3. Rosulullah SAW bersabda :
“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi
apa yang telah mantap di dalam hatimu dan
dibuktikan kebenarannya dengan amal”.
Iman secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti
menganugrahkan rasa aman dan ketentraman, dan yang kedua
masuk ke dalam suasana aman dan tentram, pengertian pertama
ditunjukkan kepada Tuhan, karena itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-
Makmun, yaitu Maha Memberi keamanan dan ketentraman kepada
manusia melalui agama yang diturunkan lewat Nabi dan Rosul.
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar benar utusan
Allah SWT yang di tugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang
benar agar selamat di dunia dan akhirat
4. • Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba (berita) . Dinamakan Nabi karena
mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang
diberitahu beritanya (lewat wahyu).
• Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna
membimbing atau memberi arahan.
• Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu
namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang
mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya.
• Sebagian ulama menyatakan bahwa definisi ini memiliki kelemahan, karena tidaklah
wahyu disampaikan Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika Nabi tidak
menyampaikan maka termasuk menyembunyikan wahyu Allah. Kelemahan lain dari
definisi ini ditunjukkan dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
• Syaikh Ibn Abdul Wahhab menggunakan definisi ini dalam Ushulutsalatsah dan Kasyfu
Syubhat, begitu pula Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin.
Mari simak lebih lanjut definisi nabi dan rosul!
5. Tugas agung seorang Rosul, tidak lain ialah untukmengajak manusia
beribadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selainNya.
Dakwah kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah merupakan dasar dan jalan
dakwah para rasul seluruhnya,
sebagaimana dikhabarkan Allah dalam firmanNya:
َوتُغاَّالط واُبِنَتْاج َو َهللا ُوادُبْعا ِنَأ ًالوُسَّر ٍةَّمَأ ِلُك يِف َانْثَعَب ْدَقَل َو
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu. [An Nahl:36].
Dalam ayat yang mulia ini, Allah menjelaskan tugas, dasar dakwah dan inti risalah para
rasul. Yaitu mengajak kepada tauhid, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dan
menjauhi segala sesembahan selainNya.
Hal ini juga disebutkan dalam firmanNya:
ُبْعاَف َانَأ آلِإ َهَلِإ آل ُهَّنَأ ِهْيَلِإ ي ِوحُنَّالِإ ٍلوُسَّر نِم َكِلْبَق نِم َانْلَس ْرَأآَم َوُِوند
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya : “Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku”. [Al Anbiyaa’:25].
next
6. “Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan sekelompok orang
banyak, dan nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak bersama seorang pun.” (HR.
Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi juga menyampaikan wahyu kepada umatnya.
Ulama lain menyatakan bahwa ketika Nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu
bukan berarti Nabi tidak boleh menyampaikan wahyu. Wallahu’alam.
Perbedaan yang lebih jelas antara Nabi dan Rasul adalah seorang Rasul mendapatkan
syari’at baru sedangkan Nabi diutus untuk mempertahankan syari’at yang sebelumnya.
7. 1. Makin sempurna imannya.
2. Terdorong untuk menjadikan contoh dalam hidupnya.
3. Terdorong untuk melakukan perilaku sosial yang baik.
4. Memiliki teladan dalam hidupnya.
Firman Allah Swt:
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat
Allah”. (Q.S. al-Ahzāb/33: 21)
5. Mencintai para rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan ajarannya.
Firman Allah Swt.:
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu
dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. Āli Imrān/3: 31)
6. Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah Swt. untuk mengabdi kepada-Nya. Firman Allah Swt.
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. aẓ-
Ẓāriyāt/51: 56)
PENTINGNYA IMAN KEPADA ROSUL
8. Kebutuhan manusia pada para Nabi dan Rasul-Nya adalah sangat primer.
Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan, “Risalah kenabian adalah hal
yang pasti dibutuhkan oleh hamba. Dan hajatnya mereka pada risalah ini
di atas hajat mereka atas segala sesuatu. Risalah adalah ruhnya alam
dunia ini, cahaya dan kehidupan. Lalu bagaimana mau baik alam semesta
ini jika tidak ada ruhnya, tidak ada kehidupannya dan tidak ada
cahayanya.”
PENDAHULUAN
9. Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul (pokok) iman. Oleh karena itu, kita harus
mengetahui bagaimana beriman kepada Nabi dan Rasul dengan pemahaman yang benar. Syaikh
Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul Ushul,
keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya
Perlu diperhatikan bahwa penyebutan empat di sini bukan berarti pembatasan bahwa hanya ada
empat unsur dalam keimanan kepada nabi dan rosul-Nya.
1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang mengingkari – walaupun
satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Kaum Nuh telah
mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu’araa 26:105). Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan nabi Nuh, akan
tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh Rasul.
2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global nama-nama Nabi dan
Rasul yang tidak ketahui. – akan datang penjelasannya –
3. Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.
4. Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi adalah Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk dan berserah diri pada Islam
Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS.
An-NisaA’ 4:65)
10. 1. Memberikan sifat rububiyah atau uluhiyah pada nabi. Ini adalah suatu kesalahan yang
banyak dilakukan manusia. Mereka meminta pertolongan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika telah wafat, menyebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cahaya di atas
cahaya (sebagaimana kita dapat temui dalam sholawat nariyah) dan sebagainya yang itu
merupakan hak milik Allah ta’ala semata. Nabi adalah manusia seperti kita. Mereka juga
merupakan makhluk yang diciptakan Allah ta’ala. Walaupun mereka diberi berbagai
kelebihan dari manusia biasa lainnya, namun mereka tidak berhak disembah ataupun
diagungkan seperti pengagungan pada Allah ta’ala. Mereka dapat dimintai pertolongan dan
berkah ketika masih hidup namun tidak ketika telah wafat.
2. Menyatakan sifat wajib bagi Nabi ada 4, yaitu shidiq, amanah, fatonah dan tabligh. Jika
maksud pensifatan ini untuk melebihkan Nabi di atas manusia lainnya, maka sebaliknya ini
merendahkan Nabi karena memungkinkan Nabi memiliki sifat lain yang buruk. Yang benar
adalah Nabi memiliki semua sifat yang mulia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qolam 68:4) Mustahil
bagi orang yang akan memperbaiki akhlak manusia tapi memiliki akhlak-akhlak yang buruk
dan yang lebih penting lagi, pensifatan ini tidak ada dasarnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Mengatakan bahwa ada nabi perempuan.
Kesalahan-Kesalahan Dalam Keimanan Kepada Nabi dan Rosul
Terdapat berbagai pemahaman yang salah dalam hal keimanan pada Nabi dan Rasul-Nya ‘alaihisholatu wassalam.
Beberapa di antara kesalahan itu adalah: