SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  80
PENGANTAR ILMU
POLITIK
Oleh : Muh. Firyal Akbar, S.IP,M.Si
DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata Kuliah ini memberikan
penjelasan mengenai dasar-dasar
ilmu politik, perkembangan ilmu
politik, hingga hal-hal urgent yang
berkaitan dengan Ilmu Politik
 Melalui Mata Kuliah PIP ini
mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan dinamika tentang dasar-
dasar ilmu politik serta
perkembangannya.
BAGIAN 1: Politik Sebagail Ilmu
Ilmu : Pengetahuan yang tersusun sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, dapat diperiksa dan ditelaah
dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya,
syarat-syarat ilmu harus memiliki obyek, terminologi,
metodelogi, filosofis dan teori yang khas
Pengetahuan : Sesuatu yang didapatkan sejak lahir, dapat
dikenali (identfy), dapat diterangkan (explain), dapat dilukiskan
(describe), dapat diperkirakan (predict), dapat dianalisis
(diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi suatu
ilmu (science)
SETIAP ILMU SUDAH PASTI
PENGETAHUAN TETAPI SETIAP
PENGETAHUAN BELUM TENTU ILMU
UNTUK MENJADI SEBUAH ILMU,
PENGETAHUAN HARUS MEMILIKI OBYEK
MATERIAL,(Subyect Matter) MAUPUN
OBYEK FORMAL,(Focus of Interset)
KAJIAN POKOK
PENGETAHUAN
ONTOLOGI
EPISTEMO
LOGI
AKSIOLOG
I
Epistemologi,
berbicara
bagaimana sesuatu
itu datang dan
bagaimana kita
mengetahuinya.
Secara sederhana
epistemologi berarti
bagaimana suatu
ilmu dibangun.
Aksiologi adalah
penerapan
pengetahuan, jadi
dibahas mulai dari
klasifikasinya,
kemudian dengan
melihat tujuan
pengetahuan itu
sendiri, akhirnya
dilihat
ONTOLOGI ILMU
POLITIK
Miriam Budiardjo menyebutkan
sekurang-kurangnya ada 5 obyek ontologis
ilmu politik, yaitu:
1. Negara (state)
2. Kekuasaan (power)
3. Pengambilan keputusan (decision-
making)
4. Kebijaksanaan umum (public policy)
5. Pembagian (distribution)
EPISTEMOLOGI
ILMU POLITIK
Dalam ilmu politik,
epistemologi ilmu ini
diterjemahkan ke dalam
konsep, Pendekatan, Teori,
serta Paradigma dari
kajian politik itu sendiri
AKSIOLOGI
ILMU POLITIK
Dalam ilmu politik,
Aksiologi ilmu ini seperti
lahirnya pembahasan
mengenai sistem poltik,
Partai Politik, Sistem
Pemilu, Demokrasi,
Lembaga Negara dll.
Kesimpulan : Politik
adalah suatu cabang
Ilmu Pengetahuan yang
berdiri sendiri.
Walaupun begitu Politik
juga dapat dilihat
BAGIAN 2: Pendefinisian Politik
Politik secara Etimologi : “Politik” dalam bahasa Arab
disebut Siyasyah (Siasat), Dalam Bahasa Inggris disebut
Politics. Asal kata Politik berasal dari “POLIS” yang berarti
negara Kota.
POLITIK : Ruang lingkup Negara, Menyelidiki Negara,
sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat. Selain itu juga menyelidiki Lembaga
Politik, ide-ide, Azas-azas, sejarah pembentukan
Negara
Definisi Ilmu Politik Para Pakar
Roger H. Soltau (1950) : Political science, Then, is going to be study
of the state, its aims and purposes, the instructions by which those
are going to be realized, its realition with its individual members
and with other states, and also what men have thought, side and
written about all these questions.
Robert A. Dahl (1978) : Political science is, of course, the study of
politics, one might better say, it is the systematic study of
politics, that is an attempt by systematic analysis to discover in
the confusing tangle of spesific detail what ever principles may
exist of wide and more general significance.
Johan K. Bluntschli (1933) : Political science : “The
science which is concerned with the state, which endeavor
to understand and comprehend the state in its conditions,
in its essentials nature, in various forms or manifestations
its development”.
Metodelogi Ilmu Politik
 Metode Induksi
 Metode Deduksi
 Metode Dialektis
 Metode Filosofis
 Metode Perbandingan
 Metode Sejarah
 Metode Fungsional
 Metode Sistematis
 Metode hukum
 Metode Sinkretis
BAGIAN 3: Obyek dan Posisi Ilmu
Politik
Hubungan Ilmu-Ilmu Kenegaraan
NEGARA
ILMU ADM.
NEGARA :
Focus Pelayanan
ILMU
PEMERINTAHAN
:
Focus Gejala
Pemerintahan
ILMU HUKUM
TATA NEGARA :
Focus Peraturan
ILMU NEGARA :
Focus Konstitusi
ILMU POLITIK :
Focus Kekuasaan
Obyek Materia dan Forma Ilmu-
ilmu Kenegaraan
NO Nama Disiplin Ilmu
Pengetahuan
Objek Materia Objek Forma
1. Ilmu Politik Negara Kekuasaan, Partai Politik, Group
Penekan, Kepentingan Masyarakat
2. Ilmu Pemerintahan Negara Hubungan Pemerintahan, Gejala-
gejala Pemerintahan, Peristiwa
Pemerintahan
3. Ilmu Negara Negara Konstitusi,tumbuh kembang Negara,
Lahir dan tenggelamnya Negara
4. Ilmu Hukum Tata
Negara
Negara Hukum, Peraturan Perundang-
undangan, Kontitusi dan Konvensi
5. Ilmu Adm. Negara Negara Pelayanan, Organisasi Pemerintahan,
dan Manajemen Pemerintahan
Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu
Kenegaraan
 Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu
Negara
Kesamaannya mempunyai objek materi yang
sama yakni Negara. Perbedaan ilmu politik dengan
Ilmu Negara ialah dari segi pendekatannya (Technical
Aproach)
Ilmu Politik cenderung :Pendekatan Kekuasaan,
Pendekatan Empirik
Ilmu Negara Cenderung :Pendekatan Hukum,
Pendekatan Organisasional, Pendekatan Struktural
 Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu
Administrasi Negara
Kesamaannya mempunyai objek materi yang
sama yakni Negara. Sudut Pandang Ilmu Politik lebih
kepada kekuasaan. Sudut pandang Ilmu Adm. Negara
lebih kepada masalah pelayanan, organisasi, hingga
manajemen Pemerintahan
Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu
Pemerintahan
Kesamaannya mempunyai objek materi
yang sama yakni Negara. Sudut Pandang Ilmu
Politik lebih kepada kekuasaan, Pembuatan
Kebijakan. Sudut pandang Ilmu Pemerintahan
lebih kepada Pelaksana atau eksekutor kebijakan
atau program yang mempunyai wewenang.
 Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu
Hukum Tata Negara
Sudut Pandang Ilmu Hukum Tata Negara
melihat aturan-aturan atau kaidah-kaidah, dalil-dalil
hukum yang berkaitan dengan Lembaga-lembaga
Negara. Sudut pandang Ilmu Politik melihat
penggunaan kekuasaan oleh para elite dalam
menyelesaikan permasalahan hukum
BAGIAN 4: Obyek Materil dan Formal Ilmu
Politik
Obyek Materia Ilmu
Politik
Hakekat Negara :
 Lahir karena adanya keinginan untuk bersama
 Dibutuhkan untuk menciptakan Keteraturan
 Memiliki Kekuatan Hukum dalam rangka proses
penyelenggaraan Pemerintahan
Definisi Negara :
 Plato dalam Bukunya Politea : Negara adalah Keinginan
Kerjasama antara manusia dalam rangka memenuhi
kepentingan bersama. Kesatuan yang ada dalam satu Negara
kemudian disebut Masyarakat, kemudian terjadi proses difusi
dan terjadi interaksi, dan melahirkan sistem sosial
kemasyarakatan
Definisi Negara Menurut Para
Ahli
Socrates : Negara adalah organisasi yang mengatur
hubungan orang-orang dalam suatu kota atau polis
Thomas Hobbes : Negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh
orang banyak beramai-ramai, masin-masing berjanji akan
memakainya menjadi alat untuk keamanan dan perlindungan
bagi Negara
Mirriam Budiardjo : Negara adalah suatu daerah teritorial
yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat yang
berhasil menuntut warganya untuk taat pada peraturan
perundang-undangan melalui penguasaan monopolistis
dari kekuasaan yang sah
Robert Mac Iver : Negara adalah gabungan antara suatu
sistem Kelembagaan dengan organisasinya sendiri.
Aristoteles : Negara adalah Persekutuan dari Keluarga dan
Desa guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya
Teori-Teori Timbulnya Negara :
 Teori Kenyataan
 Teori Ketuhanan
 Teori Perjanjian
 Teori Penaklukan
 Teori kekuatan
 Teori Patrilineal
 Teori Matrilineal
 Teori Organis
 Teori Daluwarsa
 Teori Alamiah
 Teori Filosofis
 Teori Historis
Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan
Bentuk Negara :
 Bentuk Negara Kerajaan : dipimpin oleh
seorang Raja (kaisar), atau Ratu (Maharani),
Jalannya roda Pemerintahan diserahkan pada
Perdana Menteri yang Mengepalai Kabinet
 Bentuk Negara Republik : dipimpin oleh
seorang Presiden. Dipilih orang badan tertentu
secara Konstitutif, atau legislatif, atau dipilih
langsung oleh rakyat di pemilihan umum.
Presiden sebagai Kepala Negara juga sebagai
Kepala Pemerintahan
SISTEM PEMERINTAHAN :
 Sistem Pemerintahan Presidensial
 Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
 Menteri bertanggung jawab kepada Presiden
 Eksekutif tidak dapat membubarkan Parlemen
 Parlemen diperlukan dalam rangka pengawasan
terhadap jalannya Pemerintahan
 Presiden terpilih langsung oleh pemilih
 Memiliki prinsip Pemisahan Kekuasaan (Separate
of power)
Sistem Pemerintahan Parlementer
 Menteri-menteri bertanggung jawab kepada
Parlemenn
 Menteri diangkat oleh parlemen dan dapat
diberhentikan oleh Parlemen
 Perdana Menteri dan para menteri terpilih atas
dukungan suara mayoritas parlemen
 Parlemen dapat memberhentikan PM dan para
menterinya melalui voting suara terbanyak anggota
Parlemen
 Menganut prinsip pembagian kekuasaan (Division
Of Power)
Obyek Formal Ilmu
Politik
Hakekat Kekuasaan :
 Merupakan Kesempatan seseorang atau sekelompok orang
untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya
sendiri
 Kemampuan untuk mempengaruhi orang atau pihak lain agar
dapat mengikuti kemauannya
 Untuk Konteks Negara Kekuasaan ialah menguasai
masyarakat dengan otoritas dan kewenangan yang dimilikinya
yang sudah terlegitimasi oleh kontitusi
Sumber Kekuasaan :
 Coercive Power
 Legitimate power
 Expert Power
 Reward Power
 Reverent Power
 Connecting Power
 Information Power
Obyek Formal Ilmu
Politik
Lembaga Kekuasaan :
 Eksekutif
 Legislatif
 Yudikatif
 Konstitutif
 Inspektif
 Konsultatif
BAGIAN 5: Pemikir Politik
Plato dan Aristoteles : Negara yang baik adalah yang
sesuai dengan aturan yang berasal dari Tuhan, jika hal
itu ada maka Negara tersebut telah dapat dikategorikan
Negara Ideal
PEMIKIR YUNANI
PEMIKIR EROPA
JJ. Rousseau : Karya besarnya adalah hal-hal yang
menyangkut tentang Demokrasi dan persamaan hak
individu dalam sebuah Negara.
PEMIKIR EROPA
Thomas Hobbes : Pemerintah dibutuhkan dalam
rangka keteraturan dalam bermasyarakat, yang
memiliki wewenang dan legitimasi untuk berkuasa.
F. Hegel : Terkenal dengan pernyataannya (The
March of God in the world) bahwa Negara terkadang
menganggap dirinya sebagai gerakan Tuhan di muka
bumi
Nicolo Machiavelli : Menganggap bahwa yang paling
penting dalam sebuah Pemerintahan adalah
kekuasaan.
Montesquieu : Terkenal dengan konsep Trias Politica
dalam sebuah Negara
PEMIKIR ISLAM
Ibnu Khaldun : Dalam bukunya yang berjudul Al
Muqaddimah, ia menganggap bahwa sebuah
kekuasaan kerajaan atau dinasti akan bertahan jika
didukung oleh solidaritas yang kuat.
Taqiyuddin An Nabani : gagasannya tentang
penolakan Demokratisasi dalam Negara, sampai ia
tidak menganjurkan Pemilihan Umum
Hasan Al Banna : adalah penggagas Ikhwanul
Muslimin yang beranggapan bahwa semua
mempunyai hak untuk berpartai politik namun tetap
sesuai dengan ajaran Al qur’an dan Hadits.
PEMIKIR CHINA
Shang Yang : Pendapatnya bahwa dalam Negara
ada dua subyek yakni yang memerintah dan yang
diperintah, bila satunya kuat maka yang satunya
lemah, dia menganggap bahwa Negara harus kuat
agar dapat mengatur rakyatnya.
Kong Hu Cu : Ajarannya yang terkenal ialah tentang
takdir Kenegaraan “Tsyuun tsyuun,,tsy’en, fu fu, tze
tze” (Hendaklah raja tetap raja, hamba tetap budak,
ayah tetap ayah, anak tetap anak), ia juga
menganggap bahwa aparat pemerintahan Negara
hendaknya menjalankan Negara dengan menjaga
susila kesopanan.
BAGIAN 6: Unsur-unsur Negara
Secara Umum Pemerintahan merupakan organisasi dari
orang maupun badan yang mempunyai kewenangan dan
sudah terlegitimasi oleh Konstitusi untuk menjalankan
kebijakan dan program-program yang telah ditetapkan demi
kemaslahatan rakyat.
1. PEMERINTAHAN
2. Wilayah
Wilayah adalah Lokasi atau arena tertentu dengan
segala kandungan potensi wilayah dan semua
kekuatan yang dapat dimanfaatkan
Rakyat adalah salah satu syarat adanya sutu Negara,
dimana rakyat merupakan keseluruhan orang-orang yang
berada dalam negeri maupun di luar negeri dan mempunyai
hak pilih atau belum memiliki hak pilih karena persyaratan
tertentu.
3. Rakyat
4. Pengakuan
Pengakuan yang dimaksud adalah pengakuan dari dalam
Negeri sendiri dan dari luar negeri. Pengakuan dalam
negeri ialah kesediaan dan kerelaan warganegara dan
pemerintah daerah untuk diperintah oleh pemeerintah
pusat yang sah. Pengakuan luar negeri ialah kesediaan
negara lain secara de facto dan de jure mengakui
kemerdekaan bangsa tersebut
BAGIAN 7: Partai Politik
Partai politik
Definisi Partai politik (1)
 Partai Politik merupakan suatu prasyarat atau
kelengkapan suatu Negara. Dalam sebuah Negara
diperlukan partai politik yang bebas baik dalam program-
programnya maupun kader-kadernya
 Partai politik merupakan sekelompok orang yang
terorganisir yang bertujuan untuk merebut atau
mempertahankan kekuasaan politik di dalam masyarakat
melalui Pemilu.
Definisi Partai politik (2)
Definisi Operasional
“Asosiasi sekelompok warga negara yang memiliki pandangan
dan kepentingan yang kurang lebih sama, bertujuan merebut
kekuasaan dan mempengaruhi kebijakan, serta ikut serta
dalam pemilihan umum untuk memperjuangkan pandangan,
kepentingan dan tujuan tersebut”
Definisi Undang-undang
“Organisasi politik, yang dibentuk oleh sekelompok Warga
Negara Indonesia, secara sukarela, atas dasar persamaan
kehendak dan cita-cita, untuk memperjuangkan kepentingan
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, melalui pemilihan
umum”
Fungsi Partai politik
(1)
Sarana komunikasi politik.
Partai politik sebagai perantara keinginan masyarakat dan kebijakan
pemerintah. Partai politik sebagai wadah penampung aspirasi,
ataupun artikulasi kepentingan masyarakat yang kemudian dirapatkan
melalui agregasi kepentingan
Sarana Sosialisasi politik.
Partai Politik merupakan kelompok yang terorganisasi yang memiliki
ideologi partai, cita-cita yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk
program-program. Hal tersebut kemudian ditawarkan kepada para mereka
(Konstituent) agar dapat ikut bergabung dalam rangka kepentingan
personal secara khusus dan kepentingan Nasional secara umum
Fungsi Partai politik
(2)
Sarana Rekruitmen politik
Menarik dan mengambil tenaga potensial untuk dijadikan
kader politik untuk kemudian dijadikan pemimpin.
Sarana Pengatur Konflik
Partai politik ikut memecahkan berbagai masalah yang ada
di dalam masyarakat (penengah pemerintah dan rakyat).
Partai politik berperan dalam menjembatani berbagai
konflik kepentingan yang ada dalam masyarakat
Sistem Kepartaian Berdasarkan Jumlah
Partai (1)
Sistem Partai Tunggal :
 Ciri :Hanya ada satu partai di Negara tersebut, biasanya partai otoriter,
totaliter dan dominant.
 Partai Totaliter : Partai yang menguasai seluruh aspek kehidupan
masyarakat
 Partai Tunggal : Di Negara tersebut tidak boleh ada partai lain (Partai
mutlak)
 Partai Dominan : Dimungkinkan ada partai namun harus tunduk pada
partai dominan
Sistem Dwi Partai :
 Ciri : Ada dua partai dominan yang saling bertarung
dalam memperebutkan kekuasaan dalam Pemilu. Partai
berkuasa (Partai pemenang) dan partai Oposisi (Partai
yang kalah)
Sistem Multi Partai :
Ciri : Memiliki jumlah Partai dua atau lebih yang
dominan yang saling bersaing dalam proses pemilihan
umum. Hal ini dikarenakan karena paham demokratisasi
yang dianut oleh suatu Negara atau keragaman budaya
atau pluralisme yang ada pada Negara Tersebut. Pada
umumnya setelah pemilihan umum ada beberapa partai
yang melakukan koalisi antar beberapa partai yang berada
dalam Pemerintahan maupun yang ada di luar
Pemerintahan.
Sistem Kepartaian Berdasarkan Jumlah
Partai (2)
Beberapa pakar politik yang konsen dalam kajian politik
mengungkapkan bahwa ada pergeseran nilai yang terjadi
baik pada aktor politik maupun eksistensi partai politik itu
sendiri dimana fungsi parpol sudah tidak dilaksanakan
dengan baik, hal ini dapat diidentifikasi dikarenakan hal-hal
berikut :
Fenomena Partai Politik Kekinian (1)
 Dalam tubuh Parpol saat ini cenderung mengalir deras
semangat pragmatisme politik dan oppurtunisme
 Masih adanya kesadaran yang keliru bahwa partai
adalah kesatuan orang dengan segala kepentingannya
dan kepentingan elite yang dominan dimutlakkan
Fenomena Partai Politik Kekinian (2)
 Partai Politik kurang mempunyai ketegasan dalam hal
ideologi. Dengan kurangnya penanaman ideologi
terhadap kader-kadernya partai menjadi akumulasi
kepentingan politik yang tidak mempunyai platform yang
jelas
 Secara empiris Partai Politik cenderung hanya
berkamuflase dalam hal peremajaan partai politik,
contohnya dalam sistem kaderisasi, masih banyak aktor-
aktor lama yang bermain, sehingga menghambat
kemajuan bagi para kader muda.
BAGIAN 8: Partisipasi Politik dan
Pemilihan Umum (Pemilu)
DEFINISI PARTISIPASI > PARTSIPASI POLITIK
(1)
 Partisipasi berasal dari Bhs. Inggris “Participation”,
yang berarti Pengambil bagian, pengikutsertaan
(John,M, Echols,Hasan Shadily)
 Partisipasi yakni ikut terlibat dalam bentuk
penyampaian saran, pendapat, keterampilan, bahan
dan jasa ( Fasli Jalal)
 Partsisipasi Politik adalah kegiatan warga Negara
yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan
politik
DEFINISI PARTISIPASI > PARTSIPASI POLITIK
(2)
 Partisipasi politik adalah aktivitas pribadi-pribadi
warga Negara untuk mempengaruhi pembuatan
pemerintah ( Samuel P. Huntington dan Joan M.
Nelson)
 Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela
(Voluntary) dari warga masyarakat melalui cara mereka
mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa
dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukan kebijaksanaan umum
 Partisipasi politik merupakan salah satu
aspek penting dalam sebuah Demokrasi
 Hakikat partisipasi politik adalah bagian
dari hak-hak asasi manusia, yaitu hak-hak
komunikasi
 Partisipasi politik dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu visi Penguasa (Pemerintah) dan
visi warga Negara.
 dari visi Pemerintah partisipasi politik
mengandung makna sebagai pengakuan
dan penghargaan terhadap masyarakat
 Dari sudut pandang warga Negara
bahwa partisipasi politik sebagai
pengakuan dan dukungan terhadap Negara
HAKIKAT
PARTISIPASI
POLITIK
Pola Partisipasi Politik, Gabriel, L.
Almond (1)
 POLA KONVENSIONAL : Pola yang lazim ditemui :
 Pemberian suara
 Diskusi Politik
 Kegiatan Kampanye
 Bergabung dengan Kelompok Kepentingan
 Bergabung dengan Partai Politik
 Berkomunikasi secara individual dengan pejabat politik
maupun administratif
Pola Partisipasi Politik, Gabriel, L.
Almond (2)
 POLA NON- KONVENSIONAL : Pola yang tidak
umum dan yang tidak lazim ditemui :
 Pengajuan Petisi
 Demonstrasi
 Konfrontasi
 Mogok
 Tindak Kekerasan
 Makar
 Revolusi
Pola Partisipasi Politik, Samuel P.
Huntington dan James Nelson
 PARTISIPASI POLITIK OTONOM
Partisipasi politik yang dilaksanakan tanpa
paksaan dan berdasarkan kemauan partisipan secara
mandiri. Partisipan berpartisipasi secara sukarela tanpa
ada yang menggerakkan atau memaksa.
PARTISIPASI POLITIK MOBILISASI
Partisipasi yang digerakkan oleh pihak-pihak di
luar partisipan. Partisipan melaksanakan partisipasinya
tidak berdasarkan kemauan dan aspirasinya sendiri
Bentuk-bentuk Partisipasi
Politik
 PARTISIPASI VERTIKAL
Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi
tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian
dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan antara
masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut,
atau klien
PARTISIPASI HORIZONTAL
Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai
prakarsa untuk berpartisipasi antara satu dengan yang
lainnya.
Tipologi Partisipasi
Politik
 PARTISIPASI AKTIF
Partisipasiaktif, yaitu partsipasi yang berorientasi pada
proses input dan output. Artinya setiap warga Negara secara
aktif mengajukan usul mengenai kebijakan publik yang
berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan
perbaikan untuk meluruskan kebijakan umum, memilih
pemimpin pemerintah dan lain-lain.
PARTISIPASI PASIF
Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi
hanya pada output, dalam arti hanya menaati peraturan
pemerintah, menerima dan melaksanakan setiap kepuusan
pemerintah
 Golput
Golongan Putih atau kelompok apatis karena
menganggap sistem politik yang ada telah menyimpang dari
sesuatu yang dicita-citakan.
Definisi dan Tujuan
Pemilu
 Definisi PEMILU
Kegiatan menghimpun suara rakyat untuk
menentukan atau mengisi jabatan-jabatan politik, baik
dalam badan eksekutif, maupun legislatif.
 Tujuan PEMILU
1. Menegakkan prinsip kedaulatan rakyat
2. Menciptakan revresentative Government
3. Membangun Legitimasi Kekuasaan
Pemilu dan Referendum
 Kegiatan yang sejenis dengan Pemilu
adalah referendum
 Referendum adalah kegiatan yang
diadakan dalam rangka untuk mengetahui
pendapat rakyat mengenai atau isu
kebijakan politik tertentu. Suara yang
terangkum dalam referendum kemudian
dijadikan bahan perumusan kebijakan
pemerintah
Syarat PEMILU yang
demokratis (1)
 Diadakan secara berkala
 Diikuti oleh lebih dari satu kontestan
 Ada pengakuan terhadap prinsip hak
suara yang universal
 Ada Komite atau panitia Pemilu yang
independen
 Ada kebebasan untuk mengetahui dan
mendiskusikan pilihan
Syarat PEMILU yang
Demokratis (2)
 Ada kebebasan untuk menentukan pilihan
disertai dengan terjaminnya kerahasian pilihan
itu
 Ada kebebasan untuk membentuk Partai
politik atau kontestan pemilu serta untuk
menentukan dan menyeleksi calon yang akan
dipilih
 Ada peluang kompetisi yang sehat bagi
setiap kontestan
 Ada perhitungan secara faktual, jujur, dan
transparan.
SISTEM PEMILIHAN UMUM
(1) Sistem Distrik
Sistem distrik adalah wilayah Negara di bagi dalam distrik-distrik pemilihan
(daerah-daerah pemilihan).
 Setiap Distrik memilih satu wakil
 Pemenang suara terbanyak memenangkan suara itu
 Suara minoritas hilang
 Kelebihan Sistem Distrik
 Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi yang
diperebutkan hanya satu.
 Distrik merupakan daerah kecil karena itu wakil yang dipilihnya dapat
dikenali dengan baik oleh komunitasnya.
 Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di
Parlemen
 Kelemahan Sistem Distrik
 Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di
partai, hal ini menyebabkan partai besar lebih berkuasa
 Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara
terbuang
 Wakil rakyat terpilih cenderung memperhatikan kepentingan daerahnya
daripada kepentingan nasional.
SISTEM PEMILIHAN UMUM
(2)
 Sistem Proporsional
Sistem Proporsional adalah sistem yang melihat pada jumlah
penduduk yang merupakan peserta pemilih.
 Para wakil yang terpilih adalah mereka yang mendapatkan suara
mayoritas yang telah ditentukan berdasarkan jumlah penduduk.
 Kelebihan sistem Proporsional
 Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara
partai sama dengan persentase kursinya di parlemen
 Setiap suara dihitung dan tidak ada yang terbuang. Hingga
partai kecil dan minoritas memiliki kesempatan untuk mengirimkan
wakilnya di parlemen.
 Kelemahan Sistem Proporsional
 Sistem proporsional tidak akan mendukung integrasi partai
politik
 Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya tapi lebih dekat
dengan partainya
ASAS PEMILIHAN UMUM
 Langsung
 Umum
 Bebas
 Rahasia
 Jujur
 Adil
BAGIAN 9:Budaya Politik
Definisi Budaya Politik
Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan
yang dimiliki bersama oleh masyarakat.
 Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan
orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh
anggota suatu sistem politik
 Robert Dahl : Kebudayaan politik sebagai salah satu
sistem yang menjelaskan pola-pola yang berbeda
mengenai pertentangan politik.
 Gabriel A Almond : Budaya politik berisikan sikap,
keyakinan, nilai, dan keterampilan yang berlaku bagi
seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola
khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari
populasi.
Konsep Budaya Politik
Budaya politik memberikan penekanan pada perilaku
nonaktual, seperti orientasi, sikap, nilai-nilai dan
kepercayan-kepercayan.
 Hal-hal yang diorientasikan dalam budaya politik
adalah sistem politik.
 Budaya politik merupakan deskripsi konseptual yang
menggambarkan komponen budaya politik dalam
tataran masif, atau mendeskripsikan masyarakat suatu
Negara atau wilayah bukan individu
Klasifikasi Budaya Politik
(Gabriel Almond)
 Budaya Politik Parokial (tingkat partisipasi politik
masyarakatnya masih rendah.
 Budaya Politik Kaula (tingkat masyarakat yang
bersangkutan sudah relatif maju, dalam bidang sosial
dan ekonomi namun masih pasif)
 Budaya Politik Partisipan (tingkat partsipasi
masyarakat sudah tinggi dalam hal politik)
TIPOLOGI BUDAYA
POLITIK
 Budaya Politik Apatis
 Budaya Politik Mobilisasi
 Budaya Politik Partisipatif
PERBEDAAN BUDAYA
POLITIK YANG
BERKEMBANG
 Tingkat Pendidikan yang masyarakat
 Tingkat ekonomi masyarakat
 Reformasi Politik tehadap sistem yang
dianut
 Supremasi hukum
KECENDERUNGAN BUDAYA
POLITIK DALAM PARTISIPASI
POLITIK
 Pemilih Tradisional (Berdasarkan atas
hubungan kekeluargaan)
 Pemilih Extrimis/Primitif (Berdasarkan
janji, dan money politik)
 Pemilih Rasionalistik ( Idealis Orientasi
Kemampuan)
BAGIAN 10: Badan Legislatif
 Badan Legilatif ( Parlemen) yaitu lembaga
“Legislate” atau membuat Undang-undang yang
anggotanya merupakan representasi dari rakyat.
 Sejarah Legislatif : Pada tahun 900-an, raja
memanggil council untuk
meminta saran terkait dengan pajak dan perang
 Anggota council adalah uskup, kepala biara,
bangsawan, dan ksatria.
Pada tahun 1262, Raja John yang pertama kali
menyebut istilah parlemen.
STRUKTUR LEGISLATIF
(1) UniKameral
 Hanya menggunakan satu majelis
tertinggi
 Negara kecil sering menggunakan
sistem ini, seperti : Vietnam, Singapura,
Laos, Kuwait dan Libanon
 Fungsi dalam sistem Unikameral
terpusat pada satu badan legislatif
tertinggi dalam suatu Negara.
 Lebih sederhana sehingga biaya yang
harus dikeluarkan oleh Negara lebih
murah
STRUKTUR LEGISLATIF
(2)
 Bikameral
 biasanya dikenal dengan sistem dua
kamar
 Di dalam sistem parlemen terdapat dua
majelis/badan
 Ada sistem check and balances
 Negara yang menerapkan : AS, Inggris,
Belanda dan Indonesia.
Fungsi Badan Legislatif
Fungsi Legislasi
Badan legislatif mempunyai fungsi untuk
membuat aturan-aturan yang dituangkan dalam
produk UU tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat.
 Fungsi Penganggaran (Budgeting)
Badan legislatif melaksanakan tugas dalam
hal penganggaran, menyusun dan menbahas
RAPBN
 Fungsi Pengawasan (Controll)
Badan legislatif melakukan pengawasan
tindakan terhadap penyelenggaraan pemerintah
dan penggunaan uang Negara.
Hak-hak anggota Badan
Legislatif
1. Hak Bertanya
2. Hak Interpelasi
3. Hak Angket
4. Hak Amandemen
5. Mosi Tidak Percaya
BAGIAN 11: Badan eksekutif
 Bagian dari Trias Politica
Badan Eksekutif : Adalah badan
pelaksanan UU yang dibuat oleh badan
legislatif bersama Pemerintah
Badan ini memiliki ruang lingkup tugas dan
fungsi yang luas serta perangkat institusi
pendukung.
 Badan Eksekutif Dikepalai oleh Raja atau
Presiden
Fungsi Badan Eksekutif
 Menjalankan program-program dan
kebijakan yang telah ditetapkan
sebelumnya
 Memberikan pelayanan yang maksimal
kepada masyarakat, lewat perangkat
Kementrian yang dimiliki
 Meneyelenggarakan hubungan
diplomatik dengan Negara-negara lain.
Fungsi Eksekutif Sebagai
Kepala Pemerintahan
 Memegang kekuasaan pemerintahan
 Mengajukan rancangan UU kepada
DPR
 Menetapkan PP dan PERPU
 Mengangkat dan memberhentikan
Menteri-menteri
 Mengajukan RUU APBN
 Menetapkan Hakim agung, meresmikan
keangggotaan BPK, Mengangkat dan
memberhentikan anggota KY
Fungsi Eksekutif Sebagai
Kepala Negara
 Memegang Kekuasaan tertinggi atas AD,AL
dan AU
 Menyatakan perang, membuat perdamaian
dan perjanjian dengan Negara lain dengan
persetujuan DPR
 Menyatakan keadaan bahaya
 Memberi Grasi, rehabilitasi, dengan
memperhatikan pertimbangan MA
 Memberi amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan pertimbangan DPR
 Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan yang diatur dalam UU
BAGIAN 12: Badan Yudikatif
 Bagian dari Trias Politica
Badan Yudikatif : Adalah badan yang
memiliki sifat teknis yuridis yang
berfungsi mengadili penyelewengan
pelaksanaan konstitusi dan peraturan
perundang-undangan oleh institusi
pemerintahan secara luas serta bersifat
independen (bebas dari intervensi
Pemerintah) dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya.
Badan yudikatif di
Indonesia :
 Mahkamah Agung
 Mahkamah Konstitusi
 Kejaksaan Agung
 Komisi Yudisial
BAGIAN 13: Perbandingan Politik
Antar Negara
 Politik Amerika Serikat
 Merupakan Negara adi daya, super power
 Penduduk di Amerika selalu disuguhkan
dengan pemilihan umum, baik itu Pemilihan
Presiden, Pemilihan Walikota, dan dewan
kota, pemilihan gubernur atau pemilihan
senator
Hanya ada dua partai besar yakni partai
Demokrat, dan partai republik
Bentuk Negara adalah federal
Sistem pemerintahan daerahnya adalah
Negara bagian
 Politik Inggris
 Merupakan Negara yang dikepalai oleh seorang
Raja atau ratu
 Sedangkan Kepala Pemerintahan dikepalai
seorang Perdana Menteri dari partai pemenang
dalam Pemilu
 Parlemen terdiri dari dua kamar yakni (House of
commons) dan House of Lord
 Sistem Pemerintahannya adalah Parlementer
 Dalam hal pemerintahan daerah
didesentralisasikan dengan kekuasaan di tangan
council yang dipilih oleh rakyat di daerahnya masing-
masing
 Politik Rusia
 Negara yang berlandaskan paham Komunis
 Merupakan salah satu bekas kekuatan dunia
selain Amerika
 Bentuk Pemerintahan Rusia cenderung
menganut sistem Pemerintahan campuran (
Karena selain ada Presiden, juga memiliki
Perdana Menteri).
 Politik Republik Islam Iran
 Negara Iran dipimpin oleh para ulama atau seorang
imam
 Sistem Pemerintahannya dipimpin oleh Imam ke 12
turunan Rasulullah SAW.
 Kepala Pemerintah dipegang oleh Presiden yang
dipilih oleh rakyat
 Dewan Faqih adalah dewan yang mengangkat,
melantik, dan memberhentikan Presiden.
 Ketua Kabinet (Dewan Menteri-menteri) dipegang oleh
perdana Menteri yang dipilih, diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden, setelah disetujui oleh Dewan
Pertimbangan Nasional Iran
 Ada pula Dewan Pelindung Konstitusi ( Dewan
Perwalian)
 Politik Republik Islam Iran
 Negara Iran dipimpin oleh para ulama atau seorang
imam
 Sistem Pemerintahannya dipimpin oleh Imam ke 12
turunan Rasulullah SAW.
 Kepala Pemerintah dipegang oleh Presiden yang
dipilih oleh rakyat
 Dewan Faqih adalah dewan yang mengangkat,
melantik, dan memberhentikan Presiden.
 Ketua Kabinet (Dewan Menteri-menteri) dipegang oleh
perdana Menteri yang dipilih, diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden, setelah disetujui oleh Dewan
Pertimbangan Nasional Iran
 Ada pula Dewan Pelindung Konstitusi ( Dewan
Perwalian)
 Politik Republik Rakyat China (Tiongkok)
 Muncul dengan Konsep negara Kerajaan yang
dicirikan oleh beberapa Dinasti
 Muncul Partai Rakyat Nasionalis (Koumintang)
yang menjadi cikal bakal lahirnya Republik
Komunis, serat gerakan Mao Tse Tung beserta
para petani menjadi awal perubahan besar dalam
sistem pemerintahan China
 Partai tunggal Komunis terus berkembang yang
mempengaruhi politik luar negeri yang mandiri,
hingga berdampak pada laju pembangunan di
Negara Tiongkok.
firyalakbar@yahoo.co.id

Contenu connexe

Tendances

Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...Researcher Syndicate68
 
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEMADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEMSiti Sahati
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikPendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikMuhamad Yogi
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHarles Janang
 
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan ImplementasiClean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan ImplementasiDadang Solihin
 
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politikKekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politikWandi Suhardi
 
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...Sri Suwanti
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatikSri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatikSri Suwanti
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester GanjilSoal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjilahmad sururi
 

Tendances (20)

Administrasi Pembangunan
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
Kelompok Kepentingan
Kelompok KepentinganKelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
 
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEMADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Organisasi Pemerintahan
Organisasi PemerintahanOrganisasi Pemerintahan
Organisasi Pemerintahan
 
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu PolitikPendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan Dalam Ilmu Politik
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lain
 
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan ImplementasiClean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
Clean Government dan Good Governance Policy, Konsep, dan Implementasi
 
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politikKekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
 
Materi Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik IndonesiaMateri Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik Indonesia
 
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
 
model model analisis kebijakan publik
model model analisis kebijakan publikmodel model analisis kebijakan publik
model model analisis kebijakan publik
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatikSri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan   pendekatan paradigmatik
Sri Suwanti - Pendekatan sistemik ilmu pemerintahan pendekatan paradigmatik
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester GanjilSoal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
 
siklus kebijakan publik
siklus kebijakan publiksiklus kebijakan publik
siklus kebijakan publik
 
Metodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahanMetodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahan
 

Similaire à Pengantar ilmu politik

Similaire à Pengantar ilmu politik (20)

Pertm 1&2. pengantar ilmu politik 1 poel
Pertm 1&2. pengantar ilmu politik 1 poelPertm 1&2. pengantar ilmu politik 1 poel
Pertm 1&2. pengantar ilmu politik 1 poel
 
Makalah ilmu politik 3
Makalah ilmu politik  3Makalah ilmu politik  3
Makalah ilmu politik 3
 
Komunikasi politik 2
Komunikasi politik 2Komunikasi politik 2
Komunikasi politik 2
 
Makalah ilmu politik
Makalah ilmu politikMakalah ilmu politik
Makalah ilmu politik
 
Politik ppt
Politik pptPolitik ppt
Politik ppt
 
Politik ppt
Politik pptPolitik ppt
Politik ppt
 
1_Ilmu_Politik_dan_Sejarah_Perkembangann.pptx
1_Ilmu_Politik_dan_Sejarah_Perkembangann.pptx1_Ilmu_Politik_dan_Sejarah_Perkembangann.pptx
1_Ilmu_Politik_dan_Sejarah_Perkembangann.pptx
 
Pengertian politik menurut pakar AKPER PEMKAB MUNA
Pengertian politik menurut pakar AKPER PEMKAB MUNA Pengertian politik menurut pakar AKPER PEMKAB MUNA
Pengertian politik menurut pakar AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengertian politik menurut pakar
Pengertian politik menurut pakarPengertian politik menurut pakar
Pengertian politik menurut pakar
 
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptxMata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
 
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptxMata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
 
Pengertian politik menurut pakar
Pengertian politik menurut pakarPengertian politik menurut pakar
Pengertian politik menurut pakar
 
PKn MKDU4111.docx
PKn MKDU4111.docxPKn MKDU4111.docx
PKn MKDU4111.docx
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
KULIAH 3.ppt
KULIAH 3.pptKULIAH 3.ppt
KULIAH 3.ppt
 
Makalah ilmu politik 3
Makalah ilmu politik  3Makalah ilmu politik  3
Makalah ilmu politik 3
 
Makalah ilmu politik 3 (2)
Makalah ilmu politik  3 (2)Makalah ilmu politik  3 (2)
Makalah ilmu politik 3 (2)
 
Makalah ilmu politik 3
Makalah ilmu politik  3Makalah ilmu politik  3
Makalah ilmu politik 3
 
Makalah ilmu politik
Makalah ilmu politikMakalah ilmu politik
Makalah ilmu politik
 
Makalah ilmu politik (2)
Makalah ilmu politik (2)Makalah ilmu politik (2)
Makalah ilmu politik (2)
 

Dernier

Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis databaiqtryz
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxMuhammadSatarKusumaS
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...TitinSolikhah2
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbaiqtryz
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...rofinaputri
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024SDNTANAHTINGGI09
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )RifkiAbrar2
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiMemenAzmi1
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptAnggitBetaniaNugraha
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energiZulfiWahyudiAsyhaer1
 

Dernier (11)

Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 

Pengantar ilmu politik

  • 1. PENGANTAR ILMU POLITIK Oleh : Muh. Firyal Akbar, S.IP,M.Si
  • 2. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata Kuliah ini memberikan penjelasan mengenai dasar-dasar ilmu politik, perkembangan ilmu politik, hingga hal-hal urgent yang berkaitan dengan Ilmu Politik  Melalui Mata Kuliah PIP ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dinamika tentang dasar- dasar ilmu politik serta perkembangannya.
  • 3. BAGIAN 1: Politik Sebagail Ilmu Ilmu : Pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya, syarat-syarat ilmu harus memiliki obyek, terminologi, metodelogi, filosofis dan teori yang khas Pengetahuan : Sesuatu yang didapatkan sejak lahir, dapat dikenali (identfy), dapat diterangkan (explain), dapat dilukiskan (describe), dapat diperkirakan (predict), dapat dianalisis (diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi suatu ilmu (science)
  • 4. SETIAP ILMU SUDAH PASTI PENGETAHUAN TETAPI SETIAP PENGETAHUAN BELUM TENTU ILMU UNTUK MENJADI SEBUAH ILMU, PENGETAHUAN HARUS MEMILIKI OBYEK MATERIAL,(Subyect Matter) MAUPUN OBYEK FORMAL,(Focus of Interset)
  • 5. KAJIAN POKOK PENGETAHUAN ONTOLOGI EPISTEMO LOGI AKSIOLOG I Epistemologi, berbicara bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya. Secara sederhana epistemologi berarti bagaimana suatu ilmu dibangun. Aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan itu sendiri, akhirnya dilihat
  • 6. ONTOLOGI ILMU POLITIK Miriam Budiardjo menyebutkan sekurang-kurangnya ada 5 obyek ontologis ilmu politik, yaitu: 1. Negara (state) 2. Kekuasaan (power) 3. Pengambilan keputusan (decision- making) 4. Kebijaksanaan umum (public policy) 5. Pembagian (distribution)
  • 7. EPISTEMOLOGI ILMU POLITIK Dalam ilmu politik, epistemologi ilmu ini diterjemahkan ke dalam konsep, Pendekatan, Teori, serta Paradigma dari kajian politik itu sendiri
  • 8. AKSIOLOGI ILMU POLITIK Dalam ilmu politik, Aksiologi ilmu ini seperti lahirnya pembahasan mengenai sistem poltik, Partai Politik, Sistem Pemilu, Demokrasi, Lembaga Negara dll.
  • 9. Kesimpulan : Politik adalah suatu cabang Ilmu Pengetahuan yang berdiri sendiri. Walaupun begitu Politik juga dapat dilihat
  • 10. BAGIAN 2: Pendefinisian Politik Politik secara Etimologi : “Politik” dalam bahasa Arab disebut Siyasyah (Siasat), Dalam Bahasa Inggris disebut Politics. Asal kata Politik berasal dari “POLIS” yang berarti negara Kota. POLITIK : Ruang lingkup Negara, Menyelidiki Negara, sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup masyarakat. Selain itu juga menyelidiki Lembaga Politik, ide-ide, Azas-azas, sejarah pembentukan Negara
  • 11. Definisi Ilmu Politik Para Pakar Roger H. Soltau (1950) : Political science, Then, is going to be study of the state, its aims and purposes, the instructions by which those are going to be realized, its realition with its individual members and with other states, and also what men have thought, side and written about all these questions. Robert A. Dahl (1978) : Political science is, of course, the study of politics, one might better say, it is the systematic study of politics, that is an attempt by systematic analysis to discover in the confusing tangle of spesific detail what ever principles may exist of wide and more general significance. Johan K. Bluntschli (1933) : Political science : “The science which is concerned with the state, which endeavor to understand and comprehend the state in its conditions, in its essentials nature, in various forms or manifestations its development”.
  • 12. Metodelogi Ilmu Politik  Metode Induksi  Metode Deduksi  Metode Dialektis  Metode Filosofis  Metode Perbandingan  Metode Sejarah  Metode Fungsional  Metode Sistematis  Metode hukum  Metode Sinkretis
  • 13. BAGIAN 3: Obyek dan Posisi Ilmu Politik Hubungan Ilmu-Ilmu Kenegaraan NEGARA ILMU ADM. NEGARA : Focus Pelayanan ILMU PEMERINTAHAN : Focus Gejala Pemerintahan ILMU HUKUM TATA NEGARA : Focus Peraturan ILMU NEGARA : Focus Konstitusi ILMU POLITIK : Focus Kekuasaan
  • 14. Obyek Materia dan Forma Ilmu- ilmu Kenegaraan NO Nama Disiplin Ilmu Pengetahuan Objek Materia Objek Forma 1. Ilmu Politik Negara Kekuasaan, Partai Politik, Group Penekan, Kepentingan Masyarakat 2. Ilmu Pemerintahan Negara Hubungan Pemerintahan, Gejala- gejala Pemerintahan, Peristiwa Pemerintahan 3. Ilmu Negara Negara Konstitusi,tumbuh kembang Negara, Lahir dan tenggelamnya Negara 4. Ilmu Hukum Tata Negara Negara Hukum, Peraturan Perundang- undangan, Kontitusi dan Konvensi 5. Ilmu Adm. Negara Negara Pelayanan, Organisasi Pemerintahan, dan Manajemen Pemerintahan
  • 15. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Kenegaraan  Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Negara Kesamaannya mempunyai objek materi yang sama yakni Negara. Perbedaan ilmu politik dengan Ilmu Negara ialah dari segi pendekatannya (Technical Aproach) Ilmu Politik cenderung :Pendekatan Kekuasaan, Pendekatan Empirik Ilmu Negara Cenderung :Pendekatan Hukum, Pendekatan Organisasional, Pendekatan Struktural
  • 16.  Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Administrasi Negara Kesamaannya mempunyai objek materi yang sama yakni Negara. Sudut Pandang Ilmu Politik lebih kepada kekuasaan. Sudut pandang Ilmu Adm. Negara lebih kepada masalah pelayanan, organisasi, hingga manajemen Pemerintahan
  • 17. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pemerintahan Kesamaannya mempunyai objek materi yang sama yakni Negara. Sudut Pandang Ilmu Politik lebih kepada kekuasaan, Pembuatan Kebijakan. Sudut pandang Ilmu Pemerintahan lebih kepada Pelaksana atau eksekutor kebijakan atau program yang mempunyai wewenang.
  • 18.  Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Hukum Tata Negara Sudut Pandang Ilmu Hukum Tata Negara melihat aturan-aturan atau kaidah-kaidah, dalil-dalil hukum yang berkaitan dengan Lembaga-lembaga Negara. Sudut pandang Ilmu Politik melihat penggunaan kekuasaan oleh para elite dalam menyelesaikan permasalahan hukum
  • 19. BAGIAN 4: Obyek Materil dan Formal Ilmu Politik Obyek Materia Ilmu Politik Hakekat Negara :  Lahir karena adanya keinginan untuk bersama  Dibutuhkan untuk menciptakan Keteraturan  Memiliki Kekuatan Hukum dalam rangka proses penyelenggaraan Pemerintahan Definisi Negara :  Plato dalam Bukunya Politea : Negara adalah Keinginan Kerjasama antara manusia dalam rangka memenuhi kepentingan bersama. Kesatuan yang ada dalam satu Negara kemudian disebut Masyarakat, kemudian terjadi proses difusi dan terjadi interaksi, dan melahirkan sistem sosial kemasyarakatan
  • 20. Definisi Negara Menurut Para Ahli Socrates : Negara adalah organisasi yang mengatur hubungan orang-orang dalam suatu kota atau polis Thomas Hobbes : Negara adalah suatu tubuh yang dibuat oleh orang banyak beramai-ramai, masin-masing berjanji akan memakainya menjadi alat untuk keamanan dan perlindungan bagi Negara Mirriam Budiardjo : Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat yang berhasil menuntut warganya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan monopolistis dari kekuasaan yang sah Robert Mac Iver : Negara adalah gabungan antara suatu sistem Kelembagaan dengan organisasinya sendiri. Aristoteles : Negara adalah Persekutuan dari Keluarga dan Desa guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya
  • 21. Teori-Teori Timbulnya Negara :  Teori Kenyataan  Teori Ketuhanan  Teori Perjanjian  Teori Penaklukan  Teori kekuatan  Teori Patrilineal  Teori Matrilineal  Teori Organis  Teori Daluwarsa  Teori Alamiah  Teori Filosofis  Teori Historis
  • 22. Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan Bentuk Negara :  Bentuk Negara Kerajaan : dipimpin oleh seorang Raja (kaisar), atau Ratu (Maharani), Jalannya roda Pemerintahan diserahkan pada Perdana Menteri yang Mengepalai Kabinet  Bentuk Negara Republik : dipimpin oleh seorang Presiden. Dipilih orang badan tertentu secara Konstitutif, atau legislatif, atau dipilih langsung oleh rakyat di pemilihan umum. Presiden sebagai Kepala Negara juga sebagai Kepala Pemerintahan
  • 23. SISTEM PEMERINTAHAN :  Sistem Pemerintahan Presidensial  Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden  Menteri bertanggung jawab kepada Presiden  Eksekutif tidak dapat membubarkan Parlemen  Parlemen diperlukan dalam rangka pengawasan terhadap jalannya Pemerintahan  Presiden terpilih langsung oleh pemilih  Memiliki prinsip Pemisahan Kekuasaan (Separate of power)
  • 24. Sistem Pemerintahan Parlementer  Menteri-menteri bertanggung jawab kepada Parlemenn  Menteri diangkat oleh parlemen dan dapat diberhentikan oleh Parlemen  Perdana Menteri dan para menteri terpilih atas dukungan suara mayoritas parlemen  Parlemen dapat memberhentikan PM dan para menterinya melalui voting suara terbanyak anggota Parlemen  Menganut prinsip pembagian kekuasaan (Division Of Power)
  • 25. Obyek Formal Ilmu Politik Hakekat Kekuasaan :  Merupakan Kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri  Kemampuan untuk mempengaruhi orang atau pihak lain agar dapat mengikuti kemauannya  Untuk Konteks Negara Kekuasaan ialah menguasai masyarakat dengan otoritas dan kewenangan yang dimilikinya yang sudah terlegitimasi oleh kontitusi Sumber Kekuasaan :  Coercive Power  Legitimate power  Expert Power  Reward Power  Reverent Power  Connecting Power  Information Power
  • 26. Obyek Formal Ilmu Politik Lembaga Kekuasaan :  Eksekutif  Legislatif  Yudikatif  Konstitutif  Inspektif  Konsultatif
  • 27. BAGIAN 5: Pemikir Politik Plato dan Aristoteles : Negara yang baik adalah yang sesuai dengan aturan yang berasal dari Tuhan, jika hal itu ada maka Negara tersebut telah dapat dikategorikan Negara Ideal PEMIKIR YUNANI PEMIKIR EROPA JJ. Rousseau : Karya besarnya adalah hal-hal yang menyangkut tentang Demokrasi dan persamaan hak individu dalam sebuah Negara.
  • 28. PEMIKIR EROPA Thomas Hobbes : Pemerintah dibutuhkan dalam rangka keteraturan dalam bermasyarakat, yang memiliki wewenang dan legitimasi untuk berkuasa. F. Hegel : Terkenal dengan pernyataannya (The March of God in the world) bahwa Negara terkadang menganggap dirinya sebagai gerakan Tuhan di muka bumi Nicolo Machiavelli : Menganggap bahwa yang paling penting dalam sebuah Pemerintahan adalah kekuasaan. Montesquieu : Terkenal dengan konsep Trias Politica dalam sebuah Negara
  • 29. PEMIKIR ISLAM Ibnu Khaldun : Dalam bukunya yang berjudul Al Muqaddimah, ia menganggap bahwa sebuah kekuasaan kerajaan atau dinasti akan bertahan jika didukung oleh solidaritas yang kuat. Taqiyuddin An Nabani : gagasannya tentang penolakan Demokratisasi dalam Negara, sampai ia tidak menganjurkan Pemilihan Umum Hasan Al Banna : adalah penggagas Ikhwanul Muslimin yang beranggapan bahwa semua mempunyai hak untuk berpartai politik namun tetap sesuai dengan ajaran Al qur’an dan Hadits.
  • 30. PEMIKIR CHINA Shang Yang : Pendapatnya bahwa dalam Negara ada dua subyek yakni yang memerintah dan yang diperintah, bila satunya kuat maka yang satunya lemah, dia menganggap bahwa Negara harus kuat agar dapat mengatur rakyatnya. Kong Hu Cu : Ajarannya yang terkenal ialah tentang takdir Kenegaraan “Tsyuun tsyuun,,tsy’en, fu fu, tze tze” (Hendaklah raja tetap raja, hamba tetap budak, ayah tetap ayah, anak tetap anak), ia juga menganggap bahwa aparat pemerintahan Negara hendaknya menjalankan Negara dengan menjaga susila kesopanan.
  • 31. BAGIAN 6: Unsur-unsur Negara Secara Umum Pemerintahan merupakan organisasi dari orang maupun badan yang mempunyai kewenangan dan sudah terlegitimasi oleh Konstitusi untuk menjalankan kebijakan dan program-program yang telah ditetapkan demi kemaslahatan rakyat. 1. PEMERINTAHAN 2. Wilayah Wilayah adalah Lokasi atau arena tertentu dengan segala kandungan potensi wilayah dan semua kekuatan yang dapat dimanfaatkan
  • 32. Rakyat adalah salah satu syarat adanya sutu Negara, dimana rakyat merupakan keseluruhan orang-orang yang berada dalam negeri maupun di luar negeri dan mempunyai hak pilih atau belum memiliki hak pilih karena persyaratan tertentu. 3. Rakyat 4. Pengakuan Pengakuan yang dimaksud adalah pengakuan dari dalam Negeri sendiri dan dari luar negeri. Pengakuan dalam negeri ialah kesediaan dan kerelaan warganegara dan pemerintah daerah untuk diperintah oleh pemeerintah pusat yang sah. Pengakuan luar negeri ialah kesediaan negara lain secara de facto dan de jure mengakui kemerdekaan bangsa tersebut
  • 33. BAGIAN 7: Partai Politik Partai politik Definisi Partai politik (1)  Partai Politik merupakan suatu prasyarat atau kelengkapan suatu Negara. Dalam sebuah Negara diperlukan partai politik yang bebas baik dalam program- programnya maupun kader-kadernya  Partai politik merupakan sekelompok orang yang terorganisir yang bertujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan politik di dalam masyarakat melalui Pemilu.
  • 34. Definisi Partai politik (2) Definisi Operasional “Asosiasi sekelompok warga negara yang memiliki pandangan dan kepentingan yang kurang lebih sama, bertujuan merebut kekuasaan dan mempengaruhi kebijakan, serta ikut serta dalam pemilihan umum untuk memperjuangkan pandangan, kepentingan dan tujuan tersebut” Definisi Undang-undang “Organisasi politik, yang dibentuk oleh sekelompok Warga Negara Indonesia, secara sukarela, atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita, untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara, melalui pemilihan umum”
  • 35. Fungsi Partai politik (1) Sarana komunikasi politik. Partai politik sebagai perantara keinginan masyarakat dan kebijakan pemerintah. Partai politik sebagai wadah penampung aspirasi, ataupun artikulasi kepentingan masyarakat yang kemudian dirapatkan melalui agregasi kepentingan Sarana Sosialisasi politik. Partai Politik merupakan kelompok yang terorganisasi yang memiliki ideologi partai, cita-cita yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk program-program. Hal tersebut kemudian ditawarkan kepada para mereka (Konstituent) agar dapat ikut bergabung dalam rangka kepentingan personal secara khusus dan kepentingan Nasional secara umum
  • 36. Fungsi Partai politik (2) Sarana Rekruitmen politik Menarik dan mengambil tenaga potensial untuk dijadikan kader politik untuk kemudian dijadikan pemimpin. Sarana Pengatur Konflik Partai politik ikut memecahkan berbagai masalah yang ada di dalam masyarakat (penengah pemerintah dan rakyat). Partai politik berperan dalam menjembatani berbagai konflik kepentingan yang ada dalam masyarakat
  • 37. Sistem Kepartaian Berdasarkan Jumlah Partai (1) Sistem Partai Tunggal :  Ciri :Hanya ada satu partai di Negara tersebut, biasanya partai otoriter, totaliter dan dominant.  Partai Totaliter : Partai yang menguasai seluruh aspek kehidupan masyarakat  Partai Tunggal : Di Negara tersebut tidak boleh ada partai lain (Partai mutlak)  Partai Dominan : Dimungkinkan ada partai namun harus tunduk pada partai dominan Sistem Dwi Partai :  Ciri : Ada dua partai dominan yang saling bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dalam Pemilu. Partai berkuasa (Partai pemenang) dan partai Oposisi (Partai yang kalah)
  • 38. Sistem Multi Partai : Ciri : Memiliki jumlah Partai dua atau lebih yang dominan yang saling bersaing dalam proses pemilihan umum. Hal ini dikarenakan karena paham demokratisasi yang dianut oleh suatu Negara atau keragaman budaya atau pluralisme yang ada pada Negara Tersebut. Pada umumnya setelah pemilihan umum ada beberapa partai yang melakukan koalisi antar beberapa partai yang berada dalam Pemerintahan maupun yang ada di luar Pemerintahan. Sistem Kepartaian Berdasarkan Jumlah Partai (2)
  • 39. Beberapa pakar politik yang konsen dalam kajian politik mengungkapkan bahwa ada pergeseran nilai yang terjadi baik pada aktor politik maupun eksistensi partai politik itu sendiri dimana fungsi parpol sudah tidak dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat diidentifikasi dikarenakan hal-hal berikut : Fenomena Partai Politik Kekinian (1)  Dalam tubuh Parpol saat ini cenderung mengalir deras semangat pragmatisme politik dan oppurtunisme  Masih adanya kesadaran yang keliru bahwa partai adalah kesatuan orang dengan segala kepentingannya dan kepentingan elite yang dominan dimutlakkan
  • 40. Fenomena Partai Politik Kekinian (2)  Partai Politik kurang mempunyai ketegasan dalam hal ideologi. Dengan kurangnya penanaman ideologi terhadap kader-kadernya partai menjadi akumulasi kepentingan politik yang tidak mempunyai platform yang jelas  Secara empiris Partai Politik cenderung hanya berkamuflase dalam hal peremajaan partai politik, contohnya dalam sistem kaderisasi, masih banyak aktor- aktor lama yang bermain, sehingga menghambat kemajuan bagi para kader muda.
  • 41. BAGIAN 8: Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum (Pemilu) DEFINISI PARTISIPASI > PARTSIPASI POLITIK (1)  Partisipasi berasal dari Bhs. Inggris “Participation”, yang berarti Pengambil bagian, pengikutsertaan (John,M, Echols,Hasan Shadily)  Partisipasi yakni ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran, pendapat, keterampilan, bahan dan jasa ( Fasli Jalal)  Partsisipasi Politik adalah kegiatan warga Negara yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan politik
  • 42. DEFINISI PARTISIPASI > PARTSIPASI POLITIK (2)  Partisipasi politik adalah aktivitas pribadi-pribadi warga Negara untuk mempengaruhi pembuatan pemerintah ( Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson)  Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela (Voluntary) dari warga masyarakat melalui cara mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum
  • 43.  Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah Demokrasi  Hakikat partisipasi politik adalah bagian dari hak-hak asasi manusia, yaitu hak-hak komunikasi  Partisipasi politik dapat dilihat dari dua sisi, yaitu visi Penguasa (Pemerintah) dan visi warga Negara.  dari visi Pemerintah partisipasi politik mengandung makna sebagai pengakuan dan penghargaan terhadap masyarakat  Dari sudut pandang warga Negara bahwa partisipasi politik sebagai pengakuan dan dukungan terhadap Negara HAKIKAT PARTISIPASI POLITIK
  • 44. Pola Partisipasi Politik, Gabriel, L. Almond (1)  POLA KONVENSIONAL : Pola yang lazim ditemui :  Pemberian suara  Diskusi Politik  Kegiatan Kampanye  Bergabung dengan Kelompok Kepentingan  Bergabung dengan Partai Politik  Berkomunikasi secara individual dengan pejabat politik maupun administratif
  • 45. Pola Partisipasi Politik, Gabriel, L. Almond (2)  POLA NON- KONVENSIONAL : Pola yang tidak umum dan yang tidak lazim ditemui :  Pengajuan Petisi  Demonstrasi  Konfrontasi  Mogok  Tindak Kekerasan  Makar  Revolusi
  • 46. Pola Partisipasi Politik, Samuel P. Huntington dan James Nelson  PARTISIPASI POLITIK OTONOM Partisipasi politik yang dilaksanakan tanpa paksaan dan berdasarkan kemauan partisipan secara mandiri. Partisipan berpartisipasi secara sukarela tanpa ada yang menggerakkan atau memaksa. PARTISIPASI POLITIK MOBILISASI Partisipasi yang digerakkan oleh pihak-pihak di luar partisipan. Partisipan melaksanakan partisipasinya tidak berdasarkan kemauan dan aspirasinya sendiri
  • 47. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik  PARTISIPASI VERTIKAL Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan antara masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut, atau klien PARTISIPASI HORIZONTAL Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa untuk berpartisipasi antara satu dengan yang lainnya.
  • 48. Tipologi Partisipasi Politik  PARTISIPASI AKTIF Partisipasiaktif, yaitu partsipasi yang berorientasi pada proses input dan output. Artinya setiap warga Negara secara aktif mengajukan usul mengenai kebijakan publik yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan umum, memilih pemimpin pemerintah dan lain-lain. PARTISIPASI PASIF Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output, dalam arti hanya menaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan setiap kepuusan pemerintah  Golput Golongan Putih atau kelompok apatis karena menganggap sistem politik yang ada telah menyimpang dari sesuatu yang dicita-citakan.
  • 49. Definisi dan Tujuan Pemilu  Definisi PEMILU Kegiatan menghimpun suara rakyat untuk menentukan atau mengisi jabatan-jabatan politik, baik dalam badan eksekutif, maupun legislatif.  Tujuan PEMILU 1. Menegakkan prinsip kedaulatan rakyat 2. Menciptakan revresentative Government 3. Membangun Legitimasi Kekuasaan
  • 50. Pemilu dan Referendum  Kegiatan yang sejenis dengan Pemilu adalah referendum  Referendum adalah kegiatan yang diadakan dalam rangka untuk mengetahui pendapat rakyat mengenai atau isu kebijakan politik tertentu. Suara yang terangkum dalam referendum kemudian dijadikan bahan perumusan kebijakan pemerintah
  • 51. Syarat PEMILU yang demokratis (1)  Diadakan secara berkala  Diikuti oleh lebih dari satu kontestan  Ada pengakuan terhadap prinsip hak suara yang universal  Ada Komite atau panitia Pemilu yang independen  Ada kebebasan untuk mengetahui dan mendiskusikan pilihan
  • 52. Syarat PEMILU yang Demokratis (2)  Ada kebebasan untuk menentukan pilihan disertai dengan terjaminnya kerahasian pilihan itu  Ada kebebasan untuk membentuk Partai politik atau kontestan pemilu serta untuk menentukan dan menyeleksi calon yang akan dipilih  Ada peluang kompetisi yang sehat bagi setiap kontestan  Ada perhitungan secara faktual, jujur, dan transparan.
  • 53. SISTEM PEMILIHAN UMUM (1) Sistem Distrik Sistem distrik adalah wilayah Negara di bagi dalam distrik-distrik pemilihan (daerah-daerah pemilihan).  Setiap Distrik memilih satu wakil  Pemenang suara terbanyak memenangkan suara itu  Suara minoritas hilang  Kelebihan Sistem Distrik  Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi yang diperebutkan hanya satu.  Distrik merupakan daerah kecil karena itu wakil yang dipilihnya dapat dikenali dengan baik oleh komunitasnya.  Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di Parlemen  Kelemahan Sistem Distrik  Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai, hal ini menyebabkan partai besar lebih berkuasa  Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara terbuang  Wakil rakyat terpilih cenderung memperhatikan kepentingan daerahnya daripada kepentingan nasional.
  • 54. SISTEM PEMILIHAN UMUM (2)  Sistem Proporsional Sistem Proporsional adalah sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih.  Para wakil yang terpilih adalah mereka yang mendapatkan suara mayoritas yang telah ditentukan berdasarkan jumlah penduduk.  Kelebihan sistem Proporsional  Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan persentase kursinya di parlemen  Setiap suara dihitung dan tidak ada yang terbuang. Hingga partai kecil dan minoritas memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen.  Kelemahan Sistem Proporsional  Sistem proporsional tidak akan mendukung integrasi partai politik  Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya tapi lebih dekat dengan partainya
  • 55. ASAS PEMILIHAN UMUM  Langsung  Umum  Bebas  Rahasia  Jujur  Adil
  • 56. BAGIAN 9:Budaya Politik Definisi Budaya Politik Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat.  Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh anggota suatu sistem politik  Robert Dahl : Kebudayaan politik sebagai salah satu sistem yang menjelaskan pola-pola yang berbeda mengenai pertentangan politik.  Gabriel A Almond : Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai, dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.
  • 57. Konsep Budaya Politik Budaya politik memberikan penekanan pada perilaku nonaktual, seperti orientasi, sikap, nilai-nilai dan kepercayan-kepercayan.  Hal-hal yang diorientasikan dalam budaya politik adalah sistem politik.  Budaya politik merupakan deskripsi konseptual yang menggambarkan komponen budaya politik dalam tataran masif, atau mendeskripsikan masyarakat suatu Negara atau wilayah bukan individu
  • 58. Klasifikasi Budaya Politik (Gabriel Almond)  Budaya Politik Parokial (tingkat partisipasi politik masyarakatnya masih rendah.  Budaya Politik Kaula (tingkat masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju, dalam bidang sosial dan ekonomi namun masih pasif)  Budaya Politik Partisipan (tingkat partsipasi masyarakat sudah tinggi dalam hal politik)
  • 59. TIPOLOGI BUDAYA POLITIK  Budaya Politik Apatis  Budaya Politik Mobilisasi  Budaya Politik Partisipatif
  • 60. PERBEDAAN BUDAYA POLITIK YANG BERKEMBANG  Tingkat Pendidikan yang masyarakat  Tingkat ekonomi masyarakat  Reformasi Politik tehadap sistem yang dianut  Supremasi hukum
  • 61. KECENDERUNGAN BUDAYA POLITIK DALAM PARTISIPASI POLITIK  Pemilih Tradisional (Berdasarkan atas hubungan kekeluargaan)  Pemilih Extrimis/Primitif (Berdasarkan janji, dan money politik)  Pemilih Rasionalistik ( Idealis Orientasi Kemampuan)
  • 62. BAGIAN 10: Badan Legislatif  Badan Legilatif ( Parlemen) yaitu lembaga “Legislate” atau membuat Undang-undang yang anggotanya merupakan representasi dari rakyat.  Sejarah Legislatif : Pada tahun 900-an, raja memanggil council untuk meminta saran terkait dengan pajak dan perang  Anggota council adalah uskup, kepala biara, bangsawan, dan ksatria. Pada tahun 1262, Raja John yang pertama kali menyebut istilah parlemen.
  • 63. STRUKTUR LEGISLATIF (1) UniKameral  Hanya menggunakan satu majelis tertinggi  Negara kecil sering menggunakan sistem ini, seperti : Vietnam, Singapura, Laos, Kuwait dan Libanon  Fungsi dalam sistem Unikameral terpusat pada satu badan legislatif tertinggi dalam suatu Negara.  Lebih sederhana sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh Negara lebih murah
  • 64. STRUKTUR LEGISLATIF (2)  Bikameral  biasanya dikenal dengan sistem dua kamar  Di dalam sistem parlemen terdapat dua majelis/badan  Ada sistem check and balances  Negara yang menerapkan : AS, Inggris, Belanda dan Indonesia.
  • 65. Fungsi Badan Legislatif Fungsi Legislasi Badan legislatif mempunyai fungsi untuk membuat aturan-aturan yang dituangkan dalam produk UU tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.  Fungsi Penganggaran (Budgeting) Badan legislatif melaksanakan tugas dalam hal penganggaran, menyusun dan menbahas RAPBN  Fungsi Pengawasan (Controll) Badan legislatif melakukan pengawasan tindakan terhadap penyelenggaraan pemerintah dan penggunaan uang Negara.
  • 66. Hak-hak anggota Badan Legislatif 1. Hak Bertanya 2. Hak Interpelasi 3. Hak Angket 4. Hak Amandemen 5. Mosi Tidak Percaya
  • 67. BAGIAN 11: Badan eksekutif  Bagian dari Trias Politica Badan Eksekutif : Adalah badan pelaksanan UU yang dibuat oleh badan legislatif bersama Pemerintah Badan ini memiliki ruang lingkup tugas dan fungsi yang luas serta perangkat institusi pendukung.  Badan Eksekutif Dikepalai oleh Raja atau Presiden
  • 68. Fungsi Badan Eksekutif  Menjalankan program-program dan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya  Memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, lewat perangkat Kementrian yang dimiliki  Meneyelenggarakan hubungan diplomatik dengan Negara-negara lain.
  • 69. Fungsi Eksekutif Sebagai Kepala Pemerintahan  Memegang kekuasaan pemerintahan  Mengajukan rancangan UU kepada DPR  Menetapkan PP dan PERPU  Mengangkat dan memberhentikan Menteri-menteri  Mengajukan RUU APBN  Menetapkan Hakim agung, meresmikan keangggotaan BPK, Mengangkat dan memberhentikan anggota KY
  • 70. Fungsi Eksekutif Sebagai Kepala Negara  Memegang Kekuasaan tertinggi atas AD,AL dan AU  Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan persetujuan DPR  Menyatakan keadaan bahaya  Memberi Grasi, rehabilitasi, dengan memperhatikan pertimbangan MA  Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR  Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dalam UU
  • 71. BAGIAN 12: Badan Yudikatif  Bagian dari Trias Politica Badan Yudikatif : Adalah badan yang memiliki sifat teknis yuridis yang berfungsi mengadili penyelewengan pelaksanaan konstitusi dan peraturan perundang-undangan oleh institusi pemerintahan secara luas serta bersifat independen (bebas dari intervensi Pemerintah) dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
  • 72. Badan yudikatif di Indonesia :  Mahkamah Agung  Mahkamah Konstitusi  Kejaksaan Agung  Komisi Yudisial
  • 73. BAGIAN 13: Perbandingan Politik Antar Negara  Politik Amerika Serikat  Merupakan Negara adi daya, super power  Penduduk di Amerika selalu disuguhkan dengan pemilihan umum, baik itu Pemilihan Presiden, Pemilihan Walikota, dan dewan kota, pemilihan gubernur atau pemilihan senator Hanya ada dua partai besar yakni partai Demokrat, dan partai republik Bentuk Negara adalah federal Sistem pemerintahan daerahnya adalah Negara bagian
  • 74.  Politik Inggris  Merupakan Negara yang dikepalai oleh seorang Raja atau ratu  Sedangkan Kepala Pemerintahan dikepalai seorang Perdana Menteri dari partai pemenang dalam Pemilu  Parlemen terdiri dari dua kamar yakni (House of commons) dan House of Lord  Sistem Pemerintahannya adalah Parlementer  Dalam hal pemerintahan daerah didesentralisasikan dengan kekuasaan di tangan council yang dipilih oleh rakyat di daerahnya masing- masing
  • 75.  Politik Rusia  Negara yang berlandaskan paham Komunis  Merupakan salah satu bekas kekuatan dunia selain Amerika  Bentuk Pemerintahan Rusia cenderung menganut sistem Pemerintahan campuran ( Karena selain ada Presiden, juga memiliki Perdana Menteri).
  • 76.  Politik Republik Islam Iran  Negara Iran dipimpin oleh para ulama atau seorang imam  Sistem Pemerintahannya dipimpin oleh Imam ke 12 turunan Rasulullah SAW.  Kepala Pemerintah dipegang oleh Presiden yang dipilih oleh rakyat  Dewan Faqih adalah dewan yang mengangkat, melantik, dan memberhentikan Presiden.  Ketua Kabinet (Dewan Menteri-menteri) dipegang oleh perdana Menteri yang dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, setelah disetujui oleh Dewan Pertimbangan Nasional Iran  Ada pula Dewan Pelindung Konstitusi ( Dewan Perwalian)
  • 77.  Politik Republik Islam Iran  Negara Iran dipimpin oleh para ulama atau seorang imam  Sistem Pemerintahannya dipimpin oleh Imam ke 12 turunan Rasulullah SAW.  Kepala Pemerintah dipegang oleh Presiden yang dipilih oleh rakyat  Dewan Faqih adalah dewan yang mengangkat, melantik, dan memberhentikan Presiden.  Ketua Kabinet (Dewan Menteri-menteri) dipegang oleh perdana Menteri yang dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, setelah disetujui oleh Dewan Pertimbangan Nasional Iran  Ada pula Dewan Pelindung Konstitusi ( Dewan Perwalian)
  • 78.  Politik Republik Rakyat China (Tiongkok)  Muncul dengan Konsep negara Kerajaan yang dicirikan oleh beberapa Dinasti  Muncul Partai Rakyat Nasionalis (Koumintang) yang menjadi cikal bakal lahirnya Republik Komunis, serat gerakan Mao Tse Tung beserta para petani menjadi awal perubahan besar dalam sistem pemerintahan China  Partai tunggal Komunis terus berkembang yang mempengaruhi politik luar negeri yang mandiri, hingga berdampak pada laju pembangunan di Negara Tiongkok.
  • 79.