SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  36
DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
Rezky Amaliah, Nur Arizkah, Rika Mansur, Muhammad Fathur Rahmat
PENDIDIKAN FISIKA
Abstrak
Telah dilakukan pengukuran panjang, pengukuran massa, serta pengukuran waktu dan
suhu. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan tiga alat yaitu mistar, jangka sorong,
dan micrometer sekrup. Pengukuran massa dilakukan dengan menggunakan tiga macam neraca
Ohauss, yaitu Neraca Ohauss 2610 gram, Neraca Ohauss 311 gram dan Neraca Ohauss 310 gram.
Pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch dan pengukuran suhu menggunakan
termometer. Pengukuran diawali dengan perhitungan NST masing-masing alat. Kemudian
menentukan ketidakpastian mutlaknya dengan cara mengalikan NST dengan satu per kemampuan
mata membagi NST tersebut secara jelas. Setelah itu akan dilakukan pengukuran berulang. Serta
mencari volume dan massa jenis dari benda yang diukur. Hasil pengukuran volume balok masing-
masing alat adalah | 7,1 ± 0,7 | x 103 mm3, | 8,19 ± 0,31 | x 103 mm3, dan | 8,530 ± 0,075 | x 103
mm3. Hasil pengukuran volume bola masing-masing alat adalah | 7,5 ± 0,6 | x 103 mm3, | 7,69 ±
0,09 | 103 mm3,dan | 7,7 ± 0,4 | 103 mm3. Massa yang digunakan dalam analisis hanya massa dari
hasil pengukuran Neraca Ohauss 310, karena merupakan neraca yang paling teliti diantara neraca
yang lainnya. Hasil perhitungan massa jenis balok adalah | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 gram/mm3, | 3,44 ±
0,13 | x 10-3 gram/mm3, | 2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis bola
menggunakan mistar dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3, | 2,53 ±
0,04 | x 10-3 gram/mm3, | 2,54 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3. Sedangkan untuk hasil pengukuran waktu
dan suhu, dimana suhu dijadikan manipulasi dan diukur setiap 60 detik. Dengan hasil perubahan
suhu tiap 60 sekon adalah 5°C.
Kata kunci : NST, Ketidakpastian, Deviasi, Massa, Volume.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur ?
2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang ?
3. Bagaimana penggunaan angka berarti ?
TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Arti Pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau
bukti kualitatif.
Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran
Ketepatan (Keakuratan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran
berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang
sebenarnya maka pengukuran dikatakan “akurat”. Pada pengukuran ini, harga
rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya.
Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah
tertentu maka pengukuran disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh
berbeda).
Angka Penting atau Angka Berarti
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh : 25,04 A mengandung 4 angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali
kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir
yang masih dianggap penting.
Contoh : 22,30 m mengandung 4 angka penting
22,30 m mengandung 3 angka penting
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol baik di sebelah
kanan maupun di sebelah kiri koma decimal tidak termasuk angka penting.
Analisis Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil x1, x2, dan x3 atau dua
kali saja misalnya pada awal percobaan dan akhir percobaan, maka {x} dan ∆x
dapat ditentukan sebagai berikut. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai
{𝑥̅} sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar deviasi rata-rata dilaporkan
sebagai ∆x . deviasi adalah selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-
ratanya. Jadi :
{x} = 𝑥̅, rata-rata pengukuran
∆x = δ maksimum,
= δ rata-rata
dengan :
𝑥̅ =
𝑥1+𝑥2+𝑥3
3
dan,
Deviasi δ1 = | x1 - 𝑥̅ | , δ2 = | x2 - 𝑥̅ | dan δ3 = | x3 - 𝑥̅ |. ∆x adalah yang terbesar di
antara δ1, δ2, dan δ3.
Atau dapat juga diambil dari :
∆x =
δ1+δ2+δ3
3
Disarankan agar δmaks diambil sebagai ∆x oleh karena nilai x1, x2, dan x3 akan
tercakup dalam interval : ( x - ∆x ) dan ( x + ∆x )
Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Dengan aturan
sebagai berikut :

∆𝑥
𝑥
sekitar 10 %, menggunakan 2 angka berarti.

∆𝑥
𝑥
sekitar 1 %, menggunakan 3 angka berarti.

∆𝑥
𝑥
sekitar 0,1 %, menggunakan 4 angka berarti.
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala nonius
(SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala nonius tidak selalu
sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10
skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.
Hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong diberikan oleh persamaan:
Hasil Pengukuran (HP) = Nilai Skala Utama – Nilai Stala Nonius
dengan Nilai Skala Utama = Penunjukan skala utama x NST skala utama dan,
Nilai Skala Nonius = Penunjukan skala nonius x NST skala nonius.
atau,
HasilPengukuran(HP) (PSU×NST SU)+(PSN ×NSTJangkaSorong) dengan
NSTSU
NSTJangkaSorong=
N
, dimana N = jumlah skala nonius
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala utama
dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup dapat ditentukan
dengan cara yang sama prinsipnya dengan jangka sorong, yaitu :
NS Skala Mendatar
NST Mikrometer
Jumlah Skala Putar

Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki NST skala mendatar (skala utama) 0,5
mm dan jumlah skala putar (nonius) sebanyak 50 skala. Hasil pengukuran dari suatu
mikrometer dapat ditentukan dengan cara membaca penunjukan bagian ujung skala putar
terhadap skala utama dan garis horisontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala
bagian atas dan bawah) terhadap skala putar.
NERACA
1. Neraca Ohauss 2610
Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda. Pada
ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500 gram
dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610 gram.
Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunakan semua lengan neraca
dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung. Hasil
pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan beban gantung dengan
semua penunjukan lengan-lengan neraca.
2. Neraca Ohauss 311
Neraca ini mempunyai 4 (empat) lengan dengan NST yang berbeda-beda,
masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan NST yang berbeda-beda.
Untuk menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan NST masing-masing
lengan kemudian jumlahkan penunjukan lengan neraca yang digunakan.
3. Neraca Ohauss 310
Neraca ini mempunyai 2 lengan dan skala berputar yang dilengkapi dengan
nonius. Nonius pada alat ini tidak bergerak seperti pada mistar Geser dan
mikrometer, cara menentukan NST dari alat ini, sama saja dengan mistar geser.
Menentukan hasil pengukurannya adalah dengan menjumlahkan pembacaan
masing-masing lengan, skala berputar dan penunjukan nonius.
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu zat. Ada
dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu termometer air
raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer jenis batang gelas dengan
batas ukur minimum –10 o
C dan batas ukur maksimum +110 o
C. Nilai skala terkecil
untuk kedua jenis termometer tersebut dapat ditentukan seperti halnya menentukan nilai
skala terkecil sebuah mistar biasa, yaitu dengan mengambil batas ukur tertentu dan
membaginya dengan jumlah skala dari nol sampai pada ukur yang diambil tersebut.
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Penggaris/Mistar 1 buah
2. Jangka Sorong 1 buah
3. Mikrometer Sekrup 1 buah
4. Stopwatch 1 buah
5. Termometer 1 buah
6. Neraca Ohaus 2610 1 buah
7. Neraca Ohaus 310 1 buah
8. Neraca Ohauss 311 1 buah
9. Gelas Ukur 1 buah
10. Kaki tiga dan kasa 1 buah
11. Pembakar Bunsen 1 buah
b. Bahan
1. Air Secukupnya
2. Balok Besi 1 buah
3. Kelereng (Bola) 1 buah
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1 (Pengukuran Panjang)
1. Panjang
2. Lebar
3. Tinggi
4. Diameter
Kegiatan 2
1. Massa
Kegiatan 3
1. Suhu
2. Waktu
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1
1. Panjang adalah hasil pengukuran dari rusuk balok sisi bawah yaitu rusuk
kiri ke rusuk kanan menggunakan mistar, jangka sorong, dan micrometer
sekrup dengan satuan millimeter (mm).
2. Lebar adalah hasil pengukuran dari rusuk balok sisi bawah yaitu rusuk
depan ke rusuk belakang menggunakan mistar, jangka sorong, dan
micrometer sekrup dengan satuan millimeter (mm).
3. Tinggi adalah hasil pengukuran dari rusuk balok vertikal yaitu rusuk
bawah ke rusuk atas menggunakan mistar, jangka sorong, dan
micrometer sekrup dengan satuan millimeter (mm).
4. Diameter adalah hasil pengukuran dari sisi bola sebelah kiri menuju sisi
sebelah kanan menggunakan mistar, jangka sorong,dan micrometer
sekrup dengan satuan millimeter (mm)
Kegiatan 2
1. Massa adalah hasil pengukuran berat benda menggunakan neraca Ohauss
2610 gram, neraca ohauss 310 gram dan neraca ohauss 311 gram dengan
satuan gram.
Kegiatan 3
1. Temperatur adalah hasil pengukuran suhu air yang dipanaskan
menggunakan thermometer dengan satuan °C.
2. Waktu adalah hasil pengukuran dengan menggunakan stopwatch dengan
satuan sekon.
Prosedur Kerja
Kegiatan 1
1. Menyiapakan Mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup. Menentukan
NST masing-masing alat.
2. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan
tinggi balok berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan
ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil pengukuran tabel hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya.
3. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukut di
tempat berbeda) yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur
tersebut. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan
disertai ketidakpastiannya.
Kegiatan 2
1. Menentukan NST masing-masing neraca.
2. Mengukur massa balok kubus dan bola (yang digunakan di pergunakan
panjang) sebanyak 3 kali secara berulang.
3. Mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian
pengukuran.
Kegiatan 3
1. Menyiapkan gelas ukur, Bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan
lapisan asbesnya dan sebuah termometer.
2. Mengisi gelas ukur dengan air hingga 1
2⁄ bagian dan diletakkan di atas
kaki tiga.
3. Menyalakan bunsen pembakar.
4. Mengukur temperatur sebagai temperatur mula-mula (T0) ketika suhu
mulai naik.
5. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap
selang waktu 1 menit sampai 6 kali perubahan suhu tiap menit.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Panjang
NST mistar : 0,1 cm = 1 mm
NST Jangka Sorong :
NST Mikrometer Sekrup :
20 SN = 39 SU
20 SN = 39.1 mm
20 SN = 39 mm
1 SN =
39 𝑚𝑚
20
1 SN = 1,95 mm
NST = ( 2 – 1,95 ) mm
= 0,05 mm
Nilai Skala Mendatar =
5
10
= 0,5 mm
NST =
𝑁𝑆𝑀
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑆𝑃
=
0,5 𝑚𝑚
50
= 0,01 mm
Tabel 1. Hasil Pengukuran panjang
No
Benda
yang
diukur
Besaran
yang
diukur
Hasil Pengukuran
Mistar Jangka Sorong
Mikrometer
Sekrup
1 Balok
Panjang
| 19,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,410 ± 0,005 |
| 19,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,400 ± 0,005 |
| 19,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,390 ± 0,005 |
Lebar
| 19,0 ± 0,5 | | 21,00 ± 0,05 | | 20,495 ± 0,005 |
| 19,0 ± 0,5 | | 21,00 ± 0,05 | | 20,495 ± 0,005 |
| 20,0 ± 0,5 | | 20,01 ± 0,05 | | 20,490 ± 0,005 |
Tinggi
| 20,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,405 ± 0,005 |
| 19,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,405 ± 0,005 |
| 19,0 ± 0,5 | | 20,00 ± 0,05 | | 20,405 ± 0,005 |
2 Bola
Diamet
er
| 24,0 ± 0,5 | | 24,60 ± 0,05 | | 25,175 ± 0,005 |
| 25,0 ± 0,5 | | 24,50 ± 0,05 | | 24,540 ± 0,005 |
| 24,0 ± 0,5 | | 24,40 ± 0,05 | | 24,580 ± 0,005 |
2. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 2610 gram
Nilai skala lengan 1 = 10 gram
Nilai skala lengan 2 = 100 gram
Nilai skala lengan 3 = 0,1 gram
Tabel 2. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram
Benda
Penun.
Lengan 1
Penun.
Lengan 2
Penun.
Lengan 3
Beban
Gantung
Massa Benda (g)
Balok
Kubus
1. 20 g
2. 20 g
3. 20 g
1.0
2.0
3.0
1. 4,6 g
2. 4,6 g
3. 4,5 g
-
-
-
1. | 24,60 ± 0,05 |
2. | 24,60 ± 0,05 |
3. | 24,50 ± 0,05 |
Bola 1. 10 g
2. 10 g
3. 10 g
1.0
2.0
3.0
1. 9,65 g
2. 9,75 g
3. 9,80 g
-
-
-
1. | 19,65 ± 0,05 |
2. | 19,75 ± 0,05 |
3. | 19,80 ± 0,05 |
Neraca Ohauss 311 gram
Nilai skala lengan 1 = 100 gram
Nilai skala lengan 2 = 10 gram
Nilai skala lengan 3 = 0,1 gram
Nilai skala lengan 4 = 0,01 gram
Tabel 3. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 311 gram
Benda
Penun.
Lengan 1
Penun.
Lengan 2
Penun.
Lengan 3
Penun.
Lengan 4
Massa Benda (g)
Balok
Kubus
1. 0
2. 0
3. 0
1.20 g
2.20 g
3.20 g
1. 4 g
2. 4 g
3. 4 g
1.0,44 g
2.0,44 g
3.0,44 g
1. | 24,440 ± 0,005 |
2. | 24,440 ± 0,005 |
3. | 24,440 ± 0,005 |
Bola 1. 0
2. 0
3. 0
1.10 g
2.10 g
3.10 g
1. 9 g
2. 9 g
3. 9 g
1.0,48 g
2.0,48 g
3.0,48 g
1. | 19,480 ± 0,005 |
2. | 19,480 ± 0,005 |
3. | 19,480 ± 0,005 |
Neraca Ohauss 310 gram
Nilai skala lengan 1 = 100 gram NST Neraca Ohauss 310 gram
Nilai skala lengan 2 = 10 gram
Nilai skala lengan 3 = 0,1 gram
Jumlah skala Nonius = 10
10 SN = 19 SP
10 SN = 19.0,1 gram
10 SN = 1,9 gram
SN =
1,9 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
SN = 0,19 gram
NST = ( 0,2 – 0,19 ) gram
= 0,01 gram
Tabel 4. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 310 gram
Benda
Penun.
Lengan 1
Penun.
Lengan 2
Penun.
Skala
Putar
Penun.
Skala
Nonius
Massa Benda (g)
Balok
Kubus
1. 0
2. 0
3. 0
1.20 g
2.20 g
3.20 g
1. 4,4 g
2. 4,4 g
3. 4,4 g
1.0,08 g
2.0,07 g
3.0,08 g
1. | 24,48 ± 0,05 |
2. | 24,47 ± 0,05 |
3. | 24,48 ± 0,05 |
Bola 1. 0
2. 0
3. 0
1.10 g
2.10 g
3.10 g
1. 9,5 g
2. 9,5 g
3. 9,4 g
1.0,01 g
2.0,04 g
3.0,08 g
1. | 19,51 ± 0,05 |
2. | 19,54 ± 0,05 |
3. | 19,48 ± 0,05 |
3. Pengukuran Waktu dan Suhu
NST Termometer = 1°C
NST Stopwatch = 0,1 sekon
Temperatur Mula-mula (T0) = | 30,0 ± 0,5 |
Tabel 5. Hasil Pengukuran waktu dan Suhu
No Waktu (s) Temperatur (C)
Perubahan
Temperatur (C)
1 | 60,00 ± 0,05 | | 33,0 ± 0,5 | | 3 ± 1 |
2 | 60,00 ± 0,05 | | 38,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 |
3 | 60,00 ± 0,05 | | 43,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 |
4 | 60,00 ± 0,05 | | 48,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 |
5 | 60,00 ± 0,05 | | 53,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 |
6 | 60,00 ± 0,05 | | 58,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 |
ANALISIS DATA
1. Perhitungan Rata-rata dan Ketidakpastian mutlak
a. Perhitungan Rata-rata
Perhitungan Rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok
1) Perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan
mistar
𝑝̅ =
𝑝1+𝑝2+𝑝3
3
=
(19,0 +19,0+19,0) mm
3
= 19,00 mm
𝑙̅ =
𝑙1+𝑙2+𝑙3
3
=
(19,0 +19,0+20,0) 𝑚𝑚
3
= 19,33 mm
𝑡̅=
𝑡1+𝑡2+𝑡3
3
=
(20,0 +19,0+19,0) 𝑚𝑚
3
= 19,33 mm
2) Perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan
Jangka Sorong
𝑝̅ =
𝑝1+𝑝2+𝑝3
3
=
(19,90 +19,90+ 19,90) 𝑚𝑚
3
= 19,90 mm
𝑙̅ =
𝑙1+𝑙2+𝑙3
3
=
(21,00 + 21,00 +20,01) 𝑚𝑚
3
= 20,67 mm
𝑡̅=
𝑡1+𝑡2+𝑡3
3
=
(19,90 +19,90 +20,00) 𝑚𝑚
3
= 19,93 mm
3) Perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan
Mikrometer Sekrup
𝑝̅ =
𝑝1+𝑝2+𝑝3
3
=
(20,410 +20,400 + 20,390) 𝑚𝑚
3
= 20,400 mm
𝑙̅ =
𝑙1+𝑙2+𝑙3
3
=
(20,495 + 20,495 + 20,490) 𝑚𝑚
3
= 20,493 mm
𝑡̅=
𝑡1+𝑡2+𝑡3
3
=
(20,405 +20,405 +20,405) 𝑚𝑚
3
= 20,405 mm
Perhitungan Rata-rata diameter Bola
1) Perhitungan rata-rata diameter Bola menggunakan Mistar
𝑑̅ =
𝑑1+𝑑2+𝑑3
3
=
(24,0+25,0+24,0) 𝑚𝑚
3
= 24,3 mm
2) Perhitungan rata-rata diameter Bola menggunakan Jangka Sorong
𝑑̅ =
𝑑1+𝑑2+𝑑3
3
=
(24,60+24,50+24,40) 𝑚𝑚
3
= 24,50 mm
3) Perhitungan rata-rata diameter Bola menggunakan Mikrometer Sekrup
𝑑̅ =
𝑑1+𝑑2+𝑑3
3
=
(25,175+24,540+24,580) 𝑚𝑚
3
= 24,765 mm
Perhitungan rata-rata Massa
Perhitungan rata-rata massa balok menggunakan Neraca Ohauss 310 gram
𝑚̅ =
𝑚1+𝑚2+𝑚3
3
=
(24,48+24,47+24,48 ) 𝑔𝑟𝑎𝑚
3
= 24,476 gram
Perhitungan rata-rata massa bola menggunakan Neraca Ohauss 310 gram
𝑚̅ =
𝑚1+𝑚2+𝑚3
3
=
(19,51+19,54+19,48 ) 𝑔𝑟𝑎𝑚
3
= 19,543 gram
b. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak
Perhitungan Ketidakpastian Mutlak balok
Perhitungan Ketidakpastian Mutlak balok menggunakan Mistar
a. Panjang
δ1 = | 𝑝̅ − p1 |
= | 19,00 – 19,00 |
= 0
δ2 = | 𝑝̅ − p2 |
= | 19,00 – 19,00 |
= 0
δ3 = | 𝑝̅ − p3 |
= | 19,00 – 19,00 |
= 0
δmax = Δp
= Δx alat
= 0,500
KR =
𝛥𝑝
𝑝̅
x 100 %
=
0,500
19,00
x 100 %
= 0,026 x 100 %
= 2,6 % (3 AB)
p = | 𝑝̅ ± Δp |
= | 19,0 ± 0,50 | mm
b. Lebar
δ1 = | 𝑙̅− 𝑙1 |
= | 19,33 – 19,00 | = 0,33
δ2 = | 𝑙̅− 𝑙2 |
= | 19,33 – 19,00 | = 0,33
δ3 = | 𝑙̅− 𝑙3 |
= | 19,33 – 20,00 | = 0,67
δmax = Δp
= 0,67
KR =
𝛥𝑙
𝑝̅
x 100 %
=
0,67
19,33
x 100 %
= 0,034 x 100 %
= 3,4 % (3 AB)
l = | 𝑙̅ ± ∆l |
= | 19,3 ± 0,67 | mm
c. Tinggi
δ1 = | 𝑡̅ − 𝑡1 |
= | 19,33 – 20,00 |
= 0,67
δ2 = | 𝑡̅ − 𝑡2 |
= | 19,33 – 19,00 |
= 0,33
δ3 = | 𝑡̅ − 𝑡2 |
= | 19,33 – 19,00 |
= 0,33
δmax = Δt
= 0,67
KR =
𝛥𝑡
𝑝̅
x 100 %
=
0,67
19,33
x 100 %
= 0,034 x 100 %
= 3,4 % (3 AB)
t = | 𝑡̅ ± ∆t |
= | 19,3 ± 0,67 | mm
Perhitungan Ketidakpastian Mutlak balok menggunakan Jangka Sorong
a. Panjang
δ1 = | 𝑝̅ − p1 |
= | 19,90 – 19,90 |
= 0
δ2 = | p̅ − p2 |
= | 19,90 – 19,90 |
= 0
δ3 = | p̅ − p3 |
= | 19,90 – 19,90 |
= 0
δmax = Δp
= Δx alat
= 0,05
KR =
𝛥𝑝
𝑝̅
x 100 %
=
0,05
19,90
x 100 %
= 0,0025 x 100 %
= 0,25 % (4 AB)
p = | 𝑝̅ ± ∆p |
= | 19,90 ± 0,050 | mm
b. Lebar
δ1 = | 𝑙̅− 𝑙1 |
= | 20,67 – 21,00 |
= 0,33
δ2 = | 𝑙̅− 𝑙2 |
= | 20,67 – 21,00 |
= 0,33
δ3 = | 𝑙̅− 𝑙3 |
= | 20,67 – 20,01 |
= 0,66
δmax = Δl
= 0,66
KR =
𝛥𝑙
𝑙
x 100 %
=
0,66
20 ,67
x 100 %
= 0,032 x 100 %
= 3,2 % (3 AB)
l = | 𝑙̅ ± ∆l |
= | 20,7 ± 0,66 | mm
c. Tinggi
δ1 = | 𝑡̅ − 𝑡1 |
= | 19,93 – 19,90 |
= 0,03
δ2 = | 𝑡̅ − 𝑡2 |
= | 19,93 – 19,90 |
= 0,03
δ3 = | 𝑡̅ − 𝑡3 |
= | 19,93 – 20,00 |
= 0,07
δmax = Δt
= 0,07
KR =
𝛥𝑡
𝑡̅
x 100 %
=
0,07
19,93
x 100 %
= 0,0035 x 100 %
= 0,35 % (4 AB)
t = | 𝑡̅ ± ∆t |
= | 19,93 ± 0,070 | mm
Perhitungan Ketidakpastian Mutlak balok menggunakan Mikrometer
Sekrup
a. Panjang
δ1 = | 𝑝̅ − 𝑝1 |
= | 20,400 – 20,410 |
= 0,010
δ2 = | 𝑝̅ − 𝑝2 |
= | 20,400 – 20,400 |
= 0
δ3 = | 𝑝̅ − 𝑝3 |
= | 20,400 – 20,390 |
= 0,010
δmax = Δp
= 0,010
KR =
𝛥𝑝
𝑝̅
x 100 %
=
0,010
20 ,400
x 100 %
= 0,00049 x 100 %
= 0,05 % (4 AB)
p = | 𝑝̅ ± ∆p |
= | 20,40 ± 0,010 | mm
b. Lebar
δ1 = | 𝑙̅− 𝑙1 |
= | 20,493 – 20,495 |
= 0,002
δ2 = | 𝑙̅− 𝑙2 |
= | 20,493 – 20,495 |
= 0,002
δ3 = | 𝑙̅− 𝑙3 |
= | 20,493 – 20,490 |
= 0,003
δmax = Δl
= 0,003
KR =
𝛥𝑙
𝑙
x 100 %
=
0,003
20 ,493
x 100 %
= 0,00015 x 100 %
= 0,015 % (4 AB)
l = | 𝑙̅ ± ∆l |
= | 20,49 ± 0,003 | mm
c. Tinggi
δ1 = | 𝑡̅ − 𝑡1 |
= | 20,405 – 20,405 |
= 0
δ2 = | 𝑡̅ − 𝑡2 |
= | 20,405 – 20,405 |
= 0
δ3 = | 𝑡̅ − 𝑡3 |
= | 20,405 – 20,405 |
= 0
δmax = Δt
= Δt alat
= 0,005
KR =
𝛥𝑡
𝑡
x 100 %
=
0,005
20 ,405
x 100 %
= 0,00024 x 100 %
= 0,024 % (4 AB)
l = | 𝑙̅ ± ∆l |
= | 20,40 ± 0,005 | mm
Perhitungan Ketidakpastian Mutlak diameter Bola
a. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak diameter Bola menggunakan
Mistar
δ1 = | 𝑑̅ − 𝑑1 |
= | 24,3 – 24,0 |
= 0,3
δ2 = | 𝑑̅ − 𝑑2 |
= | 24,3 – 25,0 |
= 0,7
δ3 = | 𝑑̅ − 𝑑3 |
= | 24,3 – 24,0 |
= 0,3
δmax = Δd
= 0,7
KR =
𝛥𝑑
𝑑
x 100 %
=
0,7
24 ,3
x 100 %
= 0,0206x 100 %
= 2,06 % (3 AB)
d = | 𝑑̅ ± ∆d |
= | 24,3 ± 0,70 | mm
b. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak diameter Bola menggunakan
Jangka sorong
δ1 = | 𝑑̅ − 𝑑1 |
= | 24,50 – 24,60 |
= 0,10
δ2 = | 𝑑̅ − 𝑑2 |
= | 24,50 – 24,50 |
= 0
δ3 = | 𝑑̅ − 𝑑3 |
= | 24,50 – 24,40 |
= 0,10
δmax = Δd
= 0,10
KR =
𝛥𝑑
𝑑
x 100 %
=
0,10
24 ,50
x 100 %
= 0,00408 x 100 %
= 4,08 % (3 AB)
d = | 𝑑̅ ± ∆d |
= | 24,50 ± 0,10 | mm
c. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak diameter Bola menggunakan
Micrometer sekrup
δ1 = | 𝑑̅ − 𝑑1 |
= | 24,765 – 25,175 |
= 0,410
δ2 = | 𝑑̅ − 𝑑2 |
= | 24,765 – 24,540 |
= 0,225
δ3 = | 𝑑̅ − 𝑑3 |
= | 24,765 – 24,580 |
= 0,185
δmax = Δd
= 0,410
KR =
𝛥𝑑
𝑑
x 100 %
=
0,410
24 ,765
x 100 %
= 0,0165 x 100 %
= 1,65 % (3 AB)
d = | 𝑑̅ ± ∆d |
= | 24,8 ± 0,41 | mm
Perhitungan Ketidakpastian Mutlak massa balok dan bola
Perhitungan Ketidakpastian Mutlak massa balok
δ1 = | 𝑚̅ − 𝑚1 |
= | 24,476 – 24,48 |
= 0,004
δ2 = | 𝑚̅ − 𝑚2 |
= | 24,476 – 24,47 |
= 0,006
δ3 = | 𝑚̅ − 𝑚3 |
= | 24,476 – 24,48 |
= 0,004
δmaks = ∆m
= 0,006
KR =
𝛥𝑚
𝑚
x 100 %
=
0,006
24,476
x 100 %
= 0,00024 x 100 %
= 0,024 % (4 AB)
m = | 𝑚̅ ± ∆m |
= | 24,48 ± 0,006 | gram
Perhitungan Ketidakpastian Mutlak massa Bola
δ1 = | 𝑚̅ − 𝑚1 |
= | 19,543 – 19,51 |
= 0,033
δ2 = | 𝑚̅ − 𝑚2 |
= | 19,543 – 19,54 |
= 0,003
δ3 = | 𝑚̅ − 𝑚3 |
= | 19,543 – 19,48 |
= 0,063
δmaks = ∆m
= 0,063
KR =
𝛥𝑚
𝑚
x 100 %
=
0,063
19,543
x 100 %
= 0,00322 x 100 %
= 0,32 % (4 AB)
m = | 𝑚̅ ± ∆m |
= | 19,54 ± 0,063 | gram
2. Perhitungan Volume
Perhitungan Volume Balok
V = p.l.t
Rambat Ralat untuk volume balok
dV= |
𝛿𝑉
𝛿𝑝
| dp + |
𝛿𝑉
𝛿𝑙
| dl + |
𝛿𝑉
𝛿𝑡
| dt
dV = |
𝑝𝑙𝑡
𝛿𝑝
| dp + |
𝑝𝑙𝑡
𝛿𝑙
| dl + |
𝑝𝑙𝑡
𝛿𝑡
| dt
dV = | 𝑙𝑡| dp + | 𝑝𝑡| dl + | 𝑝𝑙| dt
∆V = | 𝑙𝑡| ∆p + | 𝑝𝑡| ∆l + | 𝑝𝑙| ∆t
∆𝑉
𝑉
=
| 𝑙𝑡| ∆p + | 𝑝𝑡| ∆l + | 𝑝𝑙| ∆t
𝑉
∆𝑉
𝑉
=
| 𝑙𝑡| ∆p + | 𝑝𝑡| ∆l + | 𝑝𝑙| ∆t
𝑝𝑙𝑡
∆𝑉
𝑉
=
∆p
𝑝
+
∆l
𝑙
+
∆t
𝑡
∆V = |
∆p
𝑝
+
∆l
𝑙
+
∆t
𝑡
| V
Perhitungan rambat ralat volume Balok
a. Perhitungan rambat ralat volume Balok yang menggunakan Mistar
∆p = 0,05 ∆l =0,67 ∆t = 0,67
p̅ = 19,00 mm l̅ = 19,33 mm t̅ = 19,33 mm
V = p.l.t
V = (19,00 x 19,33 x 19,33) mm3
V = 7099,3291 mm3
∆V = |
∆p
𝑝
+
∆l
𝑙
+
∆t
𝑡
| V
∆V = |
0,5
19,00
+
0,67
19,33
+
0,67
19,33
| 7099,329 mm3
∆V = | 0,026 + 0,035 + 0,035 | 7099,329 mm3
∆V = 0,096 x 7099,329 mm3
∆V = 678,9663 mm3
KR =
∆V
V
x 100 %
=
678,9663
7099,329
x 100 %
= 0,096 x 100 %
= 9,6 % (2 AB)
V = | V ± ∆V |
= | 7,1 ± 0,7 | x 103 mm3
b. Perhitungan rambat ralat volume Balok yang menggunakan Jangka
Sorong
∆p = 0,05 ∆l =0,66 ∆t = 0,07
p̅ = 19,90 mm l̅ = 20,67 mm t̅ = 19,93 mm
V = p.l.t
V = (19,90 x 20,67 x 19,93) mm3
V = 8197,867 mm3
∆V = |
∆p
𝑝
+
∆l
𝑙
+
∆t
𝑡
| V
∆V = |
0,05
19,90
+
0,66
20,67
+
0,07
19,93
| 8197,867 mm3
∆V = | 0,0025 + 0,032 + 0,035 | 8197,867 mm3
∆V = 0,03795 x 7099,3291 mm3
∆V = 311,1526 mm3
KR =
∆V
V
x 100 %
=
311,1526
8197,867
x 100 %
= 0,03795 x 100 %
= 3,7 % (3 AB)
V = | V ± ∆V |
= | 8,19 ± 0,31 | x 103 mm3
c. Perhitungan rambat ralat volume Balok yang menggunakan Mikrometer
Sekrup
∆p = 0,010 ∆l =0,003 ∆t = 0,005
p̅ = 20,400 mm l̅ = 20,493 mm t̅ = 20,405 mm
V = p.l.t
V = (20,400 x 20,493 x 20,405) mm3
V = 8530,4572 mm3
∆V = |
∆p
𝑝
+
∆l
𝑙
+
∆t
𝑡
| V
∆V = |
0,010
20,400
+
0,003
20,493
+
0,005
20,405
| 8530,4572 mm3
∆V = | 0,000490 + 0,000146 + 0,000245 | 8530,4572 mm3
∆V = 0,000882 x 8530,4572 mm3
∆V = 7,521 mm3
KR =
∆V
V
x 100 %
=
7,521
8530 ,4572
x 100 %
= 0,000882 x 100 %
= 0,08 % (4 AB)
V = | V ± ∆V |
= | 8,530 ± 0,075 | x 103 mm3
Perhitungan volume bola
V =
4
3
𝜋r3
V =
4
3
𝜋(
1
2
𝑑)3
V =
4
3
1
8
𝜋𝑑3
V =
1
6
𝜋𝑑3
Perhitungan Rambat Ralat Volume Bola
dV = |
𝛿𝑣
𝛿𝑑
| dd
dV = |
1
6
𝜋𝑑3
𝛿𝑑
| dd
dV = |
3
6
𝑑2
| dd
dV = |
3
6
𝑑2
| dd
∆V = |
1
2
𝑑2
| ∆d
∆V
𝑉
= |
1
2
𝑑2
𝑉
| ∆d
∆V
𝑉
= |
1
2
𝑑2
1
6
d3
| ∆d
∆V = (|
3
𝑑
| ∆d ) V
∆V = |
3∆d
𝑑
| V
a. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak volume balok menggunakan Mistar
∆d = 0,70
d̅ = 24,3 mm
V =
1
6
𝜋𝑑3
V =
1
6
𝑥 3,14 𝑥 (24,3)3
mm3
V = 7509,26133 mm3
∆V = |
3∆d
𝑑
| V
∆V = |
3.0,70
24,3
| 7509,26133 mm3
∆V = 0,0864 x 7509,26133 mm3
∆V = 648,94851 mm3
KR =
∆V
V
x 100 %
=
648,94851
7509,26133
x 100 %
= 0,08641 x 100 %
= 8,6 % (2 AB)
V = | V ± ∆V |
= | 7,5 ± 0,6 | x 103 mm3
b. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak volume balok menggunakan Jangka
Sorong
∆d = 0,10
d̅ = 24,50 mm
V =
1
6
𝜋𝑑3
V =
1
6
𝑥 3,14 𝑥 (24,50)3
mm3
V = 7696,2054 mm3
∆V = |
3∆d
𝑑
| V
∆V = |
3.0,10
24,50
| 7696,2054 mm3
∆V = 0,0122 x 7696,2054 mm3
∆V = 94,2392 mm3
KR =
∆V
V
x 100 %
=
94,2392
7696,2054
x 100 %
= 0,01224 x 100 %
= 1,2 % (3 AB)
V = | V ± ∆V |
= | 7,69 ± 0,09 | 103 mm3
c. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak volume balok menggunakan
Micrometer Sekrup
∆d = 0,41
d̅ = 24,76 mm
V =
1
6
𝜋𝑑3
V =
1
6
𝑥 3,14 𝑥 (24,76)3
mm3
V = 7943,8368 mm3
∆V = |
3∆d
𝑑
| V
∆V = |
3.0,41
24,76
| 7943,8368 mm3
∆V = 0,0496 x 7696,2054 mm3
∆V = 382,3236 mm3
KR =
∆V
V
x 100 %
=
382,3236
7696,2054
x 100 %
= 0,0497 x 100 %
= 4,9 % (2 AB)
V = | V ± ∆V |
= | 7,7 ± 0,4 | 103 mm3
3. Perhitungan Massa Jenis
Perhitungan Massa Jenis balok
Perhitungan Rambat ralat massa jenis balok
𝑑𝜌 = |
𝛿𝜌
𝛿𝑚
| dm + |
𝛿𝜌
𝛿𝑉
| dV
𝑑𝜌 = |
𝑚𝑉 −1
𝛿𝑚
| dm + |
𝑚𝑉 −1
𝛿𝑉
| dV
𝑑𝜌 = | 𝑉−1| dm + | 𝑚𝑉−2| dV
∆𝜌 = | 𝑉−1| ∆m + | 𝑚𝑉−2| ∆V
∆𝜌
𝜌
= |
𝑉−1
𝜌
| ∆m + |
𝑚𝑉 −2
𝜌
| ∆V
∆𝜌
𝜌
= |
𝑉−1
𝑚𝑉−1 | ∆m + |
𝑚𝑉−2
𝑚𝑉−1 | ∆V
∆𝜌
𝜌
= |
∆m
𝑚
| + |
∆𝑉
𝑉
|
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆𝑉
𝑉
| 𝜌
Perhitungan Massa (menggunakan Neraca Ohauss 310)
Massa (menggunakan Neraca Ohauss 310) = 24,476 gram
a. Perhitungan Massa jenis balok Menggunakan Mistar
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
24,476 gram
7099,3291 mm3
𝜌 = 0,00344 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆v
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,006
24,476
| + |
678 ,9663
7099 ,3291
| 0,00344 gram/mm3
∆𝜌 = | 0,000245 + 0,095638 | 0,00344 gram/mm3
∆𝜌 = 0,095883 x 0,00344 gram/mm3
∆𝜌 = 0,00033 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,00033
0,00344
x 100 %
= 0,096 x 100 %
= 9,6 % (2 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 gram/mm3
b. Perhitungan Massa jenis balok Menggunakan Jangka Sorong
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
24,476 gram
8197 ,867 mm3
𝜌 = 0,00298 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆𝑉
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,006
24,476
| + |
311 ,1526
8197,867
| 0,00298 gram/mm3
∆𝜌 = | 0,000245 + 0,037955 | 0,00298 gram/mm3
∆𝜌 = 0,0382 x 0,00298 gram/mm3
∆𝜌 = 0,000114 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,000114
0,00298
x 100 %
= 0,0382 x 100 %
= 3,8 % (3 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 3,44 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3
c. Perhitungan Massa balok Menggunakan Mikrometer Sekrup
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
24,476 gram
8530 ,4572 mm3
𝜌 = 0,00287 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆v
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,006
24,476
| + |
7,521
8530,457
| 0,00287 gram/mm3
∆𝜌 = | 0,000245 + 0,000882 | 0,00287 gram/mm3
∆𝜌 = 0,001127 x 0,00287 gram/mm3
∆𝜌 = 0,00000323 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,00000323
0,00287
x 100 %
= 0,00112 x 100 %
= 0,1 % (4 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3
Perhitungan massa jenis Bola
a. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Mistar
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
19,543 gram
7509,261 mm3
𝜌 = 0,002603 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆v
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,063
19,543
| + |
648 ,9485
7509,261
| 0,002603 gram/mm3
∆𝜌 = | 0,00322 + 0,08642 | 0,002603 gram/mm3
∆𝜌 = 0,089643 x 0,002603 gram/mm3
∆𝜌 = 0,000233 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,000233
0,002603
x 100 %
= 0,08964 x 100 %
= 8,9 % (2 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3
b. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Jangka Sorong
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
19,543 gram
7697 ,205 mm3
𝜌 = 0,002539 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆𝑉
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,063
19,543
| + |
94,2392
7697,205
| 0,002539 gram/mm3
∆𝜌 = | 0,00322 + 0,01224 | 0,002539 gram/mm3
∆𝜌 = 0,01547 x 0,002539 gram/mm3
∆𝜌 = 0,0000392 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,0000392
0,002539
x 100 %
= 0,01547 x 100 %
= 1,5 % (3 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 2,53 ± 0,04 | x 10-3 gram/mm3
c. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Mikrometer Sekrup
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
19,543 gram
7696 ,205 mm3
𝜌 = 0,00254 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆𝑉
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,063
19,543
| + |
382 ,324
7696,205
| 0,00254 gram/mm3
∆𝜌 = | 0,00322 + 0,04968 | 0,00254 gram/mm3
∆𝜌 = 0,0529 x 0,00254 gram/mm3
∆𝜌 = 0,00013 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,00013
0,00254
x 100 %
= 0,0529 x 100 %
= 5,3 % (3 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 2,54 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3
4. Perbandingan alat
Berdasarkan perhitungan analisis dan membandingkan perhitungan antara
semua alat, untuk pengukuran panjang alat yang paling teliti adalah
micrometer sekrup karena memiliki ketidakpastian mutlak yang paling kecil,
dan untuk pengukuran massa, alat yang paling teliti adalah Neraca Ohauss
310 gram karena memiliki skala nonius dan tingkat ketelitiannya paling
besar.
5. Jenis bahan dari balok dan kelereng
Berdasarkan perhitungan massa jenis balok, massa jenis yang didapatkan
tidak sesuai dengan bahan asli pada balok dan bola kelereng. Dimana balok
terbuat dari bahan besi dan kelereng terbuat dari bahan kaca. Massa jenis dari
balok yang didapat dari hasil pengukuran Neraca Ohauss 310 gram dipadukan
dengan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup yaitu :
Benda Alat
Massa jenis
(gram/mm3)
Balok Mistar | 3,4 ± 0,1 | x 10-3
Jangka Sorong | 3,44 ± 0,13 | x 10-3
Mikrometer Sekrup | 2,870 ± 0,003 | x 10-3
Bola kelereng Mistar | 2,6 ± 0,2 | x 10-3
Jangka Sorong | 2,53 ± 0,04 | x 10-3
Mikrometer Sekrup | 2,54 ± 0,13 | x 10-3
PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan, pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran
berulang. Jadi perlu dilakukan perhitungan rata-rata dari semua hasil pengukuran.
Yaitu rata-rata panjang, lebar, dan tinggi untuk balok, rata-rata diameter untuk
bola, dan rata-rata massa untuk balok dan bola. Juga dihitung deviasi maksimum
untuk menentukan ketidakpastian mutlak dari panjang, lebar, tinggi dan diameter
tersebut.
Dengan perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok dapat
ditentukan volume balok. Namun untuk menentukan ketidakpastian mutlak
volume, maka diperlukan perhitungan rambat ralat volume. Hasil pengukuran
volume balok menggunakan mistar adalah | 7,1 ± 0,7 | x 103 mm3. Hasil
pengukuran volume balok menggunakan jangka sorong adalah | 8,19 ± 0,31 | x 103
mm3. Hasil pengukuran volume balok menggunakan mikrometer sekrup adalah |
8,530 ± 0,075 | x 103 mm3.
Dengan perhitungan rata-rata diameter bola, maka volume bola dapat
ditentukan. Hasil pengukuran volume bola menggunakan mistar adalah | 7,5 ± 0,6 |
x 103 mm3. Hasil pengukuran volume bola menggunakan jangka sorong adalah |
7,69 ± 0,09 | 103 mm3. Hasil pengukuran volume bola menggunakan micrometer
sekrup adalah | 7,7 ± 0,4 | 103 mm3.
Kemudian dilakukan pengukuran massa dari balok dan bola menggunakan
neraca 2610 gram, neraca 311 gram, dan neraca 310 gram. Dari hasil perhitungan
volume dan pengukuran massa, maka massa jenis balok dan bola dapat
ditentukan. Massa yang digunakan dalam analisis hanya massa dari hasil
pengukuran Neraca Ohauss 310, karena merupakan neraca yang paling teliti
diantara neraca yang lainnya. Hasil perhitungan massa jenis balok menggunakan
mistar dan neraca ohauss 310 gram adalah | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 gram/mm3. Hasil
perhitungan massa jenis balok menggunakan jangka sorong dan neraca ohauss
310 gram adalah | 3,44 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis
balok menggunakan micrometer sekrup dan neraca ohauss 310 gram adalah |
2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3.
Hasil perhitungan massa jenis bola menggunakan mistar dan neraca
ohauss 310 gram adalah | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa
jenis bola menggunakan jangka sorong dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,53
± 0,04 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis bola menggunakan
micrometer sekrup dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,54 ± 0,13 | x 10-3
gram/mm3.
SIMPULAN DAN DISKUSI
Dari semua hasil pengukuran panjang yang dilakukan secara berulang
menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup, semua hasil
pengukurannya berbeda. Hal ini dikarenakan banyak factor yang mempengaruhi,
diantaranya penglihatan, kondisi dari luar misalnya meja yang goyang, serta
pengaruh kondisi alat yang sudah tidak stabil. Namun yang paling teliti adalah
micrometer sekrup karena memiliki ketidakpastian terkecil yaitu 0,005 mm. Atau
NST nya paling kecil yaitu 0,01 mm/skala. Jadi, hasil pengukuran data yang
mendekati kebenaran adalah pengukuran menggunakan micrometer sekrup,
dibuktikan dengan nilai hasil pengukuran yang lebih detail.
Sedangkan untuk pengukuran massa, pengukuran yang paling teliti adalah
pengukuran menggunakan Neraca Ohauss 310 gram. Cara menentukan
ketidakpastian mutlak alat yaitu membagi NST alat secara jelas oleh penglihatan.
Penggunaan angka berarti dengan menentukan ketidakpastian realtifnya, dengan
menentukan ketidakpastian relatifnya maka angka yang dilaporkan pada hasil
pengukuran dapat ditentukan.
Untuk hasil pengukuran waktu dan suhu, dimana suhu dijadikan
manipulasi dan diukur setiap 60 detik. Dengan hasil perubahan suhu tiap 60 sekon
adalah 5°C.
Dari data yang diperoleh, massa jenis yang didapatkan belum sesuai
dengan massa jenis yang sebenarnya. Hal ini kemungkinan karena kesalahan
pemabacaan penunjukan skala pada alat ukut. Dan ketidaktelitian praktikan.
DAFTAR RUJUKAN
Herman dan asisten LFD. 2014. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1.
Makassar : Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Tim Dosen Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UNM. 2012. Modul Pengukuran Dasar
dan Teori Ketidakpastian Pengukuran. Laboratorium Fisika FMIPA UNM.
Makassar
Serway, Raymond A dan John W.Jeweet,Jr. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik.
Jakarta : Salemba Teknika.

Contenu connexe

Tendances

2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
Nur Azizah
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Pengukuran Dasar Pada Benda Padat
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Pengukuran Dasar Pada Benda PadatLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Pengukuran Dasar Pada Benda Padat
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Pengukuran Dasar Pada Benda Padat
yudhodanto
 
TEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANTEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURAN
Rafben Andika
 
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Nita Mardiana
 

Tendances (20)

Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaLaporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Pengukuran Dasar Pada Benda Padat
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Pengukuran Dasar Pada Benda PadatLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Pengukuran Dasar Pada Benda Padat
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Pengukuran Dasar Pada Benda Padat
 
TEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANTEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURAN
 
Percobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanPercobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturan
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
 
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogen
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogenLaporan Praktikum titik pusat massa benda homogen
Laporan Praktikum titik pusat massa benda homogen
 
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeLaporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
 
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
 
Laporan Fisika - pegas
Laporan Fisika - pegasLaporan Fisika - pegas
Laporan Fisika - pegas
 
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miringLaporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
 
Materi 1 mekanika fluida 1
Materi 1 mekanika fluida 1Materi 1 mekanika fluida 1
Materi 1 mekanika fluida 1
 
Kumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi TermodinamikaKumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi Termodinamika
 
Penerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaPenerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamika
 
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
Laporan praktikum hukum melde kelompok 1
 
Massa jenis zat cair
Massa jenis zat cairMassa jenis zat cair
Massa jenis zat cair
 
Resonansi Bunyi
Resonansi BunyiResonansi Bunyi
Resonansi Bunyi
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
 
Laporan Praktikum Rangkaian Seri Paralel
Laporan Praktikum Rangkaian Seri ParalelLaporan Praktikum Rangkaian Seri Paralel
Laporan Praktikum Rangkaian Seri Paralel
 

Similaire à Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian

Master mr.mawie
Master mr.mawieMaster mr.mawie
Master mr.mawie
su Herman
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
KranaSanz1
 
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Jeremi Mitchell
 
Alat ukur
Alat ukur Alat ukur
Alat ukur
VJ Asenk
 
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Potpotya Fitri
 

Similaire à Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian (20)

UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
 
Besaran, satuan, dan pengukuran
Besaran, satuan,  dan pengukuran   Besaran, satuan,  dan pengukuran
Besaran, satuan, dan pengukuran
 
PPT BAB 2 Pengukuran.pptx
PPT BAB 2 Pengukuran.pptxPPT BAB 2 Pengukuran.pptx
PPT BAB 2 Pengukuran.pptx
 
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smp
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smpppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smp
ppt Materi besaran dan satuan kelas 7 smp
 
Master mr.mawie
Master mr.mawieMaster mr.mawie
Master mr.mawie
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya.pptx
 
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptxBab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya - SMA Fisika X.pptx
 
Pengukuran
PengukuranPengukuran
Pengukuran
 
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
Bab 1 besaran fisika dan satuannya ( in indonesian langue)
 
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik 14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
 
Alat ukur
Alat ukur Alat ukur
Alat ukur
 
Besaran dan vektor fisika sma
Besaran dan vektor fisika smaBesaran dan vektor fisika sma
Besaran dan vektor fisika sma
 
Laporan pengukuran
Laporan pengukuranLaporan pengukuran
Laporan pengukuran
 
Alat ukur (ipa)
Alat ukur (ipa)Alat ukur (ipa)
Alat ukur (ipa)
 
Pengukuran besaran pokok
Pengukuran besaran pokokPengukuran besaran pokok
Pengukuran besaran pokok
 
Pengukuran
PengukuranPengukuran
Pengukuran
 
VII 1 - OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA.pdf
VII 1 - OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA.pdfVII 1 - OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA.pdf
VII 1 - OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA.pdf
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
 
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokok
 
Bab ii adi
Bab ii adiBab ii adi
Bab ii adi
 

Dernier

Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
HALIABUTRA1
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
galuhmutiara
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
 

Dernier (18)

sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
 
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
 
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 

Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian

  • 1. DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN Rezky Amaliah, Nur Arizkah, Rika Mansur, Muhammad Fathur Rahmat PENDIDIKAN FISIKA Abstrak Telah dilakukan pengukuran panjang, pengukuran massa, serta pengukuran waktu dan suhu. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan tiga alat yaitu mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup. Pengukuran massa dilakukan dengan menggunakan tiga macam neraca Ohauss, yaitu Neraca Ohauss 2610 gram, Neraca Ohauss 311 gram dan Neraca Ohauss 310 gram. Pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch dan pengukuran suhu menggunakan termometer. Pengukuran diawali dengan perhitungan NST masing-masing alat. Kemudian menentukan ketidakpastian mutlaknya dengan cara mengalikan NST dengan satu per kemampuan mata membagi NST tersebut secara jelas. Setelah itu akan dilakukan pengukuran berulang. Serta mencari volume dan massa jenis dari benda yang diukur. Hasil pengukuran volume balok masing- masing alat adalah | 7,1 ± 0,7 | x 103 mm3, | 8,19 ± 0,31 | x 103 mm3, dan | 8,530 ± 0,075 | x 103 mm3. Hasil pengukuran volume bola masing-masing alat adalah | 7,5 ± 0,6 | x 103 mm3, | 7,69 ± 0,09 | 103 mm3,dan | 7,7 ± 0,4 | 103 mm3. Massa yang digunakan dalam analisis hanya massa dari hasil pengukuran Neraca Ohauss 310, karena merupakan neraca yang paling teliti diantara neraca yang lainnya. Hasil perhitungan massa jenis balok adalah | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 gram/mm3, | 3,44 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3, | 2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis bola menggunakan mistar dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3, | 2,53 ± 0,04 | x 10-3 gram/mm3, | 2,54 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3. Sedangkan untuk hasil pengukuran waktu dan suhu, dimana suhu dijadikan manipulasi dan diukur setiap 60 detik. Dengan hasil perubahan suhu tiap 60 sekon adalah 5°C. Kata kunci : NST, Ketidakpastian, Deviasi, Massa, Volume. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur ? 2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang ? 3. Bagaimana penggunaan angka berarti ? TUJUAN 1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar 2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang 3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti
  • 2. METODOLOGI EKSPERIMEN Teori Singkat Arti Pengukuran Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran Ketepatan (Keakuratan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran dikatakan “akurat”. Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya. Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda). Angka Penting atau Angka Berarti 1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting. 2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka penting. Contoh : 25,04 A mengandung 4 angka penting. 3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir yang masih dianggap penting. Contoh : 22,30 m mengandung 4 angka penting 22,30 m mengandung 3 angka penting 4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol baik di sebelah kanan maupun di sebelah kiri koma decimal tidak termasuk angka penting.
  • 3. Analisis Ketidakpastian Pengukuran Berulang Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil x1, x2, dan x3 atau dua kali saja misalnya pada awal percobaan dan akhir percobaan, maka {x} dan ∆x dapat ditentukan sebagai berikut. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai {𝑥̅} sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar deviasi rata-rata dilaporkan sebagai ∆x . deviasi adalah selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata- ratanya. Jadi : {x} = 𝑥̅, rata-rata pengukuran ∆x = δ maksimum, = δ rata-rata dengan : 𝑥̅ = 𝑥1+𝑥2+𝑥3 3 dan, Deviasi δ1 = | x1 - 𝑥̅ | , δ2 = | x2 - 𝑥̅ | dan δ3 = | x3 - 𝑥̅ |. ∆x adalah yang terbesar di antara δ1, δ2, dan δ3. Atau dapat juga diambil dari : ∆x = δ1+δ2+δ3 3 Disarankan agar δmaks diambil sebagai ∆x oleh karena nilai x1, x2, dan x3 akan tercakup dalam interval : ( x - ∆x ) dan ( x + ∆x ) Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Dengan aturan sebagai berikut :  ∆𝑥 𝑥 sekitar 10 %, menggunakan 2 angka berarti.  ∆𝑥 𝑥 sekitar 1 %, menggunakan 3 angka berarti.  ∆𝑥 𝑥 sekitar 0,1 %, menggunakan 4 angka berarti. Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala. Hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong diberikan oleh persamaan:
  • 4. Hasil Pengukuran (HP) = Nilai Skala Utama – Nilai Stala Nonius dengan Nilai Skala Utama = Penunjukan skala utama x NST skala utama dan, Nilai Skala Nonius = Penunjukan skala nonius x NST skala nonius. atau, HasilPengukuran(HP) (PSU×NST SU)+(PSN ×NSTJangkaSorong) dengan NSTSU NSTJangkaSorong= N , dimana N = jumlah skala nonius Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara yang sama prinsipnya dengan jangka sorong, yaitu : NS Skala Mendatar NST Mikrometer Jumlah Skala Putar  Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki NST skala mendatar (skala utama) 0,5 mm dan jumlah skala putar (nonius) sebanyak 50 skala. Hasil pengukuran dari suatu mikrometer dapat ditentukan dengan cara membaca penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan garis horisontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas dan bawah) terhadap skala putar. NERACA 1. Neraca Ohauss 2610 Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda. Pada ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500 gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610 gram. Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunakan semua lengan neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan beban gantung dengan semua penunjukan lengan-lengan neraca.
  • 5. 2. Neraca Ohauss 311 Neraca ini mempunyai 4 (empat) lengan dengan NST yang berbeda-beda, masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan NST yang berbeda-beda. Untuk menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan NST masing-masing lengan kemudian jumlahkan penunjukan lengan neraca yang digunakan. 3. Neraca Ohauss 310 Neraca ini mempunyai 2 lengan dan skala berputar yang dilengkapi dengan nonius. Nonius pada alat ini tidak bergerak seperti pada mistar Geser dan mikrometer, cara menentukan NST dari alat ini, sama saja dengan mistar geser. Menentukan hasil pengukurannya adalah dengan menjumlahkan pembacaan masing-masing lengan, skala berputar dan penunjukan nonius. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu zat. Ada dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu termometer air raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer jenis batang gelas dengan batas ukur minimum –10 o C dan batas ukur maksimum +110 o C. Nilai skala terkecil untuk kedua jenis termometer tersebut dapat ditentukan seperti halnya menentukan nilai skala terkecil sebuah mistar biasa, yaitu dengan mengambil batas ukur tertentu dan membaginya dengan jumlah skala dari nol sampai pada ukur yang diambil tersebut. Alat dan Bahan a. Alat 1. Penggaris/Mistar 1 buah 2. Jangka Sorong 1 buah 3. Mikrometer Sekrup 1 buah 4. Stopwatch 1 buah 5. Termometer 1 buah 6. Neraca Ohaus 2610 1 buah 7. Neraca Ohaus 310 1 buah 8. Neraca Ohauss 311 1 buah 9. Gelas Ukur 1 buah 10. Kaki tiga dan kasa 1 buah 11. Pembakar Bunsen 1 buah
  • 6. b. Bahan 1. Air Secukupnya 2. Balok Besi 1 buah 3. Kelereng (Bola) 1 buah Identifikasi Variabel Kegiatan 1 (Pengukuran Panjang) 1. Panjang 2. Lebar 3. Tinggi 4. Diameter Kegiatan 2 1. Massa Kegiatan 3 1. Suhu 2. Waktu Definisi Operasional Variabel Kegiatan 1 1. Panjang adalah hasil pengukuran dari rusuk balok sisi bawah yaitu rusuk kiri ke rusuk kanan menggunakan mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup dengan satuan millimeter (mm). 2. Lebar adalah hasil pengukuran dari rusuk balok sisi bawah yaitu rusuk depan ke rusuk belakang menggunakan mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup dengan satuan millimeter (mm). 3. Tinggi adalah hasil pengukuran dari rusuk balok vertikal yaitu rusuk bawah ke rusuk atas menggunakan mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup dengan satuan millimeter (mm). 4. Diameter adalah hasil pengukuran dari sisi bola sebelah kiri menuju sisi sebelah kanan menggunakan mistar, jangka sorong,dan micrometer sekrup dengan satuan millimeter (mm)
  • 7. Kegiatan 2 1. Massa adalah hasil pengukuran berat benda menggunakan neraca Ohauss 2610 gram, neraca ohauss 310 gram dan neraca ohauss 311 gram dengan satuan gram. Kegiatan 3 1. Temperatur adalah hasil pengukuran suhu air yang dipanaskan menggunakan thermometer dengan satuan °C. 2. Waktu adalah hasil pengukuran dengan menggunakan stopwatch dengan satuan sekon. Prosedur Kerja Kegiatan 1 1. Menyiapakan Mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup. Menentukan NST masing-masing alat. 2. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan tinggi balok berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil pengukuran tabel hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya. 3. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukut di tempat berbeda) yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya. Kegiatan 2 1. Menentukan NST masing-masing neraca. 2. Mengukur massa balok kubus dan bola (yang digunakan di pergunakan panjang) sebanyak 3 kali secara berulang. 3. Mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian pengukuran. Kegiatan 3 1. Menyiapkan gelas ukur, Bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan lapisan asbesnya dan sebuah termometer.
  • 8. 2. Mengisi gelas ukur dengan air hingga 1 2⁄ bagian dan diletakkan di atas kaki tiga. 3. Menyalakan bunsen pembakar. 4. Mengukur temperatur sebagai temperatur mula-mula (T0) ketika suhu mulai naik. 5. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang waktu 1 menit sampai 6 kali perubahan suhu tiap menit. HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA Hasil Pengamatan 1. Pengukuran Panjang NST mistar : 0,1 cm = 1 mm NST Jangka Sorong : NST Mikrometer Sekrup : 20 SN = 39 SU 20 SN = 39.1 mm 20 SN = 39 mm 1 SN = 39 𝑚𝑚 20 1 SN = 1,95 mm NST = ( 2 – 1,95 ) mm = 0,05 mm Nilai Skala Mendatar = 5 10 = 0,5 mm NST = 𝑁𝑆𝑀 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑆𝑃 = 0,5 𝑚𝑚 50 = 0,01 mm
  • 9. Tabel 1. Hasil Pengukuran panjang No Benda yang diukur Besaran yang diukur Hasil Pengukuran Mistar Jangka Sorong Mikrometer Sekrup 1 Balok Panjang | 19,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,410 ± 0,005 | | 19,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,400 ± 0,005 | | 19,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,390 ± 0,005 | Lebar | 19,0 ± 0,5 | | 21,00 ± 0,05 | | 20,495 ± 0,005 | | 19,0 ± 0,5 | | 21,00 ± 0,05 | | 20,495 ± 0,005 | | 20,0 ± 0,5 | | 20,01 ± 0,05 | | 20,490 ± 0,005 | Tinggi | 20,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,405 ± 0,005 | | 19,0 ± 0,5 | | 19,90 ± 0,05 | | 20,405 ± 0,005 | | 19,0 ± 0,5 | | 20,00 ± 0,05 | | 20,405 ± 0,005 | 2 Bola Diamet er | 24,0 ± 0,5 | | 24,60 ± 0,05 | | 25,175 ± 0,005 | | 25,0 ± 0,5 | | 24,50 ± 0,05 | | 24,540 ± 0,005 | | 24,0 ± 0,5 | | 24,40 ± 0,05 | | 24,580 ± 0,005 | 2. Pengukuran Massa Neraca Ohauss 2610 gram Nilai skala lengan 1 = 10 gram Nilai skala lengan 2 = 100 gram Nilai skala lengan 3 = 0,1 gram Tabel 2. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram Benda Penun. Lengan 1 Penun. Lengan 2 Penun. Lengan 3 Beban Gantung Massa Benda (g) Balok Kubus 1. 20 g 2. 20 g 3. 20 g 1.0 2.0 3.0 1. 4,6 g 2. 4,6 g 3. 4,5 g - - - 1. | 24,60 ± 0,05 | 2. | 24,60 ± 0,05 | 3. | 24,50 ± 0,05 | Bola 1. 10 g 2. 10 g 3. 10 g 1.0 2.0 3.0 1. 9,65 g 2. 9,75 g 3. 9,80 g - - - 1. | 19,65 ± 0,05 | 2. | 19,75 ± 0,05 | 3. | 19,80 ± 0,05 |
  • 10. Neraca Ohauss 311 gram Nilai skala lengan 1 = 100 gram Nilai skala lengan 2 = 10 gram Nilai skala lengan 3 = 0,1 gram Nilai skala lengan 4 = 0,01 gram Tabel 3. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 311 gram Benda Penun. Lengan 1 Penun. Lengan 2 Penun. Lengan 3 Penun. Lengan 4 Massa Benda (g) Balok Kubus 1. 0 2. 0 3. 0 1.20 g 2.20 g 3.20 g 1. 4 g 2. 4 g 3. 4 g 1.0,44 g 2.0,44 g 3.0,44 g 1. | 24,440 ± 0,005 | 2. | 24,440 ± 0,005 | 3. | 24,440 ± 0,005 | Bola 1. 0 2. 0 3. 0 1.10 g 2.10 g 3.10 g 1. 9 g 2. 9 g 3. 9 g 1.0,48 g 2.0,48 g 3.0,48 g 1. | 19,480 ± 0,005 | 2. | 19,480 ± 0,005 | 3. | 19,480 ± 0,005 | Neraca Ohauss 310 gram Nilai skala lengan 1 = 100 gram NST Neraca Ohauss 310 gram Nilai skala lengan 2 = 10 gram Nilai skala lengan 3 = 0,1 gram Jumlah skala Nonius = 10 10 SN = 19 SP 10 SN = 19.0,1 gram 10 SN = 1,9 gram SN = 1,9 𝑔𝑟𝑎𝑚 10 SN = 0,19 gram NST = ( 0,2 – 0,19 ) gram = 0,01 gram
  • 11. Tabel 4. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 310 gram Benda Penun. Lengan 1 Penun. Lengan 2 Penun. Skala Putar Penun. Skala Nonius Massa Benda (g) Balok Kubus 1. 0 2. 0 3. 0 1.20 g 2.20 g 3.20 g 1. 4,4 g 2. 4,4 g 3. 4,4 g 1.0,08 g 2.0,07 g 3.0,08 g 1. | 24,48 ± 0,05 | 2. | 24,47 ± 0,05 | 3. | 24,48 ± 0,05 | Bola 1. 0 2. 0 3. 0 1.10 g 2.10 g 3.10 g 1. 9,5 g 2. 9,5 g 3. 9,4 g 1.0,01 g 2.0,04 g 3.0,08 g 1. | 19,51 ± 0,05 | 2. | 19,54 ± 0,05 | 3. | 19,48 ± 0,05 | 3. Pengukuran Waktu dan Suhu NST Termometer = 1°C NST Stopwatch = 0,1 sekon Temperatur Mula-mula (T0) = | 30,0 ± 0,5 | Tabel 5. Hasil Pengukuran waktu dan Suhu No Waktu (s) Temperatur (C) Perubahan Temperatur (C) 1 | 60,00 ± 0,05 | | 33,0 ± 0,5 | | 3 ± 1 | 2 | 60,00 ± 0,05 | | 38,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 | 3 | 60,00 ± 0,05 | | 43,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 | 4 | 60,00 ± 0,05 | | 48,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 | 5 | 60,00 ± 0,05 | | 53,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 | 6 | 60,00 ± 0,05 | | 58,0 ± 0,5 | | 5 ± 1 |
  • 12. ANALISIS DATA 1. Perhitungan Rata-rata dan Ketidakpastian mutlak a. Perhitungan Rata-rata Perhitungan Rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok 1) Perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan mistar 𝑝̅ = 𝑝1+𝑝2+𝑝3 3 = (19,0 +19,0+19,0) mm 3 = 19,00 mm 𝑙̅ = 𝑙1+𝑙2+𝑙3 3 = (19,0 +19,0+20,0) 𝑚𝑚 3 = 19,33 mm 𝑡̅= 𝑡1+𝑡2+𝑡3 3 = (20,0 +19,0+19,0) 𝑚𝑚 3 = 19,33 mm 2) Perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan Jangka Sorong 𝑝̅ = 𝑝1+𝑝2+𝑝3 3 = (19,90 +19,90+ 19,90) 𝑚𝑚 3 = 19,90 mm 𝑙̅ = 𝑙1+𝑙2+𝑙3 3 = (21,00 + 21,00 +20,01) 𝑚𝑚 3
  • 13. = 20,67 mm 𝑡̅= 𝑡1+𝑡2+𝑡3 3 = (19,90 +19,90 +20,00) 𝑚𝑚 3 = 19,93 mm 3) Perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan Mikrometer Sekrup 𝑝̅ = 𝑝1+𝑝2+𝑝3 3 = (20,410 +20,400 + 20,390) 𝑚𝑚 3 = 20,400 mm 𝑙̅ = 𝑙1+𝑙2+𝑙3 3 = (20,495 + 20,495 + 20,490) 𝑚𝑚 3 = 20,493 mm 𝑡̅= 𝑡1+𝑡2+𝑡3 3 = (20,405 +20,405 +20,405) 𝑚𝑚 3 = 20,405 mm Perhitungan Rata-rata diameter Bola 1) Perhitungan rata-rata diameter Bola menggunakan Mistar 𝑑̅ = 𝑑1+𝑑2+𝑑3 3 = (24,0+25,0+24,0) 𝑚𝑚 3 = 24,3 mm 2) Perhitungan rata-rata diameter Bola menggunakan Jangka Sorong
  • 14. 𝑑̅ = 𝑑1+𝑑2+𝑑3 3 = (24,60+24,50+24,40) 𝑚𝑚 3 = 24,50 mm 3) Perhitungan rata-rata diameter Bola menggunakan Mikrometer Sekrup 𝑑̅ = 𝑑1+𝑑2+𝑑3 3 = (25,175+24,540+24,580) 𝑚𝑚 3 = 24,765 mm Perhitungan rata-rata Massa Perhitungan rata-rata massa balok menggunakan Neraca Ohauss 310 gram 𝑚̅ = 𝑚1+𝑚2+𝑚3 3 = (24,48+24,47+24,48 ) 𝑔𝑟𝑎𝑚 3 = 24,476 gram Perhitungan rata-rata massa bola menggunakan Neraca Ohauss 310 gram 𝑚̅ = 𝑚1+𝑚2+𝑚3 3 = (19,51+19,54+19,48 ) 𝑔𝑟𝑎𝑚 3 = 19,543 gram b. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak Perhitungan Ketidakpastian Mutlak balok Perhitungan Ketidakpastian Mutlak balok menggunakan Mistar a. Panjang δ1 = | 𝑝̅ − p1 | = | 19,00 – 19,00 | = 0 δ2 = | 𝑝̅ − p2 |
  • 15. = | 19,00 – 19,00 | = 0 δ3 = | 𝑝̅ − p3 | = | 19,00 – 19,00 | = 0 δmax = Δp = Δx alat = 0,500 KR = 𝛥𝑝 𝑝̅ x 100 % = 0,500 19,00 x 100 % = 0,026 x 100 % = 2,6 % (3 AB) p = | 𝑝̅ ± Δp | = | 19,0 ± 0,50 | mm b. Lebar δ1 = | 𝑙̅− 𝑙1 | = | 19,33 – 19,00 | = 0,33 δ2 = | 𝑙̅− 𝑙2 | = | 19,33 – 19,00 | = 0,33 δ3 = | 𝑙̅− 𝑙3 | = | 19,33 – 20,00 | = 0,67 δmax = Δp = 0,67 KR = 𝛥𝑙 𝑝̅ x 100 % = 0,67 19,33 x 100 % = 0,034 x 100 % = 3,4 % (3 AB) l = | 𝑙̅ ± ∆l | = | 19,3 ± 0,67 | mm
  • 16. c. Tinggi δ1 = | 𝑡̅ − 𝑡1 | = | 19,33 – 20,00 | = 0,67 δ2 = | 𝑡̅ − 𝑡2 | = | 19,33 – 19,00 | = 0,33 δ3 = | 𝑡̅ − 𝑡2 | = | 19,33 – 19,00 | = 0,33 δmax = Δt = 0,67 KR = 𝛥𝑡 𝑝̅ x 100 % = 0,67 19,33 x 100 % = 0,034 x 100 % = 3,4 % (3 AB) t = | 𝑡̅ ± ∆t | = | 19,3 ± 0,67 | mm Perhitungan Ketidakpastian Mutlak balok menggunakan Jangka Sorong a. Panjang δ1 = | 𝑝̅ − p1 | = | 19,90 – 19,90 | = 0 δ2 = | p̅ − p2 | = | 19,90 – 19,90 | = 0 δ3 = | p̅ − p3 | = | 19,90 – 19,90 | = 0 δmax = Δp
  • 17. = Δx alat = 0,05 KR = 𝛥𝑝 𝑝̅ x 100 % = 0,05 19,90 x 100 % = 0,0025 x 100 % = 0,25 % (4 AB) p = | 𝑝̅ ± ∆p | = | 19,90 ± 0,050 | mm b. Lebar δ1 = | 𝑙̅− 𝑙1 | = | 20,67 – 21,00 | = 0,33 δ2 = | 𝑙̅− 𝑙2 | = | 20,67 – 21,00 | = 0,33 δ3 = | 𝑙̅− 𝑙3 | = | 20,67 – 20,01 | = 0,66 δmax = Δl = 0,66 KR = 𝛥𝑙 𝑙 x 100 % = 0,66 20 ,67 x 100 % = 0,032 x 100 % = 3,2 % (3 AB) l = | 𝑙̅ ± ∆l | = | 20,7 ± 0,66 | mm c. Tinggi δ1 = | 𝑡̅ − 𝑡1 | = | 19,93 – 19,90 |
  • 18. = 0,03 δ2 = | 𝑡̅ − 𝑡2 | = | 19,93 – 19,90 | = 0,03 δ3 = | 𝑡̅ − 𝑡3 | = | 19,93 – 20,00 | = 0,07 δmax = Δt = 0,07 KR = 𝛥𝑡 𝑡̅ x 100 % = 0,07 19,93 x 100 % = 0,0035 x 100 % = 0,35 % (4 AB) t = | 𝑡̅ ± ∆t | = | 19,93 ± 0,070 | mm Perhitungan Ketidakpastian Mutlak balok menggunakan Mikrometer Sekrup a. Panjang δ1 = | 𝑝̅ − 𝑝1 | = | 20,400 – 20,410 | = 0,010 δ2 = | 𝑝̅ − 𝑝2 | = | 20,400 – 20,400 | = 0 δ3 = | 𝑝̅ − 𝑝3 | = | 20,400 – 20,390 | = 0,010 δmax = Δp = 0,010
  • 19. KR = 𝛥𝑝 𝑝̅ x 100 % = 0,010 20 ,400 x 100 % = 0,00049 x 100 % = 0,05 % (4 AB) p = | 𝑝̅ ± ∆p | = | 20,40 ± 0,010 | mm b. Lebar δ1 = | 𝑙̅− 𝑙1 | = | 20,493 – 20,495 | = 0,002 δ2 = | 𝑙̅− 𝑙2 | = | 20,493 – 20,495 | = 0,002 δ3 = | 𝑙̅− 𝑙3 | = | 20,493 – 20,490 | = 0,003 δmax = Δl = 0,003 KR = 𝛥𝑙 𝑙 x 100 % = 0,003 20 ,493 x 100 % = 0,00015 x 100 % = 0,015 % (4 AB) l = | 𝑙̅ ± ∆l | = | 20,49 ± 0,003 | mm c. Tinggi δ1 = | 𝑡̅ − 𝑡1 | = | 20,405 – 20,405 | = 0 δ2 = | 𝑡̅ − 𝑡2 |
  • 20. = | 20,405 – 20,405 | = 0 δ3 = | 𝑡̅ − 𝑡3 | = | 20,405 – 20,405 | = 0 δmax = Δt = Δt alat = 0,005 KR = 𝛥𝑡 𝑡 x 100 % = 0,005 20 ,405 x 100 % = 0,00024 x 100 % = 0,024 % (4 AB) l = | 𝑙̅ ± ∆l | = | 20,40 ± 0,005 | mm Perhitungan Ketidakpastian Mutlak diameter Bola a. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak diameter Bola menggunakan Mistar δ1 = | 𝑑̅ − 𝑑1 | = | 24,3 – 24,0 | = 0,3 δ2 = | 𝑑̅ − 𝑑2 | = | 24,3 – 25,0 | = 0,7 δ3 = | 𝑑̅ − 𝑑3 | = | 24,3 – 24,0 | = 0,3 δmax = Δd = 0,7 KR = 𝛥𝑑 𝑑 x 100 %
  • 21. = 0,7 24 ,3 x 100 % = 0,0206x 100 % = 2,06 % (3 AB) d = | 𝑑̅ ± ∆d | = | 24,3 ± 0,70 | mm b. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak diameter Bola menggunakan Jangka sorong δ1 = | 𝑑̅ − 𝑑1 | = | 24,50 – 24,60 | = 0,10 δ2 = | 𝑑̅ − 𝑑2 | = | 24,50 – 24,50 | = 0 δ3 = | 𝑑̅ − 𝑑3 | = | 24,50 – 24,40 | = 0,10 δmax = Δd = 0,10 KR = 𝛥𝑑 𝑑 x 100 % = 0,10 24 ,50 x 100 % = 0,00408 x 100 % = 4,08 % (3 AB) d = | 𝑑̅ ± ∆d | = | 24,50 ± 0,10 | mm c. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak diameter Bola menggunakan Micrometer sekrup δ1 = | 𝑑̅ − 𝑑1 | = | 24,765 – 25,175 | = 0,410
  • 22. δ2 = | 𝑑̅ − 𝑑2 | = | 24,765 – 24,540 | = 0,225 δ3 = | 𝑑̅ − 𝑑3 | = | 24,765 – 24,580 | = 0,185 δmax = Δd = 0,410 KR = 𝛥𝑑 𝑑 x 100 % = 0,410 24 ,765 x 100 % = 0,0165 x 100 % = 1,65 % (3 AB) d = | 𝑑̅ ± ∆d | = | 24,8 ± 0,41 | mm Perhitungan Ketidakpastian Mutlak massa balok dan bola Perhitungan Ketidakpastian Mutlak massa balok δ1 = | 𝑚̅ − 𝑚1 | = | 24,476 – 24,48 | = 0,004 δ2 = | 𝑚̅ − 𝑚2 | = | 24,476 – 24,47 | = 0,006 δ3 = | 𝑚̅ − 𝑚3 | = | 24,476 – 24,48 | = 0,004 δmaks = ∆m = 0,006
  • 23. KR = 𝛥𝑚 𝑚 x 100 % = 0,006 24,476 x 100 % = 0,00024 x 100 % = 0,024 % (4 AB) m = | 𝑚̅ ± ∆m | = | 24,48 ± 0,006 | gram Perhitungan Ketidakpastian Mutlak massa Bola δ1 = | 𝑚̅ − 𝑚1 | = | 19,543 – 19,51 | = 0,033 δ2 = | 𝑚̅ − 𝑚2 | = | 19,543 – 19,54 | = 0,003 δ3 = | 𝑚̅ − 𝑚3 | = | 19,543 – 19,48 | = 0,063 δmaks = ∆m = 0,063 KR = 𝛥𝑚 𝑚 x 100 % = 0,063 19,543 x 100 % = 0,00322 x 100 % = 0,32 % (4 AB) m = | 𝑚̅ ± ∆m | = | 19,54 ± 0,063 | gram 2. Perhitungan Volume Perhitungan Volume Balok V = p.l.t Rambat Ralat untuk volume balok dV= | 𝛿𝑉 𝛿𝑝 | dp + | 𝛿𝑉 𝛿𝑙 | dl + | 𝛿𝑉 𝛿𝑡 | dt
  • 24. dV = | 𝑝𝑙𝑡 𝛿𝑝 | dp + | 𝑝𝑙𝑡 𝛿𝑙 | dl + | 𝑝𝑙𝑡 𝛿𝑡 | dt dV = | 𝑙𝑡| dp + | 𝑝𝑡| dl + | 𝑝𝑙| dt ∆V = | 𝑙𝑡| ∆p + | 𝑝𝑡| ∆l + | 𝑝𝑙| ∆t ∆𝑉 𝑉 = | 𝑙𝑡| ∆p + | 𝑝𝑡| ∆l + | 𝑝𝑙| ∆t 𝑉 ∆𝑉 𝑉 = | 𝑙𝑡| ∆p + | 𝑝𝑡| ∆l + | 𝑝𝑙| ∆t 𝑝𝑙𝑡 ∆𝑉 𝑉 = ∆p 𝑝 + ∆l 𝑙 + ∆t 𝑡 ∆V = | ∆p 𝑝 + ∆l 𝑙 + ∆t 𝑡 | V Perhitungan rambat ralat volume Balok a. Perhitungan rambat ralat volume Balok yang menggunakan Mistar ∆p = 0,05 ∆l =0,67 ∆t = 0,67 p̅ = 19,00 mm l̅ = 19,33 mm t̅ = 19,33 mm V = p.l.t V = (19,00 x 19,33 x 19,33) mm3 V = 7099,3291 mm3 ∆V = | ∆p 𝑝 + ∆l 𝑙 + ∆t 𝑡 | V ∆V = | 0,5 19,00 + 0,67 19,33 + 0,67 19,33 | 7099,329 mm3 ∆V = | 0,026 + 0,035 + 0,035 | 7099,329 mm3 ∆V = 0,096 x 7099,329 mm3 ∆V = 678,9663 mm3 KR = ∆V V x 100 % = 678,9663 7099,329 x 100 % = 0,096 x 100 % = 9,6 % (2 AB) V = | V ± ∆V | = | 7,1 ± 0,7 | x 103 mm3
  • 25. b. Perhitungan rambat ralat volume Balok yang menggunakan Jangka Sorong ∆p = 0,05 ∆l =0,66 ∆t = 0,07 p̅ = 19,90 mm l̅ = 20,67 mm t̅ = 19,93 mm V = p.l.t V = (19,90 x 20,67 x 19,93) mm3 V = 8197,867 mm3 ∆V = | ∆p 𝑝 + ∆l 𝑙 + ∆t 𝑡 | V ∆V = | 0,05 19,90 + 0,66 20,67 + 0,07 19,93 | 8197,867 mm3 ∆V = | 0,0025 + 0,032 + 0,035 | 8197,867 mm3 ∆V = 0,03795 x 7099,3291 mm3 ∆V = 311,1526 mm3 KR = ∆V V x 100 % = 311,1526 8197,867 x 100 % = 0,03795 x 100 % = 3,7 % (3 AB) V = | V ± ∆V | = | 8,19 ± 0,31 | x 103 mm3 c. Perhitungan rambat ralat volume Balok yang menggunakan Mikrometer Sekrup ∆p = 0,010 ∆l =0,003 ∆t = 0,005 p̅ = 20,400 mm l̅ = 20,493 mm t̅ = 20,405 mm V = p.l.t V = (20,400 x 20,493 x 20,405) mm3 V = 8530,4572 mm3 ∆V = | ∆p 𝑝 + ∆l 𝑙 + ∆t 𝑡 | V ∆V = | 0,010 20,400 + 0,003 20,493 + 0,005 20,405 | 8530,4572 mm3 ∆V = | 0,000490 + 0,000146 + 0,000245 | 8530,4572 mm3
  • 26. ∆V = 0,000882 x 8530,4572 mm3 ∆V = 7,521 mm3 KR = ∆V V x 100 % = 7,521 8530 ,4572 x 100 % = 0,000882 x 100 % = 0,08 % (4 AB) V = | V ± ∆V | = | 8,530 ± 0,075 | x 103 mm3 Perhitungan volume bola V = 4 3 𝜋r3 V = 4 3 𝜋( 1 2 𝑑)3 V = 4 3 1 8 𝜋𝑑3 V = 1 6 𝜋𝑑3 Perhitungan Rambat Ralat Volume Bola dV = | 𝛿𝑣 𝛿𝑑 | dd dV = | 1 6 𝜋𝑑3 𝛿𝑑 | dd dV = | 3 6 𝑑2 | dd dV = | 3 6 𝑑2 | dd ∆V = | 1 2 𝑑2 | ∆d ∆V 𝑉 = | 1 2 𝑑2 𝑉 | ∆d ∆V 𝑉 = | 1 2 𝑑2 1 6 d3 | ∆d
  • 27. ∆V = (| 3 𝑑 | ∆d ) V ∆V = | 3∆d 𝑑 | V a. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak volume balok menggunakan Mistar ∆d = 0,70 d̅ = 24,3 mm V = 1 6 𝜋𝑑3 V = 1 6 𝑥 3,14 𝑥 (24,3)3 mm3 V = 7509,26133 mm3 ∆V = | 3∆d 𝑑 | V ∆V = | 3.0,70 24,3 | 7509,26133 mm3 ∆V = 0,0864 x 7509,26133 mm3 ∆V = 648,94851 mm3 KR = ∆V V x 100 % = 648,94851 7509,26133 x 100 % = 0,08641 x 100 % = 8,6 % (2 AB) V = | V ± ∆V | = | 7,5 ± 0,6 | x 103 mm3 b. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak volume balok menggunakan Jangka Sorong ∆d = 0,10 d̅ = 24,50 mm V = 1 6 𝜋𝑑3 V = 1 6 𝑥 3,14 𝑥 (24,50)3 mm3 V = 7696,2054 mm3 ∆V = | 3∆d 𝑑 | V ∆V = | 3.0,10 24,50 | 7696,2054 mm3
  • 28. ∆V = 0,0122 x 7696,2054 mm3 ∆V = 94,2392 mm3 KR = ∆V V x 100 % = 94,2392 7696,2054 x 100 % = 0,01224 x 100 % = 1,2 % (3 AB) V = | V ± ∆V | = | 7,69 ± 0,09 | 103 mm3 c. Perhitungan Ketidakpastian Mutlak volume balok menggunakan Micrometer Sekrup ∆d = 0,41 d̅ = 24,76 mm V = 1 6 𝜋𝑑3 V = 1 6 𝑥 3,14 𝑥 (24,76)3 mm3 V = 7943,8368 mm3 ∆V = | 3∆d 𝑑 | V ∆V = | 3.0,41 24,76 | 7943,8368 mm3 ∆V = 0,0496 x 7696,2054 mm3 ∆V = 382,3236 mm3 KR = ∆V V x 100 % = 382,3236 7696,2054 x 100 % = 0,0497 x 100 % = 4,9 % (2 AB) V = | V ± ∆V | = | 7,7 ± 0,4 | 103 mm3 3. Perhitungan Massa Jenis Perhitungan Massa Jenis balok Perhitungan Rambat ralat massa jenis balok
  • 29. 𝑑𝜌 = | 𝛿𝜌 𝛿𝑚 | dm + | 𝛿𝜌 𝛿𝑉 | dV 𝑑𝜌 = | 𝑚𝑉 −1 𝛿𝑚 | dm + | 𝑚𝑉 −1 𝛿𝑉 | dV 𝑑𝜌 = | 𝑉−1| dm + | 𝑚𝑉−2| dV ∆𝜌 = | 𝑉−1| ∆m + | 𝑚𝑉−2| ∆V ∆𝜌 𝜌 = | 𝑉−1 𝜌 | ∆m + | 𝑚𝑉 −2 𝜌 | ∆V ∆𝜌 𝜌 = | 𝑉−1 𝑚𝑉−1 | ∆m + | 𝑚𝑉−2 𝑚𝑉−1 | ∆V ∆𝜌 𝜌 = | ∆m 𝑚 | + | ∆𝑉 𝑉 | ∆𝜌 = | ∆m 𝑚 | + | ∆𝑉 𝑉 | 𝜌 Perhitungan Massa (menggunakan Neraca Ohauss 310) Massa (menggunakan Neraca Ohauss 310) = 24,476 gram a. Perhitungan Massa jenis balok Menggunakan Mistar 𝜌 = 𝑚 𝑉 𝜌 = 24,476 gram 7099,3291 mm3 𝜌 = 0,00344 gram/mm3 ∆𝜌 = | ∆m 𝑚 | + | ∆v 𝑉 | 𝜌 ∆𝜌 = | 0,006 24,476 | + | 678 ,9663 7099 ,3291 | 0,00344 gram/mm3 ∆𝜌 = | 0,000245 + 0,095638 | 0,00344 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,095883 x 0,00344 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,00033 gram/mm3 KR = ∆𝜌 𝜌 x 100% = 0,00033 0,00344 x 100 % = 0,096 x 100 % = 9,6 % (2 AB) 𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 | = | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 gram/mm3
  • 30. b. Perhitungan Massa jenis balok Menggunakan Jangka Sorong 𝜌 = 𝑚 𝑉 𝜌 = 24,476 gram 8197 ,867 mm3 𝜌 = 0,00298 gram/mm3 ∆𝜌 = | ∆m 𝑚 | + | ∆𝑉 𝑉 | 𝜌 ∆𝜌 = | 0,006 24,476 | + | 311 ,1526 8197,867 | 0,00298 gram/mm3 ∆𝜌 = | 0,000245 + 0,037955 | 0,00298 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,0382 x 0,00298 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,000114 gram/mm3 KR = ∆𝜌 𝜌 x 100% = 0,000114 0,00298 x 100 % = 0,0382 x 100 % = 3,8 % (3 AB) 𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 | = | 3,44 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3 c. Perhitungan Massa balok Menggunakan Mikrometer Sekrup 𝜌 = 𝑚 𝑉 𝜌 = 24,476 gram 8530 ,4572 mm3 𝜌 = 0,00287 gram/mm3 ∆𝜌 = | ∆m 𝑚 | + | ∆v 𝑉 | 𝜌 ∆𝜌 = | 0,006 24,476 | + | 7,521 8530,457 | 0,00287 gram/mm3 ∆𝜌 = | 0,000245 + 0,000882 | 0,00287 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,001127 x 0,00287 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,00000323 gram/mm3 KR = ∆𝜌 𝜌 x 100%
  • 31. = 0,00000323 0,00287 x 100 % = 0,00112 x 100 % = 0,1 % (4 AB) 𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 | = | 2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3 Perhitungan massa jenis Bola a. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Mistar 𝜌 = 𝑚 𝑉 𝜌 = 19,543 gram 7509,261 mm3 𝜌 = 0,002603 gram/mm3 ∆𝜌 = | ∆m 𝑚 | + | ∆v 𝑉 | 𝜌 ∆𝜌 = | 0,063 19,543 | + | 648 ,9485 7509,261 | 0,002603 gram/mm3 ∆𝜌 = | 0,00322 + 0,08642 | 0,002603 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,089643 x 0,002603 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,000233 gram/mm3 KR = ∆𝜌 𝜌 x 100% = 0,000233 0,002603 x 100 % = 0,08964 x 100 % = 8,9 % (2 AB) 𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 | = | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3 b. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Jangka Sorong 𝜌 = 𝑚 𝑉 𝜌 = 19,543 gram 7697 ,205 mm3 𝜌 = 0,002539 gram/mm3 ∆𝜌 = | ∆m 𝑚 | + | ∆𝑉 𝑉 | 𝜌 ∆𝜌 = | 0,063 19,543 | + | 94,2392 7697,205 | 0,002539 gram/mm3
  • 32. ∆𝜌 = | 0,00322 + 0,01224 | 0,002539 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,01547 x 0,002539 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,0000392 gram/mm3 KR = ∆𝜌 𝜌 x 100% = 0,0000392 0,002539 x 100 % = 0,01547 x 100 % = 1,5 % (3 AB) 𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 | = | 2,53 ± 0,04 | x 10-3 gram/mm3 c. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Mikrometer Sekrup 𝜌 = 𝑚 𝑉 𝜌 = 19,543 gram 7696 ,205 mm3 𝜌 = 0,00254 gram/mm3 ∆𝜌 = | ∆m 𝑚 | + | ∆𝑉 𝑉 | 𝜌 ∆𝜌 = | 0,063 19,543 | + | 382 ,324 7696,205 | 0,00254 gram/mm3 ∆𝜌 = | 0,00322 + 0,04968 | 0,00254 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,0529 x 0,00254 gram/mm3 ∆𝜌 = 0,00013 gram/mm3 KR = ∆𝜌 𝜌 x 100% = 0,00013 0,00254 x 100 % = 0,0529 x 100 % = 5,3 % (3 AB) 𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 | = | 2,54 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3 4. Perbandingan alat Berdasarkan perhitungan analisis dan membandingkan perhitungan antara semua alat, untuk pengukuran panjang alat yang paling teliti adalah micrometer sekrup karena memiliki ketidakpastian mutlak yang paling kecil,
  • 33. dan untuk pengukuran massa, alat yang paling teliti adalah Neraca Ohauss 310 gram karena memiliki skala nonius dan tingkat ketelitiannya paling besar. 5. Jenis bahan dari balok dan kelereng Berdasarkan perhitungan massa jenis balok, massa jenis yang didapatkan tidak sesuai dengan bahan asli pada balok dan bola kelereng. Dimana balok terbuat dari bahan besi dan kelereng terbuat dari bahan kaca. Massa jenis dari balok yang didapat dari hasil pengukuran Neraca Ohauss 310 gram dipadukan dengan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup yaitu : Benda Alat Massa jenis (gram/mm3) Balok Mistar | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 Jangka Sorong | 3,44 ± 0,13 | x 10-3 Mikrometer Sekrup | 2,870 ± 0,003 | x 10-3 Bola kelereng Mistar | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 Jangka Sorong | 2,53 ± 0,04 | x 10-3 Mikrometer Sekrup | 2,54 ± 0,13 | x 10-3 PEMBAHASAN Dari hasil percobaan, pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran berulang. Jadi perlu dilakukan perhitungan rata-rata dari semua hasil pengukuran. Yaitu rata-rata panjang, lebar, dan tinggi untuk balok, rata-rata diameter untuk bola, dan rata-rata massa untuk balok dan bola. Juga dihitung deviasi maksimum untuk menentukan ketidakpastian mutlak dari panjang, lebar, tinggi dan diameter tersebut. Dengan perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok dapat ditentukan volume balok. Namun untuk menentukan ketidakpastian mutlak volume, maka diperlukan perhitungan rambat ralat volume. Hasil pengukuran volume balok menggunakan mistar adalah | 7,1 ± 0,7 | x 103 mm3. Hasil pengukuran volume balok menggunakan jangka sorong adalah | 8,19 ± 0,31 | x 103 mm3. Hasil pengukuran volume balok menggunakan mikrometer sekrup adalah | 8,530 ± 0,075 | x 103 mm3.
  • 34. Dengan perhitungan rata-rata diameter bola, maka volume bola dapat ditentukan. Hasil pengukuran volume bola menggunakan mistar adalah | 7,5 ± 0,6 | x 103 mm3. Hasil pengukuran volume bola menggunakan jangka sorong adalah | 7,69 ± 0,09 | 103 mm3. Hasil pengukuran volume bola menggunakan micrometer sekrup adalah | 7,7 ± 0,4 | 103 mm3. Kemudian dilakukan pengukuran massa dari balok dan bola menggunakan neraca 2610 gram, neraca 311 gram, dan neraca 310 gram. Dari hasil perhitungan volume dan pengukuran massa, maka massa jenis balok dan bola dapat ditentukan. Massa yang digunakan dalam analisis hanya massa dari hasil pengukuran Neraca Ohauss 310, karena merupakan neraca yang paling teliti diantara neraca yang lainnya. Hasil perhitungan massa jenis balok menggunakan mistar dan neraca ohauss 310 gram adalah | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis balok menggunakan jangka sorong dan neraca ohauss 310 gram adalah | 3,44 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis balok menggunakan micrometer sekrup dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis bola menggunakan mistar dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis bola menggunakan jangka sorong dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,53 ± 0,04 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis bola menggunakan micrometer sekrup dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,54 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3. SIMPULAN DAN DISKUSI Dari semua hasil pengukuran panjang yang dilakukan secara berulang menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup, semua hasil pengukurannya berbeda. Hal ini dikarenakan banyak factor yang mempengaruhi, diantaranya penglihatan, kondisi dari luar misalnya meja yang goyang, serta pengaruh kondisi alat yang sudah tidak stabil. Namun yang paling teliti adalah micrometer sekrup karena memiliki ketidakpastian terkecil yaitu 0,005 mm. Atau NST nya paling kecil yaitu 0,01 mm/skala. Jadi, hasil pengukuran data yang mendekati kebenaran adalah pengukuran menggunakan micrometer sekrup, dibuktikan dengan nilai hasil pengukuran yang lebih detail. Sedangkan untuk pengukuran massa, pengukuran yang paling teliti adalah pengukuran menggunakan Neraca Ohauss 310 gram. Cara menentukan ketidakpastian mutlak alat yaitu membagi NST alat secara jelas oleh penglihatan.
  • 35. Penggunaan angka berarti dengan menentukan ketidakpastian realtifnya, dengan menentukan ketidakpastian relatifnya maka angka yang dilaporkan pada hasil pengukuran dapat ditentukan. Untuk hasil pengukuran waktu dan suhu, dimana suhu dijadikan manipulasi dan diukur setiap 60 detik. Dengan hasil perubahan suhu tiap 60 sekon adalah 5°C. Dari data yang diperoleh, massa jenis yang didapatkan belum sesuai dengan massa jenis yang sebenarnya. Hal ini kemungkinan karena kesalahan pemabacaan penunjukan skala pada alat ukut. Dan ketidaktelitian praktikan.
  • 36. DAFTAR RUJUKAN Herman dan asisten LFD. 2014. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1. Makassar : Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM. Tim Dosen Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UNM. 2012. Modul Pengukuran Dasar dan Teori Ketidakpastian Pengukuran. Laboratorium Fisika FMIPA UNM. Makassar Serway, Raymond A dan John W.Jeweet,Jr. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika.