SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  38
Asuhan Keperawatan
HIPERBILIRUBIN
Oleh:
Kelompok 2
Fatin Furoidah (7312002)
Mei VidiaDwi P. (7312020)
Hiperbilirubin
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan,
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum
sehingga menimbulkan joundice pada neonatus
(Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin
serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh
kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus.
(Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Bilirubin tidak terkonjugasi
atau bilirubin indirek
• Tidak larut dalam air
• Berikatan dengan albumin
untuk transport
• Komponen bebas larut
dalam lemak
• Komponen bebas bersifat
toksik untuk otak
Bilirubin terkonjugasi atau
bilirubin direk
• Larut dalam air
• Tidak larut dalam lemak
• Tidak toksik untuk otak
Bilirubin
MetabolismeBilirubin
Klasifikasi Ikterus
Ikterus Patologis
Ikterus Fisiologis
• Timbul pada hari ke dua dan ketiga.
• Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg%
pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg%
untuk neonatus kurang bulan.
• Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak
melebihi 5 mg% perhari.
• Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
• Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologik.
Ikterus Patologik
• Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
• Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada
neonatus kurang bulan.
• Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.
• Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
• Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
• Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
Etiologi
• Produksi yang berlebihan : penyakit
hemolitik inkompabilitas golongan darah
(Rh, ABO antagonis).
• Gangguan dalam proses uptake dan
konjugasi hepar : gangguan fungsi hepar,
tidak terdapat enzim G-6-PD, imaturitas
hepar
• Gangguan transportasi : defisiensi albumin
• Gangguan dalam eksresi : infeksi, kongenital,
obstruksi intra/ ekstra hepar.
Patofisiologi
PNP
Manifestasi Klinik
• Kulit berwarna kuning sampai jingga
• Tampak lemah
• Nafsu makan berkurang
• Reflek hisap kurang
• Urine pekat
• Pembesaran lien dan hati
• Gangguan neurologic
• Feses seperti dempul
• Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit
dan membran mukosa.
Pembagian ikterus menurut metode Kremer
Derajat
Ikterus
Daerah Ikterus Perkiraan kadar
bilirubin
I Daerah Kepala dan
leher
5,0 mg %
II Badan atas 9,0 mg%
III Badan bawah hingga
lutut
11,4 mg%
IV Lengan, kaki bawah 12, 4 mg %
V Telapak tangan dan
kaki
16,0 mg%
Pemeriksaan Penunjang
• Transcutaneous bilirubin (TcB)
• Golongan darah dan ‘Coombs test’
• Darah lengkap dan hapusan darah
• Bilirubin direk
• Pemeriksaan radiology
• Ultrasonografi
• Biopsy hati
Penanganan ikterus berdasarkan serum
bilirubin
Terapi Sinar
• Terapi sinar adalah terapi untuk mengatasi
keadaan hiperbilirubunemia dengan
menggunakan sinar berenergi tinggi yang
mendekati kemampuan maksimal untuk
menyerap bilirubin.
• Sinar biru dengan panjang gelombang 380-
470 nm atau 425-475 nm.
Cara Kerja Terapi Sinar
Dengan menggunakan sinar biru dengan panjang gelombang
380-470 nm atau 425-475 nm, dapat menimbulkan
dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang
sukar larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang larut
dalam air.
Terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin
indirek yang mudah larut dalam plasma dan lebih mudah
diekskresi oleh hati ke dalam saluran empedu.
Isomer dari bilirubin indirek ( 4Z, 15 Z ) akan secara cepat
diubah menjadi senyawa polar yang tidak toksik lagi ( 4Z, 15
E ) yang masuk ke dalam darah dan diekskresi ke empedu
tanpa dikonjugasi terlebih dahulu.
Meningkatnya fotobilirubin di dalam empedu menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus
sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan cepat
meninggalkan usus.
Indikasi penggunaan terapi sinar
• Berat badan lahir yang sangat rendah,
penyakit hemolitik pada neonatus
• Pra transfusi tukar
• Pasca transfusi tukar
Kontra Indikasi
• Pada penderita hiperbilirubin direk yang
disebabkan adanya gangguan hati atau
obstructive jaundice karena pada keadaan ini
biasanya kadar bilirubin tidak terlalu tinggi dan
biasanya menyebabkan bayi ”bronze baby
syndrome”.
• Terapi sinar juga tidak boleh dilakukan pada
pasien dengan gangguan motilitas usus dan
obstruksi usus atau saluran cerna.
Tata Cara Perawatan Bayi dengan
TERAPI SINAR
a.Usahakan agar seluruh tubuh bayi terkena sinar dengan
membuka baju bayi.
b.Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya.
c. Bayi diletakkan 30-35 cm di bawah sinar lampu. Jarak ini
dianggap jarak terbaik untuk mendapat energi optimal
d.Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam
e.Suhu bayi diukur secara berkala tiap 4-6 jam
f. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya
samanya sekali dalam 24 jam
g.Haemoglobin juga diperiksa berkala terutama pada penderita
dengan hemolisis
h.Perhatikan hidrasi bayi, bila perlu konsumsi cairan dinaikkan
i. Catat lamanya terapi sinar
j. Terapi dihentikan jika kadar bilirubin telah normal.
Komplikasi
• Peningkatan insensible water loss pada bayi
• Frekuensi defekasi yang meningkat
• Kelainan kulit yang disebut ‘ flea bite rash’ di
muka, badan dan ekstremitas. Akan hilang jika
terapi dihentikan.
• Beberapa bayi dilaporkan adanya ‘ bronze
baby syndrome’.
• Gangguan retina
• Kenaikan suhu
• Gangguan minum, letargi, iritabilitas
Transfusi Tukar
Penggantian darah sirkulasi neonatus
dengan darah dan donor dengan cara
mengeluarkan darah neonatus dan
memasukkan darah donor secara berulang
dan bergantian melalui suatu prosedur.
Jumlah darah yang diganti sama dengan
yang dikeluarkan. Pergantian darah bisa
mencapai 75-85% dari jumlah darah
neonatus (Surasmi, 2003)
Indikasi Transfusi Tukar
Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum
lebih dari 20 mg% dengan albumin kurang dari 3,5mg%,
misalnya pada inkompatibilitas golongan darah, sepsis,
hepatitis.
Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang
sangat cepat pada hari-hari pertama bayi baru lahir (0,3
– 1 mg%/jam)
Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir)
Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien
hydrops fetalis
Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji
coombs direk yang positif
Pada prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut
harus lebih diperketat
Kontra Indikasi
o Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis :
• Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis
dengan tepat
• Omfalitis
• Omfalokel / Gastroskisis
• Necrotizing Enterocolitis
o Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer :
• Gangguan perdarahan ( Bleeding Diathesis )
• Infeksi pada tempat tusukan
• Aliran pembuluh darah kolateral dari A. Ulnaris /
A.Dorsalis Pedis kurang baik
• Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena
perifer
Darah Donor Untuk Transfusi Tukar
• Darah yang digunakan golongan O.
• Gunakan darah segar (whole blood).
• Pada penyakit hemolitik rhesus, jika darah disiapkan sebelum
persalinan, harus golongan O dengan rhesus (-), crossmatched
terhadap ibu. Bila darah disiapkan setelah kelahiran, dilakukan
juga crossmatched terhadap bayi.
• Pada inkomptabilitas ABO, darah donor harus golongan O, rhesus
(-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya.
• Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah donor tidak
boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched
terhadap ibu.
• Pada hiperbilirubinemia yang nonimun, darah donor ditiping dan
crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasien/bayi.
• Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume
exchange) ---- 160 mL/kgBB, sehingga diperoleh darah baru sekitar
87%.
Macam Transfusi Tukar:
• ‘Double Volume’ artinya dibutuhkan dua kali
volume darah, diharapkan dapat mengganti
kurang lebih 90 % dari sirkulasi darah bayi dan 88
% mengganti Hb bayi.
• ‘Iso Volume’ artinya hanya dibutuhkan sebanyak
volume darah bayi, dapat mengganti 65 % Hb
bayi.
• ‘Partial Exchange’ artinya memberikan cairan
koloid atau kristaloid pada kasus polisitemia atau
darah pada anemia.
Penatalaksanaan
TT
Komplikasi
• Kernikterus
• Gangguan pendengaran dan penglihatan
• Retardasi mental
• Kerusakan neurologis
• Ensefalopati bilirubin
• Kematian.
Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
• Identitas pasien dan keluarga
• Riwayat penyakit saat ini
• Riwayat penyakit terdahulu
• Riwayat penyakit keluarga
• Pemeriksaan fisik (pemeriksaan derajat ikterus,
ikterus terlihat pada sclera, tanda-tanda
penyakit hati kronis, dll)
• Laboratorium
Diagnosa Keperawatan
• Potensial Komplikas: Kern Icterus b/d peningkatan
bilirubin serum efek dari imatur hepar.
• Kerusakan integritas kulit b/d peningkatan kadar bilirubin
indirek dalam darah, ikterus pada sclera leher dan badan.
• Risiko kekurangan volume cairan akibat efek samping
fototerapi b/d pemaparan sinar dengan intensitas tinggi.
• Hipertermi b/d pemajanan lingkungan yang panas (efek
samping fototerapi) .
• Risiko cedera akibat komplikasi tindakan transfusi tukar
b/d peningkatan bilirubin indirek dalam darah yang
bersifat toksik terhadap otak, profil darah abnormal.
• Defisit pengetahuan keluarga mengenai kondisi,
prognosis dan kebutuhan tindakan b/d kurangnya
paparan informasi.
Intervensi
Dx : Potensial Komplikas: Kern Icterus b/d
peningkatan bilirubin serum efek dari imatur
hepar.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tidak terjadi penyakit penyerta /
gangguan yang bersifat permanen.
• Kriteria Hasil :
 Kadar bilirubin dalam batas normal.
 Tidak ada tanda adanya komplikasi.
 Tidak ada gangguan fungsi tubuh lainnya.
Intervensi Rasional
 kenali gejala dini / pencegahan
peningkatan icterus.
 Jika bayi telah terlihat kuning,
lakukan kontak dengan sinar
matahari pagi selama 15- 30 menit
pada pukul 7 – 8 pagi.
 Periksa/ monitor kadar bilirubin
darah.
 Berikan intake cairan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan.
 Laporkan kepada dokter hasil
pemeriksaan bilirubin darah.
 Dengan mengetahui gejalanya,
mampu mencegah tingkat
keparahan icterus.
 Sinar matahari mampu mengubah
bilirubin indirek menjadi direk,
dan dieksresikan dari tubuh.
 Mengetahui kadar bilirubin
normal pada bayi untuk
menentukan jenis penanganan.
 Mencegah terjadinya kekurangan
volume cairan tubuh.
 Memberikan penanganan yang
tepat.
Evaluasi
• Pasien tidak mengalami komplikasi atau penyakit
penyerta setelah dilakukan penanganan icterus.
• Integritas kulit baik/utuh, kerusakan integritas
kulit teratasi.
• Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara,
risiko tinggi kekurangan volume cairan teratasi.
• TTV stabil dalam batas normal.
• Tidak terjadi komplikasi.
• Keluarga memahami bagaimana prosedur
pengobatan yang mendukung proses penyebuhan.
THANK YOU

Contenu connexe

Tendances

Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhf
Dwi Andini
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
gustians
 
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAKHIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
Kindal
 
Askeb pada bayi baru lahir normal
Askeb pada bayi baru lahir normalAskeb pada bayi baru lahir normal
Askeb pada bayi baru lahir normal
MarlenTanamal
 

Tendances (20)

Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorumAsfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhf
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Lp hipospadia
Lp hipospadiaLp hipospadia
Lp hipospadia
 
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAKHIPOGLIKEMIA PADA ANAK
HIPOGLIKEMIA PADA ANAK
 
OBSTRUKSI BILIARIS
OBSTRUKSI BILIARISOBSTRUKSI BILIARIS
OBSTRUKSI BILIARIS
 
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulangPemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
 
Spina bifida
Spina bifidaSpina bifida
Spina bifida
 
Makalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratumMakalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratum
 
Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteri
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
Askep spina bifida
Askep spina bifida Askep spina bifida
Askep spina bifida
 
Prematur
PrematurPrematur
Prematur
 
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)
PPT Asuhan Keperawatan dengan Demam berdarah Duenge (DBD)
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
Askeb pada bayi baru lahir normal
Askeb pada bayi baru lahir normalAskeb pada bayi baru lahir normal
Askeb pada bayi baru lahir normal
 

En vedette

Hiperbilirubin
HiperbilirubinHiperbilirubin
Hiperbilirubin
tiofanni
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
Mas Mawon
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
yudhasetya01
 

En vedette (20)

Hiperbilirubin
HiperbilirubinHiperbilirubin
Hiperbilirubin
 
Mengenali bayi kuning dan penanganannya
Mengenali bayi kuning dan penanganannyaMengenali bayi kuning dan penanganannya
Mengenali bayi kuning dan penanganannya
 
hiperbilirubinemia
hiperbilirubinemiahiperbilirubinemia
hiperbilirubinemia
 
Neonatal jaudice
Neonatal jaudiceNeonatal jaudice
Neonatal jaudice
 
Neonatal jaundice final
Neonatal jaundice  finalNeonatal jaundice  final
Neonatal jaundice final
 
Askep bblr
Askep bblrAskep bblr
Askep bblr
 
ikterik
ikterikikterik
ikterik
 
Neonatus Kuran Bulan dengan Sepsis
Neonatus Kuran Bulan dengan SepsisNeonatus Kuran Bulan dengan Sepsis
Neonatus Kuran Bulan dengan Sepsis
 
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
146195298 case-ikterus-jess-08-27-2
 
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
 
FAKTOR RISIKO KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA NEONATUS DI RUANG TERATAI RUMA...
FAKTOR RISIKO KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA NEONATUS DI RUANG TERATAI RUMA...FAKTOR RISIKO KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA NEONATUS DI RUANG TERATAI RUMA...
FAKTOR RISIKO KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA NEONATUS DI RUANG TERATAI RUMA...
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Winter art 2016
Winter art 2016Winter art 2016
Winter art 2016
 
Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubinMetabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin
 
Gangguan nafas pada bayi baru lahir
Gangguan nafas pada bayi baru lahirGangguan nafas pada bayi baru lahir
Gangguan nafas pada bayi baru lahir
 
Hak dan kewajiban anak
Hak dan kewajiban anakHak dan kewajiban anak
Hak dan kewajiban anak
 
Birth injuries and icterus neonatarum
Birth injuries and icterus neonatarumBirth injuries and icterus neonatarum
Birth injuries and icterus neonatarum
 
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblogkelainan kongenital muskuloskeletalblog
kelainan kongenital muskuloskeletalblog
 
Hyperbilirubinemia
Hyperbilirubinemia Hyperbilirubinemia
Hyperbilirubinemia
 
DDST (tumbuh kembang anak)
DDST (tumbuh kembang anak)DDST (tumbuh kembang anak)
DDST (tumbuh kembang anak)
 

Similaire à Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterusAskep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterus
Mansur Aurel
 

Similaire à Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN (20)

MI-7 hiperbilirubinemia-converted iss.pdf
MI-7 hiperbilirubinemia-converted iss.pdfMI-7 hiperbilirubinemia-converted iss.pdf
MI-7 hiperbilirubinemia-converted iss.pdf
 
9. Emergensi pada Neonatus.pdf
9. Emergensi pada Neonatus.pdf9. Emergensi pada Neonatus.pdf
9. Emergensi pada Neonatus.pdf
 
9. Emergensi pada Neonatus.pdf
9. Emergensi pada Neonatus.pdf9. Emergensi pada Neonatus.pdf
9. Emergensi pada Neonatus.pdf
 
HYPERBILIRUBINEMIA.ppt
HYPERBILIRUBINEMIA.pptHYPERBILIRUBINEMIA.ppt
HYPERBILIRUBINEMIA.ppt
 
Hiperbilirubinemia rafika - p.17420110024
Hiperbilirubinemia   rafika - p.17420110024Hiperbilirubinemia   rafika - p.17420110024
Hiperbilirubinemia rafika - p.17420110024
 
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptxTAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
TAZKIA IBU WULAN PPT HIPERBIL.pptx
 
Ikterus neonatorum
Ikterus neonatorumIkterus neonatorum
Ikterus neonatorum
 
Asuhan neonatus, bayi, dan balita
Asuhan neonatus, bayi, dan balitaAsuhan neonatus, bayi, dan balita
Asuhan neonatus, bayi, dan balita
 
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
16_HYPERBILIRUBIAEMIA.ppt
 
Asuhan kebidanan dengan ikterus
Asuhan kebidanan dengan ikterusAsuhan kebidanan dengan ikterus
Asuhan kebidanan dengan ikterus
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
 
Askep hyperbilirubinemia
Askep hyperbilirubinemiaAskep hyperbilirubinemia
Askep hyperbilirubinemia
 
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubinAsuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
 
Askep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterusAskep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterus
 
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadiasuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
 
Hiperbilirubinemia
HiperbilirubinemiaHiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia
 
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemiKb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
 
Kernikterus
KernikterusKernikterus
Kernikterus
 
Rkik1
Rkik1Rkik1
Rkik1
 

Plus de Fatin Cassie

Asuhan Keperawatan Endometriosis
Asuhan Keperawatan EndometriosisAsuhan Keperawatan Endometriosis
Asuhan Keperawatan Endometriosis
Fatin Cassie
 
The skeletal system
The skeletal systemThe skeletal system
The skeletal system
Fatin Cassie
 

Plus de Fatin Cassie (10)

Asuhan Keperawatan Endometriosis
Asuhan Keperawatan EndometriosisAsuhan Keperawatan Endometriosis
Asuhan Keperawatan Endometriosis
 
Fraktur Humerus
Fraktur HumerusFraktur Humerus
Fraktur Humerus
 
SAP GASTROENTERITIS (DIARE)
SAP GASTROENTERITIS (DIARE)SAP GASTROENTERITIS (DIARE)
SAP GASTROENTERITIS (DIARE)
 
SAP KATARAK
SAP KATARAKSAP KATARAK
SAP KATARAK
 
Hipoglikemia dan Penanganan
Hipoglikemia dan PenangananHipoglikemia dan Penanganan
Hipoglikemia dan Penanganan
 
Talak & Rujuk
Talak & RujukTalak & Rujuk
Talak & Rujuk
 
Sap katarak ready
Sap katarak   readySap katarak   ready
Sap katarak ready
 
Gigantisme, Akromegali, Dwarfisem
Gigantisme, Akromegali, DwarfisemGigantisme, Akromegali, Dwarfisem
Gigantisme, Akromegali, Dwarfisem
 
The skeletal system
The skeletal systemThe skeletal system
The skeletal system
 
Sap flu burung
Sap flu burungSap flu burung
Sap flu burung
 

Dernier

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 

Dernier (20)

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 

Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN

  • 1. Asuhan Keperawatan HIPERBILIRUBIN Oleh: Kelompok 2 Fatin Furoidah (7312002) Mei VidiaDwi P. (7312020)
  • 2. Hiperbilirubin Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan, melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998) Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
  • 3. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek • Tidak larut dalam air • Berikatan dengan albumin untuk transport • Komponen bebas larut dalam lemak • Komponen bebas bersifat toksik untuk otak Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk • Larut dalam air • Tidak larut dalam lemak • Tidak toksik untuk otak Bilirubin
  • 6. Ikterus Fisiologis • Timbul pada hari ke dua dan ketiga. • Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan. • Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari. • Ikterus menghilang pada 10 hari pertama. • Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
  • 7. Ikterus Patologik • Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama. • Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan. • Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari. • Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. • Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%. • Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
  • 8. Etiologi • Produksi yang berlebihan : penyakit hemolitik inkompabilitas golongan darah (Rh, ABO antagonis). • Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar : gangguan fungsi hepar, tidak terdapat enzim G-6-PD, imaturitas hepar • Gangguan transportasi : defisiensi albumin • Gangguan dalam eksresi : infeksi, kongenital, obstruksi intra/ ekstra hepar.
  • 10. Manifestasi Klinik • Kulit berwarna kuning sampai jingga • Tampak lemah • Nafsu makan berkurang • Reflek hisap kurang • Urine pekat • Pembesaran lien dan hati • Gangguan neurologic • Feses seperti dempul • Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
  • 11.
  • 12. Pembagian ikterus menurut metode Kremer Derajat Ikterus Daerah Ikterus Perkiraan kadar bilirubin I Daerah Kepala dan leher 5,0 mg % II Badan atas 9,0 mg% III Badan bawah hingga lutut 11,4 mg% IV Lengan, kaki bawah 12, 4 mg % V Telapak tangan dan kaki 16,0 mg%
  • 13. Pemeriksaan Penunjang • Transcutaneous bilirubin (TcB) • Golongan darah dan ‘Coombs test’ • Darah lengkap dan hapusan darah • Bilirubin direk • Pemeriksaan radiology • Ultrasonografi • Biopsy hati
  • 15. Terapi Sinar • Terapi sinar adalah terapi untuk mengatasi keadaan hiperbilirubunemia dengan menggunakan sinar berenergi tinggi yang mendekati kemampuan maksimal untuk menyerap bilirubin. • Sinar biru dengan panjang gelombang 380- 470 nm atau 425-475 nm.
  • 16. Cara Kerja Terapi Sinar Dengan menggunakan sinar biru dengan panjang gelombang 380-470 nm atau 425-475 nm, dapat menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang sukar larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang larut dalam air. Terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indirek yang mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hati ke dalam saluran empedu. Isomer dari bilirubin indirek ( 4Z, 15 Z ) akan secara cepat diubah menjadi senyawa polar yang tidak toksik lagi ( 4Z, 15 E ) yang masuk ke dalam darah dan diekskresi ke empedu tanpa dikonjugasi terlebih dahulu. Meningkatnya fotobilirubin di dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan cepat meninggalkan usus.
  • 17. Indikasi penggunaan terapi sinar • Berat badan lahir yang sangat rendah, penyakit hemolitik pada neonatus • Pra transfusi tukar • Pasca transfusi tukar
  • 18. Kontra Indikasi • Pada penderita hiperbilirubin direk yang disebabkan adanya gangguan hati atau obstructive jaundice karena pada keadaan ini biasanya kadar bilirubin tidak terlalu tinggi dan biasanya menyebabkan bayi ”bronze baby syndrome”. • Terapi sinar juga tidak boleh dilakukan pada pasien dengan gangguan motilitas usus dan obstruksi usus atau saluran cerna.
  • 19. Tata Cara Perawatan Bayi dengan TERAPI SINAR a.Usahakan agar seluruh tubuh bayi terkena sinar dengan membuka baju bayi. b.Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya. c. Bayi diletakkan 30-35 cm di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak terbaik untuk mendapat energi optimal d.Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam e.Suhu bayi diukur secara berkala tiap 4-6 jam f. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya samanya sekali dalam 24 jam g.Haemoglobin juga diperiksa berkala terutama pada penderita dengan hemolisis h.Perhatikan hidrasi bayi, bila perlu konsumsi cairan dinaikkan i. Catat lamanya terapi sinar j. Terapi dihentikan jika kadar bilirubin telah normal.
  • 20. Komplikasi • Peningkatan insensible water loss pada bayi • Frekuensi defekasi yang meningkat • Kelainan kulit yang disebut ‘ flea bite rash’ di muka, badan dan ekstremitas. Akan hilang jika terapi dihentikan. • Beberapa bayi dilaporkan adanya ‘ bronze baby syndrome’. • Gangguan retina • Kenaikan suhu • Gangguan minum, letargi, iritabilitas
  • 21.
  • 22.
  • 23. Transfusi Tukar Penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dan donor dengan cara mengeluarkan darah neonatus dan memasukkan darah donor secara berulang dan bergantian melalui suatu prosedur. Jumlah darah yang diganti sama dengan yang dikeluarkan. Pergantian darah bisa mencapai 75-85% dari jumlah darah neonatus (Surasmi, 2003)
  • 24.
  • 25. Indikasi Transfusi Tukar Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20 mg% dengan albumin kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas golongan darah, sepsis, hepatitis. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari-hari pertama bayi baru lahir (0,3 – 1 mg%/jam) Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir) Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien hydrops fetalis Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji coombs direk yang positif Pada prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat
  • 26. Kontra Indikasi o Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis : • Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis dengan tepat • Omfalitis • Omfalokel / Gastroskisis • Necrotizing Enterocolitis o Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer : • Gangguan perdarahan ( Bleeding Diathesis ) • Infeksi pada tempat tusukan • Aliran pembuluh darah kolateral dari A. Ulnaris / A.Dorsalis Pedis kurang baik • Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena perifer
  • 27. Darah Donor Untuk Transfusi Tukar • Darah yang digunakan golongan O. • Gunakan darah segar (whole blood). • Pada penyakit hemolitik rhesus, jika darah disiapkan sebelum persalinan, harus golongan O dengan rhesus (-), crossmatched terhadap ibu. Bila darah disiapkan setelah kelahiran, dilakukan juga crossmatched terhadap bayi. • Pada inkomptabilitas ABO, darah donor harus golongan O, rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya. • Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu. • Pada hiperbilirubinemia yang nonimun, darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasien/bayi. • Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mL/kgBB, sehingga diperoleh darah baru sekitar 87%.
  • 28. Macam Transfusi Tukar: • ‘Double Volume’ artinya dibutuhkan dua kali volume darah, diharapkan dapat mengganti kurang lebih 90 % dari sirkulasi darah bayi dan 88 % mengganti Hb bayi. • ‘Iso Volume’ artinya hanya dibutuhkan sebanyak volume darah bayi, dapat mengganti 65 % Hb bayi. • ‘Partial Exchange’ artinya memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus polisitemia atau darah pada anemia.
  • 29.
  • 31. Komplikasi • Kernikterus • Gangguan pendengaran dan penglihatan • Retardasi mental • Kerusakan neurologis • Ensefalopati bilirubin • Kematian.
  • 33. Pengkajian • Identitas pasien dan keluarga • Riwayat penyakit saat ini • Riwayat penyakit terdahulu • Riwayat penyakit keluarga • Pemeriksaan fisik (pemeriksaan derajat ikterus, ikterus terlihat pada sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis, dll) • Laboratorium
  • 34. Diagnosa Keperawatan • Potensial Komplikas: Kern Icterus b/d peningkatan bilirubin serum efek dari imatur hepar. • Kerusakan integritas kulit b/d peningkatan kadar bilirubin indirek dalam darah, ikterus pada sclera leher dan badan. • Risiko kekurangan volume cairan akibat efek samping fototerapi b/d pemaparan sinar dengan intensitas tinggi. • Hipertermi b/d pemajanan lingkungan yang panas (efek samping fototerapi) . • Risiko cedera akibat komplikasi tindakan transfusi tukar b/d peningkatan bilirubin indirek dalam darah yang bersifat toksik terhadap otak, profil darah abnormal. • Defisit pengetahuan keluarga mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan b/d kurangnya paparan informasi.
  • 35. Intervensi Dx : Potensial Komplikas: Kern Icterus b/d peningkatan bilirubin serum efek dari imatur hepar. • Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi penyakit penyerta / gangguan yang bersifat permanen. • Kriteria Hasil :  Kadar bilirubin dalam batas normal.  Tidak ada tanda adanya komplikasi.  Tidak ada gangguan fungsi tubuh lainnya.
  • 36. Intervensi Rasional  kenali gejala dini / pencegahan peningkatan icterus.  Jika bayi telah terlihat kuning, lakukan kontak dengan sinar matahari pagi selama 15- 30 menit pada pukul 7 – 8 pagi.  Periksa/ monitor kadar bilirubin darah.  Berikan intake cairan yang cukup sesuai dengan kebutuhan.  Laporkan kepada dokter hasil pemeriksaan bilirubin darah.  Dengan mengetahui gejalanya, mampu mencegah tingkat keparahan icterus.  Sinar matahari mampu mengubah bilirubin indirek menjadi direk, dan dieksresikan dari tubuh.  Mengetahui kadar bilirubin normal pada bayi untuk menentukan jenis penanganan.  Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.  Memberikan penanganan yang tepat.
  • 37. Evaluasi • Pasien tidak mengalami komplikasi atau penyakit penyerta setelah dilakukan penanganan icterus. • Integritas kulit baik/utuh, kerusakan integritas kulit teratasi. • Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara, risiko tinggi kekurangan volume cairan teratasi. • TTV stabil dalam batas normal. • Tidak terjadi komplikasi. • Keluarga memahami bagaimana prosedur pengobatan yang mendukung proses penyebuhan.