SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  20
BAB II

                                  PEMBAHASAN

A. Perspektif Filosofis Penelitian Kualitatif

           Penelitian    kualitatif     adalah     satu   model     penelitian   humanistik,   yang
   menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis
   penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-
   1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi.
   Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia
   sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber,
   tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah
   pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah
   pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia
   pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.
           Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti
   Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi. Harus diakui bahwa
   aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang
   merah yang mempertemuan mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat
   manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan atas dasar
   sistem makna yang membudaya dalam diri masing-masing pelaku.
           Bertolak dari proposisi di atas, secara ontologis, paradigma kualitatif
   berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup
   dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati
   secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak
   dapat    dilepaskan    atau        dipisahkan    begitu   saja    dari   setiap   konteks   yang
   melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal
   yang deterministik dan bebas konteks.
Dalam Interaksionisme simbolis, sebagai salah satu rujukan penelitian kualitatif,
lebih dipertegas lagi tentang batasan tingkah laku manusia sebagai obyek studi. Di sini
ditekankankan perspektif pandangan sosio-psikologis, yang sasaran utamanya adalah
pada individu ‘dengan kepribadian diri pribadi’ dan pada interaksi antara pendapat
intern dan emosi seseorang dengan tingkah laku sosialnya.
       Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan.
Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan
keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya
berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah
satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah – bukan untuk menguji
teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistemologis, paradigma kualitatif tetap
mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori
yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi.
       Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih
penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen
pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti
alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan.
       Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif
menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrpolation).
Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan
kateori-kategori (bukan frekuensi). Jadi simbol-simbol yang digunakan tidak dalam
bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara
merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan
kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan
secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian –dari proses analisis itu--
dirumuskan suatu pernyataan teoritis.
       Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut
metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih
proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.
       Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-
pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan
diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan
tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang berbeda agar begitu
obyek dan masalah yang akan diteliti tidak pas atau kurang sempurna dengan satu
pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau bahkan mungkin
menggabungkannya.
       Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma
penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Dari segi peristilahan para akhli nampak menggunakan istilah atau penamaan
yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama, untuk itu guna menghindari
kekaburan dalam memahami kedua pendekatan ini, berikut akan dikemukakan
penamaan yang dipakai para akhli dalam penyebutan kedua istilah tersebut.
       Sementara itu Noeng Muhadjir mengemukakan beberapa nama yang
dipergunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif yaitu: grounded
research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik,
heuristik, hermeneutik, atau holistik . perbedaan tersebut dimungkinkan karena
perbedaan titik tekan dalam melihat permasalahan serta latar brlakang disiplin ilmunya,
istilah grounded research lebih berkembang dilingkungan sosiologi dengan tokohnya
Strauss dan Glaser (untuk di Indonesia istilah ini diperkenalkan/dipopulerkan oleh Stuart
A. Schleigel dari Universitas California yang pernah menjadi tenaga ahli pada Pusat
Latihan Penelitian Ilmu-ilmu soaial Banda Aceh pada tahun 1970-an), ethnometodologi
lebih berkembang di lingkungan antropologi dan ditunjang antara lain oleh Bogdan ,
interaksi simbolik lebih berpengaruh di pantai barat Amerika Serikat dikembangkan oleh
Blumer, Paradigma naturalistik dikembangkan antara lain oleh Guba yang pada awalnya
memperoleh pendidikan dalam fisika, matematika dan penelitian kuantitatif.
Secara lebih rinci Patton mengemukakan-penamaan- macam-macam penelitian
   kualitatif (Qualitative inquiry)
           istilah yang berbeda dengan pemberian karakteristik yang berbeda pula, namun
   bila dikaji lebih jauh semua itu lebih bersifat saling melengkapi/memperluas dalam
   suatu bingkai metodologi penelitian kualitatif.
           Oleh karena itu dalam wacana metodologi penelitian, umumnya diakui terdapat
   dua paradigma utama dalam metodologi penelitian yakni paradigma positivist
   (penelitian kuantitatif) dan paradigma naturalistik (penelitian kualitatif), ada ahli yang
   memposisikannya secara diametral, namun ada juga yang mencoba menggabungkannya
   baik dalam makna integratif maupun bersifat komplementer, namun apapun
   kontroversi yang terjadi kedua jenis penelitian tersebut memiliki perbedaan-perbedaan
   baik dalam tataran filosofis/teoritis maupun dalam tataran praktis pelaksanaan
   penelitian, dan justru dengan perbedaan tersebut akan nampak kelebihan dan
   kekurangan masing-masing, sehingga seorang peneliti akan dapat lebih mudah memilih
   metode yang akan diterapkan apakah metode kuantitatif atau metode kualitatif dengan
   memperhatikan obyek penelitian/masalah yang akan diteliti serta mengacu pada tujuan
   penelitian yang telah ditetapkan.
           Meskipun dalam tataran praktis perbedaan antara keduanya seperti nampak
   sederhana dan hanya bersifat teknis, namun secara esensial keduanya mempunyai
   landasan epistemologis/filosofis yang sangat berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan
   pendekatan penelitian yang mewakili paham positivisme, sementara itu penelitian
   kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham naturalistik
   (fenomenologis). Untuk lebih memahami landasan filosofis kedua paham tersebut,
   berikut ini akan diuraiakan secara ringkas kedua aliran faham tersebut.


a. Positivisme


           Positivisme merupakan aliran filsafat yang dinisbahkan/ bersumber dari
   pemikiran Auguste Comte seorang folosof yang lahir di Montpellier Perancis pada tahun
   1798, ia seorang yang sangat miskin, hidupnya banyak mengandalkan sumbangan dari
murid dan teman-temannya antara lain dari folosof inggeris John Stuart Mill (juga
seorang akhli ekonomi), ia meninggal pada tahun 1857. meskipun demikian pemikiran-
pemikirannya cukup berpengaruh yang dituangkan dalam tulisan-tulisannya antara lain
Cours de Philosophie Positive (Kursus filsafat positif) dan Systeme de Politique Positive
(Sistem politik positif).


        Salah satu buah pikirannya yang sangat penting dan berpengaruh adalah tentang
tiga tahapan/tingkatan cara berpikir manusia dalam berhadapan dengan alam semesta
yaitu : tingkatan Teologi, tingkatan Metafisik, dan tingkatan Positif.


        Tingkatan Teologi (Etat Theologique). Pada tingkatan ini manusia belum bisa
memahami hal-hal yang berkaitan dengan sebab akibat. Segala kejadian dialam semesta
merupakan akibat dari suatu perbuatan Tuhan dan manusia hanya bersifat pasrah, dan
yang dapat dilakukan adalah memohon pada Tuhan agar dijauhkan dari berbagai
bencana. Tahapan ini terdiri dari tiga tahapan lagi yang berevolusi yakni dari tahap
animisme, tahap politeisme, sampai dengan tahap monoteisme.


        Tingkatan Metafisik (Etat Metaphisique). Pada dasarnya tingkatan ini
merupakan suatu variasi dari cara berfikir teologis, dimana Tuhan atau Dewa-dewa
diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak misalnya dengan istilah kekuatan alam.
Dalam tahapan ini manusia mulai menemukan keberanian dan merasa bahwa kekuatan
yang menimbulkan bencana dapat dicegah dengan memberikan berbagai sajian-sajian
sebagai penolak bala/bencana.


        Tingkatan Positif (Etat Positive). Pada tahapan ini manusia sudah menemukan
pengetahuan yang cukup untuk menguasai alam. Jika pada tahapan pertama manusia
selalu dihinggapi rasa khawatir berhadapan dengan alam semesta, pada tahap kedua
manusia mencoba mempengaruhi kekuatan yang mengatur alam semesta, maka pada
tahapan positif manusia lebih percaya diri, dengan ditemukannya hukum-hukum alam,
dengan     bekal    itu     manusia   mampu   menundukan/mengatur        (pernyataan   ini
mengindikasikan adanya pemisahan antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang
diketahui) alam serta memanfaatkannya untuk kepentingan manusia, tahapan ini
   merupakan tahapan dimana manusia dalam hidupnya lebih mengandalkan pada ilmu
   pengetahuan.


          Dengan memperhatikan tahapan-tahapan sepertti dikemukakan di atas nampak
   bahwa istilah positivisme mengacu pada tahapan ketiga (tahapan positif/pengetahuan
   positif) dari pemikiran Comte. Tahapan positif merupakan tahapan tertinggi, ini berarti
   dua tahapan sebelumnya merupakan tahapan yang rendah dan primitif, oleh karena itu
   filsafat Positivisme merupakan filsafat yang anti metafisik, hanya fakta-fakta saja yang
   dapat diterima. Segala sesuatu yang bukan fakta atau gejala (fenomin) tidak mempunyai
   arti, oleh karena itu yang penting dan punya arti hanya satu yaitu mengetahui
   (fakta/gejala) agar siap bertindak (savoir pour prevoir).


          Manusia harus menyelidiki dan mengkaji berbagai gejala yang terjadi beserta
   hubungan-hubungannya diantara gejala-gejala tersebut agar dapat meramalkan apa
   yang akan terjadi, Comte menyebut hubungan-hubungan tersebut dengan konsep-
   konsep dan hukum-hukum yang bersifat positif dalam arti berguna untuk diketahui
   karena benar-benar nyata bukan bersifat spekulasi seperti dalam metafisika.


b. Fenomenologi


          Edmund Husserl adalah filosof yang mengmbangkan metode Fenomenologi, dia
   lahir di Prostejov Cekoslowakia dan mengajar di berbagai Universitas besar Eropa,
   meninggal pada tahun 1938 di Freiburg. Hasil pemikirannya dapat diselamatkan dari
   kaum Nazi, dengan membawa seluruh buku dan tulisannya ke Universitas Leuven Belgia,
   sehingga kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya. Diantara
   tulisan-tulisan pentangnya adalah : Logische Untersuchungen (Penyeliddikan-
   penyelidikan    Logis)   dan     Ideen    zu    einer   reinen   Phanomenologie     und
   Phanomenologischen Philosophie (gagasan-gagasan untuk suatu fenomenologi murni
   dan filsafat fenomenologi)
Dalam faham fenomenologi sebagaimana diungkapkan oleh Husserl, bahwa kita
   harus kembali kepada benda-benda itu sendiri (zu den sachen selbst), obyek-obyek
   harus diberikan kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis guna
   mencari hakekat gejala-gejala (Wessenchau). Husserl berpendapat bahwa kesadaran
   bukan bagian dari kenyataan melainkan asal kenyataan, dia menolak bipolarisasi antara
   kesadaran dan alam, antara subyek dan obyek, kesadaran tidak menemukan obyek-
   obyek, tapi obyek-obyek diciptakan oleh kesadaran.


          Kesadaran merupakan sesuatu yang bersifat intensionalitas (bertujuan), artinya
   kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya kesadaran
   timbul perlu diandaikan tiga hal yaitu : ada subyek, ada obyek, dan subyek yang terbuka
   terhadap obyek-obyek. Kesadaran tidak bersifat pasif karena menyadari sesuatu berarti
   mengubah sesuatu, kesadaran merupakan suatu tindakan, terdapat interaksi antara
   tindakan kesadaran dan obyek kesadaran, namun yang ada hanyalah kesadaran sedang
   obyek kesadaran pada dasarnya diciptakan oleh kesadaran.


          Berkaitan dengan hakekat obyek-obyek, Husserl berpandapat bahwa untuk
   menangkap hakekat obyek-obyek diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan
   semua hal yang mengganggu dalam mencapai wessenchau yaitu: Reduksi pertama.
   Menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif, sikap kita harus obyektif, terbuka untuk
   gejala-gejala yang harus diajak bicara. Reduksi kedua. Menyingkirkan seluruh
   pengetahuan tentang obyek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan
   hipotesis yang sudah ada Reduksi ketiga. Menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan.
   Segala sesuatu yang sudah dikatakan orang lain harus, untuk sementara, dilupakan,
   kalau reduksi-reduksi ini berhasil, maka gejala-gejala akan memperlihaaaatkan dirinya
   sendiri/dapat menjadi fenomin


B. Perbandingan tataran Filosofis

      Kedua aliran filsafat tersebut terus berkembang dengan dukungan prngikut-
   pengikutnya, yang dalam wacana metodologi penelitian telah mendorong lahirnya
paradigma penelitian kuantitatif (positivisme) dan paradigma penelitian kualitatif
  (fenomenologi). Kedua paradigma pendekatan penelitian tersebut nampak sekali
  mempunyai asumsi/aksioma dasar filosofis dan paradigma berbeda yang menurut
  Lincoln dan Guba perbedaan tersebut terletak dalam asumsi/aksioma tentang
  kenyataan, hubungan pencari tahu dengan tahu (yang diketahui), generalisasi,
  kausalitas, dan masalah nilai.


     Dalam pandangan positivisme dari sudut ontologi meyakini bahwa realitas
  merupakan suatu yang tunggal dan dapat dipecah-pecah untuk dipelajari/dipahami
  secara bebas, obyek yang diteliti bisa dieliminasikan dari obyek-obyek lainnya,
  sedangkan dalam pandangan fenomenologi kenyataan itu merupakan suatu yang utuh,
  oleh karena itu obyek harus dilihat dalam suatu konteks natural tidak dalam bentuk
  yang terfragmentasi.


     Dari sudut epistemologi, positivisme mensyaratkan adanya dualisme antara subyek
  peneliti dengan obyek yang ditelitinya, pemilahan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh
  hasil yang obyektif, sementara itu dalam pandangan Fenomenologis subyek dan obyek
  tidak dapat dipisahkan dan aktif bersama dalam memahami berbagai gejala. Dari sudut
  aksiologi, positivisme mensyaratkan agar penelitian itu bebas nilai agar dicapai
  obyektivitas konsep-konsep dan hukum-hukum sehingga tingkat keberlakuannya bebas
  tempat dan waktu, sedangkan dalam pandangan fenomenologi penelitian itu terikat
  oleh nilai sehinggan hasil suatu penelitian harus dilihat sesuai konteks.


C. Perbandingan tataran Metodologis

         Memahami landasan filosofis penelitian kualitatif dalam perbandingannya
  dengan penelitian kuantitatif merupakan hal yang penting sebagai dasar bagi
  pemahaman yang tepat terhadap penelitian kualitatif, namun demikian bagi seorang
  peneliti penguasaan dalam tingkatan operasional lebih diperlukan lagi agar dalam
  pelaksanaan penelitian tidak terjadi kerancuan metodologis, dan penelitian benar-benar
dilaksanakan     dalam     suatu      bingkai   pendekatan   yang   jelas   dan   dapat
dipertanggungjawabkan.


       Dalam tataran metodologis perbedaan landasan filosofis terefleksikan dalam
perbedaan metode penelitian, dimana positivisme dimanifestasikan dalam metode
penelitian kuantitatif sedangkan fenomenologi dimanifestasikan dalam metode
penelitian kualitatif. Kedua pendekatan ini sering diposisikan secara diametral,
meskipun belakangan ini terdapat upaya untuk menggabungkannya baik dalam bentuk
paralelisasi maupun kombinasi, adapun perbedaan antara metode kuantitatif dengan
kualitatif adalah sebagai berikut :

Metode Kuantitatif


1. Menggunakan hiopotesis yang ditentukan sejak awal penelitian


2. Definisi yang jelas dinyatakan sejak awal


3. Reduksi data menjadi angka-angka

4. Lebih memperhatikan reliabilitas skor yang diperoleh melalui instrumen penelitian


5. Penilaian validitas menggunakan berbagai prosedur dengan mengandalkan hitungan
  statistik

6. Mengunakan deskripsi prosedur yang jelas (terinci)


7. sampling random


8. Desain/kontrol statistik atas variabel eksternal

9. Menggunakan desain khusus untuk mengontrol bias prosedur


10. Menyimpulkan hasil menggunakan statistik
11. Memecah gejala-gejala menjadi bagian-bagian untuk dianalisis


12. Memanipulasi aspek, situasi atau kondisi dalam mempelajari gejala yang kompleks


Metode Kualitatif

1. Hipotesis dikembangkan sejalan dengan penelitian/saat penelitian


2. Definisi sesuai konteks atau saat penelitian berlangsung


3. Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan


4. Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan

5. Lebih suka menganggap cukup dengan reliabilitas penyimpulan


6. Penilaian validitas melalui pengecekan silang atas sumber informasi


7. Menggunakan deskripsi prosedur secara naratif


8. Sampling purposive

9. Menggunakan analisis logis dalam mengontrol variabel ekstern


10. Mengandalkan peneliti dalam mengontrol bias


11. Menyimpulkan hasil secara naratif/kata-kata


12. Gejala-gejala yang terjadi dilihat dalam perspektif keseluruhan


13. Tidak merusak gejala-gejala yang terjadi secara alamiah /membiarkan keadaan
    aslinya
D. Prinsip – Prinsip Metodologi Penelitian Berdasarkan Perspektif Interaksi

   Simbolik

- Metodologi Penelitian Kualitatif


          Metodologi merupakan suatu proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk
  mendekati permasalahan dan mencari jawaban. Metodologi juga berarti pendekatan umum
  yang mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi ataupun berdasarkan perspektif
  teoritis yang merupakan suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan
  peneliti memahami data dan menghubungkan data yangg rumit dengan peristiwa dan situasi
  lain.


- Metodologi Interaksi Simbolik


          Interaksionis simbolik berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam
  suatu lingkungan yangg alamiah alih-alih lingkungan yang artifisial seperti eksperimen.
  Varian-varianya mencakupi teori dan prosedur yang dikenal sebagai etnografi, fenomenologi,
  etnometodologi, interaksionisme simbolik, psikologi lingkungan, analisis semiotik dan studi
  kasus.


  Lofland mengemukakan bahwa penelitian kualitatis ditandai dengan jenis-jenis pertanyaan
  yangg di ajukan. 7 prinsip metodologi berdasarkan teori interaksi simbolik :


          1. Simbol dan interaksi harus dipadukan sebelum penelitian tuntas
          2. penelitian harus mengambil perspektif atau peran orang lain yanhg bertindak dan
             memandang dunia dari sudut pandang subjek
          3. Peneliti harus mengaitkan simbol dan defenisi subjek dengan hubungan sosial dan
             kelompok-kelompok yangg memberikan konsepsi demikian
          4. Setting prilaku dlaam interaksi tersebut dan pengamatan ilmiah harus dicatat
          5. Metodologi penelitian harus mampu mencerminkan proses atau perubahan, jugaa
             bentuk perilaku yangg statis.
6. Pelaksanaan penelitian yangg baik dipandang sebagai suatu tindakan interaksi
       simbolik.
    7. Penggunaan konsep-konsep yang layak adalah pertama-tama mengarahkan dan

       kemudian operasional; teori Ɣğ layak menjadi formal, bukan teori agung atau teori

       menengaah dan proposisi yangg dibangun menjadi interaksional dan universal.

       Interaksionisme simbolik merupakan suatu perspektif teoritis, namun Ĵยƍơ sekaligus
       orientasi metodologis. Akan tetapi metodolodi yangg disarankan oleh kaun
       interaksionis sebenarnya tidak ekslusif, namun mirip atau tumpang tindih dengan
       metode penelitian yangg dilakukan para peneliti berpandangan fenomenologis
       lainnya.


       Meskipun perhatian interaksionisme simbolik pada aspek-aspek fenomenoligis
    prilaku manusia mempunyai implikasi metodolosis. Penelitian kualitatif bertujuan
    mempertahankan kualitas-kualitasnya, alih-alih perilaku manusia dan menganalisi
    kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif. Seperti
    yangg ditegaskan silverman, permasalahan yangg dihadapi peneliti kuantitatif adalah
    bahwa mereka mengabaikan konstruksi sosial dan kultural dari variabel-variabel yangg
    ingin mereka korelasi.


-   Proses Induktif


           Dalam penelitian kualitatif, peran bahasa dan makna-makna yang dianut subjek
    penelitian, menjadi sangat penting. Cicourel mengatakan hipotesis Sapir-Whorf
    menyarankan bahwa kita memandang bahasa pengukuran sebagai derivasi dari
    konsepsi kita mengenai dunia fisik dan sifat system logis dan matematis. Jadi, sains dan
    metode ilmiah sebagai alat untuk memandang dan memperoleh bahasa mengenai dunia
    disekitar yang member dan menerima prinsip-prinsipnya.


           Dalam      penelitian   kuantitatif, pengamatan berperan     serta,   wawancara
    mendalam, dan analisis dokumen juga dikenal, tetapi di anggap tidak terlalu penting.
Sementara dalam kualitatif, ketiga metode tersebut bersifat fundamental dan sering
    digunakan bersama-sama, seperti dalam sebuah studi kasus. Jelasnya, penelitian
    kualitatif ini lebih bertujuan memperoleh pemahaman              yang otentik mengenai
    pemahaman orang-orang, sebagai mana dirasakan orang-orang bersangkutan. Oleh
    karena itu, salah satu cirri penelitian kualitatif adalah tidak ada hipotesis yang spesifik
    pada saat penelitian dimulai, hipotesis justru dibangun selama tahap-tahap penelitian,
    setelah diuji atau dikonfrontasikan dengan data yang diperoleh peneliti selama
    penelitian.


           Sebagaimana        umunya     penelitian   kualitatif,   penelitian    berdasarkan
    perspektifinteraksionis simbolik bersifat induktif. Proses induktif itu disebut “induksi
    analitik”. Cressey merumuskan langkah-langkah induksi analitik, sebagai berikut :


           1. Suatu defenisi kasar fenomena yang harus dijelaskan dirumuskan
           2. Penjelasan hipotesis fenomena tersebut dikembangkan
           3. Suatu kasus diteliti dengan tujuan menentukan apakah hipotesis tersebut
                  sesuai dengan fakta yang diamati
           4. Hipotesis harus dirumuskan ulang, jika tidak sesuai dengan fakta
           5. Prosedur memeriksa kasus, dan menyingkirkan setiap kasus negative dengan
                  perumusan ulang.

           Senada dengan itu, menurut Denzin, induksi analitik menghasilkan proposisi-
    proposisi yang berusaha mencakup setiap kasus yang dianalisis. Salah satu cirri penting
    induksi analitik adalah tekanannya pada kasus negative yang menyangkal proposisi yang
    dibangun peneliti. Dengan kata lain, induksi analitik adalah suatu metode untuk menguji
    suatu hipotesis dalam penelitian lapangan.

-   Penelitian Naturalistik dan Etnografi

           Dibandingkan dengan penelitian naturalistic dan etnografi, penelitian kualitatif
    tidak hatrus dilaksanakan di habitat alamiah anggota budaya yang diteliti, dan
    penelitiannya tidak selalu bersifat holistic, melainkan satu aspek budaya atau suatu segi
kehidupan kelompok. Seperti karya Clifford Shaw dengan bukunya The Jack-Roller, yang
menelaah seorang anak brandalan yang menyimpang, melalui metode sejarah
hidup.dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif pemilihan sampel acak tidak mutlak,
malah sering tidak digunakan.

          Jelas bahwa penelitian kulaitatif lebih luas daripada penelitian naturalistic atau
etnografi, meskipun sama-sama bersifat kualitatif. Semua penelitian itu bersifat
kualitatif, jika berdasarkan cirri-ciri berikut :

          1. Memiliki minat teoritis pada proses interpretasi manusia
          2. Memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang
             tersituasikan secara social
          3. Menggunakan manusia sebagai instrument penelitian utama
          4. Mengandalkan, terutam bentuk-bentuk naratif untuk mengkode data dan
             menulis teks untuk disajikan kepada khalayak


Penelitian Naturalistik
          Penelitian naturalistic mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut
sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah.
Oleh karena itu, situasi yang alamiah, bukan situasi buatan seperti eksperimen atau
wawancara formal, harus menjadi sumber data.

          Beberapa penulis mengidentifikasikan penelitian naturalistic dengan penelitian
fenomenologis. Penelitian naturalistic memasuki arena penelitian yang diminatinya
untuk      menafsirkan    fenomena       yang       ditemuinya,   tidak   memanipulasi   atau
mengontrolnya, dan berusaha mencampurinya sedikit mungkin. Peneliti naturalistic
menekankan logics in action, yakni logika individu-individu yang diteliti , alih-alih logika
formal.
Penelitian naturalistic merujuk kepada tiga hal, yakni :

       1. Penelitian       naturalistic   kadang-kadang   disamakan   dengan   penelitian
            eksploratori
       2. Penelitian naturalistic kadang-kadang disamakan dengan penelitian lapangan
       3. Penelitian naturalistic kadang-kadang dipandang sebagai sarana mempelajari
            berbagai fenomena yang eksis karena didefenisikan sebagai riil

       Lincolin dan Guba mengemukakan bahwa dalam pendekatan naturalistic,
peneliti seyogiyanya memanfaatkan dirinya sebagai instrument sebagai pengganti lebih
memadai bagi pendekatan lebih objektif. Penelitian naturalistic memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

       1. Realitas manusia tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, tidak pula dapat
            dipisahkan agar bagian-bagiannya dapat dipelajari.
       2. Penggunaan pengetahuan tersembunyi adalah abstrack.
       3. Hal yang dinegosiasikan adalah penting.
       4. Penafsiran atas data bersifat ideografis atau berlaku khusus.
       5. Temuan bersifat tentative.


Etnografi

       Istilah etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan grapy (menguraikan).
Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan peneliti untuk
memahami cara orang-orang berinteraksi atau bekerjasama melalui fenomena teramati
kehidupan sehari-hari. Jadi etnografi lazimnya bertujuan menguraikan suatu budaya
secara menyeluruh.

       Menurut Frey et al., etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam
lingkungan spesifik alamiah. Etnografi sering dikaitakan dengan hidup secara intim dan
untuk waktu yang lama dengan suatu komunitas pribumi yang diteliti yang bahasanya
dikuasai peneliti.
Pendeknya, etnografer akan memanfaatkan metode apapun yang membantu
    mereka mencapai tujuan etnografi yang baik.

-   Pengamatan Berperan Serta
           Joergensen mengemukakan bahwa metode pengamatan berperan serta
    (pengamatan terlibat) dapat didefenisikan berdasarkan tujuh cirri berikut :
           1. Minat khusus pada makna dan interaksi manusia berdasarkan perspektif
               orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu.
           2. Fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan
               sehari-hari.
           3. Bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan pemahaman
               eksistensi manusia.
           4. Logika dan proses penelitian terbuka, luwes, oportunistik, dan menuntut
               redefinisi apa yang problematic, berdasarkan fakta yang diperoleh dalam
               situasi nyata eksistensi manusia.
           5. Pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif dan studi kasus.
           6. Penerapan peran partisipan yang menuntut hubungan langsung dengan
               pribumi dilapangan.
           7. Penggunaan pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam
               mengumpulkan informasi.

           Becker et al. menyarankan bahwa pengamatan terlibat adalah pengamatan yang
    dilakukan sambil sedikit banyaknya berperan serta dalam kehidupan orang yang kita
    teliti. Meskipun metode berperan serta bisa dibedakan dengan wawancara mendalam
    dan analisis dokumen, sering istilah pengamatan berperan serta mencakup kedua teknik
    penelitian yang disebut belakangan.

           Sebagaimana dikemukakan Denzin, kombinasi pengamatan dan wawancara
    konsisten dengan metode logis interaksionisme simbolik yang memungkinkan peneliti
    berupaya mengawinkan sifat-sifat tertutup tindakan social dengan sifat-sifatnya yang
    terbuka dan dapat diamati. Jadi suatu gambaran yang komperhensif tentang subjek
diperoleh dan suatu pandangan mendalam juga dicapai dengan membandingkan apa
    yang orang katakana dengan apa yang mereka lakukan ketika keadaan tertentu muncul.

           Sebagai metode kualitatif yang inklusif atau menyeluruh pengamatan berperan
    serta lazim digunakan dalam meneliti masyarakat primitive, subkultural menyimpang,
    organisasi yang kompleks, pergerakan social, komunitas dan kelompok informal.
    Pengamatan peran serta mulai di praktikan pada abad ke-19 oleh para penjajajh kaum
    misionari dan para pelaut yang mengirimkan laporan berupa berita dan uraian
    mengenai tempat-tempat yang eksotik dan jauh. Pada waktu itu catatan harian dan
    surat-surat mereka yang mereka kirimkan ke negeri asal mereka laku dijual setelah
    diterbitkan dan mendapatkan sambutan luas.

           Paul Rock mengemukakan pengamatan berperan serta mungkin strategi sangat
    penting dalam interaksionisme simbolik yang memungkinkan peneliti menggunakan
    dirinya untuk menjelajahi proses social. Menurut Paul Rock, penggunaan metode ini
    dalam interaksionisme simbolik berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan didefenisikan
    sebagai aktivitas praktis yang berlangsung. Pengamatan berperan serta sering disebut
    juga etnografi atau penelitian lapangan, yakni pergi kelapangan yang jauh dari
    peradaban atau laboratorium. Tujuannya adalah untuk menelaah sebanyak mungkin
    poses social dan perilaku dalam budaya tersebut.

           Untuk menerapkan metode ini, peneliti dituntut untuk menetap dalam
    kelompok atau lingkungan budaya yang ia teliti untuk suatu periode yang dianggap
    cukup untuk memperoleh data yang diperlukan.

-   Wawancara Mendalam

       Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang
    ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-
    pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi menjadi
    dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak
    terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara
kualitatif, wawancara terbuka, wawancara etnografis. Sedangkan wawancara tertruktur
sering juga disebut wawancara baku. Para peneliti harus berusaha mengarahkan
wawancara itu agar sesuai dengan tujuanya, untuk itu pewawancara sebaiknya tetap
membawa dan memegang pedoman wawancara, yakni susunan pertanyaan yang ia
harus ajukan, meskipun sekedar pengingat, tidak untuk di lihat terus-menerus, pedoman
wawancara ini hanyalah panduan umum, tidak perlu merinci setiap pertanyaan yang
mungkin akan di tanyakan pewawancara. Setelah pewawancara mewancarai sejumlah
responden, pewawancara biasanya tidak lagi harus terpaku pada pedoman wawancara.
Pada akhir wawancara seyogianya setidaknya meminta nomor telepon atau alamat
email, untuki memudahkan atau memperoleh data tambahan bila di perlukan.

   Karena sifatnya yang terbuka, ada kalanya responden juga memberikan komentar
yang sebenarnya merupakan jawaban atas pertanyaan lainya yang ada dalam pedoman
wawancara, maka peneliti tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan tersebut. Ada
kalanya juga seorang peneliti kurang puas dengan jawaban yang di berikan responden,
karena kurang jelas atau kurang lengkap.

   Sebagian responden mungkin pendiam, pemalu, atau sangat pelit berkata-kata,
maka seorang pewawancara harus kreatif untuk mendorong mereka supaya bicara lebih
jauh, biasanya orang akan lebih terbuka ketika berbicara kepada orang yang lebih di
kenal.

   Untuk memperoleh data secermat mungkin, seorang pewawancara bisa
menggunakan tape recorder, apalagi jika wawancara berlansung cukup lama dan
intensif, tetapi anda harus mempunyai ijin terlebih dahuludari responden, kemungkinan
responden akan gugup ketika ia tahu jawabanya akan di rekam. Keuntungan peneliti
dalam menggunakan tape recorder antara lain adalah bahwa peneliti dapat
berkonsentrasi pebuh terhadap informasi yang di berikan responden, dan data yang di
peroleh peneliti juga lengkap

   Salah satu bentuk khusus wawancara mendalam adalah wawancara sejarah hidup(
life history interview). Sejarah hidup mempersentasikan pengalaman atau defenisi yang
di anut seseorang , satu kelompok, atau satu organisasi ketika orang, kelompok, atau
organisasi ini menafsirkan pengalaman-pengalaman tersebut. Metodologi sejarah hidup
menyoroti cara-cara individu menjelaskan dan menteorisasikan tindakan-tindakan
mereka dalam dunia sosial mereka, yang terpenting adalah interpretasi subjektif mereka
atas situasi mereka, baik pada masa lalu ataupun sekarang.

   Metodologi sejarah berakar kuat pada suatu kerangka interpretif dan khususnya
paradigma intraksionis simbolik yang memandang manusia sebagai hidup dalam suatu
dunia yang terdiri objek-objek yang bermakna alih-alih suatu lingkungan stimuli yang
menentukan prilaku manusia

   Becker mengatakan, sejarah hidup bukanlah otobiografi konvensional meskipun
narasi subjektif penulisnya mirip dengan narasi dan pandangan penulis dalam
otobiografi, dan bukan pula fiksi. Sejarah hidup lebih membumi, lebih memperhatikan
pengalaman subjek dan penafsiranya atas dunianya dari pada nilai-nilai artistik
meskipun dokumen terbaik riwayat hidup sensitif dan dramatik seperti di temukan
dalam novel.

   Bahan-bahan lain untuk melengakapi wawancara sejarah hidup adalah wawancara
dengan orang lain yang punya hubungan dekat dengan subjek penelitian( significant
others), juga berbagi dokume. Penggunaan berbagai metode yang saling inilah dalam
penelitian kualitatif di sebut triangulasi. Triangulasi seyogianya di gunakan, karena tidak
ada suatu metode tunggal pun yang menunjukan ciri-ciri relevan realitas empiris yang di
perlukan untuk membangun suatu teori. Dengan kata lain triangulasi sangat penting di
gunakan untuk mengkompirmasikan data yang di peroleh peneliti yang pada giliranya
menjaga atau meningkatkan keterpercayaan temuan penelitian, bila subjek peneliti
masih hidup dan mudah di hubungi, maka pihak terpenting untuk dimintai data adalah
subjek penelitian tersebut, dan setelah itu barulah sumber-sumber lain.

       Wawancara sejarah hidup dilakukan dengan meminta orang-orang sebagai
subjek penelitian untuk menceritakan hidup mereka. Oleh karena konsep diri adalah inti
dari pendekatan intraksi simbolik, konsep diri orang-orang dapat di lacak dengan
menelaah sejarah hidup mereka. Keanekaragaman subjektivitas inilah yang mengalami
antara stimulus dan respon, yang membuat prilaku manusia sangat berbeda dengan
prilaku hewan lebih rendah.
       Belakanngan ini metode sejarah hidup( life history method) sebagai metode
penelitian kualitatif menjadi trend lagi dalam penelitian kualitatif, padahal metode ini
pernah berjaya pada tahun 1930-an dan 1940-an, khususnya di bawah pengaruh Robert
E.Park dan Ernest Burgess, dua ilmuan sosial di university of chicago.
       Menurut Becker, sejarah hidup lebih dari teknik penelitian lainya, kecuali
pengamatan terlibat, dapat memberikan makna atas konsep prose. Para ilmuan sering
berbicara mengenai fenomena sebagai proses, tetapi metode mereka biasanya
menghalangi mereka untuk melihat proses yang mereka gembor-gemborkan

Contenu connexe

Tendances

Kasus Enron dan Worldcom
Kasus Enron dan WorldcomKasus Enron dan Worldcom
Kasus Enron dan WorldcomRose Meea
 
Genderlect Theory
Genderlect TheoryGenderlect Theory
Genderlect Theorynisayumna
 
Teori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmuTeori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmumira_punya
 
Perkembangan Industri dan Pengaruh terhadap Perekonomian Indonesia
Perkembangan Industri dan Pengaruh terhadap Perekonomian IndonesiaPerkembangan Industri dan Pengaruh terhadap Perekonomian Indonesia
Perkembangan Industri dan Pengaruh terhadap Perekonomian IndonesiaYunus Thariq
 
Good Corporate Governance
Good Corporate GovernanceGood Corporate Governance
Good Corporate GovernanceLuthfi Nk
 
Format laporan-studi-lapangan-broadcasting-ke-jakarta-2015
Format laporan-studi-lapangan-broadcasting-ke-jakarta-2015Format laporan-studi-lapangan-broadcasting-ke-jakarta-2015
Format laporan-studi-lapangan-broadcasting-ke-jakarta-2015randy danu
 
Filsafat ilmu context of discovery dan justification
Filsafat ilmu context of discovery dan justificationFilsafat ilmu context of discovery dan justification
Filsafat ilmu context of discovery dan justificationMerinda Tarigan
 
makalah Manajemen pengambilan keputusan
makalah Manajemen pengambilan keputusanmakalah Manajemen pengambilan keputusan
makalah Manajemen pengambilan keputusanMJM Networks
 
Perencanaan program televisi (by Indra Prawira))
Perencanaan program televisi (by Indra Prawira))Perencanaan program televisi (by Indra Prawira))
Perencanaan program televisi (by Indra Prawira))Rezka Judittya
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmuifa lutfita
 
Ch04 income statement kieso ifrs
Ch04 income statement kieso ifrsCh04 income statement kieso ifrs
Ch04 income statement kieso ifrsalif radix
 
Konsep Dasar Ilmu Politik
Konsep Dasar Ilmu PolitikKonsep Dasar Ilmu Politik
Konsep Dasar Ilmu PolitikMuhamad Yogi
 
Bab 7 kode etik profesi akuntan indonesia kelompok 12
Bab 7 kode etik profesi akuntan indonesia kelompok 12Bab 7 kode etik profesi akuntan indonesia kelompok 12
Bab 7 kode etik profesi akuntan indonesia kelompok 12gabriellehappy
 
Teori Dramaturgi
Teori DramaturgiTeori Dramaturgi
Teori Dramaturgimankoma2013
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)yuls1423
 

Tendances (20)

Kasus Enron dan Worldcom
Kasus Enron dan WorldcomKasus Enron dan Worldcom
Kasus Enron dan Worldcom
 
Genderlect Theory
Genderlect TheoryGenderlect Theory
Genderlect Theory
 
Teori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmuTeori filsafat ilmu
Teori filsafat ilmu
 
Perkembangan Industri dan Pengaruh terhadap Perekonomian Indonesia
Perkembangan Industri dan Pengaruh terhadap Perekonomian IndonesiaPerkembangan Industri dan Pengaruh terhadap Perekonomian Indonesia
Perkembangan Industri dan Pengaruh terhadap Perekonomian Indonesia
 
Good Corporate Governance
Good Corporate GovernanceGood Corporate Governance
Good Corporate Governance
 
Format laporan-studi-lapangan-broadcasting-ke-jakarta-2015
Format laporan-studi-lapangan-broadcasting-ke-jakarta-2015Format laporan-studi-lapangan-broadcasting-ke-jakarta-2015
Format laporan-studi-lapangan-broadcasting-ke-jakarta-2015
 
Filsafat ilmu context of discovery dan justification
Filsafat ilmu context of discovery dan justificationFilsafat ilmu context of discovery dan justification
Filsafat ilmu context of discovery dan justification
 
Accounting for Leases
Accounting for LeasesAccounting for Leases
Accounting for Leases
 
makalah Manajemen pengambilan keputusan
makalah Manajemen pengambilan keputusanmakalah Manajemen pengambilan keputusan
makalah Manajemen pengambilan keputusan
 
Perencanaan program televisi (by Indra Prawira))
Perencanaan program televisi (by Indra Prawira))Perencanaan program televisi (by Indra Prawira))
Perencanaan program televisi (by Indra Prawira))
 
State of-the-art
State of-the-artState of-the-art
State of-the-art
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmu
 
Ch04 income statement kieso ifrs
Ch04 income statement kieso ifrsCh04 income statement kieso ifrs
Ch04 income statement kieso ifrs
 
Konsep Dasar Ilmu Politik
Konsep Dasar Ilmu PolitikKonsep Dasar Ilmu Politik
Konsep Dasar Ilmu Politik
 
Bab 7 kode etik profesi akuntan indonesia kelompok 12
Bab 7 kode etik profesi akuntan indonesia kelompok 12Bab 7 kode etik profesi akuntan indonesia kelompok 12
Bab 7 kode etik profesi akuntan indonesia kelompok 12
 
Dasar-dasar Fotografi
Dasar-dasar FotografiDasar-dasar Fotografi
Dasar-dasar Fotografi
 
Teori Dramaturgi
Teori DramaturgiTeori Dramaturgi
Teori Dramaturgi
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)
 
Laporan audit bentu baku
Laporan audit bentu bakuLaporan audit bentu baku
Laporan audit bentu baku
 
Laporan laba rugi
Laporan laba rugiLaporan laba rugi
Laporan laba rugi
 

En vedette

Cohesive SDN Summit Presentation: OpenFlow is SDN, SDN is not OpenFlow
Cohesive SDN Summit Presentation: OpenFlow is SDN, SDN is not OpenFlowCohesive SDN Summit Presentation: OpenFlow is SDN, SDN is not OpenFlow
Cohesive SDN Summit Presentation: OpenFlow is SDN, SDN is not OpenFlowCohesive Networks
 
Can you handle The TRUTH ,..? Missing page history of JESUS and Hidden TRUTH
Can you handle The TRUTH ,..?  Missing page history of JESUS and Hidden TRUTHCan you handle The TRUTH ,..?  Missing page history of JESUS and Hidden TRUTH
Can you handle The TRUTH ,..? Missing page history of JESUS and Hidden TRUTHHeri kusrianto
 
Building mental models
Building mental modelsBuilding mental models
Building mental modelsEmily Kissner
 
Powerupcloud - Customer Case Studies
Powerupcloud - Customer Case StudiesPowerupcloud - Customer Case Studies
Powerupcloud - Customer Case StudiesJonathyan Maas ☁
 
Architecting your Splunk deployment
Architecting your Splunk deploymentArchitecting your Splunk deployment
Architecting your Splunk deploymentSplunk
 
Building Awesome APIs with Lumen
Building Awesome APIs with LumenBuilding Awesome APIs with Lumen
Building Awesome APIs with LumenKit Brennan
 
Interact Differently: Get More From Your Tools Through Exposed APIs
Interact Differently: Get More From Your Tools Through Exposed APIsInteract Differently: Get More From Your Tools Through Exposed APIs
Interact Differently: Get More From Your Tools Through Exposed APIsKevin Fealey
 
Using NLP to find contextual relationships between fashion houses
Using NLP to find contextual relationships between fashion housesUsing NLP to find contextual relationships between fashion houses
Using NLP to find contextual relationships between fashion housesSushant Shankar
 
Finland powerpoint
Finland powerpointFinland powerpoint
Finland powerpointnagadez
 
Elegant Ways of Handling PHP Errors and Exceptions
Elegant Ways of Handling PHP Errors and ExceptionsElegant Ways of Handling PHP Errors and Exceptions
Elegant Ways of Handling PHP Errors and ExceptionsZendCon
 
Yodlee Customer Presentation
Yodlee Customer PresentationYodlee Customer Presentation
Yodlee Customer PresentationSplunk
 
John 15:12 Ministries
John 15:12 MinistriesJohn 15:12 Ministries
John 15:12 Ministriesannettemelk
 
Finding HMAS Sydney Chapter 5 - Kormoran Database & the Mathematics of Reliab...
Finding HMAS Sydney Chapter 5 - Kormoran Database & the Mathematics of Reliab...Finding HMAS Sydney Chapter 5 - Kormoran Database & the Mathematics of Reliab...
Finding HMAS Sydney Chapter 5 - Kormoran Database & the Mathematics of Reliab...Elk Software Group
 

En vedette (20)

Micropipetten
MicropipettenMicropipetten
Micropipetten
 
SIG-NOC Tools Survey
SIG-NOC Tools SurveySIG-NOC Tools Survey
SIG-NOC Tools Survey
 
Image (PNG) Forensic Analysis
Image (PNG) Forensic Analysis	Image (PNG) Forensic Analysis
Image (PNG) Forensic Analysis
 
Cohesive SDN Summit Presentation: OpenFlow is SDN, SDN is not OpenFlow
Cohesive SDN Summit Presentation: OpenFlow is SDN, SDN is not OpenFlowCohesive SDN Summit Presentation: OpenFlow is SDN, SDN is not OpenFlow
Cohesive SDN Summit Presentation: OpenFlow is SDN, SDN is not OpenFlow
 
Can you handle The TRUTH ,..? Missing page history of JESUS and Hidden TRUTH
Can you handle The TRUTH ,..?  Missing page history of JESUS and Hidden TRUTHCan you handle The TRUTH ,..?  Missing page history of JESUS and Hidden TRUTH
Can you handle The TRUTH ,..? Missing page history of JESUS and Hidden TRUTH
 
Building mental models
Building mental modelsBuilding mental models
Building mental models
 
Powerupcloud - Customer Case Studies
Powerupcloud - Customer Case StudiesPowerupcloud - Customer Case Studies
Powerupcloud - Customer Case Studies
 
Architecting your Splunk deployment
Architecting your Splunk deploymentArchitecting your Splunk deployment
Architecting your Splunk deployment
 
Building Awesome APIs with Lumen
Building Awesome APIs with LumenBuilding Awesome APIs with Lumen
Building Awesome APIs with Lumen
 
Interact Differently: Get More From Your Tools Through Exposed APIs
Interact Differently: Get More From Your Tools Through Exposed APIsInteract Differently: Get More From Your Tools Through Exposed APIs
Interact Differently: Get More From Your Tools Through Exposed APIs
 
De tabernakel
De tabernakelDe tabernakel
De tabernakel
 
Build Stuff 2015 program
Build Stuff 2015 programBuild Stuff 2015 program
Build Stuff 2015 program
 
Using NLP to find contextual relationships between fashion houses
Using NLP to find contextual relationships between fashion housesUsing NLP to find contextual relationships between fashion houses
Using NLP to find contextual relationships between fashion houses
 
Finland powerpoint
Finland powerpointFinland powerpoint
Finland powerpoint
 
Elegant Ways of Handling PHP Errors and Exceptions
Elegant Ways of Handling PHP Errors and ExceptionsElegant Ways of Handling PHP Errors and Exceptions
Elegant Ways of Handling PHP Errors and Exceptions
 
Yodlee Customer Presentation
Yodlee Customer PresentationYodlee Customer Presentation
Yodlee Customer Presentation
 
John 15:12 Ministries
John 15:12 MinistriesJohn 15:12 Ministries
John 15:12 Ministries
 
Finding HMAS Sydney Chapter 5 - Kormoran Database & the Mathematics of Reliab...
Finding HMAS Sydney Chapter 5 - Kormoran Database & the Mathematics of Reliab...Finding HMAS Sydney Chapter 5 - Kormoran Database & the Mathematics of Reliab...
Finding HMAS Sydney Chapter 5 - Kormoran Database & the Mathematics of Reliab...
 
Coniferous Forest
Coniferous ForestConiferous Forest
Coniferous Forest
 
Wapenrusting
WapenrustingWapenrusting
Wapenrusting
 

Similaire à Analisis Perspektif Filosofis Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatifPenelitian kualitatif
Penelitian kualitatifdosensenior
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFSanjaya Koembara
 
Pengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatifPengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatifsuryadi man ic
 
Apa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahApa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahYf Indah
 
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. SosElsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. SosElsaApriliani4
 
Pertemuan 1o metpen.pptx
Pertemuan 1o metpen.pptxPertemuan 1o metpen.pptx
Pertemuan 1o metpen.pptxarasyFahrullah2
 
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdfALINIMANIALCHUSNA
 
Paradigma positif
Paradigma positifParadigma positif
Paradigma positifAjeng Pipit
 
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralisme
Kelp ika kurnia r.   kelebihan dan kekurangan behavioralismeKelp ika kurnia r.   kelebihan dan kekurangan behavioralisme
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralismeBuntaran wasi
 
Metode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualMetode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualadejuve
 
Kelompok 1 Presentasi.pdf
Kelompok 1 Presentasi.pdfKelompok 1 Presentasi.pdf
Kelompok 1 Presentasi.pdfMuhamadSoleh33
 
Ontology, epistemology & methodology nur azizah-edit
Ontology, epistemology & methodology nur azizah-editOntology, epistemology & methodology nur azizah-edit
Ontology, epistemology & methodology nur azizah-editNurputri P
 
Metode peneltian unsur unsur penelitian survai
Metode peneltian unsur unsur penelitian survaiMetode peneltian unsur unsur penelitian survai
Metode peneltian unsur unsur penelitian survai45454567
 
RISET AKSI: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN POSISINYA DALAM PARADIGMA PENELITIAN
RISET AKSI: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN POSISINYA DALAM PARADIGMA PENELITIANRISET AKSI: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN POSISINYA DALAM PARADIGMA PENELITIAN
RISET AKSI: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN POSISINYA DALAM PARADIGMA PENELITIANsaidokoro
 
pengantar penelitian kuantitatif jwiejr f
pengantar penelitian kuantitatif jwiejr fpengantar penelitian kuantitatif jwiejr f
pengantar penelitian kuantitatif jwiejr fAgengPratiwi
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 

Similaire à Analisis Perspektif Filosofis Penelitian Kualitatif (20)

Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatifPenelitian kualitatif
Penelitian kualitatif
 
Metodologi
MetodologiMetodologi
Metodologi
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
 
Pengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatifPengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatif
 
122 244-1-sm
122 244-1-sm122 244-1-sm
122 244-1-sm
 
Apa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalahApa yang dimaksud masalah
Apa yang dimaksud masalah
 
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. SosElsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
 
Pertemuan 1o metpen.pptx
Pertemuan 1o metpen.pptxPertemuan 1o metpen.pptx
Pertemuan 1o metpen.pptx
 
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
 
Paradigma positif
Paradigma positifParadigma positif
Paradigma positif
 
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralisme
Kelp ika kurnia r.   kelebihan dan kekurangan behavioralismeKelp ika kurnia r.   kelebihan dan kekurangan behavioralisme
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralisme
 
Metode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kualMetode penelitian kuant & kual
Metode penelitian kuant & kual
 
Kelompok 1 Presentasi.pdf
Kelompok 1 Presentasi.pdfKelompok 1 Presentasi.pdf
Kelompok 1 Presentasi.pdf
 
Ontology, epistemology & methodology nur azizah-edit
Ontology, epistemology & methodology nur azizah-editOntology, epistemology & methodology nur azizah-edit
Ontology, epistemology & methodology nur azizah-edit
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
Metode peneltian unsur unsur penelitian survai
Metode peneltian unsur unsur penelitian survaiMetode peneltian unsur unsur penelitian survai
Metode peneltian unsur unsur penelitian survai
 
RISET AKSI: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN POSISINYA DALAM PARADIGMA PENELITIAN
RISET AKSI: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN POSISINYA DALAM PARADIGMA PENELITIANRISET AKSI: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN POSISINYA DALAM PARADIGMA PENELITIAN
RISET AKSI: SEJARAH, PERKEMBANGAN, DAN POSISINYA DALAM PARADIGMA PENELITIAN
 
pengantar penelitian kuantitatif jwiejr f
pengantar penelitian kuantitatif jwiejr fpengantar penelitian kuantitatif jwiejr f
pengantar penelitian kuantitatif jwiejr f
 
Penutup
PenutupPenutup
Penutup
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 

Plus de University of Andalas (20)

Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori KomunikasiTradisi Tradisi Teori Komunikasi
Tradisi Tradisi Teori Komunikasi
 
Teori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku KomunikasiTeori Teori Pelaku Komunikasi
Teori Teori Pelaku Komunikasi
 
Positivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs FenomenologisPositivistik vs Fenomenologis
Positivistik vs Fenomenologis
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
 
Teori tentang Hubungan
Teori  tentang HubunganTeori  tentang Hubungan
Teori tentang Hubungan
 
Pesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori KomunikasiPesan - Teori Komunikasi
Pesan - Teori Komunikasi
 
Komunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori IlmiahKomunikasi dan Teori Ilmiah
Komunikasi dan Teori Ilmiah
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat KomunikasiFilsafat Komunikasi
Filsafat Komunikasi
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Partai Politik
Partai PolitikPartai Politik
Partai Politik
 
Konsep Politik
Konsep PolitikKonsep Politik
Konsep Politik
 
Komunikasi Politik
Komunikasi PolitikKomunikasi Politik
Komunikasi Politik
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Industrialisasi Media
Industrialisasi MediaIndustrialisasi Media
Industrialisasi Media
 
Fins Membela Kebebasan
Fins Membela KebebasanFins Membela Kebebasan
Fins Membela Kebebasan
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan KekuasaanKonsep Masyarakat dan Kekuasaan
Konsep Masyarakat dan Kekuasaan
 
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan IndonesiaBahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
Bahan Kegagalan Tak Terduga Kepemimpinan Indonesia
 
Bahan 1
Bahan 1Bahan 1
Bahan 1
 

Dernier

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 

Dernier (20)

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 

Analisis Perspektif Filosofis Penelitian Kualitatif

  • 1. BAB II PEMBAHASAN A. Perspektif Filosofis Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859- 1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit. Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti Fenomenologi, Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang mempertemuan mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam diri masing-masing pelaku. Bertolak dari proposisi di atas, secara ontologis, paradigma kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari setiap konteks yang melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal yang deterministik dan bebas konteks.
  • 2. Dalam Interaksionisme simbolis, sebagai salah satu rujukan penelitian kualitatif, lebih dipertegas lagi tentang batasan tingkah laku manusia sebagai obyek studi. Di sini ditekankankan perspektif pandangan sosio-psikologis, yang sasaran utamanya adalah pada individu ‘dengan kepribadian diri pribadi’ dan pada interaksi antara pendapat intern dan emosi seseorang dengan tingkah laku sosialnya. Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah – bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi. Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan. Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrpolation). Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan kateori-kategori (bukan frekuensi). Jadi simbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian –dari proses analisis itu-- dirumuskan suatu pernyataan teoritis. Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut
  • 3. metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan. Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan- pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak pas atau kurang sempurna dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau bahkan mungkin menggabungkannya. Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dari segi peristilahan para akhli nampak menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama, untuk itu guna menghindari kekaburan dalam memahami kedua pendekatan ini, berikut akan dikemukakan penamaan yang dipakai para akhli dalam penyebutan kedua istilah tersebut. Sementara itu Noeng Muhadjir mengemukakan beberapa nama yang dipergunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif yaitu: grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik . perbedaan tersebut dimungkinkan karena perbedaan titik tekan dalam melihat permasalahan serta latar brlakang disiplin ilmunya, istilah grounded research lebih berkembang dilingkungan sosiologi dengan tokohnya Strauss dan Glaser (untuk di Indonesia istilah ini diperkenalkan/dipopulerkan oleh Stuart A. Schleigel dari Universitas California yang pernah menjadi tenaga ahli pada Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu soaial Banda Aceh pada tahun 1970-an), ethnometodologi lebih berkembang di lingkungan antropologi dan ditunjang antara lain oleh Bogdan , interaksi simbolik lebih berpengaruh di pantai barat Amerika Serikat dikembangkan oleh Blumer, Paradigma naturalistik dikembangkan antara lain oleh Guba yang pada awalnya memperoleh pendidikan dalam fisika, matematika dan penelitian kuantitatif.
  • 4. Secara lebih rinci Patton mengemukakan-penamaan- macam-macam penelitian kualitatif (Qualitative inquiry) istilah yang berbeda dengan pemberian karakteristik yang berbeda pula, namun bila dikaji lebih jauh semua itu lebih bersifat saling melengkapi/memperluas dalam suatu bingkai metodologi penelitian kualitatif. Oleh karena itu dalam wacana metodologi penelitian, umumnya diakui terdapat dua paradigma utama dalam metodologi penelitian yakni paradigma positivist (penelitian kuantitatif) dan paradigma naturalistik (penelitian kualitatif), ada ahli yang memposisikannya secara diametral, namun ada juga yang mencoba menggabungkannya baik dalam makna integratif maupun bersifat komplementer, namun apapun kontroversi yang terjadi kedua jenis penelitian tersebut memiliki perbedaan-perbedaan baik dalam tataran filosofis/teoritis maupun dalam tataran praktis pelaksanaan penelitian, dan justru dengan perbedaan tersebut akan nampak kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga seorang peneliti akan dapat lebih mudah memilih metode yang akan diterapkan apakah metode kuantitatif atau metode kualitatif dengan memperhatikan obyek penelitian/masalah yang akan diteliti serta mengacu pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Meskipun dalam tataran praktis perbedaan antara keduanya seperti nampak sederhana dan hanya bersifat teknis, namun secara esensial keduanya mempunyai landasan epistemologis/filosofis yang sangat berbeda. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham positivisme, sementara itu penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham naturalistik (fenomenologis). Untuk lebih memahami landasan filosofis kedua paham tersebut, berikut ini akan diuraiakan secara ringkas kedua aliran faham tersebut. a. Positivisme Positivisme merupakan aliran filsafat yang dinisbahkan/ bersumber dari pemikiran Auguste Comte seorang folosof yang lahir di Montpellier Perancis pada tahun 1798, ia seorang yang sangat miskin, hidupnya banyak mengandalkan sumbangan dari
  • 5. murid dan teman-temannya antara lain dari folosof inggeris John Stuart Mill (juga seorang akhli ekonomi), ia meninggal pada tahun 1857. meskipun demikian pemikiran- pemikirannya cukup berpengaruh yang dituangkan dalam tulisan-tulisannya antara lain Cours de Philosophie Positive (Kursus filsafat positif) dan Systeme de Politique Positive (Sistem politik positif). Salah satu buah pikirannya yang sangat penting dan berpengaruh adalah tentang tiga tahapan/tingkatan cara berpikir manusia dalam berhadapan dengan alam semesta yaitu : tingkatan Teologi, tingkatan Metafisik, dan tingkatan Positif. Tingkatan Teologi (Etat Theologique). Pada tingkatan ini manusia belum bisa memahami hal-hal yang berkaitan dengan sebab akibat. Segala kejadian dialam semesta merupakan akibat dari suatu perbuatan Tuhan dan manusia hanya bersifat pasrah, dan yang dapat dilakukan adalah memohon pada Tuhan agar dijauhkan dari berbagai bencana. Tahapan ini terdiri dari tiga tahapan lagi yang berevolusi yakni dari tahap animisme, tahap politeisme, sampai dengan tahap monoteisme. Tingkatan Metafisik (Etat Metaphisique). Pada dasarnya tingkatan ini merupakan suatu variasi dari cara berfikir teologis, dimana Tuhan atau Dewa-dewa diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak misalnya dengan istilah kekuatan alam. Dalam tahapan ini manusia mulai menemukan keberanian dan merasa bahwa kekuatan yang menimbulkan bencana dapat dicegah dengan memberikan berbagai sajian-sajian sebagai penolak bala/bencana. Tingkatan Positif (Etat Positive). Pada tahapan ini manusia sudah menemukan pengetahuan yang cukup untuk menguasai alam. Jika pada tahapan pertama manusia selalu dihinggapi rasa khawatir berhadapan dengan alam semesta, pada tahap kedua manusia mencoba mempengaruhi kekuatan yang mengatur alam semesta, maka pada tahapan positif manusia lebih percaya diri, dengan ditemukannya hukum-hukum alam, dengan bekal itu manusia mampu menundukan/mengatur (pernyataan ini mengindikasikan adanya pemisahan antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang
  • 6. diketahui) alam serta memanfaatkannya untuk kepentingan manusia, tahapan ini merupakan tahapan dimana manusia dalam hidupnya lebih mengandalkan pada ilmu pengetahuan. Dengan memperhatikan tahapan-tahapan sepertti dikemukakan di atas nampak bahwa istilah positivisme mengacu pada tahapan ketiga (tahapan positif/pengetahuan positif) dari pemikiran Comte. Tahapan positif merupakan tahapan tertinggi, ini berarti dua tahapan sebelumnya merupakan tahapan yang rendah dan primitif, oleh karena itu filsafat Positivisme merupakan filsafat yang anti metafisik, hanya fakta-fakta saja yang dapat diterima. Segala sesuatu yang bukan fakta atau gejala (fenomin) tidak mempunyai arti, oleh karena itu yang penting dan punya arti hanya satu yaitu mengetahui (fakta/gejala) agar siap bertindak (savoir pour prevoir). Manusia harus menyelidiki dan mengkaji berbagai gejala yang terjadi beserta hubungan-hubungannya diantara gejala-gejala tersebut agar dapat meramalkan apa yang akan terjadi, Comte menyebut hubungan-hubungan tersebut dengan konsep- konsep dan hukum-hukum yang bersifat positif dalam arti berguna untuk diketahui karena benar-benar nyata bukan bersifat spekulasi seperti dalam metafisika. b. Fenomenologi Edmund Husserl adalah filosof yang mengmbangkan metode Fenomenologi, dia lahir di Prostejov Cekoslowakia dan mengajar di berbagai Universitas besar Eropa, meninggal pada tahun 1938 di Freiburg. Hasil pemikirannya dapat diselamatkan dari kaum Nazi, dengan membawa seluruh buku dan tulisannya ke Universitas Leuven Belgia, sehingga kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya. Diantara tulisan-tulisan pentangnya adalah : Logische Untersuchungen (Penyeliddikan- penyelidikan Logis) dan Ideen zu einer reinen Phanomenologie und Phanomenologischen Philosophie (gagasan-gagasan untuk suatu fenomenologi murni dan filsafat fenomenologi)
  • 7. Dalam faham fenomenologi sebagaimana diungkapkan oleh Husserl, bahwa kita harus kembali kepada benda-benda itu sendiri (zu den sachen selbst), obyek-obyek harus diberikan kesempatan untuk berbicara melalui deskripsi fenomenologis guna mencari hakekat gejala-gejala (Wessenchau). Husserl berpendapat bahwa kesadaran bukan bagian dari kenyataan melainkan asal kenyataan, dia menolak bipolarisasi antara kesadaran dan alam, antara subyek dan obyek, kesadaran tidak menemukan obyek- obyek, tapi obyek-obyek diciptakan oleh kesadaran. Kesadaran merupakan sesuatu yang bersifat intensionalitas (bertujuan), artinya kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya kesadaran timbul perlu diandaikan tiga hal yaitu : ada subyek, ada obyek, dan subyek yang terbuka terhadap obyek-obyek. Kesadaran tidak bersifat pasif karena menyadari sesuatu berarti mengubah sesuatu, kesadaran merupakan suatu tindakan, terdapat interaksi antara tindakan kesadaran dan obyek kesadaran, namun yang ada hanyalah kesadaran sedang obyek kesadaran pada dasarnya diciptakan oleh kesadaran. Berkaitan dengan hakekat obyek-obyek, Husserl berpandapat bahwa untuk menangkap hakekat obyek-obyek diperlukan tiga macam reduksi guna menyingkirkan semua hal yang mengganggu dalam mencapai wessenchau yaitu: Reduksi pertama. Menyingkirkan segala sesuatu yang subyektif, sikap kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala yang harus diajak bicara. Reduksi kedua. Menyingkirkan seluruh pengetahuan tentang obyek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis yang sudah ada Reduksi ketiga. Menyingkirkan seluruh tradisi pengetahuan. Segala sesuatu yang sudah dikatakan orang lain harus, untuk sementara, dilupakan, kalau reduksi-reduksi ini berhasil, maka gejala-gejala akan memperlihaaaatkan dirinya sendiri/dapat menjadi fenomin B. Perbandingan tataran Filosofis Kedua aliran filsafat tersebut terus berkembang dengan dukungan prngikut- pengikutnya, yang dalam wacana metodologi penelitian telah mendorong lahirnya
  • 8. paradigma penelitian kuantitatif (positivisme) dan paradigma penelitian kualitatif (fenomenologi). Kedua paradigma pendekatan penelitian tersebut nampak sekali mempunyai asumsi/aksioma dasar filosofis dan paradigma berbeda yang menurut Lincoln dan Guba perbedaan tersebut terletak dalam asumsi/aksioma tentang kenyataan, hubungan pencari tahu dengan tahu (yang diketahui), generalisasi, kausalitas, dan masalah nilai. Dalam pandangan positivisme dari sudut ontologi meyakini bahwa realitas merupakan suatu yang tunggal dan dapat dipecah-pecah untuk dipelajari/dipahami secara bebas, obyek yang diteliti bisa dieliminasikan dari obyek-obyek lainnya, sedangkan dalam pandangan fenomenologi kenyataan itu merupakan suatu yang utuh, oleh karena itu obyek harus dilihat dalam suatu konteks natural tidak dalam bentuk yang terfragmentasi. Dari sudut epistemologi, positivisme mensyaratkan adanya dualisme antara subyek peneliti dengan obyek yang ditelitinya, pemilahan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh hasil yang obyektif, sementara itu dalam pandangan Fenomenologis subyek dan obyek tidak dapat dipisahkan dan aktif bersama dalam memahami berbagai gejala. Dari sudut aksiologi, positivisme mensyaratkan agar penelitian itu bebas nilai agar dicapai obyektivitas konsep-konsep dan hukum-hukum sehingga tingkat keberlakuannya bebas tempat dan waktu, sedangkan dalam pandangan fenomenologi penelitian itu terikat oleh nilai sehinggan hasil suatu penelitian harus dilihat sesuai konteks. C. Perbandingan tataran Metodologis Memahami landasan filosofis penelitian kualitatif dalam perbandingannya dengan penelitian kuantitatif merupakan hal yang penting sebagai dasar bagi pemahaman yang tepat terhadap penelitian kualitatif, namun demikian bagi seorang peneliti penguasaan dalam tingkatan operasional lebih diperlukan lagi agar dalam pelaksanaan penelitian tidak terjadi kerancuan metodologis, dan penelitian benar-benar
  • 9. dilaksanakan dalam suatu bingkai pendekatan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam tataran metodologis perbedaan landasan filosofis terefleksikan dalam perbedaan metode penelitian, dimana positivisme dimanifestasikan dalam metode penelitian kuantitatif sedangkan fenomenologi dimanifestasikan dalam metode penelitian kualitatif. Kedua pendekatan ini sering diposisikan secara diametral, meskipun belakangan ini terdapat upaya untuk menggabungkannya baik dalam bentuk paralelisasi maupun kombinasi, adapun perbedaan antara metode kuantitatif dengan kualitatif adalah sebagai berikut : Metode Kuantitatif 1. Menggunakan hiopotesis yang ditentukan sejak awal penelitian 2. Definisi yang jelas dinyatakan sejak awal 3. Reduksi data menjadi angka-angka 4. Lebih memperhatikan reliabilitas skor yang diperoleh melalui instrumen penelitian 5. Penilaian validitas menggunakan berbagai prosedur dengan mengandalkan hitungan statistik 6. Mengunakan deskripsi prosedur yang jelas (terinci) 7. sampling random 8. Desain/kontrol statistik atas variabel eksternal 9. Menggunakan desain khusus untuk mengontrol bias prosedur 10. Menyimpulkan hasil menggunakan statistik
  • 10. 11. Memecah gejala-gejala menjadi bagian-bagian untuk dianalisis 12. Memanipulasi aspek, situasi atau kondisi dalam mempelajari gejala yang kompleks Metode Kualitatif 1. Hipotesis dikembangkan sejalan dengan penelitian/saat penelitian 2. Definisi sesuai konteks atau saat penelitian berlangsung 3. Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan 4. Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan 5. Lebih suka menganggap cukup dengan reliabilitas penyimpulan 6. Penilaian validitas melalui pengecekan silang atas sumber informasi 7. Menggunakan deskripsi prosedur secara naratif 8. Sampling purposive 9. Menggunakan analisis logis dalam mengontrol variabel ekstern 10. Mengandalkan peneliti dalam mengontrol bias 11. Menyimpulkan hasil secara naratif/kata-kata 12. Gejala-gejala yang terjadi dilihat dalam perspektif keseluruhan 13. Tidak merusak gejala-gejala yang terjadi secara alamiah /membiarkan keadaan aslinya
  • 11. D. Prinsip – Prinsip Metodologi Penelitian Berdasarkan Perspektif Interaksi Simbolik - Metodologi Penelitian Kualitatif Metodologi merupakan suatu proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban. Metodologi juga berarti pendekatan umum yang mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi ataupun berdasarkan perspektif teoritis yang merupakan suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yangg rumit dengan peristiwa dan situasi lain. - Metodologi Interaksi Simbolik Interaksionis simbolik berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam suatu lingkungan yangg alamiah alih-alih lingkungan yang artifisial seperti eksperimen. Varian-varianya mencakupi teori dan prosedur yang dikenal sebagai etnografi, fenomenologi, etnometodologi, interaksionisme simbolik, psikologi lingkungan, analisis semiotik dan studi kasus. Lofland mengemukakan bahwa penelitian kualitatis ditandai dengan jenis-jenis pertanyaan yangg di ajukan. 7 prinsip metodologi berdasarkan teori interaksi simbolik : 1. Simbol dan interaksi harus dipadukan sebelum penelitian tuntas 2. penelitian harus mengambil perspektif atau peran orang lain yanhg bertindak dan memandang dunia dari sudut pandang subjek 3. Peneliti harus mengaitkan simbol dan defenisi subjek dengan hubungan sosial dan kelompok-kelompok yangg memberikan konsepsi demikian 4. Setting prilaku dlaam interaksi tersebut dan pengamatan ilmiah harus dicatat 5. Metodologi penelitian harus mampu mencerminkan proses atau perubahan, jugaa bentuk perilaku yangg statis.
  • 12. 6. Pelaksanaan penelitian yangg baik dipandang sebagai suatu tindakan interaksi simbolik. 7. Penggunaan konsep-konsep yang layak adalah pertama-tama mengarahkan dan kemudian operasional; teori Ɣğ layak menjadi formal, bukan teori agung atau teori menengaah dan proposisi yangg dibangun menjadi interaksional dan universal. Interaksionisme simbolik merupakan suatu perspektif teoritis, namun Ĵยƍơ sekaligus orientasi metodologis. Akan tetapi metodolodi yangg disarankan oleh kaun interaksionis sebenarnya tidak ekslusif, namun mirip atau tumpang tindih dengan metode penelitian yangg dilakukan para peneliti berpandangan fenomenologis lainnya. Meskipun perhatian interaksionisme simbolik pada aspek-aspek fenomenoligis prilaku manusia mempunyai implikasi metodolosis. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan kualitas-kualitasnya, alih-alih perilaku manusia dan menganalisi kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif. Seperti yangg ditegaskan silverman, permasalahan yangg dihadapi peneliti kuantitatif adalah bahwa mereka mengabaikan konstruksi sosial dan kultural dari variabel-variabel yangg ingin mereka korelasi. - Proses Induktif Dalam penelitian kualitatif, peran bahasa dan makna-makna yang dianut subjek penelitian, menjadi sangat penting. Cicourel mengatakan hipotesis Sapir-Whorf menyarankan bahwa kita memandang bahasa pengukuran sebagai derivasi dari konsepsi kita mengenai dunia fisik dan sifat system logis dan matematis. Jadi, sains dan metode ilmiah sebagai alat untuk memandang dan memperoleh bahasa mengenai dunia disekitar yang member dan menerima prinsip-prinsipnya. Dalam penelitian kuantitatif, pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan analisis dokumen juga dikenal, tetapi di anggap tidak terlalu penting.
  • 13. Sementara dalam kualitatif, ketiga metode tersebut bersifat fundamental dan sering digunakan bersama-sama, seperti dalam sebuah studi kasus. Jelasnya, penelitian kualitatif ini lebih bertujuan memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pemahaman orang-orang, sebagai mana dirasakan orang-orang bersangkutan. Oleh karena itu, salah satu cirri penelitian kualitatif adalah tidak ada hipotesis yang spesifik pada saat penelitian dimulai, hipotesis justru dibangun selama tahap-tahap penelitian, setelah diuji atau dikonfrontasikan dengan data yang diperoleh peneliti selama penelitian. Sebagaimana umunya penelitian kualitatif, penelitian berdasarkan perspektifinteraksionis simbolik bersifat induktif. Proses induktif itu disebut “induksi analitik”. Cressey merumuskan langkah-langkah induksi analitik, sebagai berikut : 1. Suatu defenisi kasar fenomena yang harus dijelaskan dirumuskan 2. Penjelasan hipotesis fenomena tersebut dikembangkan 3. Suatu kasus diteliti dengan tujuan menentukan apakah hipotesis tersebut sesuai dengan fakta yang diamati 4. Hipotesis harus dirumuskan ulang, jika tidak sesuai dengan fakta 5. Prosedur memeriksa kasus, dan menyingkirkan setiap kasus negative dengan perumusan ulang. Senada dengan itu, menurut Denzin, induksi analitik menghasilkan proposisi- proposisi yang berusaha mencakup setiap kasus yang dianalisis. Salah satu cirri penting induksi analitik adalah tekanannya pada kasus negative yang menyangkal proposisi yang dibangun peneliti. Dengan kata lain, induksi analitik adalah suatu metode untuk menguji suatu hipotesis dalam penelitian lapangan. - Penelitian Naturalistik dan Etnografi Dibandingkan dengan penelitian naturalistic dan etnografi, penelitian kualitatif tidak hatrus dilaksanakan di habitat alamiah anggota budaya yang diteliti, dan penelitiannya tidak selalu bersifat holistic, melainkan satu aspek budaya atau suatu segi
  • 14. kehidupan kelompok. Seperti karya Clifford Shaw dengan bukunya The Jack-Roller, yang menelaah seorang anak brandalan yang menyimpang, melalui metode sejarah hidup.dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif pemilihan sampel acak tidak mutlak, malah sering tidak digunakan. Jelas bahwa penelitian kulaitatif lebih luas daripada penelitian naturalistic atau etnografi, meskipun sama-sama bersifat kualitatif. Semua penelitian itu bersifat kualitatif, jika berdasarkan cirri-ciri berikut : 1. Memiliki minat teoritis pada proses interpretasi manusia 2. Memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang tersituasikan secara social 3. Menggunakan manusia sebagai instrument penelitian utama 4. Mengandalkan, terutam bentuk-bentuk naratif untuk mengkode data dan menulis teks untuk disajikan kepada khalayak Penelitian Naturalistik Penelitian naturalistic mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dapat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah. Oleh karena itu, situasi yang alamiah, bukan situasi buatan seperti eksperimen atau wawancara formal, harus menjadi sumber data. Beberapa penulis mengidentifikasikan penelitian naturalistic dengan penelitian fenomenologis. Penelitian naturalistic memasuki arena penelitian yang diminatinya untuk menafsirkan fenomena yang ditemuinya, tidak memanipulasi atau mengontrolnya, dan berusaha mencampurinya sedikit mungkin. Peneliti naturalistic menekankan logics in action, yakni logika individu-individu yang diteliti , alih-alih logika formal.
  • 15. Penelitian naturalistic merujuk kepada tiga hal, yakni : 1. Penelitian naturalistic kadang-kadang disamakan dengan penelitian eksploratori 2. Penelitian naturalistic kadang-kadang disamakan dengan penelitian lapangan 3. Penelitian naturalistic kadang-kadang dipandang sebagai sarana mempelajari berbagai fenomena yang eksis karena didefenisikan sebagai riil Lincolin dan Guba mengemukakan bahwa dalam pendekatan naturalistic, peneliti seyogiyanya memanfaatkan dirinya sebagai instrument sebagai pengganti lebih memadai bagi pendekatan lebih objektif. Penelitian naturalistic memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Realitas manusia tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, tidak pula dapat dipisahkan agar bagian-bagiannya dapat dipelajari. 2. Penggunaan pengetahuan tersembunyi adalah abstrack. 3. Hal yang dinegosiasikan adalah penting. 4. Penafsiran atas data bersifat ideografis atau berlaku khusus. 5. Temuan bersifat tentative. Etnografi Istilah etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan grapy (menguraikan). Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya adalah kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi atau bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Jadi etnografi lazimnya bertujuan menguraikan suatu budaya secara menyeluruh. Menurut Frey et al., etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Etnografi sering dikaitakan dengan hidup secara intim dan untuk waktu yang lama dengan suatu komunitas pribumi yang diteliti yang bahasanya dikuasai peneliti.
  • 16. Pendeknya, etnografer akan memanfaatkan metode apapun yang membantu mereka mencapai tujuan etnografi yang baik. - Pengamatan Berperan Serta Joergensen mengemukakan bahwa metode pengamatan berperan serta (pengamatan terlibat) dapat didefenisikan berdasarkan tujuh cirri berikut : 1. Minat khusus pada makna dan interaksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu. 2. Fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari. 3. Bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan pemahaman eksistensi manusia. 4. Logika dan proses penelitian terbuka, luwes, oportunistik, dan menuntut redefinisi apa yang problematic, berdasarkan fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia. 5. Pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif dan studi kasus. 6. Penerapan peran partisipan yang menuntut hubungan langsung dengan pribumi dilapangan. 7. Penggunaan pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi. Becker et al. menyarankan bahwa pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyaknya berperan serta dalam kehidupan orang yang kita teliti. Meskipun metode berperan serta bisa dibedakan dengan wawancara mendalam dan analisis dokumen, sering istilah pengamatan berperan serta mencakup kedua teknik penelitian yang disebut belakangan. Sebagaimana dikemukakan Denzin, kombinasi pengamatan dan wawancara konsisten dengan metode logis interaksionisme simbolik yang memungkinkan peneliti berupaya mengawinkan sifat-sifat tertutup tindakan social dengan sifat-sifatnya yang terbuka dan dapat diamati. Jadi suatu gambaran yang komperhensif tentang subjek
  • 17. diperoleh dan suatu pandangan mendalam juga dicapai dengan membandingkan apa yang orang katakana dengan apa yang mereka lakukan ketika keadaan tertentu muncul. Sebagai metode kualitatif yang inklusif atau menyeluruh pengamatan berperan serta lazim digunakan dalam meneliti masyarakat primitive, subkultural menyimpang, organisasi yang kompleks, pergerakan social, komunitas dan kelompok informal. Pengamatan peran serta mulai di praktikan pada abad ke-19 oleh para penjajajh kaum misionari dan para pelaut yang mengirimkan laporan berupa berita dan uraian mengenai tempat-tempat yang eksotik dan jauh. Pada waktu itu catatan harian dan surat-surat mereka yang mereka kirimkan ke negeri asal mereka laku dijual setelah diterbitkan dan mendapatkan sambutan luas. Paul Rock mengemukakan pengamatan berperan serta mungkin strategi sangat penting dalam interaksionisme simbolik yang memungkinkan peneliti menggunakan dirinya untuk menjelajahi proses social. Menurut Paul Rock, penggunaan metode ini dalam interaksionisme simbolik berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan didefenisikan sebagai aktivitas praktis yang berlangsung. Pengamatan berperan serta sering disebut juga etnografi atau penelitian lapangan, yakni pergi kelapangan yang jauh dari peradaban atau laboratorium. Tujuannya adalah untuk menelaah sebanyak mungkin poses social dan perilaku dalam budaya tersebut. Untuk menerapkan metode ini, peneliti dituntut untuk menetap dalam kelompok atau lingkungan budaya yang ia teliti untuk suatu periode yang dianggap cukup untuk memperoleh data yang diperlukan. - Wawancara Mendalam Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara
  • 18. kualitatif, wawancara terbuka, wawancara etnografis. Sedangkan wawancara tertruktur sering juga disebut wawancara baku. Para peneliti harus berusaha mengarahkan wawancara itu agar sesuai dengan tujuanya, untuk itu pewawancara sebaiknya tetap membawa dan memegang pedoman wawancara, yakni susunan pertanyaan yang ia harus ajukan, meskipun sekedar pengingat, tidak untuk di lihat terus-menerus, pedoman wawancara ini hanyalah panduan umum, tidak perlu merinci setiap pertanyaan yang mungkin akan di tanyakan pewawancara. Setelah pewawancara mewancarai sejumlah responden, pewawancara biasanya tidak lagi harus terpaku pada pedoman wawancara. Pada akhir wawancara seyogianya setidaknya meminta nomor telepon atau alamat email, untuki memudahkan atau memperoleh data tambahan bila di perlukan. Karena sifatnya yang terbuka, ada kalanya responden juga memberikan komentar yang sebenarnya merupakan jawaban atas pertanyaan lainya yang ada dalam pedoman wawancara, maka peneliti tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan tersebut. Ada kalanya juga seorang peneliti kurang puas dengan jawaban yang di berikan responden, karena kurang jelas atau kurang lengkap. Sebagian responden mungkin pendiam, pemalu, atau sangat pelit berkata-kata, maka seorang pewawancara harus kreatif untuk mendorong mereka supaya bicara lebih jauh, biasanya orang akan lebih terbuka ketika berbicara kepada orang yang lebih di kenal. Untuk memperoleh data secermat mungkin, seorang pewawancara bisa menggunakan tape recorder, apalagi jika wawancara berlansung cukup lama dan intensif, tetapi anda harus mempunyai ijin terlebih dahuludari responden, kemungkinan responden akan gugup ketika ia tahu jawabanya akan di rekam. Keuntungan peneliti dalam menggunakan tape recorder antara lain adalah bahwa peneliti dapat berkonsentrasi pebuh terhadap informasi yang di berikan responden, dan data yang di peroleh peneliti juga lengkap Salah satu bentuk khusus wawancara mendalam adalah wawancara sejarah hidup( life history interview). Sejarah hidup mempersentasikan pengalaman atau defenisi yang
  • 19. di anut seseorang , satu kelompok, atau satu organisasi ketika orang, kelompok, atau organisasi ini menafsirkan pengalaman-pengalaman tersebut. Metodologi sejarah hidup menyoroti cara-cara individu menjelaskan dan menteorisasikan tindakan-tindakan mereka dalam dunia sosial mereka, yang terpenting adalah interpretasi subjektif mereka atas situasi mereka, baik pada masa lalu ataupun sekarang. Metodologi sejarah berakar kuat pada suatu kerangka interpretif dan khususnya paradigma intraksionis simbolik yang memandang manusia sebagai hidup dalam suatu dunia yang terdiri objek-objek yang bermakna alih-alih suatu lingkungan stimuli yang menentukan prilaku manusia Becker mengatakan, sejarah hidup bukanlah otobiografi konvensional meskipun narasi subjektif penulisnya mirip dengan narasi dan pandangan penulis dalam otobiografi, dan bukan pula fiksi. Sejarah hidup lebih membumi, lebih memperhatikan pengalaman subjek dan penafsiranya atas dunianya dari pada nilai-nilai artistik meskipun dokumen terbaik riwayat hidup sensitif dan dramatik seperti di temukan dalam novel. Bahan-bahan lain untuk melengakapi wawancara sejarah hidup adalah wawancara dengan orang lain yang punya hubungan dekat dengan subjek penelitian( significant others), juga berbagi dokume. Penggunaan berbagai metode yang saling inilah dalam penelitian kualitatif di sebut triangulasi. Triangulasi seyogianya di gunakan, karena tidak ada suatu metode tunggal pun yang menunjukan ciri-ciri relevan realitas empiris yang di perlukan untuk membangun suatu teori. Dengan kata lain triangulasi sangat penting di gunakan untuk mengkompirmasikan data yang di peroleh peneliti yang pada giliranya menjaga atau meningkatkan keterpercayaan temuan penelitian, bila subjek peneliti masih hidup dan mudah di hubungi, maka pihak terpenting untuk dimintai data adalah subjek penelitian tersebut, dan setelah itu barulah sumber-sumber lain. Wawancara sejarah hidup dilakukan dengan meminta orang-orang sebagai subjek penelitian untuk menceritakan hidup mereka. Oleh karena konsep diri adalah inti dari pendekatan intraksi simbolik, konsep diri orang-orang dapat di lacak dengan
  • 20. menelaah sejarah hidup mereka. Keanekaragaman subjektivitas inilah yang mengalami antara stimulus dan respon, yang membuat prilaku manusia sangat berbeda dengan prilaku hewan lebih rendah. Belakanngan ini metode sejarah hidup( life history method) sebagai metode penelitian kualitatif menjadi trend lagi dalam penelitian kualitatif, padahal metode ini pernah berjaya pada tahun 1930-an dan 1940-an, khususnya di bawah pengaruh Robert E.Park dan Ernest Burgess, dua ilmuan sosial di university of chicago. Menurut Becker, sejarah hidup lebih dari teknik penelitian lainya, kecuali pengamatan terlibat, dapat memberikan makna atas konsep prose. Para ilmuan sering berbicara mengenai fenomena sebagai proses, tetapi metode mereka biasanya menghalangi mereka untuk melihat proses yang mereka gembor-gemborkan