2. FASB telah menetapkan kerangka kerja pelaporan, yang mencakup tiga jenis perubahan akuntansi,
yaitu:
1.Perubahan Prinsip Akuntansi, yaitu perubahan dari satu prinsip akuntansi yang berlaku umum
ke prinsip akuntansi yang berlaku umum lainnya. Contoh: perubahan metode penilaian
persediaannya dari LIFO menjadi biaya rata-rata.
2.Perubahan Estimasi Akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi sebagai akibat dari informasi baru
atau diperolehnya pengalaman tambahan. Contoh: perubahan estimasi umur manfaat aktiva yang
dapat disusutkan.
3.Perubahan Entitas Pelaporan, yaitu perubahan dari pelaporan sebagai satu jenis entitas ke jenis
entitas lainnya. Contoh: perubahan anak perusahaan spesifik dalam satu kelompok perusahaan di
mana laporan keuangan konsolidasi disusun.
Kategori keempat membutuhkan perubahan akuntansi, walaupun hal ini tidak diklasifikasikan
sebagai perubahan akuntansi.
4.Kesalahan-kesalahan dalam Laporan Keuangan, yaitu kesalahan yang terjadi sebagai akibat dari
kesalahan matematis, kesalahan penerapan prinsip akuntansi, atau kelalaian atau penyalahgunaan
fakta yang ada pada saat laporan keuangan disusun. Contoh: penerapan metode persediaan
eceran yang tidak tepat dalam menentukan nilai persediaan akhir.
3.
4. a) Pendekatan Perubahan Akuntansi Retrospektif
Ketika perusahaan mengubah satu prinsip akuntansi, perubahan tersebut sebaiknya dilaporkan
dengan aplikasi retrospektif. Secara umum, perusahaan tersebut harus melakukan hal-hal
sebagai berikut:
• Perusahaan mengoreksi laporan keuangannya pada setiap periode yang tercakup. Maka,
informasi laporan keuangan terkait periode terdahulu akan berdasar pada prinsip akuntansi
yang baru.
• Perusahaan mengoreksi nilai pindah buku atas aktiva dan kewajiban terhitung awal tahun
pertama yang tercakup dalam laporan. Maka, akun-akun tersebut mencerminkan pengaruh
kumulatif pada periode-periode terdahulu akibat perubahan pada periode-periode yang lebih
baru. Perusahaan juga melakukan koreksi pengimbang (offset) terhadap neraca pembukuan
atas akun laba ditahan atau komponen relevan lainnya dalam ekuitas pemegang saham atau
aktiva bersih terhitung awal tahun pertama yang tercantum dalam laporan.
5. b) Akuntansi untuk Pelaporan atas Perubahan Prinsip
• Pencatatan Perubahan Prinsip Akuntansi
Langkah pertamanya adalah mengoreksi catatan keuangan terkait perubahan.
• Melaporkan Perubahan Prinsip Akuntansi
Persyaratan pengungkapan utama disajikan sebagai berikut:
Sifat dan alasan perubahan prinsip akuntansi tersebut. Bagian ini menyertakan penjelasan
mengenai kelebihan prinsip akuntansi baru tersebut.
Pengaruh perubahan tersebut terhadap laba operasi yang berlanjut, laba bersih (atau judul
lainnya yang sesuai perubahan aktiva bersih atau indikator kinerja), setiap item dalam satu
bagian yang ikut terpengaruh,dan setiap nilai per saham yang terpengaruh dalam periode
berjalan dan setiap periode terdahulu yang terkoreksi secara retrospektif.
Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan atau komponen ekuitas atau aktiva
bersih dalam laporan posisi keuangan terhitung periode paling terdahulu yang tercatat di
dalamnya.
6. c) Penyesuaian Laba Ditahan
d) Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung dari Perubahan
• Pengaruh Langsung
FASB berketetapan bahwa perusahaan harus menerapkan pengaruh langsung perubahan prinsip
akuntansi secara retrospektif. Contoh pengaruh langsung berupa koreksi neraca persediaan
akibat perubahan metode penilaian persediaan.
• Pengaruh Tidak Langsung
Selain pengaruh langsung, perusahaan juga dapat mengalami pengaruh tidak langsung terkait
perubahan prinsip akuntansi. Pengaruh tidak langsung adalah semua perubahan atas arus kas
perusahaan pada periode berjalan atau masa depan yang disebabkan oleh perubahan prinsip
akuntansi yang diterapkan secara retrospektif. Contoh pengaruh tidak langsung berupa
perubahan pembagian laba atau pembayaran royalti yang bergantung pada nilai dalam laporan
seperti pendapatan atau laba bersih. Pengaruh tidak langsung tidak mengubah nilai-nilai dalam
laporan pada periode terdahulu. Ketika perusahaan mengakui pengaruh tidak langsung dari
perubahan prinsip akuntansi, perusahaan menyertakan dalam laporan keuangannya deskripsi
pengaruh tidak langsung tersebut. Sejalan dengan itu, perusahaan mengungkapkan nilai yang
diakui pada periode berjalan dan informasi yang relevan lainnya terkait saham.
7. e) Ketidakpastian
Perusahaan tidak selalu dapat menentukan bagaimana mereka seharusnya melaporkan informasi
keuangan periode terdahulu berdasarkan penerapan retrospektif dari perubahan prinsip
akuntansi. Penerapan retrospektif dianggap tidak praktis (impracticable) jika perusahaan tidak
dapat menentukan pengaruh periode terdahulu bahkan setelah mengusahakan semua cara
yang masuk akal.
Perusahaan tidak boleh memakai penerapan retrospektif bila menemui salah satu kondisi
berikut:
• Perusahaan tidak dapat menentukan pengaruh penerapan retrospektif.
• Penerapan retrospektif memerlukan penetapan asumsi-asumsi mengenai rencana kerja pihak
manajemen pada periode terdahulu.
• Penerapan retrospektif memerlukan estimasi-estimasi signifikan terkait periode terdahulu,
dan perusahaan tidak dapat secara objektif mengesahkan informasi yang diperlukan dalam
menetapkan estimasi-estimasi tersebut.
8.
9.
10.
11. 11 kategori utama kesalahan akuntansi yang menyebabkan pelaporan ulang.