Dokumen tersebut membahas rencana penataan kawasan tambak di Pantura Jawa dalam upaya revitalisasi. Dokumen menganalisis kondisi tambak saat ini, daya dukung lingkungan, dan merencanakan zonasi rincinya untuk meningkatkan produktivitas perikanan secara berkelanjutan. Dokumen ini juga menganalisis potensi revitalisasi di Kabupaten Gresik sebagai kawasan prioritas.
3. LATAR BELAKANG
Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura) merupakan kawasan pertambakan yang
terluas di Indonesia, pernah mengalami kejayaan dalam produksi udang
pada era tahun 1990-an, dengan menerapkan teknologi ekstensif, semi-
intensif dan intensif. Dengan timbulnya berbagai masalah, seperti
penurunan daya dukung lingkungan, serangan penyakit udang, dan
menurunnya mutu induk/benih udang, mengakibatkan kegagalan pada
produksi udang di Pantura.
Oleh karena itu, untuk membangkitkan kembali produksi udang di Pantura
perlu dilakukan upaya-upaya khusus, antara lain melalui “Revitalisasi
Tambak Udang di Pantura” terhadap tambak-tambak uang idle atau yang
beroperasi tetapi tidak secara optimal.
Secara ideal, kegiatan perikanan budidaya haruslah dikembangkan secara
berkelanjutan. Dalam artian, kegiatan budidaya tersebut haruslah
menghasilkan produktivitas yang sebanding dengan upaya, tidak
menciptakan konflik sosial, serta selaras dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungannya.
Rendahnya tingkat produktivitas perikanan budidaya di Kabupaten Gresik
saat ini masih dapat ditingkatkan. Dengan melakukan revitalisasi melalui
perencanaan zonasi kawasan pesisir, akan tercipta keseimbangan tata ruang
kawasan perikanan yang mampu mendukung keberlanjutan perikanan
budidaya
4. TUJUAN
• Mengurangi Kemiskinan, (Pro Poor)
• Mengurangi Pengangguran, (Pro Job)
• Meningkatkan Daya Saing Kegiatan
Dan Produk Perikanan (Pro Growth),
• Membangun Ketahanan Pangan,
Membangun Daerah Dan Mengurangi
Ketimpangan Antar Wilayah,
• Membangun Kesinambungan
Kegiatan Perikanan, Serta
• Melestarikan Lingkungan Hidup (Blue
Carbon).
5. SASARAN
• Tersedianya seluruh data potensi, daya
dukung dan kondisi existing baik teknis
maupun non teknis sebagai bahan acuan
rencana revilaisasi tambak udang di
Pantura Jawa
• Terumuskannya rencana pengembangan
revitalisasi tambak udang di Pantura
jawa
• Terumuskannya rekomendasi pola
pelaksanaan revilaisasi tambak udang di
Pantura Jawa
6. POLA PIKIR
Kondisi Eksisting
• Analisis Kesesuaial dan Daya Dukung Lingkungan
• Analisis Daya Tampung Lingkungan
• Analisis Skenario-skenario penerapan Teknologi
Teori • Analisis Kebutuhan Bibit dan Sarana Budidaya
• Analisis Kebutuhan Investasi
Revitalisasi
Penataan Ruang yang seimbang
Penerapan Teknologi
Dukungan Sarana Prasarana
Rencana Zonasi
Strategi
Indikasi Program
7. III. KAJIAN DAYA DUKUNG DAN POTENSI REVITALISASI
TOLAK UKUR
FAKTOR TEKNIS FAKTOR NON TEKNIS
Aspek kesesuaian lokasi • Kelembagaan kelompok
sesuai standar kelayakan • Aspek sosial budaya
budidaya udang • Aspek kemudahan
Aspek daya dukung (Aksesibilitas, sumber
lingkungan benih dan pasar)
Kesesuaian lokasi • Kondisi sarana dan
dengan penerapan prasarana penunjang
teknologi yang akan • Komitmen pelaku dan
dikembangkan dukungan pemerintah
(teknologi anjuran) daerah
8. PROFIL KABUPATEN GRESIK
Kabupaten Kabupaten
Gresik Bangkalan
Kabupaten
Lamongan
Kota
Surabaya
• Luas wilayah 1.191,25km²
• Jumlah penduduk: 1.072.190 jiwa (2009)
• PDRB unggulan: Industri dan Perikanan.
9. KAWASAN PERENCANAAN ZONASI RINCI
Kawasan Perencanaan
• Kabupaten Gresik terdiri dari 18 Kecamatan, dengan hanya 7
Kecamatan yang berada di kawasan pesisir, yaitu sepanjang
Kec. Kebonmas, Sebagian Kec. Gresik, Kec Manyar, Kec.
Bungah, dan Kec. Ujung Pangkah.
• Memiliki akses perdagangan regional, nasional bahkan
internasional sebagai alternatif terbaik untuk investasi atau
penanaman modal.
• RTRW Kab Gresik dan Kepmen KP No.41/2009 tentang
Penetapan Lokasi Minapolitan dengan merevitalisasi tambak
di Kab. Gresik, kawasan perikanan budidaya tambak di wilayah
utara. Kaw. Minapolitan dipusatkan di Kec. Sidayu dengan
kecamatan penyangga (hinterland)nya di Kec. Dukun, Bungah,
Ujung Pangkah dan Panceng. Dengan komoditas unggulan
Udang vaname dan bandeng.
• Lahan budidaya perikanan tersebut sebagian besar
merupakan pertambakan yang bersalinitas (18,82-28,11 ppt),
namun dengan derajat keasaman yang tinggi (8.08-10.34).
• Sumber air tambak berasal dari laut dengan tingkat kekeruhan
tinggi dan salinitas yang bervariasi. Pemasok utaman S.
Bengawan Solo, S. Lamong, yang bercabang ke sungai-sungai
kecil S. Ketode, Lengok, Kakus dan Celeng.. Saluran primer,
sekunder, tersier dan kuarter berasal dari sodetan S.
Bengawan Solo yaitu Bengawan Manyar (Anonim, 2011)
10. PERTIMBANGAN PEMILIHAN KECAMATAN PRIORITAS
Pertimbangan terpilihnya Kecamatan Ujung Pangkah:
1) Mayoritas penggunaan lahan adalah areal budidaya,
Sedimentasi yang sangat tinggi 2) Memiliki isu tingkat perubahan bentang alam yang sangat
tinggi. Karena perubahan bentang alam akan sangat
mempengaruhi tidak hanya kegiatan perikanan budidaya,
termasuk juga perubahan pada kawasan perairan lautnya.
Perubahan ini membawa dampak negatif:
1) Rusaknya jaringan irigasi/drainase,
2) Turunnya kualitas air (kekeruhan dll),
3) Meningkatnya tingkat kematian budidaya,
4) Menurunnya produktifitas perikanan,
5) Konflik sosial kepemilikan tanah tumbuh.
Kecamatan Panceng Kecamatan Ujung Pongkah
Batas Kecamatan
Peta Kecamatan Peta Kecamatan
Kecamatan Dukun Kecamatan Sedayu sebelum Sedimentasi sesudah Sedimentasi
11. ANALISIS
• ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
• ANALISIS KOMODITAS YANG SESUAI
• ANALISIS DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN
• ANALISIS SKENARIO-SKENARIO PENERAPAN TEKNOLOGI
• ANALISIS KEBUTUHAN BIBIT DAN SARANA BUDIDAYA
• ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI
(S1): 799,53 Ha
(S2): 31.140,21 Ha
Total: 31.939,74 Ha
13. ANALISIS KESESUAIAN
• Di sepanjang kawasan pesisir Gresik, terdapat vegetasi
mangrove yang semakin menipis, perlu tindakan
merehabilitasi hutan mangrove, sebagai daerah penyangga
dan green belt (sempadan sungai dan sempadan pantai)
untuk melindungi pertambakan di sekitarnya
• Kondisinya selalu tergenang atau tereduksi, bahan organik
tanah dan N total tanah yang relatif rendah. Pada Kawasan
Tambak yang terletak pada kawasan rawan bencana
gelombang pasang, disarankan melakukan adaptasi dengan
cara pendalaman tambak, pergentaian komoditi/spesies
yang lebih tahan, dan penerapan teknologi
• Kondisi jaringan irigasi tambak saat ini sangat dangkal
sehingga memerlukan upaya pengerukan untuk
memperlancar penyediaan air tambak yang cukup baik dan
berkualitas
• Pada Kawasan tambak yang mengandung unsur atau
(S1): 799,53 Ha
(S2): 31.140,21 Ha
senyawa beracun, potensi kemasaman (pH) dan kandungan
Total: 31.939,74 Ha
besinya tinggi, disarankan melakukan upaya perbaikan
tanah berupa remediasi dengan tahapan pengeringan,
peredaman, pencucian, atau pembilasan dan pengapuran
yang dilakukan pada saat persiapan tambak sebelum
pemupukan dan penebaran ikan atau udang.
• Pengelolaan tambak tidak disarankan menggunakan air
tanah sebagai sumber air untuk tambak, disamping banyak
kandungan besi fero (Fe2+ ) juga dalam kurun waktu relatif
lama dapat menurunkan permukaan tanah.
14. ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
NO. TOLOK UKUR KATAGORI DAYA DUKUNG SKOR
1. Tipe dasar pantai Sangat Landai, tekstur tanahnya lempung berliat, 1
lempung liat berpasir hingga lempung berpasir
2. Tipe garis pantai Konsistensi tanah stabil 3
3. Arus perairan Sedang 2
4. Amplitudo Pasut rataan 11-21 dm 2
5. Elevasi Dapat diairi pada saat Pasang tinggi rataan, Dapat 3
dikeringkan total pada saat surut rendah rataan
6. Mutu tanah Tekstur, sandy clay-loam, tidak bergambut, 2
kandungan pirit rendah
7. Air Tawar Dekat sungai dengan mutu air dan jumlah 3
memadai
8. Permukaan air tanah Di bawah LLWL 3
9. Jalur Hijau Tipis/tanpa jalur hijau , didominasi Avicennia sp. 1
Dan Sonneratia sp.
10. Curah hujan 2000-2500 mm/tahun 2
NILAI 22/30
15. ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian KISARAN/
PARAMETER SATUAN OPTIMUM
AMBANG BATAS
lahan untuk komoditas udang, Salinitas ppt 5-35 15-25
menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan Kekeruhan NTU 150 20-30
di kawasan ini cukup beragam, yaitu, S1 Alkalinitas ppm 75-200 100-150
(sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai pH 7,5-8,7 8,0-8,5
marginal), dan N (tidak sesuai). Sementara NH4+3(Total Amonium) ppm 1.0 0.1
itu, faktor pembatas lahan yang ada adalah NH3 ppm 0,25 0
salinitas (Sal), kekeruhan (NTU), dan NO2 ppm 0,25 0
H2 S ppm 0,25 0
keasaman (pH). Dari hasil analisis tanah
yang dilakukan, diperoleh data bahwa di Logam Berat
beberapa tempat, tanah-tanahnya memiliki Air Raksa/Merkuri (Hg) ppm 0,0025
pH tanah berkisar dari 8 sampai 10. Selain Tembaga (Cu) ppm 0,1
itu, rata-rata pada kedalaman > 50 cm Besi (Fe) ppm 0,01
terdapat potensi pirit (FeS2). Timbal (Pb) ppm 0,25
Cadmium (Cd) ppm 0,15
Luas
No Kelas Kesesuaian Lahan
Ha % Jenis Pestisida
1 S1 67.8 54.63 Malathion ppb 0,0004
2 S2_Sal 28.4 22.88 Parathion ppb 0,001
3 S3_TSS 9.1 7.33 Arzodine ppb 0,01
4 S3_Sal 7.6 6.12 Paraquat ppb 0,01
5 S3_SalpH 11.2 9.02 Butachlor ppb 10,00
Jumlah 124.1 100.00
16. SEBARAN DAYA DUKUNG
Kelas Kesesuaian Luas
No
Lahan
Ha %
1 S1 67.8 54.63
2 S2sl 28.4 22.88
3 S3B 9.1 7.33
4 S3sl 7.6 6.12
5 S3sl.pH 11.2 9.02
Jumlah 124.1 100.00
17. ANALISIS DAYA TAMPUNG
Perhitungan daya tampung diturunkan dari Peta Kesesuaian Lahan (Daya Dukung). 52%
merupakan persentase penggunaan lahan dengan memperhitungkan keseimbangan
penggunaan ruang untuk produktivitas perikanan budidaya yang berkelanjutan.
Kawasan Konservasi Kawasan Pemanfaatan Umum Alur
1. Zona Inti: Sempadan Sungai & 1. Petak Tandon 1. Saluran Masuk
Sempadan Pantai 2. Petak Steril Air 2. Saluran Keluar
2. Zona Penyangga Pantai 3. Petak Tambak
4. Petak Pengendali Hama
5. Bangunan
20% 52% (+12%) 13%
Dengan demikian perkiraan luas daya tampung bagi
kegiatan budidaya udang adalah sebagai berikut.
Luas (Ha)
No Kelas Kesesuaian Lahan
Luas Daya Dukung Daya Tampung (52%)
1 S1 67.8 35.25
2 S2sl 28.4 14.76
3 S3B 9.1 4.73
4 S3sl 7.6 3.95
5 S3sl.pH 11.2 5.82
Jumlah 124.1 64.53
18. KOMPOSISI ALOKASI RUANG ZONASI
KK KPU Alur
Total
Jalur Hijau Tambak Tandon Saluran Irigasi
20% 52% 15% 13% 100%
13.56 35.256 10.17 8.814 67.8
5.68 14.768 4.26 3.692 28.4
5.58 14.508 4.185 3.627 27.9
24.82 64.532 18.615 16.133 124.1
19. ANALISIS SKENARIO PENERAPAN TEKNOLOGI
Dengan menggunakan data daya tampung, dapat diperkirakan produktivitas
perikanan budidaya dengan menggunakan berbagai macam skenario agar dapat
diketahui bagaimana aplikasi teknologi terhadap kondisi eksisting saat ini:
1) Skenario 1. Kondisi eksisting, yaitu pelaku budidaya menggunakan metode
tradisional, dengan padat penebaran 80.000 ind/Ha/Thn dan survival rate
sebesar 40%,
2) Skenario 2. Perlakuan 1, yaitu penerapan teknologi semi intensif dengan
dengan padat penebaran 240.000 ind/Ha/Thn dan survival rate sebesar
50%,
3) Skenario 3. Perlakuan 2, yaitu penerapan teknologi intensif dengan dengan
padat penebaran 500.000 ind/Ha/Thn dan survival rate sebesar 50%.
20. ANALISIS PRODUKTIVITAS BERDASARKAN SKENARIO
BUDIDAYA TAMBAK BUDIDAYA TAMBAK BUDIDAYA TAMBAK TEKNOLOGI
URAIAN
TEKNOLOGI TRADISIONAL TEKNOLOGI SEMI INTENSIF INTENSIF
Padat Tebar
80 240 500
(1000xind/ha/th) 5,160,000.00 15,480,000.00 32,250,000.00
SR 40% 50% 50%
2,064,000.00 7,740,000.00 16,125,000.00
Size 30 35 40
61,920,000.00 270,900,000.00 645,000,000.00
Estimasi Produksi
1.07 3.43 6.25
(ton/ha/th) 66.25 929.19 4,031.25
Estimasi pakan
1.92 6.86 12.5
(ton/ha/th) 118.89 1,858.37 8,062.50
FCR 1.8 2 2
111.46 541.80 1,290.00
Harga /Kg 54000 54000 54000
3,577,737,600.00 50,176,098,000.00 217,687,500,000.00
Keterangan:
• Luas merupakan lahan daya tampung yang sebesar 52% dari lahan daya dukung.
• Produksi, merupakan hasil kali dari luas lahan dengan ton produksi per hektar
• Harga, merupakan hasil kali dari produksi dengan harga udang windu size 30 senilai Rp 42.000 per
kilogram.
21. ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA HATCHERY
• Hatchery merupakan unit penyediaan benur dalam jumlah yang mencukupi dengan
kualitas yang memadai.
• Kegiatan perikanan budidaya udang di kawasan perencanaan saat ini masih
mengandalkan pasokan benur dari luar Kabupaten Gresik.
• Hal ini dikarenakan pada saat ini unit pembenihan yang ada masih belum mampu
menyediakan benur sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
• Dengan demikian diperlukan unit penyediaan benur yang berlokasi dekat dengan
kawasan produksi.
• Perhitungan kebutuhan benur disampaikan sebagai berikut.
Kebutuhan Benur Kebutuhan Hatchery Lengkap
Lahan Luas
Tradisional Semi-Intensif Intensif Tradisional Semi-Intensif Intensif
Padat Tebar
80 240 500
(1000xind/ha/th)
Sesuai (S1) 35.3 2,824,000 8,472,000 17,650,000
Cukup Sesuai (S2) 14.8 1,184,000 3,552,000 7,400,000
1 2 3
Kurang Sesuai (S3) 14.5 1,160,000 3,480,000 7,250,000
Total 64.5 5,160,000 15,480,000 32,250,000
22. ANALISA KELAYAKAN INVESTASI TAMBAK UDANG
LAHAN YANG DIPERLUKAN 70 HA, TERDIRI DARI 65 HA
LAHAN TAMBAK DAN 5 HA BANGUNAN
Teknik Produksi
65 Ha untuk lahan tambak, 5 Ha untuk infrastruktrur dan
Skala Usaha :
emplassemen
Status Usaha : Kemitraan
Sifat Usaha : Semi Intensif
Jenis Udang : Udang vaname (Penaeus vannamei)
Kepadatan Bibit : 15.480.000 ekor/kepadatan 240.000 ekor per Ha
Target Panen : 4 Bulan atau satu tahun 2 kali panen
Kapasitas Produksi : 929.19 Ton/Tahun atau 464.59 Ton per panen
Volume Panen : 30 gram per ekor udang
Mortalitas Udang : 50%
23. KEBUTUHAN SARANA PRODUKSI
PER TAHUN/ DUA KALI PANEN
Bibit/Benur : 15.480.000 ekor/kepadatan 240.000 ekor per Ha
Pakan : 1.858,37 Ton/tahun atau 929.19 Ton/panen
Pupuk Urea : 20 Ton
Pupuk TSP : 20 Ton
Saponin : 10 Ton
Kapur : 100 Ton
24. KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA
Gedung Kantor : 100 M2
Gudang : 100 M2
Pos Keamanan : 4 Unit (16 M 2 )
Aerator/Kincir : 650 Unit atau 10 Unit/Ha
Kendaran Operasional : Unit Jenis Box
Motor : 5 Unit
Mobil Angkutan : 1 Unit pick up
Perahu motor tempel : 5 unit
Kebutuhan Listrik : 5 Unit
25. TABEL JUMLAH DAN GAJI TENAGA KERJA PER TAHUN
Gaji Per Bulan Jumlah Per Tahun
No. Jabatan Jumlah
(Rp) (Rp)
1 Teknisi Kepala 1 7,500,000.00 7,500,000.00
2 Teknisi 8 5,000,000.00 40,000,000.00
3 Operator 128 3,000,000.00 384,000,000.00
4 Staf Administrasi Keuangan 1 3,500,000.00 3,500,000.00
5 Straf HRD 1 3,500,000.00 3,500,000.00
6 Satpam 10 2,500,000.00 25,000,000.00
Jumlah 149 463,500,000.00
Keterangan :
• 2 orang teknisi mengelola 16 ha, dengan operator 32 orang (2 org/Ha).
• Upah belum termasuk lembur, intensif dan bonus.
• Gaji disesuaikan dengan UMR setempat
26. ANALISIS BIAYA PRODUKSI
Harga/Unit
No. Uraian Volume Unit Total (Rp)
(Rp 1.000)
A Modal Tetap
1. Pembebasan Lahan 55 Ha 250.000 1.375.000.000
2. Konstruksi Lahan Tambak 50 Ha 250.000 2.500.000
3. Bangunan Emplasemen 200 M2 500. 100.000
4. Genset (Merk Perkins) 2 Unit 500 KVA US$ 57.950 956.175
5. Aerator 300 Unit 1.856,25 556.875
6. Kendaraan Operasional 1 Unit 80.000 80.000
7. Motor 1 Unit 12.000 12.000
8. Instalasi Listrik 153.375
Jumlah A 6.858.425
B Modal Kerja
1. Bibit (Benur) 14.000.000 Ekor 0,045 630.000
2. Pakan 420.000 Kg 7,5 3.150.000
3. Obat-obatan
27. Analisis Biaya Produksi
Harga/Unit
No. Uraian Volume Unit Total (Rp)
(Rp)
B Modal Kerja
1. Bibit (Benur) 14.000.000 Ekor 0,045 630.000
2. Pakan 420.000 Kg 7,5 3.150.000
3. Obat-obatan
- Urea 20.000 Kg 1,5 30.000
- TSP 20.000 Kg 1,5 30.000
- Saponin 10.000 Kg 7 70.000
- Kapur 100.000 Kg 1 100.000
4. Gaji Karyawan 438.000
5. Biaya Panen 150.000
6. Transportasi 50.000
7. Wareng Setrimin 600 M 7,5 4.500
8. Wareng Hijau 2.000 M 4 8.000
28. ANALISIS BIAYA PRODUKSI
Harga/Unit
No. Uraian Volume Unit Total (Rp)
(Rp)
C 9. Bahan bakar 96.000 Liter 4.500 192.000
10. Rehabilitasi 50 Ha 5.000. 250.000
Jumlah B 5.002.500
Modal Investasi (A+B) 11.860.925
Catatan :
• Modal Kerja satu tahun dihitung untuk dua kali panen, modal kerja untuk satu kali
panen 50% dari modal kerja selama satu tahun
• Harga Genset atas dasar harga pasaran Surabaya, Juli 2011, dengan nilai dolar
• Harga tanah lahan tambak Rp. 250.000,-/m2 atas dasar Nilai Jual Objek Pajak di
daerah pantai Gresik
29. MULTIPLAYER EFECT
• Manfaat langsung: menambah petani tambak dan
menyerap tenaga kerja lokal
• Manfaat tidak langsung: perbaikan transportasi
seperti jalan, jembatan, angkutan; perbaikan sarana
perekonomian seperti pasar, warung, dan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI); dan sarana keamanan seperti
pos polisi
• Manfaat yang diterima oleh pemerintah daerah lebih
bersifat intang
30. ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA BUDIDAYA
Fasilitas Fungsi Kebutuhan
Hatchery Menyediakan bibit dalam jumlah yang mencukupi 1 Hatchery Lengkap (HL) untuk skenario
dengan kualitas yang memadai Tradisional, 2 Hatchery Lengkap (HL) untuk
skenario Semi-Intensif, dan 3 Hatchery
Lengkap (HL) untuk skenario Intensif
Tanggul, Pintu Air, Pompa, Meningkatkan produktivitas budidaya Sesuai masing-masing skenario
dan Aerasi
Kios Minasaprodi Menyediakan dan menyalurkan sarana produksi 1 Kios Minasaprodi setara Lini 3
perikanan seperti bibit ikan, pupuk, obat-obatan dan
sarana perikanan budidaya lainnya untuk
mendukung peningkatan produksi dalam upaya
penyediaan pangan dan pengembangan minabisnis
Unit Pelayanan Jasa Alat Menyediakan sarana mekanisasi pra-panen yang • 1 Depo peralatan pra panen
dan Mesin mampu melayani seluruh kawasan • 1 Pusat Perbengkelan dan Gudang Suku
perikanan/Alsintan (UPJA) Cadang Alsintan (tranktor, kincir)
Saluran Irigasi Tersier dan Menjaga ketersedian dan kualitas air untuk • Normalisasi saluran irigasi
Tandon keberlangsungan budidaya perikanan • Pembuatan tandon sebagia inlet air laut
dan air tawar
Sentra Pengolahan Hasil Menyediakan peralatan untuk pengolahan dan 3 Sentra Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan pemasaran hasil perikanan. Perikanan, berupa: pembangunan rumah
pengolahan beserta pengadaan alat-alat
pengolahan
Balai Latihan dan Memberikan pendidikan dan pelatihan budidaya 1 Balai Latihan dan Keterampilan
Keterampilan (BLK) (pra, proses dan pasca budidaya; hama & penyakit;
penyediaan pakan alami, pembuatan pakan
buatan), pengolahan hasil perikanan
31. ANALISIS SWOT STRATEGIS
Kekuatan (Strength-S) Kelemahan (Weakness-W)
1) Lahan masih sangat luas. 1) Masih bersifat tradisional dalam upaya
2) Daya dukung lahan sangat baik. pembenihan dan pembesaran.
2) Jaringan irigasi teknis untuk pembudidayaan
Teknologi pembenihan dan tambak masih tidak merata.
Belum mantapnya tata ruang lahan
Permasalahan eksternal
Permasalahan internal
pembesaran untuk beberapa utnuk perikanan budidaya. dan produktivitas
3) Mutu sarana produksi
komoditas belum sepenuhnya usaha budidaya masih relatif rendah.
Lemahnya dukungan perbankan
4) Lemahnya kelembagaan kelompok
dikuasai. bagi usaha budidaya.
pembudidaya.
Jaringan irigasi teknis untuk STRATEGI S-O
Peluang (Opportunity-O) STRATEGI W-O
Mekanisme penyuluhan berjalan
pembudidayaan tambakpasar dan keberadaan industri perikanan 1) Potensi pasar dan keberadaan industri dapat
1) Faktor kedekatan lokasi dengan 1) Potensi masih secara baik serta kurangnya tenaga
belum merata. di Gresik dan Surabaya dapat dijadikanpenyuluhdi Gresik dan Surabaya menjadi modal untuk
Pelabuhan Tanjung Perak, modal
perikanan.
2) Industri perikanan budidaya untuk mencari investor yang dapat mendukung menarik investor untuk meningkatkan
Mutu sarana produksi dan
membutuhkan udang dalam aplikasi teknologi untuk memanfaatkan Infrastruktur pendukung seperti
potensi teknologi, kapasitas sumberdaya manusia,
produktivitas usaha budidaya telekomunikasi, dukungan belum
listrik dll kelembagaan yang
jumlah besar. lahan yang masih sangat luas. dan
masih relatif rendah. memadai. dibutuhkan..
Pengelolaan kesehatan ikan dan Keamanan, terutama pada
lingkungan belum terintegrasi. kawasan pertambakan dan
Ancaman
Lemahnya kelembagaan kelompok S-T STRATEGI
budidaya mutiara. STRATEGI W-T
(Threat-T)
pembudidaya. 1) Pemerintah Daerah harus berkoordinasi Hambatan tarif dan non tarif pada
dengan 1) Lingkungan harus menjadi perhatian penting
1) Keberadaan Sungai Bengawan .Pemerintah Pusat dalam mengupayakan agar dampak dari pencemaran dan
Solo, Sodetan dan Curah Hujan penanggulangan sedimentasi dan limpasan perikanan Indonesia.
produk sedimentasi dapat diminimalkan pengaruhnya
yang cukup tinggi, dapat limbah dari Sungai Bengawan Solo, dan pada kualitas air.
Belum mantapnya tata ruang lahan
membawa limpasan limbah Sodetannya.
untuk perikanan budidaya
industri berbahaya 2) Pemerintah Daerah dapat membuat sistem
2) Keamanan kawasan masih perijinan satu atap untuk mempercepat proses
rendah, perizinan lahan budidaya
3) Perizinan untuk lahan dirasakan
sulit.
32. PERTIMBANGAN DALAM REVITALISASI
Revitalisasi mengacu pada konsep tata ruang wilayah setempat dan
kebijakan pemerintah serta daerah
Revitalisasi bertitik tolak pada daya dukung dan kesesuaian lahan dan
perairan setempat serta dampak yang akan ditimbulkan;
Revitalisasi memperhatikan faktor aksesibilitas dan akseptabiltas dari
sosial masyarakat setempat agar tercipta suatu kondusifitas yang
terjamin;
Revitalisasi memperhatikan nilai manfaat bagi masyarakat sekitar dan
pemerintah daerah;
Revitalisasi mengunakan pola kemitraan yang mengacu pada
peningkatan kesejahteraan petambak baik jangka pendek maupun
jangka panjang ;
33. STRATEGI REVITALISASI
Mempertahankan jalur hijau sesuai ketentuan Sungai/Laut
PT (Air Payau)
yang berlaku, ditambah dengan lahan
penyangga.
PAS
Mengembangkan Saluran Pengairan, petak
steril/Inlet dan petak pengolahan limbah/Outlet.
Kualitas air buang tambak harus relatif sama PU
PU PU UPL
dengan kualitas air pasok
SPN
Membangun tandon (petak karantina, petak
pengendapan, petak biofilter) dan menerapkan
biosecurity
SS
Menghindari penggunaan pestisida dan atau
obat-obatan berbahaya atau bila terpaksa PT = Petak Treatment
peggunaannya seselektif mungkin. PAS = Petak air siap pakai berisi ikan omnivora- herbivora (bandeng-
mujair jantan/nila jantan - belanak)
U = Petak pembesaran udang
Meningkatkan keseimbangan lingkungan/habitat SS = Saluran sedimentasi
budidaya dengan penggunaan probiotik SPN = Saluran penyerapan nutrient terlarut (rumput laut)
(terutama budidaya intensif). UPL = Petak pengolahan limbah (oksidasi dan pohon bakau)
34. REALISASI REVITALISASI TAMBAK UDANG
Manajemen Kesehatan Budidaya Udang (SCHM), melalui:
a. Perbaikan Persiapan Petak Tambak dan Kawasan Tambak Persiapan Tambak,
Persiapan kawasan tambak, Penyiapan Air Tawar Siap Tebar)
b. Pencegahan Pengelolaan Kualitas Air -> Pencegahan Masuk Kembali Patogen
(Pengadaan benur ”Bebas Patogen” dan Pencegahan masuknya kembali patogen
melalui air)
c. Peningkatan Pengelolaan Pemberian Pakan
d. Pencegahan Penyebaran Penyakit
e. Rekayasa Sosial
35. 1. PERBAIKAN PERSIAPAN PETAK TAMBAK DAN KAWASAN TAMBAK
TATA LETAK TAMBAK
TATA LETAK TAMBAK HARUS MEMENUHI:
• Menjamin kelancaran mobilitas operasional
• Menjamin kelancaran dan keamanan pasok air dan
pembuangannya.
• Menekan biaya kontruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari
unit tambak yang dibangun dan mempertahankan kelestarian
lingkungan.
ASPEK TATA LETAK TAMBAK:
Konstruksi petakan dan pintu air tergantung teknologi
Sistem Irigasi, Saluran pemasukan & pembuangan terpisah
Tandon air sumber dan air buangan (limbah) Sistem pararel bukan seri
(perbaikan kualitas air, ramah lingkungan, biremediator, mencegah
patogen & cerrier, serta menetralisir ekses racun)
Daerah penyangga, sempadan pantai (lebarnya min 130 x nilai rata2
perbedaan pasang tertinggi dan terendah) & sempadan sungai (min
100 dari kanan kiri sungai besar dan 50 m kanan kiri sungai kecil)
Areal sarana penunjang (gudang pakan, gudang kapur, gudang pestisida,
gudang peralatan, bengkel, rumah genset, rumah jaga, rumah pompa),
Pematang yang mampu dilalui kendaran roda empat
36. RENCANA ZONASI RINCI
Kelas Kesesuaian Luas
No
Lahan
Ha %
1 S1 67.8 54.63
2 S2sl 28.4 22.88
3 S3B 9.1 7.33
4 S3sl 7.6 6.12
5 S3sl.pH 11.2 9.02
Jumlah 124.1 100.00
38. 4. PENCEGAHAN PENYEBARAN PENYAKIT
Konsepsi Aksi Dan Pelaku Serta Persyaratan Operasi
Manajemen Kesehatan Budidaya Udang
Konsepsi Aksi Pelaku Syarat Operasi
1. Eradikasi Patogen a. Desinfektan petak a. Petani (P) Diperlukan bahan dari
a. Di petak b. Desinfektan saluran + b. Kelompok SOP (standard operation
b. Di hamparan peralatan Tani (KT) procedure) yang
2. Eradikasi Patogen a. Gunakan “Patogen a. P/KT semuanya harus dapat
a. Di petak Free Seed” b. P dilaksanakan dalam
b. Di hamparan b1. Desinfeksi air masuk a. P kerjasama kelompok tani
b2. Gunakan karnivora b. P tambak yang Kompak
sebagai filter ”carrier”
3. Eradikasi Patogen a. Gunakan teknologi resirkulasi a. KT
a. Di petak b. Probiotik/Bioremediasi b. P
b. Di hamparan
4. Eradikasi Patogen a. Kontrol kualitas + jumlah petak P
a. Di petak >> FCR kecil
b. Di hamparan b. Pemupukan untuk pakan alami
>> peningkatan daya tahan
5. Eradikasi Patogen
a. Di petak
b. Di hamparan
39. 5. REKAYASA SOSIAL
Kemandirian Agribisnis Budidaya Udang
“integrated bisnis” dari mulai hulu sampai hilir
40. PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU
No. Program Stakeholder Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
1 Rehabilitasi iriigasi Pemda, Dis-KP, Dis-PU, Petambak
2 Rehabilitasi Green belt (Sempadan pantai dan Pemda, Dis-KP, Dis-Hut, Dis-PU,
sempadan sungai) Petambak
3 Rehabilitasi tambak Pemda, Dis-KP, Dis-PU, Petambak
4 Rehabilitasi balai-balai benih udang Dis-KP, Petambak
5 Menarik investor untuk
a. membangun “cold storage” Pemda, BKPMD,
a. membangun pabrik es Dis-KP, Dis-Perindag
a. membangun pabrik pakan
6 Rehabilitasi LBAP Dis-KP
7 Operasionalisasi LBAP Dis-KP
8 Menjadikan LBAP Ujung Batee sebagai Dis-KP
“broodstock center” udang vannamei
9 Memberikan pelatihan cara-cara Dis-KP, Petambak, Pakar
budidaya di wilayah endemik penyakit viral (SCHM)
10 Menghidupkan/membentuk kelompok – kelompok Dis-KP, Petambak, Pengusaha
tani agar memiliki pola tanam yang teratur sehingga
ada kontinuitas sarana dan hasil panen
11 Operasionalisasi budidaya udang vannamei intensif Dis-KP, Petambak, Pengusaha
12 Operasionalisasi budidaya udang windu ekstensif Dis-KP, Petambak, Pengusaha
12 Operasionalisasi budidaya udang windu, Mangrove Dis-KP, Petambak, Pengusaha
dan Wisata (Minawisata)
43. KONTRUKSI TAMBAK
Syarat konstruksi tambak:
1. Tahan terhadap damparan ombak besar, angin
kencang dan banjir. Jarak minimum pertambakan
dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50
meter dari bantara sungai.
2. Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup
baik untuk kehidupan udang sehingga dapat
tumbuh normal sejak ditebarkan sampai dipanen.
3. Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau
merembes serta tahan terhadap erosi air.
4. Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk
operasi sehari-hari, sehingga menghemat tenaga.
5. Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia.
6. Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil
produksinya.
7. Saluran pemasuk air terpisah dengan
pembuangan air.
44. DESAIN TAMBAK SISTEM RESIRKULASI/SEMI TERTUTUP
Konstruksi dan pengelolaan tambak
dengan sistem resirkulasi tertutup adalah
SPE
sebagai berikut :
• Memiliki tandon pasok dan tandon PB
buang yang masing-masing terdiri dari
3 – 4 petak (pengendapan/karantina,
biofilter, aklimatisasi).
• Menerapkan biosecurity secara umum PP PP
selama operasional pemeliharaan.
• Penggunaan ikan-ikan bioscreening
multi species sebagai pemangsa inang PAS
dan sebagai biofilter.
PK
• Bila didalam petak tandon aklimatisasi UPL
kondisi plankton belum memadai
perlu dilakukan inokulasi
phytoplankton pada air media Keterangan :
pemeliharaan. PK : Petak karantina
• Daerah penyangga dan jalur hijau di PAS : Saluran air pasok
SPE : Saluran air buang
sekeliling unit tambak harus PB : Petak (pengendapan/ karantina, biofilter, aklimatisasi)
dipertahankan. UPL : Tempat penyaringan limbah tambak
Desain tambak sistem resirkulasi tertutup (semi tertutup) (Sumber :
BBPBAP Jepara, 2003)
45. DISAIN PEMATANG
Ada dua macam pematang, yaitu pematang utama dan
pematang antara.
• Pematang utama merupakan pematang keliling
unit, yang melindungi unit yang bersangkutan dari
pengaruh luar. Tingginya 0,5 m di atas permukaan
air pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya sekitar 2
m. Sisi luar dibuat miring dengan kemiringan 1:1,5.
Sedangkan untuk sisi pematang bagian dalam
kemiringannya 1:1.
• Pematang antara merupakan pematang yang
membatasi petakan yang satu dengan yang lain
dalam satu unit.
Ukurannya tergantung keadaan setempat, misalnya:
tinggi 1-2 m, lebar bagian atas 0,5-1,5. Sisi-sisinya
dibuat miring dengan kemiringan 1:1.
Pematang dibuat dengan menggali saluran keliling yang
jaraknya dari pematang 1 m. Jarak tersebut biasa
disebut berm.
47. DISAIN SALURAN
• Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung
keadaan setempat, lebarnya berkisar antara 3-10 m dan
dalamnya kalau memungkinkan sejajar dengan permukaan
air surut terrendah. Sepanjang tepiannya ditanami pohon
bakau sebagai pelindung.
• Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban) dan
pintu air sekunder (tokoan/pintu air petakan).
• Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air dari
dan ke dalam tambak yang termasuk dalam satu unit.
• Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan
panjang disesuaikan dengan tinggi dan lebar pematang.
Dasarnya lebih rendah dari dasar saluran keliling,serta
sejajar dengan dasar saluran pemasukan air.
• Bahan pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau
bahan kayu (kayu besi, kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan,
dll)
• Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup
dan di antaranya diisi tanah yang disebut lemahan.
• Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar
yang menghadap ke saluran air dan saringan dalam yang
menghadap ke petakan tambak. Saringan terbuat dari kere
bambu, dan untuk saringan dalam dilapisi plastik atau ijuk.
48. DISAIN SALURAN
• Saluran tambak pada umumnya termasuk tipe
terbuka dengan penampang berbentuk trapesium
terbalik dan airnya mengalir secara gravitasi. Tipe
tertutup biasanya dipakai untuk menyalurkan air
yang dipompa dari laut
• Disain saluran meliputi: penentuan kemiringan
saluran, lebar dan dalam dasar saluran serta
kemiringan dinding saluran.
49. 2. PENGELOLAAN KUALITAS AIR
REHABILITASI PERTAMBAKAN DI WILAYAH ENDEMIK
MBV, WSV DAN TSV
• Saluran pembawa (supply) harus terpisah dari saluran pembuang (drainase).
• Dua sampai tiga bulan pertama tidak dilakukan pergantian air dan bulan ke empat
pergantian air hanya untuk mengganti evapotranspirasi. Pergantian air yang besar
dapat bermakna memasukkan lebih banyak “carrier” penyakit.
• Sebagai konsekuensi dari butir ke dua adalah dimensi saluran pembawa tidak
terlalu besar. Dengan kisaran pasang setinggi 1,10 m maka dimensi saluran selebar
10 m dan kedalaman 1,5 m cukup untuk mengairi tambak seluas 125 ha.
50. PENGELOLAAN KUALITAS AIR
• Penggantian air dilakukan secara
teratur, misalnya 5% setiap hari dan
hindari penggantian air secara
total/sampai habis kecuali ada
masalah-masalah tertentu. Untuk
tambak-tambak tertentu biasanya
dilengkapi 2 pintu air pembuangan
yaitu pipa atas dan pipa bawah.
• Untuk pipa atas diperlukan untuk
membuang air pada saat sehabis hujan
deras sehingga timbul dua lapisan yang
berbeda yaitu lapisan air berkadar
garam dan air hujan. Oleh karena itu,
karena air hujan tidak cocok dengan
kondisi lingkungan udang maka perlu
dibuang
51. PEMASANGAN KINCIR
• Kincir biasanya dipasang setelah
pemeliharaan 1,5-2 bulan, karena
udang sudah cukup kuat terhadap
pengadukan air.
• Kincir dipasang 3-4 unit/ha. Daya
kelarutan O2 ke dalam air dengan
pemutaran kincir itu mencapai 75-
90%.
A. Desain Tambak ukuran 4000 m2 lingkaran dan bujur
sangkar danpengaturan Kincir 1.5 HP
B. Disain tambak dengan luas > 5000 m2
52. PROFIL TAMBAK UDANG DI JAWA TIMUR
2.1. Pemanfaatan Lahan Tambak
Total pemanfaatan lahan tambak untuk Luas Tambak (ha)
kegiatan budidaya di Pantura Jawa No Kabupaten
Total Tradisional Semi Intensif
mencapai sebesar 180.844,96 hektar. 1 Tuban
3.158,63 2.807,73 126,13 224,77
Berdasarkan tingkat teknologi dari nilai
tersebut masing-masing untuk budidaya 2 Lamongan
20.842,05 19.771,70 983,75 86,60
sistem tradisional sebesar 146.757,36 3 Gresik
hektar; semi intensif sebesar 29.992,11 32.464,17 32.402,17 43,00 19,00
hektar, dan sistem intensif sebesar 4.095, 4 Sidoarjo
15.530,41 15.530,41 - -
49 hektar. 5 Pasuruan
3.952,90 3.941,90 7,00 4,00
Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan
6 Probolinggo
yang memiliki lahan pertambakan terluas 1.999,10 1.118,60 2,10 878,40
yaitu mencapai 79.816,46 hektar, diikuti 7 Situbondo
488,20 80,00 65,50 342,70
berturut-turut Provinsi Jawa Barat
50.340,64 hektar, Jawa Tengah 41.198,86 8 Banyuwangi 447,00
1.381,00 161,00 773,00
hektar, dan Banten sebesar 9.489,00
79.816,46 76.099,51 1.388,48 2.328,47
hektar. Kawasan tambak Pantura di atas
meliputi 22 Kabupaten/Kota yang tersebar
di 4 (empat) Provinsi.
53. 2.2 GAMBARAN PRODUKSI BUDIDAYA
• Total produksi budidaya tambak Pantura REKAPITULASI HASIL IDENTIFIKASI
mencapai 395.143,71 ton. Angka tersebut PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK DI PANTURA
didominasi oleh 3 (tiga) komoditas budidaya
yakni berturut-turut udang (windu dan vaname) Produksi (ton)
sebanyak 86.500,07 ton , bandeng sebanyak No Kabupaten/Pr
180.268,77 ton, Gracilaria sebanyak 66.603,99 ovinsi
Total Udang Bandeng Gracilaria Lainnya
ton dan lainnya sebanyak 61.770,87 ton.
1 Tuban
• Produksi Provinsi Jawa Timur Komoditas udang 6.548,32 2.176,14 3.381,29 2,00 988,89
sebanyak 29.637,92 ton, Bandeng sebesar 2 Lamongan
4.411,00 2.406,00 1.405,00 - 600,00
70.732,17 ton, Sedangkan Gracilaria 3.911,5 ton
3 Gresik
45.224,63 7.877,18 37.347,45 - -
4 Sidoarjo
56.376,80 5.459,10 23.295,00 2.725,80 24.896,90
5 Pasuruan
9.191,62 1.091,62 4.071,13 1.001,99 3.026,88
6 Probolinggo
3.720,16 1.542,88 932,50 168,30 1.076,48
7 Situbondo
2.321,20 2.041,20 266,50 13,50 -
8 Banyuwangi
7.373,10 7.043,80 33,30 - 296,00
135.166,8
3 29.637,92 70.732,17 3.911,59 30.885,15
54. 2.3 JUMLAH RUMAH TANGGA PELAKU BUDIDAYA
REKAPITULASI HASIL IDENTIFIKASI
JUMLAH RUMAH TANGGA PERIKANAN
Aktivitas budidaya tambak telah
secara nyata mempengaruhi Jumlah RTP
terhadap serapan tenaga kerja bagi No Kabupaten/Prov
masyarakat di Pantura Jawa. Dengan insi
Total Trad Semi Intensif
total pemanfaatan lahan budidaya JAWA TIMUR
sebesar 180.844,96 hektar, jumlah 25.523,00 25.032,00 180,00 311,00
rumah tangga perikanan yang aktif 1 Tuban
1.117,00 1.117,00 - -
melakukan kegiatan usaha budidaya
2 Lamongan
di tambak mencapai 69.937 RTP, 851,00 703,00 117,00 31,00
dengan rincian masing-masing 3 Gresik
17.743,00 17.727,00 11,00 5,00
pelaku budidaya tradisional
sebanyak 53.134 RTP, semi intensif 4 Sidoarjo
3.257,00 3.257,00 - -
sebanyak 13.757 RTP, dan intensif 5 Pasuruan
sebanyak 358 RTP. Data jumlah RTP 1.438,00 1.438,00 - -
pelaku budidaya di tambak pantura 6 Probolinggo
549,00 525,00 9,00 15,00
Jawa
7 Situbondo
212,00 94,00 9,00 109,00
8 Banyuwangi
356,00 171,00 34,00 151,00
55. 2.4. KELEMBAGAAN POKDAKAN DAN KETERSEDIAAN PELAKU PEMBINA
Dari sisi kelembagaan Pokdakan secara umum masih didominasi oleh Pokdakan kategori pemula, yang mencapai
sebanyak 1.331 buah, sedangkan kategori lainnya berturut-turut pokdakan kategori lanjut sebanyak 27 buah, madya
sebanyak 84 buah dan kategori utama sebanyak 11 buah.
Kualitas pokdakan dari sisi kelembagaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pelaku pembina, total petugas lapang
yang secara langsung berperan dalam pembinaan dan pendampingan Pokdakan, masing-masing untuk Jumlah Petugas
Penyuluh Lapangan (PPL PNS) sebanyak 124 orang, Petugas Penyuluh Perikanan Kontrak (PPTK) sebanyak 60 orang,
Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebanyak 39 orang dan Technical Service (TS) Swasta sebanyak 15 orang. Data sebaran
jumlah Pokdakan dan ketersediaan petugas lapang di masing-masing Kabupaten/Kota
REKAPITULASI KELEMBAGAAN POKDAKAN DAN KETERSEDIAAN PETUGAS LAPANG
DI JAWA TIMUR
POKDAKAN (Buah) Petugas Lapang
No Kabupaten
Jumlah Pemula Lanjut Madya Utama Jumlah PPL PTL/PPTK UPT TS Swasta
2 Tuban 24 23 0 0 1 7 3 2 2 0
3 Lamongan 0 - - - - - - - - -
4 Gresik 188 188 0 0 0 25 9 7 9 0
5 Sidoarjo 65 47 10 7 1 13 9 4 0 0
6 Pasuruan 34 0 0 0 0 4 4 0 0 0
7 Probolinggo 15 15 0 0 0 7 7 0 0 0
8 Situbondo 1 1 30 15 12 3 0
Banyuwangi 177 167 8 2 0 22 10 8 4 0
Total 504 441 18 9 2 108 57 33 18 0
56. 3.1. TARGET REVITALISASI TAMBAK UDANG JAWA TIMUR
Hasil identifikasi bahwa luas lahan tambak DI Jawa Timur yang berpotensi untuk
direvitalisasi mencapai 20.879,66 hektar, dengan rincian :
Potensi Luas Revitalisasi (ha)
No KABUPATEN
-Tambak Tradisional seluas : 16.661,33 ha
Jumlah Ekstensif Semi Intensif
-Tambak Semi intensif seluas : 1.838,23 ha
-Tambak intensif seluas : 2.380,10
- ha 1 Tuban 484,16 319,73 126,13 38,30
2 Lamongan - - - -
3 Gresik 3.240,00 - 1.675,00 1.565,00
4 Sidoarjo 15.381,51 - -
15.381,51
5 Pasuruan 394,19 394,19 - -
6 Probolinggo 351,00 346,00 5,00 -
7 Situbondo 798,60 175,40 32,10 591,10
8 Banyuwangi 230,20 44,50 - 185,70
20.879,66 16.661,33 1.838,23 2.380,10
57. 3.2. RENCANA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN REVITALISASI TAMBAK UDANG JAWA TIMUR
Data sementara yang dihimpun (data sekunder) bahwa kebutuhan untuk rencana
pengembangan revitalisasi tambak pantura, sebagai berikut :
- Rehab Saluran : Rp. 280.885.850,-
- Jalan Produksi : Rp. 16.550.000,-
- Kebutuhan PTL : 33 orang
Perkiraan Kebutuhan Pengembangan
KABUPATEN/PRO Rehab Saluran* Jaringan PLN Jalan Produksi** Petugas
No
VINSI Jumlah Jumlah Jumlah Lapang
Vol Sat (Rp.000) Vol Sat (Rp.000)
REKAPITULASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN Vol Sat (Rp.000) (org)
REVITALISASI TAMBAK UDANG DI PANTURA
1 Tuban - 8
16.700 3.290.000 - - - - -
2 Lamongan - -
- - - - - - - -
3 Gresik -
1.288.065 193.464.600 - - - - -
4 Sidoarjo km -
10.000 75.000.000 - - - 3,5 15.750.000
5 Pasuruan -
5.500 - - - - -
6 Probolinggo - 7
27.325 6.831.250 - - - - -
7 Situbondo - -
- - - - - - -
8 Banyuwangi m 18
2.300 2.300.000 - - - 4.000 800.000
1.349.890 - 280.885.850 - - - 4.003,5 - 16.550.000 33
58. 3.3. RENCANA CALON LOKASI DEMFARM
Hasil identifikasi dan kajian teknis maupun non teknis untuk menentukan calon lokasi
demfarm, didapatkan calon lokasi demfarm masing-masing sebagai berikut :
1. Kabupaten Tuban :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
2. Kabupaten Lamongan :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
3. Kabupaten Gresik :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
4. Kabupten Sidoarjo :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
5. Kabupaten Pasuruan :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
6. Kabupaten Probolinggo :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
7. Kabupaten Situbondo :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
8. Kabupaten Banyuwangi :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
59. REKAPITULASI CALON LOKASI DEMFARM
Potensi Pengembangan Demfarm
Kabupaten
No Nama Pokdakan
Luas Tambak untuk Teknologi dapat Kondisi/ Perkiraan biaya
Jenis Komoditas Kondisi Perlu Perbaikan
Demfarm (ha) dikembangkan persyaratan teknis perbakan
Saluran, petak budidaya,
1 Tuban Mina Lestari 8 Semi intensif Vaname Kurang baik tandon, jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak budidaya,
Kurang baik (air
Barokah 2 Semi intensif Vaname tandon, jaringan listrik dan
tawar tidak ada)
BBM
Saluran, petak budidaya,
Tirto Makmur 3 Intensif Vaname Baik tandon, jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak budidaya,
Udang Perkasa 15 Intensif Vaname Kurang baik tandon, jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak budidaya,
Tani mandiri 10 Semi intensif Vaname Baik tandon, jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak budidaya,
Udang Sari 1,2 Semi intensif Vaname Kurang baik tandon, jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak budidaya,
Bina Mulya 3 Semi intensif Vaname Kurang baik tandon, jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak budidaya,
Tambak Waru 4 Semi intensif Vaname Baik tandon, jaringan listrik dan
BBM
60. REKAPITULASI CALON LOKASI DEMFARM
Potensi Pengembangan Demfarm
Kabupaten
No Nama Pokdakan Luas Tambak untuk Teknologi dapat Kondisi/ Perkiraan biaya
Jenis Komoditas Kondisi Perlu Perbaikan
Demfarm (ha) dikembangkan persyaratan teknis perbakan
Udang Vaname cukup baik
2 Lamongan Langgeng Harjo 20 Tradisional plus
cukup baik
Mitra Sejati 20 Tradisional plus
Udang Vaname
Udang Vaname cukup baik
Mina Abadi 20 Tradisional plus
Udang Vaname & cukup baik
Mina Makmur Windu
20 Tradisional plus
Abadi I dan II
Udang Vaname cukup baik
Bakti Usaha 20 Tradisional plus
Vanname+Bande Saluran, petak budidaya,
3 Gresik Podho Rukun 112 Semi-intensif Cukup
ng sarana penunjang
Tani Pangka Vanname+Bande Saluran, petak budidaya,
3150 Semi-intensif Cukup
Wetan ng sarana penunjang
Vanname+Bande Saluran, petak budidaya,
Mina Sari Asih 100 Tradisional Plus Kurang
ng+Tawes sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
Vanname Makmur 20 Tradisional Plus Bandeng+Tawes Kurang
sarana penunjang
Kampung Saluran, petak budidaya,
4 Intensif Vanname Baik
Vanname sarana penunjang
61. LANJUTAN,..
Saluran, petak budidaya,
3 Gresik Podho Rukun 112 Semi-intensif Vanname+Bandeng Cukup
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
Tani Pangka Wetan 3150 Semi-intensif Vanname+Bandeng Cukup
sarana penunjang
Vanname+Bandeng+ Saluran, petak budidaya,
Mina Sari Asih 100 Tradisional Plus Kurang
Tawes sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
Vanname Makmur 20 Tradisional Plus Bandeng+Tawes Kurang
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
Kampung Vanname 4 Intensif Vanname Baik
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
4 Sidoarjo Sumber Mina 1 300 Ekstensif Plus Windu Baik
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
Eco Shrimp 950 Ekstensif Plus Windu Baik
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
Karya Makmur 152 Ekstensif Plus Windu Kurang Baik
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
Mina Alam Lestari 475 Ekstensif Plus Windu Kurang Baik
sarana penunjang
Ekstensif Plus dan Saluran, petak budidaya,
Sumber Urip 152 Windu Kurang Baik
Semi I sarana penunjang
5 Pasuruan
62. Lanjutan,..
Sumber Tradisional plus dan Vaname dan Saluran, petak budidaya, tandon,
Probolinggo 9
6 Vaname Semi intensif Bandeng jalan akses
Saluran, petak budidaya, tandon,
Sido Agung 47 Ekstensif Vaname
jalan akses
Ekstennsi dg Saluran, petak budidaya, tandon,
Sumber Hidup 130 Vaname, bandeng
polikultur jalan akses
Ekstennsi dg Saluran, petak budidaya, tandon,
Mina Bakau 47 Vaname, bandeng
polikultur jalan akses
Saluran, petak budidaya, tandon,
Pesisir Asri 12 Ekstensif Vaname
jalan akses
Ekstensif dg Saluran, petak budidaya, tandon,
Mina Mas 11 Vaname, bandeng
polikultur jalan akses
7 Situbondo - - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
Salluran. Petak budidaya, tandon dan
Banyuwangi Sido Rukun 5 Semi-intensif Vanname Baik
8 sarana penunjang
Semi-intensif dan Salluran. Petak budidaya, tandon dan
Sabuk Hijau 10 Vanname Baik
intensif sarana penunjang
Sinar Mina Salluran. Petak budidaya, tandon dan
3 Semi-intensif Vanname Baik
Kencana sarana penunjang
Salluran. Petak budidaya, tandon dan
Sukses Abadi 2 Semi-intensif Vanname Baik
sarana penunjang
Mina Bangkit Kurang Salluran. Petak budidaya, tandon dan
15 Semi-intensif Vanname
Bersama baik sarana penunjang
Kurang Salluran. Petak budidaya, tandon dan
Tambak Asri 5 Semi-intensif Vanname
baik sarana penunjang
Salluran. Petak budidaya, tandon dan
Tirta Kencana 2 Semi-intensif Vanname Baik
sarana penunjang
Salluran. Petak budidaya, tandon dan
Raja Vaname 2 Semi-intensif Vanname Baik
sarana penunjang
63. DUKUNGAN SEKTOR YANG DIPERLUKAN
Dep. PU : Pengembangan jaringan irigasi tambak
dan jalan produksi
Dep. Keuangan : Dukungan pembiayaan untuk
pembangunan insfratuktur tambak
Dep. Dalam Negeri : Mendorong PEMDA untuk
penetapan & penegakan tata ruang
BAPEDAL dan PEMDA : Pengelolaan lingkungan
perairan tambak.
Koperasi dan UKM : Pemberdayaan Kelompok
melalui Koperasi
Perbankan : Penyediaan kredit program KUR, KKPE
PT. PLN : Penyediaan jaringan listrik bagi tambak
udang semi/intensif dan hatchery udang
65. PROVINSI BANTEN
1. Kabupaten Serang
Kelompok : Mina Gracillaria Insani
Ketua : Bp. Haris
Anggota : 10 orang
Luas lahan : 72 ha
Komoditi : Bandeng, udang dan Gracilaria
66. 2. KABUPATEN TANGERANG
Kelompok : Bina Marepat
Lokasi : Kecamatan Kronjo, Kemeri dan Mekar baru
Komoditi : Udang windu, Bandeng dan Gracilaria
Anggota : 10 orang
Luas lahan 30 ha
67. PROVINSI JAWA BARAT
1. Kabupaten Karawang
Pokdakan : Mina Karya
Alamat : Desa karya Bakti, Batu jaya
Jumlah Anggota : 28 orang
Luas potensi demfarm : 54
Komoditas saat ini : Windu dan bandeng
Teknologi : tradisional, dapat dikembangkan : semi
intensif
68. 2. Kabupaten Subang
Pokdakan : Cipta Bahari
Alamat : Patimban, Pusaka Nagara
Jumlah Anggota : 15
Luas potensi demfarm : 20 ha
Komoditas saat ini : udang Vaname
Teknologi : Intensif
69. 3. Kabupaten Indramayu
Pokdakan : Datuk Jaya Mina
Alamat : Desa Pranggon, Kec. Arahan
Jumlah Anggota : 42 orang
Luas potensi demfarm : 44
Komoditas saat ini : Windu, vaname dan bandeng
Teknologi : tradisional, dapat ditingkatkan menjadi semi
intensif
70. 4. Kabupaten Cirebon
Pokdakan : Mina Jaya Bakti
Alamat : Desa Bungko, Kec. Kapetakan
Jumlah Anggota : 10 orang
Luas potensi demfarm : 5 ha
Komoditas saat ini : Vaname
Teknologi dapat dikembangkan: semi intensif
71. PROVINSI JAWA TENGAH
1. Kabupaten Brebes
Pokdakan : Harapan Jaya
Alamat : Desa Limbangan
Jumlah Anggota : 30 orang
Luas tambak : 30 ha
Komoditas : Udang
Teknologi “ Tradisional
72. 2. Kabupaten Pemalang
Pokdakan : Mina Tulus
Jumlah Anggota : 20 0rang
Luas tambak : 40 ha
Komoditas : udang
Teknologi : Semi /intensif
73. 3. Kabupaten Pekalongan
Pokdakan Sunter Mas III
Lokasi : Desa Depok, Kec. Siwalan Kondisi Teknis :
• Teknologi budidaya ekstensif
• Luas lahan 40 Ha
• Secara umum sesuai standar kelayakan
teknis budidaya yang dpersaratkan
• Komoditas dikembangkan saat ini Bandeng
dan gracilaria (sebagai pelengkap)
• Udang Windu mengalami kegagalan sejak
tahun 3keterbatasan info teknologi
• Masih ada budidaya udang windu tp relatif
sangat sedikit
Kondisi Non Teknis :
• Kelembagaan baik, dan menunjukkan adanya animo
dan komitmen yang tinggi dalam menerapkan
teknologi anjuran
• Jumlah anggota 45 orang
• Lahan cukup luas dengan status hak milik maupun
Potensi Pengembangan Demfarm : sewa
• Aksesibilitas mudah
Luas tambak 20,5 dengan total 24 petak (tandon dan petak budidaya) • Jalan akses baik (beraspal) dan memungkinkan masuk
Teknologi tradisional dan dapat dikembangkan menjadi semi intensif roda 4
Komoditas udang windu/vaname dengan polikultur Bandeng dan Nila • Jaringan listrik (PLN) belum ada
Teknologi diterapkan dengan sistem cluster • Lahan tambak masih bisa diperluas (banyak lahan idle
Persyaratan teknis baik dan potensi alih fungsi menjadi lahan tambak)
Kondisi perlu perbaikan : Saluran 0,9 km; Petak Tandon 4 ha; petak budidaya 20,5 ha
dan sarana penunjang
74. 4. Kabupaten Kendal
Pokdakan : Ngudi Makaryo
Alamat : Desa Kartikajaya, Kec. Patebon
Jumlah Anggota : 40 orang
Luas tambak : 505 ha
Komoditas saat ini : Bandeng
Teknologi Tradisional
75. 5. Kabupaten Demak
Pokdakan : Windu Jaya I
Alamat : Desa Sidarejo Kecamatan Sayung
Jumlah Anggota : 20 orang
Luas potensi demfarm : 50 ha
Komoditas saat ini : udang dan bandeng
Rekomendasi Teknologi : Polikultur udang dan bandeng
76. 6. Kabupaten Jepara
Pokdakan : Mina Barokah
Alamat : Desa Surodadi, Kec. Kedung
Jumlah Anggota : 40 orang
Luas potensi demfarm : 10 ha
Komoditas saat ini : udang dan bandeng
Teknologi : Tradisional plus
77. 7. Kabupaten Pati
Pokdakan : Murya
Alamat : Desa Tunggul Sari, Tayu
Jumlah Anggota : 122 orang
Luas tambak: 98 ha
Komoditas saat ini : udang dan bandeng
Teknologi : tradisional
78. 8. Kabupaten Rembang
Pokdakan : Sidodadi Maju III
Alamat : Desa Dasun, Kec. Lasem
Jumlah Anggota : 30 orang
Luas potensi demfarm : 20 ha
Komoditas saat ini : udang vaname
Teknologi yang dapat dikembangkan: semi intensif
79. 9. Kota Pekalongan
Pokdakan : Mina Barokah
Alamat : Kel. Degayu, Kec. Pekalongan Utara
Jumlah Anggota : 15 orang
Luas potensi demfarm : 1,7 ha
Komoditas : udang vaname
Teknologi yang dapat dikembangkan: Tradisional
81. KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
Petak Tandon
• Komposisi: 15-30% total hamparan,; biofilter Tiram (Ciredalei,
Scucullata), kerang bakau (G. coacan); rak bambu > 10 cm dari
dasar;kepadatan 0.75 kg/m2 (28 ekor/m2) dgn uk. Lebar
cangkang 5-7 cm
Petak Steril Air
• Penggunaan kaporit dengan dosis 2-5 ppm (5 ppm untuk air
keruh dan 3 ppm unutk air jernih), dengan proses netralisasi ± 3
jam. Penggunaan kaporit, pada kedalaman air satu meter 30-50
kg/ha, dan jika kedalaman air 60 cm sebesar 18-25 kg/ha.
Petak pengendali hama penyakit
• Menggunakan ikan- ikan, misalnya ikan banding, ikan kakap
putih, dll. Luas petak ini yaitu 5-10% dari luas petakan
seluruhnya
Petak Biofilter
• Organisme : kerang bakau, tiram, dan vegetasi bakau
Kerang bakau, ukuran cangkang 4-5 cm dan kepadatan 6-8
ekor/m²
Tiram, ukuran cangkang 5-7 cm dengan kepadatan 0.75 kg/m²
(28 ekor/ m²), ditempatkan dalam rak bambu pada kedalaman
10 cm
Petak Pembesaran
82. KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
•Fungsi: perbaikan kualitas air, ramah lingkungan, biremediator, mencegah patogen & cerrier,
serta menetralisir ekses racun
Petak Tandon •Komposisi: 15-30% total hamparan,; biofilter Tiram (Ciredalei, Scucullata), kerang bakau (G.
coacan); rak bambu > 10 cm dari dasar;kepadatan 0.75 kg/m2 (28 ekor/m2) dgn uk. Lebar
cangkang 5-7 cm
•Penggunaan kaporit dengan dosis 2-5 ppm (5 ppm untuk air keruh dan 3 ppm unutk air jernih),
dengan proses netralisasi ± 3 jam.
Petak Steril Air •Penggunaan kaporit, pada kedalaman air satu meter 30-50 kg/ha, dan jika kedalaman air 60 cm
sebesar 18-25 kg/ha.
Petak pengendali hama •Menggunakan ikan- ikan, misalnya ikan banding, ikan kakap putih, dll
penyakit •Luas petak ini yaitu 5-10% dari luas petakan seluruhnya
•Kedalaman tambak 0.75-1.2 meter, Luas petakan sekitar 0.25 hektar
•Hapa 15 m³ (5x3x1 m) , Padat tebar 3000 ekor/m³ (PL 11-17), Sanitasi air 25-30 ppm
Petak Pentokolan •Masa pemeliharaan 45 hari, Pemberian pakan 15-30 %/BB/hari
•Pada musim kemarau sebaiknya pentokolan sistem hapa sedangkan pada musim penghujan
sebaiknya sistem bak.
Petak Pembesaran
84. DISAIN TAMBAK
Tujuan:
Mempermudah pengelolaan air dan pemanenan udang, serta mengefektifkan
pengelolaan limbah
• Disain Petakan merupakan perencanaan bentuk tambak yang meliputi: ukuran
panjang dan lebar petakan, kedalaman, ukuran pematang, ukuran berm, ukuran
saluran keliling serta ukuran dan letak pintu air.
• Luas petakan tambak tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan.
Semakin kecil ukuran semakin mudah dalam pengelolaanny, tetapi akan lebih
mahal dalam kontruksi maupun operasionalnya
• Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit tambak pengairannya
berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air utama atau laban. Satu unit tambak
terdiri dari tiga macam petakan: petak pendederan, petak glondongan (buyaran)
dan petak pembesaran dengan perbandingan luas 1:9:90.
• Petakan pembagi air, yang merupakan bagian yang terdalam. Dari petak
pembagi, masing-masing petakan menerima bagian air untuk pengisiannya.
Setiap petakan harus mempunyai pintu air sendiri, yang dinamakan pintu
petakan, pintu sekunder, atau tokoan. Petakan yang berbentuk seperti saluran
disebut juga saluran pembagi air.
• Setiap petakan terdiri dari caren dan pelataran.
85. DISAIN KONTRUKSI TAMBAK
(i) petak Tandon/bio filter
• Organisme : kerang bakau, tiram, dan
vegetasi bakau
• Kerang bakau, ukuran cangkang 4-5 cm dan
kepadatan 6-8 ekor/m²
• Tiram, ukuran cangkang 5-7 cm dengan
kepadatan 0.75 kg/m² (28 ekor/ m²),
ditempatkan dalam rak bambu pada
kedalaman 10 cm
88. KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI
BERDASARKAN CARA PENGATURAN, PENGUKURAN
DAN KELENGKAPAN FASILITAS DIBAGI DALAM 3 TIPE :
1. Jaringan Irigasi sederhana
2. Jaringan irigasi semi Teknis
3. Jaringan Irigasi Teknis
89. MACAM MACAM SISTEM IRIGASI
Menurut sumber airnya:
1. Air permukaan :
( sungai, danau, waduk )
2. Air tanah : akuifer
Menurut cara pengambilan
airnya:
1. gravitasi
2. Pompa
3. Pasang Surut
90. LANJUTAN……..
Menurut cara pengaliran airnya:
1. Saluran terbuka (open channel)
2. Jaringan pipa (pipe network)
Menurut cara distribusi airnya ke
lahan:
1. Irigasi permukaan
2. Irigasi curah
3. Irigasi tetes