Krisis Iklim: perubahan sosial, inovasi dan tata kelola (Climate Crisis: social change, innovation and governance)
1. Krisis Iklim:
perubahan sosial, inovasi dan tata kelola
Farhan Helmy
Thamrin School of Climate Change and Sustainability/
Advanced Systems Computing, Design and Innovation Laboratory
(ASCODI Lab), Green Voice Indonesia
2. OUTLINE PRESENTASI
Memahami Krisis Iklim secara Sistem
Melihat Krisis Iklim sebagai Persoalan Sistem
Dinamika Ruang, Siklus Hidrologis dan Perubahan Iklim
Sains Keterbatasan Planet dan Tiping Points
Kompleksitas pada Level Mikro: Lanskap Fisik dan Institusi
Narasi berbasis Bukti versus Retorik
Tata Kelola Perubahan Iklim: Arsitektur, dan Peran Aktor Negara dan non-Negara
• Konvensi, Arsitektur, Milestone dan Mekanisme
• Kelompok Negosiasi Kepentingan
• Nationally Ditermined Contributions (NDC)
• Kesepakatan Global, Respon Nasional dan Isu Terkait
Tiga Catatan Reflektif untuk Diskusi
Paradigma Kebijakan Publik: Relasi Ekonomi dan Lingkungan
Dilema Kebijakan dan Aksi Kolektif
Inovasi dan Gerakan Sosial berbasis Kerumunan (crowd)
Rujukan yang Disarankan
3. A GREEN "EVANGELIST", A COMMONER, A PODCASTER, A
MEMBER OF CLIMATE REALITY LEADER CORPS, A PROMOTOR
OF SYSTEM THINKING AND COMPLEXITY THEORY, EN-ROADS
CLIMATE AMBASSADOR, A SCIENTIFICALLY-TRAINED
INDEPENDENT PROFESSIONAL OF NATURAL RESOURCE,
ENVIRONMENTAL AND CLIMATE CHANGE POLICY ANALYSIS
AND AN ENTHUSIAST IN PROMOTING SOCIAL INNOVATION
AND MOVEMENT FOR BETTER SOCIETY.
farhanhelmy.carrd.co
5. MELIHAT KRISIS IKLIM SEBAGAI SEBUAH SISTEM
•Antisipasi Efek Samping. Pemikiran sistem bertanya 'apa lagi' yang mungkin
terjadi jika intervensi kita berhasil? Siapa yang akan membayar? Siapa yang
diuntungkan? Apa yang mungkin dirugikan?
•Pembelajaran. Dari simulasi komputer yang menguji skenario kebijakan hingga
permainan bermain peran, alat berpikir sistem dirancang untuk pembelajaran
seumur hidup.
•Amplifikasi Dampak. Bagaimana sebuah organisasi dapat melipatgandakan
anggotanya? Bagaimana teknologi bersih dapat berkembang sesuai skala?
Pemikiran sistem membantu mengidentifikasi umpan balik yang memperkuat
yang mendorong proses tersebut.
•Visi. Dunia apa yang benar-benar ingin Anda lihat, bukan yang menurut Anda
harus Anda terima? Visi adalah tujuan jauh yang menginformasikan tindakan
Anda pada saat peluang di tengah kompleksitas dan perubahan yang cepat.
•Temukan Leverage. Titik leverage (point of leverage) adalah tempat di mana
perubahan kecil menciptakan hasil besar. dari sistem kepercayaan bersama
hingga opsi kebijakan utama, pemikiran sistem membantu Anda fokus di tempat
yang paling berdampak dapat ditemukan.
•Berkolaborasi. Bekerja sama dalam perspektif yang berbeda tidak selalu
mudah. Pemikiran sistem menyediakan alat untuk membangun pemahaman
berbagi dan kolaborasi lintas sektoral yang efektif.
6. DINAMIKA RUANG, SIKLUS HIDROLOGIS & PERUBAHAN IKLIM
• Iklim sebagai suatu sistem merupakan sistem interaktif terdiri dari lima
komponen utama: atmosfer, hidrosfer, cryosphere, permukaan tanah dan
biosfer, yang dipengaruhi oleh berbagai mekanisme eksternal, baik matahari
maupun berbagai aktivitas manusia (antropogenik)
• Atmosfer adalah bagian sistem yang paling tidak stabil dan cepat berubah.
Komposisinya, yang telah berubah seiring evolusi Bumi. Atmosfer bumi terutama
terdiri dari nitrogen (N2, rasio pencampuran volume 78,1%), oksigen (O2, rasio
pencampuran volume 20,9%, dan argon (Ar, rasio pencampuran volume 0,93%).
• Hidrosfer (hydrosphere) adalah komponen yang terdiri dari semua permukaan
cair dan air bawah tanah, baik air tawar, termasuk sungai, danau dan akuifer,
dan air garam dari lautan dan lautan.
• Cryosphere, termasuk lapisan es Greenland dan Antartika, gletser benua dan
ladang salju, es laut, dan permafrost, memperoleh pentingnya sistem iklim dari
reflektivitas tinggi (albedo) untuk radiasi matahari, konduktivitas termal yang
rendah, inersia termal yang besar dan, terutama, perannya yang penting dalam
mendorong sirkulasi air laut dalam.
• Vegetasi dan tanah (soil) di permukaan tanah mengendalikan bagaimana
energi yang diterima dari matahari dikembalikan ke atmosfer.
• Biosfer laut dan darat memiliki dampak besar pada komposisi atmosfer. Biota
mempengaruhi penyerapan dan pelepasan gas rumah kaca. Melalui proses
fotosintesis, baik tanaman laut dan darat (terutama hutan) menyimpan sejumlah
besar karbon dari karbon dioksida.
•
Source: https://www.ipcc.ch/sr15/
8. SAINS KETERBATASAN PLANET & TIPPING POINT – 10 TAHUN KEMUDIAN (2020)
• Proposal Rockstrom dalam #TheGreenRecovery
• Alokasikan 2 Triliun USD untuk mentransformasikan ekonomi dan sosial ke arah green yang
diinvestasikan pada pembangunan rendah emisi karbon, circular economy, rehabilitasi/restorasi
sumberdaya alam dan lingkungan.
• Rumuskan target berdasarkan sains pada skenario kebijakan atau intervensi. Menjaga suhu bumi 1.5
derajat atau dibawahnya dalam periode sampai tahun 2100. Tak ada pilihan lain dalam waktu satu
dekade kedepan (2020-2030) sebelum kita kehilangan momentum membalikkan keadaan.
• Relasi manusia dan alam terus terdegradasi, terjadi diskoneksi dalam kegiatan
ekonomi. Rochstorm walaupun tetap optimis terhadap berbagai upaya dan komitmen
oleh berbagai aktor non-negara, terutama korporasi, tetap menaruh kehati-hatian.
Yang dibutuhkan suatu perubahan sistemik dan masif, terutama terhadap apa
yang sudah diyakinkan oleh sains.(IPCC, https://bit.ly/3mupEfW)
• Pemulihan melalui naratif "build back better" harusnya bukan sekedar naratif politik
karena kebingungan ditengah krisis. Krisis yang sebenarnya sudah bisa diduga dari
waktu ke waktu. Buah dari rezim neoliberalisme yang terus dikembangbiakan dan
dilembagakan sebagai suatu keniscayaan pilihan di bumi ini sejak lebih dari empat
dekade lalu.
• Saat ini, momentum yang tepat untuk memulihkan trust untuk merestorasi relasi alam
dan manusia sebagai dua entitas yang tak terpisahkan. Bukan "trade off" kerangka
pikirnya, tapi pembangunan yang berbasis prinsip-prinsip keberlanjutan, Inklusivitas
dan keadilan. Dan bukan sekedar penyesuaian (adjustment)
https://www.nature.com/articles/d41586-019-03595-0
9.
10. KOMPLEKSITAS PADA LEVEL MIKRO: LANSKAP FISIK & INSTITUSI
• Relasi manusia dan alam terus terdegradasi, terjadi diskoneksi dalam kegiatan
ekonomi. Rochstorm (2020) walaupun tetap optimis terhadap berbagai upaya
dan komitmen oleh berbagai aktor non-negara, terutama korporasi, tetap
menaruh kehati-hatian. Yang dibutuhkan suatu perubahan sistemik dan masif,
terutama terhadap apa yang sudah diyakinkan oleh sains.(IPCC,
https://bit.ly/3mupEfW)
• Lanskap kelembagaan, mencakup aturan dan organisasi yang mengarahkan
dan mempengaruhi dalam pengelolaan sumberdaya termasuk relasi sosial
antara manusia dan sumberdaya alam dan lingkungan di kawasan itu.
Kompleksitas kelembagaan terlihat pada berbagai aras baik antar berabagai
lembaga di tingkat nasional, maupun sub-national (provinsi/kabupaten/ kota).
• Berbagai setting kelembagaan yang kompleks ini seringkali tidak mampu
menjawab persoalan secara komprehensif dan tuntas. Bahkan seringkali
memunculkan persoalsan baru karena pendekatan masing-masing lembaga tidak
berada dalam suatu kesatuan yang koheren yang basisnya ekosistem. Interaksi
ini kedua lanskap ini tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu
sama lain yang seringkali.
• Dinamika interaksinya selalu dibayang-banyangi bukan saja data dan
informasi yang kita miliki tidak memadai, akan tetapi juga dihadapkan pada
keterbatasan pengetahuan akan interaksi antar berbagai faktor yang seringkali
memunculkan akibat yang tak terduga.
•
11. NARATIF BERBASIS BUKTI(EVIDENCE ) VS
RETORIKA: DEFORESTASI
•Konflik berawal persoalan definisi dan metodologi yang
melahirkan suatu diagnosis dan kesimpulan yang berbeda dalam
penyusunan kebijakan public baik kekuatan pendorong baik
tekanan, status, dampak, response (DPSIR)
•Deforestasi yang angka dan lintasannya bisa berbeda seperti yang
ditunjukkan oleh Laporan Status Hutan Indonesia 2018, Forest
Watch Indonesia(FWI) dan berbagai sumber lainnya
•Sejak tahun 1990 kisaran angka deforestasi di kawasan hutan dan
non-hutan berkisar antara 3 juta hingga per periode berada pada
kisaran 0.45 juta Ha yang diukur per periode.
•Hasil analisa FWI sejak tahun 2000 hingga tahun 2017 telah
menunjukkan masih tingginya laju deforestasi. Pada rentang tahun
2000-2009, Indonesia kehilangan hutan alam seluas 1,4 juta
ha/tahun. Pada periode selanjutnya (2009-2013) luasan hutan alam
yang hilang berkurang menjadi 1,1 juta ha/tahun dan kembali naik
pada periode 2013-2017 menjadi 1,4 juta ha/tahun.
Source:DNPI(2010),Indonesia’sGHGAbatementCourseCurve
13. TATAKELOLA PI: KONVENSI, ARSITEKTUR, MILESTONE & MEKANISME (1)
Definisi
1. “Adverse effects of climate change” means changes in the physical environment
or biota resulting from climate change which have significant deleterious effects on the
composition, resilience or productivity of natural and managed ecosystems or on the
operation of socio-economic systems or on human health and welfare.
2. “Climate change” means a change of climate which is attributed directly or
indirectly to human activity that alters the composition of the global atmosphere and
which is in addition to natural climate variability observed over comparable time
periods.
Sasaran:
The ultimate objective of this Convention and any related legal instruments that the
Conference of the Parties may adopt is to achieve, in accordance with the relevant
provisions of the Convention, stabilization of greenhouse gas concentrations in the
atmosphere at a level that would prevent dangerous anthropogenic interference
with the climate system. Such a level should be achieved within a time frame
sufficient to allow ecosystems to adapt naturally to climate change, to ensure that
food production is not threatened and to enable economic development to proceed in
a sustainable manner.
La Franchophonie (2019), Twenty-fifth session of the Conference
of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change: Summary for Policy Makers
14. TATAKELOLA PI: KONVENSI, ARSITEKTUR, MILESTONE & MEKANISME (2)
• Party Driven yang diwakili oleh focal point yang merepresentasikan
masing-masing negara, untuk Indonesia: Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK, 2014- kini), Dewan Nasional Perubahan Iklim
(DNPI, 2008-2014), Kementrian Lingkungan Hidup (KLH, ... -2008)
• Lingkup perundingan: adaptasi, mitigasi dan means of implementation
(teknologi, peningkatan kapasitas dan pendanaan)
• GHG yang diatur: CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, SF6, NF3
• Kelembagaan negosiasi dan operasionalisasi:
• Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) yang menjadi
rujukan sains, dibentuk oleh World Meterorological Organization
(WMO) dan UNEP
• Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA) dan
Subsidiary Body for Implementation (SBI)
• Lembaga lainnya (constituted body)yang dibentuk sesuai dengan
urgensi dan hasil keputusan negosiasi yang lebih operasional , misalnya
Climate Technology Center and Network (CTCN), Green Climate Fund
(GCF)
• Kelompok Negosiasi Kepentingan: state actors (formal dan informal),
non-state actors (sub-national, asosiasi, LSM, etc.)
LaFranchophonie(2019),Twenty-fifthsessionoftheConference
ofthePartiestotheUnitedNationsFrameworkConventiononClimateChange:SummaryforPolicyMakers
15. TATAKELOLA PI: KELOMPOK NEGOSIASI KEPENTINGAN
Aktor Negara (State Actors):
• Formal: African Group of Negotiators40 (AGN), The Group of Small Island
Developing States (SIDS), The Least Developed Countries41 (LDC), The Group
of 77 + China (G-77 + China), The European Union (EU), The Umbrella Group,
The Environmental Integrity
• Informal: The Independent Alliance of Latin America and the Caribbean
(AILAC), The Alliance of Small Island States (AOSIS), The Coalition for
Rainforest Nations, The BASIC group is formed by Brazil, South Africa, India and
China, The Group of Countries of Central Asia and the Caucasus, Albania and
Moldova (CACAM), The Bolivarian Alliance for the Peoples of our America
(ALBA) The Like Minded Group of States (LMDC), The Arab Group. The Climate
Vulnerability Forum
•Aktor non-Negara (Non-State Actors/NSA):
• Komitmen iklim terkuantifikasi oleh lebih dari 6.000 kota dan wilayah dan
1.500 perusahaan di sepuluh negara penghasil emisi utama dunia dapat
mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 1,2-2 GtCO2e per tahun
pada tahun 2030 atau sekitar 4% emisi global saat ini
Photo credit: enb.iisd.org
16. TATAKELOLA PI: NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTIONS (NDC)
• Setiap negara mengajukan komitmennya melalui submisi Nationally
Ditermined Contributions (NDCs) yang diperbaharui setiap lima tahun
mulai tahun 2020 yang akan diinventarisasi melalui global stock take
(2023) untuk menilai kemajuan kolektif dibandingkan dengan tujuan
jangka panjang Paris Agreement.
• Agregat komitmen negara-negara masih jauh dari harapan tujuan
jangka panjang Paris Agreement, perlu aksi yang lebih ambisus dan
progresif yang tidak hanya mengandalkan negara/parties akan tetapi
actor non-negara yang memiliki sekitar 80% sumberdaya yang bisa
dimobilisasi
• Pemerintah Indonesia mensubmisi NDC dengan komitmen penurunan
emisi/Mitigasi: 29% (sumberdaya domestik), 41% (dukungan
internasional) dari BAU 2030. Lima kategori sektor: kehutanan (17.2%),
energi (11%), pertanian (0.32%), industri (0.10%), dan limbah (0.38%).
Adaptasi: peningkatan ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan sumber
penghidupan, serta ketahanan ekosistem dan lansekap selain juga
pengkondisian untuk ketahanan iklim.
Source: La Franchophonie (2019), Twenty-fifth session of the Conference
of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change: Summary for Policy Makers
17. “Acknowledging that climate change is a common concern of
humankind, Parties should, when taking action to address climate change,
respect, promote and consider their respective obligations on human rights, the
right to health, the rights of indigenous peoples, local communities,
migrants, children, persons with disabilities and people in vulnerable
situations and the right to development, as well as gender equality,
empowerment of women and intergenerational equity”.
Paris Agreement, 2015
18. TATAKELOLA PI: KESEPAKATAN GLOBAL & RESPON NASIONAL, ISU TERKAIT
Konfirmasi Sains
•1.5 degree Synthesis Report (IPCC, 2018), Planetary
Boundary (John Rocktrom, et.al, 2009, 2019), Mora
Report on Climate Departure(2013)
Kesepakatan Global:
•Sustainable Development Goals (SDGs, 2015), Paris
Agreement (UNFCCC, 2015), Adis Ababa Action
Agenda (2015), Sendai Framework on Disaster Risk
Reduction (UNDRR, 2015)
Respon Nasional
•Nationally Determined Contribution (NDC), 29% and
41% CO2 emission target, Low Carbon Development
Scenarios (Bappenas, 2018- ..), Means of
Implementation (finance, technology, capacity building)
20. TIGA CATATAN REFLEKTIF UNTUK DISKUSI
• Paradigma Kebijakan Publik. Paradigma yang bersandarkan
pemikiran antroposentik dimana masusi sebagai aktor dominan
telah memeperosokan kita kedalam banyak krisis dan jauh dari
relatis sebenarnya bahwa ekonomi dan ekologi sebagai suatu
kesatuan sistem yang saling bergantung dan mempengaruhi.
• Tata Kelola: Dilema Kebijakan dan Aksi Kolektif. Relasi negara,
pasar, komunitas dalam kerangka kelembagaan dan
pelembagaan tata kelola di semua tingkat tata kelola
(monocentric, polycentric) dan penerjemahan aksi kolektif global
ke nasional dan sub-nasional/lokal dan alur sebaliknya
(intrapolasi, ekstrapolasi)
• Inovasi dan Gerakan Sosial berbasis Kerumunan (crowd). Peran
aktor negara dan pemangku kepentingan utama sangatlah
terbatas tanpa didukung oleh keterlibatan public secara luas
dalam membangun aksi kolektif oleh komitmen dan konsistensi
sikap jangka panjang.
21. CR-1: PARADIGMA KEBIJAKAN PUBLIK: EKONOMI & LINGKUNGAN
Evolusi Pemikiran Ekonomi
• efisiensi, optimalitas dan keberlanjutan
Relasi Ekonomi dan Lingkungan
• Kenneth Boulding, Spaceship Earth (1966)
• Club of Rome, Limited to Growth (1972)
• Paul Erlich, Population Bomb (1986) -> IPAT (Impact =
Population x Affluence x Technology)
• Schumacker, Small is Beautiful (1973)
• Odum, Energy System (2001)
• Murray Bookchin, Localization (1997)
• Hezel Henderson (2006)
Dominasi Pemikiran Neo-Klasik
• Mekanisme pasar
• Mewarnai pengajaran maupun kebijakan public
• Krisis Iklim menunjukan gagalnya berbagai kebijakan yang
diturunkan
Source:Cato,MollyScott(2021),EnvironmentandEconomy,Routledge
22. CR-2: DILEMMA KEBIJAKAN DAN AKSI KOLEKTIF
UN Agencies, International Conventions, Multi-lateral Agreements
Regional Networks and associations
Donor Agencies and Multilateral institutions
National and local Governments
Private sector- business and industry
Universities and Research Institutions
Professional associations
Financial Institutions
NGOs/NPOs and Community Groups
Source:Srinivas(2019),KwanseiGakuenUniversity
LOCAL
GLOBAL
23. CR-3: INOVASI & GERAKAN SOSIAL BERBASIS KERUMUNAN
• Data dan informasi melimpah dari berbagai sumber dan
komunitas nasional dan kredibel tersedia secara luas dan dapat
diakses, termasuk: Global Forest Watch, globalforestwatch.org,
Trase, insights.trase.earth, Google Earth Engine, pasar berbasis
kerumunan, eofactory.ai, Satelit mengabdikan resolusi tinggi
untuk sumber daya alam dan pemantauan lingkungan
(Norwegia, Jepang)
• Pentingnya menjaga keterbukaan platform untuk transparansi
dan akuntabilitas tidak hanya terbatas pada institusi
pemerintah tetapi juga untuk keterlibatan berbagai aktor non-
negara.
• Proof of Concept saat ini sedang melatih untuk skenario
kebijakan inklusif (En-ROADS) dan Demokratisasi Data
(EOfactory)
Source:ESRI,2018
24. CIVIC ENGAGEMENT: AI, CI & AKSI KOLEKTIF
Source: Nesta(2020), The Future Minds and Machines: How Artificial Intelligence Can Enhance Collective Intelligence
25. EN-ROADS SEBAGAI PLATFORM UJI SKENARIO & INKLUSIVITAS PARTISIPASI
•En-ROADS (Energy Rapid Overview and Decision-Support)
adalah model simulasi kebijakan yang transparan dan
tersedia secara gratis dan online untuk memahami krisis iklim
dan solusinya. Model ini dikembangkan oleh Climate
Interactive, Ventana Systems, dan MIT Sloan.
•Didasarkan pada sains terbaikyang ada dan telah dikalibrasi
terhadap berbagai model Integrated Assessment and
Modelling(IAM) yang saat ini dipakai sebagai rujukan yang
kredibel dalam kajian perubahan iklim, dampaknya maupun
berbagai elaborasi kebijakan untuk mengatasinya.
•MIT membuat simulasi yang menarik tentang berbagai
kemungkinan skenario yang dilakukan melalui berbagai
simulasi dari 18 faktor yang berpengaruh secara dinamik
(minyak, batubara, energi terbarukan, nuklir, bangunan,
teknologi, carbon pricing, bioenergy, deforestasi/aforestasi,…)
•Demonstrasi En-ROADS,
https://en-roads.climateinteractive.org/scenario.html?v=2.7.29
climateinteractive.org
27. SUMBER ONLINE
United Nation Framework on Climate Change Convention, https://www.unfccc.int
IPCC Special Report, Global Warming 1.5 degrees, https://www.ipcc.ch/sr15/.
IISD Reporting Service, https://enb.iisd.org
Indonesia Nationally Determined Contributions (NDCs) to UNFCCC,
https://www4.unfccc.int/sites/ndcstaging/PublishedDocuments/Indonesia%20First/First%20NDC%20Indo
nesia_submitted%20to%20UNFCCC%20Set_November%20%202016.pdf