SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  39
1
M. Husseyn Umar
Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
(BANI Arbitration Center)
Jakarta, Agustus 2019
PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI
ARBITRASE DAN APS /ADR
( SENGKETA BIDANG KONSTRUKSI)
Construction
27.09%
Leasing
24.60%
IT &
Telecomunication
13.01%
Others
13.01%
Trading (Sale &
Purchase)
8.38%
Mining/Energy
5.88%
Transportation
2.85%
Investment
2.67%
Insurance
1.43%
Agency
0.89%
Finance &
Banking
0.18%
SECTOR OF BUSINESS
Case Submissions, by business sectors over the last 5 years (2014-2018)
 Sengketa bisnis masalah sepanjang sejarah
 Kalangan bisnis kurang menyukai pengadilan yang asing baginya
 Ketidak-pastian hukum dan proses
 Biaya-biaya yang tidak jelas
 Penegakan hukum yang tidak pasti
 Akibat terhadap hubungan bisnis
Pengendalian Sengketa
Sengketa adalah fakta kehidupan
3
Pengertian
Beda Pendapat :
Beda Pendapat adalah perbedaan berpendapat
mengenai sesuatu hal yang bersifat penafsiran
(interpretasi) atas sesuatu hal namun tidak/belum
sampai pada sikap/tindakan tuntut menuntut.
4
Sengketa :
Sengketa adalah perbedaan pendapat mengenai
sesuatu hal yang sedemikian rupa sehingga
menimbulkan sesuatu tindakan tuntut-menuntut atas
dasar hak dan/atau kewajiban.
Upaya Penyelesaian Sengketa
 Lazimnya diatur dalam kontrak
antara para pihak.
 Secara musyawarah atau melalui
pengadilan atau di luar pengadilan
5
Jenis-Jenis Kontrak Kerja Konstruksi
 Kebebasan berkontrak dengan
memperhatikan Ps. 46 s/d 51 UU
No. 2/2017 jo Ps 1338 KUHPer
 Kontrak Standar a.l. FIDIC
Contracts
6
UU No. 02 / 2017
7
BAB XI
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 88
1) Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip
dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan.
2) Dalam hal musyawarah para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat mencapai suatu kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya
penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
3) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam Kontrak Kerja
Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), para pihak yang bersengketa
membuat suatu persetujuan tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa
yang akan dipilih.
UU No. 02 / 2017
8
BAB XI
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 88
4) Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi :
a) mediasi;
b) konsiliasi; dan
c) arbitrase.
5) Selain upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
dan huruf b, para pihak dapat membentuk dewan sengketa.
6) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan dengan membentuk dewan
sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (5), pemilihan keanggotaan dewan
sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas dan tidak menjadi bagian
dari salah satu pihak.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PENYELESAIAN
SENGKETA
AJUDIKASI NON-AJUDIKASI
LITIGASI NON-LITIGASI
• NEGOSIASI
• MEDIASI
• KONSILISASI
• PENGADILAN • ARBITRASE
9
Cara penyelesaian suatu sengketa perdata
di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.
(pasal 1 : 1 UU 30/1999)
ARBITRASE adalah :
10
Sumber Hukum Arbitrase
11
1. Perjanjian Arbitrase
2. Peraturan Perundang-undangan
 Undang-Undang No. 30 / 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
 Undang-Undang No. 48 / 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
3. Peraturan / Hukum Internasional
 Piagam PBB
 Konvensi New York 1958
 UNCITRAL Model Law
 Washington Convention 1965
 Protocol of ASEAN Charter on Dispute Settlement Mechanisms
1. Kerahasiaan/Confidentiality
2. Fleksibilitas dalam prosedur, dan persyaratan
administratif.
3. Hak pemilihan / penunjukan arbiter berada ditangan para
pihak.
4. Pilihan hukum, forum dan prosedur penyelesaian berada
ditangan para pihak dan dituangkan dalam perjanjian
(kausula arbitrase).
5. Putusan arbitrase final dan mengikat
6. Penyelesaian relatif cepat.
Kelebihan / Keunggulan
Arbitrase
12
1. Adanya perjanjian (klausula) arbitrase
merupakan keharusan
2. Tidak mengenal yurisprudensi
3. Itikad baik para pihak menentukan efektifitas
penyelenggaraan dan pelaksanaan putusan
arbitrase
4. Di negara-negara tertentu penggunaan
arbitrase dibatasi untuk bidang-bidang
kegiatan tertentu
Keterbatasan Arbitrase
13
ARBITRASE
NASIONAL /
DOMESTIC
INTERNASIONAL
ADHOC
INSTITUSI
14
UU No. 30/1999
Pasal 1 : 9
Arbitrase Internasional
15
Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan
yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau
arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik
Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase
atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan
hukum Republik Indonesia dianggap sebagai suatu
putusan arbitrase internasional.
AN ARBITRATION IS INTERNATIONAL IF :
• The parties to an arbitration agreement have, at the time of the
conclusion of that agreement, their places of business in
different states [Art. 1(3)]
• The place of arbitration, the place of contract, performance, or
the place of the subject matter of the dispute is situated in a
state other than where the parties have their place of business,
or, if the parties have expressly agreed that the subject matter
of the arbitration agreement relates to more than one country
UNCITRAL MODEL LAW
16
1. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat
dilakukan dengan menggunakan lembaga
arbitrase nasional atau internasional
berdasarkan kesepakatan para pihak
2. Penyelesaian sengketa melalui lembaga
arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan menurut peraturan dan acara dari
lembaga yang dipilih, kecuali ditetapkan oleh
para pihak.
UU 30 / 99 Pasal 34
17
 Azas Separability (Pasal 10)
 Kompentensi Absolut (Pasal 11)
 Syarat Arbiter (Pasal 12)
 Hak Ingkar (Pasal 22)
 Acara yang berlaku (Bab IV)
 Pendapat yang Mengikat dan Putusan (Bab V)
 Syarat Pembatalan (Pasal 70)
 Pelaksanaan Putusan (Pasal 59 - 69)
Materi Pokok
UU No. 30 Tahun 1999
Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
18
Adalah suatu kesepakatan berupa klausula
arbitrase yang tercantum dalam suatu
perjanjian tertulis yang dibuat para pihak
sebelum timbul sengketa atau suatu perjanjian
arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak
setelah timbul sengketa.
Pasal 1:3 UU No. 30/1999
Perjanjian Arbitrase
19
1. Merupakan bagian dari suatu kontrak atau berupa
perjanjian terpisah;
2. Harus dirumuskan secara jelas ;
a. Apakah arbitrase ad-hoc atau arbitrase institusional
b. Prosedur/cara penunjukan dan jumlah arbiter
c. Tempat arbitrase diselenggarakan
d. Prosedur/cara dan jangka waktu penyampaian
permohonan/notifikasi untuk berarbitrase
e. Rujukan pada peraturan per-undang-undangan terkait
(jika perlu )
3. Dan hal-hal lain yang disepakati
Rumusan Perjanjian Arbitrase
20
ARBITRATION CLAUSE
21
BANI RULES :
“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini,
akan diselesaikan dan diputus oleh BANI
ARBITRATION CENTER/BADAN ARBITRASE
NASIONAL INDONESIA (BANI) menurut peraturan-
peraturan administrasi dan peraturan-peraturan
prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya
mengikat kedua belah pihak yang bersengketa
sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan
terakhir”.
ARBITRATION CLAUSE
22
BANI RULES :
““All disputes arising from this contract shall
be binding and be finally settled under the
administrative and procedural Rules of
Arbitration of BANI Arbitration Center/Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) by
arbitrators appointed in accordance with said
rules”.
ARBITRATION CLAUSE
23
ICC RULES :
“All disputes arising out or in connection
with the present contract shall be finally
settled under the Rules of Arbitration of the
International Chamber of Commerce by one or
more arbitrators appointed in accordance with
the said Rules”.
“Any dispute, controvercy or claim arising out of
relating to this contract, or the breach,
termination or invalidity thereof, shall be settled
by arbitration in accordance with the UNCITRAL
Arbitration Rules as at present in force. The
appointing authority shall be the ICC acting in
accordance with the rules adopted by the ICC for
this purpose”.
ICC Under UNCITRAL Rules
24
PERJANJIAN
ARBITRASE
REGISTRASI /
ADMINISTRASI
PENUNJUKAN
ARBITER
PENUNJUKAN
ARBITER
PERMOHONAN JAWABAN
MAJELIS ARBITRASE
- REPLIK/DUPLIK
- KONTRAVENSI
- PERSIDANGAN
- PEMBUKTIAN
- KESAKSIAN
- KESIMPULAN
PUTUSAN
PENDAFTARAN
PUTUSAN
PELAKSANAN
Arbitrase Institusional
25
Penunjukan/Fungsi Arbiter
26
1) Jumlah arbiter (tunggal atau majelis)
2) Perlu difahami bahwa arbiter bertindak sebagai
hakim/wasit yang harus bersikap netral dan obyektif.
Dia bukan mewakili kepentingan pihak yang
menunjuknya
3) Kriteria seorang arbiter :
a. Indenpendent
b. Tidak ada conflict of interest terhadap para pihak
yang bersengketa dan dengan kasus ybs
c. Punya integritas dan kearifan yang tinggi
4) Punya latar belakang keahlian tertentu yang ada
hubungannya dengan perkara sengketa ybs.
Mediasi / konsiliasi :
“Suatu cara penyelesaian sengketa dimana para
pihak secara sukarela berupaya untuk
menyelesaikan sengketa dengan jalan
merundingkan suatu kesepakatan yang mengikat
dengan dibantu seorang mediator /konsiliator
yang tidak berpihak”.
M E D I A S I
27
Hybrid Arbitration adalah penyelenggaraan proses arbitrase yang juga
menggunakan satu atau lebih bentuk APS/ADR
lainnya, baik pada awal proses maupun selama
proses berlangsung
P r o s e s A r b i t r a s e
ADR
mediasi, konsiliasi,
negosiasi
kesepakatan
tidak dicapai
kesepakatan
Pencabutan Permohonan Arbitrase
permohonan arbitrase
tidak dicabut
Sidang I
menawarkan
mediasi
Ya
Putusan arbitrase
memuat
kesepakatan
mediasi (bila ada)
proses mediasi dapat dilakukan
selama proses arbitrase berlangsung,
dan dapat dilakukan berulang-ulang
MED – ARB
(Hybrid Arbitration)
28
Construction
27,09%
Leasing
24.60%
IT &
Telecomunication
13.01%
Others
13.01%
Trading (Sale &
Purchase)
8.38%
Mining/Energy
5.88%
Transportation
2.85%
Investment
2.67%
Insurance
1.43%
Agency
0.89%
Finance &
Banking
0.18%
SECTOR OF BUSINESS
Case Submissions, by business sectors over the last 5 years (2014-2018)
1. Hubungan para pihak tetap terpelihara
2. kesepakatan yang dicapai bersifat konstruktif
3. memanfaatkan penengah (fasilitator) yang ahli
4. hasil kesepakatan dapat dituangkan dalam putusan
yang dapat dilaksanakan (enforceable)
5. proses yang lebih cepat dan efisien
6. prosedur yang fleksibel
Keunggulan Med.Arb/Hybrid Arbitration
30
1) Tidak/kurang tersedianya Dokumen-dokumen+Arsip-arsip yang
terkait dengan pelaksanaan Kontrak/Perjanjian + Addendum-
addendum + Spesifikasi + Bill of Quantity + Urutan Gambar-
gambar dari sejak Pelelangan, Pelaksanaan & As Build
Drawings + Berita Acara Rapat + Laporan Harian Proyek &
Catatan Harian dari Proyek Manager + Site Instructions +
Laporan Keuangan/Pembayaran + Arsip Surat Menyurat yang
lengkap.
2) Keterlambatan Waktu Pelaksanaan, yang dapat terjadi karena:
kelalaian Kontraktor, atau karena Pemilik tidak memenuhi
kewajibannya, atau disebabkan oleh factor-faktor diluar kontrol
Kontraktor akan tapi bukan oleh kesalahan Pemilik.
3) Perubahan pada Schedule Kerja akibat dari Perintah Pemilik
atau Perencana.
31
Masalah-Masalah Yang Umumya
Dipersengketakan Dalam Kasus
Sengketa Konstruksi
4) Adanya Constructive Changes.
5) Keadaan Lapangan yang berbeda.
6) Keadaan Cuaca yang tidak normal.
7) Percepatan Jadwal Pembangunan.
8) Penundaan dan Penghentian Pekerjaan.
9) Change Orders yang tidak dapat dihindari dalam suatu proses
pembangunan. Klaim tambahan waktu dan harga akibat dari
change orders sering memicu terjadinya sengketa.
10) Kegagalan Pembayaran oleh Pemilik.
11) Perbedaan antara Gambar dan Spesifikasi, Fast Track
Construction dan kenaikan harga material yang tidak normal.
12) Adanya pengaruh Perubahan Peraturan/Kebijakan Pemerintah.
13) Pengertian ganda mengenai hal-hal tertentu.
14) Kelemahan administrasi proyek.
32
Masalah-Masalah Yang Umumnya
Dipersengketakan Dalam Kasus
Sengketa Konstruksi
15) Penggunaan sebagian dari pekerjaan sebelum Penyerahan
Total.
16) Timbulnya kerusakan pekerjaan oleh Kontraktor lainnya.
17) Kurangnya komunikasi atau terjadinya mis-komunikasi
antara para pihak.
18) Rapat Proyek yang tidak/kurang diadakan secara teratur
dan profesional untuk membicarakan penyelesaian
kesalahan-kesalahan dari para pihak.
33
Masalah-Masalah Yang Umumnya
Dipersengketakan Dalam Kasus
Sengketa Konstruksi
Pasal 56 ayat 1 :
Arbiter atau majelis mengambil putusan berdasarkan
hukum atau berdasarkan keadilan dan kepatutan.
Pasal 56 ayat 2 :
Para pihak berhak menentukan pilihan hukum yang akan
berlaku terhadap penyelesaian sengketa yang mungkin
atau telah timbul antara para pihak.
UU No. 30/1999
Dasar Hukum Untuk Memutus
Kasus Arbitrase
(Final & Binding)
34
Ayat 1 :
Atas permohonan salah satu pihak, arbiter atau majelis arbitrase dapat
mengambil putusan provisionil atau putusan sela lainnya untuk mengatur
ketertiban jalannya pemeriksaan sengketa termasuk penetapan sita
jaminan, memerintahkan penitipan barang kepada pihak ketiga, atau
menjual barang yang mudah rusak.
Ayat 2 :
Jangka waktu pelaksanaan putusan provisionil atau putusan sela lainnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dihitung dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 48.
UU No. 30/1999
Putusan Sela
35
Pendaftaran di Pengadilan Negeri (pasal
59 ayat 1)
Memenuhi ketentuan pasal 4 dan pasal 5
dan tidak bertentangan dengan
kesusilaan dan ketertiban umum (pasal
62 ayat 2)
UU No. 30/1999
Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Nasional / Domestik
36
PRES. DECREE 1981
RECIPROCITY
COMMERCIAL
LAW 30 / 1999
EXEQUATUR
PUBLIC ORDER
RECIPROCITY
COMMERCIAL
ENFORCEMENT OF INTERNATIONAL ARBITRAL
AWARD NEW YORK CONVENTION 1958
37
PERMA NO. 1/1999
Efektivitas/Keberhasilan Arbitrase
dipengaruhi faktor- faktor :
1. Pilihan forum dan venue berarbitrase yang tepat.
2. Itikad baik para pihak yang bersengketa dalam
menjalani prose arbitrase ybs.
3. Kepatuhan para pihak untuk tunduk pada
putusan arbitrase dan melaksanakannya dengan
benar.
4. Integritas dan profesionalisme para arbiter
5. Sikap supportif dan non-intervensi pengadilan
terhadap pelaksanaan putusan arbitrase.
38
Terima Kasih

Contenu connexe

Similaire à 8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx

1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketaKurniawan Sukawangi
 
Etika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
Etika Bisnis_Solusi Sengketa BisnisEtika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
Etika Bisnis_Solusi Sengketa BisnisRatnawaty_RMG
 
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana...adeayularassati
 
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...EMLI Indonesia
 
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketaMakalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketahandy watung
 
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.pptMateri-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.pptAhmadNailulAuthor
 
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflikMateri negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflikyoseelita2
 
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxAlternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxpakpentung
 
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...FriescaChahyani
 
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptxPERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptxMahyudinAliSyukri
 
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanaHbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanafahrunrz
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...febrysaragih
 

Similaire à 8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx (20)

1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
1999 30 arbritase dan alternatif penyelesaian sengketa
 
Etika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
Etika Bisnis_Solusi Sengketa BisnisEtika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
Etika Bisnis_Solusi Sengketa Bisnis
 
Undang-undang penyelesaian sengketa
Undang-undang penyelesaian sengketaUndang-undang penyelesaian sengketa
Undang-undang penyelesaian sengketa
 
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana...
 
MATERI ARBITRASE III.pptx
MATERI ARBITRASE III.pptxMATERI ARBITRASE III.pptx
MATERI ARBITRASE III.pptx
 
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
 
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketaMakalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
Makalah Hukum Komersial: Arbitrase sebagai alternatif penyelesaian sengketa
 
Adr1
Adr1Adr1
Adr1
 
Arbitrase
ArbitraseArbitrase
Arbitrase
 
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.pptMateri-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
Materi-Diah-Susilowati-Hakim-PHI-Yogya.ppt
 
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflikMateri negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
Materi negosisasi serta peran dan dampaknya pada konflik
 
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptxAlternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
Alternatif Penyelesaian Sengketa Hukum.pptx
 
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
PPT ARBITRASE PPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT ARBITRASE FRISCAPPT...
 
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptxPERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
PERATURAN LKPP NOMOR 18 2018_mbak lisa.pptx
 
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buanaHbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
Hbl, fahrun rizaldi, hapzi ali, resolusi sengketa, universitas mercu buana
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,RESOLUSI SENGKETA SECARA UMUM DAN RESO...
 
kuliah1.ppt
kuliah1.pptkuliah1.ppt
kuliah1.ppt
 
APS.pptx
APS.pptxAPS.pptx
APS.pptx
 
PPS - Arbiter.pptx
PPS - Arbiter.pptxPPS - Arbiter.pptx
PPS - Arbiter.pptx
 
Nv
NvNv
Nv
 

Dernier

MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 

Dernier (9)

MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 

8. Arbitrase_BANI_M.Husseyn Umar_HAKI_28 Agustus 2019.pptx

  • 1. 1 M. Husseyn Umar Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) (BANI Arbitration Center) Jakarta, Agustus 2019 PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE DAN APS /ADR ( SENGKETA BIDANG KONSTRUKSI)
  • 2. Construction 27.09% Leasing 24.60% IT & Telecomunication 13.01% Others 13.01% Trading (Sale & Purchase) 8.38% Mining/Energy 5.88% Transportation 2.85% Investment 2.67% Insurance 1.43% Agency 0.89% Finance & Banking 0.18% SECTOR OF BUSINESS Case Submissions, by business sectors over the last 5 years (2014-2018)
  • 3.  Sengketa bisnis masalah sepanjang sejarah  Kalangan bisnis kurang menyukai pengadilan yang asing baginya  Ketidak-pastian hukum dan proses  Biaya-biaya yang tidak jelas  Penegakan hukum yang tidak pasti  Akibat terhadap hubungan bisnis Pengendalian Sengketa Sengketa adalah fakta kehidupan 3
  • 4. Pengertian Beda Pendapat : Beda Pendapat adalah perbedaan berpendapat mengenai sesuatu hal yang bersifat penafsiran (interpretasi) atas sesuatu hal namun tidak/belum sampai pada sikap/tindakan tuntut menuntut. 4 Sengketa : Sengketa adalah perbedaan pendapat mengenai sesuatu hal yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan sesuatu tindakan tuntut-menuntut atas dasar hak dan/atau kewajiban.
  • 5. Upaya Penyelesaian Sengketa  Lazimnya diatur dalam kontrak antara para pihak.  Secara musyawarah atau melalui pengadilan atau di luar pengadilan 5
  • 6. Jenis-Jenis Kontrak Kerja Konstruksi  Kebebasan berkontrak dengan memperhatikan Ps. 46 s/d 51 UU No. 2/2017 jo Ps 1338 KUHPer  Kontrak Standar a.l. FIDIC Contracts 6
  • 7. UU No. 02 / 2017 7 BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA Pasal 88 1) Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan. 2) Dalam hal musyawarah para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat mencapai suatu kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi. 3) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), para pihak yang bersengketa membuat suatu persetujuan tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang akan dipilih.
  • 8. UU No. 02 / 2017 8 BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA Pasal 88 4) Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : a) mediasi; b) konsiliasi; dan c) arbitrase. 5) Selain upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf b, para pihak dapat membentuk dewan sengketa. 6) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan dengan membentuk dewan sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (5), pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak. 7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  • 9. PENYELESAIAN SENGKETA AJUDIKASI NON-AJUDIKASI LITIGASI NON-LITIGASI • NEGOSIASI • MEDIASI • KONSILISASI • PENGADILAN • ARBITRASE 9
  • 10. Cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. (pasal 1 : 1 UU 30/1999) ARBITRASE adalah : 10
  • 11. Sumber Hukum Arbitrase 11 1. Perjanjian Arbitrase 2. Peraturan Perundang-undangan  Undang-Undang No. 30 / 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa  Undang-Undang No. 48 / 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman 3. Peraturan / Hukum Internasional  Piagam PBB  Konvensi New York 1958  UNCITRAL Model Law  Washington Convention 1965  Protocol of ASEAN Charter on Dispute Settlement Mechanisms
  • 12. 1. Kerahasiaan/Confidentiality 2. Fleksibilitas dalam prosedur, dan persyaratan administratif. 3. Hak pemilihan / penunjukan arbiter berada ditangan para pihak. 4. Pilihan hukum, forum dan prosedur penyelesaian berada ditangan para pihak dan dituangkan dalam perjanjian (kausula arbitrase). 5. Putusan arbitrase final dan mengikat 6. Penyelesaian relatif cepat. Kelebihan / Keunggulan Arbitrase 12
  • 13. 1. Adanya perjanjian (klausula) arbitrase merupakan keharusan 2. Tidak mengenal yurisprudensi 3. Itikad baik para pihak menentukan efektifitas penyelenggaraan dan pelaksanaan putusan arbitrase 4. Di negara-negara tertentu penggunaan arbitrase dibatasi untuk bidang-bidang kegiatan tertentu Keterbatasan Arbitrase 13
  • 15. UU No. 30/1999 Pasal 1 : 9 Arbitrase Internasional 15 Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai suatu putusan arbitrase internasional.
  • 16. AN ARBITRATION IS INTERNATIONAL IF : • The parties to an arbitration agreement have, at the time of the conclusion of that agreement, their places of business in different states [Art. 1(3)] • The place of arbitration, the place of contract, performance, or the place of the subject matter of the dispute is situated in a state other than where the parties have their place of business, or, if the parties have expressly agreed that the subject matter of the arbitration agreement relates to more than one country UNCITRAL MODEL LAW 16
  • 17. 1. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan dengan menggunakan lembaga arbitrase nasional atau internasional berdasarkan kesepakatan para pihak 2. Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan menurut peraturan dan acara dari lembaga yang dipilih, kecuali ditetapkan oleh para pihak. UU 30 / 99 Pasal 34 17
  • 18.  Azas Separability (Pasal 10)  Kompentensi Absolut (Pasal 11)  Syarat Arbiter (Pasal 12)  Hak Ingkar (Pasal 22)  Acara yang berlaku (Bab IV)  Pendapat yang Mengikat dan Putusan (Bab V)  Syarat Pembatalan (Pasal 70)  Pelaksanaan Putusan (Pasal 59 - 69) Materi Pokok UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa 18
  • 19. Adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa. Pasal 1:3 UU No. 30/1999 Perjanjian Arbitrase 19
  • 20. 1. Merupakan bagian dari suatu kontrak atau berupa perjanjian terpisah; 2. Harus dirumuskan secara jelas ; a. Apakah arbitrase ad-hoc atau arbitrase institusional b. Prosedur/cara penunjukan dan jumlah arbiter c. Tempat arbitrase diselenggarakan d. Prosedur/cara dan jangka waktu penyampaian permohonan/notifikasi untuk berarbitrase e. Rujukan pada peraturan per-undang-undangan terkait (jika perlu ) 3. Dan hal-hal lain yang disepakati Rumusan Perjanjian Arbitrase 20
  • 21. ARBITRATION CLAUSE 21 BANI RULES : “Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan diputus oleh BANI ARBITRATION CENTER/BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA (BANI) menurut peraturan- peraturan administrasi dan peraturan-peraturan prosedur arbitrase BANI, yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang bersengketa sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir”.
  • 22. ARBITRATION CLAUSE 22 BANI RULES : ““All disputes arising from this contract shall be binding and be finally settled under the administrative and procedural Rules of Arbitration of BANI Arbitration Center/Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) by arbitrators appointed in accordance with said rules”.
  • 23. ARBITRATION CLAUSE 23 ICC RULES : “All disputes arising out or in connection with the present contract shall be finally settled under the Rules of Arbitration of the International Chamber of Commerce by one or more arbitrators appointed in accordance with the said Rules”.
  • 24. “Any dispute, controvercy or claim arising out of relating to this contract, or the breach, termination or invalidity thereof, shall be settled by arbitration in accordance with the UNCITRAL Arbitration Rules as at present in force. The appointing authority shall be the ICC acting in accordance with the rules adopted by the ICC for this purpose”. ICC Under UNCITRAL Rules 24
  • 25. PERJANJIAN ARBITRASE REGISTRASI / ADMINISTRASI PENUNJUKAN ARBITER PENUNJUKAN ARBITER PERMOHONAN JAWABAN MAJELIS ARBITRASE - REPLIK/DUPLIK - KONTRAVENSI - PERSIDANGAN - PEMBUKTIAN - KESAKSIAN - KESIMPULAN PUTUSAN PENDAFTARAN PUTUSAN PELAKSANAN Arbitrase Institusional 25
  • 26. Penunjukan/Fungsi Arbiter 26 1) Jumlah arbiter (tunggal atau majelis) 2) Perlu difahami bahwa arbiter bertindak sebagai hakim/wasit yang harus bersikap netral dan obyektif. Dia bukan mewakili kepentingan pihak yang menunjuknya 3) Kriteria seorang arbiter : a. Indenpendent b. Tidak ada conflict of interest terhadap para pihak yang bersengketa dan dengan kasus ybs c. Punya integritas dan kearifan yang tinggi 4) Punya latar belakang keahlian tertentu yang ada hubungannya dengan perkara sengketa ybs.
  • 27. Mediasi / konsiliasi : “Suatu cara penyelesaian sengketa dimana para pihak secara sukarela berupaya untuk menyelesaikan sengketa dengan jalan merundingkan suatu kesepakatan yang mengikat dengan dibantu seorang mediator /konsiliator yang tidak berpihak”. M E D I A S I 27
  • 28. Hybrid Arbitration adalah penyelenggaraan proses arbitrase yang juga menggunakan satu atau lebih bentuk APS/ADR lainnya, baik pada awal proses maupun selama proses berlangsung P r o s e s A r b i t r a s e ADR mediasi, konsiliasi, negosiasi kesepakatan tidak dicapai kesepakatan Pencabutan Permohonan Arbitrase permohonan arbitrase tidak dicabut Sidang I menawarkan mediasi Ya Putusan arbitrase memuat kesepakatan mediasi (bila ada) proses mediasi dapat dilakukan selama proses arbitrase berlangsung, dan dapat dilakukan berulang-ulang MED – ARB (Hybrid Arbitration) 28
  • 29. Construction 27,09% Leasing 24.60% IT & Telecomunication 13.01% Others 13.01% Trading (Sale & Purchase) 8.38% Mining/Energy 5.88% Transportation 2.85% Investment 2.67% Insurance 1.43% Agency 0.89% Finance & Banking 0.18% SECTOR OF BUSINESS Case Submissions, by business sectors over the last 5 years (2014-2018)
  • 30. 1. Hubungan para pihak tetap terpelihara 2. kesepakatan yang dicapai bersifat konstruktif 3. memanfaatkan penengah (fasilitator) yang ahli 4. hasil kesepakatan dapat dituangkan dalam putusan yang dapat dilaksanakan (enforceable) 5. proses yang lebih cepat dan efisien 6. prosedur yang fleksibel Keunggulan Med.Arb/Hybrid Arbitration 30
  • 31. 1) Tidak/kurang tersedianya Dokumen-dokumen+Arsip-arsip yang terkait dengan pelaksanaan Kontrak/Perjanjian + Addendum- addendum + Spesifikasi + Bill of Quantity + Urutan Gambar- gambar dari sejak Pelelangan, Pelaksanaan & As Build Drawings + Berita Acara Rapat + Laporan Harian Proyek & Catatan Harian dari Proyek Manager + Site Instructions + Laporan Keuangan/Pembayaran + Arsip Surat Menyurat yang lengkap. 2) Keterlambatan Waktu Pelaksanaan, yang dapat terjadi karena: kelalaian Kontraktor, atau karena Pemilik tidak memenuhi kewajibannya, atau disebabkan oleh factor-faktor diluar kontrol Kontraktor akan tapi bukan oleh kesalahan Pemilik. 3) Perubahan pada Schedule Kerja akibat dari Perintah Pemilik atau Perencana. 31 Masalah-Masalah Yang Umumya Dipersengketakan Dalam Kasus Sengketa Konstruksi
  • 32. 4) Adanya Constructive Changes. 5) Keadaan Lapangan yang berbeda. 6) Keadaan Cuaca yang tidak normal. 7) Percepatan Jadwal Pembangunan. 8) Penundaan dan Penghentian Pekerjaan. 9) Change Orders yang tidak dapat dihindari dalam suatu proses pembangunan. Klaim tambahan waktu dan harga akibat dari change orders sering memicu terjadinya sengketa. 10) Kegagalan Pembayaran oleh Pemilik. 11) Perbedaan antara Gambar dan Spesifikasi, Fast Track Construction dan kenaikan harga material yang tidak normal. 12) Adanya pengaruh Perubahan Peraturan/Kebijakan Pemerintah. 13) Pengertian ganda mengenai hal-hal tertentu. 14) Kelemahan administrasi proyek. 32 Masalah-Masalah Yang Umumnya Dipersengketakan Dalam Kasus Sengketa Konstruksi
  • 33. 15) Penggunaan sebagian dari pekerjaan sebelum Penyerahan Total. 16) Timbulnya kerusakan pekerjaan oleh Kontraktor lainnya. 17) Kurangnya komunikasi atau terjadinya mis-komunikasi antara para pihak. 18) Rapat Proyek yang tidak/kurang diadakan secara teratur dan profesional untuk membicarakan penyelesaian kesalahan-kesalahan dari para pihak. 33 Masalah-Masalah Yang Umumnya Dipersengketakan Dalam Kasus Sengketa Konstruksi
  • 34. Pasal 56 ayat 1 : Arbiter atau majelis mengambil putusan berdasarkan hukum atau berdasarkan keadilan dan kepatutan. Pasal 56 ayat 2 : Para pihak berhak menentukan pilihan hukum yang akan berlaku terhadap penyelesaian sengketa yang mungkin atau telah timbul antara para pihak. UU No. 30/1999 Dasar Hukum Untuk Memutus Kasus Arbitrase (Final & Binding) 34
  • 35. Ayat 1 : Atas permohonan salah satu pihak, arbiter atau majelis arbitrase dapat mengambil putusan provisionil atau putusan sela lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya pemeriksaan sengketa termasuk penetapan sita jaminan, memerintahkan penitipan barang kepada pihak ketiga, atau menjual barang yang mudah rusak. Ayat 2 : Jangka waktu pelaksanaan putusan provisionil atau putusan sela lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dihitung dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 48. UU No. 30/1999 Putusan Sela 35
  • 36. Pendaftaran di Pengadilan Negeri (pasal 59 ayat 1) Memenuhi ketentuan pasal 4 dan pasal 5 dan tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum (pasal 62 ayat 2) UU No. 30/1999 Pelaksanaan Putusan Arbitrase Nasional / Domestik 36
  • 37. PRES. DECREE 1981 RECIPROCITY COMMERCIAL LAW 30 / 1999 EXEQUATUR PUBLIC ORDER RECIPROCITY COMMERCIAL ENFORCEMENT OF INTERNATIONAL ARBITRAL AWARD NEW YORK CONVENTION 1958 37 PERMA NO. 1/1999
  • 38. Efektivitas/Keberhasilan Arbitrase dipengaruhi faktor- faktor : 1. Pilihan forum dan venue berarbitrase yang tepat. 2. Itikad baik para pihak yang bersengketa dalam menjalani prose arbitrase ybs. 3. Kepatuhan para pihak untuk tunduk pada putusan arbitrase dan melaksanakannya dengan benar. 4. Integritas dan profesionalisme para arbiter 5. Sikap supportif dan non-intervensi pengadilan terhadap pelaksanaan putusan arbitrase. 38