Tiga sumber utama ajaran Islam adalah Al Quran, Sunnah Rasulullah, dan Ijtihad. Ijtihad dilakukan untuk menetapkan hukum-hukum yang belum diatur secara eksplisit dalam Al Quran dan Sunnah dengan menggunakan akal sekuat mungkin. Proses ijtihad dilakukan oleh ulama yang memenuhi syarat keahlian tertentu.
2. Berpedoman dari surat an-Nisa’ ayat 59, para ahli
sepakat bahwa sumber ajaran Islam yang utama
ialah :
1. Al Quran, dan
2. Sunnah Rasulullah
Kesepakatan ini diperkokoh dengan hadist Nabi
Muhammad SAW yang menyatakan: “Aku
tinggalkan pada kalian dua pedoman hidup, yang
siapa berpegang kepadanya selamatlah dia.
Pedoman itu ialah Kitabullah dan Sunnahku”
Berpedoman pada Hadits Rasul tentang diutusnya
Muadz bin Jabal ke Yaman, maka para ahli hukum
Islam (Ahli fiqih) bersepakat menambah sumber
ajaran Islam yang ketiga yaitu Ijtihad.
3.
4. Para ahli ilmu-ilmu al Quran pada umumnya berasumsi
bahwa kata Qur’an berasal dari: qara’a - yaqra’u -
qira’atan - wa qur’anan, yang secara harfiah berarti
‘bacaan’.
َو ُهَعْمَج َانْيَلَع َّنِإُهَنآ ْرُقۗاَذِإَفَانْأَرَقُهْعِبَّتاَفُهَنآ ْرُق
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. [QS. Al
Qiyamah (75) 16-18
Al Qur`an secara istilah (terminologi):‘Kalam Allah Swt.
yang (memiliki) mukjizat, diturunkan kepada penutup
para Nabi dan Rasul melalui perantara malaikat Jibril,
yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara
mutawatir, ditulis dalam masahif, membacanya
merupakan ibadah, dimulai dari surat al-Fatihah dan
ditutup dengan surat al-Nash’.
5. Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur selama sekitar 22
tahun, 2 bulan, dan 22 hari, dimana 13 tahun diturunkan di
Makkah sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah
dan 10 tahun diturunkan di Madinah setelah Nabi
hijrahnya.
Menurut Sayid Husein Nasr, Al Quran mempunyai 3 fungsi
penting sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia:
1. Ajaran yang memberi pengetahuan tentang berbagai
hal, baik jagat raya maupun makhluk yang
mendiaminya, termasuk ajaran tentang keyakinan atau
iman, hukum / syariat, dan moral / akhlak.
2. Al Quran berisi sejarah atau kisah-kisah manusia zaman
dahulu termasuk kejadian para Nabi, dan berisi pula
tentang petunjuk hari kemudian / akhirat.
3. Al Quran berisi pula sesuatu yang sulit dijelaskan dengan
bahasa biasa karena mengandung sesuatu yang
berbeda dengan yang kita pelajari secara rasional.
6. Penulisan Al Qur`an telah dimulai pada masa Nabi
Muhammad saw, yang dikerjakan oleh kutabul wahyi (dewan
penulis wahyu) yang beliau bentuk. Setelah beliau wafat,
pendokumentasian Al Qur`an ini dilanjutkan lagi di zaman
Khalifah Abu Bakar (11-13 H atau 632-634 M) dan Khalifah
Usman Bin Affan (23-35 H atau 644-656 M) melalui dewan
penulis wahyu yang dibentuk oleh kedua khalifah tersebut.
Al Qur`an, selain ditulis juga dihapalkan., baik oleh Nabi
sendiri, para sahabat maupun umat Islam pada umumnya.
Dulu setiap Nabi menerima wahyu, beliau langsung
menghapalkannya dan menyuruh para sahabat juga
menghapalkannya dan pada hari-hari tertentu hapalan
para sahabat diuji oleh Nabi, untuk menghindarkan
kemungkinan terjadinya kesalahan, sambil menunjukkan
susunan ayat-ayatnya, bahkan hapalan Nabi sendiri pun
juga dikenakan ujian oleh malaikat Jibril setahun sekali, yaitu
pada bulan Ramadhan.
7.
8. Pengertian Hadits menurut Jumhur Muhadditsin: Hadits
adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw baik berupa perkataan, perbuatan,
pernyataan (taqrir) dan keadaan Nabi Muhammad
yang lainnya.
Dalam setiap hadits/sunnah mengandung 3 unsur:
Rawy adalah orang yang menyampaikan atau
menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah
di dengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya).
Matan adalah pembicaraan (kalam) atau isi materi
berita yang dicover oleh sanad yang terakhir, baik
pembicaraan itu sabda Nabi Muhammad saw,
sahabat ataupun tabi`an.
Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan
antara rawy mengenai matnul Hadits kepada Nabi
Muhammad saw
9. Berfungsi menetapkan dan memperkuat hukum-hukum
yang telah ditentukan oleh Al Qur`an.
Memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat Al
Qur`an yang masih mujmal (global), memberikan taqyid
(persyaratan) ayat-ayat Al Qur`an yang masih mutlak
dan memberikan tahshis (penentuan khusus) ayat-ayat
Al Qur`an yang masih umum, misalnya perintah
mengerjakan sembahyang, membayar zakat dan
menunaikan haji.
Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak
didapati dalam Al Qur`an. Di dalam hal ini hukum-
hukum atau aturan-aturan itu hanya berasaskan Hadits
semata-mata.
10. Di masa Rasulullah saw, Hadits-Hadits tidak ditulis, hal ini karena:
Dikhawatirkan penulisan Hadits-Hadits akan bercampur aduk
dengan penulisan ayat-ayat Al Qur`an yang memang masih
dalam proses.
Mengumpulkan sabda-sabda Nabi, tingkah laku dan segala hal
ihwal tentang beliau, bukanlah pekerjaan yang mudah. Orang
yang melaksanakan tugas ini haruslah menyertai Nabi
dimanapun beliau berada.
Jumlah orang Arab ketika itu yang dapat menulis dan
membaca tidak banyak. Kalaupun ada, pada umumnya sudah
dikerahkan untuk menulis Al Qur`an.
Bangsa Arab ketika itu, pada umumnya buta huruf (ummi),
sangat kuat dan terlatih daya ingatan dan hapalannya,
sehingga penulisan Hadits kurang dirasakan sebagai keperluan
yang mendesak.
Penulisan/pembukuan Hadits-Hadits baru terjadi mulai awal abad
kedua Hijriyah, yaitu masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, khalifah ke
delapan dari dinasti Mu’awiyah, berkuasa tahun 99-101 H / 717-
721 M.
11.
12. Ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan utk
mendapatkan sesuatu. Yaitu penggunaan akal sekuat
mungkin utk menemukan sesuatu keputusan hukum
tertentu yg tdk ditetapkan scr eksplisit dalam Al Quran
dan Sunnah.
Akal adl kunci utk memahami ajaran dan hukum Islam.
Artinya tidak ada agama bg orang yg tidak berakal.
Mahmud Syaltut berpendapat, bahwa ijtihad yang
biasa disebut ar Ra’yu mencakup 2 pengertian :
1. Penggunaan pikiran untuk menentukan hukum yang
tidak ditentukan secara eksplisit oleh Quran dan
Sunnah
2. Penggunaan fikiran dalam mengartikan, menafsirkan
dan mengambil kesimpulan dari suatu ayat atau
hadits.
13. Pada dasarnya keputusan ijtihad tidak dapat bersifat
mutlak absolut.
Keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad hanya berlaku
dan mengikat bagi orang yang melakukan ijtihad
tetapi tidak berlaku bagi orang lain. (menyangkut
tempat dan waktu). Ijtihad dapat berlaku bagi orang
lain apabila orang lain tersebut menerima hasil ijtihad.
Ijtihad tidak berlaku dalam urusan ibadah mahdhah
Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al
Quran dan Sunnah
Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan
faktor-faktor motivasi, akibat, kemaslahatan umum dan
kemanfaatan bersama.
Hasil ijtihad seseorang tidak bisa menggugurkan hasil
ijtihad orang lain selama tidak bertentangan dengan
Quran dan Hadits/Sunnah Rasul
14. Qiyas (reasoning by analogy) yaitu menetapkan sesuatu
hukum terhadap sesuatu hal yang tidak diterangkan oleh
Quran dan Sunnah, dengan menganalogikan ciri-ciri khusus
yang ada pada masalah tersebut kepada hukum sesuatu
yang sudah diterangkan hukumnya oleh Quran dan Sunnah,
karena ada sebab yg sama.
Ijma’/konsensus bersama/ijtihad kolektif yaitu persepakatan
ulama-ulama Islam dalam menentukan sesuatu masalah
ijtihadiyah.
Istihsan yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu
persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum ajaran
Islam seperti keadilan, kasih sayang dan lain-lain
Mashalihul mursalah (utility), yaitu menetapkan hukum
terhadap suatu masalah ijtihadiyah atas pertimbangan
kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan
syariat. Perbedaan dengan istihsan terletak pada adanya
dalil dari Al quran atau sunnah yang bersifat umum.
15. Tidak semua orang dapat berijtihad. Yang dapat
menjadi mujtahid (orang yang berijtihad) adalah:
1. Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami
Al Quran, Hadits dan kitab-kitab berbahasa Arab
2. Mengetahui isi dan sistem hukum Al Quran dan
ilmu-ilmu untuk memahami al Quran
3. Mengetahui hadis-hadis hukum dan ilmu-ilmu
hadits
4. Menguasai kaidah-kaidah ushul fikih dan fikih
5. Mengetahui tujuan hukum Islam
6. Adil, Jujur dan ikhlas