Nabi dan rasul adalah orang-orang yang menerima wahyu dari Allah. Nabi menerima wahyu tetapi tidak diperintahkan untuk menyampaikannya, sedangkan rasul menerima wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai definisi ini. Jumlah nabi dan rasul tidak diketahui pasti, namun beberapa hadis menyebutkan angka tertentu. Tugas utama nabi dan rasul adalah menyampa
UAS AL HADIS CINDY ARSY LESTARI. SEMESTER I KPI-B FDK UINSU 2020
Agama
1.
2. Definisi Nabi dan Rasul
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka
adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang
diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal
dari kata irsalyang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara
syar‟i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak
diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang
mendapatkan wahyu dalam syari‟at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya
(*). Sebagian ulama menyatakan bahwa definisi ini memiliki kelemahan, karena
tidaklah wahyu disampaikan Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika
Nabi tidak menyampaikan maka termasuk menyembunyikan wahyu Allah.
Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadits dari Nabi shallallahu
„alaihi wa sallam,
(*) Syaikh Ibn Abdul Wahhab menggunakan definisi ini
dalam Ushulutsalatsah dan Kasyfu Syubhat, begitu pula Syaikh Muhammad ibn
Sholeh Al Utsaimin.
“Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan sekelompok
orang banyak, dan nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak bersama seorang
pun.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi juga menyampaikan wahyu kepada umatnya.
Ulama lain menyatakan bahwa ketika Nabi tidak diperintahkan untuk
menyampaikan wahyu bukan berarti Nabi tidak boleh menyampaikan
wahyu. Wallahu‟alam. Perbedaan yang lebih jelas antara Nabi dan Rasul adalah
seorang Rasul mendapatkan syari‟at baru sedangkan Nabi diutus untuk
mempertahankan syari‟at yang sebelumnya.
Bagaimana Beriman Kepada Nabi dan Rasul ?
Ketahuilah saudariku! Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul (pokok)
iman. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana beriman kepada Nabi dan
Rasul dengan pemahaman yang benar. Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin
menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul Ushul, keimanan pada Rasul
terkandung empat unsur di dalamnya (*).
(*) Perlu diperhatikan bahwa penyebutan empat di sini bukan berarti pembatasan
bahwa hanya ada empat unsur dalam keimanan kepada nabi dan rosul-Nya.
1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang
yang mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh
Rasul. Allah ta‟ala berfirman yang artinya, “Kaum Nuh telah mendustakan para
rasul.” (QS. Asy-Syu‟araa 26:105). Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan
3. nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh
Rasul.
2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara
global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui. – akan datang
penjelasannya -
3. Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.
4. Mengamalkan syari‟at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para
nabi adalah Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam yang beliau diutus
untuk seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi
Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk
dan berserah diri pada Islam Sebagaimana dalam firman-Nya yang
artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS.
An-NisaA‟ 4:65)
Jumlah Nabi dan Rasul
Ketahuilah saudariku, jumlah Nabi tidaklah terbatas hanya 25 orang dan jumlah
Rasul juga tidak terbatas 5 yang kita kenal dengan nama Ulul „Azmi. Hal ini
berdasarkan hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada Rasulullah, “Ya
Rasulullah, berapa jumlah rasul?”,
Nabi shallallahu‟alaihiwasallam menjawab, “Tiga ratus belasan orang.” (HR.
Ahmad dishahihkan Syaikh Albani). Dalam riwayat Abu Umamah, Abu Dzar
bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya para nabi?”,
Nabi shallallahu‟alaihiwasallam menjawab,“124.000 dan Rasul itu 315
orang.” Namun terdapat pendapat lain dari sebagian ulama yang menyatakan
bahwa jumlah Nabi dan Rasul tidak dapat kita ketahui. Wallahu‟alam.
Oleh karena itulah, walaupun dalam Al-Qur‟an hanya disebut 25 nabi, maka kita
tetap mengimani secara global adanya Nabi dan Rasul yang tidak dikisahkan dalam
Al-Qur‟an. Allah ta‟ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami
utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami
ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan
kepadamu.” (QS. Al-Mu‟min 40:78). Selain 25 nabi yang telah disebutkan dalam
Al-Qur‟an, terdapat 2 nabi yang disebutkan Nabishalallahu‟alaihiwasalam, yaitu
Syts dan Yuusya‟.
Berkenaan dengan tiga nama yang disebut dalam Al-Qur‟an yaitu Zulkarnain,
Tuba‟ dan Khidir terdapat khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ulama apakah
mereka Nabi atau bukan. Akan tetapi, untuk Zulkarnain dan Tuba‟ maka yang
4. terbaik adalah mengikuti Rasulullah shalallahu‟alaihiwasalam,
Beliau shalallahu‟alaihiwasalam bersabda, “Aku tidak mengetahui Tubba nabi
atau bukan dan aku tidak tahu Zulkarnain nabi atau bukan.” (HR. Hakim
dishohihkan Syaikh Albani dalam Shohih Jami As Soghir). Maka kita
katakanwallahu‟alam. Untuk Khidir, maka dari ayat-ayat yang ada dalam surat Al-
Kahfi, maka seandainya ia bukan Nabi, maka tentu ia tidak ma‟shum dari berbagai
perbuatan yang dilakukan dan Nabi Musa „alaihissalam tidak akan mau mencari
ilmu pada Khidir.Wallahu‟alam.
Tugas Para Rasul ‘alaihissalam
Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syari‟at dari
tiap Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang
sama. Beberapa diantara tugas tersebut adalah:
1. Menyampaikan risalah Allah ta‟ala dan wahyu-Nya.
2. Dakwah kepada Allah subhanahu wa ta‟ala.
3. Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan.
4. Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
5. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
6. Menegakkan hujjah atas manusia.
7. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.
Kesalahan-Kesalahan Dalam Keimanan Kepada Nabi dan Rosul
Terdapat berbagai pemahaman yang salah dalam hal keimanan pada Nabi dan
Rasul-Nya„alaihisholatu wassalam. Beberapa di antara kesalahan itu adalah:
1. Memberikan sifat rububiyah atau uluhiyah pada nabi. Ini adalah suatu kesalahan
yang banyak dilakukan manusia. Mereka meminta pertolongan pada
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam ketika telah wafat, menyebut
Nabi shallallahu „alaihi wa sallamcahaya di atas cahaya (sebagaimana kita
dapat temui dalam sholawat nariyah) dan sebagainya yang itu merupakan hak
milik Allah ta‟ala semata. Nabi adalah manusia seperti kita. Mereka juga
merupakan makhluk yang diciptakan Allah ta‟ala. Walaupun mereka diberi
berbagai kelebihan dari manusia biasa lainnya, namun mereka tidak berhak
disembah ataupun diagungkan seperti pengagungan pada Allah ta‟ala. Mereka
dapat dimintai pertolongan dan berkah ketika masih hidup namun tidak ketika
telah wafat.
5. 2. Menyatakan sifat wajib bagi Nabi ada 4, yaitu shidiq, amanah, fatonah dan
tabligh. Jika maksud pensifatan ini untuk melebihkan Nabi di atas manusia
lainnya, maka sebaliknya ini merendahkan Nabi karena memungkinkan Nabi
memiliki sifat lain yang buruk. Yang benar adalah Nabi memiliki semua sifat
yang mulia. Allah subhanahu wa ta‟ala berfirman, “Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(QS. Al-Qolam 68:4) Mustahil bagi
orang yang akan memperbaiki akhlak manusia tapi memiliki akhlak-akhlak yang
buruk dan yang lebih penting lagi, pensifatan ini tidak ada dasarnya dari Al-
Qur‟an dan As-Sunnah.
3. Mengatakan bahwa ada nabi perempuan.
Kekhususan Bagi Nabi
1. Mendapatkan wahyu.
2. Ma‟shum (terbebas dari kesalahan).
3. Ada pilihan ketika akan meninggal.
4. Nabi dikubur ditempat mereka meninggal.
5. Jasadnya tidak dimakan bumi.
Kebutuhan manusia pada para Nabi dan Rasul-Nya adalah sangat primer. Syaikhul
Islam Ibn Taimiyah mengatakan, “Risalah kenabian adalah hal yang pasti
dibutuhkan oleh hamba. Dan hajatnya mereka pada risalah ini di atas hajat
mereka atas segala sesuatu. Risalah adalah ruhnya alam dunia ini, cahaya dan
kehidupan. Lalu bagaimana mau baik alam semesta ini jika tidak ada ruhnya,
tidak ada kehidupannya dan tidak ada cahayanya.”
Demikianlah saudariku. Kita mengetahui kebutuhan hamba akan risalah yang
disampaikan oleh Rasul-Nya sangatlah besar. Karena tidaklah seorang hamba
dapat melaksanakan ibadah yang dicintai dan diridhoi oleh Allah ta‟ala kecuali
dengan pengajaran Rasulullahshallallahu „alaihi wa sallam. Dan dengan diutusnya
para Rasul ini, kita mengetahui bahwa Allah menyayangi dan memberi
pertolongan pada hambanya. Oleh karena itulah kita wajib bersyukur dengan
nikmat yang besar ini. Wallahu „alam.
6. BAB II
A.Pengertian akhlak
Diterjemah dari kitab Is‟af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil
Akhlaq.Akhlak adalah sifat-sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia
sebagai gambaran batin yang bersifat maknawi dan rohani.Dimana dengan
gambaran itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat segala sesuatu tampak dihari
kiamat nanti.
Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau dihubungkan dengan
manusia,kata khuluk lawan kata dari kholq.
Perilaku dan tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan
akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku manusia terhadap manusia lain,perilaku
manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia terhadap lingkungan hidup.
Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-
hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-
Qur‟an dan Hadist serta berlaku universal.
B.Macam-macam akhlak terpuji
Akhlakul karimah(sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya adalah
husnuzzan,gigih,berinisiatif,rela berkorban,tata karma terhadap makhluk
Allah,adil,ridho,amal shaleh,sabar,tawakal,qona‟ah,bijaksana,percaya diri,dan
masih banyak lagi.
Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive
thinking.Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya berprasangka
buruk ataup negative thinking.
Gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni
percaya akan hasil positif dalam segala usaha.
Berinisiatif adalah perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti mampu
berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan sikap terburu-
buru bertindak kedalam situasi sulit,bertindak dengan kesadaran sendiri tanpa
7. menunggu perintah,dan selalu menggunakan nalar ketika bertindak di dalam
berbagai situasi guna kepentingan masyarakat.
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu atau
demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud atau dilandasi niat dan tujuan
yang baik.
Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT ini sangat dianjurkan kepada
makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran Allah kepada kaumnya.
Adil dalam bahasa arab dikelompokkan menjadi dua yaitu kata al-„adl dan al-
„idl.Al-„adl adalah keadilan yang ukurannya didasarkan kalbu atau rasio,sedangkan
al-„idl adalah keadilan yang dapat diukur secara fisik dan dapat dirasakan oleh
pancaindera seperti hitungan atau timbangan.
Ridho adalah suka,rela,dan senang.Konsep ridho kepada Allah mengajarkan
manusia untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri
kita.
Amal Shaleh adalah perbuatan lahir maupun batin yang berakibat pada hal positif
atau bermanfaat.
Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan
sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau
menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
Qona‟ah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari
sifat ketidakpuasan atau kekurangan..
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara
hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi,baik itu
terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.
Percaya diri adalah keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan
postur tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan.
1). Akhlak kepada Pencipta
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah
Taubat.Taubat secara bahasa berarti kembali pada kebenaran.Secara istilah adalah
meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak baik,salah atau dosa dengan penuh
8. penyesalan dan berniat serta berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang
serupa.Dengan kata lain,taubat mengandung arti kembali kepada sikap,perbuatan
atau pendirian yang baik dan benar serta menyesali perbuatan dosa yang sudah
terlanjur dikerjakan.
# Menurut Ibnu Katsir
Taubat adalah Tobat adalah menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan menyesali
atas dosa yang pernah dilakukan pada masa lalu serta yakin tidak akan melakukan
kesalahan yang sama pada masa mendatang.
# Menurut A.Jurjani
Tobat adalah kembali pada Allah dengan melepaskan segala keterikatan hati dari
perbuatan dosa dan melaksanakan segala kewajiban kepada Tuhan.
# Menurut Hamka
Tobat adalah kembali ke jalan yang benar setelah menempuh jalan yang sangat
sesat dan tidak tentu ujungnya.
2. Akhlak terhadap Sesama
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas berbicara
masalah kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan hidup untuk
kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi
masalah hidup.Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun
kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya.Kehidupan adalah saling
berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak
terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan ataupun
norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami
apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk
lainnya.
Dalam aklak terhadap sesama dibedakan mnjadi dua macam :
3. Akhlak kepada sesama muslim.
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru
besar umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata rasululah yang
di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah
9. akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang mempunyai nilai ibadah setelah
menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi realitas social yang
membentuk hadirnya karakter seseorang untuk menggapai sebuah
keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka kewajiban kita
juga harus menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih tua,menyayangi
yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan cirri-ciri akhlak
yang baik dan terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak terpuji antar sesame
muslim adalah menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain
disekitar kita tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi ketika kita berbicara
hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman dihadapan teman-teman yang
lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan bahkan diharamkan dalam islam.
@ Akhlak kepada sesama non muslim
Akhlak antara sesama non muslim,inipun diajarkan dalam agama karena siapapun
mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai
kemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan
memvonis siapa serta keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah
mumpung ada waktu untuk perubahan diri.Karena hal ini tidak terlepas dari etika
social sebagai makhluk yang hidup social.Berbicara masalah keyakinan adalah
persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bias dicampur
adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain,apalagi masalah keyakinan
yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan social karena dalam
kehidupan ada namanya etika social.Berbicara masalah etika social adalah tidak
terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lain-
lain.Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan
mereka,ketika upacara keagamaan sedang berlangsung ,mereka hidup dalam
minoritas sekalipun.Memberi bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi
membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam kehidupan non muslim.
@ Kesimpulan Akhlak Kepada Sesama
Setelah menelaah dan memahami akhlak kepada sesama sebagai kesimpulannya
adalah sesungguhnya dalam kehidupan,kita tidak terlepas dari apa yang sudak ada
dalam diri kita sebagai manusia termasuk salah satunya adalah akhlak.Karena
akhlak adalah salah satu predikat tang disandang oleh manusia akhlak akan
berjalan setelah manusia itu sendiri berada dalam alam social.Baik dan buruknya
akhlak kepada sesama tergantung dari orang menjalani hidup,apakah membentuk
karakternya dengan akal atau dengan hati karena keduanya adalah sumber.Jadi
kesimpulan akhlak antar sesama yaitu sangat dianjurkan selama apa yang
dilakukan punya nilai ibadah .
10. Dengan demikian orang yang berakal dan beriman wajib untuk mengerahkan
segala kemampuannya untuk meluruskan akhlaknya dan berperilaku dengan
perilaku yang dicintai Allah SWT.Serta melaksanakan maksud dan tujuan dari
terutusnya baginda Rasullulah SAW yang bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan Akhlak”
Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa: kesempurnaan akhlak yang hanya untuk
itu Rasullulah diutus,merupakan ukuran baik dan tidaknya seseorang baik di dunia
ini atau di akhirat nanti.Oleh karena itu wajib bagi setiap kaum muslimin agar budi
pekertinya.Baik kepada dirinya,keluarga,dan orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya.
3). ADIL
Pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil juga berarti
tidak berat sebelah,tidak memihak.Dengan demikian berbuat adil adalah
memerlukan hak dan kewajiban secara seimbang tidak memihak dan tidak
merugikan pihak manapun.Sebagai contoh seseorang yang adil akan melaksanakan
tugas sesuai fungsi dan kedudukannya,menghukum orang yang bersalah
melakukan tindak pidana,membarikan hak orang lain sesuai dengan haknya tanpa
mengurngi sedikitpun.
Firman Allah di dalam Al-Qur‟an yang mamarintahkan berbuat adil antara lain:
Al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 8
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Berlaku adil harus diterapkan kapada siapa saja tanpa membedakan suku,agama
atau status sosial.Bahkab perlaku adil diterapkan kepada keluarga dan kerabat
sendiri.Sebagaimana firman Allah berikut ini
Al-Qur’an surat An-nisa Ayat 135
Artinya:
11. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa
dan kaum kerabatmu. Jika ia[361] kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan.
Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada hambanya yang beriman
supaya menjadi orang yang benar-benar menegakkan keadilan ditengah
masyarakat.Berani menjadi saksi akrena Allah,walaupun yang menjadi tergugat
dan terdakwa adalah diri sendiri,orang tua dan kerabat.
Oleh karena itu hukum harus diterapkan secara adil kepada semua
masyarakat,karena sekali ada pihak yang merasa dizalimi dengan cara
diperlakukan secara tidak adil,maka akan menimbulkan gejolak.Firman Allah lain
tentang dali terdapat dalam surat An Nahl ayat 90
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku ADIL dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
daoat mengambil pelajaran.
4). RIDHO
Ridho menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut istilah ridha artinya
menerima dengan senang hati segala sesuatu yang diberikan Allah SWT.Yakni
berupa ketentuan yang telah ditetapkan baik berupa nikmat maupun saat terkena
musibah.Orang yang mempunyai sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah
menyesal ataupan menggerutu atas kehidupan yang diberikan olaeh Allah,tidak iri
hati atas kelebihan orang lain,sebab dia berkeyakinan bahwa semua berasal dari
Allah SWT,manusia hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa usaha
namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak dibenarkan dalam agama islam.
Firman Allah dalam Al-qur‟an surat A-baqarah ayat 153
12. Artinya:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu
Bagaimanakah caranya agar seseorang bisa memunculkan rasa ridho ketika
menerima kenyataan pahit yang tidak dikehendaki?Caranya yang paling jitu adalah
dengan menyadari bahwa Allah SWT maha adil dan bijaksana dalam setiap
ketetapan dan keputusannya.hendaklah seseorang yakin bahwa Allah tidak pernah
salah dalam memutuskan suatu hal.
Sebenarnya sikap ridho adalah perasan hati yang senantiasa merasa bahagia ketika
menerima takdir baik apapun.Melalui sikap ridho seseorang akan mudah bersabar
menghadapi berbagai macam cobaan.
Ridho mencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang.Orang yangtelah
menempati tingkatan ridho tidak akan mudah tergoncang apapun yang
dihadapinya.Baginya apapun yang terjadi dialam ini merupakan kodrat atau
kekuasaan dan irodat kehendak Allah.Segalanya harus diterima dengan rasa tenang
danikhlas karena hal tersebut adalah pilihan Allah SWT yang berarti pilihan
terbaik.
5). AMAL SHALIH
Amal berasal dari bahasa arab yang terbantuk masdar yaitu ya’mal yang
artinya segala pekerjaan atau perbuatan.Sedangkan shalih artimya bagus.Amal
shalih berarti segala perbuatan/pekerjaan yang bagus yang berguna bagi
pribadi,keluarga,masyarakat dan manusia secara keseluruhan.Kebalikan dari amal
shalih adalah amalan sayyi‟an atau amal jelek yaitu perbuatan yang mendatangkan
madhorot,baik bagi pelaku maupun orang lain.
Secara garis besar amal shalih dapat dibagi dua macam:
1. Amal shalih yang bersifat vertikal,dalam hal ini diwujudkan dalam
bentuk ibadah ritual kepada Allah SWT
2. Amal shalih ag bersifat horisontal yakni segala bentuk aktivitas sosial
kemasyarakatan,bentuk politik yang diniati untuk bekal kehidupan alam akhirat.
Islam merupakan agama yang sama sekali tidak membadakan nilai ibadah yang
terkandung dalam amal shalih yang barsifat vertikal maupum horisontal.Karena
islam menghendaki umatnya menjadi penganut agama yang memiliki kedua
keshalihan tersebut yaitu keshalihan individual setelah menunaikan amal shalih
13. vertikal dan sekaligus manjadi anggota masyarakat yang memiliki keshalihan
sosial setelah melakukan amal shalih horisontal.
Perintah Allah agar kita mangerjakan amal shalih terdapat dalam Ai-Qur‟an anara
lain:
Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 82
خبل دون آ ف يهب هم ال ج نة أ صحبة أ ول ئك ال صبل حبت وعم لىا م نىا وال ذي ه
Artinya:
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga;
mereka kekal di dalamnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-
hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah
Akhlakul karimah(sifat-sifat terpuji) ini banyak macamnya,diantaranya adalah
husnuzzan,gigih,berinisiatif,rela berkorban,tata karma terhadap makhluk
Allah,adil,ridho,amal shaleh,sabar,tawakal,qona‟ah,bijaksana,percaya diri,dan
masih banyak lagi.
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah
Taubat