Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi berusia 9 bulan yang mendapatkan imunisasi campak di BPS Ketut Dani Bandar Lampung tahun 2015. Ditemukan bahwa bayi mengalami demam sehari setelah imunisasi, sedangkan menurut teori demam biasanya muncul pada hari ke-5 dan ke-6. Karya ini bertujuan meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi dan efek sampingnya
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. R UMUR 9 BULAN DENGAN
EFEK SAMPING PEMBERIAN IMUNISASI
CAMPAK DI BPS KETUT DANI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
DESAK GEDE APNA
201207137
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. R UMUR 9 BULAN DENGAN
EFEK SAMPING PEMBERIAN IMUNISASI
CAMPAK DI BPS KETUT DANI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Kebidanan
Disusun Oleh
DESAK GEDE APNA
201207137
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Ninik Masturiyah,S.ST M.Kes Kiki Purnamasari,S.ST
NIK.201501143 NIK. 31008027
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila, M.PH.
NIK. 2011041008
iii
4. 4
CURICULUM VITAE
Nama : DESAK GEDE APNA P
Nim : 201207137
Tempat/Tanggal Lahir : Mulyasari, 05 April 1994
Agama : Hindu
Alamat : Mulyasari, Kec. Negeri Agung, Kab.Way Kanan
Angkatan : VII (Tujuh)
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 4 Mulyasari, Tahun 2001 s/d 2006
2. SMP Negeri 4 Mulyasari, Tahun 2007 s/d 2009
3. SMA perintis 2 Bandar Lampung, Tahun 2010 s/d 2011
4. Penulis Terdaftar Mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Sejak Tahun 2012 Hingga 2015
iv
5. 5
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN IMUNISASI
CAMPAK TERHADAP BY. R UMUR
9 BULAN DI BPS KETUT DANI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Desak Gede Apna, Ninik Masturiah ,S.ST..M,kes, Kiki Purnamasari,S.ST
INTISARI
Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif terhadap
penyakit menular, sedangkan imunisasi campak berguna untuk mencegah virus campak, gondongan,
dan rubella. Tujuan umumnya ialah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi An. R dengan
Imunisasi Campak di BPS Ketut Dani S.ST Bandar Lampung Tahun 2015. Berdasarkan penelitian
yang penulis lakukan Di BPS Ketut Dani Bandar lampung jumlah balita yang diimunisasi pada bulan
April 2015 bahwa keseluruhan jumlah balita yang akan diimunisasi campak dari jumlah bayi yang
diimunisasi masih tergolong rendah dikarenakan ibu belum mengetahui pentingnya imunisasi dan efek
samping setelah imunisasi campak. Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan imunisasi
campak di Bps Ketut Dani Bandar Lampung Tahun 2015, dari hasil penelitian ditemukan demam
terjadi sehari setelah bayi mendapatkan imunisasi campak, sedangkan menurut teori demam pasca
imunisasi campak terjadi pada hari ke 5 dan ke 6. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa
penulis mampu melakukan pengkajian, interprestasi data diagnosa masalah dan kebutuhan, antisipasi,
rencana asuhan, asuhan pelaksanaan, dan evaluasi. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis
dapat menyimpulkan saran sebagai berikut, yaitu Diharapkan disusunnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
meningkatkan keefektifan dalam belajar, pengetahuan, dan pihak BPS dapat memberikan pelayanan
imunisasi dengan benar, bagi masyarakat/orang tua dapat pengetahuan tentang pentingnya imunisasi,
dan bagi penulis diharapkan untuk meningkatkan lagi pengetahuan
Kata Kunci : Imunisasi Campak
Kepustakaan : 2005 - 2012
Jumlah Hal : 152 Halaman
v
6. 6
MOTTO
Ingatlah, ketika kamu memutuskan berhenti
untuk mencoba, sat itu juga kamu memutuskan
untuk gagal.
Pengalaman adalah guru yang keras karena
dia memberi kita tes yang pertama, lalu pelajaran
setelahnya
BY : Desak Gede Apna
vi
7. 7
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat TUHAN YME karena kebesaran dan kasih sayang-Mu telah
memberikanku kekuatan dan kesabaran, membekaliku dengan ilmu serta
memgajarkanku mengenal arti cinta. Atas karunia dan kemudahan yang engkau
berikan akhirnya karya kecilku ini dapat terselesaikan. Salam bahagia selalu
terlimpahkan kehadirat TUHAN YME.
Ku persembahkan karya kecilku ini untuk orang- orang yang sangat ku sayangi
1. Untuk kedua orang tua ku yang dengan ikhlas mendo’akan, serta memberikan
dukungan selama ananda menempuh Program Study Diploma III di Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung.
2. Ku persembahkan pula untuk kakak dan adik ku, Tiada yang paling
mengharukan saat berkumpul bersama kalian, terimakasih atas doa dan
dukungan kalian.
3. Dan tak lupa pula ku persembahkan untuk teman-teman angkatan VII, terima
kasih atas bantuan dan kerja samanya selama ini.
vii
8. 8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Dengan Imunisasi Campak
Terhadap By. R Umur 9 Bulan DiBps Ketut Dani Bandar Lampung Tahun
2015”. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr.Wazni Adila,MPH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung;
2. Adhesty Novita Xanda, SST..M,Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah
3. Eka Ayu Septiana, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
4. Anggun Prajaningrumi, S.ST selaku Pembimbing Akademik;
5. Ketut Dani, S.ST selaku pemilik BPS
6. Seluruh Staf dan Dosen Pengajar Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung;
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
serta pengetahuan kepada semua pihak pada umumny
Bandar Lampung, ...........................2015
Penulis
viii
9. 9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
CURICULUM VITAE................................................................................... iv
INTISARI ...................................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
LAMPIRAN.................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………......... 4
1.3 Tujuan................................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup...................................................................................... 6
1.4.1 Sasaran ..................................................................................... 6
1.4.2 Tempat...................................................................................... 7
1.4.3 Waktu ....................................................................................... 7
1.5 Manfaat Studi Kasus ............................................................................. 7
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan ......................................................... 7
1.5.2 Bagi Lahan Praktek .................................................................. 7
1.5.3 Bagi Masyarakat....................................................................... 7
1.5.4 Bagi Mahasiswa ....................................................................... 8
1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data ........................................... 8
1.6.1 Metodologi Penulisan............................................................... 8
1.6.2 Tehnik Memperoleh Data......................................................... 9
II.TINJAUAN TEORI
2.1 Lingkup Asuhan Neonatus Bayi dan Balita ......................................... 11
2.1.1 Masa Neonatal ....................................................................... 11
ix
10. 10
2.1.2 Berat Badan Lahir ( Birth Weight)......................................... 11
2.1.3 Abortus................................................................................... 11
2.1.4 Lahir Hidup (Live Birth)........................................................ 11
2.1.5 Kematian Janin....................................................................... 12
2.1.6 Lahir Mati (Still Birth)........................................................... 12
2.1.7 Kematian Perinatal................................................................. 12
2.1.8 Bayi Baru Lahir...................................................................... 13
2.1.8.1 Pengertian ................................................................ 13
2.1.8.2 Bayi Baru Lahir Normal .......................................... 13
2.1.8.3 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal............................ 13
2.1.9 Tahapan Bayi Baru Lahir....................................................... 15
2.1.10 Asuhan Kebidanan pada BBL Normal .................................. 16
2.1.10.1 Cara Memotong Tali Pusat ..................................... 16
2.1.10.2 Mempertahankan Suhu Tubuh BBL dan Mencegah
Hiportermia ............................................................ 16
2.1.10.3 Asuhan Neonatus di Rumah................................... 18
2.1.11 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar
Uterus..................................................................................... 18
2.1.11.1 Sistem Pernafasan .................................................. 18
2.1.11.2 Suhu Tubuh............................................................ 19
2.1.11.3 Metabolisme........................................................... 21
2.1.11.4 Peredaran Darah..................................................... 22
2.1.11.5 Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal.................... 23
2.1.11.6 Imunoglobulin........................................................ 23
2.1.11.7 Traktus Digestivus ................................................. 24
2.1.11.8 Hati......................................................................... 24
2.1.11.9 Keseimbangan Asam Basa..................................... 25
2.1.12 Pencegahan Infeksi ................................................................ 25
2.1.12.1 Definisi.................................................................... 23
2.1.12.2 Kewaspadaan Pencegahan Infeksi.......................... 24
2.1.12.3 Cara Pencegahan Infeksi......................................... 25
2.1.12.4 Tehnik Aseptic untuk Melakukan Tindakan........... 27
2.1.13 Rawat Gabung........................................................................ 28
2.1.13.1 Definisi................................................................... 28
2.1.13.2 Tujuan .................................................................... 28
2.1.13.3 Manfaat .................................................................. 29
2.1.14 Rencana Asuhan Bayi Usia 2 – 6 Hari................................... 31
2.1.15 Bounding Attachment............................................................. 35
2.1.15.1 Tahap-Tahap Bounding Attachment....................... 36
x
11. 11
2.1.15.2 Elemen-Elemen Bounding Attachment .................. 36
2.1.16 Pemantauan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi dan Anak
Balita...................................................................................... 38
2.1.16.1 Denver Development Screening Test (DDST) ....... 38
2.1.16.2 Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan............. 39
2.1.16.3 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Anak (Denver Development Screening Test II/
DDST II)................................................................. 40
2.1.17 Teori Medis Imunisasi ........................................................... 44
2.1.17.1 Pengertian ............................................................. 44
2.1.17.2 Tujuan Imunisasi................................................... 45
2.1.17.3 Prinsip Imunisasi................................................... 46
2.1.17.4 Syarat-Syarat Imunisasi ........................................ 47
2.1.17.5 Program Imunisasi ................................................ 48
2.1.17.6 Efek Samping Imunisasi ....................................... 48
2.1.17.7 Vaksin ................................................................... 49
2.1.17.8 Tempat Penyimpanan............................................ 50
2.1.17.9 Macam-Macam Imunisasi .................................... 50
a. Imunisasi BCG................................................. 50
b. Hepatitis B ....................................................... 51
c. Imunisasi DPT.................................................. 52
d. Imunisasi Folio ................................................ 54
e. Campak ............................................................ 55
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan........................................................ 61
2.2.1 Manajemen Asuhan Kebidanan.................................................. 61
2.2.2 Langkah dalam Manajemen Kebidanan Menurut Varney.......... 61
2.2.2.1 Pengumpulan Data........................................................ 62
2.2.2.2 Interprestasi Data.......................................................... 73
2.2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial............... 74
2.2.2.4 Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Terhadap
Tindakan Segera atau Masalah Potensial ..................... 75
2.2.2.5 Menyusun Rencana Asuhan ........................................ 76
2.2.2.6 Implementasi ................................................................ 77
2.2.2.7 Evaluasi ........................................................................ 78
2.2 Landasan Hukum Kewenangan Bidan .................................................. 79
III. TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian........................................................................................... 80
3.2 Matriks ................................................................................................ 87
xi
12. 12
IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.......................................................................................... 92
4.1.1 Data Subjektif .......................................................................... 92
4.1.2 Data Objektif............................................................................ 99
4.2 Interprestasi Data ................................................................................ 109
4.2.1 Diagnosa kebidanan ................................................................. 109
4.2.2 Indentifikasi Masalah .............................................................. 111
4.2.3 Kebutuhan ................................................................................ 111
4.3 Antisipasi Masalah Potensial ............................................................. 112
4.4 Tindakan Segera................................................................................. 113
4.5 Perencanaan ....................................................................................... 115
4.6 Pelaksanaan........................................................................................ 118
4.7 Evaluasi.............................................................................................. 122
V. PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................ 126
5.2 Saran .................................................................................................. 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
13. 13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Mengenai perkembangan system pulmonal sesuai dengan usia
kehamilan............................................................................................... 17
2.2 Perubahan pola tidur bayi....................................................................... 32
2.3 Kode penelitian ...................................................................................... 39
xiii
14. 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Balasan
Lampiran 3 : Lembar konsul
Lampiran 4 : Lembar DDST
Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 6 : Leaflet
xiv
15. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada
seseorang secara aktif terhadap penyakit menular menurut mansjoer.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu menurut theophilis.(Lilis Lisnawati,2011;h,39)
Penurunan cangkupan imunisasi ini sangat dirasakan dengan ditemukanya
kembali kasus polio dan difteria dinegara kita. Tiga ratus enam orang anak
menderita poliomyelitis pada periode mei 2005 sampai dengan februari
2006 sebagai akibat cangkupan vaksinasi polio yang menurun didaerah
cihadu sukabumi angka kejadian difteria yang masih tinggi pada tahun
2000 ditemukan 1036 kasusdan 174 kasus pada tahun 2007 merupakan
bukti bahwa vaksinasi DPT tidak merata.
World health organization (WHO) dengan MDG’s programnya The
Expanded programme on immunization telah mencanangkan target global
untuk mereduksi insiden campak sampai 90,5 % dan mortalitas sampai
95,5% dari pada tingkat pre-EPI padatahun 1995. Beberapa Negara
berhasil mendekati fase eliminasi dan strategi telah digunakan, tetapi ada
beberapa Negara yang tidak berhasil.
16. 2
Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh kegagalan dalam
mengimplementasikan rencana strategi secara adekuat. Prioritas utama
untuk penanggulangan penyakit campak, adalah melaksanakan program
imunisasi lebih efektif. Eradikasi campak, didefinisikan, sebagai
pemutusan rantai penularan secara global sehingga imunisasi dapat
dihentikan, secara teori adalah mungkin oleh karena tidak adanya binatang
reservoir, dan pemberian imunisasi sangat efektif. (I.G.N Gde Ranuh
.et.all.2011; h,342)
Dalam program millennium Development Goals (MDGS)= pencapaian
tujuan millennium. Sebagai bagian dari upaya untuk memenuhi komitmen
tersebut, Indonesia merupakan salah satu Negara yang turut
menandatangani Delarasi millennium pada September 2000, Menteri
Negara perencanaan pembangunan nasional telah mengeluarkan laporan
perkembangan, pencapaian tujuan pembangunan millennium pada februari
2004. Pencapaian MDG’s tujuan (goal) nomer 4 adalah menurunkan angka
kematian anak, dengan target menurunkan angka kematian balita menjadi
dua pertiga dari tahun 1990 ketahun 2015. (I.G.N Gde
Ranuh.et.all.2011;h.11)
Program imunisasi campak diIndonesia dimulai pada tahun 1982 dan
masuk dalam pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991,
Indonesia dinyatakan telah mencapai UCI secara nasional. Dengan
17. 3
keberhasilan Indonesia mencapai UCI tersebut memberikan dampak positif
terhadap kecenderungan penurunan insidens campak, khususnya pada
balita 20.08/10.000 – 3,4/10.000 selama tahun 1992 – 1997 (adjustment
data rutin SST) (Lilis Lisnawati,2011;h.71).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Lampung berdasarkan hasil
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2012
menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 55 per 1000 Kelahiran
Hidup tahun 2002 menjadi 30 per 1000 Kelahiran Hidup tahun 2012.
Angka ini bila dibandingkan dengan target dari MDGs tahun 2015 sebesar
23 per 1.000 Kelahiran Hidup maka masih perlu kerja keras untuk
mencapainya (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,2012)
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu
penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibody. Antibody
ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga
agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang
serius yang timbul pada masa kanak-kanan. Vaksin secara umum
cukupaman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih
besar dari pada efek samping yang mungkin timbul. (Lilis Lisnawati,2011;
h.47)
Dalam dunia kesehatan dikenal tiga pilar utama dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat yaitu preventif atau pencegahan, kuratif atau
pengobatan, dan rehabilitative. Melalui upaya pencegahan penularan dan
18. 4
transmisi penyakit infeksi yang berbahaya akan mengurangi morbilitas dan
mortalitas penyakit infeksi pada anak terutama kelompok dibawah umur
lima tahun. Penyediaan air bersih, nutrisi yang seimbang, pemberian air
susu ibu eksklusif, keluarga berencana, dan vaksinasi ( atau sering juga
disebut imunisasi merupakan unsure utama dalam upaya pencegahan).
(I.G.N Gde Ranuh.et.all.2011;h.10)
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan Di BPS KetutDani
Bandar lampung jumlah balita yang diimunisasi pada bulan April 2015
bahwa keseluruhan jumlah balita yang akan diimunisasi campak berjumlah
11 anak, sedangkan yang sudah diimunisasi baru 6 anak, maka dari jumlah
yang diimunisasi masih tergolong tinggi dikarenakan ibu belum
mengetahui pentingnya imunisasi dan efek samping imunisasi campak.
(KetutDani , Bandar Lampung)
Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
mengambil dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Bayi An.R dengan Imunisasi Campak Di BPS Ketut Dani
Bandar Lampung Tahun 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimanakah
19. 5
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Bayi An. R dengan Efek
Samping Pemberian Imunisasi Campak di BPS Ketut Dani Bandar
Lampung Tahun 2015?”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi An. R dengan Efek
Samping Pemberian Imunisasi Campak di BPS Ketut Dani Bandar
Lampung Tahun 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diharapkan penulis mampu melakukan pengkajian pada
bayi An. R dengan Efek Samping Pemberian Imunisasi
Campak di BPS Ketut Dani Bandar Lampung Tahun 2015
1.3.2.2 Diharapkan penulis mampu melakukan interpretasi data
yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan
pada bayi An. R dengan Efek Samping Pemberian
Imunisasi Campak BPS Ketut Dani Bandar Lampung
Tahun 2015
1.3.2.3 Diharapkan penulis mampu menentukan diagnosa
potensial pada bayi An. R dengan Efek Samping
Pemberian Imunisasi Campak BPS Ketut Dani Bandar
Lampung Tahun 2015
20. 6
1.3.2.4 Diharapkan penulis mampu melakukan antisipasi
penanganan atas tindakan pada bayi An.R dengan Efek
Samping Pemberian Imunisasi Campak BPS KetutDani
Bandar Lampung Tahun 2015 .
1.3.2.5 Diharapkan penulis mampu merencanakan asuhan
kebidanan pada bayi An.R dengan Efek Samping
Pemberian Imunisasi Campak BPS Ketut Dani Bandar
Lampung Tahun 2015
1.3.2.6 Diharapkan penulis mampu melakukan Melaksanakan
rencana tindakan yang telah direncanakan pada bayi An. R
dengan Efek Samping Pemberian Imunisasi Campak BPS
Ketut Dani Bandar Lampung Tahun 2015
1.3.2.7 Diharapkan penulis mampu melakukanevaluasi hasil
asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi An. R dengan
Efek Samping Pemberian Imunisasi Campak BPS Ketut
Dani Bandar Lampung Tahun 2015
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Bayi dengan Efek Samping Pemberian Imunisasi Campak di BPS
Ketut Dani Bandar Lampung Tahun 2015.
21. 7
1.4.2 Tempat
BPS Ketut Dani Bandar Lampung Tahun 2015
1.4.3 Waktu
Dilaksanakan dari tanggal 10-12 April 2015
1.5 Manfaat Studi Kasus
1.5.1 Bagi Institusi pendidikan
Sebagai bahan dokumentasi dan sebagai bahan perbandingan
untuk study kasus selanjutnya dan menambah koleksi studi kasus
diperpustakaan tentang asuhan kebidanan pada anak dengan
imunisasi campak
1.5.2 Bagi lahan praktek
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat
kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan khususnya pada anak dengan imunisasi campak.
1.5.3 Bagi masyarakat
Khususnya pasien setelah diberikan asuhan diharapkan dapat
mencegah,mendeteksi dan mengatasi masalah yang terjadi pada
anak dengan imunisasi campak.
22. 8
1.5.4 Bagi mahasiswa
Dapat melakukan pengumpulan data dasar secara subyektif dan
objektif serta menetapkan rencana asuhan kebidanan pada anak
imunisasi campak yang telah diberikan.
1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh data
1.6.1 Metodologi penulisan
Dalam penyusunan Studi kasus ini penulis menggunakan metode
penulisan deskriptif yang dilakukan terhadap sekelompok objek
yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena
(termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu.
Pada umumnya survey deskriptif digunakan untuk membuat
penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu
program dimasa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk
menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Survey
deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang
terjadi didalam masyarakat. (Soekidjo Notoatmodjo,2012;h.35 )
23. 9
1.6.2 Tehnik Memperoleh Data
Untuk meperoleh data, tehnik yang digunakan sebagai berikut :
1.6.2.1 Data primer
1.Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian.
Wawancara dilakukan dengan cara :
a. Auto anamnesa
Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien
mengenai penyakitnya.
b. Allo anamnesa
Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau
orang lain mengenai penyakit klien
1.6.2.2 Data Sekunder
1. Studi pustaka
Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari
catatan tentang pasien yang ada
2. Studi Dokumenter
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dinya laporan,
24. 10
statistic, bawah instansi resmi, misalnya laporan, statistik,
catatan-catatan didalam kartu klinik.
(Soekidjo Notoatmojo,2005;h.62).
25. 11
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Neonatus /Bayi dan Balita
2.1.1 Masa Neonatal
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28
hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir)
sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi
berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari.
2.1.2 Berat Badan Lahir (Birth Weight)
Berat badan lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran,
ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Bayi berat lahir cukup
adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) / low birthweightinfant adalah bayi dengan berat
badan lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir amat
sangat rendah (BBLSR) / very low birthweight infant adalah bayi
dengan berat badan lahir 1000 -1500 gram. Bayi berat lahir amat
sangat rendah (BBLSR) / Extremely very low birthweight infant
adalah bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari 1000.
2.1.3 Lahir Hidup (live Birth)
Pengeluaran lengkap suatu hasil konsepsi (bayi), tanpa memandang
masa kehamilannya, dimana, setelah terpisah dari ibunya, bayi tersebut
26. 12
menunjukan tanda tanda kehidupan seperti gerakan napas, palpasi
jantung, palpasi tali pusat sudah di potong atau belum ataupun masih
terhubung dengan plasenta.
2.1.4 Kematian Janin
Kematian sebelum terjadinya pengeluaran yang lengkap hasil konsepsi
dari ibunya, tanpa memandang masa kehamilan. Kematian ditandai
dengan tidak adanya usaha pernafasan atau tanda - tanda kehidupan
yang lain seperti pulsasi jantung, pulsasi tali pusat atau pergerakan
otot-otot.
2.1.5 Lahir Mati (Still Birth)
Kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati, yang telah mencapai
umur kehamilan 28 minggu atau berat lahir sekurang-kurangnya 1000
gram
2.1.6 Kematian Perinatal
Kematian pada masa kehamilan 28 minggu sampai dengan 7 hari
sesudah lahir. Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate)
adalah jumlah kematian perinatal dikalikan 1000 kemudian dibagi
dengan jumlah bayi lahir hidup dan mati. Kematian neonatal dini
(early neonatal death) kematian bayi pada 7 hari pertama sesudah
lahir. Jika umur bayi kurang dari satu hari, gunakan hitungan umur
yang sesuai, yaitu jam atau menit. Kematian neonatal lanjut (late
27. 13
neonatal death) adalah kematian bayi pada hari ke 7-28 sesudah lahir.
(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.3)
2.1.7 Bayi Baru Lahir
2.1.8.1 Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus, merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma melahirkan serta harus dapat melakukan penyesuaian
diri dari kehidupan intra uterin ke ekstra uteri.
2.1.8.2 Bayi Baru Lahir Normal
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami
sejumlah adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan
ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke
kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga
membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan
untuknya menjalani masa transisi dengan baik. Tujuan asuhan
pada bayi baru lahir ini adalah
2.1.8.3 Ciri – ciri Bayi Baru Lahir Normal
a. Lahir aterm antara 37- 42 minggu
b. Berat badan 2.500 – 4.000 gram.
c. Panjang badan 48 – 52 cm
d. Lingkar dada 30 -38 cm
28. 14
e. Lingkar kepala 33 – 35 cm
f. Lingkar lengan 11 – 12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit
h. Pernafasan ± 40 – 60/menit
i. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringa
subkutan yang cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambur kepala
biasanya telah sempurna
k. Kuku agak panjang dan lemas
l. Nilai APGAR >7
m. Gerak aktif
n. Bayi lahir langsung menangis kuat
o. Reflex rooting (mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah
terbentuk dengan baik.
p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik.
q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan)
sudah terbentuk dengan baik
r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia.
29. 15
t. Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada scrotum dan penis berlubang.
u. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina
dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora
dan mayora.
v. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya
mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam
kecoklatan.
2.1.9 Tahapan Bayi Baru Lahir
2.1.9.1 Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit – menit
pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring
APGAR untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi
dan ibu.
2.1.9.2 Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan prilaku
2.1.9.3 Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan
setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh
tubuh.
30. 16
2.1.10 Asuhan kebidanan Pada BBL Normal
2.1.10.1 Cara memotong tali pusat.
a. Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat,
lalu mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem
ke – 2 dengan jarak 2 cm dari klem
b. Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan
menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh
bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.
c. Mengikat tali pusat dengan jarak ±1 cm dari umbilicus
dengan simpul mati. Untuk kedua kali nya bungkus
dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu
memasukkan dalam wadah yang berisi larutan clorin 0,5
%.
d. Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikan
pada ibu.
2.1.10.2 Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah
hipotermia.
a. Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air
ketuban atau aliran udara melalui jendela / pintu yang
terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang
31. 17
akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu
tubuh.
b. Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang
baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus
dengan kain yang kering, kemudian di letakan,
telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibu.
c. Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil.
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari
2.500 gram dan menangis kuat biasa dimandikan ±
24 jam setelah kelahiran dengan tetep menggunakan
air hangat. Pada BBL beresiko yang berat badannya
kurang dari 2500 gram atau keadaannya sangat lemah
sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya
stabil dan mampu mengisap ASI dengan baik.
d. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas,
yaitu melakukan radiasi, evaporasi, konduksi, dan
konveksi. (Vivian Nanny Lia Dewi,2010;h. 3 – 4)
32. 18
2.1.10.3 Asuhan Neonatus Dirumah
Pemberian asuhan dirumah dilakukan melalui kunjungan
bersamaan dengan kunjungan pada ibu. Kunjungan
neonatus (KN) Dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai
usia 28 hari. Kunjungan pertama (KN1) dilakukan pada
hari pertama hingga ke -7 setelah bayi dilahirkan, sedang
kunjungan kedua (KN2) dilakukan pada hari ke-8 hingga
hari ke-28. (Rita Yulifah dan Tri Johan Agus
Yuswanto,2012;h.93)
2.1.11 Adaptasi Bayi Baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
2.1.11.1 Sistem Pernafasan
Tabel 2.1 : Mengenai perkembangan sistem pulmonal
sesuai dengan usia kehamilan.
Usia kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru – paru terbentuk
26 – 28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34 – 36 minggu Struktur paru matang
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena
beberapa hal berikut.
a. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir
(Stimulasi mekanik)
33. 19
b. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus
(Stimulasi kimiawi)
c. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu
di dalam uterus (stimulasi sensorik)
d. Reflek deflasi hering breur
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30
menit pertama sesudah lahir. (Vivian Nanny Lia
Dewi,2010;h.12)
2.1.11.2 Suhu Tubuh
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas
tubuh dari bayi baru lahir kelingkungan nya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan
panas dari tubuh bayi keobjek lain melalui kontak
langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara
konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan,
tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir,
menggunakan stetoskop dingi untuk pemeriksaan bayi
baru lahir.
34. 20
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung
kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh hilangnya
panas tubuh bayisecara konveksi, ialah membiarkan
atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela,
membiarkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan
bayi baru lahir diruang yang terpasang kipas angin.
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluartubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas
antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda ). Contoh
bayi kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi
baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan air
conditioner (AC) tanpa diberikan pemanas (radiant
warmer), bayi dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi
baru lahir ditidurkan berdekatan berdekatan dengan
ruang yang dingin, misalnya dekat tembok. (Vivian
Nanny Lia Dewi,2010;h.13-14)
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung
kepada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan
35. 21
panas dengan cara merubah cairan menjadi uap).
Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai,
tingkat kelembapan udara, aliran udara yang melewati.
Apabila bayi baru lahir dibiarkan dalam suhu kamar 25
°C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,
radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan
(perkg BB), sedangkan yang dibentuk hanya satu
persepuluhnya. Untuk mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir, antara lain mengeringkan bayi secara
seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain
bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi,
menganjirkan ibu untuk memeluk dan menyusukkan
bayinya, jangan segera menimbang atau memandikan
bayi baru lahir, memepatkan bayi dilingkungan yang
hangat.
2.1.11.3 Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relative lebih luas dari
tubuh orang dewasa sehingga metabolism basal per kg BB
akan lebih besar. Bayi baru lahir akan menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari
metabolism karbohidrat dan lemak. Pada jam – jam
pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.
36. 22
Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran lemak.
Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari keenam,
pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapat dari lemak
dan 40 % dari karbohidrat. (Wafi Nur
Muslihatun,2010;h.14)
2.1.11.4 Peredaran Darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta
melalui vena umbilikalis lalu sebagian kehati dan sebagian
lainnya langsung keserambi kiri jantung, kemudian kebilik
kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta
keseluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah
dipompa sebagian keparu dan sebagian melalui duktus
arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan
berkembang yang akan mengakibatkan tekanan aretriol
dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya
tekanan pada jantung kanan, dan hal tersebutlah yang
membuat foramen oval secara fungsional menutup. Hal ini
terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh
karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta
desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2
yang naik) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal
ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari
37. 23
pertama kehidupan 4-5 liter permenit. Aliran darah sistolik
pada hari pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2
dan
bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2
)
karena duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir
dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui tranfusi
plasenta yang pada jam - jam pertama sedikit menurun,
untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira – kira
85/40 mmHg.
2.1.11.5 Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan
kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena
ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna
karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang
dewasa, ketidak seimbangan luas permukaan glomerolus
dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow
relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
2.1.11.6 Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum
tulang, lamina Propia ilium serta apendiks. Plasenta
merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat
gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu melalui
38. 24
plasenta (lues, toksoplasma, herpes simplek dan lain –
lain), reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan
sel plasma dan antibodi gamma A,G dan M. (Vivian
Nanny Lia Dewi,2010;h.15)
2.1.11.7 Traktus Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus
digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan
yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium.
Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama
dalam 4 hari biasanya tinja sudah terbentuk dan berwarna
biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah
terdapat pada neonatus kecuali amylase pancreas.
2.1.11.8 Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia
dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta
penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga
mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama.
Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir,
daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol
39. 25
dengan dosis lebih dari 50 mg/kg BB/hari dapat
menimbulkan grey baby syndrome.
2.1.11.9 Keseimbangan Asam Basa
Derajat keasaman (PH) darah pada waktu lahir rendah,
karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah
mengkompensasi asidosis ini. (Wafi Nur
Muslihatun,2010;h.19)
2.1.12 Pencegahan Infeksi
2.1.12.1 Definisi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap
komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan
terhadap infeksi karena sistem imunitas yang belum
sempurna
2.1.12.2 Kewaspadaan pencegahan infeksi
Sebaiknya ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi harus
memiliki kewaspadaan akan penularan infeksi.
Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal – hal
berikut ini.
a. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi
berpotensi menularkan penyakit
40. 26
b. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan
basis alcohol sebelum dan sesudah merawat bayi
c. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan
d. Gunakan pakaian pelindung, seperti clemek atau gaun
lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan
darah dan cairan tubuh lainnya.
e. Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan
serta barang yang digunakan sebelum daur ulang.
f. Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin.
g. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi
lingkungan, misal bayi dengan diare
2.1.12.3 Cara pencegahan infeksi
a. Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan
pembersih tangan berbasis alcohol, pada saat sebelum
dan sesudah merawat bayi sesudah memegang barang
yang kotor.
b. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga keluarga
lainya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi.
c. Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10
– 15 detik dengan sabun dan air mengalir, setelah itu
41. 27
biarkan tangan kering diudara atau keringkan dengan
kertas bersih/handuk pribadi
d. Membersihkan tangan dengan cairan alcohol yang
dibuat dari 2 ml gliserin dan 100 ml alcohol 60 %.
e. Gunakan alat – alat perlindungan pribadi
f. Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangan
bertelanjang kaki.
g. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan
berikut.
h. Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet
i. Memegang atau kontak dengan membran mukosa atau
cairan tubuh
j. Memegang atau kontak dengan barang yang
terkontaminasi serta akan membersihkan atau
membuang kotoran
k. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan,tetapi
dapat juga dipakai ulang.
2.1.12.4 Tehnik Aseptic untuk Melakukan Tindakan
Cuci tangan selama 3 – 5 menit dengan menggunakan sikat
yang lembut dan sabun anti septic. Kenakan sarung tangan
steril atau sarung tangan yang di DTT. Siapkan bayi untuk
42. 28
dilakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan
antiseptic dengan gerakan melingkar dari sentral keluar
seperti membentuk spiral. Bila ragu – ragu apakah
peralatan nya terkontaminasi atau tidak, anggaplah sudah
terkontaminasi.
2.1.13 Rawat Gabung
2.1.13.1 Definisi
Rawat gabung adalah suatu cara perwatan yang menyatukan
ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar atau suatu
tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24
jam penuh dalam seharinya.
2.1.13.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya rawat gabung adalah:
a. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap
saat atau kapan saja saat dibutuhkan.
b. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas.
c. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam
merawat bayinya.
43. 29
d. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan
merawat bayinya secara baik dan benar.
e. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional.
2.1.13.3 Manfaat
Manfaat yang bisa di dapatkan jika dilakukan rawat gabung
pada ibu dan bayi adalah
a. Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya maka ibu akan mudah untuk
melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri
dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari
pasien lain atau petugas kesehatan.
b. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera
disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini
merupakan proses fisiologi yang alami, dimana bayi
mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi
ibu yang menyusui akan timbul reflex oksitosin yang dapat
membantu proses fisiologi involusi rahim.
44. 30
c. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi.
Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
d. Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga
mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari
rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan
mendapat bimbingan mengenai cara menyusui yang benar,
cara merawat payudara, tali pusat, dan memandikan bayi.
Diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
e. Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin, hal
tersebut merupakan suatu penghematan terhadap anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu,
dot, serta peralatan yang dibutuhkan.
f. Medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya
infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka
45. 31
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. (Vivian
Nanny Lia Dewi,2010;h.19)
2.1.14 Rencana Asuhan Bayi Usia 2 – 6 Hari
2.1.14.1 Asuhan Bayi Usia 2 – 6 Hari
Pada hari ke-2 sampai ke-6 setelah lahir, ada hal – hal yang
perlu diperhatikan dalam asuhan pada bayi, yaitu sebagai
berikut.
a. Minum
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik
bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang
paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berikan ASI
sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika
payudara terasa penuh) atau sesuai kebutuhan bayi,
yaitu setiap 2 – 3 jam (paling sedikit tiap 4 jam).
Bergantian antara payudara kiri dan kanan. Berikan ASI
saja sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya
pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun,
dengan penambah makanan lunak atau padat yang
disebut makanan pendamping ASI ( MPASI).
46. 32
b. Defekasi (BAB)
Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan
suatu kondisi yang normal atau defekasi sebanyak 1 kali
setiap 3 atau 4 hari. Walaupun demikian, konsistensi
feses tetap lunak dan tidak berbentuk. Feses dari bayi
yang minum susu formula lebih berbentuk.
Dibandingkan dengan bayi yang menyusu ASI, namun
tetap lunak, berwarna kuning pucat, dan memiliki bau
yang khas.
c. Berkemih (BAK)
Fungsi ginjal bayi masih belum sempurna selama 2
tahun pertama kehidupannya. Biasanya terdapat urine
dalam jumlah yang kecil pada kandung kemih bayi saat
lahir, tetapi ada kemungkinan urine tersebut tidak
dikeluarkan selama 12 – 24 jam. Berkemih sering
terjadi setelah periode ini dengan frekuensi 6-10 kali
sehari dengan warna urine yang pucat. Kondisi ini
menunjukkan masukkan cairan yang cukup. Umumnya
bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15 – 16 ml/
kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan
kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya.
47. 33
d. Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah, bayi normalnya
sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata –
rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi
terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan.
Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan ruangan
yang hangat, serta memastikan bayi tidak terlalu panas
atau terlalu dingin. Jumlah waktu tidur bayi akan
berkurang seiring dengan bertambahanya usia bayi.
Tabel 2.2 : Perubahan pola tidur bayi
Usia Lama Tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 Jam
e. Kebersihan kulit
Kebersihan kulit bayi harus benar – benar dijaga.
Walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh
tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian – bagian
seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan
secara teratur. Sebaiknya orang tua maupun orang
lainya yang ingin memegang bayi diharuskan untuk
mencuci tangan terlebih dahulu.
48. 34
f. Keamanan
Hal – hal yang harus perhatikan dalam menjaga
keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan
sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang
menunggu. Selain itu juga perlu dihindari untuk
memberikan apapun kemulut bayi selain ASI, karena
bayi bisa tersedak dan jangan menggunakan alat
penghangat buatan ditempat tidur bayi.
g. Tanda – tanda bahaya.
1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit
2. Terlalu hangat (>38˚C) atau terlalu dingin (<36˚C)
3. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru,
pucat, atau memar.
4. Isapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah,
dan mengantuk berlebihan.
5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau
busuk, dan berdarah.
6. Terdapat tanda – tanda infeksi seperti suhu tubuh
meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar
cairan, dan pernafasan sulit.
49. 35
7. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam,
feses lembek atau cair, sering berwarna hijau tua, dan
terdapat lendir atau darah.
8. Menggil, rewel, lemas, mengantuk kejang, tidak bisa
tenang, menangis terus – menerus.
h. Penyuluhan pada ibu dan keluarga sebelum bayi
pulang.
1. Perawatan tali pusat
2. Pemberian ASI
3. Jaga kehangatan bayi
4. Tanda – tanda bahaya
5. Imunisasi
6. Perawatan harian/rutin
7. Pencegahan infeksi dan kecelakaan
2.1.15 Bounding Attachment
Menurut Brazelton, Bounding adalah suatu ketertarikan mutual
pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak pada
saat pertama setelah kelahiran. Attachment adalah suatu perasaan
menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu
lainnya. Menurut Nelson dan May, attachment adalah ikatan antara
individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan
50. 36
emosi dan fisik yang akrab. Menurut Klaus Kenell, bounding
attachmen bersifat unik, spesifik dan bertahan lama. Menurut
Maternal Neonatal Health, Bounding Attachment adalah kontak
dini secara dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses
persalinan.
2.1.15.1 Tahap-tahap Bounding Attachment antara lain:
a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak
mata, memberian sentuhan, mengajak berbicara,
mengeksplorasi segera, setelah mengenal bayi nya. Ini
merupakan bagian yang terpenting
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu
dengan individu lainnya.
2.1.15.2 Elemen-Elemen Bounding Attachment
a. Sentuhan
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi
akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Dengan Sentuhan, atau indera peraba,
dipakai secara ekstensif oleh orang tua sebagai suatu
sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya
51. 37
b. Kontak mata
Melakukan kontak mata beberapa ibu merasa lebih
dekat dengan bayinya.
c. Suara
Saling mendengar dan merespons suara antara orang
tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu
tangisan pertama bayinya dengan tegang, sedangkan
bayi akan menjadi tenang dan berpaling ke arah orang
tua saat mereka berbicara dengan nada tinggi.
d. Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi
adalah respons terhadap aroma. Ibu mengetahui bahwa
setiap bayi memiliki aroma yang unik, dan bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya
e. Entrainement
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Bayi menggoyangkan
tangan, mengangkat kepala, menendang - nendangkan
kakinya. Entrainment terjadi saat anak mulai
berbicara.
52. 38
f. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan
senada dengan ritme alamiah ibunya. Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberi kasih sayang
yang konsisten dengan memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini
dapat meningkatkan interaksi social dan kesempatan
bayi untuk balajar.
g. Kontak dini
Saat ini tidak ada bukti-bukti alamiah yang
menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir
merupakan hal yang penting untuk hubungan orang
tua dan anak.
2.1.16 Pemantauan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi Dan Anak Balita
2.1.16.1 Denver Development Screening Test (DDST)
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah.
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang, yakni sebagai
berikut.
53. 39
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui / menemukan status gizi kurang / buruk dan
mikro / makrosefali.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk
mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan),
gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme, dan
gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktivitas.
2.1.16.2 Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal
besar, jumlah, ukuran, atau dimensi, baik pada tingkat sel, organ,
maupun individu.
a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status
gizi anak, apakah anak termasuk normal, kurus, kurus sekali,
atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/BT disesuaikan dengan
jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita.
b. Pengukuran lingkar kepala
Tujuan pengukur lingkar kepala adalah mengetahui lingkaran
kepala anak apakah berada dalam batas normal atau diluar
batas normal. Jadwal pengukuran lingkar kepala disesuaikan
54. 40
dengan usia anak. Untuk anak berusia 0 – 11 bulan
pengukuran dilakukan setiap 3 bulan, dan untuk anak berusia
12–72 bulan pengukuran dilakukan setiap 6 bulan.
2.1.16.3 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
(Denver Develpment Screening Test II/DDST II)
a. Scoring pada DDST II.
1. Lewat (pass).
a) Apa bila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
b) Ibu atau pengasuh memberi laporan (1) tepat atau dapat
dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik
2. Gagal (fail)
a) Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan
baik.
b) Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak
dapat melakukan tugas dengan baik.
3. Tidak ada kesempatan (no opportunity).
a) Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukan uji coba karena ada hambatan, seperti
retardasi mental dan down sindrom.
55. 41
4. Menolak (refusal)
a) Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya
disebabkan karena faktor sesaat, seperti lelah, menangis,
sakit, mengantuk, dan lain – lain.
b. Interprestasi pada tiap item atau gugus tugas
Tabel 2.3 : Tabel kode penilaian
KODE PENILAIAN
O = F (fail/gagal)
M=R(refusal/menolak
V=P (pass/lewat)
No= No Opportunity
1. Lewat (advanced)
Apabila anak dapat melaksanakan tugas pada item disebelah
kanan garis umur
2. Normal
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item disebelah garis
umur
Apabila anak gagal/menolak tugas dimana garis umur
berada diantara 25 – 75% (warna putih)
3. Waspada (caution)
Apabila anak gagal atau menolak tugas pada item dimana
garis umur berada diantara 75 – 90% (warna hijau)
56. 42
4. Terlambat (Delay)
Apabila anak gagal atau menolak tugaspada item yang
berada disebelah kiri garis umur
5. Tidak ada kesempatan (No oportunity)
a) Anak mengalami hambatan
b) Anak tidak ada kesempatan untuk melakukan uji coba
hambatan.
c) Orang tua melaporkan anak mengalami hambatan
c. Interprestasi hasil tes keseluruhan ( 4 sektor)
1. Normal
a) Bila tidak ada kesempatan (delay)
b) Paling banyak 1 caution
c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya
2. Dicurigai (suspect)
a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan
1 atau lebih delay
b) Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk
menghilangkan faktor sesaat.
3. Tidak teruji (untestable)
a) Bila ada scor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri
garis umur.
57. 43
b) Bila menolak lebih dari satu 1 pada area 75-90% (warna
hijau) yang ditembus garis umur.
c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu.
d. Perkembangan bayi dan balita
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa
balita. Dikarenakan pada masa ini terjadi pertumbuhan dasar
yang akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya.
Melalui DDST mengemukakan empat parameter
perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan bayi
dan balita
1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.
2. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemmpuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan melibatkan bagian –
bagian tubuh tertentu saja, dan lakukan otot – otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya
kemampuan menggambar, memegang suatu benda dan lain-
lain.
58. 44
3. Bahasa (language)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah, dan berbicara spontan.
4. Perkembangan motorik kasar (gross motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh (Vivian Nanny Lia Dewi,2010;h.63)
2.1.17 Imunisasi
2.1.17.1 Pengertian
Menurut mansjoer Imunisasi adalah suatu cara untuk
memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif
terhadap penyakit menular). Imunisasi adalah suatu cara
untuk meningktakan kesehatan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen
yang serupa tidak pernah terjadi penyakit.
(Lilis Lisnawati,2011;h.39)
Menurut Hidayat (2005), imunisasi adalah suatu usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin
adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan,
59. 45
seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut, seperti
vaksin polio (Wafi Nur Muslihatun, 2010; h. 207 )
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi-
antibodi yang dalam bidang ilmu biologi merupakan kuman
atau racun (toxin disebut sebagai antigen).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa imunisasi adalah usaha untuk meningkatkan kekebalan
aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukan
vaksin dalam tubuh bayi atau anak. Sedangkan imunisasi
dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar
kekebalan diatas ambang perlindungan. yang dimaksud
imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi BCG(1x),
hepatitis B (3x), DPT (3x), polio(4x) dan campak (1x)
sebelum bayi berusia 1 tahun . (Lilis Lisnawati,2011;h.40)
2.1.17.2 Tujuan imunisasi
Ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang,
yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi), serta menghilangkan penyakit tertentu
60. 46
dari dunia ( misanya cacar), hanya mungkin pada penyakit
yang ditularkan melalui manusia (misanya difteria).
(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.208)
Dengan demikian dari beberapa referensi diatas dapat
disimpulkan bahwa tujuan pemberian imunisasi adalah
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud
menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah akibat
buruk lebih lanjut dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi .
2.1.17.3 Prinsip Imunisasi
Kekebalan Aktif yaitu : memberikan perlindungan jangka
panjang dengan cara imunisasi dan murah. Kekebalan pasif,
yaitu memberikan perlindungan jangka pendek dan mahal.
(Lilis Lisnawati, 2011;h.41).
Kekebalan aktif dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
antigen secara alamiah atau melalui imunisasi. Imunisasi yang
diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif disebut imunisasi
aktif dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan
tindakan itu disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh
dengan vaksinasi berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif
karena adanya memori imunologis, walaupun tidak sebaik
61. 47
kekebalan aktif yang terjadi karena infeksi alamiah. Untuk
memperoleh kekebalan aktif dan memori imunologis yang
efektif maka vaksinasi harus mengikuti cara pemakaian dan
jadwal yang telah ditentukan. (I.G.N Gde
Ranuh.et.all,2011;h.24).
2.1.17.4 Syarat- Syarat Imunisasi
Menurut Huliana,2003 terdapat beberapa jenis penyakit yang
dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahan nya dapat
dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin.
Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan dalam pada
tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan yang tidak boleh
memperoleh imunisasi yaitu : anak sakit keras, keadaan fisik
lemah, dalam masa tunas suatu penyakit, sedang mendapat
pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau obat
imunosupresif lainya (terutama vaksin hidup) karena tubuh
mampu membentuk zat anti yang cukup banyak.
62. 48
2.1.17.5 Program Imunisasi
a. Imunisasi rutin
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan yang secara rutin
dan terus menerus, harus dilaksanakan pada periode tertentu
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi
menjadi :
1. Imunisasi rutin pada bayi
2. Imunisasi rutin pada wanita usia subur
3. Imunisasi rutin pada anak usia sekolah
b. Imunisasi Tambahan
Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi
yang dilakukan atas dasar ditemukanya masalah dari hasil
pemantauan atau evaluasi, kegiatannya ini sifatnya tidak
rutin, membutuhkan biaya khusus, kegiatan dilaksanakan
dalam periode tertentu.
2.1.17.8 Efek Samping Imunisasi
Hal-hal berikut walaupun sangat jarang terjadi dapat
merupakan efek samping penyuntikan imunisasi :
63. 49
a. Demam
Atasi segera dengan memberikan kepada anak obat turun
panas. Bila demam tidak turun, segera bawa anak
kepuskesmas atau sarana pelayanan kesehatan terdekat.
b. Ruam kulit
Ruam disekitar tempat penyuntikan membengkak dan merah
Biasanya efek ini akan menghilang setelah beberapa hari
c. Hepatitis
Ini dapat terjadi bila jarum yang digunakan tidak steril atau
telah digunakan berkali-kali.
2.1.17.9 Vaksin
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu
mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk
menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi
terhadap penyakit. Vaksin secara umum cukup aman.
Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih
besar dari pada efek samping yang mungkin timbul dengan
adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang
serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
64. 50
2.1.17.10 Tempat Penyimpanan
Kulkas Pintu Depan vs Kulkas Pintu Atas
Kulkas Pintu Depan
a. Suhu tidak stabil
b. Bila listrik mati, suhu turun lebih cepat
c. Jumlah simpanan vaksin lebih sedikit
d. Tapi susunan vaksin lebih mudah dilihat
Kulkas Pintu Atas
a. Suhu lebuh stabil karena saat dibuka, suhu dungin turun dari
atas kebawah, jadi tidak keluar
b. Bila listrik mati, suhu dingin bertahan lama
c. Jumlah simpanan vaksin lebih banyak
d. Susunan vaksin sulit dikontrol karena bertumpuk atasnya.
2.1.17.11 Macam – Macam Imunisasi
a. Imunisasi BCG
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat
terjadi karena terhirupnya percikan udara yang
mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang
berbagai organ tubuh, pemberian iminusasi BCG
sebaiknya di lakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia
12 tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi
65. 51
berumur 2 bulan. Imunisasi ini diberikan cukup satu kali
saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil” maka setelah
beberapa minggu ditempat suntikan akan timbul benjolan
kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka
pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan
dipaha kanan atas. Bisanya setelah suntikan BCG diberikan
bayi tidak menderitademam. (Lilis Lisnawati,2011;h.55)
Vaksin BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis, tetapi
mengurangi resiko tuberkulossis berat, seperti meningitis
tuberkulosa dan tuberkulosis millier.
Vaksin BCG diberikan secara intradermal/intrakutan 0,10
ml untuk anak dan 0,05 ml untuk bayi baru lahir.
Penyuntikan imunisasi BCG ini sebaiknya diberikan pada
deltoid kanan (lengan kanan atas), sehingga tidak terjadi
limfadenitis (pada aksila) akan lebih mudah terdeteksi.
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, tidak
boleh beku, dan harus disimpan pada suhu 2-8 °C. Vaksin
yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam.
(Vivian Nanny Lia Dewi,2010;h.130).
b. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit endemik dihampir seluruh
bagian dunia. Penyakit hepatitis B pada anak tidak jarang
66. 52
menimbulkan gejala yang minimal bahkan subklinis,
namun sering menyebarkan hepatitis kronik, yang dalam
kurun waktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi
sirosis ataupun hepatoma, sedangkan pada orang dewasa
lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat
berkembang menjadi bentuk fulminan dengan angka
kematian yang tinggi.
c. Imunisasi DPT
1. Difteri
Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphteriae.
Mudah mudah dan menyerang terutama saluran nafas
bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan
pada amandel (tongsil) dan terlihat selaput putih kotor
yang makin lama makin membesar dan dapat menutup
saluran nafas. penularan umumnya melalui udara
(batuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau
makanan yang terkontaminasi. Pencegahan paling
efektif adalah dengan imunisasi besamaan dengan
tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi
berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan satu – dua
bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan
67. 53
kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang
mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak
pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup
diberikan obat penurun panas.
2. Pertusis
Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan
“batuk seratus hari” adalah penyakit infeksi saluran
yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis. Gejala
khas yaitu batuk yang terus menerus dan sukar berhenti,
muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-
kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan
nafas panjangdan dalam berbunyi melengking.
Penularan umunya terjadi melalui udara (batuk/bersin).
Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan
imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri
sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan
dengan selang penyuntikan satu-dua bulan.
3. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang
berbahaya karena mempengaruhi sistem urat syaraf dan
otot. Gejala tetanus umumnya diwali dengan kejang otot
68. 54
rahang bersamaan dengan timbulnya pembengkakaan,
rasa sakit dan kaku otot leher, bahu atau punggung.
Kejang – kejang secara cepat merambat ke otot perut,
lengan atas dan paha. (Lilis Lisnawati,2011;h.59)
d. Imunisasi Polio
Kata polio (abu- abu) dan myelon (sumsum), berasal dari
bahasa latin yang berarti medula spinalis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus poliomielitis pada medula spinalis
yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan. (Vivian
Nanny Lia Dewi,2010;h.138)
Virus polio menyebar dari orang satu keorang lain melalui
jalur oro-fekal dan pada beberapa kasus dapat berlangsung
secara oral-oral. Infeksi virus ini mencapai puncak pada
musim panas, sedangkan pada daerah tropis tidak ada
bentuk musiman penyebaran infeksi. Virus polio ini sangat
menular, jika terjadi kontak antar anggota keluarga (yang
belum imunisasi) derajat serokonversinya lebih dari 90%.
Virus polio sangat infeksius sejak 7 sampai 10 hari
sebelum dan setelah timbulnya gejala, tetapi virus polio
dapat ditemukan dalam feses sejak 3 sampai 6 minggu.
69. 55
2. 2 Campak
Penyakit campak disebabkan oleh Karen virus campak. Virus campak termasuk
didalam family paramyxovirus. Virus camapak sangat sensitive terhadap panas,
sangat mudah rusak pada suhu 37°C. toleransi terhadap perubahan PH baik
sekali. Bersifat sensitive terhadap eter, cahaya, dan trysine. Virus mempunyai
jangka waktu yang pendek (short survival time) yaitu kurang dari 2 jam.
Apabila disimpan pada laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada
suhu-70°C. (I.G.N Gde Ranuh.et.all,2011;h.341)
Penyakit campak sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan diseluruh
wilayah Indonesia. Upaya imunisasi campak telah dilaksanakan oleh Depkes
dan kesos RI dan sudah mencangkup lebih dari 80%, tetapi untuk daerah-
daerah terpencil, cangkupan tersebut secara keseluruhan masih belum tercapai.
Oleh karena itu, kejadian luar biasa penyakit campak masih sering dijumpai
didaerah-daerah tertentu.
1. Patogenesis
Virus dalam droplet masuk melalui saluran pernafasan dan selanjutnya
masuk kelenjar getah bening yang berada dibawah mukosa, ditempat ini
virus memperbanyak diri kemudian menyebar ke sel-sel jaringan
limforetikular seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi membentuk
sel berinti raksasa yang disebut sel warthin. Sedangkan sel T limfosit
meliputi kelompok penekan dan penolong yang rentan terhadap infeksi,
aktif membelah. Pada hari ke-5 sampai ke-6 sesudah infeksi awal, focus
70. 56
infeksi terwujud, yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan
menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran pernafasan,
kulit, kandung kemih, dan saluran usus. Selanjutnya pada hari ke-9 sampai
dengan ke-10 fokus infeksi berada diepitel saluran nafas. Pada saat itu
muncul gejala coriza (pilek) disertai dengan peradangan selaput konjungtiva
yang tampak merah. Pasien tampak lemah disertai suhu tubuh yang
meningkat, lalu pasien tampak sakit berat sampai munculnya ruam kulit.
Pada hari ke -11 tampak pada mukosa pipi suatu ulser kecil (bintik koplik)
Yang merupakan tempat virus tumbuh selanjutnya mati. Kondisi ini
merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. Akhirnya muncul
ruam makulopapular dihari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibody humoral dapat dideteksi dan selanjutnya suhu tubuh menurun.
(Vivian Nanny Lia Dewi,2010;h.145)
2. Vaksin
Vaksin untuk mencegah campak, gondongan, dan rubella merupakan vaksin
kombinasi yang dikenal dengan vaksin MMR ( measles, mups, dan rubella),
dosis 0,5 ml. Vaksin MMR merupakan vaksin kering yang mengandung
virus hidup, harus disimpan pada temperature 2-8°C atau lebih dingin dan
terlindung dari cahaya. Vaksin harus digunakan dalam waktu 1 jam setelah
dicampur dengan pelarutnya, tetap sejuk dan terlindung dari cahaya, karena
setelah dicampur vaksin sangat tidak stabil dan cepat kehilangan potensinya
71. 57
pada temperatur kamar. Pada temperatur 22-25°C, akan kehilangan potensi
50% dalam 1 jam, pada temperature 37°C vaksin menjadi tidak aktif setelah
1 jam. (I.G.N Gde Ranuh.et.all, 2011;h.355)
3. Dosis dan cara pemberian Imunisasi Campak
a) Dosis vaksin campak sebanyak 0,5 ml
b) Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan walaupun
demikian dapat pula diberikan secara intra muscular
c) Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD. (I.G.N
Gde Ranuh.et.all,2011;h.344-345)
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1.000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup,
pemberian 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat menghasilkan hasil yang
baik. Pemberian yang dianjurkan melalui subkutan walaupun demikian
juga dapat diberikan secara intramuscular. Daya proteksi vaksin campak
diukur dengan berbagai cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin
terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak
sesudah pelaksanaan program imunisasi. Pada saat ini dinegara yang
sedang berkembang, angka kejadian campak masih tinggi dan seringkali
dijumpai penyulit. Oleh karena WHO menganjurkan pemberian imunisasi
campak pada bayi berumur 9 bulan. Untuk Negara maju, imunisasi
72. 58
campak (MMR) dianjurkan ketika anak berumur 12-15 bulan. (Vivian
Nanny Lia Dewi,2010;h.146)
4. Gejala
1) Stadium pro-dormal
Ditandai, demam tinggi disertai 3C (coryza/pilek, conjungtivis dan
cough) Pada pemeriksaan rongga mulut dapat dijumpai Kopliks Spot.
2) Stadium Erupsi
Timbul ruam makulopapular eritromatotus, pada saat suhu tubuh sedang
tinggi. Mulai pada daerah kepala, belakang leher, kemudian ke badan dan
anggota badan atas, selanjutnya keanggota badan bawah.
3) Stadium Konvalesen
Gejala – gejala yang muncul tersebut berkurang sampai hilang. Ditandai
ruam macula hiperpigmentasi.
Komplikasi ,dapat berupa :
1) Pneumonia atau bronkopneumonia
2) Otitits media akut
3) Meningoensefalitis
4) Sub-acute Sclerosing Pan Encephalitis (SSPE)
5) Diare akut persisten (Protein Lossing Emteropathy)
6) Reaktivitas Tuberculosis
7) Kerato – conjutivis sampai kebutaan (Lilis Lisnawati,2011;h.97)
73. 59
5. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
a) Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada
imunisasi ulang pada seorang yang telah memiliki imunitas sebagian
akibat imunisasi dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan.
Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakannya
vaksin campak yang dilemahkan
b) Gejala KIPI yang berupa demamyang lebih dari 39,5°C yang terjadi pada
5%-15% kasus,demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 5 hari.
c) Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi, walaupun dengan
demikian peningkatan suhu tubuh tersebut tidak merangsang terjadinya
kejang demam.
d) Ruam yang dijumpai pada 5% resipien timbul pada hari ke 7-10 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan
dengan akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh
imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami.
e) Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat
seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi pasca imunisasi.
Diperkirakan risiko terjadinya kedua efek samping tersebut 30 hari
sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin. (I.G.N
Gde Ranuh.et.all.2011;h.345)
74. 60
6. Imunisasi Ulang
Penelitian di Yogyakarta, Ambon, dan palu ,oleh Badan Lingkes Dipkes dan
kesos mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah perprovensi pada tahun
1998, menunjukkan bahwa status antibody campak hanya mencapai 71,9%
sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah yang rentan pada infeksi campak
cukup tinggi yaitu 26-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut, imunisasi
campak ulang diberikan pada usia masuk sekolah (6-7 tahun) melalui
program BIAS. Imunisasi ulang dianjurkan dalam situasi seperti berikut ini.
a) Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti
bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik (tampak peningkatan
insiden kegagalan vaksinasi). Pada anak-anak yang memperoleh
imunisasi ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi
imunisasinya, tetapi hal ini bukan merupakan kontraindikasi.
b) Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka
anak SD, SMP, dan SMA dapat diberikan imunisasi ulang.
c) Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah
dimatikan (vaksin inaktif)
d) Setiap orang yang pernah memperoleh immunoglobulin
e) Seseorang yang tidak dapat menunjukan catatan imunisasinya.
75. 61
7. Kontraindikasi
Kontraindikasi imunisasi berlaku bagi mereka yang sedang menderita
demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresi, hamil,
memiliki riwayat alergi, dan sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin
atau kontak dengan darah. (Vivian Nanny Lia Dewi,2010:h.147).
2.2.1 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1.1 Manajemen asuhan kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen
asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery,
edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses amanajemen
asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut
secara sistematis dan siklik. (Suryani Soepardan,2007;h.97)
2.2.1.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney menurut
Sulistyawati tahun 2012 terdiri dari 7 langkah yaitu :
76. 62
2.2.2.1 Pengumpulan Data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
a. Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dan berbagai sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui
anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka
mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan
Berikut adalah data yang dapat dikaji dan dilakukannya
anamnesa :
a) Data Subjektif
1). Identitas
(a) Nama
selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien
menjadi lebih baik dan akrab.
77. 63
(b) Umur
pasien seharusnya didapatkan dari anamnesa dan
dicatat untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental fisiknya belum siap dan termasuk
dalam menunda dan usia 20-35 tahun adalah masa
reproduktif, sedangkan umur lebih dari 35 adalah
termasuk fase menghentikan dan dapat juga
terjadi faktor resiko.
(c) Agama
Sebagai dasar bidan untuk memeberikan
dukungan dan spiritual terhadap pasien dan
keluarga.
(d) Suku atau bangsa
Dalam mengkaji suku ini berpengaruh pada adat
istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(e) Status pendidikan
Pendidikan sangat penting untuk dikaji karena
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektual
sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
78. 64
(f) Pekerjaan pasien
Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial
ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam
gizi pasien tersebut.
(g) Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi
pasien data ini juga memberi gambaran mengkaji
jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju
lokasi pelayanan kesehatan.
(Ari Sulistyawati.2012;h.220-221)
b) Pengkajian Data
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi
baru lahir.
a) Pengkajian Segera Setelah Lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk menkaji adaptasi bayi
baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan
luar uterus, yaitu dengan penilaian APGAR.
Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan
diameter besar di vulva (crowning) .
79. 65
b) Pengkajian Keadaan Fisik
Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk
memastikan bayi dalam keadaan normal atau
mengalami penyimpangan.
(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.251)
1) Data Subyektif bayi baru lahir yang penting dan
harus dikaji, adalah :
2) Data Objektif Bayi baru lahir yang harus
dikumpulkan antara lain :
(a) Pemeriksaan Fisik
Dalam waktu 24 jam bila bayi tidak
mengalami masalah apapun lakukan
pemeriksaan fisik yang lebih lengkap.
(b) Pemeriksaan Umum
(1) Pernafasan. Pernafasan BBL normal 30-
60 kali per menit tanpa retraksi dada dan
tanpa suara merintih pada fase ekspirasi.
(2) Warna kulit. Bayi baru aterm kelihatan
pucat dibanding bayi preterm karena
kulit lebih tebal.
80. 66
(3) Denyut jantung. Denyut jantung BBL
normal antara 100-160 kali per menit,
tetapi dianggap masih normal jika diatas
160 kali per menit dalam jangka waktu
pendek.
(4) Suhu sekitar 36,5ºC sampai 37,5ºC.
(5) Postur dan gerakan. Postur normal BBL
dalam keadaan istirahat adalah kepalan
tangan longgar, dengan lengan, panggul
dan lutut semi fleksi.
(6) Tonus otot atau tingkat kesadaran.
Rentang normal tingkat kesadaran BBL
adalah mulai dari diam hingga sadar
penuh dan dapat ditenangkan jika rewel.
Bayi dapat dibangunkan jika diam atau
sedang tidur.
(7) Ekstremitas. Periksa posisi, gerakan,
reaksi bayi bila ekstremitas disentuh, dan
pembengkakan.
(8) Kulit warna kulit dan adanya verniks
caseosa, pembengkakan atau bercak
hitam, tanda lahir atau tanda mongol.
81. 67
Selama bayi dianggap normal. Kelainan
ini termasuk milia, biasanya terlihat pada
hari pertama atau selanjutnya. Kulit
tubuh, punggung dan abdomen yang
terkelupas pada hari pertama masih
dianggap normal.
(9) Tali pusat normal berwarna putih
kebiruan pada hari pertama, mulai kering
dan`mengkerut atau mengecil dan
akhirnya lepas setelah 7-10 hari. (Wafi
Nur Muslihatun, 2010;h.31-32)
(c) Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
(1) Kepala
Pemeriksaan pada kepala pada
pemeriksaan inspeksi dengan
memperhatikan bentuk kepala normal
atau tidak dengan cara dilakukan
pengukuran dengan pita ukur, rambut
dalam keadaan rontok atau tidak, dan
melakukan palpasi untuk mengetahui
keadaan rambut, massa, pembengkakan,
82. 68
nyeri tekan dan kulit kepala. (Eviana,S
Tambunan, dan Kasim Deswani
,2011;h.66)
Ubun - ubun besar dan ubun-ubun kecil,
rambut ada, dan tidak ada
capputsucedaneum dan cepalhematoma.
(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.253)
(2) Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang
wajah bayi tampak asimetris, hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.
Perhatikan kelainan wajah yang khas
seperti sindrom down. Perhatikan juga
kelainan wajah akibat trauma lahir
seperti laserasi, paresis nerves fasialis.
(3) Mata
Periksa jumlah dan posisi atau letak
mata. Periksa adanya strabismus yaitu
koordinasi mata yang belum sempurna
dan adanya laukoma kongenital, mulanya
83. 69
akan tampak sebagai pembesaran
kemudian kekeruhan pada kornea.
(4) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk,
serta posisinya. Pada bayi cukup bulan
tulang rawan sudah matang. Perhatikan
adanya kulit tambahan atau aurikel, hal
ini dapa berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.
(5) Hidung
Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk,
dan lebar hidung. Amati pernapasan bayi.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika
melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas.
(Eviana,S Tambunan, dan Kasim
Deswani ,2011;h.135)
(6) Mulut
Tujuan mengkaji mulut untuk
mengetahui bentuk dan ada tidaknya
kelainan yaitu bentuk simetris atau tidak,
bibir tidak pucat dan kering, tidak ada
84. 70
labiopalatoskisis tidak ada labioskisi.
(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.33)
(7) Leher
Tujuan mengkaji leher adalah leher bayi
biasanya pendek dan harus diperiksa
pada kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pererakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher. Periksa adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan vena jugularis.
(Eviana,S Tambunan, dan Kasim
Deswani,2011;h.136)
(8) Klavikula dan lengan tangan
Tujuan mengkaji klavikula dan lengan
tangan adalah untuk memastikan adalah
fraktur klavikula, gerakan bayi aktif atau
tidak, dan ada tidaknya kelainan jumlah
jari .
(9) Dada
Dada dikaji untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan bentuk, putting susu,
gangguan pernapasan, bunyi jantung.
85. 71
(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.33)
(10) Perut
Kaji bentuk perut, jika perut samgat
cekunng kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika. (Eviana,S Tambunan, dan
Kasim Deswani,2011,h;137)
(11) Genetalia
Pengkajian pada genetalia bertujuan
untuk melihat adanya kelainan-kelainan
pada genetalia seperti pada laki-laki :
panjang penis, testis sudah turun berada
dalam skrotum, orifisium uretra diujung
penis, kelainan (finosis, hipospadia atau
epispadia). Kelamin perempuan: labia
mayora dan labia minora, klitoris,
orifisium vagina, orifisium uretra, sekret.
(12) Ekstremitas
Pengkajian pada ekstremitas bertujuan
untuk memastikan gerakan-gerakan bayi
aktif, bentuk simetris, jumlah jari-jari
lengkap.
86. 72
(13) Anus
Pengkajian pada anus bertujuan untuk
memastikan anus berlubang, adanya
atresia ani dan mekonium
(14) Punggung
Pada pengkajian punggung dan pinggang
biasanya dilihat bentuk dari punggung
adanya lorddosis atau tidak, adanya
pembengkakan atau tidak.
(15) Antropometri
Bertujuan untuk melihat apakah bayi
dalam keadaan normal dengan mengkaji
BB, PB, LK, LD, LILA.
(16) Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya kencing
lebih dari enam kali perhari. Bayi baru
lahir normal biasanya berak cair enam
sampai delapan kali perhari. Di curigai
diare apabila frekuensi meningkat, tinja
hijau atau mengandung lendir atau darah.
Perdarahan vagina pada bayi baru lahir
dapat terjadi selama beberapa hari pada
87. 73
minggu pertama kehidupan dan hal ini
dianggap normal.
(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.34)
2.2.2.2 Interprestasi Data Dasar
Pada langkah kedua dilakukan indentifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulan. Data dasar tersebut kemudian diinterprestasikan
sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah spesifik. Baik
rumusan diagnosis maupun msasalah, keduanya harus ditangani.
Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi
tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal –hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.
(Suryani Soepardan,2007.h.99)
a. Masalah
Dalam asuhan kebidanana digunakan istilah”masalah” dan
“diagnosis”. Kedua istilah itu dipakai karena beberapa masalah
tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.
88. 74
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
b. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya. Masalah yang
berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan
terhadap diangnosanya (Ari Sulistyawati,2009;h.192)
2.2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini
menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk
mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah
atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi
yang rasional/logis. (Suryani Soepardan,2007;h.100)
Masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir :
89. 75
a. Hipotermi potensial terjadi gangguan pernapasan
b. Hipotermi ini karena menyempitnya pembuluh darah dan yang
dapat mengakibatkan terjadinya metabolik,
meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Hipoglikemi ini karena kenaikan kadar bilirubin.
d. Infeksi karena tetanus neonatorum yang disebabkan karena
clostridium tetani. (Wafi Nur Muslihatun,2010;h.255)
2.2.2.4 Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
atau Masalah Potensial
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan konsisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung
selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya,
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Dalam kondisi
tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerja social, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi
baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
90. 76
setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi
dan kolaborasi dilakukan.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu
tindakan harus disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi
keseluruhan yang dihadapi klien. Setelah bidan merumusan ini u
hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatisipasi
diagnosis/masalahpotensial pada langkah sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencangkup tindakan segera yang bias dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, atau bersifat rujukan.
2.2.2.5 Menyusun Rencana Asuhan menyeluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.pada langkah ini informasi
data yang tidak lengkap dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah
terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien
tersebut. Pedoman antisipasi ini mencangkup perkiraan tentang hal
91. 77
yang akan terjadi berikutnya; apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien cangkup bila ada
sejumlah masalah terkait social, ekonomi, cultural, atau psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencangkup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan
kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan
dan klien, agar bias dilaksanakan secara efektif.
Semua keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam
asuhan menyeluruh. Asuahan ini harus bersifat rasional dan valid
yang didasarkan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan
sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan klien.
2.2.2.6 Pelaksanaan
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaanya.
92. 78
2.2.2.7 Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan.
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan: apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana telah
diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang
sebagian lagi belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen
asuhan merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka
bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif
untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan
efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
(Suryani Soepardan,2007;h.102)
93. 79
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
2.3.1 Bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat diperlukan
tindakan imunisasi sebagai tindakan preventif;
2.3.2 Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1611/Menkes/SK/XI
/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi dan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1626/Menkes/SK/XII/2005 tentang
Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
hukum;
2.3.3 Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal
132 ayat (4) Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penyelenggara Imunisasi.
94. 80
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. R UMUR 9 BULAN DENGAN
EFEK SAMPING PEMBERIAN IMUNISASI
CAMPAK DI BPS KETUT DANI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Oleh : Desak Gede Apna P.
Tanggal : 10 April 2015
Waktu : 10.00 wib
3.1 PENGKAJIAN
a. Indentitas Bayi
Nama Bayi : An. R
Tgl/Jam/Lahir : 14 juni 2014
Umur : 9 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : I
Indentitas Orang Tua Atau Penanggung Jawab
Indentitas ibu Identitas ayah
Nama : Ny. D Nama : Tn. S
Umur : 29 tahun Umur :34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
95. 81
Suku /Bangsa : Jawa, Indonesia Suku /Bangsa : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Bengkel
Alamat : JL.Soekarno Hatta. Alamat :JL.Soekarno
Gg By Pass raya 2 LK 2 Gg By Pass raya
2 LK 2
1. Alasan kunjungan : Datang ke RB Ibu mengatakan ingin
mengimunisasikan campak pada anaknya.
2. Riwayat Kesehatan :
Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan anaknya tidak sedang
mengalami sakit
Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan anak pernah menderita
sakit batuk, pilek dan demam.
Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit menurun seperti:
hipertensi, DM dan jantung, kemudian
penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis.
3. Riwayat Tumbuh-kembang :
Tumbuh
BB yang lalu : 6,7 kg, PB : 60 cm
96. 82
Kembang
Riwayat kemampuan anak : Berdiri dengan berpegangan, mengucap
beberapa kata melempar bola, memegang
biskuit
4. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi :
Ibu mengatakan anaknya diberikam ASI esklusif sampai umur 9
bulan diberi makan tambahan seperti nasi tim dan biscuit bayi .
b. Eliminasi
BAK : Ibu mengatakan bayi nya BAK sebanyak 6-7 x/
hari, warna kuning jernih.
BAB : Ibu mengatakan 2-3 x/ hari pada pagi hari,
konsistensi lunak
c. Istirahat/ tidur
Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang +3 jam.
Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam +8 jam.
Aktifitas
d. Pola aktivitas : Ibu mengatakan anaknya sangat aktif jika diajak
bermain.
e. Mandi / Personal Hygene
Pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi jam 07.00
WIB.
97. 83
Sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore jam 16.00
WIB.
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Pernafasan : 48x/menit
b. Suhu : 38,5°C
c. Nadi : 104x/menit
3. Antropoemetri
a. Berat badan : 8,100 gram
b. Panjang badan : 54 cm
c. Lingar kepala : 41 cm
d. Lingkar Dada : 47 cm
e. Lingkar lengan : 14 cm
Pemerisaan fisik
a. Kepala
Ubun-ubun : Datar
Caput succedaneum : Tidak ada
Cepal haemtoma : Tidak ada
98. 84
b. Muka : Simetris, tidak ada sindromdown
c. Mata
Simetris : Simetris
Kelopak mata : Ada
Secret : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sclera : Putih
d. Telinga
Simetris : Simetris
Lubang : Ada
e. Hidung
Palatoskisis : Tidak ada
Septum : Ada
Lubang : Ada
f. Mulut
Sianosis : Tidak ada
Mukosa : Lembab
Labioskiziz : Tidak ada
g. Tenggorokan
Faring : Normal
Laring : Normal
99. 85
h. Klavikula dan lengan tangan
Gerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap, normal
i. Dada
Bentuk : Simetris
Putting susu : Ada
Auskultasi : Terdengar lup - dup
Payudara : Normal
Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing, dan ronchi
Jantung : Terdengar lup dup
j. Abdomen
Tali pusat : Sudah puput tidak ada infeksi
Kelainan : Tidak ada
k. Genetalia
Laki-laki
Penis berlubang : Ya
Testis dalam scrotum : Ya
l. Anus : Berlubang
m. Tungkai dan kaki :
Gerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap, normal
100. 86
n. Punggung
Bentuk : Simetris
Kelainan : Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan
101. 87
tgl/
jam
Pengkajian Interpretasi data
(diagnosa, masalah,
kebutuhan)
Dx
potensial/m
asalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
10.04
.2015
10.10
WIB
Ds.
1. Ibu
mengatakan
akan
mengimunis
asikan
anaknya.
2. ibu
megatakan
anaknya
lahir tanggal
14 juni 2014
KU:Baik
Kesadaran:C
M
TTV:
Suhu :36,5°C
ND: 104x/m
RR: 48x/
menit
BB: 8,1 kg
TB: 60 cm
.
Dx:
An. R umur 9 bulan
dengan imunisasi
campak
DS :1. Ibu
mengatakan
akan
mengimunisasi
kan anaknya
2.Ibu megatakan
anaknya lahir
tanggal 14 juni
2014
DO :
BB: 8,1 kg
TB: 60 cm
Masalah:
Tidak Ada
Kebutuhan :
imunisasi campak
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu
kondisi ibu
tentang kondisi
anaknya
2. Beritahu ibu
tentang
pentingnya
imunisasi
campak
3. Siapkan alat
vaksin campak
4 .Beritahu ibu
tentang efek
samping setelah
pemberian
imunisasi
5. Beri ibu obat
penurun panas dan
beritahu tentang
fungsi dan cara
1. Memberitahu ibu tentang
kondisi anaknya bahwa anaknya
dalam keadaan sehat
saat ini berdasarkan hasil
pemeriksaan yaitu
TTV:
SH: 36,5 O
C, ND: 104x/m
RR: 48x/m
BB: 8,1 kg
PB: 60 cm
2. Memberitahu ibu tentang
pentingnya imunisasi campak,
yaitu suatu upaya untuk
memberi kekebalan secara aktif
terhadap virus campak, yang
bertujuan untuk mencegah
penyakit campak yang diberikan
pada usia 9 bulan
3. Menyiapkan alat vaksin
campak, antara lain spuit ukuran
1 cc, vaksin campak 0,5 ml dan
kapas alkohol/ tupres.
4. Memberi tahu ibu bahwa efek
samping dari imunisasi
campak yaitu,bayi akan
mengalami demam ,dan ruam
dihari ke 7-10
5. Memberikan pada ibu obat
Parasetamol untuk penurun
panas yang diberikan bila
anak mengalami demam
1. Ibu mengetahui tentang
kondisi anak nya saat
ini
2. Ibu telah mengetahui
sudah tentang
pentingnya imunisasi
campak
3.Alat imunisasi campak
telah disiapkan antara lain
spet, vaksin campak 0,5
ml dan kapas alkohol/
tupres.
4. Ibu telah mengetahui
tentang efek samping
dari imunisasi campak
5. Ibu sudah mengerti
fungsi dari obat
penurun panas dan cara
pemberian bila
MATRIKS
102. 88
pemberian obat
tersebut
6. Menganjurkan
ibu untuk tetap
memberikan
makanan yang
bergizi
7.Lakukan test
tumbuh
kembang pada
anaknya
8.Beritahu ibu
tentang
imunisasi
tambahan saat
ini
dengan cara menggerus obat
paracetamol dan berikan
dengan menggunakan sendok
dan beri sedikit air , beri
setelah anak selesai makan.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap
memberikan makanan yang
bergizi, seperti nasi tim, biscuit
bayi dan susu
7. melakukan tes tumbuh
kembang anaknya yaitu dengan
cara
a. Membiarkan anak berdiri
sendiri tanpa dibantu
b. Bantu anak berjalan dengan
dituntun
c. Bantu anak untuk menirukan
suara contohnya, suara ayam
d. Bantu anak mengulang
bunyi yang didengarkan
e. Bantu anak belajar
menyatakan satu atau dua
kata
f. Ajarkan anak untuk
mengerti perintah sederhana
g. Ajak anak berpartisipasi
dalam permainan
8.Memberitahu ibu bahwa ada
imunisasi tambahan untuk
anaknya saat ini yaitu
imunisasi pentabion yang
diberikan untuk imunisasi
lanjutan vaksin pentavalen
diberikan pada umur anak
paling cepat 18 bulan sampai
3 tahun. dan meningitis yang
diberikan pada bayi usia 9
6. Ibu sudah mengetahui
dan bersedia untuk tetap
memberikan makanan
yang bergizi
7. Hasil dari test yang
dilakukan bayi dalam
keadaan normal, karena
Bayi mampu melakukan
semua tes yang diberikan
8. Ibu mengetahui bahwa
ada imunisasi tambahan
yaitu imunisasi pentabio
dan meningitis