1. Kisah Sukses Alim Markus, Dari Lampu Teplok, Jadi Raja Panci
Kisah Sukses Maspion
Sebagian besar ibu rumah tangga pasti pernah memakai produk Maspion. Namun, tak banyak yang tahu bahwa nama besar Maspion berawal dari
pabrik lampu teplok yang dibesarkan protolan SMP di sebuah rumah petak 4 x4.
Maspion dan Alim Markus adalah dua nama yang tak terpisah kan. Orang kini mengenal Maspion sebagai salah satu ke lompok usaha besar asal
Jawa Timur, yang tak hanya berkutat di industri peralatan rumah tanga, namun juga menjamah perbankan, real estat, hingga properti.
Sedangkan Alim Markus adalah nahkoda dibalik semua kisah sukses itu. Pria berperawakan sedang ini rela mengorbankan pendidikan
dan masa kecilnya saat mulai berkiprah di dunia bisnis.
Alim Markus dilahirkan 57 tahun lalu, tepatnya 24 September 1951 di sebuah rumah petak seluas 4×4 meter persegi di Jalan Ka pasan Gang II nomor
22. Karena minimnya ukuran rumah, Alim Markus yang kini me mimpin grup usaha yang terdiri dari 53 perusahaan itu harus hidup uyel-
uyelan dengan ayah, ibu, dan ketiga adiknya.. “Jika salah anggota keluarga buang air kecil, baunya langsung ke mana-mana,” ujar Alim
Markus sambil terkekeh saat ditemui di kantor Maspion Kembang Jepun, Surabaya, pekan lalu.
Markus muda tak betah terus hidup susah. Sebagai anak tertua di keluarga, Markus bertekad merubah nasibnya dengan beker ja sekeras mungkin dan
menjadi orang sukses. “Saya nekat berhenti sekolah sebelum lulus SMP, saya ingin jadi pengusaha sukses dan kuat. Karena itu saya
memilih serius membantu orang tua bekerja dari jam lima pagi sampai tujuh malam,” tutur peng usaha yang hingga kini menjabat ketua
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim itu.
Markus kemudian mengerahkan seluruh upayanya membesarkan usaha UD Logam Djawa yang didirikan ayahnya Alim Husin pada Oktober 1965, di
daerah Pecindilan, Surabaya. UD Logam Djawa awalnya memproduksi lampu teplok. Alim Hu sin ketika itu sanggup memproduksi 300 lusin
lampu teplok perhari.
Kisah Sukses Maspion
Saat Alim Markus terjun total mem bantu bisnis sang ayah, dia ma sih berumur belia, 15 tahun. Ketika anak seusianya memuaskan gairah anak muda,
Alim Markus menjalani semua aktivitas buruh pabrik. Mulai dari ngepel lantai sampai menangani pekerjaan staf administrasi, staf
keuangan, dan lain-lain. Markus juga sempat juga terlibat dalam pemasaran. Dengan sepeda pancal dia berkeliling menjajakan barang ke
toko-toko di daerah Pabean dan Pasar Turi.
Setelah bekerja keras lima tahun lebih, keluarga Markus mu lai memetik hasil dan mulai mancapai sukses. Minat masyarakat sekitar semakin
bertambah, produk dari UD Logam Djawa makin laris. Akhirnya pada 1972 didirikan Maspion yang berarti Mengajak Anda Selalu Percaya
Industri Olahan Nasional. Pada tahun itu juga, Markus memiliki mobil pertamanya yakni Holden. Markus juga memboyong keluarganya dari
rumah petak ke rumah cukup besar di kawasan yang lebih elit yakni di Embong Tanjung No. 5, yang dia tinggali sampai sekarang.
Perusahaan pun dipindah ke daerah Gedangan, Sidoarjo. Alim Husin, yang mulai yakin terhadap kemampuan anak-anaknya, secara
perlahan mulai menarik diri dari panggung. Dan sebagai putra tertua, Alim Markus muda yang ditunjuk langsung sebagai presiden direktur,
sedangkan Alim Husin sebagai Chairman. Saudara kandung lainnya Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa masing-masing
didudukan sebagai direktur pengelola.
Kata kolega
Sederhana tetapi berkarakter sehingga banyak orang yang segan dan menjadikannya panutan.”
Henry J. Gunawan, Presdir PT Surya Inti Permata Tbk
Alim tetap ulet bekerja keras dengan jujur walau dulu banyak pengusaha yang memakai dana BLBI.”
Erlangga Satriagung, Ketua Kadin Jatim
BIODATA
Nama: Alim Markus
Lahir: Surabaya, 24 September 1951
Jabatan:Presiden Direktur Grup Maspion
Orangtua:Ayah Alim Husin, Ibu Angkasa Rachmawati
Istri: Sriyanti
Anak:Enam Orang
Saudara kandung:Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa
Pendidikan: Kelas 3 SMP tidak selesai
Anak perusahaan : 53
Bidang Usaha : produk kebutuhan rumah tangga, konstruksi, material, dan industri, property, gedung perkantoran dan mal, dan jasa
keuangan
Karyawan : 30.000 orang
Sumber : jawapos
2. Kisah Sukses Fitriyanto, Lulusan SMA Yang Menjadi Bos PT AUTO FIT
Lulusan perguruan tinggi alias sarjana tidak menjamin orang menjadi sukses. Kali ini profil seorang
lulusan SMA yang bernama Fitriyanta akan membuat kita terinspirasi dan akan membuat minder
sarjana – sarjana yang bertahun – tahun kuliah tetapi ujung – ujungnya nganggur. Simakkisah
Fitriyanto lulusan SMA yang sukses menjadi bos produk salon mobil.
Fitriyanto hanya lulusan SMA. Tapi, berkat tekad yang diiringi dengan usaha keras, ia sukses menjadi
produsen perawatan mobil merek Autofit. Pemilik PT Vitechindo Perkasa ini mampu membikin
produk yang bisa bersaing dengan merek terkenal.
Hidup ini bagi Fitriyanto benar-benar sebuah perjuangan. Ia lahir dari keluarga sederhana, kalau tidak
disebut miskin. Ayahnya hanya seorang tukang kayu. Tapi, dengan tekad yang bulat dan usaha
yang kuat, Fitriyanto mampu menjadi seorang pengusaha produk perawatan mobil yang terbilang
sukses.
PT Vitechindo Perkasa, perusahaan milik Fitriyanto, berhasil memasok produknya ke bengkel resmi milik
agen tunggal pemegang merek (ATPM) besar, seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, Honda, Nissan,
Hyundai, Suzuki, Kia, dan Mazda. Bisnis ini menghasilkan omzet Rp 8 miliar per tahun.
Label merek produk buatan Fitriyanto adalah Autofit. Saat ini, ada 20 produk merekAutofit yang sudah
diproduksi, antara lain produk sampo, semir ban, pelumas, pembersih evaporator, injection
purge, cairan pembersih bahan bakar, pembersih blok mesin, pembersih karburator, dan
pembersih ruang bakar mesin kendaraan.
Uniknya, untuk meracik Autofit, Fitriyanto sama sekali tidak memperdalam ilmu kimia secara formal.
“Semua saya pelajari secara autodidak,” kata pria kelahiran Purbalingga, 10 November 1972 ini.
Ayahnya yang seorang tukang kayu tentu tak mampu menyekolahkannya tinggi-tinggi. Maka, ketika lulus
SMA, pada tahun 1992, Fitriyanto langsung hijrah ke Jakarta. Anak bungsu dari lima bersaudara
ini menjadi kuli bangunan.
3. Enam bulan menjadi kuli bangunan, Fitriyanto pindah menjadi tukang bantu-bantu di rumah Rachmat
Gobel, kini Presiden Komisaris PT Panasonic Manufacturing Indonesia. Di rumah itulah ia
ketemu dengan salah satu manajer Panasonic. “Saya ditawari kerja,” ujarnya. Ia lalu menjadi pegawai di
Panasonic, divisi komponen, yang memproduksi semua speaker.
Di waktu senggang, Fitriyanto selalu meluangkan waktu untuk membaca buku kisah orang sukses. “Saya
menghimpun tekad untuk menjadi orang sukses. Dari buku yang saya baca, orang sukses
kebanyakan mengawali karier sebagai tenaga pemasaran (marketing),” kata suami Lihardiana
ini.
Fitriyanto lantas hengkang dari Panasonic dan pada tahun 1995, ia menjadi tenaga pemasar di produsen
minuman. “Saya mendapat upah Rp 75.000 per bulan, jauh lebih kecil ketimbang jadi kuli
bangunan. Ketika jadi kuli, upah saya Rp 60.000 per minggu,” kata Fitriyanto yang akhirnya
keluar setelah tiga bulan bekerja.
Lantaran bertekad jadi tenaga pemasar, Fitriyanto kembali masuk ke perusahaan cokelat selama
setahun, sebelum akhirnya pindah ke PT Prima Karya Gandareksa, perusahaan kimia. Ia tetap
jadi tenaga pemasar, tetapi dengan gaji Rp 5 juta per bulan. “Saya banyak belajar tentang
produk perawatan mobil di sini,” katanya. Lantaran kinerjanya bagus, perusahaan
menugaskannya ke Bali. Tapi, ia memilih mundur lantaran tak ingin jauh dari keluarga. Selama
setahun, ia beberapa kali pindah kerja di perusahaan kimia.
Fitriyanto akhirnya masuk ke perusahaan produk perawatan mobil dari Jerman. “Di perusahaan ini, saya
suka memperhatikan para peracik produk. Saya pelajari, bahan apa saja yang diramu menjadi
produk perawatan,” katanya.
Setiap Sabtu dan Minggu, dia pergi ke toko kimia untuk mempelajari bahan-bahan kimia yang bisa
diramu menjadi produk perawatan mobil. Dia bertahan selama lima tahun di perusahaan itu
sebelum akhirnya mengundurkan diri dengan posisi gaji terakhir Rp 24 juta per bulan.
Pinjam uang ke bank
Pengalaman di perusahaan pembuatan produk perawatan mobil membuat Fitriyanto percaya diri untuk
memulai usaha sendiri. “Sebagai tenaga pemasar, saya sudah memegang banyak pelanggan.
Saya juga sudah bisa membuat produk sendiri,” katanya.
Dengan memanfaatkan bengkel sepeda motor di Cikeas, Bogor, yang didirikan saat masih bekerja, pada
2007, Fitriyanto memulai usaha produk perawatan mobil. “Saat itu, cuma ada satu montir dan
tempatnya sangat sederhana,” kenangnya. Di bengkel itu, dia meracik bahan setelah memenangi
tender pengadaan produk perawatan mobil dari salah satu bengkel mobil besar.
Lantaran tak punya modal, Fitriyanto mencari pinjaman bank sebesar Rp 25 juta. “Karena tidak ada
agunan, modalnya hanya kepercayaan. Bank itu menjadi pelanggan di bengkel kami,” katanya.
Dari modal Rp 25 juta, ia bisa menghasilkan omzet Rp 80 juta. Tiga tahun berjalan, usahanya semakin
besar. Dengan pinjaman bank yang lebih besar, dia membuka pabrik di daerah Cipayung,
Jakarta Timur, dan mendirikan PT Vitechindo Perkasa.
Saat ini, Fitriyanto memiliki 35 karyawan dan sejak awal bulan Juni 2012, dia membuka lembaga kursus
bahasa Inggris dan komputer. “Saya sendiri tak bisa mengoperasikan komputer,” katanya sambil
tertawa. Ia juga membuka sekolah taman kanak-kanak sembari menjalankan usaha bengkelnya.
4. Kisah Sukses Sriyono pengusaha siomay pink
Jalan hidup tak bisa ditebak. Sriyono, seorang mantan miliarder, kini berjualan siomay keliling. Namun,
berkat penampilannya yang eksentrik, predikat miliarder itu tampaknya bakal kembali disandangnya.
Menjadi penjual siomay keliling dengan pakaian dan aksesori serba pink membuat Sriyono terkenal,
terutama di dunia maya. Mantan miliarder itu juga pernah menjadi bintang tamu di sebuah stasiun
televisi. Bahkan, ada yang menawari bermain sinetron. Semua itu dia lakukan demi bisa bertemu
anaknya.Minggu lalu (16/1) INDOPOS menelusuri rute jualan Sriyono di kawasan kelas menengah ke
atas di Jalan Gandaria Tengah, Jakarta Selatan, tak ada orang yang tahu namanya. Tapi, ketika disebut
nama Siomay Pink (barang dagangan Sriyono), kebanyakan warga yang ditemui mengenali. Mulai sopir
bemo, satpam, tukang ojek, hingga anak-anak.Siomay Pink juga menjadi identitas pria asal Klaten, Jawa
Tengah, itu di dunia maya. Mesin pencari Google menyebut 83.500 hasil yang merujuk pada usaha
siomay yang dijalankan Sriyono sambil berkeliling di atas sepeda pink.
Sriyono menjadi topik hangat di kalangan komunitas entrepreneur. Sebab, selain berjualan dengan
kostum dan perlengkapan mencolok serbapink, kegigihannya dalam berwirausaha menjadi inspirasi
tersendiri.
’’Mungkin karena saya dianggap nyentrik. Itu saja. Tapi, entahlah, saya nikmati saja momen-
momen ini,’’ ujarnya sambil melayani pelanggan. Dia pun meracik bumbu siomay dari panci
pink yang terikat di belakang sepeda pink yang telah dimodifikasi dengan sejumlah kotak kayu
yang juga berwarna pink. Di depan sepeda itu terdapat dua keranjang pink dengan dua teddy bear
pink terduduk di dalamnya.
5. Sriyono juga mengenakan kaus pink, bercelana pendek pink, topi pink, serta jam dan bahkan
anting pink Namun, di balik penampilan nyentrik itu, tersimpan kisah perjuangan hidup yang
cukup berliku.
Kisah sukses Sriyono dimulai pada 1969 ketika pria kelahiran Klaten, 21 Juli 1954, tersebut
merantau ke Jakarta untuk menjadi sales mobil. Ketika itu, tiba-tiba saja dia sangat gemar pada
siomay dan memutuskan untuk belajar cara membuat makanan itu. Dia lantas berguru pada
seorang keturunan Tiongkok asal Pulau Bangka.
Dialah yang mengajari Sriyono membuat siomay. Setahun penuh Sriyono bekerja tanpa digaji
untuk mendapatkan resep rahasia sang penjual siomay itu. Beberapa tahun kemudian, sang guru
meninggal dan mewariskan usaha Siomay kepada Sriyono. Pada 1980-an, Sriyono
memberanikan diri memulai usaha siomay keliling di Jakarta dengan modal patungan dengan
beberapa teman.
Berbagai cara ditempuh untuk
membesarkan usaha tersebut. Mulai
membikin armada siomay sepeda keliling
sampai mendirikan warung-warung kecil.
Puncak sukses diraih pada 1996 ketika
dirinya berhasil membuat outlet di salah
satu mal elite di ibu kota, yakni Plaza Senayan.
Sriyono adalah pendiri dan pemilik outlet Siomay Senayan dengan beberapa cabang. Pendapatan
bisnisnya ketika itu mencapai Rp 2 miliar per tahun. Dia menikmati sukses berjualan siomay
dengan berstatus bujangan. Sriyono mengenang, tinggal di ibu kota dengan duit melimpah ketika
itu bagai hidup di surga.
Bahkan, bisnisnya sangat kuat sehingga ketika krisis 1998 menerpa modalnya tidak berkurang.
Tapi, dia justru masih bisa mendirikan outlet di beberapa tempat lain. April 1999, Sriyono
memutuskan untuk mengakhiri masa lajang dan menikahi putri seorang polisi.
Pernikahan yang tidak direstui orang tua sang istri itu kemudian menjadi bom waktu bagi
kehidupan Sriyono. Pertengkaran demi pertengkaran pun terus muncul sehingga konsentrasi
Sriyono pada bisnisnya mulai berkurang.
Ketika itu, dia menjadi satu-satunya pengusaha siomay yang meneken kontrak dengan gerai
waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC). Dia menyuplai siomay di puluhan gerai KFC di
Jakarta yang ketika itu memiliki menu khusus siomay.
6. Namun, persoalan rumah tangga yang tak kunjung selesai pelan-pelan membuat manajemen
bisnisnya kolaps. Akhirnya, Sriyono terpaksa menjual hak paten Siomay Senayan dan usahanya
pun gulung tikar. Awal 2004, setelah 4 tahun 7 bulan berumah tangga dan dikarunia dua anak,
yakni Peksi Safira Miradalita (kini 11 tahun) dan Pramesti Dewi Angelita (kini 10 tahun), sang
istri menggugat cerai Sriyono. ’’Saya ingat. (Saat itu) hanya baju yang melekat di badan yang
saya miliki,’’ kenangnya sambil menerawang.
Setelah perceraian, sang istri kemudian mengasingkan diri dan membawa serta dua anak
Sriyono. Sejak itu dia pun tidak pernah lagi bertemu dua buah hatinya. Dalam kondisi bangkrut,
Sriyono sempat ditampung mantan rekan-rekan bisnisnya.
Dia pun sempat mendapat bantuan modal dan berusaha merintis lagi usaha siomay kelilingnya
mulai nol dengan konsep awal, yakni belasan armada siomay keliling. Tapi, p ada 2008, usaha
itu lagi-lagi bangkrut. ’’Saya selalu ingat anak saya dan rindu yang tidak tertahan membuat saya
sulit berkonsentrasi,’’ katanya. Kegagalan kali ini membuat Sriyono tertekan.
Dia pun memilih menjadi gelandangan dan tinggal di jalanan kotakota Jakarta. Tiap malam, dia
tidur berpindah- pindah, dari halte bus ke kolong jembatan dan dari pinggir jalan ke
masjidmasjid. Hingga 2009, Sriyono memilih menetap di Masjid Al Bina di kawasan Senayan.
Setelah beberapa minggu tinggal di sana, tiba-tiba dia
mendapat bantuan modal dari seorang jamaah pengajian
yang mengetahui latar belakang dirinya sebagai
pengusaha siomay. ’’Waktu itu saya diberi modal Rp
1 juta untuk memulai bisnis lagi,’’ katanya.
Awal 2010, Sriyono pun sudah memiliki gerai siomay di
mal Pasaraya Blok M yang bernama Siomay Maestro.
Namun, lagi-lagi karena tinggal kesepian dan rindu
kepada dua buah hatinya, konsentrasinya dalam berbisnis
terganggu. Dia pun kembali bangkrut. Sampai saat
ini, Sriyono masih berutang kepada manajemen
Pasaraya Rp 13 juta.
Di ambang keputusasaan, sebulan menjelang bulan puasa
2010, dia memutar otak dan mendapat ide brilian. Yakni,
kembali memulai usaha siomay keliling, tapi dengan
tampilan yang eksentrik.
Diharapkan, ketika dia menjadi eksentrik, sang anak akan mengetahui dan dirinya dapat bersua
dua buah hatinya setelah lima tahun berpisah tanpa kabar itu. Sriyono pun memutuskan
mengenakan warna pink sebagai seragam berjualan. Pernak-pernik pink pun dikenakan untuk
berdagang keliling.
7. Dia juga berusaha tampil di setiap momentum di mana publik Jakarta banyak yang berkumpul.
Sriyono akhirnya dijuluki ’’maskot’’ dalam even Hari Bebas Kendaraan alias Car Free Day yang
diberlakukan sebulan sekali di jalan protokol Jakarta. ’’Semakin banyak orang yang kenal saya,
kesempatan untuk bertemu kembali dengan anak saya semakin besar,’’ katanya.
Tapi, usaha tampil nyeleneh itu tidak semudah yang dia bayangkan. Setiap hari, bahkan sampai
sekarang, Sriyono harus rela menjadi bahan ejekan orang-orang yang lewat. Tak jarang
perkataan mereka sangat pedas dan menusuk hati. Tak sedikit yang mengira Sriyono adalah
seorang waria yang nyambi berjualan siomay saat siang dan ’’berpraktik’’ saat malam.
Tapi, demi menemukan sang anak, hinaan dan cacian itu ditanggapi dengan se-nyum dan hati
ikhlas. Bahkan, kini dia sudah memiliki 34 kaus pink, 18 pasang sandal pink, 12 topi pink, 3 jam
pink, 3 pasang kacamata pink, kalung pink braces, anting-anting pink, dan tiga pasang sepatu
pink.
Upaya tampil eksentrik itu membuahkan hasil ketika dirinya muncul sebagai topik di Twitter dan
BlackBerry Messenger. Popularitasnya menanjak ketika kisah usahanya dipublikasikan di situs
kaskus.us.
Pertengahan Desember 2010, sebuah koran berbahasa Inggris di Jakarta memuat foto Sriyono
dengan full aksesori pink. Hasilnya, pekan lalu, awal Januari 2010, sebuah televisi nasional
berhasil mempertemukan Sriyono dengan sang anak.
’’Waktu itu, rasa senangnya tak terhingga. Saya bersyukur mereka mengakui saya sebagai bapak,
walaupun mereka memiliki ayah tiri warga Inggris yang kaya,’’ ujarnya, kali ini sambil terisak.
Tampil di televisi mendatangkan keuntungan bagi usaha Sriyono. Dalam dua pekan terakhir,
omzet berjualan keliling yang biasanya hanya Rp 200 ribu per hari naik lima kali lipat menjadi
Rp 1 juta per hari. Banyak pesanan dalam jumlah besar sehingga pendapatan berjualan
berkeliling terdongkrak. Sejak pekan lalu, seorang pengusaha getol menawari Sriyono untuk
membuka franchise siomay Yo Pink di beberapa lokasi di Jakarta.
Dia juga mendapat tawaran untuk bermain sinetron. Rundown jadwal casting oleh sebuah rumah
produksi juga sudah di tangannya. Lalu, apa yang akan dilakukan sekarang? Sriyono
menyatakan, dirinya masih berencana meneruskan usaha berjualan dan akan membuka warung
kecil di Jalan Otto Iskandar Muda, Jakarta. Dia fokus meraih sukses lagi dengan Siomay Yo Pink
itu.
’’Saya ingin anak saya bangga dengan bapaknya si penjual siomay berkaus pink ini. Saya akan
bangkit demi putri-putri saya,’’ ujarnya lantas tersenyum.