Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam industri, termasuk tujuan penerapan K3, sumber bahaya dan resiko, jenis kecelakaan, serta teori-teori terkait seperti teori gunung es dan teori domino.
1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting dalam
aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar pengaruhnya terhadap subjek
dan objek itu sendiri. K3 menjadi wacana industri abad ini setelah ditemukannya teori
– teori yang representatif yang mendukung akan improvisasi dalam konteks
keselamatan dan manajemen resiko yang muncul dalam kegiatan industri yang lebih
luas.
Meninjau kembali literatur – literatur yang telah dikenal dan diterapkan
mengenai studi kasus dalam masalah K3 dimana kesempurnaan metoda dan penerapan
yang penuh komitmen dan konsistensi penuh dari semua pihak masih banyak
diharapkan. Kendala – kendala makro seperti costibility dan understanding sering kali
banyak ditemui dilapangan akan tetapi tidak berarti pula bahwa program K3 tidak
berjalan, ini menuntut komitmen dan kesadaran pada masing – masing pihak.
Sebagai logika dasar tentang pentingnya pemahaman K3 dapat diilustrasikan
dengan Historical perspective yaitu “Apabila seorang pembangun membangun
sebuah rumah untuk seseorang dan tidak membuat konstruksi dan rumah yang ia
bangun runtuh akan menyebabkan rumah tersebut rusak dan meninggal pemiliknya,
ternyata pembangun bisa menyebabkan kematian”. Ini artinya bahwa dalam setiap
aktivitas apapun selain perencanaan teknis fisik harus diperhatikan pula aspek –
aspek keamanan yang terkait langsung maupun tidak langsung.
Walaupun hakekat bahaya bersifat labil dan tidak bisa direncanakan akan
tetapi setidaknya dengan program K3 membantu dalam menjamin peminimalisasian
bahaya dan manajemen resiko. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap dinamika
industri.
Tujuan dari penerapan K3 dalam suatu industri adalah :
1. Menerapkan peraturan pemerintah UUD 1945 pasal 27 ayat 2, UU No. 14
Tahun 1969 pasal 9 & 10 Tentang pokok – pokok Ketenagakerjaan, dan UU
No. 1 Tahun 1970 Tentang keselematan kerja
2. Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manjemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintregasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan,
2. dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif(SMK3,pasal 2).
Sebelum tahun 1911, tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak
diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan
bagi pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa kecelakaan itu :
1. Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri.
2. Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan.
3. Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah
membayar (menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan
pekerja.
4. Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan.
Pada tahun 1908 di New York, dilakukan kompensasi pertama bagi pekerja
yang mengalami kecelakaan. Setelah tahun 1911, pekerja mendapat kompensasi
Penyakit Akibat Kerja (PAK). Bila disebabkan terkena panas (atmosphere)
seharusnya panas dalam industri diberi pelindung (safety) dan inilah yang
menghasilkan dasar pemikiran mengenai perkembangan teknologi safety dan sanitasi
industri.
Perkembangan terkini mengenai K3 sebagai integrasi dari ISO 9001 : 2000
(Quality) dan ISO 14001 : 1996 (Enviromental) yang diterapkan diseluruh Negara
didunia adalah dengan munculnya berbagai macam sistem keamanan dan keselamatan
kerja yang disesuaikan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan compatibility dari jenis
dan lingkungan di industri masing – masing Negara tersebut, misalnya :
1. NSC (USA)
2. SAFETY MAP (Australia)
3. SMK3 (Indonesia)
4. British standard 8800 Guide to OH&SMS (Inggris)
5. SGS Yarsley ICS & ISMOL ISA 2000 Requirements for S&HMS (Swiss)
6. National Standard Authority of Ireland (Irlandia)
7. Det Norske Veritas Standard for Certification of OH&SMS (Holland)
8. South African Bureau of Standard (Afrika Selatan)
9. SIRIM QAS Sdn. Bhd. (Malaysia)
3. 10. OHSAS 18001 dsb.
Keselamatan (safety) adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
menghilangkan/ mengontrol resiko yang tidak bisa diterima. Ketidakberterimaan
awalnya berasal dari bahaya,. Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan dan kerugian.
Potensi bahaya dapat berasal dari mesin – mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan
– bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses produksi yang
beresiko akan munculnya bahaya. Faktor – faktor sumber bahaya adalah :
1. Faktor fisik
2. Faktor kimia
3. Faktor biologi
4. Faktor fisiologi
5. Faktor psikologi
Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga
kemungkinan dari akibat dan kemungkinan bahaya tertentu. Sumber – sumber resiko
adalah:
1. Perubahan
2. Produk
3. Kekayaan dan bahan baku
4. Prosedur dan aktivitas proses
5. Teknologi dan peralatan
6. Personel
7. Tempat kerja dan lingkungan
8. Lingkungan alam, keadaan iklim
9. Eksternal/pihak – pihak yang terkait
Keselamatan ini mencakup akan semua aspek, bisa melalui Manusia, Metode,
Mesin (alat), atau Lingkungan. Untuk keselamatan, manusia dibekali dengan
pengetahuan tentang perlengkapan dalam kegiatan kerjanya dengan melalui intruksi
4. kerja aman atau Prosedur standar. Metode yang representative dan compatible juga
mampu mendatangkan keselamatan.
Sedangkan mesin (alat) memerlukan suatu aksesoris khusus dalam menunjang
kerjanya agar mampu beroperasi secara aman tanpa mengurangi fungsi aslinya
dengan sedikit sentuhan teknologi tidak menutup kemungkinan alat penunjang
tersebut dalam keadaan tertentu bisa sangat penting sekali eksistensinya, ini dapat kita
maksudkan dengan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) yang
diselaraskan dengan fungsi dan jenis bahaya yang sudah disarankan penggunaannya
yang efektif . Untuk lingkungan tergantumg pada pengaturan tata letak dan fungsi
dalam manajemen yang efektif dan efisien.
Kesehatan (Health) adalah derajat/tingkat keadaan fisik dan spikologi
individu. Kesehatan ini sangat besar sekali andilnya dalam hal keselamatan dan
kecelakaan kerja. Ini dikaitkan dengan kondisi fisiologis dari manusia, seperti contoh :
1. Ketidakseimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja, antara lain :
• Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan.
• Posisi tubuh yang dapat menyebabkan mudah lemah
• Kepekaan tubuh
• Kepekaan panca indera terhadap bunyi
• Cacat fisik
• Cacat sementara
2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga kerja, antara lain :
• Rasa takut / phobia
• Gangguan emosional
• Sakit jiwa
• Tingkat kecakapan
• Tidak mampu memahami
• Sedikit ide (pendapat)
• Gerakannya lamban
• Ketrampilan kurang.
5. 3. Stres mental, antara lain :
• Emosi berlebihan
• Beban mental berlebihan
• Pendiam dan tertutup
• Problem sesuatu yang tidak dipahami
• Frustasi
• Sakit mental
4. Stres Fisik, antara lain :
• Badan sakit ( tidak sehat badan )
• Beban tugas berlebihan
• Kurang istirahat
• Kelelahan sensori
• Terpapar bahan
• Terpapar panas yang tinggi
• Kekurangan oksigen
• Gerakan terganggu
• Gula darah menurun
Gangguan – gangguan kesehatan akibat reaksi fisikokimia (terbakar, luka,
terkena bahan kimia, dsb.) dalam industri sangat sering kali terjadi dan penyumbang
paling banyak dalam catatan kecelakaan kerja ini menuntut suatu transformasi
teknologi klompementer yang aman dan ramah lingkungan.
Kecelakaan (Accident) adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat
mengakibatkan, luka pada manusia, kerusakan harta benda, kerugian pada proses atau
terjadinya kontak dengan suatu benda atau sumber tenaga yang lebih dari daya tahan
tubuh atau struktur. Kecelakaan ini dibedakan menjadi
1. Lost Time Injure (LTI) yaitu Cidera yang mengakibatkan hilangnya waktu
kerja.
6. 2. Restricted Duties Injure (RDI) yaitu Cidera yang mengakibatkan Kerja
menjadi terbatas.
3. Medical Treatment Injure (MTI) yaitu Cidera yang memerlukan bantuan
petugas kesehatan )
4. First Aid Injure (FAI) yaitu Cidera yang memerlukan P3K
Ini dapat dituangkan dalam suatu piramida mengenai stratifikasi cidera yang
sering muncul dalam kegiatan industri sesuai dengan teori K3 dibawah ini :
• Cacat / cidera serius
• Cidera tanpa cacat
• Kerusakan harta benda
• Insiden tanpa cidera atau kerugian yang tampak
• Teori Frank E. Bird Peterson
Kecelakaan ini semuanya menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan, antara
lain:
1. Kerugian Ekonomis
• Kerusakan bahan dan mesin
– Tangible
– Intangible
• Hari kerja yang hilang
– Hilang pendapatan
– Gangguan usaha
– Gangguan suplay
– Kenaikan premi
– Kontrak buruh/mesin
– Kehilangan keuntungan atas barang jadi
– Biaya pemulihan kepercayaan
• Biaya pengobatan
– Status asuransi
– Asuransi kecelakaan pribadi
7. – Biaya pemulihan
– Biaya tak diasuransikan
2. Kerugian Non Ekonomis
• Penderitaan fisik
– Sakit
– Cidera
– Cacat Permanen
– Efek kesehatan jangka panjang
– Kematian
• Klaim atas kepercayaan
– Kepercayaan atas produk
– Kepercayaan professional
– Kepercayaan pekerja
– Klaim yang timbul akibat hubungan industrial
• Konsekwensi kehilangan
– Hilang waktu
– Hilang kepercayaan
– Hilang kemerdekaan
– Hilang percaya diri
– Gangguan kehidupan
– Perubahan kebahagiaan
• Biaya – biaya yang diasuransikan :
– Perawatan medis
– Ganti rugi
• Biaya yang tidak diasuransikan
– Kerusakan gedung
– Kerusakan peralatan produksi
– Pembelian peralatan P3K
• Biaya lain – lain
– Gaji yang dikeluarkan pada “ waktu hilang “
– Biaya lembur
8. – Waktu penyelidikan kecelakaan
– Citra buruk perusahaan
Teori Gunung Es ( Iceberg)
Kejadian (Incident) adalah peristiwa yang menimbulkan terjadinya suatu
kecelakaan atau berpotensi terhadap terjadinya suatu kecelakaan. Insiden dibedakan
menjadi :
1. Near Miss, yaitu kejadian yang dapat menyebabkan cidera.
2. Kerusakan property, yaitu kejadian ysng dapat menyebabkan kerusakan alat.
3. Kerusakan Lingkungan, yaitu kejadian yang menyebabkan kerusakan pada
lingkungan kerja
Insiden terjadi saat energi yang tidak bisa dikendalikan, menciptakan stress
pada suatu struktur ( barang atau orang ) yang lebih besar daripada yang bisa
ditanggungnya. ( William Haddon ).
Dari 75.000 insiden industri dapat diintregasikan dalam suatu persentase
sebagai berikut
• 98% dari insiden itu bisa dicegah
• 88% darinya diakibatkan tindakan tidak aman yang dilakukan orang.
• 10% darinya akibat kondisi fisik atau mekanis yang berbahaya.
• 2% tidak bisa ditentukan (Herbert Heinrich ):
Metode yang paling bernilai dalam pencegahan kecelakaan adalah analog
dengan metoda yang dibutuhkan untuk pengendalian mutu, biaya, dan kualitas
produksi tidak menitik beratkan berapa santunan yang layak diberikan kepada pekerja
agar kecelakaan dapat dikurangi. (H.W. Heinrich, 1931) ini dikenal dengan teori
domino.
Pengendalian resiko kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan berbagai metoda,
yaitu:
1. Teknis
9. • Eliminasi : penghilangan sumber bahaya
• Subtitusi : mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya
• Isolasi : proses kerja yang berbahaya disendirikan
• Enclosing : mengurung / memagari sumber bahaya
• Ventilasi
• Maintenance
2. Administratif
• Monitoring lingkungan kerja
• Pendidikan dan pelatihan
• Labelling
• Pemeriksaan kesehatan
• Rotasi kerja
• Housekeeping: 5S
• Sanitasi yang bersih, mandi, fasilitas kesehatan.
3. Alat pelindung diri
• Topi pengaman
• Pelindung telinga
• Face shield
• Masker
• Respirator
• Sarung tangan
• Sepatu
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari
memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian,
praktek dan kondisi dibawah standar merupakan gejala penyebab terjadinya suatu
10. kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen.
(Frank E. Bird Peterson) ini dikenal dengan teori manajemen.