SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  35
Implementasi Pemerintah Daerah
UU No 12 Tahun 2008
Sebagai UU yang Digunakan Sekarang
Disusun Oleh :
Pendahuluan
Undang-undang akan selalu berubah mengikuti zaman. Hal ini dikarenakan tidak
semua pasal dalam undang-undang pas atau sesuai untuk diterapkan disepanjang
zaman. Demikian juga dengan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah. Dulu
undang-undang yang digunakan adalah UU No 22 tahun 1999, kemudian seiring
berjalannya waktu diganti menjadi UU No 32 tahun 2004, dan yang terakhir digunakan
sekarang adalah UU No 12 tahun 2008. Untuk isi UU No 12 tahun 2008 yang akan di
bahas implementasinya, hasil perbaikan dari UU sebelumnya adalah sebagai berikut :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2008
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan agar mampu
melahirkan kepemimpinan daerah yang efektif dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, persamaan, keadilan, dan
kepastian hukum dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. bahwa untuk mewujudkan kepemimpinan daerah yang
demokratis yang memperhatikan prinsip persamaan dan
keadilan, penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah
daerah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
warga negara yang memenuhi persyaratan;
c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah
daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah terjadi
perubahan, terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi
tentang calon perseorangan;
d. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah belum diatur mengenai pengisian
kekosongan jabatan wakil kepala daerah yang menggantikan
kepala daerah yang meninggal dunia, mengundurkan diri, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan
secara terus-menerus dalam masa jabatannya;
e. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah belum diatur mengenai pengisian
kekosongan jabatan wakil kepala daerah yang meninggal
dunia, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa
jabatannya;
f. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, perlu adanya
pengaturan untuk mengintegrasikan jadwal penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah sehingga Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah perlu diubah;
g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f,
perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (4), Pasal 20, Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
MEMUTUSKAN :
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKY AT REPUBLIK INDONESIA
DAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 26 ditambah 4 (empat) ayat, yakni ayat (4),
ayat (5), ayat (6), dan ayat (7), sehingga Pasal 26 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 26
(1) Wakil kepala daerah mempunyai tugas:
a. membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah;
b. membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan
kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti
laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat
pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan
dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan
pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;
c. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan kabupaten dan kota bagi wakil kepala
daerah provinsi;
d. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau
desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota;
e. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala
daerah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
daerah;
f. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan
lainnya yang diberikan oleh kepala daerah; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah
apabila kepala daerah berhalangan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), wakil kepala daerah bertanggung jawab kepada
kepala daerah.
(3) Wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah sampai
habis masa jabatannya apabila kepala daerah meninggal
dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-
menerus dalam masa jabatannya.
(4) Untuk mengisi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari
partai politik atau gabungan partai politik dan masa
jabatannya masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau
lebih, kepala daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil
kepala daerah berdasarkan usul partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih
dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD.
(5) Untuk mengisi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari
calon perseorangan dan masa jabatannya masih tersisa 18
(delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah
mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah untuk
dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD.
(6) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
yang berasal dari partai politik atau gabungan partai politik
karena meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan
secara terus-menerus dalam masa jabatannya dan masa
jabatannya masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau
lebih, kepala daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil
kepala daerah berdasarkan usul partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih
dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD.
(7) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah
yang berasal dari calon perseorangan karena meninggal
dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-
menerus dalam masa jabatannya dan masa jabatannya
masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala
daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala
daerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD.
2. Ketentuan Pasal 42 ayat (1) huruf i dihapus dan penjelasan
huruf e diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan,
sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 42
(1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
a. membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah
untuk mendapatkan persetujuan bersama;
b. membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang
APBD bersama dengan kepala daerah;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya,
peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah
daerah dalam melaksanakan program pembangunan
daerah, dan kerja sama internasional di daerah;
d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala
daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada
Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD
Kabupaten/Kota;
e. memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi
kekosongan jabatan wakil kepala daerah;
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada
pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian
internasional di daerah;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama
internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah;
h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban
kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan;
i. dihapus;
j. melakukan pengawasan dan meminta laporan KPU
provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota dalam
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah;
k. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama
antardaerah dan dengan pihak ketiga yang membebani
masyarakat dan daerah.
(2) Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), DPRD melaksanakan tugas dan wewenang lain
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3. Ketentuan Pasal 56 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 56
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 56
(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu
pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang
memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam
Undang-Undang ini.
4. Ketentuan Pasal 58 huruf d dan huruf f diubah, huruf I dihapus
serta ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf q, sehingga Pasal 58
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 58
Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga
negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat :
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
Pemerintah;
c. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat
atas dan/atau sederajat;
d. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun bagi
calon gubernur/wakil gubernur dan berusia sekurang-
kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun bagi calon
bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota;
e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan
kesehatan menyeluruh dari tim dokter;
f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
h. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di
daerahnya;
i. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk
diumumkan;
j. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara
perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi
tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;
k. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
l. dihapus;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang
belum mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti
pembayaran pajak;
n. menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat
antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga
kandung, suami atau istri;
o. belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil
kepala daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam
jabatan yang sama;
p. tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah; dan
q. mengundurkan diri sejak pendaftaran bagi kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah yang masih menduduki
jabatannya.
5. Ketentuan Pasal 59 ayat (1) diubah, di antara ayat (2) dan ayat
(3) disisipkan 5 (lima) ayat, yakni ayat (2a), ayat (2b), ayat (2c),
ayat (2d), dan ayat (2e), ayat (3) dihapus, di antara ayat (4) dan
ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (4a), dan di antara
ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (5a)
dan ayat (5b), sehingga Pasal 59 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 59
(1) Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
adalah :
a. pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik.
b. pasangan calon perseorangan yang didukung oleh
sejumlah orang.
(2) Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat mendaftarkan
pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan
sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah
kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota
DPRD di daerah yang bersangkutan.
(2a)Pasangan calon perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dapat mendaftarkan diri sebagai
pasangan calon gubernur/wakil gubernur apabila
memenuhi syarat dukungan dengan ketentuan :
a. provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan
2.000.000 (dua juta) jiwa harus didukung sekurang-
kurangnya 6,5% (enam koma lima persen);
b. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000
(dua juta) sampai dengan 6.000.000 (enam juta) jiwa
harus didukung sekurang-kurangnya 5% (lima persen);
c. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000
(enam juta) sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta)
jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (empat
persen); dan
d. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000
(dua belas juta) jiwa harus didukung sekurang-
kurangnya 3% (tiga persen).
(2b)Pasangan calon perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dapat mendaftarkan diri sebagai
pasangan calon bupati/wakil bupati atau walikota/wakil
walikota apabila memenuhi syarat dukungan dengan
ketentuan :
a. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai
dengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa harus
didukung sekurang-kurangnya 6,5% (enam koma lima
persen);
b. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari
250.000 (dua ratus lima puluh ribu) sampai dengan
500.000 (lima ratus ribu) jiwa harus didukung sekurang-
kurangnya 5% (lima persen);
c. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari
500.000 (lima ratus ribu) sampai dengan 1.000.000
(satu juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4%
(empat persen); dan
d. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari
1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurang-
kurangnya 3% (tiga persen).
(2c)Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
ayat (2a) tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen)
jumlah kabupaten/kota di provinsi dimaksud.
(2d)Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
ayat (2b) tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen)
jumlah kecamatan di kabupaten/kota dimaksud.
(2e)Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) dan ayat
(2b) dibuat dalam bentuk surat dukungan yang disertai
dengan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau surat
keterangan tanda penduduk sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dihapus.
(4) Dalam proses penetapan pasangan calon, partai politik
atau gabungan partai politik memperhatikan pendapat dan
tanggapan masyarakat.
(4a)Dalam proses penetapan pasangan calon perseorangan,
KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota
memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat.
(5) Partai politik atau gabungan partai politik pada saat
mendaftarkan calon partai politik, wajib menyerahkan :
a. surat pencalonan yang ditandatangani oleh pimpinan
partai politik atau pimpinan partai politik yang
bergabung;
b. kesepakatan tertulis antarpartai politik yang bergabung
untuk mencalonkan pasangan calon;
c. surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan atas
pasangan yang dicalonkan yang ditandatangani oleh
pimpinan partai politik atau para pimpinan partai politik
yang bergabung;
d. surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah secara
berpasangan;
e. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai
pasangan calon;
f. surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari
jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau
wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
g. surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri
bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil,
anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
h. surat pernyataan tidak aktif dari jabatannya bagi
pimpinan DPRD tempat yang bersangkutan menjadi
calon di daerah yang menjadi wilayah kerjanya;
i. surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota
DPR, DPD, dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah;
j. kelengkapan persyaratan calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58;
dan
k. visi, misi, dan program dari pasangan calon secara
tertulis.
(5a)Calon perseorangan pada saat mendaftar wajib
menyerahkan :
a. surat pencalonan yang ditandatangani oleh pasangan
calon perseorangan;
b. berkas dukungan dalam bentuk pernyataan dukungan
yang dilampiri dengan fotokopi Kartu Tanda Penduduk
atau surat keterangan tanda penduduk;
c. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai
pasangan calon;
d. surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari
jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau
wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
e. surat pemyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri
bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil,
anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
f. surat pernyataan nonaktif dari jabatannya bagi pimpinan
DPRD tempat yang bersangkutan menjadi calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah di daerah wilayah
kerjanya;
g. surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota
DPR, DPD, dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah;
h. kelengkapan persyaratan calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58;
dan
i. visi, misi, dan program dari pasangan calon secara
tertulis.
(5b)Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5a) huruf b
hanya diberikan kepada satu pasangan calon
perseorangan.
(6) Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya dapat mengusulkan satu
pasangan calon dan pasangan calon tersebut tidak dapat
diusulkan lagi oleh partai politik atau gabungan partai politik
lainnya.
(7) Masa pendaftaran pasangan calon sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak
pengumuman pendaftaran pasangan calon.
6. Di antara Pasal 59 dan Pasal 60 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 59A, yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 59A
(1) Verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan
untuk pemilihan gubernur/wakil gubernur dilakukan oleh
KPU provinsi yang dibantu oleh KPU kabupaten/kota, PPK,
dan PPS.
(2) Verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan
untuk pemilihan bupati/ wakil bupati dan walikota/wakil
walikota dilakukan oleh KPU kabupaten/kota yang dibantu
oleh PPK dan PPS.
(3) Bakal pasangan calon perseorangan untuk pemilihan
bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota
menyerahkan daftar dukungan kepada PPS untuk
dilakukan verifikasi paling lambat 21 (dua puluh satu) hari
sebelum waktu pendaftaran pasangan calon dimulai.
(4) Bakal pasangan calon perseorangan untuk pemilihan
gubernur/wakil gubernur menyerahkan daftar dukungan
kepada PPS untuk dilakukan verifikasi paling lambat 28
(dua puluh delapan) hari sebelum waktu pendaftaran
pasangan calon dimulai.
(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari sejak
dokumen dukungan bakal pasangan calon perseorangan
diserahkan.
(6) Hasil verifikasi dukungan calon perseorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam berita acara,
yang selanjutnya diteruskan kepada PPK dan salinan hasil
verifikasi disampaikan kepada bakal pasangan calon.
(7) PPK melakukan verifikasi dan rekapitulasi jumlah dukungan
bakal pasangan calon untuk menghindari adanya
seseorang yang memberikan dukungan kepada lebih dari
satu bakal pasangan calon dan adanya informasi
manipulasi dukungan yang dilaksanakan paling lama 7
(tujuh) hari.
(8) Hasil verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon
perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya diteruskan
kepada KPU kabupaten/kota dan salinan hasil verifikasi
dan rekapitulasi disampaikan kepada bakal pasangan
calon.
(9) Dalam pemilihan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil
walikota, salinan hasil verifikasi dan rekapitulasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dipergunakan oleh
bakal pasangan calon dari perseorangan sebagai bukti
pemenuhan persyaratan dukungan pencalonan.
(10)KPU kabupaten/kota melakukan verifikasi dan rekapitulasi
jumlah dukungan bakal pasangan calon untuk menghindari
adanya seseorang yang memberikan dukungan kepada
lebih dari satu bakal pasangan calon dan adanya informasi
manipulasi dukungan yang dilaksanakan paling lama 7
(tujuh) hari.
(11)Hasil verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon
perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (10)
dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya diteruskan
kepada KPU provinsi dan salinan hasil verifikasi dan
rekapitulasi disampaikan kepada bakal pasangan calon
untuk dipergunakan sebagai bukti pemenuhan persyaratan
jumlah dukungan untuk pencalonan pemilihan gubernur
/wakil gubernur.
7. Ketentuan Pasal 60 ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) diubah, dan
di antara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 3 (tiga) ayat, yakni
ayat (3a), ayat (3b), dan ayat (3c), serta ditambah 1 (satu) ayat,
yakni ayat (6), sehingga Pasal 60 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 60
(1) Pasangan calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
ayat (1) diteliti persyaratan administrasinya dengan
melakukan klarifikasi kepada instansi pemerintah yang
berwenang dan menerima masukan dari masyarakat
terhadap persyaratan pasangan calon.
(2) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberitahukan secara tertulis kepada calon partai politik
dengan tembusan pimpinan partai politik, gabungan partai
politik yang mengusulkan, atau calon perseorangan paling
lama 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak tanggal
penutupan pendaftaran.
(3) Apabila pasangan calon partai politik atau gabungan partai
politik belum memenuhi syarat atau ditolak karena tidak
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
dan/atau Pasal 59 ayat (5), partai politik atau gabungan
partai politik yang mengajukan calon diberi kesempatan
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat
pencalonan beserta persyaratan pasangan calon atau
mengajukan calon baru paling lama 7 (tujuh) hari sejak saat
pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPU
provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota.
(3a)Apabila belum memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 dan Pasal 59 ayat (5a) huruf b, huruf c,
huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i, calon
perseorangan diberi kesempatan untuk melengkapi
dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta
persyaratan pasangan calon paling lama 7 (tujuh) hari sejak
saat pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPU
provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota.
(3b)Apabila belum memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (5a) huruf a, calon perseorangan
diberi kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki
surat pencalonan beserta persyaratan pasangan calon
paling lama 14 (empat belas) hari sejak saat
pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPU
provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota.
(3c)Apabila calon perseorangan ditolak oleh KPU provinsi
dan/atau KPU kabupaten/ kota karena tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 atau
Pasal 59 ayat (5a), pasangan calon tidak dapat
mencalonkan kembali.
(4) KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan
penelitian ulang tentang kelengkapan dan/atau perbaikan
persyaratan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
ayat (3a), dan ayat (3b) sekaligus memberitahukan hasil
penelitian tersebut paling lama 14 (empat belas) hari
kepada pimpinan partai politik atau gabungan partai politik
yang mengusulkannya atau calon perseorangan.
(5) Apabila hasil penelitian berkas calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tidak memenuhi syarat dan ditolak
oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota, partai
politik, gabungan partai politik, atau calon perseorangan
tidak dapat lagi mengajukan calon.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penelitian
persyaratan administrasi pasangan calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan KPU.
8. Ketentuan Pasal 62 ayat (1) diubah, dan di antara ayat (1) dan
ayat (2) disisipkan 3 (tiga) ayat, yakni ayat (la), ayat (lb), dan
ayat (lc), serta ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3), sehingga
Pasal 62 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 62
(1) Partai politik atau gabungan partai politik dilarang menarik
calonnya dan/atau pasangan calonnya serta pasangan
calon atau salah seorang dari pasangan calon dilarang
mengundurkan diri terhitung sejak ditetapkan sebagai
pasangan calon oleh KPU provinsi dan/ atau KPU
kabupaten/kota.
(1a)Pasangan calon perseorangan atau salah seorang di
antaranya dilarang mengundurkan diri terhitung sejak
ditetapkan sebagai pasangan calon oleh KPU provinsi
dan/atau KPU kabupaten/kota.
(1b)Pasangan calon perseorangan atau salah seorang di
antaranya yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1 a) dikenai sanksi tidak dapat mencalonkan diri
atau dicalonkan oleh partai politik/ gabungan partai politik
sebagai calon kepala daerah/wakil kepala daerah untuk
selamanya di seluruh wilayah Repu blik Indonesia.
(1c)Apabila pasangan calon perseorangan atau salah seorang
di antaranya mengundurkan diri sebagaimana dimaksud
pada ayat (la) setelah ditetapkan oleh KPU sebagai
pasangan calon sehingga tinggal 1 (satu) pasang calon,
pasangan calon tersebut dikenai sanksi sebagaimana
diatur pada ayat (1 b) dan denda sebesar
Rp20.000.000.000,OO (dua puluh miliar rupiah).
(2) Apabila partai politik atau gabungan partai politik menarik
calonnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), partai
politik atau gabungan partai politik yang mencalonkan tidak
dapat mengusulkan calon pengganti.
(3) Apabila pasangan calon perseorangan atau salah seorang
di antaranya mengundurkan diri sebagaimana dimaksud
pada ayat (la), pasangan calon perseorangan dimaksud
dinyatakan gugur dan tidak dapat diganti pasangan calon
perseorangan lain.
9. Ketentuan Pasal 63 ayat (1) dan ayat (3) diubah, dan di antara
ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (la) dan
ayat (lb), serta ditambah 4 (empat) ayat, yakni ayat (4), ayat (5),
ayat (6), dan ayat (7), sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 63
(1) Dalam hal salah satu calon atau pasangan calon meninggal
dunia sejak penetapan calon sampai pada saat dimulainya
hari kampanye, partai politik atau gabungan partai politik
yang pasangan calonnya meninggal dunia dapat
mengusulkan pasangan calon pengganti paling lama 3
(tiga) hari sejak pasangan calon meninggal dunia.
(1a)KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan
penelitian persyaratan administrasi pasangan calon
pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
menetapkannya paling lama 4 (empat) hari terhitung sejak
tanggal pendaftaran.
(1b)Dalam hal salah seorang dari atau pasangan calon
meninggal dunia sejak penetapan calon sampai pada saat
dimulainya hari kampanye sehingga jumlah pasangan calon
kurang dari 2 (dua) pasangan, KPU provinsi dan/atau KPU
kabupaten/kota membuka kembali pendaftaran pengajuan
pasangan calon paling lama 10 (sepuluh) hari.
(2) Dalam hal salah satu calon atau pasangan calon meninggal
dunia pada saat dimulainya kampanye sampai hari
pemungutan suara dan masih terdapat 2 (dua) pasangan
calon atau lebih, tahapan pelaksanaan pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah dilanjutkan dan pasangan
calon yang meninggal dunia tidak dapat diganti serta
dinyatakan gugur.
(3) Dalam hal salah seorang atau pasangan calon partai politik
atau gabungan partai politik meninggal dunia pada saat
dimulainya kampanye sampai hari pemungutan suara,
calon kurang dari 2 (dua) pasangan tahapan pelaksanaan
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ditunda
paling lama 60 (enam puluh) hari.
(4) Partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan
calonnya meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) mengusulkan pasangan calon pengganti paling
lama 7 (tujuh) hari sejak pasangan calon meninggal dunia.
(5) KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan
penelitian persyaratan administrasi usulan pasangan calon
pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan
menetapkannya paling lama 21 (dua puluh satu) hari
terhitung sejak pendaftaran pasangan calon pengganti.
(6) Dalam hal salah seorang atau pasangan calon
perseorangan berhalangan tetap pada saat dimulainya
kampanye sampai dengan hari pemungutan suara
sehingga jumlah pasangan calon kurang dari 2 (dua)
pasangan, tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah
dan wakil kepala daerah ditunda paling lama 60 (enam
puluh) hari.
(7) KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota membuka
kembali pendaftaran pengajuan pasangan calon
perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling
lama 30 (tiga puluh) hari.
10. Ketentuan Pasal 64 ayat (2) diubah, dan ditambah 1 (satu)
ayat, yakni ayat (3), sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 64
(1) Dalam hal salah seorang atau pasangan calon berhalangan
tetap setelah pemungutan suara putaran pertama sampai
dimulainya hari pemungutan suara putaran kedua, tahapan
pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah ditunda paling lama 30 (tiga puluh) hari.
(2) Partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan
calonnya berhalangan tetap mengusulkan pasangan calon
pengganti paling lambat 3 (tiga) hari sejak pasangan calon
berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan
penelitian persyaratan administrasi dan menetapkan
pasangan calon pengganti paling lama 4 (empat) hari
terhitung sejak pendaftaran pasangan calon pengganti.
(3) Dalam hal salah seorang atau pasangan calon
perseorangan berhalangan tetap pada saat dimulainya
pemungutan suara putaran kedua sehingga jumlah
pasangan calon kurang dari 2 (dua) pasangan, KPU
provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota menetapkan
pasangan yang memperoleh suara terbanyak ketiga pada
putaran pertama sebagai pasangan calon untuk putaran
kedua.
11. Ketentuan Pasal 75 ayat (3) diubah, sehingga Pasal 75
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 75
(1) Kampanye dilaksanakan sebagai bagian dari
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
selama 14 (empat belas) hari dan berakhir 3 (tiga) hari
sebelum hari pemungutan suara.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh
pasangan calon bersama-sama partai politik atau
gabungan partai politik yang mengusulkan atau oleh
pasangan calon perseorangan.
(4) Tim kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
didaftarkan ke KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota
bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon.
(5) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bersama-sama atau secara terpisah oleh pasangan
calon dan/atau oleh tim kampanye.
(6) Penanggung jawab kampanye adalah pasangan calon,
yang pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh tim
kampanye.
(7) Tim kampanye dapat dibentuk secara berjenjang di
provinsi, kabupaten/kota bagi pasangan calon gubernur
dan wakil gubernur dan kabupaten/kota dan kecamatan
bagi pasangan calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil
walikota.
(8) Dalam kampanye, rakyat mempunyai kebebasan untuk
menghadiri kampanye.
(9) Jadwal pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh KPU
provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota dengan
memperhatikan usul dari pasangan calon.
12. Ketentuan Pasal 107 ayat (2) dan ayat (4) diubah, sehingga
Pasal 107 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 107
(1) Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
yang memperoleh suara lebih dari 50 % (lima puluh persen)
jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon
terpilih.
(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak terpenuhi, pasangan calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 30% (tiga
puluh persen) dari jumlah suara sah, pasangan calon yang
perolehan suaranya terbesar dinyatakan sebagai pasangan
calon terpilih.
(3) Dalam hal pasangan calon yang perolehan suara terbesar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat lebih dari
satu pasangan calon yang perolehan suaranya sama,
penentuan pasangan calon terpilih dilakukan berdasarkan
wilayah perolehan suara yang lebih luas.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak terpenuhi, atau tidak ada yang mencapai 30% (tiga
puluh persen) dari jumlah suara sah, dilakukan pemilihan
putaran kedua yang diikuti oleh pemenang pertama dan
pemenang kedua.
(5) Apabila pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diperoleh dua pasangan calon, kedua pasangan
calon tersebut berhak mengikuti pemilihan putaran kedua.
(6) Apabila pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diperoleh oleh tiga pasangan calon atau lebih,
penentuan peringkat pertama dan kedua dilakukan
berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.
(7) Apabila pemenang kedua sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diperoleh oleh lebih dari satu pasangan calon,
penentuannya dilakukan berdasarkan wilayah perolehan
suara yang lebih luas.
(8) Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
yang memperoleh suara terbanyak pada putaran kedua
dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih .
13. Di antara ayat (5) dan ayat (6) Pasall08 disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (Sa), sehingga Pasal 108 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 108
(1) Dalam hal calon wakil kepala daerah terpilih berhalangan
tetap, calon kepala daerah terpilih dilantik menjadi kepala
daerah.
(2) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengusulkan dua calon wakil kepala daerah kepada DPRD
untuk dipilih.
(3) Dalam hal calon kepala daerah terpilih berhalangan tetap,
calon wakil kepala daerah terpilih dilantik menjadi kepala
daerah.
(4) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
mengusulkan dua calon wakil kepala daerah kepada DPRD
untuk dipilih.
(5) Dalam hal pasangan calon terpilih berhalangan tetap, partai
politik, gabungan partai politik yang pasangan calonnya
meraih suara terbanyak pertama dan kedua mengusulkan
pasangan calon kepada DPRD untuk dipilih menjadi kepala
daerah dan wakil kepala daerah selambat-lambatnya dalam
waktu 60 (enam puluh) hari.
(5a)Dalam hal pasangan calon terpilih dari calon perseorangan
berhalangan tetap, pasangan calon yang meraih suara
terbanyak kedua dan ketiga diusulkan KPU provinsi
danjatau KPU kabupatenjkota kepada DPRD untuk dipilih
menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah paling
lama 30 (tiga puluh) hari.
(6) Untuk memilih wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (4), pemilihannya dilakukan
selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari.
14. Ketentuan Pasal 115 ditambah 3 (tiga) ayat, yakni ayat (7), ayat
(8), dan ayat (9), sehingga Pasal115 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 115
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
keterangan yang tidak benar mengenai diri sendir atau diri
orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk
pengisian daftar pemilih, diancam dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
bulan dan denda paling sedikil Rp3.000.000,00 (tiga juta
rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang
lain kehilangan hak pilihnya dan orang yang kehilangan hak
pilihnya tersebut mengadukan, diancam dengan pidana
penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama
24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat yang
menurut suatu aturan dalam Undang-Undang ini diperlukan
untuk menjalankan suatu perbuatan dengan maksud untuk
digunakan sendiri atau orang lain sebagai seolah-olah surat
sah atau tidak dipalsukan, diancam dengan pidana penjara
paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama
72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling
banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(4) Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa
suatu surat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah
tidak sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau
menyuruh orang lain menggunakannya sebagai surat sah,
diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00
(tujuh puluh dua juta rupiah).
(5) Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan
ancaman kekuasaan yang ada padanya saat pendaftaran
pemilih menghalang-halangi seseorang untuk terdaftar
sebagai pemilih dalam pemilihan kepala daerah menurut
Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara paling
singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh
enam) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00
(dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp36.000.000,00
(tiga puluh enam juta rupiah).
(6) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
keterangan yang tidak benar atau menggunakan surat
palsu seolah-olah sebagai surat yang sah tentang suatu hal
yang diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi pasangan
calon kepala daerahjwakil kepala daerah, diancam dengan
pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh en am) bulan
dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda
paling sedikit Rp36.000.000,OO (tiga puluh enam juta
rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,OO (tujuh puluh
duajuta rupiah).
(7) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan
keterangan yang tidak benar atau menggunakan identitas
diri palsu untuk mendukung bakal pasangan calon
perseorangan kepala daerah dan wakil kepala daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 diancam dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan
paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda paling
sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling
banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
(8) Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU kabupaten/kota,
dan anggota KPU provinsi yang dengan sengaja
memalsukan daftar dukungan terhadap calon perseorangan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam
dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam)
bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan
denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).
(9) Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU kabupaten/kota,
dan anggota KPU provinsi yang dengan sengaja tidak
melakukan verifikasi dan rekapitulasi terhadap calon
perseorangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini, diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00
(tujuh puluh dua juta rupiah).
15. Ketentuan Pasal 233 ayat (1) dihapus, ayat (2) diubah, dan
ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3), sehingga Pasal 233
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 233
(1) Dihapus.
(2) Pemungutan suara dalam pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada
bulan November 2008 sampai dengan bulan Juli 2009
diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang ini paling
lama pada bulan Oktober 2008.
(3) Dalam hal terjadi pemilihan kepala daerah putaran kedua,
pemungutan suara diselenggarakan paling lama pada
bulan Desember 2008.
16. Ketentuan Pasal 235 diubah dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni
ayat (2), sehingga Pasal 235 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 235
(1) Pemungutan suara dalam pemilihan gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil
walikota dalam satu daerah yang sama yang berakhir masa
jabatannya pada tahun 2008 sampai dengan Juli 2009
dapat diselenggarakan pada hari dan tanggal yang sama.
(2) Pemungutan suara dalam pemilihan gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil
walikota dalam satu daerah yang sama yang berakhir masa
jabatannya dalam kurun waktu 90 (sembilan puluh) hari,
setelah bulan Juli 2009 diselenggarakan pada hari dan
tanggal yang sama.
17. Di antara Pasal 236 dan Pasal 237 disisipkan 3 (tiga) pasal,
yakni Pasal 236A, Pasal 236B, dan Pasal 236C, yang berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 236A
Dalam hal penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah akan berlangsung sebelum terbentuknya panitia
pengawas pemilihan oleh Badan Pengawas Pemilu, DPRD
berwenang membentuk panitia pengawas pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah.
Pasal 236B
Pada saat berlakunya Undang- Undang ini, kepala daerah/wakil
kepala daerah yang sudah terdaftar sebagai calon kepala
daerah/wakil kepala daerah tidak mengundurkan diri dari
jabatannya.
Pasal 236C
Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah
Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
18.Di antara Pasal 239 dan Pasal 240 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 239A, yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 239A
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan yang bertentangan
dengan Undang-Undang ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 28 April 2008
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG
YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 April 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK
ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008
Rumusan Masalah
1.Seperti apa konsep perbedaan UU No 22 tahun 1999 dengan UU No 32 tahun 2004?
2.Mengapa lahir UU No 12 tahun 2008 setelah adanya revisi sebelumnya yaitu uu
No32 tahun 2004?
3.Apa saja hasil dari perubahan kedua UU No 32 tahun 2004 sebagai contoh konkrit
nya ?
4.Bagaimana realita faktanya sebagai perwujudan dari UU No 12 tahun 2008 ?
Pembahasan
1.
Istilah UU No.22/1999 UU No.32/2004
Pemerintah
Pusat
Perangkat NKRI yang terdiri
dari presiden beserta para
menteri menurut asas
desentralisasi
Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945
Desentralisasi Penyerahan wewenang
pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah
otonom dalam kerangka
NKRI
Penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem
NKRI
Dekonsentrasi Pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada
gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau
perangkat pusat di daerah
Pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal wilayah tertentu
Tugas
pembantuan
Penugasan dari pemerintah
kepada daerah dan desa,
dari daerah ke desa untuk
melaksanakan tugas
tertentu yang disertai
pembiayaan, sarana, dan
prasarana serta SDM
dengan kewajiban
melaporkan
pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkan
kepada yang menugaskan
Penugasan dari pemerintah
kepada daerah dan/atau desa
dari pemerintah provinsi kepada
kabupatean/kota dan/atau desa
serta dari pemerintah
kabupatean/kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas
tertentu
Otonomi
daerah
Kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan
masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri
berdasar aspirasi
masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan
Hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan
Daerah
otonom
Keaatuan masyarakat
hukum yang mempunyai
batas wilayah tertentu,
berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan
masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi
Keaatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas wilayah
yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintaha
dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam NKRI
masyarakat dalam NKRI
Wilayah
admininstrasi
Wilayah kerja Gubernur
selaku wakil pemerintah
Kelurahan Wilayah kerja lurah sebagai
perangkat daerah
kabupaten dan/atau daerah
kota di bawah kecamatan
Pemerintah
daerah
Kepala daerah beserta
perangkat daerah otonom
yang lain sebagai badan
eksekutif daerah
Gubernur, Bupati, atau Walikota,
dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemda
Pemerintahan
daerah
Penyelenggaraan Pemda
otonom oleh Pemda dan
DPRD dan/ atau daerah
kota di bawah kecamatan
Penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi dan
tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem prinsip NKRI
Desa Kesatuan wilayah
masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk
mengatur menurut asas
desentralisasi
Kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 lahir karena adanya tuntutan dari masyrakat
kepada Pemerintah untuk membentuk Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah
yang berpihak kepada masyarakat. Untuk itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
yang dinilai tidak lagi mampu menjawab kebutuhan tentang tugas dan wewenang serta
kewajiban Wakil Kepala Daerah, Tugas dan wewenang DPRD, Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Kampanye, Penetapan calon terpilih dan pelantikan,
Ketentuan pidana pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Untuk itu
digantikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.
3.Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi yang memperbolehkan calon
perseorangan atau independent untuk ikut dalam pilkada maka lahirlah Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, yang mengandung politik hukum lebih rinci
mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara demokratis, dimana
calon perseorang diperbolehkan ikut serta pilkada yang tertuang dalam pasal 56 UU
No. 12 Tahun 2008.
Dalam konsideran UU No. 12 Tahun 2008 menyatakan bahwa dalam rangka
mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan agar mampu melahirkan
kepemimpinan daerah yang efektif dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
persamaan, keadilan, dan kepastian hukum dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Bahwa untuk mewujudkan kepemimpinan daerah yang demokratis yang
memperhatikan prinsip persamaan dan keadilan, penyelenggaraan pemilihan kepala
sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara
yang memenuhi persyaratan.
Dalam konsideran tersebut telah memuat politik hukum yang hendak di tuju dan di
capai oleh negara Indonesia ialah mampu melahirkan kepemimpinan daerah yang
memiliki nilai-nilai Pancasila dalam NKRI serta memberi kesempatan kepada siapa saja
putra terbaik bangsa Indonesia yang berkompeten dan ingin memajukan daerahnya
untuk menjadi pemimpin daerah sesuai dengan persyaratan yang telah di atur oleh
undang-undang.
Di perjelas lagi dalam penjelasan UU No. 12 Tahun 2008 yang menyatakan, dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai
dengan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, kepala daerah dipilih secara demokratis. Dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur
mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara
langsung oleh rakyat yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai
politik.Dalam penjelasan ini diperjelas mengenai prinsip demokrasi dan penyempurnaan
undang-undang yang sebelumnya yang dirasa kurang.
Berdasarkan perkembangan hukum dan politik untuk mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang lebih efektif dan akuntabel sesuai dengan aspirasi
masyarakat, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan secara
lebih terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
perlu dilakukan perubahan dengan memberikan kesempatan bagi calon perseorangan
untuk ikut serta dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Penjelasan ini merupakan wujud dari diterimanya aspirasi yang ada di masyarakat yang
meginginkan adanya calon perseorangan dapat ikut menjadi peserta pemilukada
mengingat semua warga negara berhak untuk memajukan bangsa dan negara dalam
pemerintahan.
Jika dilihat dari stabilitasnya dalam undang-undang pemerintah daerah ini perubahan
UU No 32 Tahun 2004 terhadap UU No 12 Tahun 2008 terjadi perubahan nilai dimana
awalnya calon perseorangan tidak diperbolehkan menjadi diperbolehkan, namun kalau
kita melihat falsafah bangsa pancasila dan UUDNRI 1945 undang-undang ini terjadi
perubahan nilai dimana di UUDNRI pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, calon
perseorangan tidak boleh. Kemudian antar perumus undang-undang terjadi perbedaan
karena adanya keinginan pengaturan pilkada diatur sendiri dalam suatu undang-undang
bukan di atur dalam pemerintahan daerah.
Jika dilihat dari dinamikanya perubahan UU No 32 Tahun 2004 terhadap UU No 12
Tahun 2008 tersebut terjadi dinamika dimana UU No 32 Tahun 2004 khususnya
mengenai pemilihan kepala daerah kurang berjalan efektif dalam realitas dimasyarakat
sehingga di rubah dan di tambal sulam dalam UU No 12 Tahun 2008. Strategi
pemerintah dalam UU No 12 Tahun 2008 ialah ingin mengakomodasi keinginan dan
kemauan masyarakat daerah untuk memajukan daerahnya. Jadi bisa dikatakan politik
hukum undang-undang pemerintah daerah terhadap pemilihan kepala daerah secara
demokratis belum stabil dan dinamikanya selalu berubah mengikuti perkembangan
yang terjadi di masyarakat
Jika dilihat dari karakteristik di atas perubahan UU No 32 Tahun 2004 terhadap UU No
12 Tahun 2008 di latar belakangi oleh masalah urgent dimana adanya putusan
Mahkamah Konstitusi yang memperbolehkan calon perseorangan yang sebelumnya
tidak boleh. Sehingga pembentuk undang-undang meentukan langkah taktis berupa
legislative review dengan merubah sebagian pasal-pasal yang ada pada undang-
undang No 32 Tahun 2004 ke dalam UU No 12 Tahun 2008. Kemudian UU No 12
Tahun 2008 di sosialisasikan ke masyarakat dan langsung diterapkan pada pilkada
selanjutnya semenjak UU No 12 Tahun 2008 di undangkan pada lembaran negara.
Mengenai pengawasan dan penindakan hukum di atur mengenai masalah pidana
aparat penegak hukum Polisi melalui laporan badan pengawas pemilu (Bawaslu) yang
berhak menangani dan apabila mempermasalahkan sengketa hasil pemilukada maka
mengajukan permohonan pada Mahkamah Konstitusi.
4. setelah undang-undang direvisi, pengembangan potensi daerah menjadi lebih
optimal sebagai contohnya disetiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, namun
kemajuan setiap daerah iti tergantung pada pengelolaan pemerintahan daerah tersebut
yang berpedoman pada undang-undang nomor 12 tahun 2008. Pengembangan potensi
tersebut selain bergantung pada pemerintah daerah itu sendiri, tergantn pula dengan
masyarakatnya sendiri agar mengikuti program-program yang sudah dibuat pemerintah
daerah tsb.
Konsep pemertintahan daerah pd uu 12 2008 bertujuan mempercaepat pembangunan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah penerapan otonomi yang sesuai
dengan uu nomor 12 tahun 2008 haruslah berbasisi kemanusiaan baik dari aspek
social, budaya, ekonomi, dan politik sehingga dapat membentuk sebuah system tata
kelola pemerintahan yang baik di daerah. Dengan memenuhi prinsip-prinsip good
government yaitu tranparan, akuntabel, dan adanya partisipasi masyarakat yang
ketiganya berjalan secara efisien.
Melakukan revisi uu 32 tahun 2004 merupakan proses dari perencanaan jangka
penjang dari pemerintah dalam upaya pembangunan nasional sehingga saat ini kita
telah melihat adanya perkembangan dari pemerintah daerah yaiutu hilangnya egoism
kedaeraahan maupun rasa kesukuan .
Kesimpulan
Uu pemda dari yang elrtama 22 thn 1999 direvisi menjadi uu 32 2004 direvisi lagi 12
2008 ditegaskan bahwa pemrintahan daerha hanya memilliki kekuasaan yang pertama
di bidang petahanan, moneter dan fiscal, dan kemanan politik luarnegeri dan agama,
keadilan.
Permasalahan yang dilalui
Kesimpulan
Untuk terselenggaranya otda sesuai dg revisi yang ketiga haruslam
mengutamakan kebutuhanakyat dan pembangunan, memperbanyak oto-aktifitas
dan inisiatif daerah serta melaksanakan demokrasi secara efisiensi dengan
meminimlakan pengeluaran untuk gaji dan biaya rapat2 para anggota dewan, itu
semua tidak lepads dari pengupayaan langsung dari masyarakat.cara agar
masyarakat dapat berperan serta secara aktif dengan menyunbangkan pikiran dan tenaganya
berkaitan dengan implementasi otonomi daerah.
1. pemberian pemahaman yang terus menerus mengenai hakikat dan tujuan otonomi daerah kepada
pemuka masyarakat, tidak hanya berbentuk penyuluhan formal tapi juga non formal, termsuk
membuat kebijakan yang lebih memberi pemahaman implementatif tentang otda di tingkat
masyarkat
2. memperbesan keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan kebijakan
3. memperkuat lemabaga2 masyarakat dalam segi manajemen dan keuangan diikuti dengan
pembinaan dan pengawasan yang terus menrus serta pengawasan yang terus menerus
4. mempermudah dan memfasilitsa masyarakat untuk menjalankan kegiatan dan usaha yang lebih
produktif-ekonomis
5. menggiatkan pendidikan keterampilan yang berbasis teknologi
fenomena lain yang sejak lama menjadi kekhawatiran banyak kalangan berkaitan dg implementasi
otda dalah bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah. ini terbukti banyak pejabat publik yang
masih menggunakan kekusasaan menghamburkan uang rakyat untuk alasan studi banding luar negri.
lalu anggota legislatif mulai menggunakan kekuasaannya atas eksekutif untuk menyetujui anggaran
dprd yang jauh lebih besar, lalu proses pengadaan bara dan jasa daerahyang msih berlangdung
dengan harga sebuah item barang dianggarkan jauh lebih besar dari harga pasar, pemberian fasilitas
yang berlebihan kepada pejabat daerah lalu juga yang msaih sering kita lihat adalah dana politik
kampanye yang terlalu besar sehingga memberatakan dana apbn.
untuk menyiasati beratnya beban anggaran pemerintah daerah semestinya bisa menempuh jalan
alternatif yang pertama efisiensi anggaran, revitaisasi perusahaan daerah. dalam kaitannya dg
persoalan korupsi diatas keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terahdap pemrintahan daeraha
juga perlu diupayakan.
otonomi daerah adalah suatu keadan yang memungkinkan daeraha dapat mengaktualisasikan segala
potensi terbaik yang dimiliknya secra optimal sehingga pada dasarnya segala persoalan yang terjadi
sepatutnya disrrehkan kepada daerha untuk mengidentifikasikan, merumuskan, memcahkannya.
adapun dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan dari oknu2 ditingkat
daerah utntuk melakukan berbagai pelanggaran. bisa dilihat bahwa masih banyak permsalahan yang
mengiringi berjalannya otda di indonesia. permsalahan itu tentu harus dicari penyelesainnya agar
tujuan dari otda dapat tercapai sehingga implementasi uu 12 2008 dapat terwujud.

Contenu connexe

Tendances

Analis uu 32 tahun 2004
Analis uu 32 tahun 2004Analis uu 32 tahun 2004
Analis uu 32 tahun 2004Parja Negara
 
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat DaerahPeraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat DaerahPenataan Ruang
 
Uu32 2004 pemerintahan daerah
Uu32 2004 pemerintahan daerahUu32 2004 pemerintahan daerah
Uu32 2004 pemerintahan daerahSyamsul Noor
 
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahPp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahCapung Humve
 
Struktur pemerintahan daerah
Struktur pemerintahan daerah Struktur pemerintahan daerah
Struktur pemerintahan daerah anggunnrjnnahhh
 
RANCANGAN PENGGANTI PP NO. 41 TAHUN 2007
RANCANGAN PENGGANTI PP NO. 41 TAHUN 2007RANCANGAN PENGGANTI PP NO. 41 TAHUN 2007
RANCANGAN PENGGANTI PP NO. 41 TAHUN 2007Yusgo Telaumbanua
 
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...Penataan Ruang
 
PERDA Kecamatan dan kelurahan
PERDA Kecamatan dan kelurahan PERDA Kecamatan dan kelurahan
PERDA Kecamatan dan kelurahan Jhon Blora
 
Perda 5 thn 2007 jep tentang tata cara pencalonan
Perda 5 thn 2007 jep tentang tata cara pencalonanPerda 5 thn 2007 jep tentang tata cara pencalonan
Perda 5 thn 2007 jep tentang tata cara pencalonanZaenal Abidin
 
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahUU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahSuprijanto Rijadi
 
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahUu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahWinarto Winartoap
 
Pp 38 2007 pembagian urusan pemerintahan lengkap
Pp 38 2007 pembagian urusan pemerintahan   lengkapPp 38 2007 pembagian urusan pemerintahan   lengkap
Pp 38 2007 pembagian urusan pemerintahan lengkapBilly Buhaiba
 

Tendances (17)

Uu no 32
Uu no 32Uu no 32
Uu no 32
 
Analis uu 32 tahun 2004
Analis uu 32 tahun 2004Analis uu 32 tahun 2004
Analis uu 32 tahun 2004
 
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat DaerahPeraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
 
Uu32 2004 pemerintahan daerah
Uu32 2004 pemerintahan daerahUu32 2004 pemerintahan daerah
Uu32 2004 pemerintahan daerah
 
UU no 32_2004
UU no 32_2004UU no 32_2004
UU no 32_2004
 
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahPp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah
 
Struktur pemerintahan daerah
Struktur pemerintahan daerah Struktur pemerintahan daerah
Struktur pemerintahan daerah
 
Pp19 2008
Pp19 2008Pp19 2008
Pp19 2008
 
RANCANGAN PENGGANTI PP NO. 41 TAHUN 2007
RANCANGAN PENGGANTI PP NO. 41 TAHUN 2007RANCANGAN PENGGANTI PP NO. 41 TAHUN 2007
RANCANGAN PENGGANTI PP NO. 41 TAHUN 2007
 
Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan
 
Pp no 78_2007
Pp no 78_2007Pp no 78_2007
Pp no 78_2007
 
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerin...
 
PERDA Kecamatan dan kelurahan
PERDA Kecamatan dan kelurahan PERDA Kecamatan dan kelurahan
PERDA Kecamatan dan kelurahan
 
Perda 5 thn 2007 jep tentang tata cara pencalonan
Perda 5 thn 2007 jep tentang tata cara pencalonanPerda 5 thn 2007 jep tentang tata cara pencalonan
Perda 5 thn 2007 jep tentang tata cara pencalonan
 
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahUU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahUu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
 
Pp 38 2007 pembagian urusan pemerintahan lengkap
Pp 38 2007 pembagian urusan pemerintahan   lengkapPp 38 2007 pembagian urusan pemerintahan   lengkap
Pp 38 2007 pembagian urusan pemerintahan lengkap
 

En vedette

чудеса света
чудеса светачудеса света
чудеса светаCube147
 
Why Canada's "Costly" Securities Regulation Regime Ensures Better Decision-ma...
Why Canada's "Costly" Securities Regulation Regime Ensures Better Decision-ma...Why Canada's "Costly" Securities Regulation Regime Ensures Better Decision-ma...
Why Canada's "Costly" Securities Regulation Regime Ensures Better Decision-ma...EzraS
 
Popbasic
PopbasicPopbasic
Popbasicbatch7
 
Atskats uz konkursa "Iesaisties Kurzemē!" norisi 2014
Atskats uz konkursa "Iesaisties Kurzemē!" norisi 2014Atskats uz konkursa "Iesaisties Kurzemē!" norisi 2014
Atskats uz konkursa "Iesaisties Kurzemē!" norisi 2014Kurzemes NVO atbalsta centrs
 

En vedette (8)

Hommasse
HommasseHommasse
Hommasse
 
чудеса света
чудеса светачудеса света
чудеса света
 
Why Canada's "Costly" Securities Regulation Regime Ensures Better Decision-ma...
Why Canada's "Costly" Securities Regulation Regime Ensures Better Decision-ma...Why Canada's "Costly" Securities Regulation Regime Ensures Better Decision-ma...
Why Canada's "Costly" Securities Regulation Regime Ensures Better Decision-ma...
 
Popbasic
PopbasicPopbasic
Popbasic
 
Google Algorithmus
Google AlgorithmusGoogle Algorithmus
Google Algorithmus
 
Aizputes pašvaldības un NVO sadarbība
Aizputes pašvaldības un NVO sadarbībaAizputes pašvaldības un NVO sadarbība
Aizputes pašvaldības un NVO sadarbība
 
Informe2016
Informe2016Informe2016
Informe2016
 
Atskats uz konkursa "Iesaisties Kurzemē!" norisi 2014
Atskats uz konkursa "Iesaisties Kurzemē!" norisi 2014Atskats uz konkursa "Iesaisties Kurzemē!" norisi 2014
Atskats uz konkursa "Iesaisties Kurzemē!" norisi 2014
 

Similaire à Implementasi pemerintah daerah uu 12 tahun 2008

Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...Penataan Ruang
 
UU_12_Tahun_2008.pdf
UU_12_Tahun_2008.pdfUU_12_Tahun_2008.pdf
UU_12_Tahun_2008.pdfalafkaar
 
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No...Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No...Penataan Ruang
 
Perda nomor-6-tahun-2012
Perda nomor-6-tahun-2012Perda nomor-6-tahun-2012
Perda nomor-6-tahun-2012Medan Comonity
 
No. 6 ttg pilkades
No. 6 ttg pilkadesNo. 6 ttg pilkades
No. 6 ttg pilkadesppbkab
 
FUNGSI DPRD TERHADAP LKPJ KDH INDRAMAYU.pptx
FUNGSI DPRD TERHADAP LKPJ KDH INDRAMAYU.pptxFUNGSI DPRD TERHADAP LKPJ KDH INDRAMAYU.pptx
FUNGSI DPRD TERHADAP LKPJ KDH INDRAMAYU.pptxalpin14
 
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikotaUu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikotaWinarto Winartoap
 
Akmal-Arah Kebijakan PP 12 Tahun 2018.ppt
Akmal-Arah Kebijakan PP 12 Tahun 2018.pptAkmal-Arah Kebijakan PP 12 Tahun 2018.ppt
Akmal-Arah Kebijakan PP 12 Tahun 2018.pptYogieNovri
 
Diskusi terbatas ttg tinjaun yuridis pengunduran diri dc 150911
Diskusi terbatas ttg tinjaun yuridis pengunduran diri dc 150911Diskusi terbatas ttg tinjaun yuridis pengunduran diri dc 150911
Diskusi terbatas ttg tinjaun yuridis pengunduran diri dc 150911Doni Setiawan
 
Perda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salim
Perda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salimPerda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salim
Perda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salimedi pribadi
 
MATERI BPD DESA PADDUMPU.ppt
MATERI BPD DESA PADDUMPU.pptMATERI BPD DESA PADDUMPU.ppt
MATERI BPD DESA PADDUMPU.pptCHAIRUDIN2
 
Perda no.1 tahun 2015 ttg pilkades 2015 (26 2-2015)
Perda no.1 tahun 2015 ttg pilkades 2015 (26 2-2015)Perda no.1 tahun 2015 ttg pilkades 2015 (26 2-2015)
Perda no.1 tahun 2015 ttg pilkades 2015 (26 2-2015)edi pribadi
 
Perda pemilihan kepala desa
Perda pemilihan kepala desaPerda pemilihan kepala desa
Perda pemilihan kepala desaArifuddin Ali.
 
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014Yogi Fachri Prayoga
 
Peraturan_Daerah_5_2021.pdf
Peraturan_Daerah_5_2021.pdfPeraturan_Daerah_5_2021.pdf
Peraturan_Daerah_5_2021.pdfwonokertod
 

Similaire à Implementasi pemerintah daerah uu 12 tahun 2008 (20)

Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...
 
UU_12_Tahun_2008.pdf
UU_12_Tahun_2008.pdfUU_12_Tahun_2008.pdf
UU_12_Tahun_2008.pdf
 
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No...Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No...
 
Perda nomor-6-tahun-2012
Perda nomor-6-tahun-2012Perda nomor-6-tahun-2012
Perda nomor-6-tahun-2012
 
No. 6 ttg pilkades
No. 6 ttg pilkadesNo. 6 ttg pilkades
No. 6 ttg pilkades
 
Pp 16 2010
Pp 16 2010Pp 16 2010
Pp 16 2010
 
Panduan tatib dprd
Panduan tatib dprdPanduan tatib dprd
Panduan tatib dprd
 
FUNGSI DPRD TERHADAP LKPJ KDH INDRAMAYU.pptx
FUNGSI DPRD TERHADAP LKPJ KDH INDRAMAYU.pptxFUNGSI DPRD TERHADAP LKPJ KDH INDRAMAYU.pptx
FUNGSI DPRD TERHADAP LKPJ KDH INDRAMAYU.pptx
 
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikotaUu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
 
Pp no.19 2008
Pp no.19 2008Pp no.19 2008
Pp no.19 2008
 
Akmal-Arah Kebijakan PP 12 Tahun 2018.ppt
Akmal-Arah Kebijakan PP 12 Tahun 2018.pptAkmal-Arah Kebijakan PP 12 Tahun 2018.ppt
Akmal-Arah Kebijakan PP 12 Tahun 2018.ppt
 
Diskusi terbatas ttg tinjaun yuridis pengunduran diri dc 150911
Diskusi terbatas ttg tinjaun yuridis pengunduran diri dc 150911Diskusi terbatas ttg tinjaun yuridis pengunduran diri dc 150911
Diskusi terbatas ttg tinjaun yuridis pengunduran diri dc 150911
 
Draft perbub bpd oki
Draft perbub bpd okiDraft perbub bpd oki
Draft perbub bpd oki
 
Perda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salim
Perda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salimPerda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salim
Perda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salim
 
MATERI BPD DESA PADDUMPU.ppt
MATERI BPD DESA PADDUMPU.pptMATERI BPD DESA PADDUMPU.ppt
MATERI BPD DESA PADDUMPU.ppt
 
Perda no.1 tahun 2015 ttg pilkades 2015 (26 2-2015)
Perda no.1 tahun 2015 ttg pilkades 2015 (26 2-2015)Perda no.1 tahun 2015 ttg pilkades 2015 (26 2-2015)
Perda no.1 tahun 2015 ttg pilkades 2015 (26 2-2015)
 
Pp no 17_th_2005
Pp no 17_th_2005Pp no 17_th_2005
Pp no 17_th_2005
 
Perda pemilihan kepala desa
Perda pemilihan kepala desaPerda pemilihan kepala desa
Perda pemilihan kepala desa
 
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
 
Peraturan_Daerah_5_2021.pdf
Peraturan_Daerah_5_2021.pdfPeraturan_Daerah_5_2021.pdf
Peraturan_Daerah_5_2021.pdf
 

Plus de dena sundari alief

Konsep Diri Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Anak Kanker Bandiung
Konsep Diri Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Anak Kanker BandiungKonsep Diri Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Anak Kanker Bandiung
Konsep Diri Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Anak Kanker Bandiungdena sundari alief
 
Psikologi Perkembangan early school age
Psikologi Perkembangan early school agePsikologi Perkembangan early school age
Psikologi Perkembangan early school agedena sundari alief
 
Psikologi Abnormal Enuresis pada anak
Psikologi Abnormal Enuresis pada anakPsikologi Abnormal Enuresis pada anak
Psikologi Abnormal Enuresis pada anakdena sundari alief
 
Makalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di IndonesiaMakalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di Indonesiadena sundari alief
 

Plus de dena sundari alief (6)

Konsep Diri Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Anak Kanker Bandiung
Konsep Diri Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Anak Kanker BandiungKonsep Diri Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Anak Kanker Bandiung
Konsep Diri Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Anak Kanker Bandiung
 
Psikologi Perkembangan early school age
Psikologi Perkembangan early school agePsikologi Perkembangan early school age
Psikologi Perkembangan early school age
 
Psikologi Abnormal Enuresis pada anak
Psikologi Abnormal Enuresis pada anakPsikologi Abnormal Enuresis pada anak
Psikologi Abnormal Enuresis pada anak
 
Psikologi Abnormal Enuresis
Psikologi Abnormal EnuresisPsikologi Abnormal Enuresis
Psikologi Abnormal Enuresis
 
Makalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di IndonesiaMakalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di Indonesia
 
Kemiskinan
KemiskinanKemiskinan
Kemiskinan
 

Dernier

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 

Dernier (20)

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 

Implementasi pemerintah daerah uu 12 tahun 2008

  • 1. Implementasi Pemerintah Daerah UU No 12 Tahun 2008 Sebagai UU yang Digunakan Sekarang Disusun Oleh :
  • 2. Pendahuluan Undang-undang akan selalu berubah mengikuti zaman. Hal ini dikarenakan tidak semua pasal dalam undang-undang pas atau sesuai untuk diterapkan disepanjang zaman. Demikian juga dengan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah. Dulu undang-undang yang digunakan adalah UU No 22 tahun 1999, kemudian seiring berjalannya waktu diganti menjadi UU No 32 tahun 2004, dan yang terakhir digunakan sekarang adalah UU No 12 tahun 2008. Untuk isi UU No 12 tahun 2008 yang akan di bahas implementasinya, hasil perbaikan dari UU sebelumnya adalah sebagai berikut : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan agar mampu melahirkan kepemimpinan daerah yang efektif dengan memperhatikan prinsip demokrasi, persamaan, keadilan, dan kepastian hukum dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. bahwa untuk mewujudkan kepemimpinan daerah yang demokratis yang memperhatikan prinsip persamaan dan keadilan, penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang memenuhi persyaratan; c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah terjadi perubahan, terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi tentang calon perseorangan;
  • 3. d. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah belum diatur mengenai pengisian kekosongan jabatan wakil kepala daerah yang menggantikan kepala daerah yang meninggal dunia, mengundurkan diri, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya; e. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah belum diatur mengenai pengisian kekosongan jabatan wakil kepala daerah yang meninggal dunia, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya; f. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, perlu adanya pengaturan untuk mengintegrasikan jadwal penyelenggaraan pemilihan kepala daerah sehingga Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah perlu diubah; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (4), Pasal 20, Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); MEMUTUSKAN : Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKY AT REPUBLIK INDONESIA DAN
  • 4. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 26 ditambah 4 (empat) ayat, yakni ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7), sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut : Pasal 26 (1) Wakil kepala daerah mempunyai tugas: a. membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah; b. membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup; c. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi; d. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota; e. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah; f. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala daerah; dan g. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wakil kepala daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah.
  • 5. (3) Wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus- menerus dalam masa jabatannya. (4) Untuk mengisi kekosongan jabatan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari partai politik atau gabungan partai politik dan masa jabatannya masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD. (5) Untuk mengisi kekosongan jabatan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari calon perseorangan dan masa jabatannya masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD. (6) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah yang berasal dari partai politik atau gabungan partai politik karena meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya dan masa jabatannya masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD. (7) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah yang berasal dari calon perseorangan karena meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus- menerus dalam masa jabatannya dan masa jabatannya masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepala daerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD. 2. Ketentuan Pasal 42 ayat (1) huruf i dihapus dan penjelasan huruf e diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan, sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai berikut :
  • 6. Pasal 42 (1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang : a. membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama; b. membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah; c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah; d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD Kabupaten/Kota; e. memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah; f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah; h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan; i. dihapus; j. melakukan pengawasan dan meminta laporan KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah; k. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antardaerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. (2) Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. 3. Ketentuan Pasal 56 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 56 berbunyi sebagai berikut : Pasal 56
  • 7. (1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. (2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang ini. 4. Ketentuan Pasal 58 huruf d dan huruf f diubah, huruf I dihapus serta ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf q, sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut : Pasal 58 Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah; c. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat; d. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun bagi calon gubernur/wakil gubernur dan berusia sekurang- kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun bagi calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota; e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter; f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; h. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya; i. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan;
  • 8. j. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara; k. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; l. dihapus; m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak; n. menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri; o. belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; p. tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah; dan q. mengundurkan diri sejak pendaftaran bagi kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang masih menduduki jabatannya. 5. Ketentuan Pasal 59 ayat (1) diubah, di antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 5 (lima) ayat, yakni ayat (2a), ayat (2b), ayat (2c), ayat (2d), dan ayat (2e), ayat (3) dihapus, di antara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (4a), dan di antara ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (5a) dan ayat (5b), sehingga Pasal 59 berbunyi sebagai berikut : Pasal 59 (1) Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah : a. pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. b. pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. (2) Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.
  • 9. (2a)Pasangan calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat mendaftarkan diri sebagai pasangan calon gubernur/wakil gubernur apabila memenuhi syarat dukungan dengan ketentuan : a. provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 2.000.000 (dua juta) jiwa harus didukung sekurang- kurangnya 6,5% (enam koma lima persen); b. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000.000 (dua juta) sampai dengan 6.000.000 (enam juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 5% (lima persen); c. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 6.000.000 (enam juta) sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (empat persen); dan d. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung sekurang- kurangnya 3% (tiga persen). (2b)Pasangan calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupati/wakil bupati atau walikota/wakil walikota apabila memenuhi syarat dukungan dengan ketentuan : a. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 6,5% (enam koma lima persen); b. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 250.000 (dua ratus lima puluh ribu) sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) jiwa harus didukung sekurang- kurangnya 5% (lima persen); c. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) sampai dengan 1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4% (empat persen); dan d. kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa harus didukung sekurang- kurangnya 3% (tiga persen). (2c)Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2a) tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kabupaten/kota di provinsi dimaksud.
  • 10. (2d)Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2b) tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di kabupaten/kota dimaksud. (2e)Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) dan ayat (2b) dibuat dalam bentuk surat dukungan yang disertai dengan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau surat keterangan tanda penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Dihapus. (4) Dalam proses penetapan pasangan calon, partai politik atau gabungan partai politik memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat. (4a)Dalam proses penetapan pasangan calon perseorangan, KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat. (5) Partai politik atau gabungan partai politik pada saat mendaftarkan calon partai politik, wajib menyerahkan : a. surat pencalonan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau pimpinan partai politik yang bergabung; b. kesepakatan tertulis antarpartai politik yang bergabung untuk mencalonkan pasangan calon; c. surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan atas pasangan yang dicalonkan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau para pimpinan partai politik yang bergabung; d. surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah secara berpasangan; e. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai pasangan calon; f. surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; g. surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;
  • 11. h. surat pernyataan tidak aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD tempat yang bersangkutan menjadi calon di daerah yang menjadi wilayah kerjanya; i. surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD, dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah; j. kelengkapan persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58; dan k. visi, misi, dan program dari pasangan calon secara tertulis. (5a)Calon perseorangan pada saat mendaftar wajib menyerahkan : a. surat pencalonan yang ditandatangani oleh pasangan calon perseorangan; b. berkas dukungan dalam bentuk pernyataan dukungan yang dilampiri dengan fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan tanda penduduk; c. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai pasangan calon; d. surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan apabila terpilih menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; e. surat pemyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; f. surat pernyataan nonaktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD tempat yang bersangkutan menjadi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah di daerah wilayah kerjanya; g. surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD, dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah; h. kelengkapan persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58; dan i. visi, misi, dan program dari pasangan calon secara tertulis.
  • 12. (5b)Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5a) huruf b hanya diberikan kepada satu pasangan calon perseorangan. (6) Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat mengusulkan satu pasangan calon dan pasangan calon tersebut tidak dapat diusulkan lagi oleh partai politik atau gabungan partai politik lainnya. (7) Masa pendaftaran pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak pengumuman pendaftaran pasangan calon. 6. Di antara Pasal 59 dan Pasal 60 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 59A, yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 59A (1) Verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan untuk pemilihan gubernur/wakil gubernur dilakukan oleh KPU provinsi yang dibantu oleh KPU kabupaten/kota, PPK, dan PPS. (2) Verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan untuk pemilihan bupati/ wakil bupati dan walikota/wakil walikota dilakukan oleh KPU kabupaten/kota yang dibantu oleh PPK dan PPS. (3) Bakal pasangan calon perseorangan untuk pemilihan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota menyerahkan daftar dukungan kepada PPS untuk dilakukan verifikasi paling lambat 21 (dua puluh satu) hari sebelum waktu pendaftaran pasangan calon dimulai. (4) Bakal pasangan calon perseorangan untuk pemilihan gubernur/wakil gubernur menyerahkan daftar dukungan kepada PPS untuk dilakukan verifikasi paling lambat 28 (dua puluh delapan) hari sebelum waktu pendaftaran pasangan calon dimulai. (5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari sejak dokumen dukungan bakal pasangan calon perseorangan diserahkan. (6) Hasil verifikasi dukungan calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam berita acara,
  • 13. yang selanjutnya diteruskan kepada PPK dan salinan hasil verifikasi disampaikan kepada bakal pasangan calon. (7) PPK melakukan verifikasi dan rekapitulasi jumlah dukungan bakal pasangan calon untuk menghindari adanya seseorang yang memberikan dukungan kepada lebih dari satu bakal pasangan calon dan adanya informasi manipulasi dukungan yang dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari. (8) Hasil verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya diteruskan kepada KPU kabupaten/kota dan salinan hasil verifikasi dan rekapitulasi disampaikan kepada bakal pasangan calon. (9) Dalam pemilihan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota, salinan hasil verifikasi dan rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dipergunakan oleh bakal pasangan calon dari perseorangan sebagai bukti pemenuhan persyaratan dukungan pencalonan. (10)KPU kabupaten/kota melakukan verifikasi dan rekapitulasi jumlah dukungan bakal pasangan calon untuk menghindari adanya seseorang yang memberikan dukungan kepada lebih dari satu bakal pasangan calon dan adanya informasi manipulasi dukungan yang dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari. (11)Hasil verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya diteruskan kepada KPU provinsi dan salinan hasil verifikasi dan rekapitulasi disampaikan kepada bakal pasangan calon untuk dipergunakan sebagai bukti pemenuhan persyaratan jumlah dukungan untuk pencalonan pemilihan gubernur /wakil gubernur. 7. Ketentuan Pasal 60 ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) diubah, dan di antara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 3 (tiga) ayat, yakni ayat (3a), ayat (3b), dan ayat (3c), serta ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (6), sehingga Pasal 60 berbunyi sebagai berikut : Pasal 60 (1) Pasangan calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) diteliti persyaratan administrasinya dengan
  • 14. melakukan klarifikasi kepada instansi pemerintah yang berwenang dan menerima masukan dari masyarakat terhadap persyaratan pasangan calon. (2) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada calon partai politik dengan tembusan pimpinan partai politik, gabungan partai politik yang mengusulkan, atau calon perseorangan paling lama 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak tanggal penutupan pendaftaran. (3) Apabila pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik belum memenuhi syarat atau ditolak karena tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dan/atau Pasal 59 ayat (5), partai politik atau gabungan partai politik yang mengajukan calon diberi kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta persyaratan pasangan calon atau mengajukan calon baru paling lama 7 (tujuh) hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota. (3a)Apabila belum memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dan Pasal 59 ayat (5a) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i, calon perseorangan diberi kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta persyaratan pasangan calon paling lama 7 (tujuh) hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota. (3b)Apabila belum memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (5a) huruf a, calon perseorangan diberi kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta persyaratan pasangan calon paling lama 14 (empat belas) hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota. (3c)Apabila calon perseorangan ditolak oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/ kota karena tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 atau Pasal 59 ayat (5a), pasangan calon tidak dapat mencalonkan kembali. (4) KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan penelitian ulang tentang kelengkapan dan/atau perbaikan persyaratan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
  • 15. ayat (3a), dan ayat (3b) sekaligus memberitahukan hasil penelitian tersebut paling lama 14 (empat belas) hari kepada pimpinan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkannya atau calon perseorangan. (5) Apabila hasil penelitian berkas calon sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak memenuhi syarat dan ditolak oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota, partai politik, gabungan partai politik, atau calon perseorangan tidak dapat lagi mengajukan calon. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penelitian persyaratan administrasi pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan KPU. 8. Ketentuan Pasal 62 ayat (1) diubah, dan di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 3 (tiga) ayat, yakni ayat (la), ayat (lb), dan ayat (lc), serta ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3), sehingga Pasal 62 berbunyi sebagai berikut : Pasal 62 (1) Partai politik atau gabungan partai politik dilarang menarik calonnya dan/atau pasangan calonnya serta pasangan calon atau salah seorang dari pasangan calon dilarang mengundurkan diri terhitung sejak ditetapkan sebagai pasangan calon oleh KPU provinsi dan/ atau KPU kabupaten/kota. (1a)Pasangan calon perseorangan atau salah seorang di antaranya dilarang mengundurkan diri terhitung sejak ditetapkan sebagai pasangan calon oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota. (1b)Pasangan calon perseorangan atau salah seorang di antaranya yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1 a) dikenai sanksi tidak dapat mencalonkan diri atau dicalonkan oleh partai politik/ gabungan partai politik sebagai calon kepala daerah/wakil kepala daerah untuk selamanya di seluruh wilayah Repu blik Indonesia. (1c)Apabila pasangan calon perseorangan atau salah seorang di antaranya mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (la) setelah ditetapkan oleh KPU sebagai pasangan calon sehingga tinggal 1 (satu) pasang calon, pasangan calon tersebut dikenai sanksi sebagaimana diatur pada ayat (1 b) dan denda sebesar Rp20.000.000.000,OO (dua puluh miliar rupiah).
  • 16. (2) Apabila partai politik atau gabungan partai politik menarik calonnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), partai politik atau gabungan partai politik yang mencalonkan tidak dapat mengusulkan calon pengganti. (3) Apabila pasangan calon perseorangan atau salah seorang di antaranya mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (la), pasangan calon perseorangan dimaksud dinyatakan gugur dan tidak dapat diganti pasangan calon perseorangan lain. 9. Ketentuan Pasal 63 ayat (1) dan ayat (3) diubah, dan di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (la) dan ayat (lb), serta ditambah 4 (empat) ayat, yakni ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7), sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 63 (1) Dalam hal salah satu calon atau pasangan calon meninggal dunia sejak penetapan calon sampai pada saat dimulainya hari kampanye, partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya meninggal dunia dapat mengusulkan pasangan calon pengganti paling lama 3 (tiga) hari sejak pasangan calon meninggal dunia. (1a)KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan penelitian persyaratan administrasi pasangan calon pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menetapkannya paling lama 4 (empat) hari terhitung sejak tanggal pendaftaran. (1b)Dalam hal salah seorang dari atau pasangan calon meninggal dunia sejak penetapan calon sampai pada saat dimulainya hari kampanye sehingga jumlah pasangan calon kurang dari 2 (dua) pasangan, KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota membuka kembali pendaftaran pengajuan pasangan calon paling lama 10 (sepuluh) hari. (2) Dalam hal salah satu calon atau pasangan calon meninggal dunia pada saat dimulainya kampanye sampai hari pemungutan suara dan masih terdapat 2 (dua) pasangan calon atau lebih, tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilanjutkan dan pasangan calon yang meninggal dunia tidak dapat diganti serta dinyatakan gugur. (3) Dalam hal salah seorang atau pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik meninggal dunia pada saat
  • 17. dimulainya kampanye sampai hari pemungutan suara, calon kurang dari 2 (dua) pasangan tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ditunda paling lama 60 (enam puluh) hari. (4) Partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengusulkan pasangan calon pengganti paling lama 7 (tujuh) hari sejak pasangan calon meninggal dunia. (5) KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan penelitian persyaratan administrasi usulan pasangan calon pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan menetapkannya paling lama 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak pendaftaran pasangan calon pengganti. (6) Dalam hal salah seorang atau pasangan calon perseorangan berhalangan tetap pada saat dimulainya kampanye sampai dengan hari pemungutan suara sehingga jumlah pasangan calon kurang dari 2 (dua) pasangan, tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ditunda paling lama 60 (enam puluh) hari. (7) KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota membuka kembali pendaftaran pengajuan pasangan calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling lama 30 (tiga puluh) hari. 10. Ketentuan Pasal 64 ayat (2) diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3), sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai berikut: Pasal 64 (1) Dalam hal salah seorang atau pasangan calon berhalangan tetap setelah pemungutan suara putaran pertama sampai dimulainya hari pemungutan suara putaran kedua, tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ditunda paling lama 30 (tiga puluh) hari. (2) Partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya berhalangan tetap mengusulkan pasangan calon pengganti paling lambat 3 (tiga) hari sejak pasangan calon berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota melakukan penelitian persyaratan administrasi dan menetapkan pasangan calon pengganti paling lama 4 (empat) hari
  • 18. terhitung sejak pendaftaran pasangan calon pengganti. (3) Dalam hal salah seorang atau pasangan calon perseorangan berhalangan tetap pada saat dimulainya pemungutan suara putaran kedua sehingga jumlah pasangan calon kurang dari 2 (dua) pasangan, KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota menetapkan pasangan yang memperoleh suara terbanyak ketiga pada putaran pertama sebagai pasangan calon untuk putaran kedua. 11. Ketentuan Pasal 75 ayat (3) diubah, sehingga Pasal 75 berbunyi sebagai berikut : Pasal 75 (1) Kampanye dilaksanakan sebagai bagian dari penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. (2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selama 14 (empat belas) hari dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara. (3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan atau oleh pasangan calon perseorangan. (4) Tim kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didaftarkan ke KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon. (5) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bersama-sama atau secara terpisah oleh pasangan calon dan/atau oleh tim kampanye. (6) Penanggung jawab kampanye adalah pasangan calon, yang pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh tim kampanye. (7) Tim kampanye dapat dibentuk secara berjenjang di provinsi, kabupaten/kota bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dan kabupaten/kota dan kecamatan bagi pasangan calon bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota.
  • 19. (8) Dalam kampanye, rakyat mempunyai kebebasan untuk menghadiri kampanye. (9) Jadwal pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh KPU provinsi dan/atau KPU kabupaten/kota dengan memperhatikan usul dari pasangan calon. 12. Ketentuan Pasal 107 ayat (2) dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 107 berbunyi sebagai berikut : Pasal 107 (1) Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 50 % (lima puluh persen) jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih. (2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 30% (tiga puluh persen) dari jumlah suara sah, pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih. (3) Dalam hal pasangan calon yang perolehan suara terbesar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat lebih dari satu pasangan calon yang perolehan suaranya sama, penentuan pasangan calon terpilih dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas. (4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi, atau tidak ada yang mencapai 30% (tiga puluh persen) dari jumlah suara sah, dilakukan pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh pemenang pertama dan pemenang kedua. (5) Apabila pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh dua pasangan calon, kedua pasangan calon tersebut berhak mengikuti pemilihan putaran kedua. (6) Apabila pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh oleh tiga pasangan calon atau lebih, penentuan peringkat pertama dan kedua dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas. (7) Apabila pemenang kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh oleh lebih dari satu pasangan calon, penentuannya dilakukan berdasarkan wilayah perolehan
  • 20. suara yang lebih luas. (8) Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara terbanyak pada putaran kedua dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih . 13. Di antara ayat (5) dan ayat (6) Pasall08 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (Sa), sehingga Pasal 108 berbunyi sebagai berikut : Pasal 108 (1) Dalam hal calon wakil kepala daerah terpilih berhalangan tetap, calon kepala daerah terpilih dilantik menjadi kepala daerah. (2) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengusulkan dua calon wakil kepala daerah kepada DPRD untuk dipilih. (3) Dalam hal calon kepala daerah terpilih berhalangan tetap, calon wakil kepala daerah terpilih dilantik menjadi kepala daerah. (4) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengusulkan dua calon wakil kepala daerah kepada DPRD untuk dipilih. (5) Dalam hal pasangan calon terpilih berhalangan tetap, partai politik, gabungan partai politik yang pasangan calonnya meraih suara terbanyak pertama dan kedua mengusulkan pasangan calon kepada DPRD untuk dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari. (5a)Dalam hal pasangan calon terpilih dari calon perseorangan berhalangan tetap, pasangan calon yang meraih suara terbanyak kedua dan ketiga diusulkan KPU provinsi danjatau KPU kabupatenjkota kepada DPRD untuk dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah paling lama 30 (tiga puluh) hari. (6) Untuk memilih wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), pemilihannya dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari. 14. Ketentuan Pasal 115 ditambah 3 (tiga) ayat, yakni ayat (7), ayat (8), dan ayat (9), sehingga Pasal115 berbunyi sebagai berikut :
  • 21. Pasal 115 (1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar mengenai diri sendir atau diri orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk pengisian daftar pemilih, diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan denda paling sedikil Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). (2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya dan orang yang kehilangan hak pilihnya tersebut mengadukan, diancam dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). (3) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat yang menurut suatu aturan dalam Undang-Undang ini diperlukan untuk menjalankan suatu perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri atau orang lain sebagai seolah-olah surat sah atau tidak dipalsukan, diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). (4) Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa suatu surat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah tidak sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau menyuruh orang lain menggunakannya sebagai surat sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). (5) Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekuasaan yang ada padanya saat pendaftaran pemilih menghalang-halangi seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan kepala daerah menurut Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp36.000.000,00
  • 22. (tiga puluh enam juta rupiah). (6) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar atau menggunakan surat palsu seolah-olah sebagai surat yang sah tentang suatu hal yang diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi pasangan calon kepala daerahjwakil kepala daerah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh en am) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,OO (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,OO (tujuh puluh duajuta rupiah). (7) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar atau menggunakan identitas diri palsu untuk mendukung bakal pasangan calon perseorangan kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 diancam dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). (8) Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU kabupaten/kota, dan anggota KPU provinsi yang dengan sengaja memalsukan daftar dukungan terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). (9) Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU kabupaten/kota, dan anggota KPU provinsi yang dengan sengaja tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). 15. Ketentuan Pasal 233 ayat (1) dihapus, ayat (2) diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3), sehingga Pasal 233 berbunyi sebagai berikut :
  • 23. Pasal 233 (1) Dihapus. (2) Pemungutan suara dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada bulan November 2008 sampai dengan bulan Juli 2009 diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang ini paling lama pada bulan Oktober 2008. (3) Dalam hal terjadi pemilihan kepala daerah putaran kedua, pemungutan suara diselenggarakan paling lama pada bulan Desember 2008. 16. Ketentuan Pasal 235 diubah dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (2), sehingga Pasal 235 berbunyi sebagai berikut : Pasal 235 (1) Pemungutan suara dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota dalam satu daerah yang sama yang berakhir masa jabatannya pada tahun 2008 sampai dengan Juli 2009 dapat diselenggarakan pada hari dan tanggal yang sama. (2) Pemungutan suara dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota dalam satu daerah yang sama yang berakhir masa jabatannya dalam kurun waktu 90 (sembilan puluh) hari, setelah bulan Juli 2009 diselenggarakan pada hari dan tanggal yang sama. 17. Di antara Pasal 236 dan Pasal 237 disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 236A, Pasal 236B, dan Pasal 236C, yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 236A Dalam hal penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah akan berlangsung sebelum terbentuknya panitia pengawas pemilihan oleh Badan Pengawas Pemilu, DPRD berwenang membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Pasal 236B Pada saat berlakunya Undang- Undang ini, kepala daerah/wakil kepala daerah yang sudah terdaftar sebagai calon kepala
  • 24. daerah/wakil kepala daerah tidak mengundurkan diri dari jabatannya. Pasal 236C Penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan. 18.Di antara Pasal 239 dan Pasal 240 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 239A, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 239A Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan Undang-Undang ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal II Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 28 April 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 April 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008
  • 25. Rumusan Masalah 1.Seperti apa konsep perbedaan UU No 22 tahun 1999 dengan UU No 32 tahun 2004? 2.Mengapa lahir UU No 12 tahun 2008 setelah adanya revisi sebelumnya yaitu uu No32 tahun 2004? 3.Apa saja hasil dari perubahan kedua UU No 32 tahun 2004 sebagai contoh konkrit nya ? 4.Bagaimana realita faktanya sebagai perwujudan dari UU No 12 tahun 2008 ?
  • 26. Pembahasan 1. Istilah UU No.22/1999 UU No.32/2004 Pemerintah Pusat Perangkat NKRI yang terdiri dari presiden beserta para menteri menurut asas desentralisasi Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 Desentralisasi Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI Dekonsentrasi Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal wilayah tertentu
  • 27. Tugas pembantuan Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa, dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta SDM dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatean/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupatean/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu Otonomi daerah Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang- undangan Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan Daerah otonom Keaatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi Keaatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintaha dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam NKRI
  • 28. masyarakat dalam NKRI Wilayah admininstrasi Wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah Kelurahan Wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan Pemerintah daerah Kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemda Pemerintahan daerah Penyelenggaraan Pemda otonom oleh Pemda dan DPRD dan/ atau daerah kota di bawah kecamatan Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem prinsip NKRI Desa Kesatuan wilayah masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur menurut asas desentralisasi Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
  • 29. 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 lahir karena adanya tuntutan dari masyrakat kepada Pemerintah untuk membentuk Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah yang berpihak kepada masyarakat. Untuk itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dinilai tidak lagi mampu menjawab kebutuhan tentang tugas dan wewenang serta kewajiban Wakil Kepala Daerah, Tugas dan wewenang DPRD, Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Kampanye, Penetapan calon terpilih dan pelantikan, Ketentuan pidana pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Untuk itu digantikan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. 3.Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi yang memperbolehkan calon perseorangan atau independent untuk ikut dalam pilkada maka lahirlah Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, yang mengandung politik hukum lebih rinci mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara demokratis, dimana calon perseorang diperbolehkan ikut serta pilkada yang tertuang dalam pasal 56 UU No. 12 Tahun 2008. Dalam konsideran UU No. 12 Tahun 2008 menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan agar mampu melahirkan kepemimpinan daerah yang efektif dengan memperhatikan prinsip demokrasi, persamaan, keadilan, dan kepastian hukum dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa untuk mewujudkan kepemimpinan daerah yang demokratis yang memperhatikan prinsip persamaan dan keadilan, penyelenggaraan pemilihan kepala sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  • 30. pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang memenuhi persyaratan. Dalam konsideran tersebut telah memuat politik hukum yang hendak di tuju dan di capai oleh negara Indonesia ialah mampu melahirkan kepemimpinan daerah yang memiliki nilai-nilai Pancasila dalam NKRI serta memberi kesempatan kepada siapa saja putra terbaik bangsa Indonesia yang berkompeten dan ingin memajukan daerahnya untuk menjadi pemimpin daerah sesuai dengan persyaratan yang telah di atur oleh undang-undang. Di perjelas lagi dalam penjelasan UU No. 12 Tahun 2008 yang menyatakan, dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, kepala daerah dipilih secara demokratis. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik.Dalam penjelasan ini diperjelas mengenai prinsip demokrasi dan penyempurnaan undang-undang yang sebelumnya yang dirasa kurang. Berdasarkan perkembangan hukum dan politik untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efektif dan akuntabel sesuai dengan aspirasi masyarakat, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan secara lebih terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu dilakukan perubahan dengan memberikan kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut serta dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Penjelasan ini merupakan wujud dari diterimanya aspirasi yang ada di masyarakat yang meginginkan adanya calon perseorangan dapat ikut menjadi peserta pemilukada mengingat semua warga negara berhak untuk memajukan bangsa dan negara dalam pemerintahan.
  • 31. Jika dilihat dari stabilitasnya dalam undang-undang pemerintah daerah ini perubahan UU No 32 Tahun 2004 terhadap UU No 12 Tahun 2008 terjadi perubahan nilai dimana awalnya calon perseorangan tidak diperbolehkan menjadi diperbolehkan, namun kalau kita melihat falsafah bangsa pancasila dan UUDNRI 1945 undang-undang ini terjadi perubahan nilai dimana di UUDNRI pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, calon perseorangan tidak boleh. Kemudian antar perumus undang-undang terjadi perbedaan karena adanya keinginan pengaturan pilkada diatur sendiri dalam suatu undang-undang bukan di atur dalam pemerintahan daerah. Jika dilihat dari dinamikanya perubahan UU No 32 Tahun 2004 terhadap UU No 12 Tahun 2008 tersebut terjadi dinamika dimana UU No 32 Tahun 2004 khususnya mengenai pemilihan kepala daerah kurang berjalan efektif dalam realitas dimasyarakat sehingga di rubah dan di tambal sulam dalam UU No 12 Tahun 2008. Strategi pemerintah dalam UU No 12 Tahun 2008 ialah ingin mengakomodasi keinginan dan kemauan masyarakat daerah untuk memajukan daerahnya. Jadi bisa dikatakan politik hukum undang-undang pemerintah daerah terhadap pemilihan kepala daerah secara demokratis belum stabil dan dinamikanya selalu berubah mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat Jika dilihat dari karakteristik di atas perubahan UU No 32 Tahun 2004 terhadap UU No 12 Tahun 2008 di latar belakangi oleh masalah urgent dimana adanya putusan Mahkamah Konstitusi yang memperbolehkan calon perseorangan yang sebelumnya tidak boleh. Sehingga pembentuk undang-undang meentukan langkah taktis berupa legislative review dengan merubah sebagian pasal-pasal yang ada pada undang- undang No 32 Tahun 2004 ke dalam UU No 12 Tahun 2008. Kemudian UU No 12 Tahun 2008 di sosialisasikan ke masyarakat dan langsung diterapkan pada pilkada selanjutnya semenjak UU No 12 Tahun 2008 di undangkan pada lembaran negara. Mengenai pengawasan dan penindakan hukum di atur mengenai masalah pidana aparat penegak hukum Polisi melalui laporan badan pengawas pemilu (Bawaslu) yang berhak menangani dan apabila mempermasalahkan sengketa hasil pemilukada maka mengajukan permohonan pada Mahkamah Konstitusi.
  • 32. 4. setelah undang-undang direvisi, pengembangan potensi daerah menjadi lebih optimal sebagai contohnya disetiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, namun kemajuan setiap daerah iti tergantung pada pengelolaan pemerintahan daerah tersebut yang berpedoman pada undang-undang nomor 12 tahun 2008. Pengembangan potensi tersebut selain bergantung pada pemerintah daerah itu sendiri, tergantn pula dengan masyarakatnya sendiri agar mengikuti program-program yang sudah dibuat pemerintah daerah tsb. Konsep pemertintahan daerah pd uu 12 2008 bertujuan mempercaepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah penerapan otonomi yang sesuai dengan uu nomor 12 tahun 2008 haruslah berbasisi kemanusiaan baik dari aspek social, budaya, ekonomi, dan politik sehingga dapat membentuk sebuah system tata kelola pemerintahan yang baik di daerah. Dengan memenuhi prinsip-prinsip good government yaitu tranparan, akuntabel, dan adanya partisipasi masyarakat yang ketiganya berjalan secara efisien. Melakukan revisi uu 32 tahun 2004 merupakan proses dari perencanaan jangka penjang dari pemerintah dalam upaya pembangunan nasional sehingga saat ini kita telah melihat adanya perkembangan dari pemerintah daerah yaiutu hilangnya egoism kedaeraahan maupun rasa kesukuan .
  • 33. Kesimpulan Uu pemda dari yang elrtama 22 thn 1999 direvisi menjadi uu 32 2004 direvisi lagi 12 2008 ditegaskan bahwa pemrintahan daerha hanya memilliki kekuasaan yang pertama di bidang petahanan, moneter dan fiscal, dan kemanan politik luarnegeri dan agama, keadilan. Permasalahan yang dilalui
  • 34. Kesimpulan Untuk terselenggaranya otda sesuai dg revisi yang ketiga haruslam mengutamakan kebutuhanakyat dan pembangunan, memperbanyak oto-aktifitas dan inisiatif daerah serta melaksanakan demokrasi secara efisiensi dengan meminimlakan pengeluaran untuk gaji dan biaya rapat2 para anggota dewan, itu semua tidak lepads dari pengupayaan langsung dari masyarakat.cara agar masyarakat dapat berperan serta secara aktif dengan menyunbangkan pikiran dan tenaganya berkaitan dengan implementasi otonomi daerah. 1. pemberian pemahaman yang terus menerus mengenai hakikat dan tujuan otonomi daerah kepada pemuka masyarakat, tidak hanya berbentuk penyuluhan formal tapi juga non formal, termsuk membuat kebijakan yang lebih memberi pemahaman implementatif tentang otda di tingkat masyarkat 2. memperbesan keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan kebijakan 3. memperkuat lemabaga2 masyarakat dalam segi manajemen dan keuangan diikuti dengan pembinaan dan pengawasan yang terus menrus serta pengawasan yang terus menerus 4. mempermudah dan memfasilitsa masyarakat untuk menjalankan kegiatan dan usaha yang lebih produktif-ekonomis 5. menggiatkan pendidikan keterampilan yang berbasis teknologi fenomena lain yang sejak lama menjadi kekhawatiran banyak kalangan berkaitan dg implementasi otda dalah bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah. ini terbukti banyak pejabat publik yang masih menggunakan kekusasaan menghamburkan uang rakyat untuk alasan studi banding luar negri. lalu anggota legislatif mulai menggunakan kekuasaannya atas eksekutif untuk menyetujui anggaran dprd yang jauh lebih besar, lalu proses pengadaan bara dan jasa daerahyang msih berlangdung dengan harga sebuah item barang dianggarkan jauh lebih besar dari harga pasar, pemberian fasilitas yang berlebihan kepada pejabat daerah lalu juga yang msaih sering kita lihat adalah dana politik kampanye yang terlalu besar sehingga memberatakan dana apbn. untuk menyiasati beratnya beban anggaran pemerintah daerah semestinya bisa menempuh jalan alternatif yang pertama efisiensi anggaran, revitaisasi perusahaan daerah. dalam kaitannya dg
  • 35. persoalan korupsi diatas keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terahdap pemrintahan daeraha juga perlu diupayakan. otonomi daerah adalah suatu keadan yang memungkinkan daeraha dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimiliknya secra optimal sehingga pada dasarnya segala persoalan yang terjadi sepatutnya disrrehkan kepada daerha untuk mengidentifikasikan, merumuskan, memcahkannya. adapun dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan dari oknu2 ditingkat daerah utntuk melakukan berbagai pelanggaran. bisa dilihat bahwa masih banyak permsalahan yang mengiringi berjalannya otda di indonesia. permsalahan itu tentu harus dicari penyelesainnya agar tujuan dari otda dapat tercapai sehingga implementasi uu 12 2008 dapat terwujud.