dapat
terjelaskan.
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
5
6. e. Banyak kasus di mana orang-orang dewasa yang sebenarnya sehat dan cerdas
kemudian menjadi menderita kebosanan, kehilangan gairah hidup, depresi,
dan bahkan benci kepada diri sendiri karena dalam menjalani hidupnya
dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan penuh rutinitas dan bahkan konyol
tanpa adanya sesuatu yang merangsang rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu ini, menurut Erick Fromm (1969) sesungguhnya dapat
dikatakan sebagai suatu proses pencarian makna. Karena merupakan proses
pencarian makna, maka di dalamnya mengandung hasrat untuk memahami,
menyusun, mengatur, menganalisis, menemukan hubungan-hubungan dan maknamakna, serta membangun suatu sistem nilai.
6. Kebutuhan Estetik
Munculnya kebutuhan estetik dalam teori Maslow ini diawali dari
penelitiannya yang dilakukan terhadap mahasiswa tentang pengaruh lingkungan
yang indah dan jorok terhadap perilaku mahasiswa tersebut. Hasilnya
menunjukkan bahwa lingkungan yang jorok sangat cepat menimbulkan kebosanan
dan
melemahkan
semangat,
sedangkan
lingkungan
yang
indah
dapat
menimbulkan perasaan nyaman, semangat, dan kegairahan serta membuat mereka
merasa lebih sehat. Maslow juga menunjukkan bahwa kebutuhan estetik
berkorelasi dengan gambaran diri seseorang. Mereka yang tidak menjadi lebih
sehat oleh keindahan adalah orang-orang yang terbelenggu oleh gambaran diri
mereka yang rendah. Lebih lanjut Maslow bahkan mengatakan kebutuhan
keindahan ini dapat ditemukan dalam setiap peradaban dari zaman ke zaman,
bahkan sejak zaman manusia masih tinggal di dalam gua-gua.
7. Kebutuhan akan Pertumbuhan
Kebutuhan ini merupakan hasil perluasan dan upaya memperjelas teori
kebutuhan dasar manusia yang kemudian dituangkan dalam karyanya yang
berjudul “Psychology of Being”. Dalam karyanya itu, Maslow melukiskan bahwa
melalui penelitiannya yang mendalam menemukan kebutuhan yang sama sekali
baru dan termasuk kategori yang lebih tinggi. Kebutuhan ini yang kemudian
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
6
7. dilukiskan sebagai kebutuhan akan pertumbuhan atau dalam istilah aslinya
dikenal dengan “Being Values” yang ditemukan oleh Maslow sebagaimana
dikutip oleh Goble (1987), yaitu:
a. Sifat menyeluruh
b. Kesempurnaan
c. Penyelesaian
d. Keadilan
e. Sifat hidup
f. Sifat kaya
g. Kesederhanaan
h. Keindahan
i. Kebaikan
j. Keunikan
k. Sifat tanpa kesukaran
l. Sifat penuh permainan
m. Kebenaran, kejujuran, dan kenyataan
n. Sifat merasa cukup.
8. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Maslow menegaskan bahwa setiap orang harus berkembang sepenuh
kemampuan yang dimilikinya. Dalam konteks ini, Maslow mengemukakan suatu
kebutuhan yang dipandang sebagai kebutuhan paling tinggi yang kemudian diberi
nama “aktualisasi diri”. Kebutuhan “aktualisasi diri” didefinisikan sebagai
kebutuhan mendalam pada individu untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan
menggunakan kemampuannya secara penuh. Kebutuhan aktualisasi diri ini
merupakan salah satu aspek yang amat dalam teorinya berkenaan dengan
motivasi. Lebih lanjut, dia melukiskan kebutuhan ini sebagai “hasrat untuk makin
menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya”. Dikatakan oleh Maslow bahwa kebutuhan aktualisasi diri ini
biasanya muncul setelah kebutuhan akan penghargaan dan kasih sayang terpenuhi
secara memadai. Dalam hirarki kebutuhan dari Maslow, kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
7
8. ini biasanya muncul sesudah kebutuhan akan penghargaan dan kasih sayang
terpenuhi secara memadai. Dalam hirarki kebutuhan dari Maslow, kebutuhan
aktualisasi diri ini merupakan kebutuhan tertinggi atau puncak kebutuhan
manusia.
Selain teori kebutuhan dari Maslow, satu lagi teori kebutuhan yang juga
dikenal cukup luas adalah teori kebutuhan dari McClelland. Menurut teori ini,
pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa
setiap individu mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) disingkat “N-Ach”
2. Kebutuhan untuk berkuasa (need for power) disingkat “N-Pow”
3. Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation) disingkat “N-Aff”.
Dengan teorinya tentang kebutuhan manusia itu, McClelland berasumsi
bahwa semua kebutuhan tersebut dapat dipelajari oleh setiap individu. Berikut ini
didiskusikan masing-masing kebutuhan tersebut.
1. Kebutuhan Untuk Berprestasi (Need for achievement) disingkat “N-Ach”
Pada dasarnya setiap individu ingin dipandang sebagai orang yang berhasil
dalam hidupnya. Kebutuhan ini sangat menonjol ketika individu berada pada
masa remaja. Sebaliknya, tidak ada orang yang senang jika mengalami kegagalan
dalam hidupnya atau paling tidak dikatakan sebagai orang yang gagal atau tidak
berhasil. Kenyataan ini merupakan cerminan bahwa di dalam diri manusia itu
terdapat kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement). Berdasarkan
penelitiannya McClelland menemukan bahwa orang-orang yang mempunyai need
for achievement tinggi, memiliki ciri-ciri menonjol sebagai berikut:
a. Lebih senang menetapkan sendiri tujuan hasil karyanya.
b. Lebih senang menghindari tujuan hasil karya yang mudah dan memilih yang
sulit.
c. Lebih menyenangi umpan balik yang cepat tampak dan efisien.
d. Senang bertanggungjawab akan pemecahan masalah, meskipun sebenarnya
dirasakan sakit.
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
8
9. 2. Kebutuhan untuk Berkuasa (Need for Power) disingkat “N-Pow”
Menurut teori ini, kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada
keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Dikatakannya bahwa
seorang yang memiliki kebutuhan kuat untuk berkuasa, biasanya menyukai
kondisi kompetensi dan orientasi status serta akan lebih memberikan perhatian
pada berbagai faktor yang memungkinkan dirinya mengembangkan pengaruhnya
terhadap orang lain. Efek negatifnya, kadang-kadang melakukan segala cara untuk
dapat memenuhi kebutuhan untuk berkuasa itu.
3. Kebutuhan untuk Berafiliasi (Need for Affiliation) disingkat “N-Aff”
Kebutuhan untuk berafiliasi ini merupakan kebutuhan nyata pada setiap
manusia, terlepas dari status, kedudukan, jabatan, maupun pekerjaan yang
dimilikinya. Kebutuhan ini pada umumnya tercermin pada keinginan untuk berada
pada situasi yang bersahabat ketika berinteraksi dengan orang lain. Seseorang
akan merasa senang, aman, dan berharga ketika dirinya diterima dan memperoleh
tempat di dalam kelompok. Sebaliknya, akan merasa cemas, kurang berharga, atau
cemas ketika dirinya tidak diterima atau bahkan disisihkan oleh kelompoknya.
C. Kebutuhan Remaja dalam Perkembangannya
Kekhasan dalam perkembangan fase remaja dibandingkan dengan fase
perkembangan lainnya membawa konsekuensi pada kebutuhan yang khas pula
pada mereka. menurut Garisson, ada tujuh kebutuhan khas remaja, yaitu:
1. Kebutuhan akan kasih sayang
2. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok
3. Kebutuhan untuk berdiri sendiri
4. Kebutuhan untuk berprestasi
5. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain
6. Kebutuhan untuk dihargai
7. Kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh.
Dalam perspektif teori sosial-psikologis memandang bahwa kebutuhankebutuhan remaja berkaitan erat dengan pemuasan kebutuhan mereka dalam
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
9
10. kelompoknya. Menurut teori ini, kebutuhan-kebutuhan psikologis yang pokok
akan mengarahkan tercapainya rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan untuk menerima afeksi dari kelompok atau individu, meliputi:
a. Menerima rasa kasih sayang dari keluarga dan atau orang lain di luar
kehidupan keluarga.
b.
Menerima pujian atau sambutan hangat dari teman-temannya
c.
Menerima penghargaan dan apresiasi dari guru dan pendidik lainnya.
2. Kebutuhan untuk memberikan sumbangan kepada kelompoknya, meliputi:
a.
Menyatakan afeksi kepada kelompoknya
b.
Turut serta memikul tanggung jawab kelompok
c.
Menyatakan kesediaan dan kesetiaan kepada kelompok
d.
Menghayati keberhasilan dalam kelompok
3. Kebutuhan untuk memahami
4. Kebutuhan untuk mempelajari dan menyelidiki sesuatu.
D. Konsekuensi Kebutuhan Subjek Didik yang Tidak Terpenuhi
Bischof (1983) dalam “Interpreting Personality Theories” mengemukakan
bahwa setidaknya ada dua komponen kunci mengenai terjadinya frustasi pada
individu, yaitu:
1. Adanga suatu kebutuhan (need), dorongan (drive), atau kecenderungan untuk
bertindak.
2. Adanya rintangan atau halangan yang menghambat individu dalam upaya
mencapai tujuan guna memenuhi kebutuhan atau dorongan-dorongan yang
ada di dalam dirinya.
Dengan demikian, setiap tingkah laku subjek didik khususnya dan manusia
pada umumnya selalu berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapainya. Apa yang
hendak dicapai itu pada dasarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, antara motivasi, kebutuhan, dan tingkah
laku itu berhubungan erat satu sama lain. Jika kebutuhan-kebutuhan itu tidak
terpenuhi, maka akan timbul kesulitan-kesulitan yang menyebabkan timbulnya
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
10
11. perasaan kecewa, frustasi, marah, menyerang orang lain, minum-minuman keras,
narkotika, dan tingkah laku negatif lainnya yang sangat merugikan diri sendiri dan
orang lain.
E. Proses Pembelajaran untuk Membantu Pemenuhan Kebutuhan Subjek
Didik
Kondisi lingkungan sekitar, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat
berkaitan erat dengan motivasi seseorang. Menurut Maslow, ada sejumlah kondisi
yang merupakan prasyarat dan sekaligus menjadi intervensi edukatif dalam
rangka pemuasan kebutuhan dasar manusia, termasuk subjek didik, yaitu:
1. Kemerdekaan untuk berbicara
2. Kemerdekaan melakukan apa saja yang diinginkan sepanjang tidak merugikan
dirinya dan orang lain
3. Kemerdekaan untuk mengeksplorasi lingkungan
4. Kemerdekaan untuk mempertahankan atau membela diri
5. Adanya keadilan
6. Adanya kejujuran
7. Adanya kewajaran
8. Adanya ketertiban
Ancaman terhadap faktor-faktor tersebut di atas akan menyebabkan
individu memberikan reaksi dengan cara sama dengan ketika mereka bereaksi
terhadap berbagai ancaman terhadap kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Lebih lanjut
Maslow mengatakan bahwa kondisi-kondisi itu bukanlah tujuan dalam dirinya,
namun memang nyaris seperti tujuan karena sedemikian eratnya hubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan dasarnya sendiri. Kondisi-kondisi itu semaksimal mungkin
akan dipertahankan oleh individu karena tanpa kondisi-kondisi itu kepuasan dasar
mustahil akan dapat terpenuhi atau paling tidak akan terancam pemenuhannya.
Kebutuhan Subjek Didik dan Proses Pembelajaran sebagai Upaya Pemenuhannya
11