Pacaran menurut Islam dianggap haram karena dapat memicu perzinaan. Meskipun beberapa ulama berpendapat bahwa pacaran dapat digunakan untuk saling mengenal calon pasangan, namun sebagian besar ulama sepakat bahwa pacaran membahayakan karena dapat mengarah pada pelanggaran moral dan dosa.
2. Alasan Judul
Mengapa saya memilih judul tentang PACARAN karena
ini sangat penting untuk kalangan anak muda zaman
sekarang.Karena pacaran zaman sekarang sudah
sangat luar biyasa bukan hanya pacaran saja tetapi
menuju ke hal2 yang tidak baek kita lakukan di usia yg
sangat belia ini,seharusnya pacaran yang baik tidak di
bumbui dengan hal yang berbau dengan seks.Karena
zaman sekarang kalau tidak mengenal seks tidak
gaul,tapii menurut saya gaul bukan seperti itu.
Jadi hal ini sangat penting untuk dibahas secara
mendalam agar kaum muda sekarang mengerti pacaran
yang baik seperti apa,dan hal2 apa saja yg tidak boleh
dilakukan dalam hal pacaran.Dan bagi kaum wanita
tidak mudahnya memberi mahkota suci kita kepadam
kau pria yang tidak bertanggung jawab.Jagalah
mahkota suci kita dengan baik,kita boleh memberi
mahkota suci kita kalau kita dah sah sebagai istri dari
suami kita kelak.
3. MATERI
Pacaran adalah kekasih atau teman lawan jenis
yang tetap memiliki hubungan berdasarkan cinta kasih.
Berpacaran adalah bercintaan, berkasih-kasihan.
Memacari adalah mengencani, menjadikan ia sebagai
pacar.Kata pacar sendiri berasal dari nama sejenis
tanaman hias yang cepat layu dan mudah disemaikan
kembali. Tanaman ini tidak bernialai ekonomis
(murahan) sehingga tidak diperjual belikan. Hal ini
sebagai simbol bahwa pacaran adalah perilaku yang
tidak bernilai. Jika suatu waktu puas dengan pacarnya,
maka ia akan mudah beralih pada pacarnya yang baru.
Pacaran sendiri dapat diartikan ajang saling
mengenal agar mengetahui karakter masing-masing.
Kenyataanya justru bukanya saling mengenal, tapi
upaya melampiaskan nafsu birahi.
4. MATERI :
PACARAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
Rumusan Masalah :
Pacaran Menurut Hadist.
Pacaran Menurut Al-Qur‟an
Pacaran Menurut Ulama
“PACARAN MENURUT ISLAM”
5. RUMUSAN MASALAH
Pacaran Menurut Hadist
Kebanyakan ulama sepakat menetapkan bahwa dari
segi sanad (periwayatan), derajat hadits yang paling tinggi
(paling shahih) adalah yang dimuat di Shahih Bukhari dan
sekaligus Shahih Muslim. (Peringkat kedua adalah yang
dimuat di Shahih Bukhari, tetapi tidak dimuat di Shahih
Muslim. Peringkat ketiga adalah yang dimuat di Shahih
Muslim, tetapi tidak dimuat di Shahih Bukhari.)
Jadi, keshahihan hadits tersebut amat sangat meyakinkan
dan tidak meragukan sama sekali.
Lantas, apakah dengan shahihnya hadits
tersebut, engkau boleh berduaan dengan pacarmu sebebas-
bebasnya? Tidak! Imam Bukhari mengatakan secara tersirat
(dari judul bab yang memuat hadits tersebut) bahwa berduaan
itu boleh dengan syarat “di dekat orang-orang”.
6. Jadi, kalau engkau berduaan dengan pacarmu (atau pun
lawan-jenis non-muhrim lainnya), pastikanlah bahwa kalian
berada dalam keadaan terawasi (di dekat orang lain). Adapun
ketika kita melihat seseorang berduaan dengan pacarnya (atau
pun lawan-jenis non-muhrim lainnya), seharusnya di antara kita
ada yang mengawasi mereka supaya mereka tidak berzina.
Jangan malah pura-pura tak tahu atau pun melarang mereka
berduaan!
Di Simpulkan: Kita boleh berduaan dengan non-
muhrim bila terawasi, yaitu dalam keadaan yang
manakala terlihat tanda-tanda zina, yang „kecil‟
sekalipun, akan ada orang lain yang menaruh perhatian
dan cenderung mencegah terjadinya zina.
7. Pacaran Menurut Al-Qur‟an
"Diriwayatkan daripada Abu Hurairah (ra) katanya: Nabi
saw bersabda: Allah SWT telah mencatat bahwa anak Adam
cenderung terhadap perbuatan zina. Keinginan tersebut tidak
dapat dielakkan lagi, dimana dia akan melakukan zina mata
dalam bentuk pandanga, zina mulut dalam bentuk
pertuturan, zina perasaan yaitu bercita-cita dan berkeinginan
mendapatkannya hingga kemaluan ikut memastikan perzinaan
itu." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad)
Akibat zina (perasaan) cinta ini, maka banyak muncul
perilaku yang telah dihasut syetan, malah menjadi kebanggaan
tersendiri dalam masyarakat. Perilaku ikhtilah dan khalwat
(berdua-duaan) menjadi hal yang lumrah. Perilaku ini dalam
masyarakat dinamakan pacaran. Masalah cinta yang
manusiawi menjadi tameng dan melenakan para wanita.
Padahal, 'cinta'nya para pria, tentu saja lebih dari sekedar
cinta yang diinginkan para wanita yang berpacaran.
8. Menjadi hal yang klasik, munculnya budaya pacaran
yang sesungguhnya bukan pacaran melainkan perzinaan
yang disebutkan dalam hadist di atas. Jika pacaran yang
disebutkan awalnya untuk saling mengenal, berubah
menjadi ajang pelampiasan nafsu bagi masing-masing
insan manusia yang tentunya sudah digoda syetan.
Hal ini yang membuat pacaran tidak murni lagi.
Islam, tidak menganjurkan pacaran, melainkan ta'aruf
yang dapat menjaga izzah (nilai) masing-masing insan
manusia hingga terjaga dari godaan syetan, mulai dari
taraf perkenalan hingga di ijab qabul dalam pernikahan.
InsyaAllah terlepas dari godaan syetan yang maha
dahsyat itu.
9. Pacaran Menurut Ulama
Adapun manusia masa kini menganggapnya halal dengan
berbagai dalih dan alasan, misalnya: untuk saling mengenal
kepribadian atau untuk penjajakan dan lainnya. Itu sih menurut
manusia awam. Kepada kita yang mengetahui keharamannya, maka
hendaklah kita menasihati anak, isteri, keluarga dan saudara-saudari
kita dalam Islam agar menjauhi perkara yang merusak ini.
TTM adalah awalnya, kemudian berlanjut kepada pacaran,
kemudian berlanjut lagi kepada tunangan, jika berjalan baik dan
mulus, kemungkinan akan terjadi perkawinan, namun jika berjalan
buruk atau mungkin sudah bosan atau terjadi perselingkuhan, maka
hubungan itu pun akan putus. Maka dapatlah kita hitung berapa
besar dosa zina yang terjadi selama 3 periode itu.
Sudah sepantasnyalah jika seluruh ulama mengatakan TTM, pacaran
dan tunangan adalah HARAM.
Ketiga perbuatan itu tidak pernah ada pada zaman Nabi, tidak
pernah pula diajarkan, bahkan sudah diharamkan sejak zaman Nabi.
10. KESIMPULAN
Dari sudut bahasa sudah nampak bahwa pacaran adalah
hubungan cinta kasih antara lawan jenis diluar nikah, tidak
bernilai dan mengandung unsur-unsur yang membahayakan
masa depan kedua pasangan tersebut. Baik dunia maupun
akhirat.
Menurut Ulama‟ hukum pacaran adalah haram namun,
ada tiga pendapat atau padangan yang bertolak belakang
mengenai pacaran, yakni pacaran suatu keharusan (wajib)
pacaran sebagai sunnah (mandub) dan pacaran sebagai
suatu yang haram (mahrum).
Pacaran dalam pandangan islam adalah hubungan intim
tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah
cinta diantara keduanya akan berakhir dengan sikap saling
membenci dan bermusuhan, karena kalau keduanya telah
merasakan kenikmatan dan cinta rasa tidak boleh tidak akan
timbul keinginan lain yang tidak di peroleh sebelumnya.