Dokumen tersebut membahas tentang pernikahan dan berbagai masalah yang terkait dengannya. Terdapat definisi pernikahan menurut istilah dan Islam, syarat-syarat sahnya nikah, jenis-jenis pernikahan, talak, asal usul poligami dan alasan-alasan yang memperbolehkan poligami.
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
Siiap
1. Pernikahan dan Permasalahannya
Tugas : AIKA III
Semester :3
Dosen Pembimbing : Ma’ruf M. HI
Disusun oleh :
Dewi Atin Surya
Dian Mayang Sari
Dinda Novianti
Ika Wahyuni
Marlina
B. 1
2. Pernikahan atau nikah artinya adalah
terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain
juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah)
yang mengharuskan perhubungan antara
sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-
kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke
pernikahan, sesusai peraturan yang
diwajibkan oleh Islam.
4. 1. Masing-masing kedua mempelai telah ditentukan, baik dengan
isyarat, nama atau sifat atau semacamnya.
2. Kerelaan kedua mempelai. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu‟alaihi
wa sallam:
(
Al-Ayyimu (wanita yang pisah dengan suaminya karena meninggal
atau cerai) tidak dinikahkan mendapatkan perintah darinya (harus
diungkapkan dengan jelas persetujuannya). Dan gadis tidak
dinikahkan sebelum diminta persetujuannya (baik dengan perkataan
atau diam). Para shahabat bertanya, „Wahai Rasulullah, bagaimana
persetujuannya?' Beliau menjawab, 'Dia diam (sudah dianggap
setuju)." (HR. Bukhori, no. 4741)
http://islamqa.info/id/ref/2127
5. 3. Yang melakukan akad bagi pihak wanita adalah walinya. Karena dalam masalah
nikah Allah mengarahkan perintahnya kepada para wali.
FirmanNya, „Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu" (QS. An-
Nur: 32)
4. Ada saksi dalam akad nikah.
Berdasarkan sabda Nabi sallahu‟alaihi wa sallam,
Tidak (sah) nikah kecuali dengan kehadiran wali dan dua orang saksi.” (HR.
Thabrani. Hadits ini juga terdapat dalam kitab Shahih Al-Jami‟, no. 7558)
Sangat dianjurkan mengumumkan pernikahan. Berdasarkan sabda Rasulullah
sallallahu‟alaihi wa sallam, "Umumkanlah pernikahan kalian‟ (HR. Imam Ahmad.
Dihasankan dalam kitab Shahih Al-Jami‟, no. 1072).(http://islamqa.info/id/ref/2127)
6. Rukun nikah :
• Pengantin laki-laki
• Pengantin perempuan
• Wali
• Dua orang saksi laki-laki
• Ijab dan kabul (akad nikah)
7. QS. Ar-Rum ayat 21:
Artinya : “ Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir ” [Ar-Rum : 21].
Dalam ayat ini terangkum pengertian cinta.
Pertama, Sakinah
Yaitu perasaan nyaman, cenderung, tentram atau tenang kepada yang dicintai,
…
Artinya : … supaya kamu merasa nyaman kepadanya.
Seperti orang yang penat dengan kesibukan dan kebisingan siang lalu menemukan
kenyamanan dan ketenangan dalam kegelapan malam.
8. Kedua, Mawadah
Dalam ayat :
… …
Artinya : “…dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah…”.
Mawadah adalah perasaan ingin bersatu atau bersama.
Ketiga, al-mahabah ( )
Ada yang mengartikan al-mahabah, sebagai perasaan yang membuat
buta untuk selain dia dan tuli bagi selain dia. Seperti dalam satu
hadits :
Artinya : „Kecintaanmu kepada sesuatu membuat buta dan tuli‟.
Keempat, rahmah
Dalam ayat dibawah ini :
…
Artinya : “… dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah”.
Rahmah adalah kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama
karena ada ikatan. Seperti cinta antar orang yang bertalian
darah, cinta orang tua terhadap anaknya, atau sebaliknya.
9. Jenis – Jenis Pernikahan
• Nikah Sempurna yaitu: Nikah yang sempurna rukunnya, syarat-syarat
akadnya, syarat keabsahan,syarat pelaksanaan dan syarat keharusan.
• Nikah Yang Tidak Boleh : Nikah yang terlengkapi rukun
rukunnya, syarat akad, syarat keabsahan, dan pelaksanaan tetapi syarat
keharusan tidak ada.
•Nikah Gantung : Nikah yang terlengkapi rukun-rukun, syarat akad,
keabsahan tetapi kehilangan syarat pelaksanaan.
•Nikah Rusak : Nikah sempurna rukunnya, dan syarat akad tetapi salah satu
syarat keabsahannya tidak ada.
•Nikah Batil : Nikah yang terdapat kerancuan dalam salah satu rukunnya atau
salah satu syarat akadnya
10. Dan adapun bentuk pernikahan yang
diberantas agama islam yakni :
• Nikah Mut'ah
• Nikah Syighor
• Nikah Muhallil
• Nikah Baghoya
• Nikah Badal
• Nikah Istibdlo'
• Nikah Righoth
11.
12. Talak
Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan
dan menurut syarak pula, talak membawa maksud
melepaskan ikatan perkawinan dengan lafaz talak
dan seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan
penyelesaian yang terakhir
sekiranya suami dan isteri tidak dapat hidup bersama
dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian
berumahtangga. Talak merupakan perkara yang
dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.
13. Asal usul poligami
Banyak orang yang salah paham tentang poligami, mereka mengira bahwa
poligami itu baru di kenal setelah islam. Mereka menganggap Islamlah
yang membawa ajaran poligami. Pendapat demikian sungguhlah keliru
yang benar adalah berabad-abad sebelum islam diwahyukan masyarakat
manusia di berbagai belahan dunia telah mengenal dan mempraktekan
poligami. Di Jazirah Arab sendiri jauh sebelum islam, masyarakatnya telah
mempraktekan poligami, malahan poligami yang tak terbatas.
Perkembangan poligami dalam sejarah manusia mengikuti pola pandang
masyarakat terhadap kaum perempuan. Ketika masyarakat memandang
perempuan itu hina, maka poligami menjadi subur, sebaliknya pada masa
masyarakat memandang kedudukan dan derajat perempuan itu terhormat
maka poligami pun berkurang. Jadi, perkembangan poligami mengalami
pasang surut mengikuti tinggi-rendahnya kedudukan derajat perempuan di
mata masyarakat.
Ketika islam datang kebiasaan poligami itu tidak semerta di hapuskan.
Namun setelah ayat yang menyinggung poligami di wahyukan, Nabi lalu
melakukan perubahan yang radikal sesuai dengan petunjuk kandungan
ayat.
14. •Menurut Al Maraghi alasan-alasan yang memperbolehkan
berpoligami adalah :
• Karena isteri mandul, sementara salah satunya atau
keduanya sangat mangharapkan keturunan.
• Apabila suami memiliki seks yang tinggi, sementara isteri
tidak mampu meladeni sesuai kebutuhannya.
• Kalau si suami memiliki harta yang banyak untuk membiayai
segala kepentingan keluarga, mulai dari kepentingan istri
sampai kepentingan anak-anak.
• Kalau jumlah wanita melebihi jumlah pria, yang bisa
sebabkan karena perang, ataupun suatu masyarakat yang
memang jumlah wanitanya lebih banyak dari pada laki-laki.