Berikut adalah ringkasan dari dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Sosiolog menjelaskan peningkatan konsumsi selama Ramadan disebabkan oleh budaya konsumtif dan pengaruh iklan, sementara tradisi padusan dan majmuan dilakukan untuk membersihkan diri secara lahir maupun bathin menyambut bulan suci Ramadan. Buka puasa bersama di masjid dan pesantren menjadi ajang silaturahmi dan belajar agama bagi masyarak
1. Kumpulan tulisan yang berkaitan dengan Ramadhan, Puasa dan Lebaran
Dikompilasi oleh: Diyah Perwitosari
2.
3. Pandangan Sosiolog UGM: Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi
(Kedaulatan Rakyat, 28 Juli 2012)
Fakta yang terjadi adalah: Barang yang sehari-hari tidak dibeli, tapi
saat bulan puasa di beli
- Setelah menahan lapar dan dahaga menjadi alasan untuk
mengonsumsi makanan yang istimewa
- Peningkatan konsumsi karena (1) adanya pengaruh iklan, (2) tawaran
barang dengan harga murah merangsang orang menjadi konsumtif,
(3) sejak liberalisasi ekonomi masuk dalam tata ekonomi Indonesia,
masyarakat didorong untuk menjadi konsumtif. Budaya konsumtif
sengaja didorong oleh pasar lewat iklan dsb.
- Masyarakat belum paham betul apa makna puasa (puasa sebagai
ritual semata)
4. Peningkatan konsumsi ini dinilai juga sebagai peningkatan
konsumtif positif
1. Dilakukannya buka bersama
2. Dilakukannya sedekah yang menandakan sangat bagusnya
ekonomi dan terjadinya transfer material dari yang kaya
kepada yang miskin
5. Sumber: KR, 29 Juli 2012, Hal. 6
Judul: Beli yang Dibutuhkan bukan yang Diinginkan
Penulis: Rini Suryati
- Deputi Pengarus Utamaan Gender (PUG) Bidang Ekonomi
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
– Dr Ir Sulikanti Agusni MSc – “jangan konsumtif di bulan
Ramadan dengan alasan untuk menyambut lebaran. Cukup beli
yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan”
- Pengeluaran keuangan (kaum menengah ke atas) untuk bulan
Ramadan berkisar pada
zakat, sedekah, anak, orangtua, pembantu, satpam, dan mereka
yang membutuhkan bantuan
6. - Jika ingin pulang kampung dahulukan membeli tiket pulang-
pergi, alokasikan THR untuk membiayai perbagai
kepentingan yang lebih penting dahulu, baru kebutuhan
lebaran, sisihkan sejumlah uang untuk membayar zakat dan
sedekah – maka akan merasakan kepuasan lahir dan
bathin, prioritaskan membayar hutang
- Investasi, yang diutamakan, asuransi pendidikan anak-
anak, asuransi kesehatan, atau asuransi jaminan hari tua
7. Sumber: KR, Sabtu Legi 6 Agustus 2012, Hal. 15
Judul Artikel: Renungan Ramadan – Beribadah dengan „Budaya
Pikir‟ ditulis oleh Slamet Sutrisno, Pengajar Kebudayaan Indonesia
di Fakultas Filsafat UGM
- Terlalu sering pengajian – pengajian terisi oleh nada dan diksi
perburuan pahala, ibadah jadi berpamrih dan menjauh dari
pertimbangan pengetahuan aktual
- Konservatisme keberagamaan ini ikut menghasilkan kelompok ekstrim
(berperan teroris)
- Guru – guru PAUD tertentu, guru Pendidikan Agama sering mengajar
dan mengajari murid – muridnya untuk berpikir tertutup – usia balita
sudah membangun “benteng stelsel” antar-agama
8. - Keberagamaan bukanlah (hanya) soal “penanda” melainkan –
lebih dari itu – adalah soal “petanda” – kupluk tak sinonim dengan
ketakwaan – selaku muslimah dan berjilbab pula … layak baginya
selaku muslimah bersikap “ing ngarsa sing tuladha,” berakhlak
dan bernalar baik
- Quran memerintahkan manusia berpikir. Sayangnya, budaya pikir
di negeri ini – dengan 88 persen umat muslim – lemah benar
budaya pikirnya, jauh lebih kental budaya omong, jika perlu sambil
tak berpikir
- Ferdinand de Saussure menjelaskan bahasa tercipta melalui
penanda berwujud fakta bunyi dan (secara demikian)
mengungkapkan petandanya, yakni kebermaknaan dari apa yang
disampaikannya lewat fakta bunyi
9. Contoh kemiskinan petanda dan maraknya penanda dalam
peribadatan islami.
1. Bunyi dari pengeras suara tempat ibadah sering begitu keras
memenuhi awang-awang pada hal ruang udara itu adalah
ruang publik
2. Walaupun negara ini secara alamiah sudah sudah melewati
sekian puluh tahun bulan Ramadan yang senantiasa terisi
ibadah yang sering menggelora; rasionalitas ibadah masih
lembek dan terbukti budipekerti kebangsaan kita cenderung
remeh
10. Ditulis oleh: Achmad M Akung, Dosen Fakultas Psikologi UNDIP Semarang,
Sumber: Seputar Indonesia, 11 Agustus 2012, Hal. 4
Atmosfer dan gempita Ramadan begitu kental terasa, bahkan mungkin
“mengalahkan” suasana Ramadan di negeri asal Islam sendiri.
Namun, …, sekian tahun umat muslim negeri ini berpuasa ternyata tidak serta
merta menjadikan negeri yang mayoritas penduduknya muslim semakin baik.
11. Banalisasi : membela dan mengagungkan Ramadan, tetapi sejatinya justru
sebaliknya, menjebak kita.
(1) Korupsi tetap saja meraja
(2) Meningkatnya angka konsumsi kita selama bulan puasa – kita menjadi semakin
boros dan konsumtif
(3) Luruhnya etos kerja atas nama puasa – mengurangi jam kerja – tidur sebagai
“ibadah”
(4) Televisi menjadi sangat alim – semua kompak untuk memetaforsis diri menjadi
televisi religius dengan tayangan – tayangan yang bernuansa agama – ruh
kapitalisme lah yang sesungguhnya tengah berpesta
(5) Persiapan yang berlebihan dalam menyambut Ramadan (bekal mudik, baju
baru, dll)
12.
13. Sumber: KR, Selasa Pon 23 Agustus 2012, Hal 15
Setting Lokasi: Karanganyar
Judul Artikel: „Mendekati Lebaran, Gepeng Serbu Karanganyar‟
- Gepeng merupakan singkatan dari gelandangan dan pengemis
- Mereka banyak berada di ruas jalan dan pusat perbelanjaan
- Dengan style gembel, mereka membawa anak balita untuk mengamen
dan mengemis
- Gepeng yang tertangkap rata – rata bukan warga Karanganyar
- Tempat mangkal: jalan utama Palur – Karanganyar Kota
- Mulai beroperasi menjelang magrib
14.
15. Sumber; KR, Sabtu Legi 8 Agustus 2012
Setting Lokasi: Pesantren Sunan Giri, Dusun Krasak, Kota Salatiga
Judul Berita: Ramadan di Pesantren Sunan Giri – Santri Mukim
Pelajari Dua Kitab
- Setiap sore usai salat Asar puluhan santri dan santriwati mukim (musim
dan bertempat tinggal di tempat itu sementara) berdatangan dari berbagai
daerah sekitar Kota Salatiga
- Datang setiap bulan puasa untuk mempelajari beberapa kitab dan belajar
bersama
- Mereka datang untuk belajar dua kitab; Kitab Abul Faraj (tasawuf dan soal
hadist) dan Kitab Nurul Hikayah (sejarah atau latar belakang turunnya
hadist)
- Santri dan santriwati mukim tinggal bersama penduduk dan ikut
membantu pekerjaan sehari-hari di rumah tersebut
16. Sumber: KR, Jumat Kliwon 5 Agustus 2012, Hal. 18
Setting Lokasi: Kaliwungu, Semarang
Judul Artikel: Santri Pasaran Ramaikan Ramadan – Terjemahkan
Alquran dengan
Bahasa Jawa Kuno ditulis oleh Unggul Priambodo
- Kaliwungu memiliki predikat sebagai kota santri
- Banyak santri dari luar daerah datang untuk mengaji
- Santri pasaran adalah santri yang hanya datang saat Ramadan
- Menurut santri, mereka menuntut ilmu di pondok pesantren
untuk menambah pengetahuan dan mendapatkan keberkahan
17. - Beberapa santri tidak menginap di pesantren, namun ada juga
yang bergabung dengan santri mukim tinggal di pesantren
- Yang dipelajari: Tafsir Jalalain (beripa pembacaan alquran beserta
terjemahannya dalam bahasa Jawa kuno
(Sansekerta), HIkam., Durrotunaas ihi, aliqna, Bulughul marom, al
adzkar linnawawi, idzotunnasyiin, tajridussorikh, bidayatul
hidayah, tajul ‘arus, kitab Risalatul Ahlussunah Wal Jamaah
(kumpulan ajaran Ahlussunah Wal Jamaah), kitab Tanbihul
Ghofilin (ajaran peringatan bagi orang yang lupa), Jawahirul
Bukhori (Hadis Imam Bukhori).
- Lama belajar: 11 – 25 hari
- Santri bisa memilih apa yang ingin dipelajari
18.
19. Sumber: KR, 21 Juli 2012, Hal. 19
Judul: Semarak Padusan di „Belik‟ Hingga Pemandian
- Ribuan warga menyerbu tempat pemandian, sungai dan
sumber air (belik) untuk menggelar ritual padusan
- Salah satu tempat favorit: Pemandian Taman Wisata Pikatan
Water Park, Mudal Temanggung
- Padusan – (1) persiapan memasuki ramadan, (2) sarana
berlibur dengan anak dan istri
- Persiapan memasuki ramadan lainnya – (1) nyekar di makam
leluhur, (2) bersilaturahmi kepada famili saling bermaaf-maafan
20. - Padusan dilaksanakan selama dua hari – (1) Hari pertama
pengunjung sejumlah 7.000, (2) Hari kedua pengunjung sejumlah
10.000
- Warga dusun Wonolelo Desa Bandongan Magelang menggelar ritual
padusan di belik
- Mengenakan lembaran kain putih dan keramas menggunakan abu
merang
- Perjalanan menuju belik diiringi musik tradisional
- Pemimpin ritual – Nanik Rohmiyati – padusan mengandung makna
untuk membersihkan diri secara lahir maupun bathin
- Padusan mulai ditinggalkan karena sulit menemukan kedung (bagian
sungai yang dalam)
21. Sumber: KR, 19 Juli 2012, Halaman 18
Judul: Padusan, Ajang Bersihkan Diri
- Ribuan pengunjung memadati Objek mata Air Cokro
(OMAC), Tulung Klaten untuk mengikuti tradisi padusan
- Puncak padusan dibuka dengan kirab budaya seperti reog dan
kesenian tradisional lainnya
- Bupati Klaten – Sunarno SE Mhum – padusan sudah menjadi
tradisi masyarakat Klaten
- Padusan – (1) ajang membersihkan diri, (2)sarana silaturahmi
22. - Water Park Galuh Tirtonirmolo Prambanan, Klaten – “Seger
Awake, Seger Atine”
- Boyolali – konsentrasi padusan di objek wisata Umbul Tlatar
dan Umbul Pengging, Umbul Lengse (pemandian milik
pemerintah desa Nepen, Teras)
- Di Umbul Lengse – pemandian biasanya gratis, saat padusan
pengunjung dipungut biaya masuk @Rp 2.000
23.
24. Sumber: KR, 22 Juli 2012, Hal. 11
Judul: Menyambut Bulan Suci (berita foto dalam rubrik Shot)
Setting Lokasi: Kelurahan Umbulharjo, Kelurahan Kepuharjo dan
Kelurahan Glagaharjo, Cangkringan, Sleman
- Melakukan acara buka bersama di Masjid Gede Kauman Yogya
25. Sumber: KR, 22 Juli 2012, Hal. 2
Judul: Buka Bersama di Masjid Syuhada – Kak Bimo: Kejujuran
Ditanamkan Sejak Dini
- Kejujuran dalam anak harus ditanamkan sejak usia dini – (1)
pembentukan karakter anak, (2) mendekatkan mereka
mendalami ilmu agama
- Kejujuran harus dikedepankan – jika ditinggalkan bisa
menimbulkan persoalan dalam masyarakat
- Dapat dilakukan melalui ilmu agama, pendidikan di sekolah
formal, dongeng – ada kecenderungan anak untuk meniru
tokoh yang diidolakan
26. - Tema buka puasa – „Berbagi Ceria di Ufuk Senja‟
- Ketua Panitia Ramadan Masjid Syuhada 1433 H – Fikiri Arief
Husein – melalui kegiatan buka bersama (1) berbagi
kebahagiaan dengan sesama, (2) ukhuwah yang terjalin jadi
semakin erat, (3) anggota masyarakat bisa saling
menguatkan dan mengisi Ramadan dengan kegiatan yang
bermanfaat
27. Sumber: KR, 23 Juli 2012, Hal. 6
Judul Berita Foto: Buka Bersama di Huntara
“Anak-anak korban erupsi Merapi mengikuti buka bersama di
sebuah musala huntara Gondang 2 Wukirsari Cangkringan
Sleman. Mereka menyambut bulan Ramadan dalam kondisi
penuh keprihatinan karena hingga kini masih harus tinggal di
huntara dalam suasana serba terbatas”
28. Sumber: KR, 22 Juli 2012, Hal. 4
Judul: Warga Ikuti Tradisi „Majmuan‟
- Lokasi: Masjid Nurul Huda Dusun Krajan Desa Wadas
kecamatan bener Kabupaten Purworejo
- Tradisi majmuan dilaksanakan – (1) membacakan doa dan
tahlil, (2) menyantap hidangan dalam ambeng yang disediakan
warga
- Berlangsung setiap tahun pada Jumat terakhir menjelang
pelaksanaan puasa Ramadan
29. - Tradisi majmuan – (1) bentuk rasa syukur warga desa atas
rezeki dalam setahun terakhir (berbentuk materi dan datangnya
bulan Ramadan), (2) makanan merupakan sarana sedekah
masyarakat mampu kepada tetangga yang kekurangan, (3)
mendoakan arwah leluhur
- Setiap jemaah masjid membawa makanan untuk diberikan
kepada keluarga mereka di rumah
- Dulu, jemaah mengikuti majmuan hingga selesai, sekarang
setelah berdoa dan menyantap sedikit, mereka sudah pulang
membawa makanan – Lurah Wadas, Fahri Setianto
30. Sumber: KR, 26 Juli 2012, Hal. 15
Judul: Bubur Samin Masjid Darussalam – Ciri Khas Kebersamaan
Warga Banjar
- Lima pria bergantian mengaduk bubur samin di dalam panci besar
berdiameter 1 (satu) meter, tinggi 0.5 (setengah) meter di halaman
Masjid Darussalam, Kampung Jayengan, Serengan, Solo.
- Sejumlah jemaah masjid menuangkan racikan rempah –
rempah, potongan daging sapi, aneka sayuran seperti wrtel dan daun
bawang serta susu
- Setelah matang, jemaah antri dengan membawa piring yang
kemudian diisi dengan bubur dan dua buah kurma untuk menu
berbuka puasa
31. - Tradisi makan bubur samin Banjar telah berjalan puluhan tahun
setiap kali Ramadan.
- Tradisi dibawa oleh sejumlah saudagar intan berlian dari
Banjarmasin Kalimatan yang menetap dan berkeluarga dengan
warga setempat
- Warga di luar Jayengan ikut membawa rantang atau piring ikut
antri
- Puluhan tahun lalu, banyak masyarakat dari Kota Banjar yang
merantau ke Solo menjadikan Masjid Darussalam sebagai
tempat berkumpul – Masjid Darussalam didirikan para perantau
dari Banjar, Kalimantan Selatan
32. - Para perantau membuat menu berbuka seperti layaknya di
tempat asal mereka
- Warga maupun donatur menyumbang tidah harus uang sesuai
kemampuannya – ada yang menyumbang beras, minyak
goreng, gas LPG
- Setelah uang dan barang-barang terkumpul maka dibentuklah
panitia yang mengurusi masak bubur serta pembagiannya
33.
34. Sumber: KR, 23 Juli 2012, Hal. 11
Judul Foto: Pasar Ramadan
“Ramadan memberikan banyak berkah bagi kalangan. Termasuk
menggerakkan ekonomi rakyat, bahkan menjadi agenda
pariwisata tahunan dengan terbentuknya pasar – pasar sore
menjelang berbuka puasa di berbagai wilayah. Seperti yang
terlihat di Pasar Sore Kampoeng Ramadan 1433 H Jogokaryan
Yogyakarta ini”
35. Sumber: KR, 24 juli 2012, Hal. 6
Judul Berita: Pasar Tiban Ramadan – Tradisi Masjib Jatisarono
Peninggalan Kraton
Setting Lokasi: Nanggulan
- Tiap sore di kjiri dan kanan jalan menuju Masjid
Jami, Kauman, Jatisarono, Nanggulan, dipadati pedagang
aneka makanan.
- Sudah berlangsung bertahun-tahun, setiap bulan puasa
- Pedagang dan pembeli tidak hanya muslim, tapi non muslim
juga
36. Sumber: KR, 25 Juli 2012, Hal. 15
Judul Berita: Kampung Ramadan Masjid Mlinjon – Hadirkan
variasi Menu Buka Puasa
Setting Lokasi: Desa Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah,
Klaten.
- 40 stand berjajar di sepanjang Jalan Melati dan Jalan
Bhayangkara
- Kampung Ramadan buka sejak pukul 1400 hingga setelah
Magrib atau sekitar pukul 1830
- Kampung Ramadan telah belangsung sekitar 3 (tiga) tahun
37. - Penjaja stand diprioritaskan jamaah masjid dan warga
sekitar
- Trotoar yang ada di sekitar masjid, rencananya, akan
dijadikan lokaso pemasangan stand
- Seorang pembeli merasa diuntungkan dengan keberadaan
Kampung Ramadan karena dia dan istri sama-sama sibuk
dan sering pulang sore
38. Sumber: KR, 26 Juli 2012, Hal. 8
Berita Foto
“KHAS RAMADAN: Setiap bulan Ramadan bermunculan jenis
makanan dan lauk pauk tradisional yang digelar di berbagai
tempat yang mewarnai bulan Ramadan, Rabu (25/7), salah
satunya pasar tiban Ramadan di Masjid Jogokariyan
Yogyakarta”
39. Sumber: KR, 26 Juli 2012, Hal. 16
Judul: Pasar „ Mremo‟ Lebaran Mulai Ditata
Setting Lokasi: Salatiga
- Kawasan yang digunakan untuk para pedagang mremo (dadakan)
ini di kawasan Jalan Jenderal Sudirman (Jensud) dan Jalan
Taman Makam Pahlawan Kota Salatiga
- Pembicaraan persiapan penyiapan tempat untuk Pasar „Mremo‟
melibatkan paguyuban pedagang pasar, tukang parkir, dan
lingkungan setempat (tokoh di Dukuh Pancuran Salatiga) agat
tidak terjadi gesekan sosial menjelang lebaran
- Pedagang berjualan dari H-7 hingga H+7 – diprioritaskan
pedagang Salatiga
40. Sumber: KR, 26 Juli 2012, Hal. 2
Berita Foto
“REZEKI RAMADAN: Es pisang ijo menjadi salah satu menu
yang ditawarkan untuk berbuka puasa dan banyak dijual sejak
awal Ramadan di Jalan Prof Notonagoro, sebelah timur
kampus UGM. Diantaranya Ny Sri Wahyu Riyanti (52), warga
Sagan GK 5/992, Yogya, yang sehari-hari berjualan pecel lele,
memburu rezeki dengan berjualan makanan sekaligus
minuman tersebut dengan harga Rp. 4.000 dan setiap sore
laku 80 gelas, seperti diambil gambarnya Rabu (25/7) sore.”
41.
42. Sumber: KR, 25 Juli 2012, Hal. 3
Judul Berita: Wanita Bank Beri Bantuan Panti Asuhan
Setting Lokasi: Bantul
- Ikatan Wanita Bank (Iwaba) memberikan bantuan kepada
anak asuh Pondok Yatim Umar bin
Khatab, Senggotan, Srimulyo, Piyungan, Bantul
- Bantuan yang diberikan merupakan hasil dari kumpulan
jemaah pengajian Iwaba.
43.
44. Sumber: KR, 25 Juli 2012, Hal. 16
Judul Berita: TKW-TKI Kendal Mudik – Diperkirakan Bawa Rp
100M
Setting Lokasi: Kendal
- Ribuan TKW dan TKI asal Kendal bakal mudik Lebaran dan
diperkirakan membawa pulang uang sebesar RP 100 miliar.
- Sebagian besar yang pulang dari Hongkong dan Singapura
– dua negara ini paling besar peminatnya karena gajinya
menjanjikan dan keamanan terjamin [Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan Trasmigrasi, Sutiyono]
45. - Uang digunakan untuk membangun rumah, merenocasi
rumah, membel motor dan mobil
- Hanya sebagian kecil yang digunakan untuk usaha produktif
(modal usaha)
- Sutiyono – jika hasil kerja di luar negeri hanya digunakan untuk
konsumtif, maka pengiriman ribuan TKW dan TKI ke luar negeri
dianggap gagal
- Idealnya mereka cukup pergi ke luar negeri maksimal tiga kali
- TKW dan TKI Kendal mampu mengirim uang sebesar Rp 280
miliar pertahun.