Bagaimana meningkatkan penjualan rokok A Mild ditengah serbuan rokok "anak muda" lainnya..?
banyaknya konsep iklan rokok yang tak lagi menampilkan kemachoan pria, menurunkan angka penjualan A Mild..
berbagai kampanye melalui presentasi ini dijelaskan secara detail untuk dapat membantu A Mild kembali meningkatkan penjualannnnya..
1. I. LATAR BELAKANG
Mengeruk keuntungan besar menjadi tujuan utama semua perusahaan, dan pemasaran
menjadi salah satu langkah untuk mencapainya. Selain itu , branding juga menjadi langkah
khusus lainnya.
Branding menjadi semacam "penjual awal" bagi suatu produk kepada konsumen. Merupakan
cara yang paling efisien untuk menjual. Program branding yang berhasil haruslah mengikuti
prinsip ketunggalan (singularity).
Program tersebut harus mencapai persepsi di benak konsumen bahwa tak ada produk lain
yang lebih baik dari produk anda di pasar (Ries, 2000:3).
Terkait dengan pemasaran, rasa ingin tahu akan pemasaran salah satu rokok kretek ber-tar
dan nikotin rendah, Sampoerna A-mild menjadi bahan penelitian yang menarik untuk dikaji.
Sampoerna A-Mild adalah pionir untuk rokok kretek yang rendah tar dan nikotin, sekaligus
merupakan pengiklan rokok yang berbeda dengan iklan rokok lainnya.
Dalam beriklan Sampoerna tidak menggunakan "pria macho dan pemberani", tetapi jargon
"untuk mereka yang berjiwa muda" menjadi perhatian khusus, walaupun perokoknya tidak
hanya pada kaum muda saja, tetapi dari semua usia, dan kalangan.
Buzz word atau permainan kata-kata menarik digunakan untuk mendekatkan produk rokok
pada kawula muda (konsumen).
"Bukan Basa Basi", "How Low Can You Go", lebih musikal dengan tidak meninggalkan
simbol "A" yang menjadi brand icon dalam setiap beriklan dan warna kemasan yang
merupakan ciri khasnya, yaitu garis-garis merah.
A-Mild juga berhasil menjaga stamina untuk tetap hadir dengan iklan-iklan yang
segar, unik, dan kreatif. Selain itu, jika kita lihat tagline rokok Sampoerna yaitu
"Bukan Basa Basi", strategi menggunakan kata-kata tersebut merupakan strategi yang
jitu guna mengingatkan kembali pelanggan akan eksistensi rokok Samperna di tengah
gempuran rokok-rokok lainnya seperti Starmild, Bentoel Mild, dan LA Lights.
2. Sejak awal dilempar ke pasar tahun 1991, A-Mild hadir dengan iklan yang out of the
box, mencoba keluar dari pakem yang ada. Jenis iklannya lebih berat ke animasi
dilengkapi permainan kata-kata yang cerdas dan acap berkesan "menantang", seperti
jargon dari Sampoerna A-Mild, "How Low Can You Go".
Pesan yang hendak disampaikan memang agak menantang: "siapa yang bisa lebih
rendah kadar tar dan nikotinnya." Lalu lahirlah tagline yang masih dipakainya hingga
sekarang ini: "Bukan Basa Basi". Tagline tersebut tebih merupakan ekspresi kreatif
dari usaha untuk mendekatkan diri secara emosional ke target pasar yang jadi bahan
bidikannya.
Sampoerna bukanlah pemain yang cepat puas diri. Meski sudah punya catatan
prestasi mengesankan dibanding pesaingnya, ia tidak ragu mengambil berbagai
langkah besar. Semuanya itu tampaknya ditujukan pada satu hal, "benar-benar
menjadi perusahaan rokok nomor satu di Indonesia".
3. II. MASALAH
Munculnya fatwa (dalam bahasa Arab : nasihat resmi sebuah lembaga) dari Majelis Ulama
Indonesia, peraturan kesehatan dari pemerintah, peraturan merokok harus dilakukan di ruang
tertentu dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) hingga makin
meningkatnya jumlah masyarakat yang sakit dan meninggal akibat rokok putih ini
mengakibatkan turunnya saham perusahaan rokok asal Jawa Timur ini.
Sebelumnya Peraturan Pemerintah RI Nomor 19/ tahun 2003 mengenai bahaya rokok bagi
masyarakat (terutama ayat 2 dan 3) diungkapkan pemerintah.
Namun Sampoerna dan industri rokok lainnya melalui berbagai program marketingnya
menarik konsumen, tetap dapat mempertahankan penjualannya.
Sayangnya munculnya fatwa dari Majelis Ulama Indonesia di tahun 2008, sempat
mengoyangkan kembali saham penjualan A Mild Sampoerna.
Menggunakan PP Nomor 19/ tahun 2003 dan data Pusat Kajian Bioetik dan Perilaku
Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) mengenai adanya 1.127
orang meninggal setiap hari akibat rokok di Indonesia.
http://news.detik.com/read/2009/05/29/173401/1139487/10/kematian-akibat-merokok-
indonesia-tempati-peringkat-ketiga-di-dunia%203/2/11
Fatwa MUI itu sempat mengoyangkan saham penjualan A Mild Sampoerna.
Saham penjualan menurun, pada harga saham tertinggi (high) dari Rp.15.000,- menjadi
Rp.12.000,
(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/HMSP.p
df ----- halaman 2)
4. III. GOAL DAN OBJECTIVES
Tujuan utama (Goal) dari munculnya A Mild yaitu ingin memberikan citarasa berbeda bagi
para penikmat rokok dengan tetap mengikuti kaidah PP Nomor 19/ tahun 2003 mengenai
bahaya rokok bagi masyarakat.
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk melihat rokok kretek telah menjadi budaya sejak
zaman dahulu. Namun untuk tetap dapat menjaga kesehatan masyarakat Indonesia,
A Mild diluncurkan pada tahun 1989.
Alhasil, A Mild menjadi pionir produk rokok kategori rendah tar dan nikotin (Low Tar and
Nicotine, LTLN) pertama di Indonesia, dan Sampoerna ingin terus mempertahankan menjadi
rokok putih terbaik, di tengah banyaknya gempuran industri rokok lainnya.
Sedangkan objectives dari A Mild yaitu dapat meningkat penjualannya di tahun mendatang
setelah sempat gagal di tahun 2008-2009 akibat imbas adanya fatwa larangan merokok dari
MUI.
5. IV. KEY STAKEHOLDERS DAN TARGET PUBLIK
A. KEY STAKEHOLDERS
Menurut Van Riel dan Fombrun (2007), ada lima grup stakeholder, yaitu karyawan,
pelanggan, investor, pemerintah dan masyarakat. Masyarakat seringkali direpresentasikan
oleh aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengidentifikasi diri mereka
dengan isu strategik yang penting.
Dalam meningkatkan penjualan A Mild dengan target kawula muda ada beberapa
stakeholder yang terlibat dalam kampanye, yaitu:
Stakeholder Posisi Analisis
Kementrian Kesehatan Menolak Pendekatan kepada kementerian kesehatan harus
dilakukan karena banyak masyarakat yang
menikmati keuntungan industri rokok. Sekitar 1,25
juta orang berkerja di bawah naungan industri ini.
Racikan rokok A Mild dengan minimnya tar dan
nikotin serta himbauan bahaya rokok yang selalu
diungkapkan Sampoerna dapat menjadi alternatif
pilihan bagi masyarakat untuk tetap
mempertahankan kesehatan mereka.
Kementerian Pemuda dan
Olahraga
Mendukung Dukungan kementrian ini ditunjukkan melalui
banyaknya acara olahraga yang turut di sponsori
oleh A Mild. Seperti liga bulutangkis atau
sepakbola.
Bea Cukai Menolak Bea Cukai sempat menaikkan pajak rokok hingga 10
-15 %.
Pendekatan kepada Bea Cukai harus ditingkatkan
karena A Mild dan industri rokok lainnya
memberikan hampir 62,7 trilliun rupiah (tahun
2011).
Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD)
Menolak Pendekatan pada badan negara ini harus terus
ditingkatkan dengan menghimbau para penikmat
rokok A Mild untuk tidak merokok pada lingkungan
terbuka yang penuh dengan perokok pasif melalui
kampanye atau iklan.
6. Anggota DPR Ragu Keraguan DPR terkait dengan pembatasan pada
industri rokok karena adanya PP no 19/2003 tentang
bahaya rokok namun devisa tinggi diberikan oleh
industri ini.
Media Netral Peranan media penting dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat bahwa rokok memang
berbahaya.
Namun racikan rokok A Mild dengan tar dan nikotin
yang rendah serta himbauan untuk mengurangi
kuantitas dapat dilakukan.
Masyarakat Mendukung Data Fakultas Demografi Universitas Indonesia
mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia
merupakan konsumen terbesar di dunia. Konsumsi
masyarakat untuk rokok juga cukup tinggi.
B. TARGET PUBLIK
Idetifikasi target publik serta komunikasi harus dilakukan dengan seksama agar
tujuan dari A Mild untuk meningkatkan penjualan dapat tercapai.
Geografis A Mild ditujukan untuk seluruh masyarakat terutama kawula
muda di seluruh kota se-Indonesia.
Distribusi penjualan melalui supermarket hingga toko kelontong
pun dilakukan untuk mencapat target publik.
Demografis A Mild berfokus pada masyarakat muda berusia 20 – 35 tahun
dengan tingkat pendidikan dari jenjang SMA hingga S2
Psikografis A Mild juga menyasar kalangan dengan latar belakang pekerjaan
karyawan swasta ,PNS, mahasiswa, pelajar, dan aktivis yang
tertarik dengan banyaknya acara yang disponsorinya.
Behaviour Tujuan A Mild ingin memberikan alternatif bagig para perokok
untuk dapat menikmati tembakau bakar ini.
Racikan kadar nikotan dan tar yang rendah serta himbauan
kuantitas merokok yang tidak berlebihan menjadi kuncinya.
7. V. STRATEGI DAN PROGRAM
A. STRATEGI
Untuk menyampaikan pesan kepada publik dilakukan dengan menggunakan rencana public
relations yang efektif. Menurut Gregory (2004), strategi dalam public relations
bermaknapendekatan keseluruhan untuk suatu program atau kampanye. Strategi adalah faktor
pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama dan pemikiran dibalik program
taktis.
Dengan demikian strategi sangat diperlukan dalam perencanaan program public relations
selain tujuan dan taktik. Yang dimaksud tujuan adalah target yang ditetapkan sebelum
program public relations disusun, sedangkan taktik adalah cara yang dipilih untuk
menjalankan strategi.
Lattimore (2007) mengungkapkan, dalam menyusun rencana kampanye public relations yang
efektif harus disusun strategi yang tepat untuk mencapai tujuan, yaitu menyusun kampanye
media untuk publik, membuat material informasi untuk kampanye, serta menyiapkan
beberapa event sebagai sarana untuk melakukan kampanye public realations.
Agar kampanye dapat berhasil, Cutlip (2006) mengutip pendapat Harold Mendelsen, seorang
social psychologist, yang mengemukakan analisis mengapa kampanye isu dapat sukses, yaitu:
1. Jika kampanye itu direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan publik yang akan
menjadi sasaran kampanye hanya sedikit tertarik atau bahkan tidak tertarik sama sekali
dengan apa yang akan dikomunikasikan dalam kampanye.
2. Jika tujuan jangka menengah dapat dicapai ketika konsekuensi dari pemaparan ditentukan
sebagai sasaran spesifik. Adalah penting untuk membangun atau menggunakan sistem
pendukung untuk membantu agar informasi menjadi efektif dalam mempengaruhi perilaku.
3. Jika setelah sasaran jangka menengah ditentukan, dilakukan pertimbangan yang cermat
untuk menjelaskan target spesifik dari segi atribut demografis dan psikologisnya, gaya
hidupnya, sistem nilai dan keyakinannya, serta kebiasaan media massanya. Dalam hal ini
adalah penting untuk tidak hanya mengetahui seberapa besar ketidakpedulian mereka, tetapi
juga membongkar akar-akarnya.
8. Untuk meningkatkan penjualan A Mild usai fatwa MUI, Sampoerna.Tbk melakukan beberapa
strategi sebagai berikut:
Melakukan sosialisasi proyek A Mild dengan cara konfrensi pers, dialog, pertemuan
dalam suatu forum dan kampanye melalui brosur, poster, stiker dan pin.
Memanfaatkan media cetak, media elektronik (radio dan televisi) dan media online
sebagai sarana sosialisasi rokok putih.
OBJECTIVE STRATEGY
Meningkatkan awareness masyarakat Indonesia
akan A Mild usai fatwa larangan merokok
beredar
Melakukan talkshow di radio dan televisi
Memasang iklan A Mild di televisi
Memasang papan reklame/ poster tentang A
Mild sebagai rokok putih yang tak terlalu
berbahaya
di tempat-tempat keramaian, seperti mal dan
fasilitas umum
Mengelimir tekanan Majelis Ulama Indonesia
tentang larangan merokok
Melakukan dialog dengan MUI
Mengeliminir demonstrasi masyarakat tentang
akan berkurangnya lahan pekerjaan industri
rokok
Melakukan dialog dengan tokoh masyarakat
setempat di seluruh Indonesia.
Meningkatkan sikap anggota DPR dan DPRD
hingga 2/3 anggota dewan mendukung industri
rokok A Mild
Melakukan dialog dengan anggota DPR dan DPRD
bahwa sumbangan industri rokok cukup besar
hingga 62,7 trilliun rupiah (tahun 2011).
9. B. PROGRAM
Melalui strategy yang telah dibentuk A Mild mewujudkannya melalui beberapa program
berikut ini:
1. Melakukan dialog dengan tokoh masyarakat dan MUI
Program Sosialisasi mengenai rokok putih sebagai alternatif bagi para
penikmat rokok
Aim Mengubah pandangan MUI terhadap rokok A Mild
Target Audiences Tokoh masyarakat dan MUI
Endorsers Tokoh masyarakat Jawa Timur (sekitar pabrik rokok
Sampoerna)
Pakar kesehatan
Channel Pertemuan di kantor MUI Jakarta
2. Membuat iklan A Mild dengan lebih kreatif dibanding rokok putih lainnnya
yang mengekor
Program Menciptakan iklan rokok yang mendidik melalui isu-isu
politik dan hukum Indonesia, sehingga mudah diingat
masyarakat
Aim Mengubah pandangan masyarakat terhadap rokok A Mild
usai fatwa larangan merokok oleh MUI
Target Audiences Kawula muda
Masyarakat secara umum
Endorsers Media televisi, radio, dan online
Pesan Menghadirkan iklan unik dengan tidak lagi menggunakan
tagline "pria macho dan pemberani" menjadi inovasi baru
bagi industri rokok.
"Bukan Basa Basi", "How Low Can You Go", menjadi
tagline unik dengan tidak meninggalkan simbol "A" yang
menjadi brand icon dalam setiap beriklan dan warna
kemasan yang merupakan ciri khasnya, yaitu garis-garis
10. merah
3. Pionir acara musik
Program Mendekatkan A Mild pada generasi muda
Aim Memfasilitasi kawula muda yang memiliki kesukaan dalam
bermusik dan memberi tontotan musik yang menarik
Target Audiences Kawula muda
Endorsers Media televisi, radio, dan online
Universitas-universitas
SMA dan SMP se-Indonesia
Pesan Melalui acara musik A-Mild Live Sounderline dan A-
Mild Live Wanted setiap tahunnya, menjadi ajang bagi
para kawula muda untuk beraksi dan menunjukkan
kreatifitas dalam bermusik.
4. Memberikan beasiswa pada pelajar dan mahasiswa melalui Putera Sampoerna
Foundation
Program Mendekatkan A Mild pada generasi muda
Aim Memfasilitasi anak-anak berprestasi namun kurang mampu
Target Audiences Pelajar dan mahasiswa
Endorsers Kementerian Pendidikan
Pihak beberapa sekolah berprestasi
Universitas Negeri seperti UI, ITB, UNPAD, UGM
Media televisi, radio, dan online
Pesan Melalui Putera Sampoerna Foundation, beasiswa diberikan
pada kawula muda yang berprestasi
5. Pionir acara olahraga
Program Mendekatkan A Mild pada generasi muda
Aim Memfasilitasi kawula muda yang memiliki kesukaan dalam
11. olahraga dan memberi tontotan olahraga yang menarik
Target Audiences Pelajar dan mahasiswa
Endorsers Media televisi, radio, dan online
Universitas-universitas
SMA dan SMP se-Indonesia
Pesan Tunjukan kreatif para kawula muda.
12. VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Menerapkan beberapa strategi marketing akhirnya meningkatkan penjualan A Mild di tahun 2009. Fatwa
MUI yang sempat digaungkan pun lama-lama meredam. Hal ini terlihat dari penjualan saham tertinggi HM
Sampoerna yaitu Rp.29.950 (tahun 2010) , lalu Rp.39.650 (tahun 2011) dan Rp.55.900(tahun 2012).
Walaupun banyak industri rokok lainnya yang mengekor dengan mengeluarkan rokok putih, namun citarasa
A Mild tetap menjadi pilihan masyarakat.
Ide-ide kreatif yang tertuang dalam iklan yang memunculkan kawula muda serta isu-isu politik dan hukum
serta sosial di Indonesia makin mendekatkan A Mild dengan target publiknya.
B. SARAN
Untuk dapat memperluas pasar, A Mild dapat membuat racikan dengan tar dan nikotin lebih rendah dari
14mg, sehingga target publik seperti wanita dapat juga mencicipinya.
Adanya media sosial melalui internet juga dapat dijamah untuk mendekat A Mild dengan kawula muda.
Dengan sering memberi informasi mengenai program musik, olahraga atau beasiswa yang sedang diadakan
Sampoerna. Langkah ini akan lebih efektif dan hemat biaya karena saat kawula muda sangat senang
teknologi.
Pendekatan diri dengan para buruh pabrik dengan mulai memperhatikan kesehatan dan pendidikan
keluarga mereka juga dapat meningkatkan loyalitas para pekerja.
13. DAFTAR PUSTAKA
Godin ,Seth. Purple Cow: Transform Your Business by Being Remarkable. USA: Penguin
Group ,2005
Godin ,Seth. Free Prize Inside!: How to Make a Purple Cow. Penguin Putnam, 2006
Gladwell, Malcolm. The Tipping Point: How Little Things Can Make a Big Difference.
Topeka Bindery,2002
Istijanto (2009), “Aplikasi Praktis Riset Pemasaran”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Paul A Argenti (2007), “Corporate Communication” (4th Edition), New York: Mc Graw
Hill
Dictionary of Marketing Term, Jane Imber, Besty-Ann Toffler
Manajemen Pemasaran (Jilid 2)(Edisi 12), Philip Kotler & Levin Lane Keller