SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  14
Kaidah Cabang Al-umuru bi Maqosidiha dan Penerapannya
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada
Mata kuliah : “Qawa’id Fiqiyah”
Dosen Pengampu :
Nilna Fauza, M.HI
Disusun Oleh : Kelompok 2 (kelas J)
Hafidhotut Tarbiyyah 932103013
Fajriatus Tsuroiyya 932103713
Nurul Choiriyah 932103913
Dody Utomo 932113114
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaidah Al-Umuru Bi Maqasidiha merupakan salah satu daripada
kaedah yang digunakan oleh para Fukaha’ dalam dalam Qawa’id Fiqhiyyah.
Jadi kaidah ini bolehlah ditafsirkan dari dua sudut yaitu dari segi bahasa dan
istilah. Pengertian kaedah dari segi bahasa boleh membawa maksud asas
manakala menurut istilah pula bermaksud perkara yang dipraktikkan
daripada masalah atau perkara pokok kemudian dipraktikkan terhadap
perkara-perkara furu’ atau pecahan.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang kaidah fiqih
yang pertama, yaitu ‫االمور‬‫بمقاصدها‬ (al-Umuru bi Maqasidiha). Kaidah ini
membahas tentang kedudukan niat yang sangat penting dalam menentukan
kualitas ataupun makna perbuatan seseorang, apakah seseorang melakukan
perbuatan itu dengan niat ibadah kepada Allah dengan melakukan perintah
dan menjauhi laranganNya. Ataukah dia tidak niat karena Allah, tetapi agar
disanjung orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna al-Umuru bi maqasidiha ?
2. Apa dalil al-Umuru bi maqasidiha ?
3. Apa cabang-cabang dari al-umuru bi maqosidiha dan bagaimana
penerapannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna kaidah ‫مبقاصدها‬ ‫االمور‬
Maksud kata umuur. Kaidah pertama ini al-umuru bi maqashidiha
terbentuk dari dua unsur yakni lafadz al-umuru dan al- maqashid terbentuk
dari lafadz al-amru dan al-maqshod. Secara etimologi lafadz al-umuru
merupakan bentuk dari lafadz al-amru yang berarti keadaan, kebutuhan,
peristiwa dan perbuatan. jadi, dalam bab ini lafadz al-umuru bi maqashidiha
diartikan sebagai perbuatan dari salah satu anggota. Sedangkan menurut
terminologi berarti perbutan dan tindakan mukallaf baik ucapan atau
tingkah laku, yang dikenai hukum syara’ sesuai dengan maksud dari
pekerjaan yang dilakukan.
Sedangkan maqashid secara bahasa adalah jamak dari maqshad, dan
maqsad mashdar mimi dari fi’il qashada, dapat dikatakan: qashada-
yaqshidu-qashdan-wamaksadan, al qashdu dan al maqshadu artinya sama,
beberapa arti alqashdu adalah ali’timad berpegang teguh, al amma,
condong, mendatangi sesuatu dan menuju.
Makna Niat, Kata niat (‫ّة‬‫ي‬‫)الن‬ dengan tasydid pada huruf ya adalah
bentuk mashdar dari kata kerja nawaa-yanwii. Inilah yang masyhur di
kalangan ahli bahasa. Ada pula yang membaca niat dengan ringan, tanpa
tasydid menjadi (niyah). Dapat diambil benang merah bahwa makna niat
tidak keluar dari makna literar linguistiknya, yaitu maksud atau
kesengajaan.Sementara Ibnu Abidin menyatakan niat secara bahasa berarti,
kemantapan hati terhadap sesuatu, sedangkan menurut istilah berarti
mengorientasikan ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah dalam
mewujudkan tindakan.
Kaidah pertama ini (al-umuru bi maqasidiha) menegaskan bahwa
semua urusan sesuai dengan maksud pelakunya kaidah itu berbunyi: ‫األمور‬
‫بمقـاصدها‬ (“segala perkara tergantung kepada niatnya”). Niat sangat
penting dalam menentukan kualitas ataupun makna perbuatan seseorang,
apakah seseorang melakukan perbuatan itu dengan niat ibadah kepada Allah
dengan melakukan perintah dan menjauhi laranganNya. Atau dia tidak niat
karena Allah, tetapi agar disanjung orang lain.1
Pengertian kaidah ini bahwa hukum yang berimplikasi terhadap
suatu perkara yang timbul dari perbuatan atau perkataan subjek hukum
(mukallaf) tergantung pada maksud dan tujuan dari perkara tersebut. Kaidah
ini berkaitan dengan setiap perbuatan atau perkara-perkara hukum yang
dilarang dalam syari’at Islam. sebagai tambahan penjelasan perlu kami
tegaskan, bahwa apabila tindakan seseorang meninggalkan hal-hal yang
terlarang dilakukannya dengan segala ketundukan karena ada larangan yang
berlaku dalam ketetapan syara’ maka tindakan tersebut memperoleh pahala.
Namun apabila tindakan tersebut berkaitan dengan tabiat atau perasaan jijik
terhdap sesuatu yang ditinggalkan tersebut tanpa memperhatikan status
pelarangannya, maka ia dinilai sebagai perkara biasa dan tabiat manusiawi
yang tak beroleh pahala.
Sebagai contoh, memakan bangkai tanpa adanya rukhshah
(dispensasi hukum) status hukumnya adalah haram. Dalam hal ini, terdapat
nash syara’ yang dengan tegas mengharamkan konsumsi bangkai dan
melarang tindakan tersebut. Sehingga apabila melanggar akan memperoleh
hukuman dunia dan akhirat. Nash tersebut adalah firman Allah SWT :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi…” dan
seterusnya. Apabila seorang mencegah diri untuk tidak melakukan tindakan
tersebut (konsumsi bangkai) dengan harapan bahwa ia berpegang teguh
pada nash dan menerapkan ketentuan yang berlaku di dalamnya maka
tindakan ini memperoleh ganjaran dari Allah SWT dan pelaku mendapatkan
1 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Gazali, Ihya Ulumi ad-Diin, (Jakarta: Hidayah,
1996), Jilid 4,351
pahala kebaikan yangditambahkan pada daftar pahala-pahala kebaikannya
disisiNya. Berbeda halnya apabila seseorang tidak memakan bangkai
karena faktor psikologis didalam diri merasa jijik atau tidak suka terhadap
bangkai, tanpa memandang nash yang mengharamkannya atau dengan
bahasa lain seseorang pasti akan memakannya seandainya tidak merasa jijik
maka tindakan tersebut tidak berpahala sama sekali.2
B. Dalil ‫مبقاصدها‬ ‫االمور‬
Ayat al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang kaidah, berikut
ini :
1. Q.S Al Bayyinah ayat: 5
‫ا‬ُ ‫ن‬ْ‫ك‬ِ‫ا‬َ‫ك‬‫از‬ َ‫ا‬َ‫واو‬‫ك‬َّ‫ز‬ ‫ا‬‫ااو‬‫ت‬‫ن‬‫ؤ‬َْ‫ا‬َ‫لاو‬‫ك‬‫ص‬‫ز‬ ‫ا‬‫او‬‫م‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ق‬َْ‫ا‬‫آء‬‫ف‬‫ن‬‫اح‬‫ال‬
‫ا‬ُ ْ‫ك‬‫زد‬ ‫ا‬‫ه‬‫از‬ ‫ن‬‫ْي‬‫ك‬‫ص‬‫ك‬‫ل‬‫ن‬‫اُم‬‫اهللا‬َ‫د‬‫ب‬‫ن‬‫ع‬‫ي‬‫ك‬‫از‬‫ك‬‫ال‬ ‫َآا‬‫ر‬‫ك‬‫م‬‫آا‬‫م‬َ
‫ا‬‫ك‬‫ة‬‫م‬‫ك‬‫ي‬‫ق‬‫ن‬‫ز‬
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat
dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Ayat ini menegaskan bahwa manusia diperintahkan untuk
melakukan ketaatan kepada Allah dengan ikhlas.
2. Q.S Ali Imron ayat: 145
‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ؤ‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ َ‫اب‬َ‫و‬َ‫ث‬ ْ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬‫قلى‬ ً‫ل‬َّ‫ج‬َ‫ؤ‬ُ‫م‬ ‫ًا‬‫ب‬‫َا‬‫ت‬ِ‫ك‬ ِ‫هللا‬ ِ‫ن‬ْ‫ذ‬ِ‫ا‬ِ‫ب‬ َّ‫ال‬ِ‫ا‬ َ‫ت‬ ْ‫و‬ُ‫م‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ا‬ ٍ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ل‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬
َ‫ن‬‫ي‬ ِ‫ر‬ِ‫ك‬‫ا‬َّ‫ش‬‫ال‬ ‫ى‬ ِ‫ز‬ْ‫ج‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫قلى‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ؤ‬ُ‫ن‬ ِ‫ة‬َ‫ر‬ ِ‫االخ‬ َ‫اب‬َ‫و‬َ‫ث‬ ْ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ج‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬
Artinya:barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala
2 Nasher Farid M Wasil. Al-Qowa’id Fiqhiyyah .(Jakarta: Amzah , 2009)hlm 6-7
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan
memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
3. Dalam sejumlah hadis juga di jelaskan tentang penting peran
maksud dan tujuan seseorang dalam melakukan suatu perbuatan
seperti berikut:
‫اصلىا‬‫ك‬‫اهللا‬‫ل‬‫ن‬‫او‬‫س‬‫ار‬‫ت‬‫ن‬‫ع‬‫ك‬‫ا:اَس‬‫ال‬‫اق‬‫ه‬‫ن‬‫ن‬‫اع‬‫اهللا‬‫ي‬‫ك‬‫ض‬‫ار‬ ‫ك‬‫اب‬‫ك‬‫ط‬‫ن‬‫ْل‬‫ا‬‫ك‬ُ ‫ن‬‫اب‬‫ر‬‫م‬‫اع‬ ٍ‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫اح‬‫ن‬ ‫ك‬‫ِب‬‫اأ‬ ‫ن‬‫ْي‬‫ك‬‫ن‬‫ك‬‫م‬‫ن‬‫ؤ‬‫م‬‫ن‬‫ز‬ ‫ا‬‫ك‬‫ن‬‫ْي‬‫ك‬‫م‬‫اأ‬‫ن‬ُ ‫ع‬
‫ا‬َ‫ا‬ ‫ك‬‫ات‬‫ك‬‫ي‬‫ك‬‫ازن‬‫ك‬‫ب‬‫ا‬‫ال‬‫م‬‫ن‬‫ع‬‫أل‬‫ن‬‫اا‬‫ك‬‫َّن‬‫ك‬‫إ‬‫ا:ا‬‫ل‬‫ن‬‫او‬‫ق‬ْ‫هللااعليهاَسلما‬‫ا‬‫ان‬‫او‬‫ن‬ُ ‫م‬‫ىا.اف‬‫او‬‫اان‬‫ام‬ٍ‫ئ‬‫ك‬‫ر‬‫ن‬‫م‬‫ا‬ ‫ك‬‫ل‬‫ك‬‫ك‬‫ااز‬‫ك‬‫َّن‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫ه‬‫ت‬‫ر‬‫ن‬ْ‫ك‬ِ‫ا‬ ‫ن‬‫ت‬
‫ا‬ٍَ‫أ‬‫ر‬‫ن‬‫م‬‫ا‬‫ن‬َ‫ااأ‬‫ه‬‫ب‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬ْ‫اا‬‫ي‬‫ن‬‫ن‬‫د‬‫ك‬‫از‬‫ه‬‫ت‬‫ر‬‫ن‬ْ‫ك‬ِ‫ا‬‫ن‬‫ت‬‫ان‬‫او‬‫ن‬ُ ‫م‬َ‫،ا‬‫ك‬‫ه‬‫ك‬‫ز‬‫ن‬‫او‬‫س‬‫ر‬َ‫ا‬‫ك‬‫اهللا‬‫َل‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫ه‬‫ت‬‫ر‬‫ن‬ْ‫ك‬‫ه‬‫اف‬‫ك‬‫ه‬‫ك‬‫ز‬‫ن‬‫او‬‫س‬‫ر‬َ‫ا‬‫ك‬‫اهللا‬‫َل‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫اا‬‫ه‬‫ح‬‫ك‬‫ك‬‫ن‬‫ن‬ْ
‫ا‬‫ك‬‫ه‬‫ن‬‫ي‬‫ز‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫ر‬‫اج‬ِ‫اا‬‫ام‬‫َل‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫ه‬‫ت‬‫ر‬‫ن‬ْ‫ك‬‫ه‬‫)ف‬ . ‫هاإماماا‬َ‫ر‬‫ِيما‬‫حملدثْياأباواعبداهللااحممداب ُاإَساعيلاب ُاإبر‬
‫زنيساباوريا‬ ‫زقشْييا‬ ‫حلْاجاب ُامسلما‬‫حلسْيامسلماب ُا‬‫باوا‬َ‫زبخاريا‬ ‫بةا‬‫ز‬ِ‫ملغْيَاب ُابر‬‫ب ُا‬
‫ملصنفة‬‫زكتبا‬ ‫زلذْ ُامهااأصحا‬ ‫يفاصحيحيهماا‬
Artinya: Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob
radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda :
Sesungguhnya setiap perbuatan itu (tergantung)
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya
karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang
hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita
yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana)
yang dia niatkan.3
(Hadist Riwayat dua imam hadist, Abu Abdullah Muhammad bin
Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al
Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan
3 Ma’shumZainy Al-Hasimy, Qowaidh Fiqhiyyah Al-Faroidul Bahiyyah ( Jombang : Darul
Hikmah , 2010)hlm 26
kedua kita Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang
pernah dikarang).
‫الع‬‫ملامل ُاالانيةازه‬
Artinya: “Tidak ada (pahala) bagi perbuatan yang tidak disertai
niat”. (HR. Anas Ibn Malik ra.)
‫زناساعلىانياته‬ ‫إَّناابعثا‬
Artinya: “Sesungguhnya manusia itu dibangkitkan menurut
niatnya.” (HR.Ibn Majah dan Abu Hurairah ra.)
Dari kaidah ini kemudian dikembangkan kaidah fikih lain seperti
“al-ibrah fi al ‘uqud bi al-maqashid wa an-niyyat”(yang menjadi patokan
dalam transaksi adalah tujuan niat).
‫زعلياافهاواىفاسبيلاهللااعََّجل‬ ‫م ُاقتلازتكاوناولمةاهللااِيا‬
Artinya: "Barangsiapa berperang dengan maksud meninggikan
kalimah Allah, maka dia ada di jalan Allah" (HR. Bukhari dari Abu
Musa).
‫زليلافغلبتهاعيناهاحىتاأصبحاوتبازهاماناوى‬ ‫شهاَِاواْناوياأناْقاوماْصليام ُا‬‫م ُاأتىافر‬
Artinya: "Barangsiapa yang tidur dan ia berniat akan shalat malam,
kemudian dia ketiduran sampai subuh, maka ditulis baginya pahala
sesuai dengan niatnya" (HR. al-Nasâi dari Abu Zâr).4
4 Ibid, hlm 26-27
C. Kaidah Cabang ‫مبقاصدها‬ ‫االمور‬ dan Penerapannya
Adapun kaidah cabangnya sebagai berikut:
ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ﱢ‬‫ن‬‫ِال‬‫ﺒ‬ َّ‫ال‬ِ‫ﺇ‬ َ‫ﺐ‬‫َا‬‫و‬َ‫ﺜ‬ َ‫ال‬
“Tidaklah ada pahala kecuali dengan niat”.
Kaidah ini, memberikan kepada kita pedoman untuk membedakan
perbuatan yang bernilai ibadah dengan yang bukan bernilai ibadah, baik itu
ibadah yang mahdah (jika dilakukan tanpa niat,ibadah tersebut tidak sah
karena niat merupakan rukun) maupun ibadah yang ‘ammah (jika dilakukan
tanpa menyertakan niat beribadah maka perbuatan keduniaan semata tidak
mendatangkan pahala).5
ِ‫ه‬ِ‫ل‬َ‫م‬َ‫ﻋ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ٌ ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬‫ال‬ ُ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬
“Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya”.
Misalkan, apabila ada seseorang yang mengalami musibah
kecelakaan dan kita pada saat berkata pada semua orang akan membantu
orang tersebut untuk dibawa ke RS dan menanggung semua biaya RS
tersebut. Namun kenyataannya setelah keluarga orang itu datang, kita
langsung memberikan kuitansi pembayaran kepada keluarga orang itu, agar
mengganti biaya tersebut. Oleh karena itu apa yang diucapkan kita itu tidak
sama dengan yang kita lakukan. Maka dalam hal ini kita membantu dan
menolong orang tersebut bukanlah benar-benar ingin membantu, tetapi
hanya ingin membangun citra “baik” di mata orang, agar mendapat
sanjungan dari orang lain.
ُ‫ر‬َ‫ﺒ‬َ‫ت‬ْ‫ﻌ‬ُ‫م‬‫َال‬‫ف‬ ُ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬‫َال‬‫و‬ ُ‫ن‬‫َا‬‫س‬ِ‫ل‬‫ال‬ َ‫ﻑ‬َ‫ل‬َ‫ت‬ْ‫ﺨ‬‫َوا‬‫ل‬ِ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬‫ال‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ‫َا‬‫م‬
5 Suyatno.Dasar-dasar Ilmu Fiqih & Ushul Fiqih.(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2011)hlm234
“Apabila berbeda antara yang diucapkan dengan yang di hati, yang
dijadikan pegangan adalah yang didalam hati”
Sebagai contoh, apabila hati niat wudhu, sedang yang diucapkan
adalah mendinginkan anggota badan, maka wudûnya tetap sah.
ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫ﻌ‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ ‫َا‬‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫م‬ُ‫ج‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﺯ‬ْ‫ل‬َ‫ت‬ ‫َا‬‫م‬َّ‫ن‬ِ‫ﺇ‬ ٍ‫ﺀ‬ْ‫ﺯ‬ُ‫ج‬ َّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫د‬‫ِا‬‫ﻌ‬‫ُال‬‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﺯ‬ْ‫ل‬َ‫ي‬ َ‫ال‬
“Tidak wajib niat ibadah dalam setiap bagian, tetapi niat wajib dalam
keseluruhan yang dikerjakan”.
Contohnya, yaitu sebagai berikut, ketika kita berniat untuk
melakukan shalat, maka niat cukup satu kali, dan tidak perlu mengucapkan
niat pada tiap kali gerakan shalat.6
‫ْن‬‫ي‬َ‫ﻀ‬ ‫ﱢ‬‫ر‬َ‫ف‬ُ‫م‬ ُّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬‫َة‬‫ر‬ْ‫م‬ُ‫ﻌ‬‫َال‬‫و‬ ّ‫ﺞ‬َ‫ﺤ‬‫ال‬ ُّ‫ال‬ِ‫ﺇ‬ٌ ‫ِد‬‫ﺤ‬‫َا‬‫و‬ٌ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ ‫َا‬‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ﺯ‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ َ‫ل‬َ‫ف‬
“Setiap dua kewajiban tidak boleh dengan satu niat, kecuali ibadah haji
dan umrah”.
Berdasarkan kaidah di atas, dapat diambil contoh sebagai berikut,
yaitu seseorang berniat melakukan mandi wajib kemudian orang tersebut
ingin berwudhu dengan menggunakan niat yang pertama yaitu niat mandi
wajib, maka hal itu tidak diperbolehkan sebab dalam dua kewajiban tidak
boleh dengan satu niat saja.
َ‫ج‬ُ‫م‬ِ‫ﺒ‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫ﺃ‬ ْ‫ن‬َ‫ﻋ‬ ُ‫ﻞ‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫ﻞ‬ْ‫ص‬‫ﺃ‬ ُ‫ه‬‫ل‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ﻜ‬ ‫َا‬‫م‬ ُّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ﱢ‬‫ن‬‫ال‬ ِ‫د‬َّ‫ر‬
“Setiap perbuatan asal/pokok, maka tidak bisa berpindah dari yang asal
karena semata-mata niat”
Seseorang niat shalat zuhur, kemudian setelah satu raka'at, dia
berpindah kepada shalat tahiyyat al-masjid, maka batal shalat zuhurnya.
Contoh lain misalnya jika kita berniat membayar hutang puasa ramadhan,
tetapi belum selesai kita melakukan puasa tersebut, misalnya pada siang
hari, tiba-tiba kemudian kita berubah niat untuk tidak jadi membayar hutang
6 A.Djazuli.Kaidah-kaidah fikih.(Jakarta:Kencana,2007,Ed.1.Cet.ke-2)hlm 38-42
puasa dan ingin hanya melaksanakan puasa sunnah senin kamis, maka hal
itu tidak diperbolehkan dan puasa tersebut batal untuk dilaksanakan.
ُ‫د‬ِ‫ص‬‫َا‬‫ق‬َ‫م‬‫ا‬ِ‫للفظ‬‫ِﻇ‬‫ف‬َ‫ل‬‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ﻋ‬
“Maksud lafadz itu tergantung pada niat orang yang mengatakannya”.
Dari redaksi kaidah ini, memberikan pengertian bahwa ucapan
seseorang itu dianggap sah atau tidak, tergantung dari maksud orang itu
sendiri, yaitu apa maksud dari perkataannya tersebut.
Contohnya seperti jika kita memanggil seseorang dan kita
memanggil orang tersebut dengan sebutan yang bukan nama orang itu
sendiri, dan kita memanggilnya dengan sebutan yang tidak baik, seperti
memperolok orang tersebut dengan kata-kata yang tidak baik, maka dari
ucapan tersebut, apakah dianggap baik atau tidak tergantung maksud orang
yang mengucapkannya. Apakah hal itu dilakukan dengan sengaja ataukah
hanya sekedar bercanda.
Dalam hal lain misalnya,maksud kata-kata seperti talak, hibah,
naźar, shalat, sedekah, dan seterusnya harus dikembalikan kepada niat orang
yang mengucapkan kata tersebut, apa yang dimaksud olehnya, apakah
maksudnya itu zakat, atau sedekah,apakah shalat itu maksudnya shalat
fardhu atau shalat sunnah.
ِ‫د‬ِ‫ص‬‫َا‬‫ق‬َ‫م‬‫َال‬‫و‬ ِ‫ﻇ‬‫َا‬‫ف‬‫َل‬‫أل‬‫ا‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ﻋ‬ٌ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ﺒ‬َ‫م‬ ُ‫ن‬‫َا‬‫م‬ْ‫ي‬َ‫أل‬‫ا‬
“Sumpah itu harus berdasarkan kata-kata dan maksud”.
Khusus untuk sumpah ada kata-kata yang khusus yang digunakan,
yaitu “wallahi” atau “demi Allah saya bersumpah” bahwa saya... dan
seterusnya. Selain itu harus diperhatikan pula apa maksud dengan
sumpahnya itu. Selain itu harus diperhatikan pula apa maksud dengan
sumpahnya. Dalam hukum Islam, antara niat, cara, dan tujuan harus ada
dalam garis lurus, artinya niatnya harus ikhlas, caranya harus benar dan
baik, dan tujuannya harus mulia untuk mencapai keridhaan Allah SWT.
Contohnya seperti apabila seseorang itu berkata bahwa, demi Allah
saya akan memberikan sedikit rezeki kepada orang yang tidak mampu,
apabila nanti saya mendapat rezeki lebih. Dan sumpahnya itu disaksikan
oleh orang lain, maka yang dimaksud orang tersebut ialah dia bersumpah
untuk dirinya sendiri agar berbagi kepada orang yang tidak mampu, apabila
ia mendapatkan rezeki lebih dari biasanya.
‫ﻲ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ﺒ‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ظ‬ ‫ا‬َ‫ف‬ْ‫ل‬ ِ‫أل‬َ‫ل‬ ‫ﻲ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ﻌ‬َ‫م‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫د‬ ِ‫ص‬ ‫ا‬َ‫ق‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ِ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ُ‫ﻌ‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ﻲ‬ِ‫ف‬ ُ‫ة‬ َ‫ر‬ْ‫ﺒ‬ِ‫ﻌ‬ْ‫ل‬َ‫ا‬
“Pengertian yang diambil dari suatu tujuannya bukan semata-mata kata-
kata dan ungkapannya”.
Sebagai contoh, apabila seseorang berkata: "Saya hibahkan barang
ini untukmu selamanya, tapi saya minta uang satu juta rupiah", meskipun
katanya adalah hibah, tapi dengan permintaan uang, maka akad tersebut
bukan hibah, tetapi merupakan akad jual beli dengan segala akibatnya.7
ٌ‫ﻞ‬ ِ‫ْط‬‫ﺒ‬ُ‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ا‬‫َط‬‫ﺨ‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫ف‬ ُ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ي‬ْ‫ﻌ‬َّ‫ت‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ط‬َ‫َر‬‫ت‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ َ‫ا‬‫م‬
(sesuatu yang disyaratkan {diharuskan} untuk ditentukan, kesalahan pada
penentuan menjadikan sesuatu itu batal).
Misalnya, orang yang melaksanakan sholat dhuhur, tetapi ia keliru
niat sholat ashar maka sholatnya tidak sah. Sehingga dalam kasus ini
menentukan bahwa sholat dhuhur adalah keharusan bagi sahnya ibadah
tersebut.
‫ا‬‫ك‬‫ي‬‫ن‬‫ع‬‫ات‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫ا‬‫ال‬َ‫ا‬ً‫ة‬‫ل‬‫ن‬‫اُج‬‫ه‬‫از‬‫ض‬ُّ‫ر‬‫كع‬‫زت‬ ‫ا‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫اا‬‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ك‬‫ي‬‫ع‬ ‫ك‬‫اأ‬ً‫ال‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫ات‬‫ه‬‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬َ ‫ط‬‫ن‬‫ْخ‬‫ا‬‫ر‬‫ض‬
(Sesuatu yang di syaratkan menyebutkannya secara garis besar, jika di
dalam pelaksanaannya ditentukansecara rinci, jikasalah dalam penentuan
berakibat fatal).
7 Firdaus.Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah.(Padang:IAINPress,2010)hlm53-58
Misalnya, orang yang niat melaksanakan sholat jenazah laki-laki,
tetapi ternyata jenazahnya perempuan, maka sholatnya tidak sah. Dalam hal
ini menentukan jika sholat jenazah sangat dipersyaratkan secara rinci.
‫ا‬َ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ك‬‫ي‬‫اع‬ ‫ك‬‫اأ‬ً‫ال‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫ات‬‫ال‬َ‫ا‬‫ة‬‫ل‬‫ن‬‫اُج‬‫ه‬‫از‬‫ض‬ُّ‫ر‬‫كع‬‫زت‬ ‫ا‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫ا‬‫ااال‬‫م‬‫ا‬‫ك‬‫ر‬‫ض‬ْ‫ا‬‫ن‬‫ َاَل‬‫ط‬‫ن‬‫ْخ‬
(Sesuatu yang tidak di syaratkan untuk menyebutkannya, baik secara garis
besar, maupunsecara detail, jikadisebutkandan ternyata salah, makatidak
membawa kerusakan).
Misalnya orang yang niat sholat ashar di Mesir, ternyata ia berada di
Irak, shalatnya tetap sah. Dalam hal ini menentukan tempat sholat tidak
dipersyaratkan sama sekali, baik secara garis besar maupun detail.8
8 Suwarjin. Ushul Fiqh .(Yogyakarta: Teras, 2012)hlm 215-216
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian kaidah ‫الماورامبقاصدِا‬ bahwa hukum yang berimplikasi
terhadap suatu perkara yang timbul dari perbuatan atau perkataan subjek
hukum (mukallaf) tergantung pada maksud dan tujuan dari perkara tersebut.
Kaidah ini berkaitan dengan setiap perbuatan atau perkara-perkara hukum
yang dilarang dalam syari’at Islam.
Ada 12 kaidah cabang Al-Umuru bi Maqasidiha diantaranya sebagai
berikut :
ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ﱢ‬‫ن‬‫ِال‬‫ﺒ‬ َّ‫ال‬ِ‫ﺇ‬ َ‫ﺐ‬‫َا‬‫و‬َ‫ﺜ‬ َ‫ال‬
ِ‫ه‬ِ‫ل‬َ‫م‬َ‫ﻋ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ٌ ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬‫ال‬ ُ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬
ُ‫ر‬َ‫ﺒ‬َ‫ت‬ْ‫ﻌ‬ُ‫م‬‫َال‬‫ف‬ ُ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬‫َال‬‫و‬ ُ‫ن‬‫َا‬‫س‬ِ‫ل‬‫ال‬ َ‫ﻑ‬َ‫ل‬َ‫ت‬ْ‫ﺨ‬‫َوا‬‫ل‬ِ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬‫ال‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ‫َا‬‫م‬
ُ‫ﻡ‬َ‫ﺯ‬ْ‫ل‬َ‫ت‬ ‫َا‬‫م‬َّ‫ن‬ِ‫ﺇ‬ ٍ‫ﺀ‬ْ‫ﺯ‬ُ‫ج‬ َّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫د‬‫ِا‬‫ﻌ‬‫ُال‬‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﺯ‬ْ‫ل‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫ﻌ‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ ‫َا‬‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫م‬ُ‫ج‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬
‫َة‬‫ر‬ْ‫م‬ُ‫ﻌ‬‫َال‬‫و‬ ّ‫ﺞ‬َ‫ﺤ‬‫ال‬ ُّ‫ال‬ِ‫ﺇ‬ٌ ‫ِد‬‫ﺤ‬‫َا‬‫و‬ٌ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ ‫َا‬‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ﺯ‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ْن‬‫ي‬َ‫ﻀ‬ ‫ﱢ‬‫ر‬َ‫ف‬ُ‫م‬ ُّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬
ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ﱢ‬‫ن‬‫ال‬ ِ‫د‬َّ‫ر‬َ‫ج‬ُ‫م‬ِ‫ﺒ‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫ﺃ‬ ْ‫ن‬َ‫ﻋ‬ ُ‫ﻞ‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫ﻞ‬ْ‫ص‬‫ﺃ‬ ُ‫ه‬‫ل‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ﻜ‬ ‫َا‬‫م‬ ُّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬
ُ‫د‬ِ‫ص‬‫َا‬‫ق‬َ‫م‬‫ا‬ِ‫للفظ‬‫ِﻇ‬‫ف‬َ‫ل‬‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ﻋ‬
‫َى‬‫ل‬َ‫ﻋ‬ٌ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ﺒ‬َ‫م‬ ُ‫ن‬‫َا‬‫م‬ْ‫ي‬َ‫أل‬‫ا‬ِ‫د‬ِ‫ص‬‫َا‬‫ق‬َ‫م‬‫َال‬‫و‬ ِ‫ﻇ‬‫َا‬‫ف‬‫َل‬‫أل‬‫ا‬
‫ﻲ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ﺒ‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ظ‬ ‫ا‬َ‫ف‬ْ‫ل‬ ِ‫أل‬َ‫ل‬ ‫ﻲ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ﻌ‬َ‫م‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫د‬ ِ‫ص‬ ‫ا‬َ‫ق‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ِ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ُ‫ﻌ‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ﻲ‬ِ‫ف‬ ُ‫ة‬ َ‫ر‬ْ‫ﺒ‬ِ‫ﻌ‬ْ‫ل‬َ‫ا‬
ٌ‫ﻞ‬ ِ‫ْط‬‫ﺒ‬ُ‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ا‬‫َط‬‫ﺨ‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫ف‬ ُ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ي‬ْ‫ﻌ‬َّ‫ت‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ط‬َ‫َر‬‫ت‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ َ‫ا‬‫م‬
‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ي‬‫ن‬‫ع‬‫ات‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫ا‬‫ال‬َ‫ا‬ً‫ة‬‫ل‬‫ن‬‫اُج‬‫ه‬‫از‬‫ض‬ُّ‫ر‬‫كع‬‫زت‬ ‫ا‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫اا‬‫م‬‫ا‬َ ‫ط‬‫ن‬‫ْخ‬‫أ‬َ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ك‬‫ي‬‫ع‬ ‫ك‬‫اأ‬ً‫ال‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫ت‬‫ا‬‫ض‬‫ا‬‫ر‬
‫ا‬ ‫ك‬‫اأ‬ً‫ال‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫ات‬‫ال‬َ‫ا‬‫ة‬‫ل‬‫ن‬‫اُج‬‫ه‬‫از‬‫ض‬ُّ‫ر‬‫كع‬‫زت‬ ‫ا‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫ا‬‫ااال‬‫م‬‫ا‬‫ر‬‫ض‬ْ‫ا‬‫ن‬‫ َاَل‬‫ط‬‫ن‬‫اْخ‬َ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ك‬‫ي‬‫ع‬
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Gazali.1996. Ihya Ulumi ad-Diin.
Jakarta: Hidayah.
A.Djazuli.2007. Kaidah-kaidah fikih.Jakarta: Kencana Ed.1.Cet.ke-2.
Firdaus.2010. Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah.Padang: IAIN Press.
Ma’shum Zainy Al-Hasimy.2010. Qowaidh Fiqhiyyah Al-Faroidul Bahiyyah
.Jombang : Darul Hikmah.
Nasher Farid M Wasil.2009. Al-Qowa’id Fiqhiyyah .Jakarta: Amzah.
Suwarjin.2012. Ushul Fiqh .Yogyakarta: Teras.
Suyatno.2011. Dasar-dasar Ilmu Fiqih & Ushul Fiqih.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Contenu connexe

Tendances

konsep muamalah dalam islam
konsep muamalah dalam islamkonsep muamalah dalam islam
konsep muamalah dalam islamYusva Ferdiawan
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabihMarhamah Saleh
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADNovianti Rossalina
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Uli Rahmawati
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMuli Bluelovers
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Pengertian, ruang lingkup fiqh muqaran
Pengertian, ruang lingkup fiqh muqaranPengertian, ruang lingkup fiqh muqaran
Pengertian, ruang lingkup fiqh muqaranMarhamah Saleh
 
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)Taufik Rahman
 
Islam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeIslam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeRidwan Hidayat
 
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihTerminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihMarhamah Saleh
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamAnas Wibowo
 

Tendances (20)

konsep muamalah dalam islam
konsep muamalah dalam islamkonsep muamalah dalam islam
konsep muamalah dalam islam
 
Addharuroh yujalu
Addharuroh yujaluAddharuroh yujalu
Addharuroh yujalu
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4
 
Materi Dakwah
Materi DakwahMateri Dakwah
Materi Dakwah
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
 
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan ZakatInfaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
 
Pengertian, ruang lingkup fiqh muqaran
Pengertian, ruang lingkup fiqh muqaranPengertian, ruang lingkup fiqh muqaran
Pengertian, ruang lingkup fiqh muqaran
 
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
An-Nahyu (Ushul Fiqih B)
 
Fiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalahFiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalah
 
Islam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeIslam sebagai way of life
Islam sebagai way of life
 
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihTerminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
 
Jinayat
JinayatJinayat
Jinayat
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
 

En vedette

8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinuMarhamah Saleh
 
Legal maxims application of al umur bi maqasidiha in islamic family law in m...
Legal maxims  application of al umur bi maqasidiha in islamic family law in m...Legal maxims  application of al umur bi maqasidiha in islamic family law in m...
Legal maxims application of al umur bi maqasidiha in islamic family law in m...Miss Seha
 
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih MuamalatMakalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih MuamalatYugo Fandita
 
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA an nur
 
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokPendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokAinun Nuril Haq
 
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALATSYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALATAbu eL IQram
 
Bab 2 Sumber Hukum Islam
Bab 2   Sumber Hukum IslamBab 2   Sumber Hukum Islam
Bab 2 Sumber Hukum IslamWanBK Leo
 
Al maut wa al isti'dad liyaumi ar rahil
Al maut wa al isti'dad liyaumi ar rahilAl maut wa al isti'dad liyaumi ar rahil
Al maut wa al isti'dad liyaumi ar rahilRizal Fuadi Muhammad
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualahMulyanah
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahayusl268
 
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...an nur
 

En vedette (20)

8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
8. al umuru bi maqashidiha, al-yaqinu
 
Legal maxims application of al umur bi maqasidiha in islamic family law in m...
Legal maxims  application of al umur bi maqasidiha in islamic family law in m...Legal maxims  application of al umur bi maqasidiha in islamic family law in m...
Legal maxims application of al umur bi maqasidiha in islamic family law in m...
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Qawaid Fiqhiyyah
Qawaid FiqhiyyahQawaid Fiqhiyyah
Qawaid Fiqhiyyah
 
Qawaid fiqhiyyah
Qawaid fiqhiyyahQawaid fiqhiyyah
Qawaid fiqhiyyah
 
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih MuamalatMakalah Kaidah Fiqih Muamalat
Makalah Kaidah Fiqih Muamalat
 
Qawaid Fiqhiyyah
Qawaid FiqhiyyahQawaid Fiqhiyyah
Qawaid Fiqhiyyah
 
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
OTHER RELATED MAXIMS ARISE FROM AL –UMUR BI MAQASIDIHA
 
Hukum dan kontrak
Hukum dan kontrakHukum dan kontrak
Hukum dan kontrak
 
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokPendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
 
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALATSYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
SYUF'AH DALAM FIQH MUAMALAT
 
Sharf
SharfSharf
Sharf
 
Bab 2 Sumber Hukum Islam
Bab 2   Sumber Hukum IslamBab 2   Sumber Hukum Islam
Bab 2 Sumber Hukum Islam
 
Pelatihan Bahasa Arab
Pelatihan Bahasa ArabPelatihan Bahasa Arab
Pelatihan Bahasa Arab
 
Al maut wa al isti'dad liyaumi ar rahil
Al maut wa al isti'dad liyaumi ar rahilAl maut wa al isti'dad liyaumi ar rahil
Al maut wa al isti'dad liyaumi ar rahil
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualah
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alah
 
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
AL- IJTIHAD LA YANQUD BI IJTIHAD AND IZA IJTAMA’A AL-HALAL WA AL- HARAM GHALA...
 
My Activity
My ActivityMy Activity
My Activity
 
Rangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh MuamalahRangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh Muamalah
 

Similaire à Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha

Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan ShaumImplementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan ShaumMarhamah Saleh
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islam  Sumber hukum islam
Sumber hukum islam Dianto Jmb
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islamAhmad Rudi
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
5 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-55 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-5adulcharli
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamharis budi
 
sumber-hukum-islamfani.ppt
sumber-hukum-islamfani.pptsumber-hukum-islamfani.ppt
sumber-hukum-islamfani.pptaziz251418
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxRaja Aidil Angkat
 
Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1NaufalAbyan5
 
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapMakalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapLianita Dian
 
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMPAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMSarah Nadhila
 
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxMAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxArifAkbar33
 

Similaire à Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha (20)

Qawaid fiqhiyyah
Qawaid fiqhiyyahQawaid fiqhiyyah
Qawaid fiqhiyyah
 
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan ShaumImplementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
Implementasi Syariah Islam Dalam Fiqh: Thaharah dan Shaum
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islam  Sumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islam
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
 
5 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-55 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-5
 
Hukum Islam :)
Hukum Islam :)Hukum Islam :)
Hukum Islam :)
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islam
 
sumber-hukum-islamfani.ppt
sumber-hukum-islamfani.pptsumber-hukum-islamfani.ppt
sumber-hukum-islamfani.ppt
 
Al rf
Al rfAl rf
Al rf
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
 
SUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAMSUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAM
 
Makalah sumber hukum islam
Makalah sumber hukum islamMakalah sumber hukum islam
Makalah sumber hukum islam
 
Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1
 
Syariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islamSyariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islam
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
 
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapMakalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
 
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMPAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
 
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxMAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
 
hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)
 

Plus de Dodyk Fallen

Eksistensi pendidikan dalam pengembangan fitrah manusia
Eksistensi pendidikan dalam pengembangan fitrah manusiaEksistensi pendidikan dalam pengembangan fitrah manusia
Eksistensi pendidikan dalam pengembangan fitrah manusiaDodyk Fallen
 
Pendidikan masa nabi saw
Pendidikan masa nabi sawPendidikan masa nabi saw
Pendidikan masa nabi sawDodyk Fallen
 
Lingkungan pendidikan dan hubungan timbal balik nya
Lingkungan pendidikan dan hubungan timbal balik nyaLingkungan pendidikan dan hubungan timbal balik nya
Lingkungan pendidikan dan hubungan timbal balik nyaDodyk Fallen
 
Kontroversi hijab dalam al qur'an
Kontroversi hijab dalam al qur'anKontroversi hijab dalam al qur'an
Kontroversi hijab dalam al qur'anDodyk Fallen
 
Review tafsir al manar
Review tafsir al manarReview tafsir al manar
Review tafsir al manarDodyk Fallen
 
Keawajian menuntut ilmu
Keawajian menuntut ilmuKeawajian menuntut ilmu
Keawajian menuntut ilmuDodyk Fallen
 
Ktsp 2006 vs kurikulum 2013
Ktsp 2006 vs kurikulum 2013Ktsp 2006 vs kurikulum 2013
Ktsp 2006 vs kurikulum 2013Dodyk Fallen
 

Plus de Dodyk Fallen (10)

Makalah ijtihad
Makalah ijtihadMakalah ijtihad
Makalah ijtihad
 
Eksistensi pendidikan dalam pengembangan fitrah manusia
Eksistensi pendidikan dalam pengembangan fitrah manusiaEksistensi pendidikan dalam pengembangan fitrah manusia
Eksistensi pendidikan dalam pengembangan fitrah manusia
 
Pendidikan masa nabi saw
Pendidikan masa nabi sawPendidikan masa nabi saw
Pendidikan masa nabi saw
 
Lingkungan pendidikan dan hubungan timbal balik nya
Lingkungan pendidikan dan hubungan timbal balik nyaLingkungan pendidikan dan hubungan timbal balik nya
Lingkungan pendidikan dan hubungan timbal balik nya
 
Minat belajar
Minat belajarMinat belajar
Minat belajar
 
Self concept
Self conceptSelf concept
Self concept
 
Kontroversi hijab dalam al qur'an
Kontroversi hijab dalam al qur'anKontroversi hijab dalam al qur'an
Kontroversi hijab dalam al qur'an
 
Review tafsir al manar
Review tafsir al manarReview tafsir al manar
Review tafsir al manar
 
Keawajian menuntut ilmu
Keawajian menuntut ilmuKeawajian menuntut ilmu
Keawajian menuntut ilmu
 
Ktsp 2006 vs kurikulum 2013
Ktsp 2006 vs kurikulum 2013Ktsp 2006 vs kurikulum 2013
Ktsp 2006 vs kurikulum 2013
 

Dernier

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 

Dernier (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 

Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha

  • 1. Kaidah Cabang Al-umuru bi Maqosidiha dan Penerapannya Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata kuliah : “Qawa’id Fiqiyah” Dosen Pengampu : Nilna Fauza, M.HI Disusun Oleh : Kelompok 2 (kelas J) Hafidhotut Tarbiyyah 932103013 Fajriatus Tsuroiyya 932103713 Nurul Choiriyah 932103913 Dody Utomo 932113114 JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2016
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaidah Al-Umuru Bi Maqasidiha merupakan salah satu daripada kaedah yang digunakan oleh para Fukaha’ dalam dalam Qawa’id Fiqhiyyah. Jadi kaidah ini bolehlah ditafsirkan dari dua sudut yaitu dari segi bahasa dan istilah. Pengertian kaedah dari segi bahasa boleh membawa maksud asas manakala menurut istilah pula bermaksud perkara yang dipraktikkan daripada masalah atau perkara pokok kemudian dipraktikkan terhadap perkara-perkara furu’ atau pecahan. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang kaidah fiqih yang pertama, yaitu ‫االمور‬‫بمقاصدها‬ (al-Umuru bi Maqasidiha). Kaidah ini membahas tentang kedudukan niat yang sangat penting dalam menentukan kualitas ataupun makna perbuatan seseorang, apakah seseorang melakukan perbuatan itu dengan niat ibadah kepada Allah dengan melakukan perintah dan menjauhi laranganNya. Ataukah dia tidak niat karena Allah, tetapi agar disanjung orang lain. B. Rumusan Masalah 1. Apa makna al-Umuru bi maqasidiha ? 2. Apa dalil al-Umuru bi maqasidiha ? 3. Apa cabang-cabang dari al-umuru bi maqosidiha dan bagaimana penerapannya ?
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Makna kaidah ‫مبقاصدها‬ ‫االمور‬ Maksud kata umuur. Kaidah pertama ini al-umuru bi maqashidiha terbentuk dari dua unsur yakni lafadz al-umuru dan al- maqashid terbentuk dari lafadz al-amru dan al-maqshod. Secara etimologi lafadz al-umuru merupakan bentuk dari lafadz al-amru yang berarti keadaan, kebutuhan, peristiwa dan perbuatan. jadi, dalam bab ini lafadz al-umuru bi maqashidiha diartikan sebagai perbuatan dari salah satu anggota. Sedangkan menurut terminologi berarti perbutan dan tindakan mukallaf baik ucapan atau tingkah laku, yang dikenai hukum syara’ sesuai dengan maksud dari pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan maqashid secara bahasa adalah jamak dari maqshad, dan maqsad mashdar mimi dari fi’il qashada, dapat dikatakan: qashada- yaqshidu-qashdan-wamaksadan, al qashdu dan al maqshadu artinya sama, beberapa arti alqashdu adalah ali’timad berpegang teguh, al amma, condong, mendatangi sesuatu dan menuju. Makna Niat, Kata niat (‫ّة‬‫ي‬‫)الن‬ dengan tasydid pada huruf ya adalah bentuk mashdar dari kata kerja nawaa-yanwii. Inilah yang masyhur di kalangan ahli bahasa. Ada pula yang membaca niat dengan ringan, tanpa tasydid menjadi (niyah). Dapat diambil benang merah bahwa makna niat tidak keluar dari makna literar linguistiknya, yaitu maksud atau kesengajaan.Sementara Ibnu Abidin menyatakan niat secara bahasa berarti, kemantapan hati terhadap sesuatu, sedangkan menurut istilah berarti mengorientasikan ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah dalam mewujudkan tindakan.
  • 4. Kaidah pertama ini (al-umuru bi maqasidiha) menegaskan bahwa semua urusan sesuai dengan maksud pelakunya kaidah itu berbunyi: ‫األمور‬ ‫بمقـاصدها‬ (“segala perkara tergantung kepada niatnya”). Niat sangat penting dalam menentukan kualitas ataupun makna perbuatan seseorang, apakah seseorang melakukan perbuatan itu dengan niat ibadah kepada Allah dengan melakukan perintah dan menjauhi laranganNya. Atau dia tidak niat karena Allah, tetapi agar disanjung orang lain.1 Pengertian kaidah ini bahwa hukum yang berimplikasi terhadap suatu perkara yang timbul dari perbuatan atau perkataan subjek hukum (mukallaf) tergantung pada maksud dan tujuan dari perkara tersebut. Kaidah ini berkaitan dengan setiap perbuatan atau perkara-perkara hukum yang dilarang dalam syari’at Islam. sebagai tambahan penjelasan perlu kami tegaskan, bahwa apabila tindakan seseorang meninggalkan hal-hal yang terlarang dilakukannya dengan segala ketundukan karena ada larangan yang berlaku dalam ketetapan syara’ maka tindakan tersebut memperoleh pahala. Namun apabila tindakan tersebut berkaitan dengan tabiat atau perasaan jijik terhdap sesuatu yang ditinggalkan tersebut tanpa memperhatikan status pelarangannya, maka ia dinilai sebagai perkara biasa dan tabiat manusiawi yang tak beroleh pahala. Sebagai contoh, memakan bangkai tanpa adanya rukhshah (dispensasi hukum) status hukumnya adalah haram. Dalam hal ini, terdapat nash syara’ yang dengan tegas mengharamkan konsumsi bangkai dan melarang tindakan tersebut. Sehingga apabila melanggar akan memperoleh hukuman dunia dan akhirat. Nash tersebut adalah firman Allah SWT : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi…” dan seterusnya. Apabila seorang mencegah diri untuk tidak melakukan tindakan tersebut (konsumsi bangkai) dengan harapan bahwa ia berpegang teguh pada nash dan menerapkan ketentuan yang berlaku di dalamnya maka tindakan ini memperoleh ganjaran dari Allah SWT dan pelaku mendapatkan 1 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Gazali, Ihya Ulumi ad-Diin, (Jakarta: Hidayah, 1996), Jilid 4,351
  • 5. pahala kebaikan yangditambahkan pada daftar pahala-pahala kebaikannya disisiNya. Berbeda halnya apabila seseorang tidak memakan bangkai karena faktor psikologis didalam diri merasa jijik atau tidak suka terhadap bangkai, tanpa memandang nash yang mengharamkannya atau dengan bahasa lain seseorang pasti akan memakannya seandainya tidak merasa jijik maka tindakan tersebut tidak berpahala sama sekali.2 B. Dalil ‫مبقاصدها‬ ‫االمور‬ Ayat al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang kaidah, berikut ini : 1. Q.S Al Bayyinah ayat: 5 ‫ا‬ُ ‫ن‬ْ‫ك‬ِ‫ا‬َ‫ك‬‫از‬ َ‫ا‬َ‫واو‬‫ك‬َّ‫ز‬ ‫ا‬‫ااو‬‫ت‬‫ن‬‫ؤ‬َْ‫ا‬َ‫لاو‬‫ك‬‫ص‬‫ز‬ ‫ا‬‫او‬‫م‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ق‬َْ‫ا‬‫آء‬‫ف‬‫ن‬‫اح‬‫ال‬ ‫ا‬ُ ْ‫ك‬‫زد‬ ‫ا‬‫ه‬‫از‬ ‫ن‬‫ْي‬‫ك‬‫ص‬‫ك‬‫ل‬‫ن‬‫اُم‬‫اهللا‬َ‫د‬‫ب‬‫ن‬‫ع‬‫ي‬‫ك‬‫از‬‫ك‬‫ال‬ ‫َآا‬‫ر‬‫ك‬‫م‬‫آا‬‫م‬َ ‫ا‬‫ك‬‫ة‬‫م‬‫ك‬‫ي‬‫ق‬‫ن‬‫ز‬ Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian Itulah agama yang lurus. Ayat ini menegaskan bahwa manusia diperintahkan untuk melakukan ketaatan kepada Allah dengan ikhlas. 2. Q.S Ali Imron ayat: 145 ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ؤ‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ َ‫اب‬َ‫و‬َ‫ث‬ ْ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬‫قلى‬ ً‫ل‬َّ‫ج‬َ‫ؤ‬ُ‫م‬ ‫ًا‬‫ب‬‫َا‬‫ت‬ِ‫ك‬ ِ‫هللا‬ ِ‫ن‬ْ‫ذ‬ِ‫ا‬ِ‫ب‬ َّ‫ال‬ِ‫ا‬ َ‫ت‬ ْ‫و‬ُ‫م‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ا‬ ٍ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ل‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ َ‫ن‬‫ي‬ ِ‫ر‬ِ‫ك‬‫ا‬َّ‫ش‬‫ال‬ ‫ى‬ ِ‫ز‬ْ‫ج‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫قلى‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ؤ‬ُ‫ن‬ ِ‫ة‬َ‫ر‬ ِ‫االخ‬ َ‫اب‬َ‫و‬َ‫ث‬ ْ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ج‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ Artinya:barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala 2 Nasher Farid M Wasil. Al-Qowa’id Fiqhiyyah .(Jakarta: Amzah , 2009)hlm 6-7
  • 6. akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur. 3. Dalam sejumlah hadis juga di jelaskan tentang penting peran maksud dan tujuan seseorang dalam melakukan suatu perbuatan seperti berikut: ‫اصلىا‬‫ك‬‫اهللا‬‫ل‬‫ن‬‫او‬‫س‬‫ار‬‫ت‬‫ن‬‫ع‬‫ك‬‫ا:اَس‬‫ال‬‫اق‬‫ه‬‫ن‬‫ن‬‫اع‬‫اهللا‬‫ي‬‫ك‬‫ض‬‫ار‬ ‫ك‬‫اب‬‫ك‬‫ط‬‫ن‬‫ْل‬‫ا‬‫ك‬ُ ‫ن‬‫اب‬‫ر‬‫م‬‫اع‬ ٍ‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫اح‬‫ن‬ ‫ك‬‫ِب‬‫اأ‬ ‫ن‬‫ْي‬‫ك‬‫ن‬‫ك‬‫م‬‫ن‬‫ؤ‬‫م‬‫ن‬‫ز‬ ‫ا‬‫ك‬‫ن‬‫ْي‬‫ك‬‫م‬‫اأ‬‫ن‬ُ ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ا‬ ‫ك‬‫ات‬‫ك‬‫ي‬‫ك‬‫ازن‬‫ك‬‫ب‬‫ا‬‫ال‬‫م‬‫ن‬‫ع‬‫أل‬‫ن‬‫اا‬‫ك‬‫َّن‬‫ك‬‫إ‬‫ا:ا‬‫ل‬‫ن‬‫او‬‫ق‬ْ‫هللااعليهاَسلما‬‫ا‬‫ان‬‫او‬‫ن‬ُ ‫م‬‫ىا.اف‬‫او‬‫اان‬‫ام‬ٍ‫ئ‬‫ك‬‫ر‬‫ن‬‫م‬‫ا‬ ‫ك‬‫ل‬‫ك‬‫ك‬‫ااز‬‫ك‬‫َّن‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫ه‬‫ت‬‫ر‬‫ن‬ْ‫ك‬ِ‫ا‬ ‫ن‬‫ت‬ ‫ا‬ٍَ‫أ‬‫ر‬‫ن‬‫م‬‫ا‬‫ن‬َ‫ااأ‬‫ه‬‫ب‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬ْ‫اا‬‫ي‬‫ن‬‫ن‬‫د‬‫ك‬‫از‬‫ه‬‫ت‬‫ر‬‫ن‬ْ‫ك‬ِ‫ا‬‫ن‬‫ت‬‫ان‬‫او‬‫ن‬ُ ‫م‬َ‫،ا‬‫ك‬‫ه‬‫ك‬‫ز‬‫ن‬‫او‬‫س‬‫ر‬َ‫ا‬‫ك‬‫اهللا‬‫َل‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫ه‬‫ت‬‫ر‬‫ن‬ْ‫ك‬‫ه‬‫اف‬‫ك‬‫ه‬‫ك‬‫ز‬‫ن‬‫او‬‫س‬‫ر‬َ‫ا‬‫ك‬‫اهللا‬‫َل‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫اا‬‫ه‬‫ح‬‫ك‬‫ك‬‫ن‬‫ن‬ْ ‫ا‬‫ك‬‫ه‬‫ن‬‫ي‬‫ز‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫ر‬‫اج‬ِ‫اا‬‫ام‬‫َل‬‫ك‬‫إ‬‫ا‬‫ه‬‫ت‬‫ر‬‫ن‬ْ‫ك‬‫ه‬‫)ف‬ . ‫هاإماماا‬َ‫ر‬‫ِيما‬‫حملدثْياأباواعبداهللااحممداب ُاإَساعيلاب ُاإبر‬ ‫زنيساباوريا‬ ‫زقشْييا‬ ‫حلْاجاب ُامسلما‬‫حلسْيامسلماب ُا‬‫باوا‬َ‫زبخاريا‬ ‫بةا‬‫ز‬ِ‫ملغْيَاب ُابر‬‫ب ُا‬ ‫ملصنفة‬‫زكتبا‬ ‫زلذْ ُامهااأصحا‬ ‫يفاصحيحيهماا‬ Artinya: Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan itu (tergantung) niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.3 (Hadist Riwayat dua imam hadist, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan 3 Ma’shumZainy Al-Hasimy, Qowaidh Fiqhiyyah Al-Faroidul Bahiyyah ( Jombang : Darul Hikmah , 2010)hlm 26
  • 7. kedua kita Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang). ‫الع‬‫ملامل ُاالانيةازه‬ Artinya: “Tidak ada (pahala) bagi perbuatan yang tidak disertai niat”. (HR. Anas Ibn Malik ra.) ‫زناساعلىانياته‬ ‫إَّناابعثا‬ Artinya: “Sesungguhnya manusia itu dibangkitkan menurut niatnya.” (HR.Ibn Majah dan Abu Hurairah ra.) Dari kaidah ini kemudian dikembangkan kaidah fikih lain seperti “al-ibrah fi al ‘uqud bi al-maqashid wa an-niyyat”(yang menjadi patokan dalam transaksi adalah tujuan niat). ‫زعلياافهاواىفاسبيلاهللااعََّجل‬ ‫م ُاقتلازتكاوناولمةاهللااِيا‬ Artinya: "Barangsiapa berperang dengan maksud meninggikan kalimah Allah, maka dia ada di jalan Allah" (HR. Bukhari dari Abu Musa). ‫زليلافغلبتهاعيناهاحىتاأصبحاوتبازهاماناوى‬ ‫شهاَِاواْناوياأناْقاوماْصليام ُا‬‫م ُاأتىافر‬ Artinya: "Barangsiapa yang tidur dan ia berniat akan shalat malam, kemudian dia ketiduran sampai subuh, maka ditulis baginya pahala sesuai dengan niatnya" (HR. al-Nasâi dari Abu Zâr).4 4 Ibid, hlm 26-27
  • 8. C. Kaidah Cabang ‫مبقاصدها‬ ‫االمور‬ dan Penerapannya Adapun kaidah cabangnya sebagai berikut: ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ﱢ‬‫ن‬‫ِال‬‫ﺒ‬ َّ‫ال‬ِ‫ﺇ‬ َ‫ﺐ‬‫َا‬‫و‬َ‫ﺜ‬ َ‫ال‬ “Tidaklah ada pahala kecuali dengan niat”. Kaidah ini, memberikan kepada kita pedoman untuk membedakan perbuatan yang bernilai ibadah dengan yang bukan bernilai ibadah, baik itu ibadah yang mahdah (jika dilakukan tanpa niat,ibadah tersebut tidak sah karena niat merupakan rukun) maupun ibadah yang ‘ammah (jika dilakukan tanpa menyertakan niat beribadah maka perbuatan keduniaan semata tidak mendatangkan pahala).5 ِ‫ه‬ِ‫ل‬َ‫م‬َ‫ﻋ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ٌ ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬‫ال‬ ُ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ “Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya”. Misalkan, apabila ada seseorang yang mengalami musibah kecelakaan dan kita pada saat berkata pada semua orang akan membantu orang tersebut untuk dibawa ke RS dan menanggung semua biaya RS tersebut. Namun kenyataannya setelah keluarga orang itu datang, kita langsung memberikan kuitansi pembayaran kepada keluarga orang itu, agar mengganti biaya tersebut. Oleh karena itu apa yang diucapkan kita itu tidak sama dengan yang kita lakukan. Maka dalam hal ini kita membantu dan menolong orang tersebut bukanlah benar-benar ingin membantu, tetapi hanya ingin membangun citra “baik” di mata orang, agar mendapat sanjungan dari orang lain. ُ‫ر‬َ‫ﺒ‬َ‫ت‬ْ‫ﻌ‬ُ‫م‬‫َال‬‫ف‬ ُ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬‫َال‬‫و‬ ُ‫ن‬‫َا‬‫س‬ِ‫ل‬‫ال‬ َ‫ﻑ‬َ‫ل‬َ‫ت‬ْ‫ﺨ‬‫َوا‬‫ل‬ِ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬‫ال‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ‫َا‬‫م‬ 5 Suyatno.Dasar-dasar Ilmu Fiqih & Ushul Fiqih.(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2011)hlm234
  • 9. “Apabila berbeda antara yang diucapkan dengan yang di hati, yang dijadikan pegangan adalah yang didalam hati” Sebagai contoh, apabila hati niat wudhu, sedang yang diucapkan adalah mendinginkan anggota badan, maka wudûnya tetap sah. ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫ﻌ‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ ‫َا‬‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫م‬ُ‫ج‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﺯ‬ْ‫ل‬َ‫ت‬ ‫َا‬‫م‬َّ‫ن‬ِ‫ﺇ‬ ٍ‫ﺀ‬ْ‫ﺯ‬ُ‫ج‬ َّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫د‬‫ِا‬‫ﻌ‬‫ُال‬‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﺯ‬ْ‫ل‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ “Tidak wajib niat ibadah dalam setiap bagian, tetapi niat wajib dalam keseluruhan yang dikerjakan”. Contohnya, yaitu sebagai berikut, ketika kita berniat untuk melakukan shalat, maka niat cukup satu kali, dan tidak perlu mengucapkan niat pada tiap kali gerakan shalat.6 ‫ْن‬‫ي‬َ‫ﻀ‬ ‫ﱢ‬‫ر‬َ‫ف‬ُ‫م‬ ُّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬‫َة‬‫ر‬ْ‫م‬ُ‫ﻌ‬‫َال‬‫و‬ ّ‫ﺞ‬َ‫ﺤ‬‫ال‬ ُّ‫ال‬ِ‫ﺇ‬ٌ ‫ِد‬‫ﺤ‬‫َا‬‫و‬ٌ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ ‫َا‬‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ﺯ‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ “Setiap dua kewajiban tidak boleh dengan satu niat, kecuali ibadah haji dan umrah”. Berdasarkan kaidah di atas, dapat diambil contoh sebagai berikut, yaitu seseorang berniat melakukan mandi wajib kemudian orang tersebut ingin berwudhu dengan menggunakan niat yang pertama yaitu niat mandi wajib, maka hal itu tidak diperbolehkan sebab dalam dua kewajiban tidak boleh dengan satu niat saja. َ‫ج‬ُ‫م‬ِ‫ﺒ‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫ﺃ‬ ْ‫ن‬َ‫ﻋ‬ ُ‫ﻞ‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫ﻞ‬ْ‫ص‬‫ﺃ‬ ُ‫ه‬‫ل‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ﻜ‬ ‫َا‬‫م‬ ُّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ﱢ‬‫ن‬‫ال‬ ِ‫د‬َّ‫ر‬ “Setiap perbuatan asal/pokok, maka tidak bisa berpindah dari yang asal karena semata-mata niat” Seseorang niat shalat zuhur, kemudian setelah satu raka'at, dia berpindah kepada shalat tahiyyat al-masjid, maka batal shalat zuhurnya. Contoh lain misalnya jika kita berniat membayar hutang puasa ramadhan, tetapi belum selesai kita melakukan puasa tersebut, misalnya pada siang hari, tiba-tiba kemudian kita berubah niat untuk tidak jadi membayar hutang 6 A.Djazuli.Kaidah-kaidah fikih.(Jakarta:Kencana,2007,Ed.1.Cet.ke-2)hlm 38-42
  • 10. puasa dan ingin hanya melaksanakan puasa sunnah senin kamis, maka hal itu tidak diperbolehkan dan puasa tersebut batal untuk dilaksanakan. ُ‫د‬ِ‫ص‬‫َا‬‫ق‬َ‫م‬‫ا‬ِ‫للفظ‬‫ِﻇ‬‫ف‬َ‫ل‬‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ﻋ‬ “Maksud lafadz itu tergantung pada niat orang yang mengatakannya”. Dari redaksi kaidah ini, memberikan pengertian bahwa ucapan seseorang itu dianggap sah atau tidak, tergantung dari maksud orang itu sendiri, yaitu apa maksud dari perkataannya tersebut. Contohnya seperti jika kita memanggil seseorang dan kita memanggil orang tersebut dengan sebutan yang bukan nama orang itu sendiri, dan kita memanggilnya dengan sebutan yang tidak baik, seperti memperolok orang tersebut dengan kata-kata yang tidak baik, maka dari ucapan tersebut, apakah dianggap baik atau tidak tergantung maksud orang yang mengucapkannya. Apakah hal itu dilakukan dengan sengaja ataukah hanya sekedar bercanda. Dalam hal lain misalnya,maksud kata-kata seperti talak, hibah, naźar, shalat, sedekah, dan seterusnya harus dikembalikan kepada niat orang yang mengucapkan kata tersebut, apa yang dimaksud olehnya, apakah maksudnya itu zakat, atau sedekah,apakah shalat itu maksudnya shalat fardhu atau shalat sunnah. ِ‫د‬ِ‫ص‬‫َا‬‫ق‬َ‫م‬‫َال‬‫و‬ ِ‫ﻇ‬‫َا‬‫ف‬‫َل‬‫أل‬‫ا‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ﻋ‬ٌ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ﺒ‬َ‫م‬ ُ‫ن‬‫َا‬‫م‬ْ‫ي‬َ‫أل‬‫ا‬ “Sumpah itu harus berdasarkan kata-kata dan maksud”. Khusus untuk sumpah ada kata-kata yang khusus yang digunakan, yaitu “wallahi” atau “demi Allah saya bersumpah” bahwa saya... dan seterusnya. Selain itu harus diperhatikan pula apa maksud dengan sumpahnya itu. Selain itu harus diperhatikan pula apa maksud dengan sumpahnya. Dalam hukum Islam, antara niat, cara, dan tujuan harus ada dalam garis lurus, artinya niatnya harus ikhlas, caranya harus benar dan baik, dan tujuannya harus mulia untuk mencapai keridhaan Allah SWT.
  • 11. Contohnya seperti apabila seseorang itu berkata bahwa, demi Allah saya akan memberikan sedikit rezeki kepada orang yang tidak mampu, apabila nanti saya mendapat rezeki lebih. Dan sumpahnya itu disaksikan oleh orang lain, maka yang dimaksud orang tersebut ialah dia bersumpah untuk dirinya sendiri agar berbagi kepada orang yang tidak mampu, apabila ia mendapatkan rezeki lebih dari biasanya. ‫ﻲ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ﺒ‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ظ‬ ‫ا‬َ‫ف‬ْ‫ل‬ ِ‫أل‬َ‫ل‬ ‫ﻲ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ﻌ‬َ‫م‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫د‬ ِ‫ص‬ ‫ا‬َ‫ق‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ِ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ُ‫ﻌ‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ﻲ‬ِ‫ف‬ ُ‫ة‬ َ‫ر‬ْ‫ﺒ‬ِ‫ﻌ‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ “Pengertian yang diambil dari suatu tujuannya bukan semata-mata kata- kata dan ungkapannya”. Sebagai contoh, apabila seseorang berkata: "Saya hibahkan barang ini untukmu selamanya, tapi saya minta uang satu juta rupiah", meskipun katanya adalah hibah, tapi dengan permintaan uang, maka akad tersebut bukan hibah, tetapi merupakan akad jual beli dengan segala akibatnya.7 ٌ‫ﻞ‬ ِ‫ْط‬‫ﺒ‬ُ‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ا‬‫َط‬‫ﺨ‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫ف‬ ُ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ي‬ْ‫ﻌ‬َّ‫ت‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ط‬َ‫َر‬‫ت‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ َ‫ا‬‫م‬ (sesuatu yang disyaratkan {diharuskan} untuk ditentukan, kesalahan pada penentuan menjadikan sesuatu itu batal). Misalnya, orang yang melaksanakan sholat dhuhur, tetapi ia keliru niat sholat ashar maka sholatnya tidak sah. Sehingga dalam kasus ini menentukan bahwa sholat dhuhur adalah keharusan bagi sahnya ibadah tersebut. ‫ا‬‫ك‬‫ي‬‫ن‬‫ع‬‫ات‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫ا‬‫ال‬َ‫ا‬ً‫ة‬‫ل‬‫ن‬‫اُج‬‫ه‬‫از‬‫ض‬ُّ‫ر‬‫كع‬‫زت‬ ‫ا‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫اا‬‫م‬‫ا‬‫أ‬َ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ك‬‫ي‬‫ع‬ ‫ك‬‫اأ‬ً‫ال‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫ات‬‫ه‬‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ا‬َ ‫ط‬‫ن‬‫ْخ‬‫ا‬‫ر‬‫ض‬ (Sesuatu yang di syaratkan menyebutkannya secara garis besar, jika di dalam pelaksanaannya ditentukansecara rinci, jikasalah dalam penentuan berakibat fatal). 7 Firdaus.Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah.(Padang:IAINPress,2010)hlm53-58
  • 12. Misalnya, orang yang niat melaksanakan sholat jenazah laki-laki, tetapi ternyata jenazahnya perempuan, maka sholatnya tidak sah. Dalam hal ini menentukan jika sholat jenazah sangat dipersyaratkan secara rinci. ‫ا‬َ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ك‬‫ي‬‫اع‬ ‫ك‬‫اأ‬ً‫ال‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫ات‬‫ال‬َ‫ا‬‫ة‬‫ل‬‫ن‬‫اُج‬‫ه‬‫از‬‫ض‬ُّ‫ر‬‫كع‬‫زت‬ ‫ا‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫ا‬‫ااال‬‫م‬‫ا‬‫ك‬‫ر‬‫ض‬ْ‫ا‬‫ن‬‫ َاَل‬‫ط‬‫ن‬‫ْخ‬ (Sesuatu yang tidak di syaratkan untuk menyebutkannya, baik secara garis besar, maupunsecara detail, jikadisebutkandan ternyata salah, makatidak membawa kerusakan). Misalnya orang yang niat sholat ashar di Mesir, ternyata ia berada di Irak, shalatnya tetap sah. Dalam hal ini menentukan tempat sholat tidak dipersyaratkan sama sekali, baik secara garis besar maupun detail.8 8 Suwarjin. Ushul Fiqh .(Yogyakarta: Teras, 2012)hlm 215-216
  • 13. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pengertian kaidah ‫الماورامبقاصدِا‬ bahwa hukum yang berimplikasi terhadap suatu perkara yang timbul dari perbuatan atau perkataan subjek hukum (mukallaf) tergantung pada maksud dan tujuan dari perkara tersebut. Kaidah ini berkaitan dengan setiap perbuatan atau perkara-perkara hukum yang dilarang dalam syari’at Islam. Ada 12 kaidah cabang Al-Umuru bi Maqasidiha diantaranya sebagai berikut : ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ﱢ‬‫ن‬‫ِال‬‫ﺒ‬ َّ‫ال‬ِ‫ﺇ‬ َ‫ﺐ‬‫َا‬‫و‬َ‫ﺜ‬ َ‫ال‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬َ‫م‬َ‫ﻋ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ٌ ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬‫ال‬ ُ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ ُ‫ر‬َ‫ﺒ‬َ‫ت‬ْ‫ﻌ‬ُ‫م‬‫َال‬‫ف‬ ُ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬‫َال‬‫و‬ ُ‫ن‬‫َا‬‫س‬ِ‫ل‬‫ال‬ َ‫ﻑ‬َ‫ل‬َ‫ت‬ْ‫ﺨ‬‫َوا‬‫ل‬ِ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬‫ال‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ‫َا‬‫م‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﺯ‬ْ‫ل‬َ‫ت‬ ‫َا‬‫م‬َّ‫ن‬ِ‫ﺇ‬ ٍ‫ﺀ‬ْ‫ﺯ‬ُ‫ج‬ َّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫د‬‫ِا‬‫ﻌ‬‫ُال‬‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﺯ‬ْ‫ل‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫ﻌ‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ ‫َا‬‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫م‬ُ‫ج‬ ‫ِﻲ‬‫ف‬ ‫َة‬‫ر‬ْ‫م‬ُ‫ﻌ‬‫َال‬‫و‬ ّ‫ﺞ‬َ‫ﺤ‬‫ال‬ ُّ‫ال‬ِ‫ﺇ‬ٌ ‫ِد‬‫ﺤ‬‫َا‬‫و‬ٌ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ ‫َا‬‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ﺯ‬ْ‫ج‬َ‫ت‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ْن‬‫ي‬َ‫ﻀ‬ ‫ﱢ‬‫ر‬َ‫ف‬ُ‫م‬ ُّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ﱢ‬‫ن‬‫ال‬ ِ‫د‬َّ‫ر‬َ‫ج‬ُ‫م‬ِ‫ﺒ‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫ﺃ‬ ْ‫ن‬َ‫ﻋ‬ ُ‫ﻞ‬ِ‫ق‬َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ َ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫ﻞ‬ْ‫ص‬‫ﺃ‬ ُ‫ه‬‫ل‬ َ‫ن‬‫َا‬‫ﻜ‬ ‫َا‬‫م‬ ُّ‫ﻞ‬ُ‫ﻜ‬ ُ‫د‬ِ‫ص‬‫َا‬‫ق‬َ‫م‬‫ا‬ِ‫للفظ‬‫ِﻇ‬‫ف‬َ‫ل‬‫ال‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ن‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ﻋ‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ﻋ‬ٌ ‫َّة‬‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ﺒ‬َ‫م‬ ُ‫ن‬‫َا‬‫م‬ْ‫ي‬َ‫أل‬‫ا‬ِ‫د‬ِ‫ص‬‫َا‬‫ق‬َ‫م‬‫َال‬‫و‬ ِ‫ﻇ‬‫َا‬‫ف‬‫َل‬‫أل‬‫ا‬ ‫ﻲ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ﺒ‬َ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ظ‬ ‫ا‬َ‫ف‬ْ‫ل‬ ِ‫أل‬َ‫ل‬ ‫ﻲ‬ِ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ﻌ‬َ‫م‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫د‬ ِ‫ص‬ ‫ا‬َ‫ق‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ِ‫د‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬ُ‫ﻌ‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ‫ﻲ‬ِ‫ف‬ ُ‫ة‬ َ‫ر‬ْ‫ﺒ‬ِ‫ﻌ‬ْ‫ل‬َ‫ا‬ ٌ‫ﻞ‬ ِ‫ْط‬‫ﺒ‬ُ‫م‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ا‬‫َط‬‫ﺨ‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫ف‬ ُ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ي‬ْ‫ﻌ‬َّ‫ت‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ط‬َ‫َر‬‫ت‬ْ‫ش‬ُ‫ي‬ َ‫ا‬‫م‬ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ي‬‫ن‬‫ع‬‫ات‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫ا‬‫ال‬َ‫ا‬ً‫ة‬‫ل‬‫ن‬‫اُج‬‫ه‬‫از‬‫ض‬ُّ‫ر‬‫كع‬‫زت‬ ‫ا‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫اا‬‫م‬‫ا‬َ ‫ط‬‫ن‬‫ْخ‬‫أ‬َ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ك‬‫ي‬‫ع‬ ‫ك‬‫اأ‬ً‫ال‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫ت‬‫ا‬‫ض‬‫ا‬‫ر‬ ‫ا‬ ‫ك‬‫اأ‬ً‫ال‬‫ن‬‫ي‬‫ك‬‫ص‬‫ن‬‫ف‬‫ات‬‫ال‬َ‫ا‬‫ة‬‫ل‬‫ن‬‫اُج‬‫ه‬‫از‬‫ض‬ُّ‫ر‬‫كع‬‫زت‬ ‫ا‬‫ط‬‫ر‬‫ت‬‫ن‬‫ش‬ْ‫ا‬‫ااال‬‫م‬‫ا‬‫ر‬‫ض‬ْ‫ا‬‫ن‬‫ َاَل‬‫ط‬‫ن‬‫اْخ‬َ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ك‬‫ي‬‫ع‬
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Gazali.1996. Ihya Ulumi ad-Diin. Jakarta: Hidayah. A.Djazuli.2007. Kaidah-kaidah fikih.Jakarta: Kencana Ed.1.Cet.ke-2. Firdaus.2010. Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah.Padang: IAIN Press. Ma’shum Zainy Al-Hasimy.2010. Qowaidh Fiqhiyyah Al-Faroidul Bahiyyah .Jombang : Darul Hikmah. Nasher Farid M Wasil.2009. Al-Qowa’id Fiqhiyyah .Jakarta: Amzah. Suwarjin.2012. Ushul Fiqh .Yogyakarta: Teras. Suyatno.2011. Dasar-dasar Ilmu Fiqih & Ushul Fiqih.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.