SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  30
Oleh Mustaqim, dr.
Pembimbing Jundi, dr., Sp.B
 Tetanus: gangguan neuromuskular akut
berupa trismus, kekakuan dan kejang otot
disebabkan oleh eksotosin
spesifik Clostridium tetani.
 Akibat komplikasi luka: Vulnus
laceratum (luka robek), Vulnus punctum (luka
tusuk), combustion (luka bakar), fraktur
terbuka, otitis media, luka terkontaminasi,
luka tali pusat.  tetanus prone wound
 Angka kejadian
 Kejadian di IGD RSUD Bangil (
 Angka kematian penderita tetanus sangat
tinggi sekitar 50 %.
 tidak menimbulkan kekebalan
 Perlu pencegahan dan tatalaksana yang tepat.
 Clostridium tetani
◦ gram positif
◦ Berbentuk Spora, dan vegetatif.
◦ Tidak invasif dan terlokalisir pada jaringan yang rusak
 Bentuk spora terdapat pada tanah, rumput, kayu,
kotoran hewan dan manusia.
 Bentuk vegetatif membutuhkan suasana anaerob
pada luka dan jaringan nekrosis.
 Bentuk vegetatif memproduksi eksotoksin
neurotoksin tetanospasmin dan tetanolysmin.
 Toksin inilah yang menimbulkan gejala – gejala
penyakit tetanus.
 Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia melalui
luka. Bentuk spora berubah menjadi bentuk vegetatif
dalam suasana luka yang anaerob.
 Kuman tidak menyebar. Tetapi mengeluarkan ekotoksin,
yaitu tetanolisin dan tetanospasmin.
 Tetanolisin dapat menghancurkan sel darah merah
menambah optimal kondisi lokal untuk berkembangnya
bakteri.
 Tetanospasmin: protein toksik terhadap sel saraf.
diabsorbsi oleh end organ saraf di ujung saraf motorik.
 transport akson retrograd atau aliran darah menuju SSP.
 Bila telah mencapai susunan saraf pusat dan terikat
dengan sel saraf, toksin tersebut tidak dapat dinetralkan
lagi.
 Tetanospasmin yang terikat pada neuron
akan memblok pelepasan neurotransmitter.
 Neuron pelepas gamma aminobutyric acid
(GABA) dan glisin sangat sensitif terhadap
tetanospasmin  kegagalan penghambatan
refleks respon motorik terhadap rangsangan
sensoris.
 Kejang rangsang dan spasme.
 Kekakuan dimulai pada tempat masuknya
kuman atau pada otot masseter (trismus),
 toxin masuk ke sumsum tulang belakang 
kekakuan berat otot lurik pada dada, perut
dan mulai timbul kejang.
 toksin mencapai korteks serebri, menderita
akan mulai mengalami kejang umum yang
spontan.
 Masa inkubasi: bervariasi antara 2 hari atau
beberapa minggu bahkan beberapa bulan, pada
umumnya 8 – 12 hari.
 Suhu tubuh normal hingga subfebris
 Tetanus lokal  otot sekitar luka kaku
 Tetanus generalisata
◦ Trismus: sulit/tidak bisa membuka mulut
◦ Rhesus sardonicus
◦ Kaku otot kuduk, perut, anggota gerak
◦ Sukar menelan
◦ Opistotonus
 Kejang dalam keadaan sadar dan nyeri hebat.
 Sekujur tubuh berkeringat.
 pada anak.
◦ Stadium 1, dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm)
belum ada kejang rangsang, dan belum ada kejang
spontan.
◦ Stadium 2, dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm),
kejang rangsang, dan belum ada kejang spontan.
◦ Stadium 3, dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm),
kejang rangsang, dan kejang spontan.
 Stadium klinis pada orang dewasa. Terdiri dari :
◦ Stadium 1 : trisnus
◦ Stadium 2 : opisthotonus
◦ Stadium 3 : kejang rangsang
◦ Stadium 4 : kejang spontan
 Diagnosis
◦ Klinis
◦ Pewarnaan gram
 Komplikasi
◦ Anoksia otak
◦ fraktur vertebra
◦ Aspirasi, penumonia
◦ Low intake, Dehidrasi
◦ Disfungsi otonom: hiper/hipotensi, hiperhidrosis
◦ Kematian
 Debridemen dan rawat luka
 Imunisasi aktif.
 Imunisasi Pasif.
 Antibiotik
1. Pemberian antitoksin tetanus
2. Penatalaksanaan luka
3. Pemberian antibiotika
4. Penanggulangan kejang
5. Perawatan penunjang
6. Pencegahan komplikasi
 Pemberian antitoksin tetanus. selama 2 – 5 hari berturut –
turut
◦ ATS : 10.000 – 20.000 IU IM (dewasa) dan 10.000 IU IM (anak),
◦ HTIG : 3.000 IU – 6000 IU IM (dewasa) dan 3000 IU IM (anak).
 Penatalaksanaan luka.
◦ Cross Incision dan debridemen luka segera.
◦ Rawat terbuka untuk mencegah keadaan anaerob.
◦ Bila perlu di sekitar luka dapat disuntikan ATS.
 Pemberian antibiotika.
◦ Penisilin Penisilin sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM (dewasa) selama 5
hari. 50.000 IU/kg BB/hari (anak), dilanjutkan hingga 3 hari
bebas panas.
◦ Tetrasiklin 4x 500 mg/hari (dewasa). 40 mg/KgBB/hari (anak),
dibagi dalam 4 dosis.
◦ Metronidazol 3 x 1 gram IV.
 Ruang isolasi karena suara dan cahaya dapat
menimbulkan serangan kejang.
 Pemberian anti kejang
◦ Fenobarbital (Luminal) A: Mula – mula 60 – 100 mg IM,
kemudian 6 x 30 mg per oral. Maksimum 200 mg/hari. D:
3 x 100 mg IM
◦ Klorpromazin (Largactil) A: 4 – 6 mg/kg BB/hari, mula –
mula IM, kemudian per oral. D: 3 x 25 mg IM
◦ Diazepam (Valium) A: Mula – mula 0,5 – 1 mg/kg BB IM,
kemudian per oral 1,5 – 4 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 6
dosis. 3 x 10 mg IM Atau 0,2-0,5 mg/kg BB IV bila kejang.
◦ Klorhidrat. A: 3 x 500 – 100 mg per rectal
◦ midazolam 2-3 mg / jam
 Bila belum teratasi,  muscle relaxant + ventilator 
ICU
 tirah baring,
 oksigen, bersihkan jalan nafas secara teratur,
 cairan infus dan diet per sonde
 Monitoring kesadaran, TTV, trismus, asupan
/ keluaran, elektrolit
 konsultasikan ke bagian lain bila perlu.
 anoksia otak dengan
◦ pemberian antikejang, sekaligus mencegah
laringospasme,
◦ jalan napas yang memadai, bila perlu lakukan
intubasi (pemasangan tuba endotrakheal) atau
lakukan rakheotomi berencana, pemberian oksigen.
 pneumonia
◦ membersihkan jalan napas yang teratur,
pengaturan posisi penderita berbaring, pemberian
antibiotika.
 fraktur vertebra: pemberian antikejang yang
memadai.
 faktor yang memperburuk:
◦ masa inkubasi yang pendek,
◦ stadium penyakit yang parah
◦ penderita yang lanjut usia, neonatus,
◦ kenaikan suhu yang tinggi,
◦ pengobatan yang lambat,
◦ adanya komplikasi seperti status konvulsivus, gagal
jantung, fraktur vertebra, pneumonia.
 Identitas: Tn. M/54 tahun (00-18-77-62)
 MRS: 07 Mei 2013
 KU: Tidak bisa membuka mulut
 Pasien kesulitan membuka mulut sejak
seminggu sebelum masuk rumah sakit.
Semakin lama semakin memberat. Saat ini
tidak bisa membuka mulut sama sekali.
 Pasien juga mengeluhkan kesulitan menelan
makanan dan minuman. Sejak dua hari
sebelum MRS pasien sama sekali tidak bisa
makan dan minum.
 Saat ini pasien juga mengeluhkan kekakuan
dan kejang di seluruh tubuh disertai rasa
nyeri yang hebat terutama di punggung.
Pasien tetap sadar saat kejang. Kejang bila
mendengar suara yang ramai.
 Dua minggu sebelum MRS tangan kanan
pasien tercapit kepiting di tambak. Berobat di
PKM mendapatkan perawatan luka dan
suntikan.
 Pasien sudah lama tidak mendapatkan
Imunisasi.
 Keadaan Umum: Sakit berat
 Kesadaran: Compos Mentis, GCS= 4-5-6
 Tekanan Darah 110/70 mmHg
 Respiration Rate 24 x/menit
 Suhu 37.3 C
 Nadi 100 x/menit
 Kepala/Leher
◦ Anemis (-)
◦ Icterus (-)
◦ Cyanosis (-)
◦ Dyspneu (-)
◦ Trismus 0 cm
◦ Rhisus sardonicus (+)
◦ Pembesaran Kelenjar Getah bening (-/-)
 Thorax
◦ Inspeksi: simetris, retraksi (-/-), ictus cordis (-)
◦ Palpasi: simetris, ictus cordis ICS 5 MCL Sinistra
◦ Perkusi: sonor/sonor, batas jantung dalam batas
normal
◦ Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronchi -/-,
wheezing -/-, Suara jantung (s1,s2) tunggal
reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
◦ Inspeksi: dinding perut tampak tegang, opistotonus
(+)
◦ Auskultasi: Bising ususng (+) normal
◦ Palpasi: dinding perut kaku, Hepar/Lien sulit
dievaluasi,
◦ Perkusi: timpani
 Extrimitas
◦ CRT 2 detik
◦ Edema -/-/-/-
◦ Spasme +/+/+/+
◦ Vulnus Ictum Palmar Dextra 1 cm x 1 cm.
1. Vulnus Ictum Regio Palmar Dextra
2. Tetanus Generalisata Stadium Klinis 3
3. Dehidrasi sedang
 PDx: -
 PTx:
◦ Pemberian antitoksin tetanus  ATS
◦ Penatalaksanaan luka  tidak dilakukan
◦ Pemberian antibiotika  Metronidazol
◦ Penanggulangan kejang  Diazepam
◦ Perawatan penunjang  NGT, DC
◦ Pencegahan komplikasi  O2 2-3 LPM, Inf RL 2 L
 Rujuk RSSA Malang
TETANUS AKUT

Contenu connexe

Tendances

Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukJoni Iswanto
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialNoorahmah Adiany
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)M Afzalurrahman Putranda
 
Neuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetikNeuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetikSuharti Wairagya
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhfDwi Andini
 
Materi ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukMateri ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukJoni Iswanto
 
Askep antenatal normal, adaptasi d tugas perkembangan keluarga
Askep antenatal normal, adaptasi d tugas perkembangan keluargaAskep antenatal normal, adaptasi d tugas perkembangan keluarga
Askep antenatal normal, adaptasi d tugas perkembangan keluargaSarjan unissula
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 

Tendances (20)

Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi buruk
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Preskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotikPreskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotik
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Rematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shbRematoid arthritis shb
Rematoid arthritis shb
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
 
Neuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetikNeuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetik
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhf
 
Materi ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukMateri ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi buruk
 
Askep antenatal normal, adaptasi d tugas perkembangan keluarga
Askep antenatal normal, adaptasi d tugas perkembangan keluargaAskep antenatal normal, adaptasi d tugas perkembangan keluarga
Askep antenatal normal, adaptasi d tugas perkembangan keluarga
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 

Similaire à TETANUS AKUT (20)

214801887-Lapkas-Tetanus.ppt
214801887-Lapkas-Tetanus.ppt214801887-Lapkas-Tetanus.ppt
214801887-Lapkas-Tetanus.ppt
 
Bed Side Teaching Tetanus
Bed Side Teaching TetanusBed Side Teaching Tetanus
Bed Side Teaching Tetanus
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Tetanus anak
Tetanus anakTetanus anak
Tetanus anak
 
kuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.pptkuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.ppt
 
Askep tetaus
Askep tetausAskep tetaus
Askep tetaus
 
Clostridium tetani
Clostridium tetaniClostridium tetani
Clostridium tetani
 
Tetanus abil
Tetanus abilTetanus abil
Tetanus abil
 
Askep tetanus
Askep tetanusAskep tetanus
Askep tetanus
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4
 
129696308 case-tetanus
129696308 case-tetanus129696308 case-tetanus
129696308 case-tetanus
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Asuhan Keperawatan OMSK.pptx
Asuhan Keperawatan OMSK.pptxAsuhan Keperawatan OMSK.pptx
Asuhan Keperawatan OMSK.pptx
 
PPT kejang demam.ppt
PPT kejang demam.pptPPT kejang demam.ppt
PPT kejang demam.ppt
 
Tetanus=
Tetanus=Tetanus=
Tetanus=
 
Urtikaria akut
Urtikaria akutUrtikaria akut
Urtikaria akut
 

Dernier

Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 

Dernier (20)

Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 

TETANUS AKUT

  • 1. Oleh Mustaqim, dr. Pembimbing Jundi, dr., Sp.B
  • 2.  Tetanus: gangguan neuromuskular akut berupa trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh eksotosin spesifik Clostridium tetani.  Akibat komplikasi luka: Vulnus laceratum (luka robek), Vulnus punctum (luka tusuk), combustion (luka bakar), fraktur terbuka, otitis media, luka terkontaminasi, luka tali pusat.  tetanus prone wound
  • 3.  Angka kejadian  Kejadian di IGD RSUD Bangil (  Angka kematian penderita tetanus sangat tinggi sekitar 50 %.  tidak menimbulkan kekebalan  Perlu pencegahan dan tatalaksana yang tepat.
  • 4.
  • 5.  Clostridium tetani ◦ gram positif ◦ Berbentuk Spora, dan vegetatif. ◦ Tidak invasif dan terlokalisir pada jaringan yang rusak  Bentuk spora terdapat pada tanah, rumput, kayu, kotoran hewan dan manusia.  Bentuk vegetatif membutuhkan suasana anaerob pada luka dan jaringan nekrosis.  Bentuk vegetatif memproduksi eksotoksin neurotoksin tetanospasmin dan tetanolysmin.  Toksin inilah yang menimbulkan gejala – gejala penyakit tetanus.
  • 6.  Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka. Bentuk spora berubah menjadi bentuk vegetatif dalam suasana luka yang anaerob.  Kuman tidak menyebar. Tetapi mengeluarkan ekotoksin, yaitu tetanolisin dan tetanospasmin.  Tetanolisin dapat menghancurkan sel darah merah menambah optimal kondisi lokal untuk berkembangnya bakteri.  Tetanospasmin: protein toksik terhadap sel saraf. diabsorbsi oleh end organ saraf di ujung saraf motorik.  transport akson retrograd atau aliran darah menuju SSP.  Bila telah mencapai susunan saraf pusat dan terikat dengan sel saraf, toksin tersebut tidak dapat dinetralkan lagi.
  • 7.  Tetanospasmin yang terikat pada neuron akan memblok pelepasan neurotransmitter.  Neuron pelepas gamma aminobutyric acid (GABA) dan glisin sangat sensitif terhadap tetanospasmin  kegagalan penghambatan refleks respon motorik terhadap rangsangan sensoris.  Kejang rangsang dan spasme.
  • 8.  Kekakuan dimulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot masseter (trismus),  toxin masuk ke sumsum tulang belakang  kekakuan berat otot lurik pada dada, perut dan mulai timbul kejang.  toksin mencapai korteks serebri, menderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan.
  • 9.  Masa inkubasi: bervariasi antara 2 hari atau beberapa minggu bahkan beberapa bulan, pada umumnya 8 – 12 hari.  Suhu tubuh normal hingga subfebris  Tetanus lokal  otot sekitar luka kaku  Tetanus generalisata ◦ Trismus: sulit/tidak bisa membuka mulut ◦ Rhesus sardonicus ◦ Kaku otot kuduk, perut, anggota gerak ◦ Sukar menelan ◦ Opistotonus  Kejang dalam keadaan sadar dan nyeri hebat.  Sekujur tubuh berkeringat.
  • 10.  pada anak. ◦ Stadium 1, dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) belum ada kejang rangsang, dan belum ada kejang spontan. ◦ Stadium 2, dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), kejang rangsang, dan belum ada kejang spontan. ◦ Stadium 3, dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm), kejang rangsang, dan kejang spontan.  Stadium klinis pada orang dewasa. Terdiri dari : ◦ Stadium 1 : trisnus ◦ Stadium 2 : opisthotonus ◦ Stadium 3 : kejang rangsang ◦ Stadium 4 : kejang spontan
  • 11.  Diagnosis ◦ Klinis ◦ Pewarnaan gram  Komplikasi ◦ Anoksia otak ◦ fraktur vertebra ◦ Aspirasi, penumonia ◦ Low intake, Dehidrasi ◦ Disfungsi otonom: hiper/hipotensi, hiperhidrosis ◦ Kematian
  • 12.  Debridemen dan rawat luka  Imunisasi aktif.  Imunisasi Pasif.  Antibiotik
  • 13. 1. Pemberian antitoksin tetanus 2. Penatalaksanaan luka 3. Pemberian antibiotika 4. Penanggulangan kejang 5. Perawatan penunjang 6. Pencegahan komplikasi
  • 14.  Pemberian antitoksin tetanus. selama 2 – 5 hari berturut – turut ◦ ATS : 10.000 – 20.000 IU IM (dewasa) dan 10.000 IU IM (anak), ◦ HTIG : 3.000 IU – 6000 IU IM (dewasa) dan 3000 IU IM (anak).  Penatalaksanaan luka. ◦ Cross Incision dan debridemen luka segera. ◦ Rawat terbuka untuk mencegah keadaan anaerob. ◦ Bila perlu di sekitar luka dapat disuntikan ATS.  Pemberian antibiotika. ◦ Penisilin Penisilin sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM (dewasa) selama 5 hari. 50.000 IU/kg BB/hari (anak), dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas. ◦ Tetrasiklin 4x 500 mg/hari (dewasa). 40 mg/KgBB/hari (anak), dibagi dalam 4 dosis. ◦ Metronidazol 3 x 1 gram IV.
  • 15.  Ruang isolasi karena suara dan cahaya dapat menimbulkan serangan kejang.  Pemberian anti kejang ◦ Fenobarbital (Luminal) A: Mula – mula 60 – 100 mg IM, kemudian 6 x 30 mg per oral. Maksimum 200 mg/hari. D: 3 x 100 mg IM ◦ Klorpromazin (Largactil) A: 4 – 6 mg/kg BB/hari, mula – mula IM, kemudian per oral. D: 3 x 25 mg IM ◦ Diazepam (Valium) A: Mula – mula 0,5 – 1 mg/kg BB IM, kemudian per oral 1,5 – 4 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 6 dosis. 3 x 10 mg IM Atau 0,2-0,5 mg/kg BB IV bila kejang. ◦ Klorhidrat. A: 3 x 500 – 100 mg per rectal ◦ midazolam 2-3 mg / jam  Bila belum teratasi,  muscle relaxant + ventilator  ICU
  • 16.  tirah baring,  oksigen, bersihkan jalan nafas secara teratur,  cairan infus dan diet per sonde  Monitoring kesadaran, TTV, trismus, asupan / keluaran, elektrolit  konsultasikan ke bagian lain bila perlu.
  • 17.  anoksia otak dengan ◦ pemberian antikejang, sekaligus mencegah laringospasme, ◦ jalan napas yang memadai, bila perlu lakukan intubasi (pemasangan tuba endotrakheal) atau lakukan rakheotomi berencana, pemberian oksigen.  pneumonia ◦ membersihkan jalan napas yang teratur, pengaturan posisi penderita berbaring, pemberian antibiotika.  fraktur vertebra: pemberian antikejang yang memadai.
  • 18.  faktor yang memperburuk: ◦ masa inkubasi yang pendek, ◦ stadium penyakit yang parah ◦ penderita yang lanjut usia, neonatus, ◦ kenaikan suhu yang tinggi, ◦ pengobatan yang lambat, ◦ adanya komplikasi seperti status konvulsivus, gagal jantung, fraktur vertebra, pneumonia.
  • 19.
  • 20.  Identitas: Tn. M/54 tahun (00-18-77-62)  MRS: 07 Mei 2013
  • 21.  KU: Tidak bisa membuka mulut  Pasien kesulitan membuka mulut sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit. Semakin lama semakin memberat. Saat ini tidak bisa membuka mulut sama sekali.  Pasien juga mengeluhkan kesulitan menelan makanan dan minuman. Sejak dua hari sebelum MRS pasien sama sekali tidak bisa makan dan minum.
  • 22.  Saat ini pasien juga mengeluhkan kekakuan dan kejang di seluruh tubuh disertai rasa nyeri yang hebat terutama di punggung. Pasien tetap sadar saat kejang. Kejang bila mendengar suara yang ramai.  Dua minggu sebelum MRS tangan kanan pasien tercapit kepiting di tambak. Berobat di PKM mendapatkan perawatan luka dan suntikan.  Pasien sudah lama tidak mendapatkan Imunisasi.
  • 23.  Keadaan Umum: Sakit berat  Kesadaran: Compos Mentis, GCS= 4-5-6  Tekanan Darah 110/70 mmHg  Respiration Rate 24 x/menit  Suhu 37.3 C  Nadi 100 x/menit
  • 24.  Kepala/Leher ◦ Anemis (-) ◦ Icterus (-) ◦ Cyanosis (-) ◦ Dyspneu (-) ◦ Trismus 0 cm ◦ Rhisus sardonicus (+) ◦ Pembesaran Kelenjar Getah bening (-/-)
  • 25.  Thorax ◦ Inspeksi: simetris, retraksi (-/-), ictus cordis (-) ◦ Palpasi: simetris, ictus cordis ICS 5 MCL Sinistra ◦ Perkusi: sonor/sonor, batas jantung dalam batas normal ◦ Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, Suara jantung (s1,s2) tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
  • 26.  Abdomen ◦ Inspeksi: dinding perut tampak tegang, opistotonus (+) ◦ Auskultasi: Bising ususng (+) normal ◦ Palpasi: dinding perut kaku, Hepar/Lien sulit dievaluasi, ◦ Perkusi: timpani
  • 27.  Extrimitas ◦ CRT 2 detik ◦ Edema -/-/-/- ◦ Spasme +/+/+/+ ◦ Vulnus Ictum Palmar Dextra 1 cm x 1 cm.
  • 28. 1. Vulnus Ictum Regio Palmar Dextra 2. Tetanus Generalisata Stadium Klinis 3 3. Dehidrasi sedang
  • 29.  PDx: -  PTx: ◦ Pemberian antitoksin tetanus  ATS ◦ Penatalaksanaan luka  tidak dilakukan ◦ Pemberian antibiotika  Metronidazol ◦ Penanggulangan kejang  Diazepam ◦ Perawatan penunjang  NGT, DC ◦ Pencegahan komplikasi  O2 2-3 LPM, Inf RL 2 L  Rujuk RSSA Malang