SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  34
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen SDM
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen ini terdiri dari enam unsur (6M) yaitu:
men, money, methode, materials, machines, and market.
Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu
manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat
MSDM. Dalam rangka persaingan antara organisasi/perusahaan, maka suatu
perusahaan harus memiliki sumber daya yang tangguh. Sumber daya yang
dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan tidak dapat dilihat sebagai bagian yang
berdiri sendiri, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh membentuk
suatu sinergi. Dalam hal ini peranan sumber daya manusia sangat menentukan.
Manajemen sumber daya manusia yang yang dilaksanakan dengan baik akan
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam usaha mencapai sasaran
organisasi atau perusahaan.
Agar perusahaan mampu terus bertahan dan bersaing, dominasi teknologi
saja tidak cukup jika tidak ditunjang oleh SDM yang andal, sehingga investasi
dalam sumber daya ekonomi yang paling berharga, yaitu SDM tidak dapat ditunda
lagi. Oleh karena itu, SDM di perusahaan perlu dikelola secara profesional agar
terwujud keseimbangan antara kebutuhan karyawan dengan tuntutan dan
9
kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci
utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar.
2.1.1 Pengertian Manajemen SDM
Berdasarkan asal katanya, manajemen berasal dari kata management yang
merupakan bentuk noun dari kata kerja to manage yang bermakna mengurus,
mengatur, melaksanakan, dan mengelola, sehingga manajemen adalah
pengurusan, pengaturan, pelaksanaan, pengelolaan. Kata sumber daya manusia
merujuk pada pengertian manusia sebagai sumber daya. Apabila kedua kata
tersebut digabungkan, maka manajemen sumber daya manusia dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Menurut Joko Raharjo (2013:12) menjelaskan tentang pengertian dari
manajemen SDM sebagai berikut:
Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai pendekatan
strategik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik
organisasi, orang – orang yang bekerja dalam organisasi, baik secara
individu maupun kolektif, dan memberikan sumbangan untuk mencapai
sasaran organisasi.
Menurut Edy Sutrisno (2009:7) menjelaskan tentang pengertian
manajemen sumber daya manusia sebagai berikut:
Manajemen sumber daya manusia mempunyai definisi sebagai suatu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan secara terpadu.
Menurut Indah Puji Hartatik (2014:16) mendefiniskan manajemen sumber
daya manusia sebagai berikut:
Manajemen sumber daya manusia yaitu sebuah ilmu serta seni dalam
kegiatan perencanaan, pengelolaan, dan pengembangan segala potensi
10
sumber daya manusia yang ada, serta hubungan antar manusia dalam suatu
organisasi kedalam sebuah desain tertentu yang sistematis, sehingga
mampu mencapai efektivitas serta efisiensi kerja dalam mencapai tujuan,
baik individu, masyarakat, maupun organisasi.
Sehingga dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa manajemen SDM adalah segala aktivitas pemberdayaan
manusia sebagai sumber daya yang dimiliki suatu organisasi yang meliputi
perencanaan, pengelolaan, pengembangan, dan pengawasan yang bertujuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi.
2.1.2 Fungsi Manajemen SDM
Sesuai dengan pengertian manajemen sumber daya manusia yang telah
dirumuskan sebelumnya, maka kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya
manusia di dalam suatu organisasi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
fungsi. Sebagai ilmu terapan dari ilmu manajemen, MSDM memiliki fungsi
manajemen dengan penerapan di bidang sumber daya manusia. Menurut Malayu
SP Hasibuan (2014:21) menjelaskan tentang fungsi dari manajemen SDM sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian.
2. Pengorganisasian
Kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan dengan menetapkan
pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan
koordinasi dalam bagan organisasi.
3. Pengarahan
Kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan
bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Penagarahan dilakukan pimpinan
dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan
baik.
11
4. Pengendalian
Kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-
peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat
penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan rencana.
5. Pengadaan
Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Pengadaan yang baika akan membantu terwujudnya tujuan.
6. Pengembangan
Proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral
karyawan melalui pendidikan dan pelatihan .
7. Kompensasi
Pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang
kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberiakn kepada karyawan.
8. Pengintegrasian
Kegiatan untuk mempersatukan kepentinga perusahaan dan kebutuhan
karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.
Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari
hasil pekerjaannya.
9. Pemeliharaan
Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan
loyalitas karyawan,agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.
10. Kedisiplinan
Merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan,
karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal.
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan-
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.
11. Pemberhentian
Putusnya hubungan kerja sesorang dari perusahaan. Pemberhentian
disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja
berakhir, pensiun dan sebagainya.
Dari serangkain fungsi manajemen sumber daya manusia diatas,
selanjutnya akan membentuk suatu aktivitas manajemen sumber daya manusia,
yang menurut Dewi Hanggraeni (2012:5) dapat dikelompokkan menjadi empat
aktivitas yang merepresentasikan fungsi manajemen sumber daya manusia sebagai
berikut:
1. Preparation and Selection, terdiri dari:
a) Job analysis and design
b) Human resources planning
12
c) Recruitment
d) Selection
2. Development and Evaluation, terdiri dari:
a) Orientation, placement, and separation
b) Training and development
c) Career planning
d) Performance appraisal
3. Compensation and protection, terdiri dari:
a) Wages and salaries
b) Incentives and gainsharing
c) Benefits and services
d) Security, safety, and health
4. Employee relation
2.2 Disiplin Kerja
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa disiplin meruapakan salah satu fungsi
dari manajemen SDM. Manajemen merupakan fungsi operatif manajemen SDM
yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi
kerja yang dapat dicapainya. Tanpa displin karyawan yang baik, sulit bagi
organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah
kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Melalui disiplin akan mecerminkan kekuatan, karena biasanya orang
yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang memiliki
disiplin yang tinggi. Seorang yang sehat dan kuat biasanya pun mempunyai
disiplin yang baik, dalam arti mempunyai keteraturan didalam menjaga dirinya,
teratur kerja, teratur makan, tertib olahraga, dan tertib dalam segala hal.Oleh
karena itu setiap manajer selalu berusaha agar para bawahnnya mempunyai
disiplin yang baik.
13
2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin menjadi salah satu faktor kunci untuk terwujudnya tujuan
perusahaan. Untuk lebih memahami tentang konsep disiplin kerja, maka penulis
uraikan mengenai pengertian-pengertian dari disiplin kerja dari berbagai ahli.
Secara etimologi, disiplin berasal dari bahasa inggris disciple yang berarti
penganut atau pengikut, pengajaran, latihan. Sedangkan kerja berarti segala
aktifitas manusia yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Beberapa ahli menyebutkan tentang pengertian disiplin kerja seperti
dibawah ini :
Menurut Edy Sutrisno (2009:87) menjelaskan tentang definisi dari disiplin
kerja sebagai berikut:
Disiplin kerja adalah sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan
perusahaan, yang ada dalam diri karyawan, yang dapat meyebabkan dia
dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan
perusahaan.
Menurut Indah Puji Hartatik (2014:184) menjelaskan tentang pengertian
dari disiplin kerja sebagai berikut :
Disiplin kerja adalah suatu alat atau sarana bagi organisasi untuk
mempertahankan eksistensinya,dengan disiplin yang tinggi, para pegawai
akan menaati semua peraturan yang ada, sehingga pelaksanaan pekerjaan
dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2013:129) mengartikan
disiplin kerja sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-
pedoman organisasi.
14
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2014:193) menjelaskan bahwa
kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseoarang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Menurut Veithzal Rivai (2009:825) menjelaskan tentang pengertian dari
disiplin kerja sebagai berikut:
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan oleh manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk merubah
perilaku sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial
yang berlaku.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja
adalah suatu alat atau sarana bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan
karyawan agar memiliki sikap atau perilaku yang menghormati peraturan dan
ketetapan perusahaan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan
kesediaan untuk menaati peraturan dan ketetapan perusahaan serta norma sosial
yang berlaku, sehingga pelaksanaan pekerjaaan dapat sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan.
2.2.2 Jenis-Jenis Disiplin Kerja
Ada beberapa jenis disiplin kerja menurut Indah Puji hartatik (2014:190)
seperti disebutkan dibawah ini:
1. Disiplin Diri
Sikap disiplin dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini
merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab pribadi yang
berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada diluar dirinya.
2. Disiplin Kelompok
Disiplin kelompok adalah patuh, taat, dan tunduknya kelompok terhadap
peraturan, perintah, dan ketentuan yang berlaku, serta mampu
mengendalikan diri dari dorongan kepentingan dalam upaya pencapaian
cita-cita dan tujuan tertentu,serta memelihara stabilitas organisasi dan
menjalankan standar-standar organiasasi.
15
3. Disiplin Preventif
Disiplin yang ditujukan untuk mendorong pegawai agar berdisiplin dengan
menaati dan mengikuti berbagai standar serta peraturan yang telah
ditetapkan.
4. Disiplin Korektif
Disiplin ini dimaksudkan untuk menangani pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan yang berlaku dan memperbaikinya untuk masa yang
akan datang.
5. Disiplin Progresif
Disiplin progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran yang berulang.Tujuannya adalah memberikan
kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum
dilakukan hukuman-hukuman yang lebih serius.
Sedangkan meurut Veithzal Rivai (2009:825) membagi bentuk-bentuk
disiplin kerja kedalam empat perspektif, yaitu:
1. Disiplin retributif (retributive discipline), yaitu berusaha menghukum
orang yang berbuat salah.
2. Disiplin korektif (corrective discipline), yaitu berusaha membantu
karyawan mengoreksi perilakunya yang tidak tepat.
3. Perspektif hak-hak individu (individual rights perspective), yaitu berusaha
melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner.
4. Perspektif utilitarian ( utilitarian perspective), yaitu berfokus kepada
penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan
disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.
2.2.3 Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2013:130) menyebutkan ada tiga
jenis pendekatan terkait dengan disiplin kerja,yaitu:
1. Pendekatan disiplin modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan
atau kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a) Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk
hukuman secara fisik.
b) Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses
hukum yang berlaku.
c) Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau
prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan
dengan mendapatkan fakta-faktanya.
d) Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak
terhadap kasus disiplin
16
2. Pendekatan disiplin dengan tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara
memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a) Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah
ada peninjauan kembali bila telah diputuskan.
b) Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya.
c) Pengaruh hukuman hukuman untuk memberikan pelajaran kepada
pelanggar maupun kepada pegawai lainnya
d) Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang
lebih keras.
e) Pemberina hukuman kepada pegawai yang melanggar untuk kedua
kalinya harus diberikan hukuman yang lebih berat.
3. Pendekatan disiplin bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
a) Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua
pegawai.
b) Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan
perilaku.
c) Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik
d) Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab
terhadap perbuatannya.
Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2009:826) menyebutkan ada tiga
konsep pendekatan dalam pelaksanaan tindakan disiplin kerja, yaitu:
1. Aturan tungku panas
Pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner disebut sebagai aturan
tungku panas (hot stove rule). Menurut pendekatan ini, tindakan disipliner
haruslah memiliki konsekuensi yang analog dengan menyentuh tungku
panas.
a) Membakar dengan segera. Jika tindakan disipliner akan diambil,
tindakan itu harus dilaksanakan segera sehingga individu
memahami alasan tindakan tersebut. Dengan berlalunya waktu,
orang memiliki tendensi meyakinkan mereka sendiri bahwa dirinya
tidak salah yang cenderung sebagian menghapuskan efek-efek
disipliner terdahulu.
b) Memberi peringatan. Hal ini penting untuk memberikan peringatan
sebelumnya bahwa hukuman akan mengikuti perilaku yang tidak
dapat diterima. Pada saat seseorang bergerak semakin dekat dengan
tungku panas, mereka diperingatkan oleh panasnya tungku tersebut
bahwa mereka akan terbakar jika mereka menyentuhnya dan oleh
karena itu ada kesempatan menghindari terbakar jika mereka
memilih demikian.
17
c) Memberikan hukuman yang konsisten. Tindakan disipliner
haruslah konsisten ketika setiap orang yang melakukan tindakan
yang sama akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Seperti pada tungku panas, setiap orang yang menyentuhnya
dengan tingkat tekanan yang sama, dan pada periode waktu yang
sama, akan terbakar pada tingkat yang sama pula.
d) Membakar tanpa membeda-bedakan. Tindakan disipliner
seharusnya tidak membeda-bedakan. Tungku panas akan
membakar setiap orang yang menyentuhnya, tanpa memilih-milih.
2. Tindakan disiplin progresif
Tindakan disiplin progresif (progressive discipline) dimaksudkan untuk
memastikan bahwa terdapat hukuman minimal yang tepat terhadap setiap
pelanggaran. Tujuan tindakan ini adalah membentuk program disiplin
yang yang berkembang mulai dari hukuman yang ringan hingga yang
sangat keras. Disiplin progresif dirancang untuk memotivasi karyawan
agar mengoreksi kekeliruannya secara sukarela. Penggunaan tindakan ini
meliputi serangkaian pertanyaan mengenai kerasnya pelanggaran. Manajer
hendaknya mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini secara berurutan untuk
menentukan tindakan .
3. Tindakan disiplin positif
Dalam banyak situasi, hukuman tidaklah memotivasi karyawan mengubah
suatu perilaku. Namun, hukuman hanya mengajar sesorang agar takut atau
membenci alokasi hukuman yang dijatuhkan penyelia. Penekanan pada
hukuman ini dapat mendorong para karyawan untuk menipu penyelia
mereka daripada mengoreksi tindakan-tindakannya. Tindakan disipliner
positif dimaksudkan untuk menutupi kelemahan tadi, yaitu mendorong
karyawan mematuhi perilaku-perilaku mereka sendiri dan memikul
tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan
mereka.
Pendekatan tungku panas memiliki banyak kelebihan, namun juga
memiliki kelemahan-kelemahan. Jika keadaan yang mengelilingi semua situasi
disipliner adalah sama, tidak akan ada masalah dengan pendekatan ini. Meskipun
begitu, situasi-situasi sering berbeda, dan banyak variabel yang mungkin ada
dalam setiap kasus disipliner individu. Sebagai contoh, apakah organisasi
menghukum karyawan yang loyal dan telah bekerja selama puluhan tahun sama
dengan karyawan yang baru bekerja selama satu bulan. Dengan demikian, seorang
manajer akan sering menemui bahwa dia tidak mapu bersikap konsisten dan
18
impersonal dalam mengambil tindakan disipliner. Oleh karena situasi yang
berbeda-beda, tindakan disipliner progresif mungkin lebih realistis dan
menguntungkan. Akan tetapi tindakan disipliner progresif juga dirasa sebagian
karyawan maupun manajer terlalu memberikan hukuman yang keras terhadap
karyawan yang melakukan pelanggaran. Untuk itu disiplin positif menggantikan
hukuman yang digunakan dalam disiplin progresfif dengan sesi-sesi konseling
antara karyawan dan manajer. Sesi ini digunakan agar karyawan belajar dari
kekeliruan yang telah dibuat dan membuat suatu rencana yang positif dalam
perilakunya.
2.2.4 Indikator Disiplin Kerja
Menurut Indah Puji Hartatik (2014:200) indikator yang mempengaruhi
tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya sebagai berikut :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan staf dalam memahami peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi sangat berpengaruh pada tingkat kedisiplinan
karyawan. Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan
yang ada, menjadi penyebab terbanyak tindakan indisipliner.
2. Keteladanan Pimpinan
Seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh pada staf dan menjadi
role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan
harus mampu mempertahankan perilaku yang positif sesuai dengan
harapan staf.
3. Keadilan
Aturan-aturan yang dibuat harus diberlakukan untuk semua staf tanpa
memandang kedudukan. Bila ada yang melanggar maka harus dikenakan
sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat (waskat) ialah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebab, dengan
Pengawasan melekat ini, berarti atasan harus aktif dan langsung
mengawasi perilkau, moral, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.
5. Sanksi Hukuman
Sanksi indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki
perilaku pegawainya, bukan untuk menyakiti.Melemahnya disiplin kerja
19
akan mempenagruhi moral pegawai. Oleh karena itu, tindakan koreksi dan
pencegahan terhadap melemahnya peraturan harus segera diatasi oleh
semua komponen yang terlibat didalam organisasi.
6. Ketegasan
Ketegasan seorang pimpinan dalam memberikan sanksi terhadap staf yang
melakukan pelanggaran difokuskan untuk mengoreksi penampilan kerja
agar peraturan kerja dapat diberlakukan secara konsisten.
7. Hubungan kemanusiaan
Disiplin bermanfaat bagi pegawai untuk mematuhi dan menyenangi
peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang baik.
Selain beberapa indikator diatas, Edy Sutrisno (2009:89) juga
menyebutkan beberapa faktor terkait dengan disiplin kerja, diantaranya:
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para
karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa
mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang
telah dikontribusikan bagi perusahaan.
2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana
pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat
mengendalikan dirinya.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila
tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan
bersama.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi
yang ada, maka semua karyawan akan meras terlindungi, dan dalam
hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa. Dalam situasi
demikian, maka semua karyawan akan benar-benar terhindar dari sikpa
sembrono, asal jadi seenaknya sendiri dalam perusahaan.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu adanya
pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
Pimpinan yang berhasil memberikan perhatian yang besar kepada para
karyawannya akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Karena ia
bukan hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak
dekat dalam artian jarak batin.
20
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin
Kebiasaan-kebiasaan psoitif yang dapat dilakukan antara lain : saling
menghormati,melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya,
sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan.
2.2.5 Pentingnya Disiplin Kerja
Disiplin kerja sangat diperlukan baik bagi individu yang bersangkutan
maupun oleh organisasi/perusahaan. Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan
disiplin adalah salah satu metode untuk memeilhara keteraturan tersebut.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2014:193) mengungkapkan pentingnya
disiplin kerja menurut beberapa unsur kedisiplinan itu sendiri, yaitu:
Pertama, sikap yang terdiri dari kesadaran yang merupakan sikap
seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan
tanggung jawabnya.Kesediaan yang merupakan sikap, tingkah laku, dan
perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik tertulis
maupun tidak.
Kedua, peraturan yang sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan
dan penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di
perusahaan. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi,
dan efektifitas kerja karyawan akan meningkat.
Ketiga, hukuman yang diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan
mendidik karyawan supaya menaati semua peraturan perusahaan.
Menurut Edy Sutrisno (2009:87) tujuan utama disiplin adalah untuk
meningkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan
waktu dan energi. Hal ini mencerminkan bahwa tindakan disiplin dalam pekerjaan
dimaksudkan untuk memberdayakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
21
semaksimal mungkin dengan cara meminimalkan tindakan-tindakan non produktif
yang dilakukan oleh karyawan.Disiplin kerja juga ditujukan sebagai salah satu
faktor kontrol dalam meminimalkan kesalahan-kesalahan yang mungkin akan
dilakukan oleh karyawan.
Pelaksanaan disiplin kerja akan membawa pengaruh yang sangat besar,
baik bagi organisasi/perusahaan maupun bagi karyawan sendiri. Dari sisi
perusahaan, pelaksanaan disiplin kerja akan mendatangkan keuntungan
diantaranya terpelihara dan terjaminnya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan
tugas, serta menjamin pelaksanaan prosedur kerja secara baik dan benar, sehingga
diperoleh hasil yang optimal yang tentu saja akan mendukung tercapainya segala
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagi karyawan pelaksanaan
disiplin kerja juga akan membawa dampak yang positif, diantaranya adalah
terciptanya suasana kerja yang menyenangkan serta jauh lebih aman sebagai
imbas dari keteraturan sehingga tentu akan menambah semangat kerja dalam
melaksanakan pekerjaan yang tentunya akan meningkatkan produktivitas
karyawan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja sangat penting untuk
dilaksanakan dengan tujuan untuk menunjang kelancaran segala aktifitas
perusahaan agar tujuan perusahaan dapat dicapai secara maksimal.
2.2.6 Fungsi Disiplin Kerja
Telah disebutkan diatas bahwa disiplin kerja memegang peranan yang
penting bagi pencapain tujuan perusahaan. Sehingga setiap pegawai perlu memilki
dan menerapak disiplin kerja. Disiplin kerja menjadi dasar bagi pembentukan
22
sikap, perilaku, dan tata kehidupan karyawan dalam suatu perusahaan untuk
meminimalkan segala perilaku non produktif dan menjamin terlaksananya segala
kegiatan operasional dengan baik. Sehingga jika diuraikan secara lebih terperinci
maka pelaksanaan disiplin kerja tersebut mempunyai beberapa fungsi
sebagaimana disebutkan oleh Indah Puji Hartatik (2014:186) sebagai berikut:
1. Menata Kehidupan Bersama
Displin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok
tertentu atau masyarakat. Dengan begitu, hubungan yang terjalin antara
individu satu dan yang lainnya menjadi lebih baik dan lancar.
2. Membangun Kepribadian
Disiplin juga dapat membangun kepribadian pegawai. Lingkungan yang
memilki disiplin tinggi sangat berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang,
tertib, dan tentram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang
baik.
3. Melatih Kepribadian
Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar
senantiasa menunjukkan kinerja yang baik. Sikap, perilaku, dan pola
kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui satu proses yang
panjang. Disiplin bukan hanya soal mengikuti dan menaati peraturan,
melainkan sudah meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur dan
mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya.
4. Hukuman
Disiplin yang disertai ancaman sanksi atau hukuman sangat penting,
karena dapat memberikan dorongan kekuatan untuk menaati dan
mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman, dorongan ketaatan dan
kepatuhan dapat menjadi lemah, serta motivasi untuk mengikuti aturan
yang berlaku menjadi berkurang.
5. Menciptakan Lingkungan Kondusif
Fungsi disiplin kerja adalah untuk membentuk sikap, perilaku, dan tata
kehidupan berdisiplin didalam lingkungan di tempat seseorang itu berada,
termasuk lingkungan kerja, sehingga tercipta suasana tertib dan teratur
dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.2.7 Pelaksanaan Disiplin Kerja
Organisasi atau perusahaan yang baik harus berupaya menciptakan
peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipatuhi
oleh seluruh karyawan dalam perusahaan. Dalam pelaksanaan disiplin kerja,
23
peraturan dan ketetapan perusahaan hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi
seluruh karyawan,peraturan tersebut juga harus dikomunikasikan terlebih dahulu
sebelum diaplikasikan sehingga karyawan tahu apa saja yang menjadi larangan
dan apa yang yang harus dikerjakan.
Beberapa contoh peraturan terkait dengan pelaksanaan disiplin kerja
sebagaimana disebutkan oleh Edy Sutrisno (2009:94) antara lain;
1. Peraturan jam masuk, pulang, dan jam istirahat.
2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan.
3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit
kerja lain.
4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
para pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya.
Upaya dalam pelaksanaan atau implementasi disiplin kerja dapat
dimaksimalkan dengan beberapa teknik implementasi disiplin kerja sebagaiman
yang disebutkan oleh Anwar Mangkunegara (2013:132) sebagai berikut:
1. Teknik disiplin pertimbangan sedini mungkin
Tindakan perbaikan sedini mungkin dari pihak manajer mengurangi
perlunya tindakan disipliner dimasa mendatang. Jelaslah jika keadaan
yang tidak baik dibiarkan memburuk, semakin sulitlah untuk mendapatkan
pekerjaan yang baik dari bawahan yang tidak efektif atau tidak
berkemauan penuh.
Oleh karena itu, prestasi kerja setiap karyawan baru, termasuk bawahan
yang lebih tua, lebih berpengalaman, tetapi baru saja dipindahkan, harus
diamati dengan sesama, ditinjau kembali, dan ditimbang selama 90 sampai
180 hari sejak pertama kali mereka bekerja.
2. Teknik disiplin pencegahan yang efektif
Para manajer yang menekankan apa yang harus dilakukan sebelum suatu
kejadian, cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik dari bawahan
mereka. Mereka menghindari masalah disiplin dengan menciptakan
kondisi kerja yang akan lebih menarik karyawan untuk bekerja dengan
baik. Teknik ini harus dimulai dari sikap manajer terhadap bawahannya,
para manajer yang dapat mendisiplinkan diri melalui pendekatan yang
baik, akan dapat menciptakan kondisi kerja yang menantang yang dapat
diterima oleh bawahan mereka, cara lain yang dapat digunakan manajer
yang efektif dalam bidang disiplin pencegahan ini misalnya dengan
mengadakan hubungan kerja yang erat dengan setiap bawahan, manajer
24
dapat memberikan pujian tentang pekerjaan yang dilaksanakan dengan
baik.
3. Teknik disiplin dengan mendisiplinkan diri
Tak dapat disangkal lagi bahwa teknik disiplin yang paling penting
dipelajari oleh seorang manajer ialah teknik mendisiplinkan diri. Disiplin
diri ialah usaha seseorang untuk mengendalikan reaksi mereka terhadap
keadaan yang tidak mereka senangi, dan usaha seseorang untuk mengatasi
ketidaksenangan itu. Disiplin diri dapat dimulai dengan tidak mudah
tersinggung atau marah jika sesorang mengkritik anda daripada membalas
dengan serangan kata-kata, lebih baik menyatakan penyelesaian.
4. Teknik disiplin inventori penyelia
Banyak organisasi telah mengajar penyelia dan manajer mereka tentang
bagaimana menerapkan disiplin melalui hukum, menangani prosedur
keahlian, dan meninjau kembali kasus-kasus arbitrasi dimasa
lampau,tetapi tidak banyak yang berusaha mengukur pemahaman
seseorang manajer secara menyeluruh terhadap disiplin. Salah satu alat
yang dapat digunakan oleh organisasi untuk menentukan perlunya
pelatihan manajemen dalam bidang disiplin adalah supervisory inventory
on dicipline. Sediaan ini mengukur pengetahuan tentang apakah disiplin
dan bagaimana menggunakannya, tetapi merupakan suatu ujian. Invetori
ini berisi 80 pertanyaan yang dapat dijawab dalam tempo 15 menit.
Manfaatnya bagi para manajer ialah bahwa sediaan ini memberikan
pengetahuan tentang pemahaman suatu kelompok tentang disiplin, dan
masalah-masalah yang mungkin akan timbul karena tidak adanya
pengertian yang cukup memadai tentang pokok itu.
5. Teknik disiplin menegur pegawai primadona
Meskipun jarang sekali terjadi, kadang-kadang seorang manajer harus
menegur seorang pekerja yang menonjol, sekali lagi harus ditemukan
sebab-sebab mengapa ia menunjukkan perilaku demikian. Jangan sekali-
kali takut kehilangan seorang karyawan yang baik jika ia merupakan
faktor perusak keadaan yang sulit diperbaiki. Bila anda telah kehilangan
kendali terhadap kelompok karena kehilangan seorang pekerja yang
menonjol, anda sendirilah yang akan kalah secara total.
6. Teknik disiplin menimbulkan kesadaran diri
Suatu teguran lunak dapat diberikan secara halus melalui pertanyaan
tertentu pada bawahan yang jawabannya merupakan teguran otomatis bagi
dirinya sendiri. Pertanyaan semacam itu menyindir secara halus untuk
menyatakan ketidaksetujuan anda terhadap tindakannya, dan sekaligus
memberikan pendapat anda kepada bawahan itu mengenai maksud
pertanyaan anda tersebut. Hal ini akan menimbulkan kesdaran diri dan
koreksi bagi diri pribadi karyawan.
7. Teknik Sandwich
Teknik ini digunakan dengan mahir oleh sejumlah besar manajer dalam
menghadapi bawahan mereka. Pada dasarnya, teknik ini terdiri dari
teguran lisan secara langsung, diikuti oleh ucapan syukur, dan diakhiri
dengan peringatan yang lunak. Sebenarnya manajer itu menyelipkan
25
(seperti sandwich) ucapan syukur dan persetujuannya diantara dua teguran
yang semuanya dilakukan pada saat itu juga.
2.2.8 Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Pemberian hukuman atau sanksi dalam upaya penegakan disiplin sangat
diperlukan dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
Agar pemberian hukuman bisa efektif dalam membina disiplin, hendaknya
dilakukan secara bertahap.
Menurut Indah Puji Hartatik (2014:204) mengemukakan bahwa secara
umum, sebagai pegangan seorang manajer meskipun tidak mutlak, tingkat dan
jenis sanksi disiplin kerja dapat dibedakan atas sanksi disiplin berat, sedang, dan
ringan, sebagaimana dijelaskan dibawah ini:
1. Sanksi disiplin berat:
a) Demosi jabatan setingkat lebih rendah dari jabatan/pekerjaan yang
diberikan sebelumnya.
b) Pembebasan dari jabatan/pekerjaan untuk dijadikan sebagai tenaga
kerja biasa yang memegang jabatan.
c) Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan
pegawai yang bersangkutan sendiri.
d) Pemutusan hubungan kerja dengan tidak hormat sebagai pegawai
dalam organisasi atau perusahaan tersebut.
2. Sanksi disiplin sedang:
a) Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah
dirancang sebagaimana pegawai lainnya.
b) Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan,
baik harian, mingguan, maupun bulanan.
c) Penundaan program promosi bagi pegawai yang bersangkutan pada
jabatan yang lebih tinggi.
3. Sanksi disiplin ringan:
a) Teguran lisan kepada pegawai yang bersangkutan
b) Teguran tertulis
c) Pernyataan menyesal secara tertulis.
Selain itu Anwar Prabu Mangkunegara (2013:131) juga menjelaskan
sanksi terhadap pelanggaran disiplin kerja sebagai berikut:
26
1. Pemberian peringatan
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar
pegawai yang bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku
di perusahaan. Kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah disiplin
yang ada. Disamping itu, memberi peluang pelanggar untuk mengabaikan
disiplin perusahaan.
2. Pemberian sanksi harus konsisten
Pemberian sanksi terhadap pegawai yang tidak disiplin harus konsisten.
Hal ini bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan
yang berlaku pada perusahaan. Ketidak konsistenan pemberian sanksi
dapat mengakibatkan pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai,
ringgannya sanksi, dan pengabaian disiplin.
3. Pemberian sanksi harus impersonal
Pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak membeda-bedakan
pegawai, tua muda, pria wanita tetap diberlakukan sama sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa
disiplin kerja berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.
2.3 Produktivitas
Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban
manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya
(effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan
disegala bidang.
Organisasi merupakan alat atau sarana untuk memenuhi kebutuhan
pegawai. Meskipun demikian, organisasi didirikan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan perorangan, tetapi juga berhubungan dengan kelangsungan hidup
organisasi tersebut melalui produktivitas. Pola dan sistem kerja saat ini harus
efisien dan efektif dan output yang akan dicapai diwaktu yang akan datang harus
lebih berkualitas daripada output saat ini.
Pola perilaku yang demikian mengakibatkan pegawai selalu berusaha
meningkatkan kualitas kerja. Pegawai yang memiliki perilaku demikian terdorong
27
untuk menjadi dinamis, kreatif, inovatif, terbuka, serta sikap cepat tanggap
terhadap gagasan-gagasan dan perubahan baru. Selain itu, produktivitas kerja juga
merupakan motif ekonomi untuk memperoleh hasil sebanyak mungkin dengan
biaya sekecil-kecilnya.
2.3.1 Pengertian Produktivitas
Suatu organisasi, baik besar maupun kecil, akan tergugah oleh pentingnya
arti perbaikan tingkat produktivitas kerja. Menurunnya pertumbuhan dalam
tingkat pedapatan per kapita dan standar kehidupan, adanya tekanan-tekanan
tingkat inflasi,persoalan-persoalan yang berkaitan dengan neraca pembayaran, dan
upaya pemeliharaan kekuatan nilai mata uang, telah menyebabkan timbulnya
minat peningkatan produktivitas.
Produktivitas kerja itu sendiri dimaknai secara berbeda-beda, seperti
diungkapkan oleh beberapa ahli berikut:
Menurut Indah Puji Hartatik (2014:209) mengungkapkan tentang
pengertian dari produktifitas sebagai berikut:
Produktivitas adalah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari
berbagai sumber daya atau faktor produksi yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan dalam
suatu perusahaan.
Menurut Edy Sutrisno (2009:99) menjelaskan tentang pengertian dari
produktivitas sebagai berikut:
Produktivtas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran
(barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang).
Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif, suatu perbandingan antara
hasil keluaran dan masukan.
28
Menurut Joko Raharjo (2013:61) menjelaskan tentang pengertian dari
produktivitas sebagai berikut:
Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil-hasil yang
dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan atau
perbandingan jumlah produksi (output) dengan sumber daya yang
digunakan (input).
Menurut Sedarmayanti (2009:58) menjelaskan pengertian dari
produktivitas kerja sebagai berikut:
Pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan
efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian hasil kerja yang
maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,
kuantitas, dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya
membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Menurut Muchdarsyah Sinungan (2014:12) mengartikan produktivitas
sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa)
dengan masukan yang sebenarnya.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli maka penulis
menyimpulkan bahwa garis besar dari konsep produktivitas adalah pencapaian
hasil kerja yang maksimal baik barang maupun jasa dalam arti pencapaian target
yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, yang diukur dari
perbandingan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input) dan jumlah
produksi (output).
2.3.2 Pentingnya Produktivitas
Pentingnya produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan nasional telah
disadari secara universal. Tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak
29
mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan
untuk menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa-jasa.
Peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada
standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan
produktivitas yang sesuai dengan masukan tenaga kerja.
Menurut Muchdarsyah Sinungan (2014:9) produktivitas sering dikaitkan
secara paksa, acuh tak acuh terhadap kualitas hidup dan pengaruh yang
membahayakan bagi lingkungan. Misalnya, nasionalisasi tidak mausiawi. Bagi
banyak orang meningkatkan produktivitas berarti bekerja lebih giat dan cepat,
mengurangi mutu barang, kerja dan kehidupan, meningkatkan pengganguran dan
semacamnya. Kita tidak memberikan andil dengan pandangan-pandangan yang
pesimistis ini. Secara umum diyakini bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, upah yang wajar serta untuk meningkatkan kondisi-kondisi kerja
perlulah mempertimbangkan produktivitas sebagai faktor penyumbang terbesar.
Produktivitas yang meningkat melengkapi posisi untuk meningkatkan standar
hidup atau paling tidak mempertahankannya sambil melakukan upaya
peningkatan kualitas hidup.
Pimpinan perusahaan dan serikat buruh juga memberikan perhatian besar
terhadap peningkatan produktivitas meskipun mereka sering kali tidak setuju
dengan pendekatan mereka. Umumnya serikat buruh perlu diyakinkan benar-
benar tentang keuntungan potensial untuk anggota mereka sebelum menyokong
program peningkatan produktivitas. Tidak seorangpun akan mau bekerja lebih
30
berat dan lebih cepat jika dengan itu akan mengurangi kerjanya atau teman
kerjanya.
Karena manusia adalah sumber penting dan tujuan dari pembangunan kita
harus meningkatkan produktivitas bukan atas beban biaya mereka tapi atas beban
biaya dari waktu yang terbuang, pengurangan pegawai, birokrasi yang tidak perlu
dan sebagainya.
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
Dalam upaya peningkatan produktivitas kerja karyawan disuatu
perusahaan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
kerja karyawan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas
karyawan, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-
faktor yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijakan
pemerintah secara keseluruhan.
Menurut Indah Puji Hartatik (2014:210) ada sepuluh faktor yang sangat
diinginkan karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, yaitu pekerjaan
yang menarik, upah yang baik, keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, etos
kerja dan sarana kerja atau lingkungan yang baik, promosi dan perkembangan diri
sejalan dengan perkembangan perusahaan, merasa terlibat dalam kegiatan-
kegiatan organisasi, pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi,
kesetiaan pimpinan pada diri karyawan, serta disiplin kerja yang keras.
Menurut Sedarmayanti (2009:72) terdapat pula berbagai faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, diantaranya adalah:
1. Sikap mental, berupa:
a) Motivasi kerja
31
b) Disiplin kerja
c) Etika kerja
2. Pendidikan
Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan
mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti
pentingnya produktivitas. Pendidikan disini dapat berarti pendidikan
formal maupun pendidikan no formal.
3. Keterampilan
Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih
mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai
akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan
pengalaman yang cukup,
4. Manajemen
Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang
diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta
mengendalikan staf/bawahannya. Apabila manajemennya tepat maka akan
menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong
pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif.
5. Tingkat penghasilan
Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan
konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produktivitas.
6. Jaminan sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya
dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja.
7. Lingkungan dan iklim kerja
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar
senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan
pekerjaan tersebut dengan lebih baik menuju kearah peningkatan
produktivitas.
8. Sarana produksi
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.
Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat
menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.
2.3.4 Indikator Produktivitas
Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan yang
ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan
terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga pada akhirnya sangat dibutuhkan
dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk mengukur produktivitas
32
kerja, diperlukan suatu indikator. Menurut Edy Sutrisno (2009:104) menjelaskan
bahwa ada enam indikator dalam mengukur produktivitas, yaitu:
1. Kemampuan
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang
karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki serta
profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepada mereka.
2. Meningkatkan hasil yang dicapai
Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah
satu yang dapat dirasakan baik yang oleh mengerjakan maupun yang
menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan
produktivitas kerja bagi, masing-masing yang terlibat dalam suatu
pekerjaan.
3. Semangat kerja
Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini
dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari
kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.
4. Pengembangan diri
Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemapuan kerja.
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan
dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya,
pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga harapan untuk menjadi
lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak pada keinginan
karyawan untuk meningkatkan kemampuan.
5. Mutu
Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu.
Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja
seorang pegawai. Jadi, meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan
hasil yang terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi
perusahaan dan dirinya sendiri.
6. Efisiensi
Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya
yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas
yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.
Menurut Indah Puji Hartatik (2014:218) bila suatu organisasi mengabaikan
pengembangan sumber daya manusia, akan berakibat pada turunnya semangat
kerja dan produktivitas pegawai. Adapun indikator produktivitas yang akan timbul
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tingkat absensi tinggi
33
Tinggi rendahnya tingkat absensi dari pegawai yang ada akan langsung
berpengaruh terhadap produktivitas, karena pegawai yang tidak masuk
kerja tidak akan produktif. Dengan demikian, hasil produksinya rendah.
Akibatnya, target produksi yang telah ditetapkan tidak tercapai.
2. Tingkat perolehan hasil
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa produktivitas adalah kemampuan
seseorang dalam menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan dari
pendapat tersebut, dengan adanya produktivitas pegawai yang rendah,
otomatis hasil produksi barang atau jasa akan menurun, sehingga target
produksi tidak tercapai.
3. Kualitas yang dihasilkan
Dalam kegiatan menghasilkan produk, perusahaan berusaha agar produk
tersebut mempunyai kualitas yang baik. Sebab, apabila kualitas produk
yang dihasilkan kurang baik, produktivitas karyawan pun akan menurun.
4. Tingkat kesalahan
Salah satu penyebab dari turunnya produktivitas pegawai dalam
menghasilkan produk adalah tingkat kesalahan. Sebab, apabila tingkat
kesalahan tinggi, produktivitas akan rendah.
5. Waktu yang dibutuhkan
Kegiatan proses produksi membutuhkan waktu yang cukup. Sebab, apabila
waktu yang diberikan untuk menghasilkan produk kurang, yang dihasilkan
juga sedikit, sehingga target produksi tidak tercapai.
Sehingga indikator-indikator yang telah disebutkan para ahli diatas jelas
sangat berguna dalam menetapkan poin-poin pengukuran terhadap produktivitas
karyawan, untuk mengetahui sejauh mana tingkat karyawan serta penyebab-
penyebab tindakan non produktif yang mungkin dilakukan oleh karyawan.
2.3.5 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting
disemua tingkatan ekonomi. Di beberapa negara maupun perusahaan pada akhir-
akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran produktivitas.
Muchdarsyah Sinungan (2014:22) menjelaskn bahwa pengukuran
terutama digunakan sebgaai sarana manajemen untuk menganalisa dan
mendorong efisiensi produksi. Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan
34
pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan meninggikan kesadaran pegawai dan
minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas. Kedua, diskusi tentang
gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar ataupun
dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun ternyata memberikan dasar bagi
penganalisaan proses yang produktif.
Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin
terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan
target/sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan
manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan.
Pengamatan atas perubahan-perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering
nilai diagnostik yang menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam
meningkatkan penampilan organisasi. Satu keuntungan praktis dari pengukuran
produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran-gambaran data melengkapi
suatu dasar bagi andil manfaat atas penampilan yang ditingkatkan.
Informasi produktivitas dalam bentuk trend dimasa yang lalu,
pelaksanaan dan proyeksi, memberikan petunjuk-petunjuk pada semua tingkatan
manajemen dalam memberikan pedoman dan pengendalian masalah perusahaan.
Secara matematis, formulasi dari produktivitas kerja berdasarkan dimensi
organisasi menurut Alan Thomas yang dikutip oleh Indah Puji Hartatik
(2014:216) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
35
P : Produktivitas
O : Output
I : input
Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan (2014:23) secara umum
pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga
jenis yang sangat berbeda.
1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan
pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan
sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat
atau berkurang serta tingkatannya,
2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi,
proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian
relatif.
3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang
terbaik sebagai memusatkan perhatian pada saran/tujuan.
Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlulah
mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran
produktivitas.
Paling sedikit ada dua jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni
produktivitas total dan produktivitas parsial.
Sedangkan untuk melakukan pengukuran terhadap produktivitas tenaga
kerja dapat digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari, atau
tahun). Penegluaran diubah kedalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan
36
sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang
terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar.
Hasil pengukuran produktivitas kerja pada akhirnya akan membawa
manfaat bagi perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh Indah Puji Hartatik
(2014:218) sebagai berikut:
1. Sebagai umpan balik pelaksanaan kerja untuk memperbaiki produktivitas
kerja karyawan
2. Sebagai bahan evaluasi produktivitas kerja yang digunakan untuk
penyelesaian masalah, misalnya pemberian bonus atau bentuk kompensasi
lain.
3. Untuk keputusan-keputusan penetapan, misalnya promosi, transfer, dan
demosi
4. Untuk kebutuhan latihan dan pengembangan
5. Untuk perencanaan dan pengembangan karir
6. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan proses staffing
7. Untuk mengetahui ketidak akuratan informasi
8. Untuk memberikan kesempatan kerja yang adil.
2.3.6 Peningkatan Produktivitas
Untuk meningkatkan produktivitas, banyak organisasi yang telah
mengembangkan program-program peningkatan produktivitas. Menurut Indah
Puji Hartatik (2104:220) program peningkatan produktivitas kerja yang dapat
dilakukan oleh organisasi adalah program kerja sama kelompok, penggunaan
metode-metode baru dalam melaksanakan kegiatan kerja, program mekanisasi dan
komputerisasi, program pemberian berbagai insentif, serta program pelatihan dan
pendidikan.
Sedangkan metode-metode yang digunakan untuk meningkatkan
produktivitas dikelompokkan menjadi empat kategori umum, yaitu perbaikan-
perbaikan produk dan proses, perbaikan-perbaikan pekerjaan, metode-metode
motivasi karyawan, serta perubahan organisasional.
37
Beberapa syarat yang harus dipenuhi agara program peningkatan
produktivitas sukses adalah dukungan manajemen puncak, komitmen dengan
implementasi, monitoring pelaksanaan peningkatan produktivitas, apresiasi
produktivitas, dan organisasi.
Sedangkan menurut Edy Sutrisno (2009:105) ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam upaya-upaya peningkatan produktivitas kerja,antara lain:
1. Perbaikan terus menerus
Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah satu implikasinya
ialah bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan
secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu
etos kerja yang penting sebagai salah satu bagian dari filsafat manajemen
mutakhir. Pentingnya etos kerja ini terlihat dengan lebih jelas apalagi
diingat bahwa suatu organisasi selalu dihadapkan kepada tuntutan yang
terus menerus berubah, baik secara internal maupun eksternal.
2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan
Berkaitan erat dengan upaya melakukan perbaikan secara terus menerus
adalah peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan segala
komponen organisasi. Padahal, mutu tidak hanya berkaitan dengan produk
yang dihasilkan dan dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan
tetapi menyangkut segala jenis kegiatan dimana organisasi terlibat.
Peningkatan mutu tidak hanya penting secara internal, tetapi juga secara
eksternal karena akan tercermin dalam interaksi organisasi dengan
lingkungannya yang pada akhirnya akan turut membentuk citra organisasi
di mata berbagai organisasi lain.
3. Pemberdayaan SDM
Bahwa SDM merupakan unsur yang strategis dalam organisasi. Karena
itu, pemberdayaan SDM merupakan etos kerja yang sangat mendasar yang
harus dipegang teguh oleh semua eselon manajemen dalam hierarki
organanisasi. Memberdayakan SDM mengandung kiat seperti mengakui
harkat dan martabat manusia, perkayaan mutu kekaryaan dan penerapan
gaya manajemen yang partisipatif melalui proses demokratisasi dalam
kehidupan berorganisasi.
2.4 Hubungan Disiplin Kerja dan Produktivitas
Produktivitas kerja pegawai dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi
oleh disiplin pegawai. Muchdarsyah Sinungan (2104:146) mengungkapkan bahwa
disiplin mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas, disiplin
38
mempunyai peran yang sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja yang
produktif. Karena manusia yang produktiflah yang akan menjadi manusia
sukses,sedangkan manusai sukses adalah manusia yang mampu mengatur,
mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara
kerja. Maka erat hubungannya antara manusai sukses/produktif dengan pribadi
disiplin.
Selain itu Sedarmayanti (2009:72) meyebutkan ada banyak beberapa
faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, diantaranya adalah
sikap mental yang terdiri dari: disiplin kerja, motivasi kerja, dan etika kerja.
Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung oleh para karyawan yang
mempunyai disiplin kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
Edy Sutrisno (2009:94) juga mempunyai pendapat yang sama mengenai
hubungan yang erat antara disiplin kerja dan produktivitas.Beliau menjelaskan
bahwa disiplin pegawai memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal
dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja para pegawai.
Disiplin kerja pegawai sangat penting. Disiplin kerja merupakan hal yang harus
ditanamkan dalam diri tiap karyawan, karena hal ini akan menyangkut tanggung
jawab moral karyawan itu pada tugas kewajibannya. Menurut Tohardi yang
dikutip oleh Edy Sutrisno (2009:96) juga menjelaskan bahwa disiplin kerja atau
kebiasaan-kebiasaan baik yang harus ditanamkan dalam diri karyawan sebaiknya
bukan atas dasar paksaan semata, tetapi harus lebih didasarkan pada kesadaran
39
diri dari dalam diri karyawan. Ketidakdisiplinan individu atau karyawan dapat
mempengaruhi produktivitas kerja organisasi.
Disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna
menjaga efisiensi dengan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu
dalam itikad tidak baiknya terhadap kelompok. Menurut Edy Sutrisno (2009:97)
kegiatan pendisiplinan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar
mengikuti berrbagai standar dan aturan, sehinga penyelewengan-penyelewengan
dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara
para karyawan untuk datang dikantor tepat waktu. Dengan datang di kantor tepat
waktu dan melaksanakan tugas sesuai dengan tugasnya, maka diharapkan
produktivitas kerja akan meningkat.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas
kerja pegawai dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh disiplin pegawai.
Apabila diantara pegawai sudah tidak menghiraukan kedisiplinan kerja, maka
dapat dipastikan produktivitas kerja akan menurun. Padahal untuk mendapatkan
produktivitas kerja sangat diperlukan kedisiplinan dari para karyawan.
2.5 Kerangka Pemikiran
Telah diuraikan secara terperinci pada bab II, beberapa pengertian tentang
disiplin kerja dan produktivitas karyawan. Dimana disebutkan bahwa pengertian
dari dua variabel itu adalah sebagai berikut:
Menurut Veithzal Rivai (2009:825) menjelaskan tentang pengertian dari
disiplin kerja sebagai berikut:
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan oleh manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk merubah
40
perilaku sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.
Menurut Sedarmayanti (2009:58) menjelaskan pengertian dari
produktivitas kerja sebagai berikut:
Pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi.
Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian hasil kerja yang maksimal,
dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan
waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan
masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
Dapat diketahui bahwa disiplin kerja karyawan sangat berpengaruh
terhadap produktivitas karyawan tersebut. Disiplin mempunyai hubungan yang
erat dengan produktivitas, disiplin mempunyai peran yang sentral dalam
membentuk pola kerja dan etos kerja yang produktif.
Jadi, Disiplin kerja dan produktivitas merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Secara sederhana kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 3.1 di bawah ini:
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran
Veitzal Rivai (2009:825)
Veithzal Rivai (2009:825) Sedarmayanti (2009: 58 )
Berdasarkan gambar 3.1 diatas, maka penulis akan melakukan penelitian
pada sub variabel pengaruh disiplin kerja terhadap produktivitas karyawan.
41
DISIPLIN KERJA (X)
1. Perilaku
2. Peraturan
PRODUKTIVITAS (Y)
1. Kualitas
2. Kuantitas
2.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran, maka penulis membuat
dugaan sementara sebagai berikut “ diduga sementara bahwa disiplin kerja
berpengaruh sangat kuat terhadap produktivitas karyawan pada PT. Multi Saka
Abadi Di Bantar Gebang-Bekasi”. Selain itu penulis juga membuat hipotesis
statistik dari penelitian sebagai berikut:
Ho: ρ = 0,artinya tidak ada pengaruh disiplin kerja terhadap produktivitas
karyawan pada PT.Multi Saka Abadi
Ha: ρ ≠ 0,artinya terdapat pengaruh disiplin kerja terhadap produktivitas
karyawan pada PT.Multi Saka Abadi
42

Contenu connexe

Tendances

Review jurnal sdm
Review jurnal sdmReview jurnal sdm
Review jurnal sdm
Azis Badara
 
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
AGUS SETIYONO
 
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
anditaoktavia
 
Bab 1 konsep, tujuan, & tantangan msdm
Bab 1 konsep, tujuan, & tantangan msdmBab 1 konsep, tujuan, & tantangan msdm
Bab 1 konsep, tujuan, & tantangan msdm
Rahmadani Nur
 

Tendances (19)

Makalah MSDM Strategik
Makalah MSDM StrategikMakalah MSDM Strategik
Makalah MSDM Strategik
 
MAKALAH MANAJEMENT SDM STRATEJIK
MAKALAH MANAJEMENT SDM STRATEJIKMAKALAH MANAJEMENT SDM STRATEJIK
MAKALAH MANAJEMENT SDM STRATEJIK
 
Manajemen sumber daya manusia 1
Manajemen sumber daya manusia 1Manajemen sumber daya manusia 1
Manajemen sumber daya manusia 1
 
Review jurnal sdm
Review jurnal sdmReview jurnal sdm
Review jurnal sdm
 
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
 
Materi makalah msdm strategik
Materi makalah msdm strategikMateri makalah msdm strategik
Materi makalah msdm strategik
 
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaManajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusia
 
Manajemen stratejik msdm
Manajemen stratejik msdmManajemen stratejik msdm
Manajemen stratejik msdm
 
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
 
Tugas rangkuman materi msdm
Tugas rangkuman materi msdmTugas rangkuman materi msdm
Tugas rangkuman materi msdm
 
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
 
Evaluasi dan kompensasi uts
Evaluasi dan kompensasi utsEvaluasi dan kompensasi uts
Evaluasi dan kompensasi uts
 
Andrew hidayat 77979-id-analisis-pengaruh-kepemimpinan-situasion
 Andrew hidayat   77979-id-analisis-pengaruh-kepemimpinan-situasion Andrew hidayat   77979-id-analisis-pengaruh-kepemimpinan-situasion
Andrew hidayat 77979-id-analisis-pengaruh-kepemimpinan-situasion
 
Jurnal msdm
Jurnal msdmJurnal msdm
Jurnal msdm
 
MAKALAH MANAJEMEN SDM STTRATEGIK
MAKALAH MANAJEMEN SDM STTRATEGIKMAKALAH MANAJEMEN SDM STTRATEGIK
MAKALAH MANAJEMEN SDM STTRATEGIK
 
Bab 1 konsep, tujuan, & tantangan msdm
Bab 1 konsep, tujuan, & tantangan msdmBab 1 konsep, tujuan, & tantangan msdm
Bab 1 konsep, tujuan, & tantangan msdm
 
Rangkuman tugas materi msdm
Rangkuman tugas materi msdmRangkuman tugas materi msdm
Rangkuman tugas materi msdm
 
Evaluasi dan kompensasi uts (2)
Evaluasi dan kompensasi uts (2)Evaluasi dan kompensasi uts (2)
Evaluasi dan kompensasi uts (2)
 
Ika_stier_Analisis Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan dalam Pr...
 Ika_stier_Analisis  Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan dalam Pr... Ika_stier_Analisis  Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan dalam Pr...
Ika_stier_Analisis Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan dalam Pr...
 

En vedette (8)

Bab Tiga
Bab TigaBab Tiga
Bab Tiga
 
План-график на ноябрь 2016
План-график на ноябрь 2016План-график на ноябрь 2016
План-график на ноябрь 2016
 
Daftar Isi
Daftar IsiDaftar Isi
Daftar Isi
 
Panduan Proposal Sekripsi 2017
Panduan Proposal Sekripsi 2017Panduan Proposal Sekripsi 2017
Panduan Proposal Sekripsi 2017
 
Manajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusiaManajemen sumber daya manusia
Manajemen sumber daya manusia
 
Pdf buku mondy
Pdf buku mondyPdf buku mondy
Pdf buku mondy
 
Manajemen sdm
Manajemen sdmManajemen sdm
Manajemen sdm
 
Бага балшар наһанай дурдалганууд
Бага балшар наһанай дурдалгануудБага балшар наһанай дурдалганууд
Бага балшар наһанай дурдалганууд
 

Similaire à Bab Dua

11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
anditaoktavia
 
10 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
10 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...10 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
10 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
anditaoktavia
 
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
AGUS SETIYONO
 
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
AGUS SETIYONO
 
Hubungan disiplin dengan kinerja pegaweai
Hubungan disiplin dengan kinerja pegaweaiHubungan disiplin dengan kinerja pegaweai
Hubungan disiplin dengan kinerja pegaweai
Turino Djunaidi
 

Similaire à Bab Dua (20)

Manajemen Sumber Daya Manusia pengertian dan fungsi.docx
Manajemen Sumber Daya Manusia pengertian dan fungsi.docxManajemen Sumber Daya Manusia pengertian dan fungsi.docx
Manajemen Sumber Daya Manusia pengertian dan fungsi.docx
 
makalah msdm stratejik
makalah msdm stratejikmakalah msdm stratejik
makalah msdm stratejik
 
Makalah msdm stratejik
Makalah msdm stratejikMakalah msdm stratejik
Makalah msdm stratejik
 
Makalah msdm strategik
Makalah msdm strategikMakalah msdm strategik
Makalah msdm strategik
 
msdm.pdf
msdm.pdfmsdm.pdf
msdm.pdf
 
7. Manajemen SDM.pdf
7. Manajemen SDM.pdf7. Manajemen SDM.pdf
7. Manajemen SDM.pdf
 
Pentingnya sumber daya manusia dalam sebuah organisasi
Pentingnya sumber daya manusia dalam sebuah organisasiPentingnya sumber daya manusia dalam sebuah organisasi
Pentingnya sumber daya manusia dalam sebuah organisasi
 
Makalah Resume Materi MSDM Stratejik.docx
Makalah Resume Materi MSDM Stratejik.docxMakalah Resume Materi MSDM Stratejik.docx
Makalah Resume Materi MSDM Stratejik.docx
 
MANAJEMEN SDM STRATEGIK
MANAJEMEN SDM STRATEGIKMANAJEMEN SDM STRATEGIK
MANAJEMEN SDM STRATEGIK
 
MANAJEMEN SDM STRATEGIK
MANAJEMEN SDM STRATEGIKMANAJEMEN SDM STRATEGIK
MANAJEMEN SDM STRATEGIK
 
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
11 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
 
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, msdm, manaj...
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, msdm, manaj...Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, msdm, manaj...
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, msdm, manaj...
 
10 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
10 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...10 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
10 kwh, andita oktavia, hapzi ali, manajemen fungsional dan implementasinya, ...
 
Manajemen Sumber Daya Manusia (1).pdf
Manajemen Sumber Daya Manusia (1).pdfManajemen Sumber Daya Manusia (1).pdf
Manajemen Sumber Daya Manusia (1).pdf
 
Manajemen sdm
Manajemen sdmManajemen sdm
Manajemen sdm
 
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAMANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
 
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
 
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
Analisis pengaruh-pengembangan-sdm-terhadap-kinerja-pegawai-pada-badan-kepega...
 
Bab ii manajemen pendidikan islam
Bab ii manajemen pendidikan islamBab ii manajemen pendidikan islam
Bab ii manajemen pendidikan islam
 
Hubungan disiplin dengan kinerja pegaweai
Hubungan disiplin dengan kinerja pegaweaiHubungan disiplin dengan kinerja pegaweai
Hubungan disiplin dengan kinerja pegaweai
 

Plus de Eko Mardianto

Plus de Eko Mardianto (20)

Skripsi judul dan Daftar isi
Skripsi judul dan Daftar isiSkripsi judul dan Daftar isi
Skripsi judul dan Daftar isi
 
Halaman Judul
Halaman JudulHalaman Judul
Halaman Judul
 
Daftar Pustaka
Daftar PustakaDaftar Pustaka
Daftar Pustaka
 
Keputusan 6
Keputusan  6Keputusan  6
Keputusan 6
 
Keputusan 5
Keputusan  5Keputusan  5
Keputusan 5
 
Keputusan 1
Keputusan 1Keputusan 1
Keputusan 1
 
Evaluasi Kinerja 3
Evaluasi Kinerja 3Evaluasi Kinerja 3
Evaluasi Kinerja 3
 
Evaluasi Kinerja 1
Evaluasi Kinerja 1Evaluasi Kinerja 1
Evaluasi Kinerja 1
 
Evaluasi Kinerja 2
Evaluasi Kinerja 2Evaluasi Kinerja 2
Evaluasi Kinerja 2
 
Evaluasi Kinerja 5
Evaluasi Kinerja 5Evaluasi Kinerja 5
Evaluasi Kinerja 5
 
Fungsi IF , Hlookup dan Vlookup
Fungsi IF , Hlookup dan VlookupFungsi IF , Hlookup dan Vlookup
Fungsi IF , Hlookup dan Vlookup
 
Fungsi Datedif
Fungsi DatedifFungsi Datedif
Fungsi Datedif
 
Panduan Lengkap Menguasai SPSS 17
Panduan Lengkap Menguasai SPSS 17Panduan Lengkap Menguasai SPSS 17
Panduan Lengkap Menguasai SPSS 17
 
Belajar SPSS Versi 17
Belajar SPSS Versi 17Belajar SPSS Versi 17
Belajar SPSS Versi 17
 
Manajemen Operasional
Manajemen OperasionalManajemen Operasional
Manajemen Operasional
 
Sumber Data
Sumber DataSumber Data
Sumber Data
 
Cara Share nomor ip addres
Cara Share nomor ip addresCara Share nomor ip addres
Cara Share nomor ip addres
 
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap KinerjaPengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja
 
Pemodelan Keputusan
Pemodelan KeputusanPemodelan Keputusan
Pemodelan Keputusan
 
Pengambilan Keputusan
Pengambilan KeputusanPengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan
 

Dernier

💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN BANDUNG 082223109953 ATAU CARA GUGURKAN JANIN KLI...
💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN BANDUNG 082223109953 ATAU CARA GUGURKAN JANIN KLI...💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN BANDUNG 082223109953 ATAU CARA GUGURKAN JANIN KLI...
💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN BANDUNG 082223109953 ATAU CARA GUGURKAN JANIN KLI...
💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN 082223109953 GUGURKAN JANIN KLINIK Bandung💊
 
Modul-5-Pdgk-4101 jhfgfgfgfkelompok 3.pptx
Modul-5-Pdgk-4101 jhfgfgfgfkelompok 3.pptxModul-5-Pdgk-4101 jhfgfgfgfkelompok 3.pptx
Modul-5-Pdgk-4101 jhfgfgfgfkelompok 3.pptx
ahmadirhamni
 
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di SurabayaObat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya Cytotec Asli Di Surabaya
 
PPT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangunan Pengaman Pantai.pptx
PPT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangunan Pengaman Pantai.pptxPPT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangunan Pengaman Pantai.pptx
PPT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangunan Pengaman Pantai.pptx
davidsagita2
 
In Kuwait City ((+918761049707)) Get Cytotec in Salmiyah Mifepristone
In Kuwait City ((+918761049707)) Get Cytotec in Salmiyah MifepristoneIn Kuwait City ((+918761049707)) Get Cytotec in Salmiyah Mifepristone
In Kuwait City ((+918761049707)) Get Cytotec in Salmiyah Mifepristone
jaanualu31
 
Cytotec Abortion pills : Online shop [ +966543202731) At best price riyadh Sa...
Cytotec Abortion pills : Online shop [ +966543202731) At best price riyadh Sa...Cytotec Abortion pills : Online shop [ +966543202731) At best price riyadh Sa...
Cytotec Abortion pills : Online shop [ +966543202731) At best price riyadh Sa...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
strategi pemasaran Kewirausahaan-Pertemuan-5.ppt
strategi pemasaran Kewirausahaan-Pertemuan-5.pptstrategi pemasaran Kewirausahaan-Pertemuan-5.ppt
strategi pemasaran Kewirausahaan-Pertemuan-5.ppt
areeistyk
 
Obat Cytotec Asli Pfizer 082220077622 Jual Obat Cytotec Asli
Obat Cytotec Asli Pfizer 082220077622 Jual Obat Cytotec AsliObat Cytotec Asli Pfizer 082220077622 Jual Obat Cytotec Asli
Obat Cytotec Asli Pfizer 082220077622 Jual Obat Cytotec Asli
Obat Cytotec Asli Terpercaya 082220077622
 

Dernier (12)

resiko, pengembalian dan kebijakan dividen
resiko, pengembalian dan kebijakan dividenresiko, pengembalian dan kebijakan dividen
resiko, pengembalian dan kebijakan dividen
 
💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN BANDUNG 082223109953 ATAU CARA GUGURKAN JANIN KLI...
💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN BANDUNG 082223109953 ATAU CARA GUGURKAN JANIN KLI...💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN BANDUNG 082223109953 ATAU CARA GUGURKAN JANIN KLI...
💊💊 OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN BANDUNG 082223109953 ATAU CARA GUGURKAN JANIN KLI...
 
Modul-5-Pdgk-4101 jhfgfgfgfkelompok 3.pptx
Modul-5-Pdgk-4101 jhfgfgfgfkelompok 3.pptxModul-5-Pdgk-4101 jhfgfgfgfkelompok 3.pptx
Modul-5-Pdgk-4101 jhfgfgfgfkelompok 3.pptx
 
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di SurabayaObat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
Obat Aborsi Surabaya WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di Surabaya
 
DRAFT PROGRAM KERJA UMUM SEKSI BIDANG.pdf
DRAFT PROGRAM KERJA UMUM SEKSI BIDANG.pdfDRAFT PROGRAM KERJA UMUM SEKSI BIDANG.pdf
DRAFT PROGRAM KERJA UMUM SEKSI BIDANG.pdf
 
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Doku Banyak Bonus
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Doku Banyak BonusUNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Doku Banyak Bonus
UNIKBET : Link Slot Gacor Pragmatic Play Yang Bisa Pakai Doku Banyak Bonus
 
PPT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangunan Pengaman Pantai.pptx
PPT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangunan Pengaman Pantai.pptxPPT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangunan Pengaman Pantai.pptx
PPT Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangunan Pengaman Pantai.pptx
 
In Kuwait City ((+918761049707)) Get Cytotec in Salmiyah Mifepristone
In Kuwait City ((+918761049707)) Get Cytotec in Salmiyah MifepristoneIn Kuwait City ((+918761049707)) Get Cytotec in Salmiyah Mifepristone
In Kuwait City ((+918761049707)) Get Cytotec in Salmiyah Mifepristone
 
Cytotec Abortion pills : Online shop [ +966543202731) At best price riyadh Sa...
Cytotec Abortion pills : Online shop [ +966543202731) At best price riyadh Sa...Cytotec Abortion pills : Online shop [ +966543202731) At best price riyadh Sa...
Cytotec Abortion pills : Online shop [ +966543202731) At best price riyadh Sa...
 
strategi pemasaran Kewirausahaan-Pertemuan-5.ppt
strategi pemasaran Kewirausahaan-Pertemuan-5.pptstrategi pemasaran Kewirausahaan-Pertemuan-5.ppt
strategi pemasaran Kewirausahaan-Pertemuan-5.ppt
 
Obat Cytotec Asli Pfizer 082220077622 Jual Obat Cytotec Asli
Obat Cytotec Asli Pfizer 082220077622 Jual Obat Cytotec AsliObat Cytotec Asli Pfizer 082220077622 Jual Obat Cytotec Asli
Obat Cytotec Asli Pfizer 082220077622 Jual Obat Cytotec Asli
 
PEDOMAN PEMBENTUKAN PANWASLU KECAMATAN UNTUK PEMILIHAN TAHUN 2024 OKE.pdf
PEDOMAN PEMBENTUKAN PANWASLU KECAMATAN UNTUK PEMILIHAN TAHUN 2024 OKE.pdfPEDOMAN PEMBENTUKAN PANWASLU KECAMATAN UNTUK PEMILIHAN TAHUN 2024 OKE.pdf
PEDOMAN PEMBENTUKAN PANWASLU KECAMATAN UNTUK PEMILIHAN TAHUN 2024 OKE.pdf
 

Bab Dua

  • 1. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen SDM Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen ini terdiri dari enam unsur (6M) yaitu: men, money, methode, materials, machines, and market. Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat MSDM. Dalam rangka persaingan antara organisasi/perusahaan, maka suatu perusahaan harus memiliki sumber daya yang tangguh. Sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan tidak dapat dilihat sebagai bagian yang berdiri sendiri, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh membentuk suatu sinergi. Dalam hal ini peranan sumber daya manusia sangat menentukan. Manajemen sumber daya manusia yang yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam usaha mencapai sasaran organisasi atau perusahaan. Agar perusahaan mampu terus bertahan dan bersaing, dominasi teknologi saja tidak cukup jika tidak ditunjang oleh SDM yang andal, sehingga investasi dalam sumber daya ekonomi yang paling berharga, yaitu SDM tidak dapat ditunda lagi. Oleh karena itu, SDM di perusahaan perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan karyawan dengan tuntutan dan 9
  • 2. kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar. 2.1.1 Pengertian Manajemen SDM Berdasarkan asal katanya, manajemen berasal dari kata management yang merupakan bentuk noun dari kata kerja to manage yang bermakna mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola, sehingga manajemen adalah pengurusan, pengaturan, pelaksanaan, pengelolaan. Kata sumber daya manusia merujuk pada pengertian manusia sebagai sumber daya. Apabila kedua kata tersebut digabungkan, maka manajemen sumber daya manusia dapat dijabarkan sebagai berikut: Menurut Joko Raharjo (2013:12) menjelaskan tentang pengertian dari manajemen SDM sebagai berikut: Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai pendekatan strategik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik organisasi, orang – orang yang bekerja dalam organisasi, baik secara individu maupun kolektif, dan memberikan sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi. Menurut Edy Sutrisno (2009:7) menjelaskan tentang pengertian manajemen sumber daya manusia sebagai berikut: Manajemen sumber daya manusia mempunyai definisi sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. Menurut Indah Puji Hartatik (2014:16) mendefiniskan manajemen sumber daya manusia sebagai berikut: Manajemen sumber daya manusia yaitu sebuah ilmu serta seni dalam kegiatan perencanaan, pengelolaan, dan pengembangan segala potensi 10
  • 3. sumber daya manusia yang ada, serta hubungan antar manusia dalam suatu organisasi kedalam sebuah desain tertentu yang sistematis, sehingga mampu mencapai efektivitas serta efisiensi kerja dalam mencapai tujuan, baik individu, masyarakat, maupun organisasi. Sehingga dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen SDM adalah segala aktivitas pemberdayaan manusia sebagai sumber daya yang dimiliki suatu organisasi yang meliputi perencanaan, pengelolaan, pengembangan, dan pengawasan yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. 2.1.2 Fungsi Manajemen SDM Sesuai dengan pengertian manajemen sumber daya manusia yang telah dirumuskan sebelumnya, maka kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi. Sebagai ilmu terapan dari ilmu manajemen, MSDM memiliki fungsi manajemen dengan penerapan di bidang sumber daya manusia. Menurut Malayu SP Hasibuan (2014:21) menjelaskan tentang fungsi dari manajemen SDM sebagai berikut: 1. Perencanaan Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. 2. Pengorganisasian Kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi. 3. Pengarahan Kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Penagarahan dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik. 11
  • 4. 4. Pengendalian Kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan- peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. 5. Pengadaan Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baika akan membantu terwujudnya tujuan. 6. Pengembangan Proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan . 7. Kompensasi Pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberiakn kepada karyawan. 8. Pengintegrasian Kegiatan untuk mempersatukan kepentinga perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. 9. Pemeliharaan Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan,agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. 10. Kedisiplinan Merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan- peraturan perusahaan dan norma-norma sosial. 11. Pemberhentian Putusnya hubungan kerja sesorang dari perusahaan. Pemberhentian disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebagainya. Dari serangkain fungsi manajemen sumber daya manusia diatas, selanjutnya akan membentuk suatu aktivitas manajemen sumber daya manusia, yang menurut Dewi Hanggraeni (2012:5) dapat dikelompokkan menjadi empat aktivitas yang merepresentasikan fungsi manajemen sumber daya manusia sebagai berikut: 1. Preparation and Selection, terdiri dari: a) Job analysis and design b) Human resources planning 12
  • 5. c) Recruitment d) Selection 2. Development and Evaluation, terdiri dari: a) Orientation, placement, and separation b) Training and development c) Career planning d) Performance appraisal 3. Compensation and protection, terdiri dari: a) Wages and salaries b) Incentives and gainsharing c) Benefits and services d) Security, safety, and health 4. Employee relation 2.2 Disiplin Kerja Telah dijelaskan sebelumnya bahwa disiplin meruapakan salah satu fungsi dari manajemen SDM. Manajemen merupakan fungsi operatif manajemen SDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa displin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Melalui disiplin akan mecerminkan kekuatan, karena biasanya orang yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. Seorang yang sehat dan kuat biasanya pun mempunyai disiplin yang baik, dalam arti mempunyai keteraturan didalam menjaga dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olahraga, dan tertib dalam segala hal.Oleh karena itu setiap manajer selalu berusaha agar para bawahnnya mempunyai disiplin yang baik. 13
  • 6. 2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja Disiplin menjadi salah satu faktor kunci untuk terwujudnya tujuan perusahaan. Untuk lebih memahami tentang konsep disiplin kerja, maka penulis uraikan mengenai pengertian-pengertian dari disiplin kerja dari berbagai ahli. Secara etimologi, disiplin berasal dari bahasa inggris disciple yang berarti penganut atau pengikut, pengajaran, latihan. Sedangkan kerja berarti segala aktifitas manusia yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa ahli menyebutkan tentang pengertian disiplin kerja seperti dibawah ini : Menurut Edy Sutrisno (2009:87) menjelaskan tentang definisi dari disiplin kerja sebagai berikut: Disiplin kerja adalah sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan, yang ada dalam diri karyawan, yang dapat meyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan. Menurut Indah Puji Hartatik (2014:184) menjelaskan tentang pengertian dari disiplin kerja sebagai berikut : Disiplin kerja adalah suatu alat atau sarana bagi organisasi untuk mempertahankan eksistensinya,dengan disiplin yang tinggi, para pegawai akan menaati semua peraturan yang ada, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2013:129) mengartikan disiplin kerja sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman- pedoman organisasi. 14
  • 7. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2014:193) menjelaskan bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseoarang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Menurut Veithzal Rivai (2009:825) menjelaskan tentang pengertian dari disiplin kerja sebagai berikut: Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan oleh manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk merubah perilaku sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu alat atau sarana bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan karyawan agar memiliki sikap atau perilaku yang menghormati peraturan dan ketetapan perusahaan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan untuk menaati peraturan dan ketetapan perusahaan serta norma sosial yang berlaku, sehingga pelaksanaan pekerjaaan dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. 2.2.2 Jenis-Jenis Disiplin Kerja Ada beberapa jenis disiplin kerja menurut Indah Puji hartatik (2014:190) seperti disebutkan dibawah ini: 1. Disiplin Diri Sikap disiplin dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung jawab pribadi yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada diluar dirinya. 2. Disiplin Kelompok Disiplin kelompok adalah patuh, taat, dan tunduknya kelompok terhadap peraturan, perintah, dan ketentuan yang berlaku, serta mampu mengendalikan diri dari dorongan kepentingan dalam upaya pencapaian cita-cita dan tujuan tertentu,serta memelihara stabilitas organisasi dan menjalankan standar-standar organiasasi. 15
  • 8. 3. Disiplin Preventif Disiplin yang ditujukan untuk mendorong pegawai agar berdisiplin dengan menaati dan mengikuti berbagai standar serta peraturan yang telah ditetapkan. 4. Disiplin Korektif Disiplin ini dimaksudkan untuk menangani pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang berlaku dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang. 5. Disiplin Progresif Disiplin progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran yang berulang.Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum dilakukan hukuman-hukuman yang lebih serius. Sedangkan meurut Veithzal Rivai (2009:825) membagi bentuk-bentuk disiplin kerja kedalam empat perspektif, yaitu: 1. Disiplin retributif (retributive discipline), yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah. 2. Disiplin korektif (corrective discipline), yaitu berusaha membantu karyawan mengoreksi perilakunya yang tidak tepat. 3. Perspektif hak-hak individu (individual rights perspective), yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner. 4. Perspektif utilitarian ( utilitarian perspective), yaitu berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya. 2.2.3 Pendekatan Disiplin Kerja Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2013:130) menyebutkan ada tiga jenis pendekatan terkait dengan disiplin kerja,yaitu: 1. Pendekatan disiplin modern Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi: a) Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara fisik. b) Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang berlaku. c) Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya. d) Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin 16
  • 9. 2. Pendekatan disiplin dengan tradisi Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi: a) Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila telah diputuskan. b) Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya. c) Pengaruh hukuman hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun kepada pegawai lainnya d) Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras. e) Pemberina hukuman kepada pegawai yang melanggar untuk kedua kalinya harus diberikan hukuman yang lebih berat. 3. Pendekatan disiplin bertujuan Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa: a) Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai. b) Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku. c) Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik d) Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2009:826) menyebutkan ada tiga konsep pendekatan dalam pelaksanaan tindakan disiplin kerja, yaitu: 1. Aturan tungku panas Pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner disebut sebagai aturan tungku panas (hot stove rule). Menurut pendekatan ini, tindakan disipliner haruslah memiliki konsekuensi yang analog dengan menyentuh tungku panas. a) Membakar dengan segera. Jika tindakan disipliner akan diambil, tindakan itu harus dilaksanakan segera sehingga individu memahami alasan tindakan tersebut. Dengan berlalunya waktu, orang memiliki tendensi meyakinkan mereka sendiri bahwa dirinya tidak salah yang cenderung sebagian menghapuskan efek-efek disipliner terdahulu. b) Memberi peringatan. Hal ini penting untuk memberikan peringatan sebelumnya bahwa hukuman akan mengikuti perilaku yang tidak dapat diterima. Pada saat seseorang bergerak semakin dekat dengan tungku panas, mereka diperingatkan oleh panasnya tungku tersebut bahwa mereka akan terbakar jika mereka menyentuhnya dan oleh karena itu ada kesempatan menghindari terbakar jika mereka memilih demikian. 17
  • 10. c) Memberikan hukuman yang konsisten. Tindakan disipliner haruslah konsisten ketika setiap orang yang melakukan tindakan yang sama akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Seperti pada tungku panas, setiap orang yang menyentuhnya dengan tingkat tekanan yang sama, dan pada periode waktu yang sama, akan terbakar pada tingkat yang sama pula. d) Membakar tanpa membeda-bedakan. Tindakan disipliner seharusnya tidak membeda-bedakan. Tungku panas akan membakar setiap orang yang menyentuhnya, tanpa memilih-milih. 2. Tindakan disiplin progresif Tindakan disiplin progresif (progressive discipline) dimaksudkan untuk memastikan bahwa terdapat hukuman minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran. Tujuan tindakan ini adalah membentuk program disiplin yang yang berkembang mulai dari hukuman yang ringan hingga yang sangat keras. Disiplin progresif dirancang untuk memotivasi karyawan agar mengoreksi kekeliruannya secara sukarela. Penggunaan tindakan ini meliputi serangkaian pertanyaan mengenai kerasnya pelanggaran. Manajer hendaknya mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini secara berurutan untuk menentukan tindakan . 3. Tindakan disiplin positif Dalam banyak situasi, hukuman tidaklah memotivasi karyawan mengubah suatu perilaku. Namun, hukuman hanya mengajar sesorang agar takut atau membenci alokasi hukuman yang dijatuhkan penyelia. Penekanan pada hukuman ini dapat mendorong para karyawan untuk menipu penyelia mereka daripada mengoreksi tindakan-tindakannya. Tindakan disipliner positif dimaksudkan untuk menutupi kelemahan tadi, yaitu mendorong karyawan mematuhi perilaku-perilaku mereka sendiri dan memikul tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan mereka. Pendekatan tungku panas memiliki banyak kelebihan, namun juga memiliki kelemahan-kelemahan. Jika keadaan yang mengelilingi semua situasi disipliner adalah sama, tidak akan ada masalah dengan pendekatan ini. Meskipun begitu, situasi-situasi sering berbeda, dan banyak variabel yang mungkin ada dalam setiap kasus disipliner individu. Sebagai contoh, apakah organisasi menghukum karyawan yang loyal dan telah bekerja selama puluhan tahun sama dengan karyawan yang baru bekerja selama satu bulan. Dengan demikian, seorang manajer akan sering menemui bahwa dia tidak mapu bersikap konsisten dan 18
  • 11. impersonal dalam mengambil tindakan disipliner. Oleh karena situasi yang berbeda-beda, tindakan disipliner progresif mungkin lebih realistis dan menguntungkan. Akan tetapi tindakan disipliner progresif juga dirasa sebagian karyawan maupun manajer terlalu memberikan hukuman yang keras terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran. Untuk itu disiplin positif menggantikan hukuman yang digunakan dalam disiplin progresfif dengan sesi-sesi konseling antara karyawan dan manajer. Sesi ini digunakan agar karyawan belajar dari kekeliruan yang telah dibuat dan membuat suatu rencana yang positif dalam perilakunya. 2.2.4 Indikator Disiplin Kerja Menurut Indah Puji Hartatik (2014:200) indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya sebagai berikut : 1. Tujuan dan kemampuan Tujuan dan kemampuan staf dalam memahami peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi sangat berpengaruh pada tingkat kedisiplinan karyawan. Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada, menjadi penyebab terbanyak tindakan indisipliner. 2. Keteladanan Pimpinan Seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh pada staf dan menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan harus mampu mempertahankan perilaku yang positif sesuai dengan harapan staf. 3. Keadilan Aturan-aturan yang dibuat harus diberlakukan untuk semua staf tanpa memandang kedudukan. Bila ada yang melanggar maka harus dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Pengawasan Melekat Pengawasan melekat (waskat) ialah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebab, dengan Pengawasan melekat ini, berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilkau, moral, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. 5. Sanksi Hukuman Sanksi indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki perilaku pegawainya, bukan untuk menyakiti.Melemahnya disiplin kerja 19
  • 12. akan mempenagruhi moral pegawai. Oleh karena itu, tindakan koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan harus segera diatasi oleh semua komponen yang terlibat didalam organisasi. 6. Ketegasan Ketegasan seorang pimpinan dalam memberikan sanksi terhadap staf yang melakukan pelanggaran difokuskan untuk mengoreksi penampilan kerja agar peraturan kerja dapat diberlakukan secara konsisten. 7. Hubungan kemanusiaan Disiplin bermanfaat bagi pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Selain beberapa indikator diatas, Edy Sutrisno (2009:89) juga menyebutkan beberapa faktor terkait dengan disiplin kerja, diantaranya: 1. Besar kecilnya pemberian kompensasi Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi perusahaan. 2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya. 3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. 4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan akan meras terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa. Dalam situasi demikian, maka semua karyawan akan benar-benar terhindar dari sikpa sembrono, asal jadi seenaknya sendiri dalam perusahaan. 5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu adanya pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. 6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan Pimpinan yang berhasil memberikan perhatian yang besar kepada para karyawannya akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Karena ia bukan hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai jarak dekat dalam artian jarak batin. 20
  • 13. 7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin Kebiasaan-kebiasaan psoitif yang dapat dilakukan antara lain : saling menghormati,melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan. 2.2.5 Pentingnya Disiplin Kerja Disiplin kerja sangat diperlukan baik bagi individu yang bersangkutan maupun oleh organisasi/perusahaan. Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan disiplin adalah salah satu metode untuk memeilhara keteraturan tersebut. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2014:193) mengungkapkan pentingnya disiplin kerja menurut beberapa unsur kedisiplinan itu sendiri, yaitu: Pertama, sikap yang terdiri dari kesadaran yang merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.Kesediaan yang merupakan sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik tertulis maupun tidak. Kedua, peraturan yang sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi, dan efektifitas kerja karyawan akan meningkat. Ketiga, hukuman yang diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik karyawan supaya menaati semua peraturan perusahaan. Menurut Edy Sutrisno (2009:87) tujuan utama disiplin adalah untuk meningkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi. Hal ini mencerminkan bahwa tindakan disiplin dalam pekerjaan dimaksudkan untuk memberdayakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan 21
  • 14. semaksimal mungkin dengan cara meminimalkan tindakan-tindakan non produktif yang dilakukan oleh karyawan.Disiplin kerja juga ditujukan sebagai salah satu faktor kontrol dalam meminimalkan kesalahan-kesalahan yang mungkin akan dilakukan oleh karyawan. Pelaksanaan disiplin kerja akan membawa pengaruh yang sangat besar, baik bagi organisasi/perusahaan maupun bagi karyawan sendiri. Dari sisi perusahaan, pelaksanaan disiplin kerja akan mendatangkan keuntungan diantaranya terpelihara dan terjaminnya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, serta menjamin pelaksanaan prosedur kerja secara baik dan benar, sehingga diperoleh hasil yang optimal yang tentu saja akan mendukung tercapainya segala tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagi karyawan pelaksanaan disiplin kerja juga akan membawa dampak yang positif, diantaranya adalah terciptanya suasana kerja yang menyenangkan serta jauh lebih aman sebagai imbas dari keteraturan sehingga tentu akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaan yang tentunya akan meningkatkan produktivitas karyawan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja sangat penting untuk dilaksanakan dengan tujuan untuk menunjang kelancaran segala aktifitas perusahaan agar tujuan perusahaan dapat dicapai secara maksimal. 2.2.6 Fungsi Disiplin Kerja Telah disebutkan diatas bahwa disiplin kerja memegang peranan yang penting bagi pencapain tujuan perusahaan. Sehingga setiap pegawai perlu memilki dan menerapak disiplin kerja. Disiplin kerja menjadi dasar bagi pembentukan 22
  • 15. sikap, perilaku, dan tata kehidupan karyawan dalam suatu perusahaan untuk meminimalkan segala perilaku non produktif dan menjamin terlaksananya segala kegiatan operasional dengan baik. Sehingga jika diuraikan secara lebih terperinci maka pelaksanaan disiplin kerja tersebut mempunyai beberapa fungsi sebagaimana disebutkan oleh Indah Puji Hartatik (2014:186) sebagai berikut: 1. Menata Kehidupan Bersama Displin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau masyarakat. Dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dan yang lainnya menjadi lebih baik dan lancar. 2. Membangun Kepribadian Disiplin juga dapat membangun kepribadian pegawai. Lingkungan yang memilki disiplin tinggi sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib, dan tentram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. 3. Melatih Kepribadian Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar senantiasa menunjukkan kinerja yang baik. Sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui satu proses yang panjang. Disiplin bukan hanya soal mengikuti dan menaati peraturan, melainkan sudah meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya. 4. Hukuman Disiplin yang disertai ancaman sanksi atau hukuman sangat penting, karena dapat memberikan dorongan kekuatan untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat menjadi lemah, serta motivasi untuk mengikuti aturan yang berlaku menjadi berkurang. 5. Menciptakan Lingkungan Kondusif Fungsi disiplin kerja adalah untuk membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin didalam lingkungan di tempat seseorang itu berada, termasuk lingkungan kerja, sehingga tercipta suasana tertib dan teratur dalam pelaksanaan pekerjaan. 2.2.7 Pelaksanaan Disiplin Kerja Organisasi atau perusahaan yang baik harus berupaya menciptakan peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan dalam perusahaan. Dalam pelaksanaan disiplin kerja, 23
  • 16. peraturan dan ketetapan perusahaan hendaknya masuk akal dan bersifat adil bagi seluruh karyawan,peraturan tersebut juga harus dikomunikasikan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan sehingga karyawan tahu apa saja yang menjadi larangan dan apa yang yang harus dikerjakan. Beberapa contoh peraturan terkait dengan pelaksanaan disiplin kerja sebagaimana disebutkan oleh Edy Sutrisno (2009:94) antara lain; 1. Peraturan jam masuk, pulang, dan jam istirahat. 2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan. 3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain. 4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya. Upaya dalam pelaksanaan atau implementasi disiplin kerja dapat dimaksimalkan dengan beberapa teknik implementasi disiplin kerja sebagaiman yang disebutkan oleh Anwar Mangkunegara (2013:132) sebagai berikut: 1. Teknik disiplin pertimbangan sedini mungkin Tindakan perbaikan sedini mungkin dari pihak manajer mengurangi perlunya tindakan disipliner dimasa mendatang. Jelaslah jika keadaan yang tidak baik dibiarkan memburuk, semakin sulitlah untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dari bawahan yang tidak efektif atau tidak berkemauan penuh. Oleh karena itu, prestasi kerja setiap karyawan baru, termasuk bawahan yang lebih tua, lebih berpengalaman, tetapi baru saja dipindahkan, harus diamati dengan sesama, ditinjau kembali, dan ditimbang selama 90 sampai 180 hari sejak pertama kali mereka bekerja. 2. Teknik disiplin pencegahan yang efektif Para manajer yang menekankan apa yang harus dilakukan sebelum suatu kejadian, cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik dari bawahan mereka. Mereka menghindari masalah disiplin dengan menciptakan kondisi kerja yang akan lebih menarik karyawan untuk bekerja dengan baik. Teknik ini harus dimulai dari sikap manajer terhadap bawahannya, para manajer yang dapat mendisiplinkan diri melalui pendekatan yang baik, akan dapat menciptakan kondisi kerja yang menantang yang dapat diterima oleh bawahan mereka, cara lain yang dapat digunakan manajer yang efektif dalam bidang disiplin pencegahan ini misalnya dengan mengadakan hubungan kerja yang erat dengan setiap bawahan, manajer 24
  • 17. dapat memberikan pujian tentang pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik. 3. Teknik disiplin dengan mendisiplinkan diri Tak dapat disangkal lagi bahwa teknik disiplin yang paling penting dipelajari oleh seorang manajer ialah teknik mendisiplinkan diri. Disiplin diri ialah usaha seseorang untuk mengendalikan reaksi mereka terhadap keadaan yang tidak mereka senangi, dan usaha seseorang untuk mengatasi ketidaksenangan itu. Disiplin diri dapat dimulai dengan tidak mudah tersinggung atau marah jika sesorang mengkritik anda daripada membalas dengan serangan kata-kata, lebih baik menyatakan penyelesaian. 4. Teknik disiplin inventori penyelia Banyak organisasi telah mengajar penyelia dan manajer mereka tentang bagaimana menerapkan disiplin melalui hukum, menangani prosedur keahlian, dan meninjau kembali kasus-kasus arbitrasi dimasa lampau,tetapi tidak banyak yang berusaha mengukur pemahaman seseorang manajer secara menyeluruh terhadap disiplin. Salah satu alat yang dapat digunakan oleh organisasi untuk menentukan perlunya pelatihan manajemen dalam bidang disiplin adalah supervisory inventory on dicipline. Sediaan ini mengukur pengetahuan tentang apakah disiplin dan bagaimana menggunakannya, tetapi merupakan suatu ujian. Invetori ini berisi 80 pertanyaan yang dapat dijawab dalam tempo 15 menit. Manfaatnya bagi para manajer ialah bahwa sediaan ini memberikan pengetahuan tentang pemahaman suatu kelompok tentang disiplin, dan masalah-masalah yang mungkin akan timbul karena tidak adanya pengertian yang cukup memadai tentang pokok itu. 5. Teknik disiplin menegur pegawai primadona Meskipun jarang sekali terjadi, kadang-kadang seorang manajer harus menegur seorang pekerja yang menonjol, sekali lagi harus ditemukan sebab-sebab mengapa ia menunjukkan perilaku demikian. Jangan sekali- kali takut kehilangan seorang karyawan yang baik jika ia merupakan faktor perusak keadaan yang sulit diperbaiki. Bila anda telah kehilangan kendali terhadap kelompok karena kehilangan seorang pekerja yang menonjol, anda sendirilah yang akan kalah secara total. 6. Teknik disiplin menimbulkan kesadaran diri Suatu teguran lunak dapat diberikan secara halus melalui pertanyaan tertentu pada bawahan yang jawabannya merupakan teguran otomatis bagi dirinya sendiri. Pertanyaan semacam itu menyindir secara halus untuk menyatakan ketidaksetujuan anda terhadap tindakannya, dan sekaligus memberikan pendapat anda kepada bawahan itu mengenai maksud pertanyaan anda tersebut. Hal ini akan menimbulkan kesdaran diri dan koreksi bagi diri pribadi karyawan. 7. Teknik Sandwich Teknik ini digunakan dengan mahir oleh sejumlah besar manajer dalam menghadapi bawahan mereka. Pada dasarnya, teknik ini terdiri dari teguran lisan secara langsung, diikuti oleh ucapan syukur, dan diakhiri dengan peringatan yang lunak. Sebenarnya manajer itu menyelipkan 25
  • 18. (seperti sandwich) ucapan syukur dan persetujuannya diantara dua teguran yang semuanya dilakukan pada saat itu juga. 2.2.8 Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja Pemberian hukuman atau sanksi dalam upaya penegakan disiplin sangat diperlukan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Agar pemberian hukuman bisa efektif dalam membina disiplin, hendaknya dilakukan secara bertahap. Menurut Indah Puji Hartatik (2014:204) mengemukakan bahwa secara umum, sebagai pegangan seorang manajer meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja dapat dibedakan atas sanksi disiplin berat, sedang, dan ringan, sebagaimana dijelaskan dibawah ini: 1. Sanksi disiplin berat: a) Demosi jabatan setingkat lebih rendah dari jabatan/pekerjaan yang diberikan sebelumnya. b) Pembebasan dari jabatan/pekerjaan untuk dijadikan sebagai tenaga kerja biasa yang memegang jabatan. c) Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan pegawai yang bersangkutan sendiri. d) Pemutusan hubungan kerja dengan tidak hormat sebagai pegawai dalam organisasi atau perusahaan tersebut. 2. Sanksi disiplin sedang: a) Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancang sebagaimana pegawai lainnya. b) Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan, baik harian, mingguan, maupun bulanan. c) Penundaan program promosi bagi pegawai yang bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi. 3. Sanksi disiplin ringan: a) Teguran lisan kepada pegawai yang bersangkutan b) Teguran tertulis c) Pernyataan menyesal secara tertulis. Selain itu Anwar Prabu Mangkunegara (2013:131) juga menjelaskan sanksi terhadap pelanggaran disiplin kerja sebagai berikut: 26
  • 19. 1. Pemberian peringatan Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar pegawai yang bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di perusahaan. Kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah disiplin yang ada. Disamping itu, memberi peluang pelanggar untuk mengabaikan disiplin perusahaan. 2. Pemberian sanksi harus konsisten Pemberian sanksi terhadap pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Ketidak konsistenan pemberian sanksi dapat mengakibatkan pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai, ringgannya sanksi, dan pengabaian disiplin. 3. Pemberian sanksi harus impersonal Pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak membeda-bedakan pegawai, tua muda, pria wanita tetap diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan. 2.3 Produktivitas Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Organisasi merupakan alat atau sarana untuk memenuhi kebutuhan pegawai. Meskipun demikian, organisasi didirikan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan perorangan, tetapi juga berhubungan dengan kelangsungan hidup organisasi tersebut melalui produktivitas. Pola dan sistem kerja saat ini harus efisien dan efektif dan output yang akan dicapai diwaktu yang akan datang harus lebih berkualitas daripada output saat ini. Pola perilaku yang demikian mengakibatkan pegawai selalu berusaha meningkatkan kualitas kerja. Pegawai yang memiliki perilaku demikian terdorong 27
  • 20. untuk menjadi dinamis, kreatif, inovatif, terbuka, serta sikap cepat tanggap terhadap gagasan-gagasan dan perubahan baru. Selain itu, produktivitas kerja juga merupakan motif ekonomi untuk memperoleh hasil sebanyak mungkin dengan biaya sekecil-kecilnya. 2.3.1 Pengertian Produktivitas Suatu organisasi, baik besar maupun kecil, akan tergugah oleh pentingnya arti perbaikan tingkat produktivitas kerja. Menurunnya pertumbuhan dalam tingkat pedapatan per kapita dan standar kehidupan, adanya tekanan-tekanan tingkat inflasi,persoalan-persoalan yang berkaitan dengan neraca pembayaran, dan upaya pemeliharaan kekuatan nilai mata uang, telah menyebabkan timbulnya minat peningkatan produktivitas. Produktivitas kerja itu sendiri dimaknai secara berbeda-beda, seperti diungkapkan oleh beberapa ahli berikut: Menurut Indah Puji Hartatik (2014:209) mengungkapkan tentang pengertian dari produktifitas sebagai berikut: Produktivitas adalah kemampuan menghasilkan barang dan jasa dari berbagai sumber daya atau faktor produksi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan dalam suatu perusahaan. Menurut Edy Sutrisno (2009:99) menjelaskan tentang pengertian dari produktivitas sebagai berikut: Produktivtas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif, suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. 28
  • 21. Menurut Joko Raharjo (2013:61) menjelaskan tentang pengertian dari produktivitas sebagai berikut: Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan atau perbandingan jumlah produksi (output) dengan sumber daya yang digunakan (input). Menurut Sedarmayanti (2009:58) menjelaskan pengertian dari produktivitas kerja sebagai berikut: Pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian hasil kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Menurut Muchdarsyah Sinungan (2014:12) mengartikan produktivitas sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli maka penulis menyimpulkan bahwa garis besar dari konsep produktivitas adalah pencapaian hasil kerja yang maksimal baik barang maupun jasa dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, yang diukur dari perbandingan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input) dan jumlah produksi (output). 2.3.2 Pentingnya Produktivitas Pentingnya produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan nasional telah disadari secara universal. Tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak 29
  • 22. mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa-jasa. Peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang sesuai dengan masukan tenaga kerja. Menurut Muchdarsyah Sinungan (2014:9) produktivitas sering dikaitkan secara paksa, acuh tak acuh terhadap kualitas hidup dan pengaruh yang membahayakan bagi lingkungan. Misalnya, nasionalisasi tidak mausiawi. Bagi banyak orang meningkatkan produktivitas berarti bekerja lebih giat dan cepat, mengurangi mutu barang, kerja dan kehidupan, meningkatkan pengganguran dan semacamnya. Kita tidak memberikan andil dengan pandangan-pandangan yang pesimistis ini. Secara umum diyakini bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, upah yang wajar serta untuk meningkatkan kondisi-kondisi kerja perlulah mempertimbangkan produktivitas sebagai faktor penyumbang terbesar. Produktivitas yang meningkat melengkapi posisi untuk meningkatkan standar hidup atau paling tidak mempertahankannya sambil melakukan upaya peningkatan kualitas hidup. Pimpinan perusahaan dan serikat buruh juga memberikan perhatian besar terhadap peningkatan produktivitas meskipun mereka sering kali tidak setuju dengan pendekatan mereka. Umumnya serikat buruh perlu diyakinkan benar- benar tentang keuntungan potensial untuk anggota mereka sebelum menyokong program peningkatan produktivitas. Tidak seorangpun akan mau bekerja lebih 30
  • 23. berat dan lebih cepat jika dengan itu akan mengurangi kerjanya atau teman kerjanya. Karena manusia adalah sumber penting dan tujuan dari pembangunan kita harus meningkatkan produktivitas bukan atas beban biaya mereka tapi atas beban biaya dari waktu yang terbuang, pengurangan pegawai, birokrasi yang tidak perlu dan sebagainya. 2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Dalam upaya peningkatan produktivitas kerja karyawan disuatu perusahaan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor- faktor yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijakan pemerintah secara keseluruhan. Menurut Indah Puji Hartatik (2014:210) ada sepuluh faktor yang sangat diinginkan karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, yaitu pekerjaan yang menarik, upah yang baik, keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan, etos kerja dan sarana kerja atau lingkungan yang baik, promosi dan perkembangan diri sejalan dengan perkembangan perusahaan, merasa terlibat dalam kegiatan- kegiatan organisasi, pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi, kesetiaan pimpinan pada diri karyawan, serta disiplin kerja yang keras. Menurut Sedarmayanti (2009:72) terdapat pula berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, diantaranya adalah: 1. Sikap mental, berupa: a) Motivasi kerja 31
  • 24. b) Disiplin kerja c) Etika kerja 2. Pendidikan Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya produktivitas. Pendidikan disini dapat berarti pendidikan formal maupun pendidikan no formal. 3. Keterampilan Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup, 4. Manajemen Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan staf/bawahannya. Apabila manajemennya tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif. 5. Tingkat penghasilan Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. 6. Jaminan sosial Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. 7. Lingkungan dan iklim kerja Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas. 8. Sarana produksi Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai. 2.3.4 Indikator Produktivitas Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan yang ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga pada akhirnya sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk mengukur produktivitas 32
  • 25. kerja, diperlukan suatu indikator. Menurut Edy Sutrisno (2009:104) menjelaskan bahwa ada enam indikator dalam mengukur produktivitas, yaitu: 1. Kemampuan Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepada mereka. 2. Meningkatkan hasil yang dicapai Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik yang oleh mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi, masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan. 3. Semangat kerja Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya. 4. Pengembangan diri Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemapuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya, pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga harapan untuk menjadi lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan untuk meningkatkan kemampuan. 5. Mutu Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang pegawai. Jadi, meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan hasil yang terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi perusahaan dan dirinya sendiri. 6. Efisiensi Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan. Menurut Indah Puji Hartatik (2014:218) bila suatu organisasi mengabaikan pengembangan sumber daya manusia, akan berakibat pada turunnya semangat kerja dan produktivitas pegawai. Adapun indikator produktivitas yang akan timbul tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkat absensi tinggi 33
  • 26. Tinggi rendahnya tingkat absensi dari pegawai yang ada akan langsung berpengaruh terhadap produktivitas, karena pegawai yang tidak masuk kerja tidak akan produktif. Dengan demikian, hasil produksinya rendah. Akibatnya, target produksi yang telah ditetapkan tidak tercapai. 2. Tingkat perolehan hasil Telah dijelaskan sebelumnya bahwa produktivitas adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan dari pendapat tersebut, dengan adanya produktivitas pegawai yang rendah, otomatis hasil produksi barang atau jasa akan menurun, sehingga target produksi tidak tercapai. 3. Kualitas yang dihasilkan Dalam kegiatan menghasilkan produk, perusahaan berusaha agar produk tersebut mempunyai kualitas yang baik. Sebab, apabila kualitas produk yang dihasilkan kurang baik, produktivitas karyawan pun akan menurun. 4. Tingkat kesalahan Salah satu penyebab dari turunnya produktivitas pegawai dalam menghasilkan produk adalah tingkat kesalahan. Sebab, apabila tingkat kesalahan tinggi, produktivitas akan rendah. 5. Waktu yang dibutuhkan Kegiatan proses produksi membutuhkan waktu yang cukup. Sebab, apabila waktu yang diberikan untuk menghasilkan produk kurang, yang dihasilkan juga sedikit, sehingga target produksi tidak tercapai. Sehingga indikator-indikator yang telah disebutkan para ahli diatas jelas sangat berguna dalam menetapkan poin-poin pengukuran terhadap produktivitas karyawan, untuk mengetahui sejauh mana tingkat karyawan serta penyebab- penyebab tindakan non produktif yang mungkin dilakukan oleh karyawan. 2.3.5 Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi. Di beberapa negara maupun perusahaan pada akhir- akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran produktivitas. Muchdarsyah Sinungan (2014:22) menjelaskn bahwa pengukuran terutama digunakan sebgaai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan 34
  • 27. pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas. Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun ternyata memberikan dasar bagi penganalisaan proses yang produktif. Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target/sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan. Pengamatan atas perubahan-perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostik yang menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam meningkatkan penampilan organisasi. Satu keuntungan praktis dari pengukuran produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran-gambaran data melengkapi suatu dasar bagi andil manfaat atas penampilan yang ditingkatkan. Informasi produktivitas dalam bentuk trend dimasa yang lalu, pelaksanaan dan proyeksi, memberikan petunjuk-petunjuk pada semua tingkatan manajemen dalam memberikan pedoman dan pengendalian masalah perusahaan. Secara matematis, formulasi dari produktivitas kerja berdasarkan dimensi organisasi menurut Alan Thomas yang dikutip oleh Indah Puji Hartatik (2014:216) adalah sebagai berikut: Keterangan: 35
  • 28. P : Produktivitas O : Output I : input Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan (2014:23) secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda. 1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya, 2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif. 3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada saran/tujuan. Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlulah mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran produktivitas. Paling sedikit ada dua jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni produktivitas total dan produktivitas parsial. Sedangkan untuk melakukan pengukuran terhadap produktivitas tenaga kerja dapat digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari, atau tahun). Penegluaran diubah kedalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan 36
  • 29. sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Hasil pengukuran produktivitas kerja pada akhirnya akan membawa manfaat bagi perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh Indah Puji Hartatik (2014:218) sebagai berikut: 1. Sebagai umpan balik pelaksanaan kerja untuk memperbaiki produktivitas kerja karyawan 2. Sebagai bahan evaluasi produktivitas kerja yang digunakan untuk penyelesaian masalah, misalnya pemberian bonus atau bentuk kompensasi lain. 3. Untuk keputusan-keputusan penetapan, misalnya promosi, transfer, dan demosi 4. Untuk kebutuhan latihan dan pengembangan 5. Untuk perencanaan dan pengembangan karir 6. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan proses staffing 7. Untuk mengetahui ketidak akuratan informasi 8. Untuk memberikan kesempatan kerja yang adil. 2.3.6 Peningkatan Produktivitas Untuk meningkatkan produktivitas, banyak organisasi yang telah mengembangkan program-program peningkatan produktivitas. Menurut Indah Puji Hartatik (2104:220) program peningkatan produktivitas kerja yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah program kerja sama kelompok, penggunaan metode-metode baru dalam melaksanakan kegiatan kerja, program mekanisasi dan komputerisasi, program pemberian berbagai insentif, serta program pelatihan dan pendidikan. Sedangkan metode-metode yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dikelompokkan menjadi empat kategori umum, yaitu perbaikan- perbaikan produk dan proses, perbaikan-perbaikan pekerjaan, metode-metode motivasi karyawan, serta perubahan organisasional. 37
  • 30. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agara program peningkatan produktivitas sukses adalah dukungan manajemen puncak, komitmen dengan implementasi, monitoring pelaksanaan peningkatan produktivitas, apresiasi produktivitas, dan organisasi. Sedangkan menurut Edy Sutrisno (2009:105) ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya-upaya peningkatan produktivitas kerja,antara lain: 1. Perbaikan terus menerus Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah satu implikasinya ialah bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai salah satu bagian dari filsafat manajemen mutakhir. Pentingnya etos kerja ini terlihat dengan lebih jelas apalagi diingat bahwa suatu organisasi selalu dihadapkan kepada tuntutan yang terus menerus berubah, baik secara internal maupun eksternal. 2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan Berkaitan erat dengan upaya melakukan perbaikan secara terus menerus adalah peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan segala komponen organisasi. Padahal, mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan dan dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi menyangkut segala jenis kegiatan dimana organisasi terlibat. Peningkatan mutu tidak hanya penting secara internal, tetapi juga secara eksternal karena akan tercermin dalam interaksi organisasi dengan lingkungannya yang pada akhirnya akan turut membentuk citra organisasi di mata berbagai organisasi lain. 3. Pemberdayaan SDM Bahwa SDM merupakan unsur yang strategis dalam organisasi. Karena itu, pemberdayaan SDM merupakan etos kerja yang sangat mendasar yang harus dipegang teguh oleh semua eselon manajemen dalam hierarki organanisasi. Memberdayakan SDM mengandung kiat seperti mengakui harkat dan martabat manusia, perkayaan mutu kekaryaan dan penerapan gaya manajemen yang partisipatif melalui proses demokratisasi dalam kehidupan berorganisasi. 2.4 Hubungan Disiplin Kerja dan Produktivitas Produktivitas kerja pegawai dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh disiplin pegawai. Muchdarsyah Sinungan (2104:146) mengungkapkan bahwa disiplin mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas, disiplin 38
  • 31. mempunyai peran yang sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja yang produktif. Karena manusia yang produktiflah yang akan menjadi manusia sukses,sedangkan manusai sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya antara manusai sukses/produktif dengan pribadi disiplin. Selain itu Sedarmayanti (2009:72) meyebutkan ada banyak beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, diantaranya adalah sikap mental yang terdiri dari: disiplin kerja, motivasi kerja, dan etika kerja. Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung oleh para karyawan yang mempunyai disiplin kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Edy Sutrisno (2009:94) juga mempunyai pendapat yang sama mengenai hubungan yang erat antara disiplin kerja dan produktivitas.Beliau menjelaskan bahwa disiplin pegawai memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja para pegawai. Disiplin kerja pegawai sangat penting. Disiplin kerja merupakan hal yang harus ditanamkan dalam diri tiap karyawan, karena hal ini akan menyangkut tanggung jawab moral karyawan itu pada tugas kewajibannya. Menurut Tohardi yang dikutip oleh Edy Sutrisno (2009:96) juga menjelaskan bahwa disiplin kerja atau kebiasaan-kebiasaan baik yang harus ditanamkan dalam diri karyawan sebaiknya bukan atas dasar paksaan semata, tetapi harus lebih didasarkan pada kesadaran 39
  • 32. diri dari dalam diri karyawan. Ketidakdisiplinan individu atau karyawan dapat mempengaruhi produktivitas kerja organisasi. Disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, guna menjaga efisiensi dengan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam itikad tidak baiknya terhadap kelompok. Menurut Edy Sutrisno (2009:97) kegiatan pendisiplinan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berrbagai standar dan aturan, sehinga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para karyawan untuk datang dikantor tepat waktu. Dengan datang di kantor tepat waktu dan melaksanakan tugas sesuai dengan tugasnya, maka diharapkan produktivitas kerja akan meningkat. Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja pegawai dalam suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh disiplin pegawai. Apabila diantara pegawai sudah tidak menghiraukan kedisiplinan kerja, maka dapat dipastikan produktivitas kerja akan menurun. Padahal untuk mendapatkan produktivitas kerja sangat diperlukan kedisiplinan dari para karyawan. 2.5 Kerangka Pemikiran Telah diuraikan secara terperinci pada bab II, beberapa pengertian tentang disiplin kerja dan produktivitas karyawan. Dimana disebutkan bahwa pengertian dari dua variabel itu adalah sebagai berikut: Menurut Veithzal Rivai (2009:825) menjelaskan tentang pengertian dari disiplin kerja sebagai berikut: Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan oleh manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk merubah 40
  • 33. perilaku sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Menurut Sedarmayanti (2009:58) menjelaskan pengertian dari produktivitas kerja sebagai berikut: Pengertian produktivitas memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian hasil kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dapat diketahui bahwa disiplin kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap produktivitas karyawan tersebut. Disiplin mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas, disiplin mempunyai peran yang sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja yang produktif. Jadi, Disiplin kerja dan produktivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan. Secara sederhana kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini: Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Veitzal Rivai (2009:825) Veithzal Rivai (2009:825) Sedarmayanti (2009: 58 ) Berdasarkan gambar 3.1 diatas, maka penulis akan melakukan penelitian pada sub variabel pengaruh disiplin kerja terhadap produktivitas karyawan. 41 DISIPLIN KERJA (X) 1. Perilaku 2. Peraturan PRODUKTIVITAS (Y) 1. Kualitas 2. Kuantitas
  • 34. 2.6 Hipotesis Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran, maka penulis membuat dugaan sementara sebagai berikut “ diduga sementara bahwa disiplin kerja berpengaruh sangat kuat terhadap produktivitas karyawan pada PT. Multi Saka Abadi Di Bantar Gebang-Bekasi”. Selain itu penulis juga membuat hipotesis statistik dari penelitian sebagai berikut: Ho: ρ = 0,artinya tidak ada pengaruh disiplin kerja terhadap produktivitas karyawan pada PT.Multi Saka Abadi Ha: ρ ≠ 0,artinya terdapat pengaruh disiplin kerja terhadap produktivitas karyawan pada PT.Multi Saka Abadi 42