MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
1. DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
Rezky Amaliah, Nur Arizkah, Rika Mansur, Muhammad Fathur Rahmat
PENDIDIKAN FISIKA
Abstrak
Telah dilakukan pengukuran panjang, pengukuran massa, serta pengukuran waktu dan
suhu. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan tiga alat yaitu mistar, jangka sorong,
dan micrometer sekrup. Pengukuran massa dilakukan dengan menggunakan tiga macam neraca
Ohauss, yaitu Neraca Ohauss 2610 gram, Neraca Ohauss 311 gram dan Neraca Ohauss 310 gram.
Pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch dan pengukuran suhu menggunakan
termometer. Pengukuran diawali dengan perhitungan NST masing-masing alat. Kemudian
menentukan ketidakpastian mutlaknya dengan cara mengalikan NST dengan satu per kemampuan
mata membagi NST tersebut secara jelas. Setelah itu akan dilakukan pengukuran berulang. Serta
mencari volume dan massa jenis dari benda yang diukur. Hasil pengukuran volume balok masing-
masing alat adalah | 7,1 ± 0,7 | x 103 mm3, | 8,19 ± 0,31 | x 103 mm3, dan | 8,530 ± 0,075 | x 103
mm3. Hasil pengukuran volume bola masing-masing alat adalah | 7,5 ± 0,6 | x 103 mm3, | 7,69 ±
0,09 | 103 mm3,dan | 7,7 ± 0,4 | 103 mm3. Massa yang digunakan dalam analisis hanya massa dari
hasil pengukuran Neraca Ohauss 310, karena merupakan neraca yang paling teliti diantara neraca
yang lainnya. Hasil perhitungan massa jenis balok adalah | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 gram/mm3, | 3,44 ±
0,13 | x 10-3 gram/mm3, | 2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis bola
menggunakan mistar dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3, | 2,53 ±
0,04 | x 10-3 gram/mm3, | 2,54 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3. Sedangkan untuk hasil pengukuran waktu
dan suhu, dimana suhu dijadikan manipulasi dan diukur setiap 60 detik. Dengan hasil perubahan
suhu tiap 60 sekon adalah 5°C.
Kata kunci : NST, Ketidakpastian, Deviasi, Massa, Volume.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur ?
2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang ?
3. Bagaimana penggunaan angka berarti ?
TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti
2. METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Arti Pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau
bukti kualitatif.
Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran
Ketepatan (Keakuratan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran
berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang
sebenarnya maka pengukuran dikatakan “akurat”. Pada pengukuran ini, harga
rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya.
Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah
tertentu maka pengukuran disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh
berbeda).
Angka Penting atau Angka Berarti
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh : 25,04 A mengandung 4 angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali
kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir
yang masih dianggap penting.
Contoh : 22,30 m mengandung 4 angka penting
22,30 m mengandung 3 angka penting
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol baik di sebelah
kanan maupun di sebelah kiri koma decimal tidak termasuk angka penting.
3. Analisis Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil x1, x2, dan x3 atau dua
kali saja misalnya pada awal percobaan dan akhir percobaan, maka {x} dan ∆x
dapat ditentukan sebagai berikut. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai
{𝑥̅} sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar deviasi rata-rata dilaporkan
sebagai ∆x . deviasi adalah selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-
ratanya. Jadi :
{x} = 𝑥̅, rata-rata pengukuran
∆x = δ maksimum,
= δ rata-rata
dengan :
𝑥̅ =
𝑥1+𝑥2+𝑥3
3
dan,
Deviasi δ1 = | x1 - 𝑥̅ | , δ2 = | x2 - 𝑥̅ | dan δ3 = | x3 - 𝑥̅ |. ∆x adalah yang terbesar di
antara δ1, δ2, dan δ3.
Atau dapat juga diambil dari :
∆x =
δ1+δ2+δ3
3
Disarankan agar δmaks diambil sebagai ∆x oleh karena nilai x1, x2, dan x3 akan
tercakup dalam interval : ( x - ∆x ) dan ( x + ∆x )
Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Dengan aturan
sebagai berikut :
∆𝑥
𝑥
sekitar 10 %, menggunakan 2 angka berarti.
∆𝑥
𝑥
sekitar 1 %, menggunakan 3 angka berarti.
∆𝑥
𝑥
sekitar 0,1 %, menggunakan 4 angka berarti.
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala nonius
(SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala nonius tidak selalu
sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10
skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.
Hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong diberikan oleh persamaan:
4. Hasil Pengukuran (HP) = Nilai Skala Utama – Nilai Stala Nonius
dengan Nilai Skala Utama = Penunjukan skala utama x NST skala utama dan,
Nilai Skala Nonius = Penunjukan skala nonius x NST skala nonius.
atau,
HasilPengukuran(HP) (PSU×NST SU)+(PSN ×NSTJangkaSorong) dengan
NSTSU
NSTJangkaSorong=
N
, dimana N = jumlah skala nonius
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala utama
dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup dapat ditentukan
dengan cara yang sama prinsipnya dengan jangka sorong, yaitu :
NS Skala Mendatar
NST Mikrometer
Jumlah Skala Putar
Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki NST skala mendatar (skala utama) 0,5
mm dan jumlah skala putar (nonius) sebanyak 50 skala. Hasil pengukuran dari suatu
mikrometer dapat ditentukan dengan cara membaca penunjukan bagian ujung skala putar
terhadap skala utama dan garis horisontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala
bagian atas dan bawah) terhadap skala putar.
NERACA
1. Neraca Ohauss 2610
Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda. Pada
ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500 gram
dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610 gram.
Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunakan semua lengan neraca
dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung. Hasil
pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan beban gantung dengan
semua penunjukan lengan-lengan neraca.
5. 2. Neraca Ohauss 311
Neraca ini mempunyai 4 (empat) lengan dengan NST yang berbeda-beda,
masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan NST yang berbeda-beda.
Untuk menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan NST masing-masing
lengan kemudian jumlahkan penunjukan lengan neraca yang digunakan.
3. Neraca Ohauss 310
Neraca ini mempunyai 2 lengan dan skala berputar yang dilengkapi dengan
nonius. Nonius pada alat ini tidak bergerak seperti pada mistar Geser dan
mikrometer, cara menentukan NST dari alat ini, sama saja dengan mistar geser.
Menentukan hasil pengukurannya adalah dengan menjumlahkan pembacaan
masing-masing lengan, skala berputar dan penunjukan nonius.
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu zat. Ada
dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu termometer air
raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer jenis batang gelas dengan
batas ukur minimum –10 o
C dan batas ukur maksimum +110 o
C. Nilai skala terkecil
untuk kedua jenis termometer tersebut dapat ditentukan seperti halnya menentukan nilai
skala terkecil sebuah mistar biasa, yaitu dengan mengambil batas ukur tertentu dan
membaginya dengan jumlah skala dari nol sampai pada ukur yang diambil tersebut.
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Penggaris/Mistar 1 buah
2. Jangka Sorong 1 buah
3. Mikrometer Sekrup 1 buah
4. Stopwatch 1 buah
5. Termometer 1 buah
6. Neraca Ohaus 2610 1 buah
7. Neraca Ohaus 310 1 buah
8. Neraca Ohauss 311 1 buah
9. Gelas Ukur 1 buah
10. Kaki tiga dan kasa 1 buah
11. Pembakar Bunsen 1 buah
6. b. Bahan
1. Air Secukupnya
2. Balok Besi 1 buah
3. Kelereng (Bola) 1 buah
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1 (Pengukuran Panjang)
1. Panjang
2. Lebar
3. Tinggi
4. Diameter
Kegiatan 2
1. Massa
Kegiatan 3
1. Suhu
2. Waktu
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1
1. Panjang adalah hasil pengukuran dari rusuk balok sisi bawah yaitu rusuk
kiri ke rusuk kanan menggunakan mistar, jangka sorong, dan micrometer
sekrup dengan satuan millimeter (mm).
2. Lebar adalah hasil pengukuran dari rusuk balok sisi bawah yaitu rusuk
depan ke rusuk belakang menggunakan mistar, jangka sorong, dan
micrometer sekrup dengan satuan millimeter (mm).
3. Tinggi adalah hasil pengukuran dari rusuk balok vertikal yaitu rusuk
bawah ke rusuk atas menggunakan mistar, jangka sorong, dan
micrometer sekrup dengan satuan millimeter (mm).
4. Diameter adalah hasil pengukuran dari sisi bola sebelah kiri menuju sisi
sebelah kanan menggunakan mistar, jangka sorong,dan micrometer
sekrup dengan satuan millimeter (mm)
7. Kegiatan 2
1. Massa adalah hasil pengukuran berat benda menggunakan neraca Ohauss
2610 gram, neraca ohauss 310 gram dan neraca ohauss 311 gram dengan
satuan gram.
Kegiatan 3
1. Temperatur adalah hasil pengukuran suhu air yang dipanaskan
menggunakan thermometer dengan satuan °C.
2. Waktu adalah hasil pengukuran dengan menggunakan stopwatch dengan
satuan sekon.
Prosedur Kerja
Kegiatan 1
1. Menyiapakan Mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup. Menentukan
NST masing-masing alat.
2. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan
tinggi balok berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan
ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil pengukuran tabel hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya.
3. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukut di
tempat berbeda) yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur
tersebut. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan
disertai ketidakpastiannya.
Kegiatan 2
1. Menentukan NST masing-masing neraca.
2. Mengukur massa balok kubus dan bola (yang digunakan di pergunakan
panjang) sebanyak 3 kali secara berulang.
3. Mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian
pengukuran.
Kegiatan 3
1. Menyiapkan gelas ukur, Bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan
lapisan asbesnya dan sebuah termometer.
8. 2. Mengisi gelas ukur dengan air hingga 1
2⁄ bagian dan diletakkan di atas
kaki tiga.
3. Menyalakan bunsen pembakar.
4. Mengukur temperatur sebagai temperatur mula-mula (T0) ketika suhu
mulai naik.
5. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap
selang waktu 1 menit sampai 6 kali perubahan suhu tiap menit.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Panjang
NST mistar : 0,1 cm = 1 mm
NST Jangka Sorong :
NST Mikrometer Sekrup :
20 SN = 39 SU
20 SN = 39.1 mm
20 SN = 39 mm
1 SN =
39 𝑚𝑚
20
1 SN = 1,95 mm
NST = ( 2 – 1,95 ) mm
= 0,05 mm
Nilai Skala Mendatar =
5
10
= 0,5 mm
NST =
𝑁𝑆𝑀
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑆𝑃
=
0,5 𝑚𝑚
50
= 0,01 mm
31. =
0,00000323
0,00287
x 100 %
= 0,00112 x 100 %
= 0,1 % (4 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3
Perhitungan massa jenis Bola
a. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Mistar
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
19,543 gram
7509,261 mm3
𝜌 = 0,002603 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆v
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,063
19,543
| + |
648 ,9485
7509,261
| 0,002603 gram/mm3
∆𝜌 = | 0,00322 + 0,08642 | 0,002603 gram/mm3
∆𝜌 = 0,089643 x 0,002603 gram/mm3
∆𝜌 = 0,000233 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,000233
0,002603
x 100 %
= 0,08964 x 100 %
= 8,9 % (2 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3
b. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Jangka Sorong
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
19,543 gram
7697 ,205 mm3
𝜌 = 0,002539 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆𝑉
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,063
19,543
| + |
94,2392
7697,205
| 0,002539 gram/mm3
32. ∆𝜌 = | 0,00322 + 0,01224 | 0,002539 gram/mm3
∆𝜌 = 0,01547 x 0,002539 gram/mm3
∆𝜌 = 0,0000392 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,0000392
0,002539
x 100 %
= 0,01547 x 100 %
= 1,5 % (3 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 2,53 ± 0,04 | x 10-3 gram/mm3
c. Perhitungan massa jenis Bola menggunakan Mikrometer Sekrup
𝜌 =
𝑚
𝑉
𝜌 =
19,543 gram
7696 ,205 mm3
𝜌 = 0,00254 gram/mm3
∆𝜌 = |
∆m
𝑚
| + |
∆𝑉
𝑉
| 𝜌
∆𝜌 = |
0,063
19,543
| + |
382 ,324
7696,205
| 0,00254 gram/mm3
∆𝜌 = | 0,00322 + 0,04968 | 0,00254 gram/mm3
∆𝜌 = 0,0529 x 0,00254 gram/mm3
∆𝜌 = 0,00013 gram/mm3
KR =
∆𝜌
𝜌
x 100%
=
0,00013
0,00254
x 100 %
= 0,0529 x 100 %
= 5,3 % (3 AB)
𝜌 = | 𝜌̅ ± ∆𝜌 |
= | 2,54 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3
4. Perbandingan alat
Berdasarkan perhitungan analisis dan membandingkan perhitungan antara
semua alat, untuk pengukuran panjang alat yang paling teliti adalah
micrometer sekrup karena memiliki ketidakpastian mutlak yang paling kecil,
33. dan untuk pengukuran massa, alat yang paling teliti adalah Neraca Ohauss
310 gram karena memiliki skala nonius dan tingkat ketelitiannya paling
besar.
5. Jenis bahan dari balok dan kelereng
Berdasarkan perhitungan massa jenis balok, massa jenis yang didapatkan
tidak sesuai dengan bahan asli pada balok dan bola kelereng. Dimana balok
terbuat dari bahan besi dan kelereng terbuat dari bahan kaca. Massa jenis dari
balok yang didapat dari hasil pengukuran Neraca Ohauss 310 gram dipadukan
dengan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup yaitu :
Benda Alat
Massa jenis
(gram/mm3)
Balok Mistar | 3,4 ± 0,1 | x 10-3
Jangka Sorong | 3,44 ± 0,13 | x 10-3
Mikrometer Sekrup | 2,870 ± 0,003 | x 10-3
Bola kelereng Mistar | 2,6 ± 0,2 | x 10-3
Jangka Sorong | 2,53 ± 0,04 | x 10-3
Mikrometer Sekrup | 2,54 ± 0,13 | x 10-3
PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan, pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran
berulang. Jadi perlu dilakukan perhitungan rata-rata dari semua hasil pengukuran.
Yaitu rata-rata panjang, lebar, dan tinggi untuk balok, rata-rata diameter untuk
bola, dan rata-rata massa untuk balok dan bola. Juga dihitung deviasi maksimum
untuk menentukan ketidakpastian mutlak dari panjang, lebar, tinggi dan diameter
tersebut.
Dengan perhitungan rata-rata panjang, lebar dan tinggi balok dapat
ditentukan volume balok. Namun untuk menentukan ketidakpastian mutlak
volume, maka diperlukan perhitungan rambat ralat volume. Hasil pengukuran
volume balok menggunakan mistar adalah | 7,1 ± 0,7 | x 103 mm3. Hasil
pengukuran volume balok menggunakan jangka sorong adalah | 8,19 ± 0,31 | x 103
mm3. Hasil pengukuran volume balok menggunakan mikrometer sekrup adalah |
8,530 ± 0,075 | x 103 mm3.
34. Dengan perhitungan rata-rata diameter bola, maka volume bola dapat
ditentukan. Hasil pengukuran volume bola menggunakan mistar adalah | 7,5 ± 0,6 |
x 103 mm3. Hasil pengukuran volume bola menggunakan jangka sorong adalah |
7,69 ± 0,09 | 103 mm3. Hasil pengukuran volume bola menggunakan micrometer
sekrup adalah | 7,7 ± 0,4 | 103 mm3.
Kemudian dilakukan pengukuran massa dari balok dan bola menggunakan
neraca 2610 gram, neraca 311 gram, dan neraca 310 gram. Dari hasil perhitungan
volume dan pengukuran massa, maka massa jenis balok dan bola dapat
ditentukan. Massa yang digunakan dalam analisis hanya massa dari hasil
pengukuran Neraca Ohauss 310, karena merupakan neraca yang paling teliti
diantara neraca yang lainnya. Hasil perhitungan massa jenis balok menggunakan
mistar dan neraca ohauss 310 gram adalah | 3,4 ± 0,1 | x 10-3 gram/mm3. Hasil
perhitungan massa jenis balok menggunakan jangka sorong dan neraca ohauss
310 gram adalah | 3,44 ± 0,13 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis
balok menggunakan micrometer sekrup dan neraca ohauss 310 gram adalah |
2,870 ± 0,003 | x 10-3 gram/mm3.
Hasil perhitungan massa jenis bola menggunakan mistar dan neraca
ohauss 310 gram adalah | 2,6 ± 0,2 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa
jenis bola menggunakan jangka sorong dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,53
± 0,04 | x 10-3 gram/mm3. Hasil perhitungan massa jenis bola menggunakan
micrometer sekrup dan neraca ohauss 310 gram adalah | 2,54 ± 0,13 | x 10-3
gram/mm3.
SIMPULAN DAN DISKUSI
Dari semua hasil pengukuran panjang yang dilakukan secara berulang
menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup, semua hasil
pengukurannya berbeda. Hal ini dikarenakan banyak factor yang mempengaruhi,
diantaranya penglihatan, kondisi dari luar misalnya meja yang goyang, serta
pengaruh kondisi alat yang sudah tidak stabil. Namun yang paling teliti adalah
micrometer sekrup karena memiliki ketidakpastian terkecil yaitu 0,005 mm. Atau
NST nya paling kecil yaitu 0,01 mm/skala. Jadi, hasil pengukuran data yang
mendekati kebenaran adalah pengukuran menggunakan micrometer sekrup,
dibuktikan dengan nilai hasil pengukuran yang lebih detail.
Sedangkan untuk pengukuran massa, pengukuran yang paling teliti adalah
pengukuran menggunakan Neraca Ohauss 310 gram. Cara menentukan
ketidakpastian mutlak alat yaitu membagi NST alat secara jelas oleh penglihatan.
35. Penggunaan angka berarti dengan menentukan ketidakpastian realtifnya, dengan
menentukan ketidakpastian relatifnya maka angka yang dilaporkan pada hasil
pengukuran dapat ditentukan.
Untuk hasil pengukuran waktu dan suhu, dimana suhu dijadikan
manipulasi dan diukur setiap 60 detik. Dengan hasil perubahan suhu tiap 60 sekon
adalah 5°C.
Dari data yang diperoleh, massa jenis yang didapatkan belum sesuai
dengan massa jenis yang sebenarnya. Hal ini kemungkinan karena kesalahan
pemabacaan penunjukan skala pada alat ukut. Dan ketidaktelitian praktikan.
36. DAFTAR RUJUKAN
Herman dan asisten LFD. 2014. PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1.
Makassar : Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Tim Dosen Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UNM. 2012. Modul Pengukuran Dasar
dan Teori Ketidakpastian Pengukuran. Laboratorium Fisika FMIPA UNM.
Makassar
Serway, Raymond A dan John W.Jeweet,Jr. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik.
Jakarta : Salemba Teknika.