SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  57
PEMERIKSAAN JAMUR
ARTHROPODA & CACING
Vitasari Indriani
Laboratorium Patologi Klinik
FK Unsoed
9/22/2016
1
Tujuan pembelajaran
9/22/2016
2
 Menjelaskan parameter pemeriksaan
laboratorium pada infeksi jamur, arthropoda
dan cacing
 Menjelaskan prinsip pemeriksaan
laboratorium pada infeksi jamur, arthropoda
dan cacing
INFEKSI JAMUR
9/22/2016
3
Klasifikasi
9/22/2016
4
Berdasar jaringan yg terlibat:
1. Infeksi jamur superfisial (superficial
mycoses)
 kulit & selaput mukosa  pityriasis
versicolor, dermatophytosis, superficial
candidiasis
 cutaneous  athlete’s foot
Spesies penyebab  Microsporum,
Epidermophyton, Trichophyton
Klasifikasi
9/22/2016
5
2. Infeksi jamur subkutan (subcutaneus
mycoses)
 jaringan subkutan, kulit & tulang 
mycetoma, chromomycosis, sporotricosis
3. Infeksi jamur sistemik (systemic mycoses)
 jaringan organ di dalam tubuh (paru,
hati, limpa, traktus gastrointestinal dan
menyebar lewat aliran darah atau getah
bening)
Metoda diagnosis infeksi jamur
9/22/2016
6
 Lampu Wood
 ruang gelap  jamur (+) rambut/kulit berpendar kuning
kehijauan
 Pemeriksaan langsung dgn mikroskop
 spesimen diletakan di slide + KOH atau Calcofluor white
 deteksi fragmen mycelial , arthrospores, spherules, atau
budding yeast cells
 Pemeriksaan fluorescent
 spesimen + Calcofluor white  sinar ultraviolet atau
dengan mikroskop medan gelap
 Kultur
 identifikasi spesies jamur
 lama
Metoda diagnosis infeksi
jamur
9/22/2016
7
 Tes serologi
(+)  titer > 1:32, atau
kenaikan titer 4x (dlm 3 mgg)
utk pem  Candida, Aspergillus, histoplasmosis,
coccidioidomycosis, blastomycosis
 Tes antigen
spesimen urin  Histoplasma capsulatum,
Blastomyces dermatitidi
sensitivitas 92%
Pengambilan spesimen
9/22/2016
8
 Area yg akan diambil spesimennya
dibersihkan dg alkohol 70%
 Kerok daerah lesi kulit yg aktif dgn scalpel
steril
 Ambil rambut sampai ke akar
 Kerok kuku sampai ke dasar
JAMUR SUPERFISIAL
9/22/2016
9
TINEA
Penegakan diagnosis  anamnesis, pemeriksaan
klinis (gambaran klinik & lokasi), pemeriksaan
laboratorium
9/22/2016
10
Pemeriksaaan laboratorium:
 KOH 10 – 20%  Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes, &
Epidermophyton fioccosum
 Kultur, dengan menggunakan media
Sabourouds Dextrose Agar + chloramfenicol
+ Cyclohexamide, akan tumbuh Mycobiotik -
Mycosel dalam waktu 10 - 14 hari
 Pemeriksaan lampu Wood’s  gambaran
effloresensi tidak khas
Prinsip pemeriksaan
9/22/2016
11
 Bahan : kerokan kulit (sblmnya dibersihkan dgn alkohol
70%)
a. Pemeriksaan dengan sediaan basah
 Kulit dibersihkan dgn alkohol 70% → kerok skuama dr
bagian tepi lesi dgn scalpel → obyek glass → tetesi KOH
10-20 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit (utk melarutkan
jaringan ) → lihat di mikroskop dengan pembesaran 10/40 x
:
- hifa  dua garis sejajar,
terbagi oleh sekat, dan bercabang,
- spora berderet (artrospora)
- miselium
Tinea Etiologi
3 spesies asexual: Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton
Geofilik:
• Microsporum gypseum
Zoofilik:
• Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes
Anthropophilic
• Epidermopyton floccosum, Microsporum audoinii
Silinder
Spindle
Club
9/22/2016
13
b. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud
agar
 menanamkan bahan pd medium saboraud dgn
ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide
(mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan
kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan
 Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu
(Wiederkehr, Michael. 2008)
9/22/2016
14
c. Punch biopsi
 Sensitifitasnya dan spesifisitasnya
rendah
 Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff
& Haematoxylin Eosin  jamur tampak
merah muda
 Pengecatan Gomori methenamin silver
 jamur tampak coklat atau hitam
(Wiederkehr, Michael. 2008)
PITIRIASIS VERSIKOLOR
9/22/2016
15
 Kilinis: makula hipopigmentasi sampai
kecoklatan ditutupi skuama halus
 Pemeriksaan dgn lampu woods di kamar
gelap  fluoresensi kuning keemasan
(zat pityridin)
9/22/2016
16
 Pemeriksaan dgn KOH
Pemeriksaan kerokan kulit dari daerah lesi
dengan larutan KOH 10-20%  terlihat hifa
– hifa pendek dengan spora bergerombol
seperti buah anggur
9/22/2016
17
 Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar
JAMUR SISTEMIK
9/22/2016
18
JAMUR DI SARAF
 Diagnosa  gejala klinis & pem tambahan (laboratorium
cairan serebrospinal)
 Gambaran cairan serebrospinal ~ meningitis tuberkulosa
 Tekanan meningkat , jumlah sel  (10-500 sel/mm3),
protein  , glukosa  (15-35 mg)
 Diagnosa  ditemukan organisme dlm cairan
serebrospinal (pewarnaan tinta India), kultur dalam media
sabouraud, hasil inokulasi pd hewan percobaan.
 Pemeriksaan antigen Cryptococcus pada serum dan
cairan serebrospinal
JAMUR PARU
9/22/2016
19
1. JAMUR PATOGEN SISTEMATIK
 Jamur ini dapat menginovasi dan berkembang
pada jaringan host normal tanpa adanya
predisposisi.
 Histoplasmosis, disebabkan Histoplasma
capsulatum.
 Koksidioidornikosis, disebabkan oleh
Coccidioides immitis.
 Parakoksidioidornikosis, disebabkan oleh
Paracoccidioides brasiliensis
 Blastomikosis, disebabkan oleh Blastomyces
dermatitidis.
 Kriptokokosis, disebabkan oleh Cryptococcus
9/22/2016
20
2. JAMUR OPORTUNISTIK
 Organisme Oportunistik  dlm keadaan
normal sifatnya non patogen, tp dpt berubah
menjadi patogen bila keadaan tubuh
melemah/mekanisme pertahanan tubuh
terganggu.
 Lebih sering terjadi
 lnfeksi jamur paru oportunistik yang sering
terjadi adalah:
1. Kandidiasis paru.
2. Aspergilosis paru.
Kandidiasis Etiologi
Candida albicans
merupakan jenis
paling patogen,
Sekresi proteinase
yang dpat merusak
sel amplop
Spesies lain: Candida
glabrata, Candida
parapsilosis, Candida
tropicalis, krusei, dsb
Predisposisi
endogen
• Kehamilan
• Obesitas
• Endokrinopati
• Infeksi kronis
• Pengaruh
obat
• Usia
• Gangguan
imunitas
Kandidiasis Mukokutan
Kandidiasis paru
9/22/2016
23
Terbagi menjadi kandidiasis bronkial dan kandidiasis
paru
a. Kandidiasis bronkial
 dinding mukosa bronkus plak plak
 batuk batuk keras, dahak sedikit dan
mengental warna seperti susu
 Dahak  didapatkan Kandida albikans  DX
Kandidiasis bronkial : Kandida albikans (+)
secara berulang ulang
 Gambaran radiologik foto dada  normal
atau dijumpai pengaburan berupa garis
dilapangan tengah dan bawah paru.
9/22/2016
24
b. Kandidiasis paru
 Tampak sakit, demam, pernapasan dan nadi
cepat, batuk-batuk, hemaptoe, sesak dan
nyeri dada
 Foto dada  tampak pengaburan dengan
batas tidak jelas terutama dilapangan
bawah paru, efusi pleura
 Diagnosa  ditemukan jamur Kandida di
sputum, kultur yang positip dengan medium
agar Sabouraud  pemeriksaan berulang-
ulang
Aspergillosis paru
9/22/2016
25
1. Allergic Bronkhopulnlonary Aspergillosis
(ABPA)
 pada penyandang asma bronkhial
 Aspergillosis proliferasi pada mukus yang
pekat dan biasanya intiltrat terlihat pada rota
rontgen "Mucous plug"
 Eosinofilia sering dijumpai
2. Bola jamur (fungus ball) atau Aspergiloma
 Aspergillus tumbuh pada kavitas yang
berhubungan dengan saluran nafas
 Reaksi inflamasi terjadi disekitar kavitas, tapi
jamur tidak menginvasinya,
 Gejala klinis umumnya adalah batuk darah.
9/22/2016
26
3. Aspergilosis Nekrotikans
 Bentuk antara Aspergiloma dan Aspergillosis
invasif
 penderita usia menengah atau perokok lama
>>
 terjadi kavitas fibrotik  biasanya terdapat
pada lobus atas
4. Aspergilosis lnvasif
 Penderita dengan gangguan immun dan
netropeni  faktor predisposisi
 Gambaran rontgen  lnfiltrat bilaterlal,
berbentuk bulat dan noduler  menjadi
kavitasi
 Jumlah lekosit darah tepi meningkat
Histoplasmosis
9/22/2016
27
 Diagnosa  ditemukan organisme
dalam sputum scr langsung dan
dikonfirmasi dengan kultur
Diagnosis jamur paru
9/22/2016
28
1. Kecurigaan terhadap kemungkinan infeksi jamur di paru.
anamnesis, pemeriksaan fisik  gejala/tanda klinik
2. Pemeriksaan diagnostik
􀂙 Foto toraks PA dan lateral, CT Scant toraks.
􀂙 Sputum: mikroskopis jamur dan kultur
􀂙 Bronkoskopi: sekret bronkus, bilasan bronkus,
transbronkial lung biopsi
􀂙 Aspirasi paru dengan jarum.
3. Pemeriksaan laboratorium darah
􀂙darah rutin  lekosistosis
􀂙 Kultur darah
􀂙 Pemeriksaan serologi
Antibodi tes: Histoplasmosis,
Blastomycosis, Coccidioidomycosis
9/22/2016
29
 Histoplasmosis, coccidioidomycosis, &
blastomycosis  deep mycoses
 Tes mendeteksi antibodi yg muncul akibat
infeksi  presipitin & complement fixation
 Nilai rujukan
Normal
 Negative
 CF titer: 1:8
 Immunodiffusion: negative
9/22/2016
30
 Implikasi klinis
 Antibodies thd Coccidioides, Blastomyces, &
Histoplasma  muncul di awal penyakit mg 1 -4,
kmdn menghilang
 Hasil (-) tdk pasti menyingkirkan diagnosis
 Titer CF 1:8  lbh baik diasumsikan ada infeksi
 Faktor yg mempengaruhi
 Ab bs didapatkan pd orang sehat
 cross-reactions tes blastomycosis dgn
histoplasmosis
 50% penderita blastomycosis  hasil (-) dg pem
CF
Antibodi Tes: Candida
9/22/2016
31
 Candidiasis  disebabkan oleh Candida
albicans
 Identifikasi Ab membantu diagnosis jk hasil
kultur (-)
 Metode  imunodifusi,
counterimmunoelectrophoresis (CIE),
aglutinasi latex
 Nilai rujukan
Normal  (-)
9/22/2016
32
 Implikasi klinis
 titer 1:8 dgn LA/ CIE  indikasi adanya infeksi
sistemik
 Peningkata titer 4x (dlm 10 – 14 hr)  indikasi
infeksi akut
 C.albicans  didaptkan pada pasien dgn terapi
antibiotik broadspektrum yg lama, DM, botol susu
bayi, pasien dgn kateter
 Vulvovaginal candidiasis  dpt menular ke bayi
saat persalinan pervaginam
 Interfering Factors
 25% populasi normal  (+) candida
 Cross-reaction dg infeksi cryptococcosis atau
tuberculosis
9/22/201633
9/22/201634
INFEKSI
ARTHROPODA
9/22/2016
35
SCABIES
9/22/2016
36
4 tanda kardinal:
 Pruritus nokturnal
 Adanya anggota keluarga lain yang terkena
infeksi.
 Adanya terowongan pd tempat predileksi
 warna putih/keabu-abuan berbentuk garis lurus
/berkelok, panjang ± 1 cm, pada ujung terowongan
ditemukan papul /vesikel
 Ditemukan tungau
 2 gejala kardinal  diagnosis skabies
Pemeriksaan laboratorium
9/22/2016
37
 Sarcoptes scabei didapatkan dgn membuka
terowongan /vesikula /pustula sambil
mengorek dasarnya
 Hasil kerokan  kaca sediaan  beri
beberapa tetes gliserin / minyak emersion 
tutup dengan gelas penutup  Lihat
dibawah mikroskop (obyektif 10/40x) 
positif bila didapatkan Sarcoptes scabei atau
telurnya.
 Diagnosis pasti  jika didapatkan Sarcoptes
scabei atau telurnya pada sediaan
9/22/2016
38
Telur
9/22/2016
39
Pedikulosis
Kutu, golongan pedikulus, pengisap darah,
tanpa sayap, jantan dan betina
Penyebaran dengan kontak fisik, saling
bertukar penutup kepala, sisir, bantal
Klasifikasi:
• Pedikulus humanus varian kapitis
• Pedikulus humanus varian korporis
• Phtirus pubis
Pedikulosis korporis Gejala klinik
Gatal,
UKK: ekskoriasi liniar: leher,
punggung, lengan
INFEKSI CACING
9/22/2016
42
PEMERIKSAAN LAB
9/22/2016
43
 Darah
 lekositosis, eosinofilia, Ig E , Hb 
 Faeces
Cara langsung  sediaan setipis
mungkin  hasil kualitatif : (+) / (-)
Pengencer: NaCl, lugol, eosin
CACING PITA
9/22/2016
44
 Taenia solium, Schistosoma hematobium (VU),
Schistosoma mansoni, Schistosoma japonicum,
Schistosoma mekongi, & Schistosoma intercalatum
(usus & hati)
 DIAGNOSA
 ditemukan cacing pita dewasa
 ditemukan telur di faeces
 ditemukan cacing di faeces (proglotid untuk
membedakan dg cacing lainnya)
 Kista di jaringan (di otak)  dgn CT atau MRI
 Urin  telur (schistosomiasis)
 pemeriksaan antibodi terhadap parasit.
Depkes RI
9/22/201645
9/22/201646
CACING KREMI
9/22/2016
47
 Enterobius vermicularis
 Metode Graham Scoth tape
 Apusan perianal (dg selotip)  pagi hari,
bangun tidur, sebelum mandi dan atau
buang air besar
 Letakan di bwh mikroskop  (+):
didapatkan cacing atau telur
CACING TAMBANG
9/22/2016
48
 Necator Americanus, Ancylostoma
duodenale
 Diagnosa  ditemukan telur, larva
atau cacing dewasa pada faeces
CACING GELANG
9/22/2016
49
 Ascaris lumbricoides
 Diagnosa  ditemukan telur atau
cacing dewasa pada faeces
9/22/2016
50
PEMERIKSAAN FILARIASIS
9/22/2016
51
1. Deteksi mikrofilaria
 Diagnosis pasti  ditemukan mikrofilaria di
darah.
 Sampel diambil antara tengah malam – jam 2
pagi  apusan darah  dicat Giemsa 
diperiksa di bawah mikroskop.
 Pada keadaan kronis, cacing betina yang
biasanya mengeluarkan larva telah mati,
sehingga mikrofilaria tidak ditemukan di
darah.
9/22/2016
52
2. Deteksi cacing dewasa
 Diagnosis  ditemukan cacing dewasa
pada biopsi nodus limfatikus.
 Biopsi kelenjar dilakukan bila mikrofilaria
tidak ditemukan dalam darah.
 Biopsi dilakukan pada kelenjar limfe
ekstremitas
9/22/2016
53
3. Deteksi antigen
 Deteksi W. bancrofti  metode ELISA.
 Antibodi monoklonal  AD12 atau Og4C3.
 Ab AD12  mengenali 200kD antigen pada cacing
dewasa.
 menjadi rapid test  ICT diagnosis (Sensitivitas 96
– 100%, spesifisitas 100%)
 Ab Og4C3  mengenali antigen cacing dewasa
(Sensitivitas 100%, spesifisitas 98,6 – 100%)
 Sampel 1 ml darah.
 Jika hasil positif  W. bancrofti dewasa yang hidup
 Keuntungan  sampel dapat diambil sewaktu-waktu
9/22/2016
54
4. Antibodi spesifik filaria
  deteksi antibodi anti filaria (IgG anti Brugia)
  untuk memeriksa penduduk yang menetap
sementara / pelancong di daerah endemik
filariasis.
 Total IgG anti filarial  tidak spesifik 
seorang individu terinfeksi atau tidak ?
 Subklas IgG4  lebih spesifik  kadar
meningkat pada infeksi aktif W. bancrofti.
9/22/2016
55
5. Deteksi DNA
 Deteksi DNA W. bacrofti dan B. malayi 
menggunakan PCR
 Sensitivitas tinggi
9/22/2016
56
6. Pemeriksaan lain
 Eosinofilia
 tidak spesifik
 Peningkatan kadar IgE
 Peningkatan corakan bronkovaskular pada X foto
thorax
 Pemeriksaan adanya chilus pada cairan transudat
9/22/201657

Contenu connexe

Tendances (19)

Pedikulosis AKPER PEMKAB MUNA
Pedikulosis AKPER PEMKAB MUNA Pedikulosis AKPER PEMKAB MUNA
Pedikulosis AKPER PEMKAB MUNA
 
Tinea
TineaTinea
Tinea
 
Tinea favosa
Tinea favosaTinea favosa
Tinea favosa
 
bebefapa bakteri penyebab penyakit
bebefapa bakteri penyebab penyakitbebefapa bakteri penyebab penyakit
bebefapa bakteri penyebab penyakit
 
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva MigransCutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans
 
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTIONCUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
CUTANEUS LARVA MIGRAN / CREEPING ERUPTION
 
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
 
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Eflorecensi
EflorecensiEflorecensi
Eflorecensi
 
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopis
 
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewanPenyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
 
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Referat kulit
Referat kulitReferat kulit
Referat kulit
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
 
Onchocerca volvulus
Onchocerca volvulusOnchocerca volvulus
Onchocerca volvulus
 

En vedette

Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 system
Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 systemDeteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 system
Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 systempdspatologikliniksby
 
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)pjj_kemenkes
 
cara service laptop
cara service laptopcara service laptop
cara service laptopkbtiforum
 
Latihan soal kingdom animalia x semester 2
Latihan soal kingdom animalia x semester 2Latihan soal kingdom animalia x semester 2
Latihan soal kingdom animalia x semester 2BiomaPublishing
 
Perang Dunia 1, LBB, Perang Dunia 2, PBB, dan pergerakan kemerdekaan di Asia-...
Perang Dunia 1, LBB, Perang Dunia 2, PBB, dan pergerakan kemerdekaan di Asia-...Perang Dunia 1, LBB, Perang Dunia 2, PBB, dan pergerakan kemerdekaan di Asia-...
Perang Dunia 1, LBB, Perang Dunia 2, PBB, dan pergerakan kemerdekaan di Asia-...Nonik Nugrahaini
 
Contoh soal latihan biologi dan jawabannya
Contoh soal latihan biologi dan jawabannyaContoh soal latihan biologi dan jawabannya
Contoh soal latihan biologi dan jawabannyaRisca Wentiari
 

En vedette (7)

Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 system
Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 systemDeteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 system
Deteksi mikobakterium menggunakan manual mgit dan bactectm mgittm 960 system
 
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)
Pemeriksaan darah ( protozoa : parasit malaria)
 
cara service laptop
cara service laptopcara service laptop
cara service laptop
 
Mikologi
MikologiMikologi
Mikologi
 
Latihan soal kingdom animalia x semester 2
Latihan soal kingdom animalia x semester 2Latihan soal kingdom animalia x semester 2
Latihan soal kingdom animalia x semester 2
 
Perang Dunia 1, LBB, Perang Dunia 2, PBB, dan pergerakan kemerdekaan di Asia-...
Perang Dunia 1, LBB, Perang Dunia 2, PBB, dan pergerakan kemerdekaan di Asia-...Perang Dunia 1, LBB, Perang Dunia 2, PBB, dan pergerakan kemerdekaan di Asia-...
Perang Dunia 1, LBB, Perang Dunia 2, PBB, dan pergerakan kemerdekaan di Asia-...
 
Contoh soal latihan biologi dan jawabannya
Contoh soal latihan biologi dan jawabannyaContoh soal latihan biologi dan jawabannya
Contoh soal latihan biologi dan jawabannya
 

Similaire à K8 jamur artro cacing tropmed16

ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdf
ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdfABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdf
ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdfHendrisCitra
 
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfAsharEmong
 
Imaging in lung fungal infection
Imaging in lung fungal infectionImaging in lung fungal infection
Imaging in lung fungal infectionRangga Pragasta
 
EMCASE BS 28 Desember 2022.pptx
EMCASE BS 28 Desember 2022.pptxEMCASE BS 28 Desember 2022.pptx
EMCASE BS 28 Desember 2022.pptxNailulHumam1
 
BAKTERIOLOGI - SISTEM PERNAFASAN
BAKTERIOLOGI - SISTEM PERNAFASANBAKTERIOLOGI - SISTEM PERNAFASAN
BAKTERIOLOGI - SISTEM PERNAFASANMuhammad Nasrullah
 
Penyakit Jamur Paru- release.pdf
Penyakit Jamur Paru- release.pdfPenyakit Jamur Paru- release.pdf
Penyakit Jamur Paru- release.pdfwisnukuncoro11
 
344860663-REFERAT-Mikosis-Paru-Ppt-Gabel.pptx
344860663-REFERAT-Mikosis-Paru-Ppt-Gabel.pptx344860663-REFERAT-Mikosis-Paru-Ppt-Gabel.pptx
344860663-REFERAT-Mikosis-Paru-Ppt-Gabel.pptxAuliaRezha2
 
Kumpulan Latihan Soal Ukom D4 (2023) II.ppt
Kumpulan Latihan Soal Ukom D4 (2023) II.pptKumpulan Latihan Soal Ukom D4 (2023) II.ppt
Kumpulan Latihan Soal Ukom D4 (2023) II.pptdediknurcahyo1
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiGoogle
 
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptback up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptFirstiafinaTiffany1
 
konsep infeksi di fasilitas kesehatan .pptx
konsep infeksi di fasilitas kesehatan .pptxkonsep infeksi di fasilitas kesehatan .pptx
konsep infeksi di fasilitas kesehatan .pptxRizalGinurul
 

Similaire à K8 jamur artro cacing tropmed16 (20)

6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf
 
ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdf
ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdfABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdf
ABSES PARU TUGAS BACA HENDRIS.pdf
 
Rkk11
Rkk11Rkk11
Rkk11
 
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
 
Pneumonia 2019
Pneumonia 2019Pneumonia 2019
Pneumonia 2019
 
Imaging in lung fungal infection
Imaging in lung fungal infectionImaging in lung fungal infection
Imaging in lung fungal infection
 
EMCASE BS 28 Desember 2022.pptx
EMCASE BS 28 Desember 2022.pptxEMCASE BS 28 Desember 2022.pptx
EMCASE BS 28 Desember 2022.pptx
 
BAKTERIOLOGI - SISTEM PERNAFASAN
BAKTERIOLOGI - SISTEM PERNAFASANBAKTERIOLOGI - SISTEM PERNAFASAN
BAKTERIOLOGI - SISTEM PERNAFASAN
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
Penyakit Jamur Paru- release.pdf
Penyakit Jamur Paru- release.pdfPenyakit Jamur Paru- release.pdf
Penyakit Jamur Paru- release.pdf
 
344860663-REFERAT-Mikosis-Paru-Ppt-Gabel.pptx
344860663-REFERAT-Mikosis-Paru-Ppt-Gabel.pptx344860663-REFERAT-Mikosis-Paru-Ppt-Gabel.pptx
344860663-REFERAT-Mikosis-Paru-Ppt-Gabel.pptx
 
Kumpulan Latihan Soal Ukom D4 (2023) II.ppt
Kumpulan Latihan Soal Ukom D4 (2023) II.pptKumpulan Latihan Soal Ukom D4 (2023) II.ppt
Kumpulan Latihan Soal Ukom D4 (2023) II.ppt
 
Pneu
PneuPneu
Pneu
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Skrofuloderma
SkrofulodermaSkrofuloderma
Skrofuloderma
 
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptback up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
 
konsep infeksi di fasilitas kesehatan .pptx
konsep infeksi di fasilitas kesehatan .pptxkonsep infeksi di fasilitas kesehatan .pptx
konsep infeksi di fasilitas kesehatan .pptx
 
1. 2019_Jamur.en.id.pdf
1. 2019_Jamur.en.id.pdf1. 2019_Jamur.en.id.pdf
1. 2019_Jamur.en.id.pdf
 
Askep abses paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep abses paru AKPER PEMKAB MUNA Askep abses paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep abses paru AKPER PEMKAB MUNA
 

Dernier

Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungHalo Docter
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxDwiDamayantiJonathan1
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptAnisyahHariadi
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaYosuaNatanael1
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 

Dernier (20)

Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 

K8 jamur artro cacing tropmed16

  • 1. PEMERIKSAAN JAMUR ARTHROPODA & CACING Vitasari Indriani Laboratorium Patologi Klinik FK Unsoed 9/22/2016 1
  • 2. Tujuan pembelajaran 9/22/2016 2  Menjelaskan parameter pemeriksaan laboratorium pada infeksi jamur, arthropoda dan cacing  Menjelaskan prinsip pemeriksaan laboratorium pada infeksi jamur, arthropoda dan cacing
  • 4. Klasifikasi 9/22/2016 4 Berdasar jaringan yg terlibat: 1. Infeksi jamur superfisial (superficial mycoses)  kulit & selaput mukosa  pityriasis versicolor, dermatophytosis, superficial candidiasis  cutaneous  athlete’s foot Spesies penyebab  Microsporum, Epidermophyton, Trichophyton
  • 5. Klasifikasi 9/22/2016 5 2. Infeksi jamur subkutan (subcutaneus mycoses)  jaringan subkutan, kulit & tulang  mycetoma, chromomycosis, sporotricosis 3. Infeksi jamur sistemik (systemic mycoses)  jaringan organ di dalam tubuh (paru, hati, limpa, traktus gastrointestinal dan menyebar lewat aliran darah atau getah bening)
  • 6. Metoda diagnosis infeksi jamur 9/22/2016 6  Lampu Wood  ruang gelap  jamur (+) rambut/kulit berpendar kuning kehijauan  Pemeriksaan langsung dgn mikroskop  spesimen diletakan di slide + KOH atau Calcofluor white  deteksi fragmen mycelial , arthrospores, spherules, atau budding yeast cells  Pemeriksaan fluorescent  spesimen + Calcofluor white  sinar ultraviolet atau dengan mikroskop medan gelap  Kultur  identifikasi spesies jamur  lama
  • 7. Metoda diagnosis infeksi jamur 9/22/2016 7  Tes serologi (+)  titer > 1:32, atau kenaikan titer 4x (dlm 3 mgg) utk pem  Candida, Aspergillus, histoplasmosis, coccidioidomycosis, blastomycosis  Tes antigen spesimen urin  Histoplasma capsulatum, Blastomyces dermatitidi sensitivitas 92%
  • 8. Pengambilan spesimen 9/22/2016 8  Area yg akan diambil spesimennya dibersihkan dg alkohol 70%  Kerok daerah lesi kulit yg aktif dgn scalpel steril  Ambil rambut sampai ke akar  Kerok kuku sampai ke dasar
  • 9. JAMUR SUPERFISIAL 9/22/2016 9 TINEA Penegakan diagnosis  anamnesis, pemeriksaan klinis (gambaran klinik & lokasi), pemeriksaan laboratorium
  • 10. 9/22/2016 10 Pemeriksaaan laboratorium:  KOH 10 – 20%  Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, & Epidermophyton fioccosum  Kultur, dengan menggunakan media Sabourouds Dextrose Agar + chloramfenicol + Cyclohexamide, akan tumbuh Mycobiotik - Mycosel dalam waktu 10 - 14 hari  Pemeriksaan lampu Wood’s  gambaran effloresensi tidak khas
  • 11. Prinsip pemeriksaan 9/22/2016 11  Bahan : kerokan kulit (sblmnya dibersihkan dgn alkohol 70%) a. Pemeriksaan dengan sediaan basah  Kulit dibersihkan dgn alkohol 70% → kerok skuama dr bagian tepi lesi dgn scalpel → obyek glass → tetesi KOH 10-20 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit (utk melarutkan jaringan ) → lihat di mikroskop dengan pembesaran 10/40 x : - hifa  dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, - spora berderet (artrospora) - miselium
  • 12. Tinea Etiologi 3 spesies asexual: Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton Geofilik: • Microsporum gypseum Zoofilik: • Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes Anthropophilic • Epidermopyton floccosum, Microsporum audoinii Silinder Spindle Club
  • 13. 9/22/2016 13 b. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar  menanamkan bahan pd medium saboraud dgn ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan  Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu (Wiederkehr, Michael. 2008)
  • 14. 9/22/2016 14 c. Punch biopsi  Sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah  Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff & Haematoxylin Eosin  jamur tampak merah muda  Pengecatan Gomori methenamin silver  jamur tampak coklat atau hitam (Wiederkehr, Michael. 2008)
  • 15. PITIRIASIS VERSIKOLOR 9/22/2016 15  Kilinis: makula hipopigmentasi sampai kecoklatan ditutupi skuama halus  Pemeriksaan dgn lampu woods di kamar gelap  fluoresensi kuning keemasan (zat pityridin)
  • 16. 9/22/2016 16  Pemeriksaan dgn KOH Pemeriksaan kerokan kulit dari daerah lesi dengan larutan KOH 10-20%  terlihat hifa – hifa pendek dengan spora bergerombol seperti buah anggur
  • 17. 9/22/2016 17  Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar
  • 18. JAMUR SISTEMIK 9/22/2016 18 JAMUR DI SARAF  Diagnosa  gejala klinis & pem tambahan (laboratorium cairan serebrospinal)  Gambaran cairan serebrospinal ~ meningitis tuberkulosa  Tekanan meningkat , jumlah sel  (10-500 sel/mm3), protein  , glukosa  (15-35 mg)  Diagnosa  ditemukan organisme dlm cairan serebrospinal (pewarnaan tinta India), kultur dalam media sabouraud, hasil inokulasi pd hewan percobaan.  Pemeriksaan antigen Cryptococcus pada serum dan cairan serebrospinal
  • 19. JAMUR PARU 9/22/2016 19 1. JAMUR PATOGEN SISTEMATIK  Jamur ini dapat menginovasi dan berkembang pada jaringan host normal tanpa adanya predisposisi.  Histoplasmosis, disebabkan Histoplasma capsulatum.  Koksidioidornikosis, disebabkan oleh Coccidioides immitis.  Parakoksidioidornikosis, disebabkan oleh Paracoccidioides brasiliensis  Blastomikosis, disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis.  Kriptokokosis, disebabkan oleh Cryptococcus
  • 20. 9/22/2016 20 2. JAMUR OPORTUNISTIK  Organisme Oportunistik  dlm keadaan normal sifatnya non patogen, tp dpt berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah/mekanisme pertahanan tubuh terganggu.  Lebih sering terjadi  lnfeksi jamur paru oportunistik yang sering terjadi adalah: 1. Kandidiasis paru. 2. Aspergilosis paru.
  • 21. Kandidiasis Etiologi Candida albicans merupakan jenis paling patogen, Sekresi proteinase yang dpat merusak sel amplop Spesies lain: Candida glabrata, Candida parapsilosis, Candida tropicalis, krusei, dsb Predisposisi endogen • Kehamilan • Obesitas • Endokrinopati • Infeksi kronis • Pengaruh obat • Usia • Gangguan imunitas
  • 23. Kandidiasis paru 9/22/2016 23 Terbagi menjadi kandidiasis bronkial dan kandidiasis paru a. Kandidiasis bronkial  dinding mukosa bronkus plak plak  batuk batuk keras, dahak sedikit dan mengental warna seperti susu  Dahak  didapatkan Kandida albikans  DX Kandidiasis bronkial : Kandida albikans (+) secara berulang ulang  Gambaran radiologik foto dada  normal atau dijumpai pengaburan berupa garis dilapangan tengah dan bawah paru.
  • 24. 9/22/2016 24 b. Kandidiasis paru  Tampak sakit, demam, pernapasan dan nadi cepat, batuk-batuk, hemaptoe, sesak dan nyeri dada  Foto dada  tampak pengaburan dengan batas tidak jelas terutama dilapangan bawah paru, efusi pleura  Diagnosa  ditemukan jamur Kandida di sputum, kultur yang positip dengan medium agar Sabouraud  pemeriksaan berulang- ulang
  • 25. Aspergillosis paru 9/22/2016 25 1. Allergic Bronkhopulnlonary Aspergillosis (ABPA)  pada penyandang asma bronkhial  Aspergillosis proliferasi pada mukus yang pekat dan biasanya intiltrat terlihat pada rota rontgen "Mucous plug"  Eosinofilia sering dijumpai 2. Bola jamur (fungus ball) atau Aspergiloma  Aspergillus tumbuh pada kavitas yang berhubungan dengan saluran nafas  Reaksi inflamasi terjadi disekitar kavitas, tapi jamur tidak menginvasinya,  Gejala klinis umumnya adalah batuk darah.
  • 26. 9/22/2016 26 3. Aspergilosis Nekrotikans  Bentuk antara Aspergiloma dan Aspergillosis invasif  penderita usia menengah atau perokok lama >>  terjadi kavitas fibrotik  biasanya terdapat pada lobus atas 4. Aspergilosis lnvasif  Penderita dengan gangguan immun dan netropeni  faktor predisposisi  Gambaran rontgen  lnfiltrat bilaterlal, berbentuk bulat dan noduler  menjadi kavitasi  Jumlah lekosit darah tepi meningkat
  • 27. Histoplasmosis 9/22/2016 27  Diagnosa  ditemukan organisme dalam sputum scr langsung dan dikonfirmasi dengan kultur
  • 28. Diagnosis jamur paru 9/22/2016 28 1. Kecurigaan terhadap kemungkinan infeksi jamur di paru. anamnesis, pemeriksaan fisik  gejala/tanda klinik 2. Pemeriksaan diagnostik 􀂙 Foto toraks PA dan lateral, CT Scant toraks. 􀂙 Sputum: mikroskopis jamur dan kultur 􀂙 Bronkoskopi: sekret bronkus, bilasan bronkus, transbronkial lung biopsi 􀂙 Aspirasi paru dengan jarum. 3. Pemeriksaan laboratorium darah 􀂙darah rutin  lekosistosis 􀂙 Kultur darah 􀂙 Pemeriksaan serologi
  • 29. Antibodi tes: Histoplasmosis, Blastomycosis, Coccidioidomycosis 9/22/2016 29  Histoplasmosis, coccidioidomycosis, & blastomycosis  deep mycoses  Tes mendeteksi antibodi yg muncul akibat infeksi  presipitin & complement fixation  Nilai rujukan Normal  Negative  CF titer: 1:8  Immunodiffusion: negative
  • 30. 9/22/2016 30  Implikasi klinis  Antibodies thd Coccidioides, Blastomyces, & Histoplasma  muncul di awal penyakit mg 1 -4, kmdn menghilang  Hasil (-) tdk pasti menyingkirkan diagnosis  Titer CF 1:8  lbh baik diasumsikan ada infeksi  Faktor yg mempengaruhi  Ab bs didapatkan pd orang sehat  cross-reactions tes blastomycosis dgn histoplasmosis  50% penderita blastomycosis  hasil (-) dg pem CF
  • 31. Antibodi Tes: Candida 9/22/2016 31  Candidiasis  disebabkan oleh Candida albicans  Identifikasi Ab membantu diagnosis jk hasil kultur (-)  Metode  imunodifusi, counterimmunoelectrophoresis (CIE), aglutinasi latex  Nilai rujukan Normal  (-)
  • 32. 9/22/2016 32  Implikasi klinis  titer 1:8 dgn LA/ CIE  indikasi adanya infeksi sistemik  Peningkata titer 4x (dlm 10 – 14 hr)  indikasi infeksi akut  C.albicans  didaptkan pada pasien dgn terapi antibiotik broadspektrum yg lama, DM, botol susu bayi, pasien dgn kateter  Vulvovaginal candidiasis  dpt menular ke bayi saat persalinan pervaginam  Interfering Factors  25% populasi normal  (+) candida  Cross-reaction dg infeksi cryptococcosis atau tuberculosis
  • 36. SCABIES 9/22/2016 36 4 tanda kardinal:  Pruritus nokturnal  Adanya anggota keluarga lain yang terkena infeksi.  Adanya terowongan pd tempat predileksi  warna putih/keabu-abuan berbentuk garis lurus /berkelok, panjang ± 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul /vesikel  Ditemukan tungau  2 gejala kardinal  diagnosis skabies
  • 37. Pemeriksaan laboratorium 9/22/2016 37  Sarcoptes scabei didapatkan dgn membuka terowongan /vesikula /pustula sambil mengorek dasarnya  Hasil kerokan  kaca sediaan  beri beberapa tetes gliserin / minyak emersion  tutup dengan gelas penutup  Lihat dibawah mikroskop (obyektif 10/40x)  positif bila didapatkan Sarcoptes scabei atau telurnya.  Diagnosis pasti  jika didapatkan Sarcoptes scabei atau telurnya pada sediaan
  • 40. Pedikulosis Kutu, golongan pedikulus, pengisap darah, tanpa sayap, jantan dan betina Penyebaran dengan kontak fisik, saling bertukar penutup kepala, sisir, bantal Klasifikasi: • Pedikulus humanus varian kapitis • Pedikulus humanus varian korporis • Phtirus pubis
  • 41. Pedikulosis korporis Gejala klinik Gatal, UKK: ekskoriasi liniar: leher, punggung, lengan
  • 43. PEMERIKSAAN LAB 9/22/2016 43  Darah  lekositosis, eosinofilia, Ig E , Hb   Faeces Cara langsung  sediaan setipis mungkin  hasil kualitatif : (+) / (-) Pengencer: NaCl, lugol, eosin
  • 44. CACING PITA 9/22/2016 44  Taenia solium, Schistosoma hematobium (VU), Schistosoma mansoni, Schistosoma japonicum, Schistosoma mekongi, & Schistosoma intercalatum (usus & hati)  DIAGNOSA  ditemukan cacing pita dewasa  ditemukan telur di faeces  ditemukan cacing di faeces (proglotid untuk membedakan dg cacing lainnya)  Kista di jaringan (di otak)  dgn CT atau MRI  Urin  telur (schistosomiasis)  pemeriksaan antibodi terhadap parasit.
  • 47. CACING KREMI 9/22/2016 47  Enterobius vermicularis  Metode Graham Scoth tape  Apusan perianal (dg selotip)  pagi hari, bangun tidur, sebelum mandi dan atau buang air besar  Letakan di bwh mikroskop  (+): didapatkan cacing atau telur
  • 48. CACING TAMBANG 9/22/2016 48  Necator Americanus, Ancylostoma duodenale  Diagnosa  ditemukan telur, larva atau cacing dewasa pada faeces
  • 49. CACING GELANG 9/22/2016 49  Ascaris lumbricoides  Diagnosa  ditemukan telur atau cacing dewasa pada faeces
  • 51. PEMERIKSAAN FILARIASIS 9/22/2016 51 1. Deteksi mikrofilaria  Diagnosis pasti  ditemukan mikrofilaria di darah.  Sampel diambil antara tengah malam – jam 2 pagi  apusan darah  dicat Giemsa  diperiksa di bawah mikroskop.  Pada keadaan kronis, cacing betina yang biasanya mengeluarkan larva telah mati, sehingga mikrofilaria tidak ditemukan di darah.
  • 52. 9/22/2016 52 2. Deteksi cacing dewasa  Diagnosis  ditemukan cacing dewasa pada biopsi nodus limfatikus.  Biopsi kelenjar dilakukan bila mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah.  Biopsi dilakukan pada kelenjar limfe ekstremitas
  • 53. 9/22/2016 53 3. Deteksi antigen  Deteksi W. bancrofti  metode ELISA.  Antibodi monoklonal  AD12 atau Og4C3.  Ab AD12  mengenali 200kD antigen pada cacing dewasa.  menjadi rapid test  ICT diagnosis (Sensitivitas 96 – 100%, spesifisitas 100%)  Ab Og4C3  mengenali antigen cacing dewasa (Sensitivitas 100%, spesifisitas 98,6 – 100%)  Sampel 1 ml darah.  Jika hasil positif  W. bancrofti dewasa yang hidup  Keuntungan  sampel dapat diambil sewaktu-waktu
  • 54. 9/22/2016 54 4. Antibodi spesifik filaria   deteksi antibodi anti filaria (IgG anti Brugia)   untuk memeriksa penduduk yang menetap sementara / pelancong di daerah endemik filariasis.  Total IgG anti filarial  tidak spesifik  seorang individu terinfeksi atau tidak ?  Subklas IgG4  lebih spesifik  kadar meningkat pada infeksi aktif W. bancrofti.
  • 55. 9/22/2016 55 5. Deteksi DNA  Deteksi DNA W. bacrofti dan B. malayi  menggunakan PCR  Sensitivitas tinggi
  • 56. 9/22/2016 56 6. Pemeriksaan lain  Eosinofilia  tidak spesifik  Peningkatan kadar IgE  Peningkatan corakan bronkovaskular pada X foto thorax  Pemeriksaan adanya chilus pada cairan transudat