2. PENYUSUN
• Fifi Rahmawati 25010112130298
• Nikita Rizky 25010112140299
• Tian Novita A 25010112110300
• Corry Wahyuni H 25010112110302
• Shallichah Talita 25010112140303
• Virnanda Adani 25010112110304
• Nurul Fitria 25010112130305
• Awanis Farisa S 25010112140306
• Dhenok Citra P 25010112130307
• Rohmah Kusuma P 25010112130308
3. Akses terhadap pangan dan pemeliharaan
status gizi yang memadai merupakan hal
penentu penting dalam kelangsungan hidup
masyarakat yang berhasil selamat dalam kondisi
bencana. Orang-orang yang terkena dampak
biasanya sudah berada di dalam kondisi kronis
kekurangan gizi saat bencana melanda.
4. Ketahanan pangan ada ketika semua
orang, di setiap saat, memiliki akses secara fisik,
sosial dan ekonomi terhadap pangan yang
cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan preferensi pangan yang
dibutuhkan untuk hidup aktif dan sehat. Dalam
definisi ini, dalam ketahanan pangan terdapat
tiga komponen yaitu Ketersediaan, Akses, dan
Pemanfaatan.
5. Standar Ketahanan Pangan 1 :
Ketahanan Pangan Umum
Setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan bantuan kemanusiaan yang
menjamin kelangsungan hidup mereka dan
menjunjung tinggi martabat mereka, dan sejauh
mungkin mencegah penurunan atau pun
hilangnya aset mereka serta sedapat mungkin
membantu ketahanan mereka.
7. Tujuan pembagian pangan untuk
memastikan bahwa orang-orang memiliki akses
yang aman untuk mendapatkan pangan dengan
mutu dan jumlah yang memadai, dan memiliki
sarana untuk mempersiapkan dan
mengonsumsinya dengan aman.
8. Standar Ketahanan Pangan – Pembagian
Pangan 1 : Kebutuhan Gizi Umum
Memastikan kebutuhan gizi penduduk
yang terkena bencana – termasuk yang paling
berisiko, dapat terpenuhi. Apabila orang tidak
memiliki akses terhadap pangan sama sekali,
rasio pembagian harus memenuhi persyaratan
gizi total. Perkiraan yang disepakati harus
ditetapkan berdasarkan jumlah rata-rata
makanan yang dapat diakses oleh penduduk
yang terkena dampak bencana.
9. Ketahanan Pangan – Standar Pemberian
Makanan 2 : Kecocokan dan Penerimaan
Makanan yang disediakan cocok dan dapat
diterima sehingga dapat digunakan secara
berdaya guna dan tepat guna di tingkat rumah
tangga. Di saat nilai gizi adalah pertimbangan
utama ketika memilih persediaan makanan,
bahan yang dipilih harus dikenali oleh penerima
dan konsisten dengan tradisi agama dan budaya
setempat.
10. Standar Ketahanan Pangan – Pembagian
Makanan 3 : Mutu dan Keamanan Makanan
Pembagian makanan harus layak
dikonsumsi oleh manusia dengan mutu yang
sesuai. makanan harus sesuai dengan standar
makanan dari pemerintah penerima dan/atau
standar Codex Alimentarius dalam hal mutu,
pengemasan, pelabelan, dan “kesegaran bahan
makanan”.
11. Ketahanan Pangan – Standar Pembagian
Makanan 4 : Pengelolaan Rantai Pasokan (SCM)
Bahan dan biaya terkait dikelola dengan
baik menggunakan sistem yang tidak memihak,
transparan, dan responsif. Supply chain
management (SCM) harus sangat kuat dan
dapat dipertanggungjawabkan – sebab hidup
dapat saja menjadi taruhannya dan pangan
adalah hal yang paling penting di saat kondisi
tanggap darurat.
12. Standar Ketahanan Pangan – Pembagian
Pangan 5 : Sasaran dan Penyaluran
Metode penyaluran makanan untuk
tanggap darurat dilakukan dengan tepat waktu,
transparan dan aman, mendukung martabat dan
sesuai dengan kondisi setempat. makanan harus
disasar untuk diberikan kepada masyarakat yang
paling membutuhkan, rumah tangga dengan
kondisi pangan yang paling rawan, dan orang-perorangan
yang menderita kurang gizi.
13. Standar Ketahanan Pangan – Pembagian
Makanan 6 : Penggunaan Makanan
Makanan disimpan, disiapkan, dan
dikonsumsi dengan cara yang aman dan tepat di
tingkat rumah tangga dan komunitas. Bencana
dapat mengganggu praktik kebersihan normal
seseorang. Mungkin perlu untuk meningkatkan
kebersihan makanan dan secara aktif
mendukung langkah-langkah yang sesuai
dengan keadaan dan pola penyakit setempat.
15. Pembagian uang tunai dan kupon
merupakan dua bentuk bantuan : pembagian
uang tunai dapat menyediakan uang untuk
orang-orang, pembagian kupon memberikan
kupon agar orang-orang dapat membeli jumlah
pasti dari suatu produk tertentu misalnya
makanan (kupon berbasis bahan) atau nilai
moneter tetap (kupon berbasis nilai).
16. Standar Ketahanan Pangan – Pembagian Uang
Tunai dan Kupon 1 : Akses ke Barang dan
Layanan yang Tersedia
Uang tunai dan kupon dianggap sebagai
cara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
untuk melindungi dan membangun kembali
sumber mata pencarian. Uang tunai dan kupon
adalah mekanisme untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, bukan sebagai suatu intervensi yang
berdiri sendiri.
18. Standar Ketahanan Pangan – Sumber
Mata Pencaharian 1 : Produksi Utama
Produksi utama harus dilindungi dan
didukung, untuk menjadi layak, produksi
makanan strategis harus memiliki kesempatan
untuk berkembang secara memadai. Hal ini
mungkin akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor,antara lain: akses ke sumber daya alam
yang cukup, tingkat keterampilan dan
kemampuan, ketersediaan tenaga kerja, dan
ketersediaan akses.
19. Standar Ketahanan Pangan – Mata Pencaharian
2: Tenaga Kerja dan Pendapatan
Tenaga kerja dan pendapatan merupakan
strategi untuk penghidupan yang layak,
perempuan dan laki-laki memiliki akses yang
sama terhadap peluang pendapatan yang
sesuai. Tanggap darurat menyediakan
kesempatan kerja yang sama untuk perempuan
dan laki-laki dan tidak berpengaruh negatif
terhadap pasar lokal atau berdampak negatif
terhadap kegiatan mata pencaharian normal.
20. Standar Ketahanan Pangan – Mata
Pencaharian 3 : Akses Pasar
Perlindungan dan promosi keamanan
akses untuk penduduk terkena dampak bencana
pergi ke pasar untuk mendapatkan barang dan
layanan/jasa sebagai produsen, konsumen, dan
pedagang.
REFERENSI : SPHERE HANDBOOK 2011