SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  13
PENGAMATAN PATOGEN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)
Oleh
Desti Diana Putri
1214121050
‘
LABORATORIUM PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
1. 1.Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan makanan pokok ketiga di dunia setelah padi dan
gandum. Sedangkan di Indonesia, jagung termasuk makanan pokok kedua setelah
padi. Tanaman jagung tersebar luar di sentra produksi Indonesia karena memiliki
daya adaptasi tinggi dalam berbagai tingkat kesuburan tanah. Salah satu kendala
dalam produksi tanaman jagung yaitu dalam hal serangan penyakit yang dapat
menurunkan produktivitas tanaman jagung.
Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman jagung yang
disebabkan oleh Peronosclerospora maydis karena dapat mengakibatkan kerugian
sampai 90%. Di berbagai negara penyakit bulai dapat disebabkan oleh spesies
yang berbeda. Pada umumnya yang menyerang negara Indonesia adalah
Peronosclerospora maydis sedangkan di Sulawesi Utara spesies yang menyerang
adalah Peronosclerospora philippinensi (Semangun, 1968). Selain penyakit bulai,
di tanaman jagung jugasering ditemui penyakit hawar daun jagung yang
disebabkan oleh Helminthosporium sp.. Penyakit ini dapat menurunkan produksi
hingga 59%, terutama bila infeksi terjadi sebelum bunga betina keluar. Penyakit
ini merupakan penyakit penting kedua setelah bulai. Penyakit bercak daun ini
mampu menurunkan produktivitas sama halnya dengan penyakit bulai.
Dalam praktikum ini, tidak hanya penyakit bulai dan hawar daun pada tanaman
jagung. Namun, akan dilakukan juga pengamatan terhadap penyakit antraknosa
pada tanaman hias Sansivieria. Untuk mengetahui gejala serangan dan bentuk –
bentuk dari beberapa spora ketiga penyakit ini, maka dilakukan pengamatan gejala
dan bentuk spora masing – masing penyakit dengan menggunakan mikroskop
majemuk.
1. 2.Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui gejala serangan penyakit bulai, hawar daun jagung dan
antraknosa sansivera.
2. Untuk mengetahui bentuk spora jamur penyebab penyakit bulai, hawar daun
jagung dan antraknosa sansivera.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1.Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain meja preparat, gelas penutup
praparat, jarum dan mikroskop majemuk.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain air, daun jagung yang terserang
penyakit bulai, daun jagung yang terserang bercak daun dan tanaman hias
Sansevieria yang terserang antraknosa.
2.2.Prosedur Kerja
Langkah – langkah dalam praktikum ini adalah pertama disiapkan kaca praparat
dan dibersihkan dengan menggunakan tisu. Diambil spora jamur
Peronosclerospora maydis pada bagian bawah daun jagung kemudian diletakkan
di kaca preparat dilanjutkan dengan ditetesi air. Lalu kaca preparat ditutup dengan
gelas penutup dan diamati di bawah mikroskop majemuk. Lakukan langkah yang
sama dengan menggunakan spora Helminthosporium maydis pada daun jagung
dan Colletotrichum sansevieriae pada pelepah tanaman hias Sanseviera
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN.
1. Penyakit bulai tanaman jagung (Peronosclerospora maydis)
 Klasifikasi dan morfologi jamur
Klasifikasi dari patogen penyebab bulai adalah
Kingdom : Fungi
Filum : Oomycota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Sclerosoprales
Famili : Sclerosporaceae
Genus : Peronosclerospora
Spesies : Peronosclerospora maydis
Konidia hialin yang berdinding tipis berukurab 24 – 46,6 x 12 – 20 mikron.
Konidiofor berukuran 132 – 261 mikron. Oogonia berwarna coklat kemerahan
dan berbetuk elips tidak beraturan. Pada umumnya konidiofor bercabang 3 atau 4.
Cabang terakhir membentuk stigma (Gambar 1). Konidium masih muda
berbentuk bulat, sedangkan yang sudah masak berbentuk jorong (Semangun,
1968).
Gambar 1. Spora Peronosclerospora maydis
 Daun hidup patogen
Spora berkembang apabila kondisi kelembaban lingkungan mendukung yaitu pada
malam hari. Konidia akan menginfeksi tanaman dan melakukan penetrasi
langsung melalui kutikula. Ini terjadi pada malam hari dimana kelembaban sangat
tinggi. Kemudian konidia akan berkembang dan membentuk spora di permukaan
bawah daun sehingga muncul beledu tepung. Beledu tepung ini sangat banyak
ditemui pada pagi hari dimana hasil penetrasi spora jamur pada malam harinya.
 Gejala dan tanda
Gejala yang ditimbulkan dapat berupa gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal
hanya berupa garis – garis klorotik sedangkan gejala sistemik akan meluas ke
seluruh bagian tanaman. Tanaman yang terserang daunnya akan meruncing dan
kecil. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang lebih tua makan tanaman dapat
tumbuh dan embentuk buah. Buah sering bertongkol panjang, dengan kelobot
tidak tertutup ujungnya dan hanya membentuk sedikit biji. Pada tanaman yang
masih muda daun daun yang baru terbuka mempunyai bercak klorosis kecil –
kecil kemudian berkembang menjadi jalur yang sejajar dengan tulang induk daun.
Pada sisi bawah daun akan ditemukan beledu putih yang nampak jelas pada pagi
hari (Semangun, 2000).
 Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
a) Penanaman varietas tahan seperti Arjuno, Pioner 12 dan Abimanyu
b) Segera mencabut tanaman yang menunjukan gejala penyakit
c) Merawat benih dengan metalaksil untuk melindungi benih jagung dari
serangan penyakit (Tjahjadi, 2005).
2. Penyakit bercak daun jagung (Helminthosporium maydis)
 Klasifikasi dan biologi
Klasifikasi dari patogen penyebab bercak daun jagung adalah
Kingdom : Plantae
Divisio : Amastigomyceta
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Hypales
Famili : Dematiaceae
Genus : Helminthosporium
Spesies : Helminthosporium turcicum
Jamur ini membentuk konidiofor yang keluar dari mulut daun dalam kelompok
memiliki bentuk lurus dan lentur, berwarna coklat. Panjangnya hingga 300 mikron
dan tebal 7 – 11 mikron. Terkadang konidium lurus atau agak melengkung, jorong
ataupun gada terbalik. Memiliki konidiofor tegak dan kuat, berwarna coklat.
Konidium seperti kumparan seperti gada panjang, agak bengkok serta memiliki
sekat banyak yang berwarna coklat. Konidium jamur ini berdinding tebal
(Gambar 2). Konidium mempunyai hilum menonjol dengan jelas (Semangun,
1991).
Gambar 2. Spora Helminthosporium sp.
 Daur hidup patogen
Jamur Helminthosporium sp. mampu bertahan pada jagung yang masih hidup,
termasuk tanaman sorgum, pada sisa – sisa tanaman jagung sakit, serta pada biji
jagung. Konidium tersebar oleh angin dan tersebar banyak pada tengah hari.
Konidium berkecambah membentuk apresorium kemudian menginfeksi melalui
mulut kulit atau mengadakan penetrasi secara langsung. Lalu membentuk bercak
dan berkembang. Siklus hidup cendawan ini berlangsung 2 – 3 hari. Dalam 72
jam satu bercak mampu menghasilkan 100 – 300 konidia.
 Gejala dan tanda
Gejala awal serangan akibat patogen Helminthosporium sp. yaitu adanya bercak –
bercak kecil, jorong, berwarna hijau tua atau hijau kelabu kebasahan. Kemudian,
bercak – bercak tadii berubah warna menjadi coklat kehijauan yang membesar dan
memiliki bentuk yang khas yaitu berupa kumparan atau perahu. Lebar bercak
dapat mencapai 5 cm dan panjangnya 15 cm. Konidianya banyak terbentuk pada
bagian sisi bercak pada suasana banyak embun dan menimbulkan beledu
berwarna hijau tua. Bercak – bercak kecil dapat menyatu dan menjadi bercak yang
besar sehingga mampu mematikan jaringan tanaman jagung (Semangun, 1991).
 Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Kultur teknis , dengan menggunkan benih yang sehat dan tahan sepeti
Kalingga, Arjuna dan Hibrida C1. Selain itu, dapat dilakukan pemenaman sisa
panen untuk mengurangi sumber inokulum.
b. Secara biologis , dengan menggunakan mikroorgaisme antagonis seperti Secara
biologis , dengan menggunakan mikroorgaisme antagonis seperti
Trichosporum sp. dan Pseudomonas cepacia.
c. Secara kimia , dengan fungisida yang berbahan aktif carbendazin 6,2% dan
mankozeb 738%.
d. Pestisida nabati dari tanaman seperti daun jarak, sirih dan daun nimba.
3. Penyakit antraknosa pada tanaman hias Sansevieria (Colletotrichum
sansevieriae)
 Klasifikasi dan biologi
Klasifikasi patogen penyebab antraknosa adalah
Kingdom : Plantae
Divisi : Mycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Family : Melanconiaceae
Genus : Celletotrichum
Spesies : Colletotrichum sansevieriae
Konidium berbentuk silinder dengan ujung tumpul dan kadang agak jorong
dengan ujung yang membulat, berwarna hialin. Tidak memiliki sekat serta berinti
satu. Panjang dan lebarnya 9 – 24 mikron x 3 – 6 mikron. Konidia berbentuk
tunggal dan tidak bercabang (gambar 3).
Gambar 3.Spora Colletotrichum sansevieriae
 Daur hidup patogen
Konidia bereproduksi dari sel pembelahan mitosis dan hasilnya identik dengan sel
induknya. Konidia bereproduksi dalam jumlah yang besar dan merupakan satu
bentukan dari jamur untuk mempertahankan diri. Spora tersebar melalui udara
yang lembab dan percikan air hujan. Pada mulanya konidia akan menginfeksi
tanaman dan berkecambah membentuk apresoria. Kemudian akan melakukan
penetrasi langsung menembus kutikula dan merusak dinding sel pada tanaman
lalu jamur akan berkembang kemudian menimbulkan gejala pada tanamam yang
mula – mula kloroplas akan rusak dan diikuti dengan rusaknya mitokondria
(Semangun, 2000).
 Gejala dan tanda
Karakteristik dari antraknosa adalah adanya bercak daun yang berebntuk oval atau
tidak beraturan pada permukaan daun. Daun muda tampak lemas berwarna hitam
dan keriput, bagian ujungnya mati dan menggulung akhirnya gugur. Pada daun
tua tampak bercak coklat atau hitam kemudian menjadi lubang, mengeriput dan
sebagian ujungnya mati. Garis tengah bercak sekitar 1 – 2 mm dan bisa melebar si
permukaan daun. Kemudian pada kerusakan yang berat, tanaman akan mengering
dan keriput.
 Pengendalian
Pengendlaian Colletotrichum sansevieria dapat dilakukan dengang :
a. Kultur teknis, dengan menaman bibit yang sehat.
b. Secara mekanik, membuang bagian tanaman yang terserang supaya tidak
menyebar di tanaman lain.
c. Secara kimia, dengan fungsida yang digunakan dengan dosis yang sesuai.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan antara lain :
1. Gejala yang ditimbulkan penyakit bulai dapat berupa adaya bercak dengan
beledu tepung dipermukaan bawah dau, pada penyakit hawar daun terdapat
bercak – bercak yang menyempit, serta pada gejala antraknosa adanya bercak
coklat kehitaman.
2. Bentuk spora Peronosclerospora maydis bulat dengan konidiofor yang
bercabang, pada spora Helminthosporium sp. memiliki bentuk jorong dan
berdinding tebal, serta pada spora Colletotrichum sansevieriae memiliki bentuk
silinder yang berinti satu.
DAFTAR PUSTAKA
Semangun, H. 1968. Penelitian tentang penyakit bulai (Sclerospora maydis) pada
jagung, khususnya mengenai cara bertahannya cendawan, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, 113 hlm.
Semangun, Hartono. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 835p.
Tjahjadi, N. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
L A M P I R A N

Contenu connexe

Tendances

Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
f' yagami
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
fahmiganteng
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
edhie noegroho
 

Tendances (20)

Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
 
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 5 bunga tunggal (morfologi tumbuhan)
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Ppt fotoperiodisme,
Ppt fotoperiodisme, Ppt fotoperiodisme,
Ppt fotoperiodisme,
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Buah (fructus)
Buah (fructus)Buah (fructus)
Buah (fructus)
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
pembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basahpembuatan insektarium dan preparat basah
pembuatan insektarium dan preparat basah
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
5. Arsitektur Pohon
5. Arsitektur Pohon5. Arsitektur Pohon
5. Arsitektur Pohon
 
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
Laporan praktikum 2 daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 2   daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 2   daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 2 daun majemuk dan bagian bagiannya (morfologi tumbuhan)
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Jenis dan Bagian Bunga
PPT Morfologi Tumbuhan - Jenis dan Bagian BungaPPT Morfologi Tumbuhan - Jenis dan Bagian Bunga
PPT Morfologi Tumbuhan - Jenis dan Bagian Bunga
 

Similaire à patogen pada jamur bulai jagung

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
diana novitasari
 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)
edhie noegroho
 
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
itatriewahyuni
 
Jamur penyebab antraknosa pada mangga
Jamur penyebab antraknosa pada manggaJamur penyebab antraknosa pada mangga
Jamur penyebab antraknosa pada mangga
Ela Afellay
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai
xie_yeuw_jack
 

Similaire à patogen pada jamur bulai jagung (20)

Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan HutanLaporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
 
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri JamurJenis dan Ciri-Ciri Jamur
Jenis dan Ciri-Ciri Jamur
 
Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintanMakalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
 
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMANLAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
LAPORAN IPT PATOGEN TANAMAN
 
Makalah_6 Makalah tugas pratikum perlintan 2
Makalah_6 Makalah tugas pratikum perlintan 2Makalah_6 Makalah tugas pratikum perlintan 2
Makalah_6 Makalah tugas pratikum perlintan 2
 
PENYAKIT PENTING TANAMAN JAGUNG (bulai dan karat).pptx
PENYAKIT PENTING TANAMAN JAGUNG (bulai dan karat).pptxPENYAKIT PENTING TANAMAN JAGUNG (bulai dan karat).pptx
PENYAKIT PENTING TANAMAN JAGUNG (bulai dan karat).pptx
 
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
 
Pengenalan Cendawan
Pengenalan CendawanPengenalan Cendawan
Pengenalan Cendawan
 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)
 
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptx
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptxNUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptx
NUR RAHMA CHAIRUNNISA 184110168 TUGAS 4.pptx
 
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
Percobaan 9 ( pengamatan jamur mikroskopis)
 
Makalah ilmu penyakit tumbuhan
Makalah ilmu penyakit tumbuhanMakalah ilmu penyakit tumbuhan
Makalah ilmu penyakit tumbuhan
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
 
Jamur penyebab antraknosa pada mangga
Jamur penyebab antraknosa pada manggaJamur penyebab antraknosa pada mangga
Jamur penyebab antraknosa pada mangga
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai
 
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptx
hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptxhama dan penyakit tanaman cengkeh.pptx
hama dan penyakit tanaman cengkeh.pptx
 

Dernier

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Dernier (20)

Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

patogen pada jamur bulai jagung

  • 1. PENGAMATAN PATOGEN TANAMAN (Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman) Oleh Desti Diana Putri 1214121050 ‘ LABORATORIUM PENYAKIT TANAMAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014
  • 2. I. PENDAHULUAN 1. 1.Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan makanan pokok ketiga di dunia setelah padi dan gandum. Sedangkan di Indonesia, jagung termasuk makanan pokok kedua setelah padi. Tanaman jagung tersebar luar di sentra produksi Indonesia karena memiliki daya adaptasi tinggi dalam berbagai tingkat kesuburan tanah. Salah satu kendala dalam produksi tanaman jagung yaitu dalam hal serangan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas tanaman jagung. Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman jagung yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis karena dapat mengakibatkan kerugian sampai 90%. Di berbagai negara penyakit bulai dapat disebabkan oleh spesies yang berbeda. Pada umumnya yang menyerang negara Indonesia adalah Peronosclerospora maydis sedangkan di Sulawesi Utara spesies yang menyerang adalah Peronosclerospora philippinensi (Semangun, 1968). Selain penyakit bulai, di tanaman jagung jugasering ditemui penyakit hawar daun jagung yang disebabkan oleh Helminthosporium sp.. Penyakit ini dapat menurunkan produksi hingga 59%, terutama bila infeksi terjadi sebelum bunga betina keluar. Penyakit ini merupakan penyakit penting kedua setelah bulai. Penyakit bercak daun ini mampu menurunkan produktivitas sama halnya dengan penyakit bulai. Dalam praktikum ini, tidak hanya penyakit bulai dan hawar daun pada tanaman jagung. Namun, akan dilakukan juga pengamatan terhadap penyakit antraknosa pada tanaman hias Sansivieria. Untuk mengetahui gejala serangan dan bentuk – bentuk dari beberapa spora ketiga penyakit ini, maka dilakukan pengamatan gejala dan bentuk spora masing – masing penyakit dengan menggunakan mikroskop majemuk.
  • 3. 1. 2.Tujuan Tujuan dalam praktikum ini adalah 1. Untuk mengetahui gejala serangan penyakit bulai, hawar daun jagung dan antraknosa sansivera. 2. Untuk mengetahui bentuk spora jamur penyebab penyakit bulai, hawar daun jagung dan antraknosa sansivera.
  • 4. II. METODOLOGI PERCOBAAN 2.1.Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain meja preparat, gelas penutup praparat, jarum dan mikroskop majemuk. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain air, daun jagung yang terserang penyakit bulai, daun jagung yang terserang bercak daun dan tanaman hias Sansevieria yang terserang antraknosa. 2.2.Prosedur Kerja Langkah – langkah dalam praktikum ini adalah pertama disiapkan kaca praparat dan dibersihkan dengan menggunakan tisu. Diambil spora jamur Peronosclerospora maydis pada bagian bawah daun jagung kemudian diletakkan di kaca preparat dilanjutkan dengan ditetesi air. Lalu kaca preparat ditutup dengan gelas penutup dan diamati di bawah mikroskop majemuk. Lakukan langkah yang sama dengan menggunakan spora Helminthosporium maydis pada daun jagung dan Colletotrichum sansevieriae pada pelepah tanaman hias Sanseviera
  • 5. III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 1. Penyakit bulai tanaman jagung (Peronosclerospora maydis)  Klasifikasi dan morfologi jamur Klasifikasi dari patogen penyebab bulai adalah Kingdom : Fungi Filum : Oomycota Kelas : Oomycetes Ordo : Sclerosoprales Famili : Sclerosporaceae Genus : Peronosclerospora Spesies : Peronosclerospora maydis Konidia hialin yang berdinding tipis berukurab 24 – 46,6 x 12 – 20 mikron. Konidiofor berukuran 132 – 261 mikron. Oogonia berwarna coklat kemerahan dan berbetuk elips tidak beraturan. Pada umumnya konidiofor bercabang 3 atau 4. Cabang terakhir membentuk stigma (Gambar 1). Konidium masih muda berbentuk bulat, sedangkan yang sudah masak berbentuk jorong (Semangun, 1968). Gambar 1. Spora Peronosclerospora maydis
  • 6.  Daun hidup patogen Spora berkembang apabila kondisi kelembaban lingkungan mendukung yaitu pada malam hari. Konidia akan menginfeksi tanaman dan melakukan penetrasi langsung melalui kutikula. Ini terjadi pada malam hari dimana kelembaban sangat tinggi. Kemudian konidia akan berkembang dan membentuk spora di permukaan bawah daun sehingga muncul beledu tepung. Beledu tepung ini sangat banyak ditemui pada pagi hari dimana hasil penetrasi spora jamur pada malam harinya.  Gejala dan tanda Gejala yang ditimbulkan dapat berupa gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal hanya berupa garis – garis klorotik sedangkan gejala sistemik akan meluas ke seluruh bagian tanaman. Tanaman yang terserang daunnya akan meruncing dan kecil. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang lebih tua makan tanaman dapat tumbuh dan embentuk buah. Buah sering bertongkol panjang, dengan kelobot tidak tertutup ujungnya dan hanya membentuk sedikit biji. Pada tanaman yang masih muda daun daun yang baru terbuka mempunyai bercak klorosis kecil – kecil kemudian berkembang menjadi jalur yang sejajar dengan tulang induk daun. Pada sisi bawah daun akan ditemukan beledu putih yang nampak jelas pada pagi hari (Semangun, 2000).  Pengendalian Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : a) Penanaman varietas tahan seperti Arjuno, Pioner 12 dan Abimanyu b) Segera mencabut tanaman yang menunjukan gejala penyakit c) Merawat benih dengan metalaksil untuk melindungi benih jagung dari serangan penyakit (Tjahjadi, 2005). 2. Penyakit bercak daun jagung (Helminthosporium maydis)  Klasifikasi dan biologi Klasifikasi dari patogen penyebab bercak daun jagung adalah Kingdom : Plantae Divisio : Amastigomyceta Kelas : Deuteromycetes
  • 7. Ordo : Hypales Famili : Dematiaceae Genus : Helminthosporium Spesies : Helminthosporium turcicum Jamur ini membentuk konidiofor yang keluar dari mulut daun dalam kelompok memiliki bentuk lurus dan lentur, berwarna coklat. Panjangnya hingga 300 mikron dan tebal 7 – 11 mikron. Terkadang konidium lurus atau agak melengkung, jorong ataupun gada terbalik. Memiliki konidiofor tegak dan kuat, berwarna coklat. Konidium seperti kumparan seperti gada panjang, agak bengkok serta memiliki sekat banyak yang berwarna coklat. Konidium jamur ini berdinding tebal (Gambar 2). Konidium mempunyai hilum menonjol dengan jelas (Semangun, 1991). Gambar 2. Spora Helminthosporium sp.  Daur hidup patogen Jamur Helminthosporium sp. mampu bertahan pada jagung yang masih hidup, termasuk tanaman sorgum, pada sisa – sisa tanaman jagung sakit, serta pada biji jagung. Konidium tersebar oleh angin dan tersebar banyak pada tengah hari. Konidium berkecambah membentuk apresorium kemudian menginfeksi melalui mulut kulit atau mengadakan penetrasi secara langsung. Lalu membentuk bercak dan berkembang. Siklus hidup cendawan ini berlangsung 2 – 3 hari. Dalam 72 jam satu bercak mampu menghasilkan 100 – 300 konidia.
  • 8.  Gejala dan tanda Gejala awal serangan akibat patogen Helminthosporium sp. yaitu adanya bercak – bercak kecil, jorong, berwarna hijau tua atau hijau kelabu kebasahan. Kemudian, bercak – bercak tadii berubah warna menjadi coklat kehijauan yang membesar dan memiliki bentuk yang khas yaitu berupa kumparan atau perahu. Lebar bercak dapat mencapai 5 cm dan panjangnya 15 cm. Konidianya banyak terbentuk pada bagian sisi bercak pada suasana banyak embun dan menimbulkan beledu berwarna hijau tua. Bercak – bercak kecil dapat menyatu dan menjadi bercak yang besar sehingga mampu mematikan jaringan tanaman jagung (Semangun, 1991).  Pengendalian Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara : a. Kultur teknis , dengan menggunkan benih yang sehat dan tahan sepeti Kalingga, Arjuna dan Hibrida C1. Selain itu, dapat dilakukan pemenaman sisa panen untuk mengurangi sumber inokulum. b. Secara biologis , dengan menggunakan mikroorgaisme antagonis seperti Secara biologis , dengan menggunakan mikroorgaisme antagonis seperti Trichosporum sp. dan Pseudomonas cepacia. c. Secara kimia , dengan fungisida yang berbahan aktif carbendazin 6,2% dan mankozeb 738%. d. Pestisida nabati dari tanaman seperti daun jarak, sirih dan daun nimba. 3. Penyakit antraknosa pada tanaman hias Sansevieria (Colletotrichum sansevieriae)  Klasifikasi dan biologi Klasifikasi patogen penyebab antraknosa adalah Kingdom : Plantae Divisi : Mycota Kelas : Deuteromycetes Ordo : Melanconiales Family : Melanconiaceae Genus : Celletotrichum Spesies : Colletotrichum sansevieriae
  • 9. Konidium berbentuk silinder dengan ujung tumpul dan kadang agak jorong dengan ujung yang membulat, berwarna hialin. Tidak memiliki sekat serta berinti satu. Panjang dan lebarnya 9 – 24 mikron x 3 – 6 mikron. Konidia berbentuk tunggal dan tidak bercabang (gambar 3). Gambar 3.Spora Colletotrichum sansevieriae  Daur hidup patogen Konidia bereproduksi dari sel pembelahan mitosis dan hasilnya identik dengan sel induknya. Konidia bereproduksi dalam jumlah yang besar dan merupakan satu bentukan dari jamur untuk mempertahankan diri. Spora tersebar melalui udara yang lembab dan percikan air hujan. Pada mulanya konidia akan menginfeksi tanaman dan berkecambah membentuk apresoria. Kemudian akan melakukan penetrasi langsung menembus kutikula dan merusak dinding sel pada tanaman lalu jamur akan berkembang kemudian menimbulkan gejala pada tanamam yang mula – mula kloroplas akan rusak dan diikuti dengan rusaknya mitokondria (Semangun, 2000).  Gejala dan tanda Karakteristik dari antraknosa adalah adanya bercak daun yang berebntuk oval atau tidak beraturan pada permukaan daun. Daun muda tampak lemas berwarna hitam dan keriput, bagian ujungnya mati dan menggulung akhirnya gugur. Pada daun tua tampak bercak coklat atau hitam kemudian menjadi lubang, mengeriput dan sebagian ujungnya mati. Garis tengah bercak sekitar 1 – 2 mm dan bisa melebar si
  • 10. permukaan daun. Kemudian pada kerusakan yang berat, tanaman akan mengering dan keriput.  Pengendalian Pengendlaian Colletotrichum sansevieria dapat dilakukan dengang : a. Kultur teknis, dengan menaman bibit yang sehat. b. Secara mekanik, membuang bagian tanaman yang terserang supaya tidak menyebar di tanaman lain. c. Secara kimia, dengan fungsida yang digunakan dengan dosis yang sesuai.
  • 11. IV. KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan antara lain : 1. Gejala yang ditimbulkan penyakit bulai dapat berupa adaya bercak dengan beledu tepung dipermukaan bawah dau, pada penyakit hawar daun terdapat bercak – bercak yang menyempit, serta pada gejala antraknosa adanya bercak coklat kehitaman. 2. Bentuk spora Peronosclerospora maydis bulat dengan konidiofor yang bercabang, pada spora Helminthosporium sp. memiliki bentuk jorong dan berdinding tebal, serta pada spora Colletotrichum sansevieriae memiliki bentuk silinder yang berinti satu.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Semangun, H. 1968. Penelitian tentang penyakit bulai (Sclerospora maydis) pada jagung, khususnya mengenai cara bertahannya cendawan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 113 hlm. Semangun, Hartono. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 835p. Tjahjadi, N. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
  • 13. L A M P I R A N